KAJIAN PEMBENTUKAN BANGSA KELINCf BERBULU
HALUSKILAP MELALUi PERSllANGAN BANGSA
KELlNCl
REX
DENGAN
SATIN
Oleh
R. SOEGENG PRASETYO
9351
71PTKIS3
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
R. SOEGENG PRASETYO. Kajian Pembentukan Bangsa Kelinci Berbulu Halus Kilap Melalui Persilangan Bangsa Kelinci Rex dan Satin (di bawah bimbingan H.
Harimurti Martojo sebagai ketua, Yono C. Raharjo, H.A.A.Mattjik, Sri Supraptini Mansjoer dan H. Tant?? R. Wiradarya sebagai anggota).
Penelitian dilakukan dari bulan Nopember 1996 hirtgga bulan Desember
1997 di Balai Penelitian Ternak-Ciawi, Bogor. Penelitian terdiri atas penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan untuk mengetahui penyebab bulu Rex halus, penyebab bulu Satin kilap, pengaruh induk terhadap sifat bulu dan polalsiklus pertumbuhan bulu Rex dan Satin. Penelitian utama untuk mengetahui kemungkinan terbentuknya kelinci berbulli halus dan kilap (kelinci H-
-
K) melalui perkawinan silang bangsa kelinci Rex dengan bangsa kelinci Satin serta untuk mengetahui cara pembentukannya yang efisien. Baik pada penelitian pendahuluan maupun penelitian utama digunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
analisis kuantitatif digunakan 220 ekor kelinci junsexed) umilr salu hari keturunan generasi kedua dari hasil keempat perkawinan silang (RSxRS; RSxSR; SRx3R
dan SRxSR). Seluruh kelinci percobaan ditempa!kan secara acak dalam
lingkungan yang sama. Pakan berupa pelet dengan kandungan protein kasar 22% dan enersi sebanyak 2750 kalori per kg ransum, diberikan a d libitum hingga umur 12 minggu, untuk selanjutnya dibetasi ssbanyak 100 g per ekor per hari. Air minum juga diberikan a d libitum.
Pada penelitian pendahuluan, peubah yang diamati untuk mengetahui penyebab bulu kelinci Rex halus dan pengaruh induk pada sifat-sifat bulu adalah panjang bulu halus (PBH), panjang bulu kasar (PBK), nisbah PBWPBH, diameter bulu halus bagian bawah (DBHb), diameter bulu kasar bagian bawah (DBKb), kelebatan bulu kasar (LBK), kelebatan bulu halus (LBH) dan total kelebatan bulu (LB) pada umur 20 minggu. Khusus untuk mengetahui penyebab bulu Rex halus ditambah peubah bobot bulu (BBL), nisbah LBHILB dan koefisien kehalusan bulu halus (KKBH) serta koefisien kehalusan bulu kasar (KKBK). Peubah pada pertumbuhan bulu berupa PBK, PBH, DBKa, DBHa, DBKb, DBHb, LBK,LBH dan BBL umur 4, 8, 12, 16, dan 24 minggu. Peubah pada penelitian utama adalah DBHa, DBKa, DBHb, DBKb, PBK, PBH dan PBWPBH umur empat minggu. Khusus untuk mengetahui cara efisien membentljk kelinci H-K diamati peubah DBHa, DBKa, mortalitas umur empat minggu dan bobot badan umur 20 minggu.
Untuk mengetahui penyebab bulu Rex halus dilakukan analisis kuantitatif
dan analisa kualitatif. Pada analisis kuantitatif dibandingkan DBHb, DBKb,
persilangannya (FIRS) dan (FISR). Pada analisis kualitatif, dilakukan pengamat- an folikel bulu (dengan bantuan mikroskop) dan struktur kutikula dari batang bulu
halus dan bulu kasar (dengan bantuan scanning electron microscope) untuk menambah informasi tentang penyebab halusnya bulu Rex. Untuk mengetahui penyebab bulu Satin kilap, dilakukan pembandingan mikroskopis pada contoh
bulu kilap dan tidak kilap pada saudara sekandung. Pembandingan dilakukan pada semua anak dari 10 induk yang diambil secara acak yang masing-masing melahirkan anak berbulu kilap dan tidak kilap pada F2. Pengamatan dilakukan pada: keberadaan sel pada batang bulu, tipe kutikula, tipe tapi kutikula dan jarak antar tepi kutikula. Untuk mengetahui pengartrh induk, dibandingkan peubah-
peubah bulu pada ketururian pertama dari hasil persilangan (FIRS) dengan
-
"reciprocal' nya (FISR). Untuk mengetahui pertumbuhan bulu, diamati peubah bulu dari sejak umur empat hingga umur 24 minggu. Lokasi dan umur saat tumbuh dan rontok bulu juga diamati untuk mendapatkan pola dan siklus pertumbuhan bulu. Pada penelitian utama, untuk mengetahui terbentuknya kelinci H-K dilakukan analisis kualitatif. Caranya, diamati terdapatnya kelinci berbulu Normal (N), Satin (S), Rex ( R ) dan kombinasi kombinasi Rex dan Satin (halus-kilap disingkat H-K) pada kelinci-kelinci F2 dari masing-masing galur F2RSRS, F2RSSR, F2SRRS dan F2SRSR. Selanjutnya, kelinci-kelinci dikelonipokkan berdasarkan tipe bulu (N, S, R dan H-K) dengan pendekatan makroskopis dan mikrositopis. Pada analisis kuantitatif, dibandingkan DBH, DBK, PBH dan PBK antar kelinci-kelinci yang
peubah DBHa, DBKa, mortalitas umur empat minggu dan bobot badan umur 20 minggu antar kelinci H-K pada keempat gal'ur (F,RSRS, F2RSSH, FzSRRS dan
F2SRSR). Untuk pembandingan peubah antar bangsalgalur, di penelitian pendahuiu-an dan penelitian utama, digunakan analisis ragam pola satu arah, dilanjutkan dengan uji Tukey. Analisis statistik dibsntu dengan menggunakan
paket program statistika Minitab 11.
