r •
}
:Mafia Suci .Jl..[Cafi yang se[urufi lieliuasaan verada dl
tangan-Nya dan lieyada-NyaCafi liamu dlliemvafilian
(QS yaasin
:
83)
SBセ@
... .
{f;
セ@
dru"
a1.nwJiULfI"V
93
セ@
ku:-i..,;\:w,セM
PQQ。FHォlャLLPQセセセセセ@
§lVUV,
ォュイオB、イオB。N」jGオエMwセカL@
ァIセセセセセセ@
Pャセ@
セ、イオMカ@
I'ULCLI'\.<\.(VオオwLセセ@
EVALUASI BEBERAPA VARIETAS DAN GALUR PAD1
PADA KONDlSl KEKERINGAN
Oleh
EDY SUPRIANTO
A 30.1 537
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
EDY SUPRIANTO. Evaluasi Ketahanan Kekeringan Beberapa Varietas dan Galur
Padi (Di bawah bimbingan PURWONO d a n D D I SUARDI). .
. .
Percobaan yang ditujukan untuk mengevaluasi beberapa varietas dan galur padi
pada kondisi kekeringan dengan metode pot PVC telah dilaksanakan di Rumah Kaca
Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Cimanggu Bogor, pada bulan April
sampai bulan Juni 1997.
Bahan yang digunakan adalah 19 varietas dan galur padi yang terdiri dari 5 va-
rietas padi sawah ( IR 64, IR 36, Cisadane, Maros, Memberamo); 5 galur introduksi
(IR58025AlIR72, IR58025AAR64, IR58025A/IR53942, IR58025AAR54852); 5
galur harapan padi gogo (TB 262d-Ck-6-B, lDSA 13-MP-1-81-TB-2, S3385-3C-11-
2-3, S3385-5C-16-3-2, S382b-2-2-3), 4 varietas padi gogo (Cabacu, Bulan Sabit
Putih, Gajah Mungkur, Kalimutu), parafin dan vaselin dengan perbandingan 60%:40%,
tanah, pasir dan bahan organik dengan perbandingan 3:2: 1.
Perlakuan disusun atas dasar Rancangan Petak Terbagi dengan tiga ulangan.
Petak utama berupa faktor ketebalan lapisan, yaitu 3 mm (TI), 4 mm (T2) dan 5 mm
(T3). Anak petak adalah faktor galur dan varietas ( V1 sampai V19). Pengamatan di-
lakukan terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering akar dan tajuk,
skoring kekeringan, skoring penggulungan daun dan suhu daun.
Hasil percobaan menunjukkan tidak terdapat akar tanaman dari varietas dan
galur yang dicobakan yang dapat menembus lapisan parafin dan vaselin. Varietas padi '
gogo memiliki tajuk tanaman yang lebih tinggi, jumlah anakan sedikit dan akar yang le-
bih panjang. Varietas padi sawah memiliki tajuk tanaman dan panjang akar yang lebih
Hasil pengamatan menunjukkan galur IDSA 13-MP-81-TB-2 mendekati sifati
varietas yang tahan kekeringan karena memiliki kesamaan tajuk dan perakaran dengan
varietas-varietas padi gogo.
- ~alurS3365-3c-11-2-3 . . dan ~3385-5c-16-3-2 memiliki sifat tanaman yang ber-
produksi tinggi karena memiliki potensi jumlah anakan yang tinggi namun ketahanan
terhadap kekeringan agak rendah.
Dari hasil uji korelasi antar peubah diketahui peubah tinggi tanaman, jumlah
anakan dan panjang akar merupakan faktor dominan dalam menentukan tingkat ke-
EVALUASI BEBERAPA VARIETAS DAN GALUR PAD1
PADA KONDlSl KEKERINGAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
EDY SUPRIANTO
A 30.1537
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : EVALUASI BEBER4PA VAFUETAS DAN GALUR PAD1 PADA KONDISI KEKERINGAN
Nama Mahasiswa :
EDY
SUPXUANTONomor Pokok : A 30.1537
Menyetujui,
J
Ir Punvoxto, MS
NIP.
131 124 018fr Didi &ardi K., MSc
Tanggal LUIUS
RIWAYATHIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1974 dari ayah
nama Patoni dan ibu Rochanah. Penulis merupakan anak 'ke lima dari lima
ber-saudara.
Pendidikan sekolah dasar ditempuh tahun 1981-1987 di SD Negeri Cilandak
10 Petang. Pendidikan tingkat menengah ditempuh tahun 1987-1990 di SMP Negeri
85 Jakarta. Penulis lulus dari sekolah lanjutan atas SMA Negeri 34 tahun 1993. Pada
tahun yang sarna penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis menjalani kuliah di Jurusan
Bu-didaya Pertanian program studi Agronomi.
Selama kuliah, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan. Tahun
199311994 aktif di Organisasi Mahasiswa Angkatan (OMA) 30. Setahun kemudian
aktif di Himpunan Profesi HlMAGRON dan BKIM IPB. Di tingkat akhir, penulis
aktif di Senat Mahasiswa FakuItas Pertanian IPB sebagai Kepala Biro Pengembangan
Sumber Daya Manusia.
Penulis pernah mendapat predikat Mahasiswa Berprestasi di tingkat Jurusan
Budidaya Pertanian tahun 1997. Selain itu, penulis juga pernah menjadi Asisten Luar
Biasa untuk mata kuliah Dasar-dasar Agronomi tahun 1996 dan 1997. Pada tahun
1998, penulis menjadi Asisten Lapang untuk mata kuliah Teknik Perkebunan dan
KATA PENGANTAR
AlhamdulilIah, puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah Yang Maha
Ktiasa karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Laporan penelitian dengan judul "Evaluasi Beberapa Varietas dan Galur Padi
Pada Kondisi Kekeringan" merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pertanian di Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan penuh rasa tulus kepada :
1. Ir Purwono, MS dan Ir Didi Suardi K., MSc sebagai pembimbing atas arahan dan
bimbingannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan
2. Ir Sugiyanta, MSi selaku dosen penguji atas semua saran dan masukan yang sangat
berharga dalam penyempurnaan laporan
3. Emak dan almarhum Bapak tercinta, serta seluruh keluarga atas segala doa dan
restunya
4. Keluarga Agus Suhennan, BSc. (Papih, Mamih, Angga dan GiIar) di Surade atas
segala perhatian dan kasih sayangnya
5. Pak Pi yang selama ini telah banyak memberikan masukan, bimbingan dan
do-rongan moril serta kesempatan untuk berkembang kepada penulis
6. Karyawan Balitbio (pak Sonip dan Kang Asep) atas bantuannya selama
pe-laksanaan penelitian
7. Rekan-rekan tersayang di Agronomi 30 terutama kepada Yuana, Endro, Tatang,
Thnu, Dian, Atiek, Sushi, Reny, Nia dan Yanti atas semangat dan bantuannya
se-lama penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan laporan
8. Keluarga besar dan seIuruh ternan di Malabar ujung 11 atas persahabatan dan rasa
9. Pirnpinan Yayasan Beasiswa Supersernar atas bantuannya selama penulis rnenjalani
perkuliahan
10. Ternan-ternan sepeIJuangan yang tidak rnengenal lelah dalarn rnernberikan
sernangat, terutarna kepada Iwan Sugiarto, Febri, Irma, Eko, Wahyu, Bani, dan
Mas Edi Santosa. Terirna kasih untuk sernuanya.
Penulis berharap laporan ini dapat berrnanfaat bagi sernua pihak yang
rnernerlukannya.