Dari hasil penelitian diperoleh: Kehalusan bulu pada Rex disebabkan oleh kecilnya diameter batang bulu kasar dan folikel bulu, helai kutikula yang relatif
pendek, tidak terjadi overlaying antar helai kutiicclla, ujung tepi helai kutikula yang halus serta menempel rapat pada bagian korteks; Kilap pada bulu Satin disebabkan oleh ketiadaan sel medula dari batang bulu; Struktur kutikula tidak
mempengaruhi kilapan bulu; Tidak terdapat pengaruh induk pada diameter, kelebatan dan bobot bulu; Kelinci berbulu halus dan kilap (H-K) dapat berhasil dibentuk melalui persilangan bangsa kelinci Satin dan Rex; Cara membentuk
kelinci H-K yang efisien adalah lewat pembentukan garur F2SRSR, karena kelinci H-K pada galur ini mempunyai bulu yang pafiny halus, tingkat kematian cenderung
R. Soegeng Prasetyo adalah putra bungsu dari tujuh bersaudara, dilahirkan
di Yogyakarta pada 6 Juni 1948 dari R. S. Hardjosoeparto (almarhurn) dengan R.A.Siti Hasiyah (almarhumah). PenuIis tnenikah dengan Septhenawaty Sumantra pada 2lJanuari 1975 dan dikaruniai dua orang anak masing-masing bernama R. Eko Teguh Budiono P. dan Rr. Nadya Dvjl Hapsari P.
Penulis rnenyelesaikan Sekolah Dasai Negeri Petinggen di Yogyakarta (1960), Sekolah Menengah Pertama Negeri VII di Yogyakarta (1963), Sekolah Menengah Atas Negeri IV di Yogyakarta (1966) dan mendapatkan gelar Sarjana Peternakan di UGM Yogyakarta (1973) serta gelar M.Agr.S. di School of Agricultural and Forestry, Melbourne University (1984). Kemudian pada tahun
1993 memperoleh kesempatan rnelanjutkan studi pada program S3 Program Studi llmu Ternak pada Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor atas beasiswa IAEUP (Indosia -Australia Eastern Universities Project).
-
KATA
PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yarig Maha Esa, karena dengan ridhoNya penulisan Disertasi Penelitian ini dapat diselesaikan.
Disertasi sebagai hasil penolitian diajukan untuk mamenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program Doktor $3) dengan Program Studi llmu Ternak.
Disertasi Penelitian dengan Judul Kajian Pembentukan Etangsa Kelinci
Berbulu Halus Kilap melalui Persilangan Bangsa Kelinci Rex dengan Satin
dilakukan di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. H. Harimurti Martojo, sebagai Ketua, Bapak Dr. Ir. H. A.A. Mattjik, Bapak Dr.lr. Yono C. Raharjo, APU., Ibu Dr.lr. Sri Supraptini Mansjoer dan Bapak Dr.1r.H. Tantar~ R. Wiradarya sobagai anggota. Atas bimbingan dan pengarahan selama melakukan penelitian dan penulisan disertasi ini penulis ucapkan banyak terima kasih.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak yang langsung maupun tidak langsung membantu kami dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Kepada Pemerintah RI cq. Departemen Pendidikan dan, Kebudayaan dan Pemerintah Australia yang telah memberikan kesempatan bahkan membiayai studi ini iewat beasiswa IAEUP (Indonesia- Australia Eastern Universities Project). Kepada Bapak Rektor dan Bapak Dekan
KAJIAN PEMBENTUKAN BANGSA KELINCI BERBULU
HALUS KILAP MELALUI PERSILANGAN BANGSA
KELINCI REX DENGAN SATIN
Oleh
R. SOEGENG PRASETYO
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar doktor pada Program Pascasarjana
lnstitut Pertanian Bogor
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul
Disertasi
:KAJIAN
PEMBENTUKAN
BANGSA
KELDJCI
BERBUW
HALUS
KILAP
MELALUI PERSILANGAN
BANGSA
JCELINCI REX
DENGAN SATIN
Nama Mahasiswa
:R. SOEGENG PRASETYO
Nomor Pokok
:9351
7lPTK
Program Studi
:Ilmu Ternak
Meny
etujui
1 . Komisi Pembimbing
Ketua
Dr.
Ir.
Yono
C.
Raharjo, APU.
Dr.
Ir.
H. A.A. Mattjik
Anggota
Anggota
ogram Pascasarjana
Pelaksanaan penelitian ini dapat berjalan dengan iancar berkat terdapatnya kemudahan dari Laboratorium Pemuliaan dan Genetika . Ternak Fakultas Peternakan IPB, Balai Penelitian Ternak-Ciawi dan Bapak Billy Gan serta
Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata Lernbaga Peneiitian IPB. Untuk itu kepada Bapak Kepala LPG Fakultas Peternakan IPB, Bapak Kepala Balitnak- Ciawi (beserta Ibu Rini Dharsana dan stafnya di Lab. Kesehatan Hewan dan para
Staf Teknik di Kandang Kelinci terutama Bapak I Wayan Pasek S. dan Bapak Ujang Yusa), Bapak Billy Gan dan Bapak Kepala PSSP LP-IPB beserta staf penulis ucapkan banyak terima kasih
Ucapan terima kasih khusus teruntuk isteri tersayang dengan segala
pengorbanannya dan puteralputeri kami tersayang yang telah memberikan dorongan, inspirasi dan semangat sehingga studi ini dapat selesai.
Penulis akui bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat rnengharapkan terdapatnya saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakannya.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangnn pada dunia ilmu pengetahuan dan secara tidak langsung bagi pembangunan ekonomi Indonesia.
Bogor, Juni 1999
-
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAM BAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah, potensi ekonomis dan biologis 2.2. Kelinci Rex
2.3. Kelinci Satin
2.4. Peluang terbentuknya kelinci berbulu halus dan kilap
2.5. Pengaruh lnduk
2.6. Bulu
2.6.1. Bagian bulu 2.6.2. Folikel bulu 2.6.3. Pertumbuhan bulu
2.6.4. Siklus pertumbuhan bulu 2.6.5. Peng~kuran kualitas bulu
Ill. MATERI DAN METODE PENELlTlAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian
3.2.1. Penelitian pendahuluan 3.2.1 . I . Materi penelitian
3.2.1.2. Cara pengambilan contoh 3.2.1.3. Macam peubah yang diarnati 3.2.1.4. Cara mengukur peubah 3.2.1.5. Sistem perkawinan 3.2.1.6. Analisis data 3.2.2. Penelitian utama
3.2.2.1. Materi penelitian
3.2.2.2. Cara pengambilan contoh 3.2.2.3. Macam peubah yang diamati 3.2.2.4. Cara mengukur peubah 3.2.2.5. Sistem perkawinan 3.2.2.6. Analisis data
Halaman
IV. HASlL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Tempat dan Bahan Penelitian 4.1.1. Keadaan umum tempat penelitian 4.1.2. Bahan penelitian
4.2. Karakteristik Genetik Kelinci Satin dan Rex 4.2.1. Umum
4.2.2. Karakteristik bulu kelinci Rex dan Satin 4.2.2.1. Kehalusan bulu Rex
4.2.2.2. Kilapan bulu Satin 4.2.2.3. Sifat bulu lainnya
4.2.2.3.1. Sudut tumbuh bulu 4.2.2.3.2. Panjang bulu 4.2.2.3.3. Kelebatan bulu 4.2.3. Pertumbuhan bulu Rex dan Satin
4.2.3.1. Pola dan siklus pertumbuhan bulu 4.2.3.2. Panjang bulu
4.2.3.3. Diameter batang bulu 4.2.3.4. Kelebatan bulu 4.2.3.5. Bobot bulu per cm2 4.2.4. Pengaruh induk pada sifat bulu,
4.2.4.1. Panjang bulu 4.2.4.2. Diameter bulu 4.2.4.3. Kelebatan bulu 4.2.4.4. Bobot bulu per cm2
4.3. Pembentukan Kelinci Berbulu Halus dan Kilap
4.4. Cara Pembentukan Kelinci Halus-kilap yang Baik dan Efisien
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
No.
-
OAFTAR TABELHalaman
Teks
1. Produksi dan reproduksi kelinci Rex 10
2. Diameter batang bagian bawah dari bulu kasar, bulu halus dan nisbahnya ~ a d a beberapa baaian tubuh dari kelinci New Zealand
White, daliiornian dan i e r m o i d White 20
3. Panjang bulu kasar, Sulu halus dan nisbahnya pada beberapa bagian tubuh dari kelinci New Zealand Whlte, Californian dan Termond White
4. Koefisisn kehalusan bulu kasar dan bulu htilus pada beberspa bagian tubuh dari kelinci New Zealand White, Californian dan Termond White
5. Nisbah kelebatan bulu bulu kasar dari keseiuruhan bulu pada
beberapa bagian tubuh dari kelinci New Zealand White, Californian
dan Termond White 37
6. Jumlah temak yang diamati dalam penelitian pendanuluan 40
7. Komposisi pakan kelinci yang digunakan dalam penelitian 44 8. Jumlah ternak yang diamati pada penelitian utania 56 9. Bobot lahir, bobot sapih dan bobot badan dewasa kelinci Rex dan Satin 68 10. Pertambahan bobot badan per hari sebeluni dan sesudah disapih
pada kelinci Rex dan Satin 69
11. Perbandingan kehalusan bulu pada Satin, Rex dan persilangannya
umur 20 minggu 72
12. Rataan panjang bulu halus, bulu kasar dan nisbahnya pada Satin,
Rex dan persilangannya pada umur 20 minggu 8 1
13. Rataan kelebatan bulu pada kelinci Satin, Rex dan persilangannya
No.
Teks
xiv
Halaman
14. Panjang bulu halus kelinci Rex dan Satin umur 4-24 minggu
15. Rataan panjang bulu halus, bulu kasar dan nisbahnya pada kelinci Satin, Rex dan persilangannya umur 20 minggu
16. Rataan diameter bulu halus, bulu kasar psda kelinci Satin, Rex dan persilangannya umur 20 minggu
17. Rataan kelebatan dan bobot bulu pada kelinci Satin, Rex dan persilangannya umur 20 minggu
18. Jumlah kelinci berbulu Normal, Rex, Satin dan Halus-kilap pada galur F2RSRS, F2RSSR, FSRRS, dan F2SRSR
19. Diameter dan panjang bulu kelinci Normal, Rex, Satin dan Halus-kilap urnur 4 minggu pada F2RSRS
20. Diameter dan panjang bulu kelinci Normal, Rex, Satin dan Halus-kilap umcr 4 minggu pada FzRSSR
21. Diameter dan panjang bulu kelinci Normal, Rex, Satin dan Halus-kilap urnur 4 minggu pada FzSRRS
22. Diameter dan panjang bulu kelinci Normal, Rex, Satin dan Halus-kilap umur 4 minggu pada F2SRSR
23. Kriteria morfologis bulu kelinci Halus-kilap
24. Diameter Uulu halus dan kasar bagian atas dan bawah dari bulu Halus-kilap umur 4 minggu pada 4 galur
.DAFTAR GAMBAR
-
No. Halaman
Teks
1. Skema perkawinan silang berdasarkan teori Mendel 15
2. Skema batang bulu kasar dan bulu halus pada kelinci Angora 19 3. Skema bulu kasar dengan bagian-bagiannya
4. Macam tipe medula menurut Wildman
5. Medula tipe tangga menurut Wildman
6. Tipe kutikula bulu menurut Wildman
7. Tipe bentuk tepi kutikula bulu menurut Wildman
8. Jarak antar tepi kutikula bulu menurut Wildman
9a. Skema perkawinan murni pembentukan kelinci Rex dan
Satin keturunan generasi pertama 52
9b. Skema perkawinan silang dalam rangka pembentukan kelinci
berbulu halus dan kilap 52
10. Skema perkawinan dalam rangka pembenlukan kelinci H-K 6 1
11. Persen kematian kelinci Rex dan Satiil umur 0-20 minggu 70 12. Folikel bulu kelinci Rex dan 'Satin 74 13. Batang bulu kasar bulu kilap dan tak kilap dari kelinci
79
No.