Bogor, Mei 1998
DAFTARISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... : ... viii
DAFTAR GAMBAR... IX PENDAHULUAN... I Latar Belakang... 1
Tujuan ... 3
Hipotesis... 3
TINJAUANPUSTAKA ... 4
Mekanisme Ketahanan Padi terhadap Kekeringan ... 4
Hubungan Perakaran Padi dengan Ketahanan Kekeringan... 5
Hubungan Tajuk Tanaman dengan Ketahanan Kekeringan... 7
BAHANDANMETODE ... 10
Waktu dan Tempat Percobaan... 10
Bahan dan Alat Percobaan... 10
Metode Percobaan . ... ... ... ... ... ... ... 11
Pelaksanaan Percobaan... ... .... 11
Pengamatan... ... ... 13
HASILDAN PEMBAHASAN ... 15
Keadaan Umum Percobaan... ... 15
Skor Kekeringan dan Penggulungan Daun... ... 17
Korelasi Antar Peubah... ... ... 18
Tinggi Tanaman dan Iumlah Anakan ... 20
Bebe! Kering Akar dan Tajuk ... 24
Suhu Daun ... 26
KESIMPULAN DAN SARAN ... 27
Kesimpuian ... : .... : ... : .. , ... : .. : ... : ... 27
Saran ... 27
DAFT AR PUST AKA ... 28
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Skoring Kekeringan dan Penggulungan Daun Berdasarkan Standard
Evaluation for Rice
CIRRI,
1996) ... ... ... ... 142. Skor Kekeringan dan Penggulungan Daun pada Varietas dan Galur Padi... 17
3. Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan Varietas dan Galur Padi pada 3, 5 dan 7 MST ... 21
4. Panjang Akar Varietas dan Galur Padi... 23
5. Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar dan Rasio Akar-Tajuk Varietas dan Galur Padi .. ... ... ... ... ... .... .... ... ... ... ... .... .... ... ... ... 25
6. Suhu Daun Varietas dan Galur Padi ... 26
Lampiran 1. Deskripsi Varietas Padi Gogo Gajah Mungkur dan Kalimutu... 31
2. Deskripsi Varietas Padi Sawah Cisadane dan IR 64 ... 31
3. Komposisi Larutan Yoshida.. ... ... ... ... .... .... ... ... ... 32
4. Rekapitulasi Sidik Ragam Seluruh Peubah... 32
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Hubungan antara Skor Kekeringan dengan Tinggi Tanaman dan Iumlah
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kecenderungan permintaan' Pilngan, terutama beras, terus meningkat seiring
peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat. Kedudukan beras
sebagai makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat masih sulit digantikan oleh
komoditi pangan lainnya. Hal ini tergambar dari tingkat konsumsi beras Indonesia
yang mencapai 136.86 kgltahunlkapita pada tahun 1995 (Biro Pusat Statistik, 1996).
Untuk mencukupi kebutuhan pangan, pemerintah terus berupaya untuk dapat
meningkatkan produksi beras. Meskipun produksi beras Indonesia dari tahun ke tahun
menunjukkan peningkatan, tahun 1996 sebesar 51 101 000 ton lebih tinggi dari
produksi tahun 1995 dengan produksi 49 744 000 ton (Biro Pusat Statistik, 1998),
tetapi belum dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.
Konsentrasi upaya peningkatan produksi beras (padi) guna memenuhi
kebutuhan pangan rakyat selama ini masih tergantung pada lahan sawah beririgasi
teknis. Di sisi lain, lahan-Iahan sawah di pulau Jawa semakin berkurang dengan
semakin berkembangnya industri dan perumahan.
Padi gogo merupakan alternatif bagi penyediaan pangan nasional. Saat ini
kontribusi padi gogo terhadap produksi beras nasional masih sangat kecil, yaitu hanya
sebesar 2 913 000 ton pada tahun 1996 (Biro'Pusat Statistik, 1998), Potensi lahan
kering di Indonesia untuk pengembangan padi gogo masih cukup besar. Data statistik
tahun 1995 menunjukkan luas lahan keriJ)g di Indonesia sekitar 53 259 761 ha yang
terdiri atas lahan pekarangan, ladang, dan lahan-Iahan tidur di perkebunan. Hampir
2
Untuk mengimbangi kehilangan areal pertanian dan dalam rangka
mem-pertahankan tingkat produksi beras yang memadai, pengembangan pertanian padi saat
ini diarahkan ke lahan-Iahan kering yang banyak terdapat di luar Jawa.
Pengembangan pertanian di lahan kedng menghadapi banyak kendala dengan resiko
pertanaman yang cukup tinggi. Selain iti.!,· tingkat produktivitas lahan kering lebih
rendah dibandingkan lahan kelas satu (Iahan sawah). Sebagai gambaran,
pro-duktivitas padi yang ditanam di lahan kering (padi gogo) hanya 2.1 tonlha sedangkan
padi di lahan sawah tadah hujan 4.3 ton/ha. Bila dibandingkan dengan produ\...'tivitas
padi sawah yang dapat mencapai 5.5 tonlha, tingkat produktivitas pertanaman padi
di lahan kering masih lebih rendah.