Teks
15. Panjang bulu kelinci Satin dan Rex 86
16. Diameter butu kasar atas Satin dan Rex umur 4-20 minggu 88 17. Diameter bulu kasar bawah Satin dan Rex umur 4-20 minggu 89 18. Kelebatan bulu Satin dan Rex umur 4-20 minggu 90
19. Bobot bulu per cm2 Satin dan Rex umur 4-20 minggu 91 20. Kutikula bulu kasar kelinci Normal (a), Rex ( b ) , Satin (c) dan
Halus-kilap (d)
.I
0021. Kutikula bulu halus kelinci Nofmal(a), Rex (b), Satin (c) dan
Halus-kilap (d) 101
22. Batang buiu kasar kelinci Halus-kilap 103 23. Perkawinan antar sesama kelinci Halus-kilap 104 24. Perkawinan silang kelinci Halus-kilap dangan kelinci Rex 105 25. ~erkawinan silang kelinci Halus-kilap dongan kelinci Satin 105 26. Cara pembentukan kelinci Halus-kilap yang baik dan
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Panjang bulu kasar, bulu halus dan nisbahnya pada kelinci Satin
umur 4-20 minggu 125
2. Diameter batang bulu bagian atas dari bulu kasar, bulu halus dan
nisbahnya pada kelinci Satin (F,) umur dawasa (20 minggu) 126
3. Diameter batang bulu bagian bawah dari bulu kasar, bulu halus
dan nisbahnya pada kelinci Satin (F,) umur dewasa (20 minggu) 127
4. Kelebatan bulu kasar, halus dan total kelinci Satin (F,) umur
dewasa (20 minggu) 128
5. Bobot bulu kelinci Satin (F,) per cm2 urnur 4-20 minggu (0.0000g) 129
6. Panjang bulu kasar, bulu halus dan nisbahnya pada kelinci Rex
(F1) umur 4-20 minggu 130
7. Diameter batang bulu bagian atas dari bulu kasar, bulu halus dan
nisbahnya pada kelinci Rex (F1) umur 4-20 minggu 131
8. Diameter batang bulu bagian bawah dari bulu kasar, bulu htlus dan
nisbahnya pada kelinci Rex (F1) umur 4-20 rninygu 132
9. Kelebatan bulu kasar, halus dan total serta nisbahnya dari kelinci
Rex (F1) umur 4-20 minggu 133
10. Pembuktian batang bulu kilap tidak bersel 134
I
PENDAHULUAN
Sesuai dengan wilayah Indonesia yang agraris, pernbangunan ekonorni di Indonesia bertitik berat pada pembangunan bidang pertanian. Pembangunan bidang ini akan berlangsung lebih cepat bila'ditunjang oleh bidang industri yang berkaitan dengan proses pasca panen, serta penyediaan sarana produksi. Dengan terdapatnya industri yang menangani pr.oses pnsca panen mutu hasil pertanian dapat dipertahankan sehingga harga tidal: jatuh dan bahkan dapat menjangkau pasaran yang lebih luas. Daying hasii pernotor~gan melalui proses pasca panen dapat dijadikan daging kateng, abon, bakso, dendeng dan produk olahan daging lainnya.
lndustri yang menangani proses pasca panen dapet meningkatkan mutu hasil samping pertanian yang kurang bernilai ekonomis menjadi yang sangat bernilai ekonomis. Kulit sapi, kerbau, kambing dan sebagainya mempunyai nilai kurang ekonomis bila dibandingkan dengan daging, namun setelah mengalami proses penyamakan yang dilanjutkan dengan proses produkoi dengan hasil akhir berupa sepatu, tas, dompet dan sebagainya nilainya menjadi tinggi.
jaket dan sebagainya. Ketersediaan bahan baku dalam jumlsh yang cukup, yang berkesinambungan dengan kualitas yang baik merupakan salah satu kendala utama dalam bidang industri kulit. Penyediaan bahan baku berupa kulit sapi, kerbau, domba dan kambing tidak mampu mengimbangi permintaan dari pabrik kulit. Untuk mengatasi masalah tersebut sebagian dari bahan baku industri kulit tersebut harus diimpor dari luar negeri. Dalam kondisi nilai tukar rupiah yang jatuh usaha industri bidang perkulitan terancam gulung tikar karena ketidak- mampuan rnelakukan impor kulit dari luar negeri.
Untuk mencegah terjadinya gulung tikar usaha-usaha di bidang industri perkulitan, perlu dicari hewanlternak alternaiif sebagai penyedia bahan baku. Untuk itu kelinci dengan potensi ekonorr~is dan kemanipuar~ Piologisnya diharap- kan dapat membantu sebagai penyedia bahan baku ir~dusiri perkulitan dengan menambah ragam bahan baku yang berupa klr!it-bulu.
Kemampuan biologis kelinci berupa tingkat reproduksi yang tinggi dan laju pertumbuhan badan yang cepat serta mempunyai keinampuan untuk mengkon- sumsi hijauan se,rta hasil sisa pertanian. Di sampiny ilu kelinci dapat diternakkan pada skala kecil maupun skala besar.
Rex berturut-turut 3 000 dan 8 000 dolar AS. lnformasi dari "Rex World" (1991), harga kulit-bulu yang belum disamak 11 dolar Amerika per lembar.
Diharapkan kulit-bulu kelinci Rex dapat bersaing dengan berbagai produk kulit-bulu lainnya seperti kutit-bulu cerpelai (mink), rase (fox) yang harganya sangat mahal di pasaran negara-negara yang beriklim dingin. Makin kuatnya upaya pihak LSM pemerhati kesejahteraan dan pelestarian hewan langka yang melarang pembantaian cerpelai, rase dan sebagainya dapat rnemberikan momentum yang baik untuk usaha produksi kulit-bulu kelinci Rex. Dibandingkan dengan pengusahaan cerpelai, pengusahaan kelinci Rex jauh lebih ekonomis. Kelinci Rex dapat diberi hijauan dan sisa hasil pertanian yang harganya lebih murah daripada cerpelai.yang harus diberi makan daging dan sisa hasil produk peternakan. Karena harus diberikan dalam b e n t ~ ~ k segar, pakan cerpelai harus disimpan di ruang pendingin. Cerpelai menghasilkar~ 1-?2 anak per tahun, sedangkan kelinci pada umumnya dapat menghasilkan 30-40 anak per tahun.
kulit bulu Rex yang kilap di pasaran dapat terganggu sehingga akan mempengaruhi kelancaran usaha bisnis. Untuk mengatasi ha1 tersebut perlu dicari alternatif lain untuk mendapatkan bulcr yang selain halus seperti bulu Rex juga kilap. Salah satu alternatifnya adalah melalui pemuliaan derlgan jalan mengawin-silangkan bangsa kelinci Rex yang berbulu halus dengan bangsa kelinci lain yang berbulu kilap.
maju, produk industri dari bahan kulit-bulu di Indonesia diharapkan dapat menjadi substitusi bagi produk industri kulit-bulu cerpelai dan kulit-bulu hewan lainnya.
Dengan demikian produk industri kulit yang berbahan baku dari kulit bangsa kelinci baru tersebut dapat diharapkan menjadi komoditi ekspor yang handal.
Penelitian ini bertujuan untuk menjajagi kemungkinan pembentukan bangsa kelinci baru yang berbulu halus seperti bulu kelinci Rex dan mengkilap
seperti bulu kelinci Satin. Tujuan lain dari perielitian ini untuk rnengetahui
penyebab kehalusan bulu bangsa kelinci Rex dan penyebab kilapnya bulu
-
bangsa kelinci Satin.
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa persilangan bangsa kelinci Satin dan bangsa kelinci Rex dapat menghasilksn kelinci yang berbulu halus seperti
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah, Potensi Ekonomi dan Kernampuan Biologis Kelinci
Menurut Cheeke dkk. (1987) semua bangsa kelinci domestikasi bernenek-
moyang kelinci liar dari Eropah yang berordo lagomorfa, farnili leporidae, genus oryctolagus, spesies Orycfolagus cuniculus. Genus oryctolagus ini mempunyai 22 pasang kromosom; Pada awalnya kelinci diklasifikasikan ke dalam ordo rode~~sia
(binatang mengerat) yang bergigi seri empat, tetapi akhirnya dimasukkan ke dalam ordo lagomorfa karena bergigi seri enam.
Kelinci mempunyai potensi ekonomis yang tidak kecil di satnping kemam-
puan biologisnya yang cukup besar. Kelinci dapat dimanfaatkan daging, kulit, bulu, kulit-bulu dan organ dalamnya (Cheeke dkk.,1987). L.ebas dkk.(1986) menyatakan bahwa sebagai penghasil daging, sejarah permanfaatan kelinci diawaii dari dijadikannya kelinci sebagai obyek perburuan; Pernbudidayaan
selanjutnya menyebar juga ke Australia dan Selandia Baru; Di Eropah, Jepang dan Amerika, pengembang-biakan kelinci terpacu pada Perang Dunia kedua
karena terjadinya kekurangan pangan.
Kulit kelinci dapat digunakan untuk bahan garmen, sarung tangan dan lain- lain (Cheeke dkk..1987). Menurut Lebas dkk. (1986). Perancis merupakan
negara penghasil kulit kelinci terbesar di Eropah; Australia juga negara penghasil kulit kelinci mentah (pelt) yang didapat dari kelinci yang ditangkap dalam usaha
pemberantasan kelinci liar; Korea dan Filipina merupakan negara pengimpor kulit
s
mentah; Setelah disamak kulit kelinci tersebut diekspor kembali ke negara- negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman dan Italia. Ditambahkan
oleh Cheeke dkk. (1987) bakaa selain daging, kulit, bulu atau kulit-bulu bagian- bagian lain seperti otak, darah serta organ-organ dalamnya juga mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil, Otak kelinci adalah sumber tromboplastin yang berguna dalam pencegahan trombosis (pada serangan jantung), flebitis dan beberapa kelainan pembekuan darah pada manusla; Darah kelinci dapat digunakan dalam program-program biornedis; Bagian-bagian lain yang semula
diduga tidak dapat dimanfaatkan ternyata juga masih berguna seperti kaki kelinci dapat dibuat menjadi cenderamata.
Di Amerika Serikat kelinci Rex banyak mendapat perhatian orang karena bulunya yang istimewa, halus seperti beludru. Kelinci bangsa ini selain sebagai
ongkos tenaga kerja menjadi kendala utama bagi negeri tersebut untuk
mengembangkan kelinci Rex ke arah industri (Cheeke dkk.,1987).
Kemampuan biologis kelinci yang mencrnjol terletak pada sistem reproduksi dan sistem pencernaannya. Umur empat bulan kelinci sudah mencapai dewasa kelamin dan sudah dapat dikawinkan (Cheeke dkk.,1987; Smith dan Mangkoewi- djojo, 1987). Tiap pejantan dapat dikawinkan dengan 8-1 0 betina dengan tingkat kesuksesan pembuahan 95% (Tao Yue-rong, 1992). Lama bunting rata-rata 31-
32 hari (Cheeke dkk.,1987; Smith dan Mangkoewidjojo, 1987). Rata-rata jumlah anak per kelahiran 6-7 ekor dengan tingkat keseiamatan jsun/ival rate) 85-95%
(Tao Yue-rong, 1992). Anak kelinci disapih oleh induknya rata-rata pada umur 6-8 minggu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1987). Segera setelah melahirkan, induk kelinci dapat dikawinkan kembali. Namun dianjurkan sebaiknya kelinci betina dikawinkan lagi sesudah anak-anaknya disapih (Smith dan Mangkoewidjojo, 1987).
Fekete (1985) menyatakan bahwa kelinci adalah ternak herbivora non- ruminansia yang mempunyai lambung tunggal dengan pembesaran unik di bagian caecum dan colon. Dijelaskannya, kedua bagian alat pencernaan ini berfungsi mirip dengan rumen aehingga kelinci disebut sebagai hewan ruminansia .-
semu (pseudo-ruminant); Sebagai ternak runiinansia semu, kelinci dapat
ruminansia semu, kelinci bersifat coprophagy yaitu dapat mengkonsumsi kotoran lunaknya sendiri langsung dari anus, sehingga protein dalam hijauan dapat dimanfaatkan secara efisien. Menurut Cheeke (1936), pemanfaatan protein yang efisien tersebut disebabkan oleh penyerapan ulang terhadap zat-zat makanan yang telah mengalami pencernaan awal oleh bakteri-bakteri yang berada di dalam caecum dan colon yang dapat mensintesa beberapa zat makanan antara lain
protein dan beberapa vitamin.
Pertumbuhan badan kelinci dapat mencapai 15-20 gram per hari (Smith dan Mangkoewidjojo, 1987).