Salah satu kendala yang paling sering dihadapi dalam pengembangan padi di
lahan kering adalah kekeringan. Menurut Mackill, Coffman dan Gamty (1996)
kehilangan hasil yang disebabkan oleh kekeringan pada saat antesis dan persemaian
dua kali lipat bila dibandingkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulma. Pada
umumnya, ketersediaan air di lahan kering sangat tergantung pada curah huj an,
sehingga sangat besar kemungkinan untuk munculnya masalah kekeringan. Lubis,
Harahap, Diredja dan Kustianto (1993) menyatakan intensitas kekeringan berbeda
menurut jenis tanah dan kelembaban udara di areal setempat. Periode curah hujan
yang terbatas dapat menyebabkan timbulnya Japisan tanah yang padat. Menurut Yu,
Ray, O'Toole dan Nguyen (1995) lapisan padat ini dapat mempengaruhi
perpanjang-an dperpanjang-an perkembperpanjang-angperpanjang-an akar yperpanjang-ang berakibat keterbatasperpanjang-an fisik dperpanjang-an fisiologis pada
pertumbuhan tanaman
Dalam mengatasi masalah kekeringan pada lahan kering diperlukan padi yang
mampu untuk berproduksi baik pada kondisi sub optimum. Tanaman padi yang
3
Tanaman padi ini memiliki morfologi dan sifat fisiologis yang spesifik sebagai
mekanisme adaptif terhadap suasana kering.
Dari aspek morfologi, padi yang tahan terhadap kekeringan memiliki sistem
perakaran yang besar dan panjang (Chang, Armenta-Soto, Mao, Peiris dan Loresto,
1986). Dengan sistem perakaran demikian,' tanamall padi tahan kekeringan ュ。ューセ@
menembus lapisan tanah yang lebih dalam untuk menjaga status air pad a jaringan
tanaman. Kemampuan akar dalam menembus lapisan tanah akan berbeda pada
masing-masing galur dan varietas padi.
Menurut Yu et al. (1995) identifikasi genotifkemampuan penembusan akar ke
lapisan tanah yang padat penting dalam pembentukan varietas padi yang sangat tahan
terhadap kekeringan. Penelitian mengenai ketahanan terhadap kekeringan dapat
dilakukan melalui evaluasi terhadap varietas yang telah ada dan galur harapan basil
pemuliaan lokal maupun introduksi. Hale dan Orcutt (1987) menyatakan persamaan
karakterlsifat antara galur harapan dengan varietas tahan kekeringan merupakan salah
satu cara yang dapat digunakan dalam mencari bahan pemuliaan untuk mendapatkan
varietas baru yang tahan kekeringan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi beberapa galur dan varietas padi pada
kondisi kekeringan.
Hipotesis
I. Terdapat perbedaan tajuk dan sistem perakaran antara galur/varietas padi sawah
dengan padi lahan kering
2. Terdapat persamaan bentuk tajuk dan pola perakaran antara varietas tahan
TlNJAUAN PUSTAKA
Mekanisme Ketahanan Padi terhadap Kekeringan
Istilah kekeringan didefinisikan ·sebagaj suatu kondisi air tanah yang dapat
dimanfaatkan tidak cukup untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang maksimum
(Ghildyal dan Tomar, 1982). Kondisi kekurangan air (defisit) dapat terjadi karena
terbatasnya periode curah hujan pada suatu wilayah. Kekeringan merupakan faktor
pembatas hasil yang umum terjadi pada semua tipe padi : padi lahan kering dan padi
sawah (Chang et aI., 1986).
Pengertian tahan kekeringan (drought resistance) mengacu kepada
kemampu-an tkemampu-anamkemampu-an untuk tumbuh dkemampu-an berproduksi optimum dengkemampu-an persediakemampu-an air ykemampu-ang
terbatas(Gupta dan O'Toole, 1986). Dalam sifat ketahanan ini, terdapat 4 (empat)
mekanisme yang teIjadi pada tanaman, meliputi drought tolerance, drought escape,
drought avoidance dan drought recovery.