2.2. Kelinci Rex
Kelinci Rex adalah kelinci yang mempunyai keistimewaan pada bulunya
yang halus seperti beledu, tumbuh tegak, dengar1 panjang bulu yang sama antar bulu kasar dengan bulu halus (Cheeke dkk., 1987 dan Tao Yue-rong, 1992).
Menurut Cheeke dkk. (1987), bangsa kelinci Rex ditemukan pertama kali oleh seorang peternak di Perancis pada tahun 1919; Satu tahun berikutnya (tahun 1920) bangsa kelinci ini terlihat pada beberapa pameran hewan di Benua Eropa; Setelah peristiwa tersebut popularitesnya menirigkat dengan cepat
-
yang istimewa, halus seperti beledu; Di samping itu kelinci bangsa ini juga
diambil daging dan kulit-bulunya; Beberapa tahun kemudian mulai terdapat
usaha-usaha untuk mengembangkannya sebagai penghasil bahan baku pada industri garmen; Mahalnya ongkos tenaga kerja menjadi kendala utama bagi negeri tersebut untuk mengembangkan kelinci kelinci Rex ke arah industri.
Tabel 1. Produksi dan reproduksi kelinci Rex
K e t e r a r ~ g a n Rataan
Interval kelahiran (hari) Jumlah anaklkelahiran (ekor) Jumlah anak lahir hidup (akor) Jumlah anak disapih (ekor) Bobot lahir (g)
Mortalitas sebelum sapih (%)
Bobot sapih-umur 28 hari ( k ~ )
Mortalitas sesudah sapih (%)
Nisbah pakanlpertambahen bobot badan
Nisbah jantan:betina 1:1.04
[image:183.547.42.414.11.637.2]Kelinci Rex dimasukkan pertama kali ke Indonesia melalui importasi oleh Balai Penelitian Ternak-Ciawi pada bulan Februari 1988, dengarl tujuan untuk mengkaji pertumbuhan badan dan pemanfaatan kulit-bulu. Hasil pengamatan
pada produksi dan reproduksi kelinci Rex yang diiakukan oleh Raharjo dan Tangendjaja (1988) dapat dilihat pada Tabel 1. Bobot dewasa kelinci Rex berkisar 2.7-3.6 kg dengan rataan luas kulit segar 840.5-320.7 cm2 (Yurmiaty,
1991).
Bangsa kelinci Rex tidak memiliki bulu-bulu panjang karena bulu pelindung
(guard hair) lebih pendek atau sama panjangnya dengan bulu halus (down hair) (Sanford dan Woodgate, 1980 dan ARBA, 1998). Menurut Cheeke dkk. (1987) kelinci Rex berbulu halus, lebat, dengan bulu kasar dan bulu halus yang sama panjang serta warna bulu yang beragam dan menarik. Tao Yue-rong (1992)
menambahkan bahwa bulu kelinci Rex tegak dengan panjang 1.2-1.3 cm. Sifat
bulu yang halus dan tumbuh pendek tersebut disebabkan oieh terdapatnya gen bulu halus ( rr ) (Castle dan Law, 1936; Lukefahr dan Robinson, 1988). Hal ini menyebabkan sulitnya dibedakan antara bulu pelindung (bulu kasar) dengan bulu
halus (Castle dan Law, 1936). -
Dinyatakan oleh Raharjo (1988), kelinci Rex sanga: berpotensi sebagai
bahan penghasil barang ekspoi seperti pakaian berbulu, syal, alas duduk, topi, tas, mainan anak-anak dan lain sebagainya yang harganya cukup mahal; Sebagai
dan sebuah "medium coaY' harganya berkisar 700-3000 dolar AS tergantung pada kualitasnya; Pasaran untuk barang-barang komoditi !erseGut masih sangat ter- buka. Ditambahkannya, kelinci Rex dapat dikembangkan di daerah dataran tinggi tempat penghasil sayuran karena suhu ideal untuk pertumbuhan badan dan perkembang-biaban adalah 16-18OC. Makin dingin suhu udara makin baik bulu yang dihasilkan. Suhu udara 5 - 1 5 ' ~ adalah suhu ideal untuk menghasilkan bulu . kualitas nomor satu (Raharjo, 1994).
2.3. Kelinci Satin
Dinyatakan oleh Lukefahr (1981), bangsa kelinci Satin dilemukan pertama kali pada tahun 1930 di Pendleton-Indiana oleh Walter A. Huey; Bangsa kelinci ini diternakkan untuk diambil daging dan kulit-bulunya dengan berat dewasa 4.3 kg untuk jantan dan 4.5 kg untuk betina (Lukefahr, 1981). Masuknya bangsa kelinci ini ke Indonesia (Balitnak-Ciawi) belum lama yaitu pada bulan Agustus 1996 dari Amerika Serikat dan langsung digunakan pada penelitian ini.
bersifat resesif , yang merupakan hasil mutasi gen non-kilap
is.)
(Castle dan Law, 1936; Spendfove dan Robinson, 1970 dan ARBA, 1996). Gen untuk bulu kilap dalam keadaan homosigot (s,s,) akan menutup pengaruh gen-gen lainnyasehingga bulu kelihatan kilap dan relatif lebih halus dibandingkan bulu bangsa kelinci berbulu normal (Searle, 1968). Ditarnbahkan oleh Lukefahr (1981) bahwa
gen kilap (s.) juga berpengaruh pada meningkatnya konsentrasi granula-granula pigmen pada bulu sehingga ekspresi warna pada bulu menjadi lebih tegas.
Secara mikroskopis, yang pertama kali mudah dicirikan dari struktur bulu kelinci Satin adalah tidak terdapatnya sel-sel pada bayian medula dari batang
rambut (Castle dan Law, 1936 dan Lukefahr, 1981). Sel-sel tersebut hanya hadir pada bulu yang sedang pada periode pertumb~ihan pada bulu kelinci Satin yang baru lahir (new-born) (Castle dan Law, 1936); bagian kortaks dan kutikula bulu
kelinci Satin lebih tipis daripada bulu Normal, karena sel-sel pembentuk dindingnya juga lebih tipis daripada bulu Normal.
Terdapat dua pendapat tentang penyabab kilapnya bulu pada kelinci Satin. Searle (1968) menyatakan bahwa penyebab kilap pada bulu kelinci Satin karena terdapatnya pantulan sinar dari permukaan batang bulu yang disebabkan oleh
permukaan kutikula yang lebih halus daripada kutikula bulu bangsa kelinci pada umumnya. Menurut Lukefahr (1981), sifat kilap pada bulu Satin disebabkan oleh mengernpisnyalmelipafnya sel-sel medula pada batang rambut yang berisi udara
dan Law (1936), sel-sel tersebut melipat, tersusun rapat di sepanjang batang bulu pada batas medula dengan korteks.
Ditambahkan oleh Cheeke dkk. (1987), kilapan bulu juga dapat dipengaruhi oleh suatu sekresi yang dikeluarkan oleh kelenjar palit (sebaceous gland) yang ber'upa substansi yang digunaknn untuk rnetnpertahankan tekstur kulit.
2.4. PeluangTerbentuknya Kelinci Berbulu Halus dan Kilap
Untuk membentuk kelinci berbulu halus-kilap (kelinci H-K), upaya dimulai dengan melakukan perkawinan silang antar bangsa kelinci yang berbulu halus (Rex) dengan bangsa kelinci yang berbulu kilap (Satin). Sifat bulu halus Rex diatur oleh gen bulu halus ( r ) (Lukefahr dan Robinson, 1988) dan sifat bulu kilap Satin diatur oleh gen bulu kilap ( s. ) (Lukefahr, 1981).
Berdasarkan Teori Mendel, secara simbolik skema parkawinan silang untuk membentuk kelinci berbulu halus-kilap (H-K) dapat dilihat pada Gambar 1
S,S, rr x s,s, RR (Rex) (Satin)
S,s, Rr x S.S. Rr (kawin sesamanya) (Normal) (Normal)
F2 S.- R- S.S. R- Sa- rr S.S. rr
(Normal) . (Satin) (Rex) (H-K)
9/16 - 3/16 311 6 1/16
Gambar 1. Skema perkawinan silang berdasarkan teori Mendel
Dalam Gambar 1 terlihat bahwa berdasarkan teori Mendel, diperlukan dua generasi perkawinan untuk membenluk kelinci beigenotipe S.S. rr. Pada generasi
generasi kedua (F2) dengan peluang proporsi fenotipe: 911 6 berbulu Normal, 311 6 berbulu Satin, 3/16 berbulu Rex dan 1/16 berbulu kombinasi Rex-Satin.
2.5. Pengaruh lnduk
2.6. Bulu
Bulu tumbuh dari kulit dan menutupi keseluruhan tubuh selain telapak tangan dan kaki, kuku, glans penis dan puting susu (Calhoun dan Stinson, 1986). Fungsi utama bulu adalah perlindungan, antara lain dari setiyatan matahari dan benda asing (Tortora dan Anagnostakos, 1990).
Bulu tersusun atas kerat~n yaitu suatu protein yang ssbagian besar terdiri dari sistin yaitu asam amino yang banyak mengandung sulfur (Cheeke dkk., 1987). Menurut Voet dan Voet (1990) bulu pada ~namalia sebagian besar tersusun atas keratin u yaitu suatu protein yang sifatnya secara flsik tahan lama, dan secara kimiawi tidak mengadakan reaksi terhadap zat lain. Ditambahkannya bahwa sehelai rambut tersusun atas beberapa makrofibril. Masing-masing makrofibril terdiri atas beberapa mikrofibril. Miltrofrbril terdiri atas beberapa protofibril yang merupakan pasangan yang bergulung yang masing-masing terdiri dari dua a heliks yang juga saling bergulung. Menurut Cheeke dkk. (1987) struktur dari dua a heliks yang saling bergulung tersebut yang membuat rambut bersifat elastis, dapat ditarik memanjang dan dapat kembali ke panjang semula.
kelenjar keringat (sweat glatid), kelenjar palit (sebaceous gland) dan otot penegak bulu (errector pili muscle); Bulu halus pada umumnya tidah mempunyai kelenjar keringat dan otot penegak bulu. Kelenjar palit mensekresikan suatu zat yang menyebabkan permukaan bulu terasa halus dan mempertahankan tekstur kulit tetap baik. w e h i dkk. (1982) menambahkan, batang bulu kasar berpermukaan halus karena sisi-sisi kutikula menempel erat pada bagian korteks dari batang bulu, sedangkan batang bulu halus berpermukaan kasar.
Batang bulu kasar lebih kuat dan pad^ umumnya lebih panjang daripada bulu halus (Sanford dan Woodgate, 1980 den Schlolaut, 1992). Gatang bulu kasar maugun batang bulu halus bagian atas lebih besar daripada bagian bawahnya (Schlolaut, 1992); Bagian bawah batang bulu kasar lurus dari bagian atas hingga bagian bawah, sedangkan batang bulu halus lurus di bagian atas dan menggelombang di bagian bawahnya (Gambar 2).
kelinci CL berada di daerah sisi, Kebalikan dari bulu halus, bulu kasar tertipis terdapat di daerah bahu.
Gambar 2. Skenia batany bulu kasar' (BK) dan bulu halus (BH)
rrrenurut Schlola~i ( 1 992). BK lurus dari atas hirigga b a w a i ~ . BH lurus di bagian atas dac berkelok-kslok di Sagian bawah.
Tabel 2. Diameter (mikron) batang bagian bawah dari bUlu kasar, bulu halus dan nisbahnya pada beberapa bagian tubuh dari kelinci NZW, CL dan TW
Ket. Bahu Punggung Pinggul Sisi Perut Rataan
DBH DBK DBWDBH DBH DBK DBKIDBH DBH DBK DBWDBH
New Zealand White
(GW)
12.3 11.9 11.6 12.0 52.8 66.7 64.8 62.9 1 : 4.3 1 : 5.6 1.
5.6 1 : 5.2Californian (CL)
12.6 12.0 11.8 11.9 50.7 59.8 58.8 60.7 1 : 4.1 1 : 5.0 1 : 4.9 1 : 5.1
Termond White (TW)
12.0 11.6 11.4 11.8 52.8 66.2 64.8 63.3 1 : 4.3 1 : 5.7 1 : 5.6 1 : 5.4 -- -
Sumber . Niedzwiadek dkk. (1 996) Keterangarl: DBK = diameter bulu kasar
DBH = diameter bulu halus
Nisbah diameter bulu kasar dengan bulu halus (DBWDBH) juga beragam menurut topografi dan bangsa' (Tabel 2). Nisbah tertinggi untuk kelinci bangsa .-
Seperti halnya pada diameter atau keiebalan bulu, penjang bulu juga tidak sama untuk bagian tubuh yang berbeda.
Tabel 3. Panjang (mm) bulu kasar, bulu halus dan nisbahnya pada beberapa bagian tubuh dari kelinci NZW, CL dan TW
Ket. Bahu Punggung Pinggul Sisi Perut Rataen New Zealand White (NZW)
PBH 18.1 20.1 23.1 22.0 17.6 20.2 PBK 25.1 30.1 31.7 30.3 26.9 28.8 PBWPBH 1:1.38 1 : 1.49 111.38 1 i 1 . 3 8 1:1.52 1:1.42
Californian (CL)
PBH 17.5 21.8 22.1. 19.9 17.5 19.8 PBK 23.5 31.5 32.9 32.0 28.0 29.5 PBWPBH 111.34 1 : 1.44 ' 1 : 1.48 1: 1.60 111.60 1:1.50
Termond White (TW)
PBH 18.4 19.5 20.3 20.0 17.4 19.0 PBK 24.9 29.2 31.3 29.5 25.0 28.0 PBWPBH 1:1.35 1 : 1.49 111.54 1 : 1.47 111.43 1:1.47
Sumber : Niedzwiadek dkk. (1996)
Keterangan: PBH
=
panjang bulu halus PBK = panjang bulu kasarRataan panjang bulu kelinci Rex menurut Gekle dkk. (1985) 1.5-2.0 cm, menurut Sartika dkk. (1993) 1.59-3.08 cm, sedangkan menurut Tao Yue-rong (1 992) 1.2-1.3 cm.
Niedzwiadek dkk. (1996) juga menyatakan bahwa panjang bulu juga beragam menurut topografi (Tabel 3). Pada semua bangsa kelinci, bulu terpanjang baik bulu kasar maupun bulu halus terdapat di daerah punggung. Bulu kasar terpendek untuk semua bangsa terdapat di daerah bahu sedangkan bulu terpendek juga untuk semua bangsa terdapat di daerah perut.
Kelebatan bulu juga tidak sama untuk seluruh bagian tubuh. Bulu bagian bahu dan kaki paling lebat, sebaliknya bagian perut paling jarang (Gekle dkk., 1985). Agak berbeda dari pendapat Gekle dkk. tersebul, Niedzwiadek dkk. (1996) mendapatkan bahwa pada semua bangsa kelebatan bulu meksimal terdapat pada bagian pinggul dan minimal terdapat di bagian perut. Namun kelebatan bulu berbeda antar bangsa satu dengan bangsa yang lain.
2.6.1. Bagian bulu
berada di bawah permukaan kulit rnenernbcs bagian dermis bahkan hingga ke lapisan di bawah kulit. Mereka rneiyatakan hahva seperti pada bagian batang, bagian akar ini juga terdiri atas medl~la, korteks dan kutikula. Ditambahkannya, akar bulu dikelilingi oleh folikel bulu.
Gambar 3. Skema Kulu kasar dengan bagian-bagiannya menurut Ham dan Cormack (1979)
Bagian medula ~erupakan lapisan bulu paling dalam, tersusun atas ruang- ruang udara (Calhoun dan Stinson, 1986) dan sel-sel polihedral yang berisi
granula-granula pigmen (Calhoun dan Stinson, 1986; Tortora clan Anagtostakos,
1990). Makin besar ukuran bulu makin besar proporsi bagian medula (Cheng dan Huang, 1992). Menurut Dellman (1971) bagian medula ini tidak banyak terpigmentasi. Dijelaskannya, sel-sel pada bagian medula ini semuanya terkornifikasi dan saling berhimpitan seperti tumpukan uang logam; Pada bagian
.-
ini sering didapati rongga udara terutama pada binatang yang sudah tua. Pada
bulu halus terdapat single medulla cavity (rongga udara menerus dari medula)
atau discontinous single medulla cavity (rongga udara terputus dari medula) yang berisi sederetan sel-sel medula, sedangkan pada bulu kasar hampir selalu terdapat multiple medulla cavity (rongga udara ganda dari medula) yang berisi dua atau lebih deretan sel-sel medula (Cheng dan Huang, 1992).
Garnbar 4. Macam tipe rnedula menurut Wildman (1 955) a). fragmen b). terputlrs c). utuh sedang d), utuh lebar
Bagian korteks terdiri atas sel-sel yang terkornifikasi yang tidak punya inti
sel dan banyak didapati tonofibril yang membuat bulu menjadi stabil, tidak akan mengalami perubahan ukuran (Deliman, 1971). Korteks merupakan bagian
terbesar dari batang bulu, terdiri atas sel-sel panjang yang berwarna gelap mengandung granula-granula pigmen (Tortora dan Anagtostakoo, 1990). Menurut
Cheng dan Huang (1992) proporsi sel-sel korteks pada ke!inci lebih sedikit dari pada domba. Ditambahkannya, makin halus bulu kelinci makin kecil proporsi sel- sel korteks. Pada rambut yang putih (karena tua atau albino) bagian korteks tidak mengandung granula pigmen (Tortora dan Anagtostakos, 1930).
Bagian kutikula, lapisan terluar dari bulu, terdiri atao selapis sel-sel epitel skuamus simplek yang tipis, rata, tersusun seperti sisik ikan yang sebagian besar tersusun dari keratin. Bagian yang seperti sisik yang bebas mencuat keluar menyerupai genteng sirap (Dellman, 1971; Tortora dan Anagtostakos, 1990). Bagian ini bersifat resisten terhadap banyak macam bahan kimia (Dellman, 1971) dan juga menolak air (Cheeke, 1987).
tali dan tipe sisik ikan, Kedua tipe kutikula tersebut bentuknya sesuai dengan namanya, yaitu seperti pintalan tali dan sepert; susunan sisik ikan.
Gambar 6. Tipe kutikula menurut Wildman (1 955)