Drought tolerance (toleran kekeringan) adalah kemampuan tanaman untuk
mempertahankan diri dari defisit air yang diukur dengan derajat dan rentang waktu
teIjadinya periode kekeringan. Drought escape adalah kemampuan tanaman untuk
masak lebih dini (early mature) sebelum cekaman air menjadi faktor pembatas yang
serius bagi tanaman. Penghindaran dari kekeringan (drought avoidance) adalah
ke-mampuan tanaman untuk menjaga status air dalam jaringan tanaman selama terjadi
kekeringan. Karakteristik akar dan tajuk berkaitan erat dengan mekanisme drought
avoidalll;;e. Daya pulih dari kekeringan (drought recovery) adalah kemampuan
5
Hubungan Perakaran dengan Ketahanan Kekeringan
Sistem perakaran padi terdiri dari akar seminal, akar mesokotil dan akar
adventif. Akar seminal muneul dari benih yang 、ゥォセ・。ュ「。ィォ。ョL@ yang diikuti oleh
pertumbuhitn akar. adventi{ Menurut Morita dan Yamazaki (1993) akar advent if
dihasilkan seeara akropetal di antara batang utama dan anakan, mengikuti pola
perkembangan daun. Akar seminal dan akar adventif disebut akar primer. Berbeda
dengan sistem perakaran tanaman dikotil, akar tanaman padi tidak memiliki
pertumbuhan sekunder.
Akar mesokotil akan tumbuh bila benihJbiji padi dikeeambahkan dalam
ke-adaan gelap. Akar mesokotil juga akan tumbuh bila benih ditanam terlalu dalam.
Sistem perakaran padi didistribusikan lebih banyak ke arah horisontal. Hal ini
me-nunjukkan bahwa akar padi dieirikan dengan sistem perakaran yang dangkal dan
padat dibandingkan dengan tanaman serealia lainnya (Morita dan Yamazaki, 1993).
Pada kondisi tertentu, akar padi melakukan adaptasi untuk dapat mempertahankan
ke-adaml tajuk agar tetap dalam keadaan normal.
Sistem perakaran padi berbeda menurut jenis dan varietasnya. Padi sawah
memiliki lebih banyak akar yang didistribusikan di lapisan permukaan tanah,
se-dangkan padi lahan kering memiliki kerapatan akar yang lebih besar pada lapisan
tanah yang lebih dalam (Yoshida dan Hasegawa, 1982). Distribusi akar padi sawah
90% berada pada kedalaman 20 em, sedangkan padi gogo pada kedalaman 40 em.
Keadaan ini berkaitan dengan ketersediaan air (ke1embaban) pada areal pertanaman.
Niitsuma (1993) menyatakan pertumbuhan akar padi gogo tergantung kepada
-kelembaban tanah di sekitar perakaran. Pada kondisi terendam air (lembab), akar padi
pertama kali tumbuh secara horisontal dan diikuti oleh perpanjangan seeara vertikal
6
kemudian diikuti oleh pertumbuhan horisontal. Panjang akar efektif untuk padi gogo
60 em, dua kali panjang akar efektifpadi sawah (Yoshida dan Hasegawa, 1988), yang
dicapai setelah tanaman padi -memasuki fase pembungaan (Suardi dan Haryono,
1994).
Penyebaran akar dipengaruhi oleh porositas tanah_ Tingkat kemampuan
per-tumbuhan akar akan berkurang dari tanah liat lempung berdebu, lempung berpasir,
debu, pasir, lempung, liat berlempung, liat dan liat berdebu (Ghildyal dan Tomar,
1982). Dalam pertumbuhannya, akar padi menghadapi beberapa hambatan yang
membatasi penyebaran akar. Pada lahan-Iahan yang sering mengalami keterbatasan
curah hujan, dapat timbul lapisan tanah yang padat yang berpengaruh pada
per-panjangan dan perkembangan akar (Yu et aI., 1995).
Perakaran padi merupakan salah satu komponen yang penting dalam
ketahan-an tketahan-anamketahan-an terhadap kekeringketahan-an melalui mekketahan-anisme drought avoidance. Ketahanan
ini disebabkan kemampuan tanaman untuk menyerap air pada lapisan tanah yang
lebih dalam. Yoshida (1975) melaporkan pada beberapa varietas padi gogo memiliki
akar lebih dalam dan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan padi sawah
bila ditanam pada kondisi kering. Yu et al. (1995) menyatakan beberapa kultivar
padi gogo memiliki diameter akar yang lebih besar dan berbanding lurus dengan
ke-mampuan menembus ke lapisan tanah yang dalam.
Untuk menjaga status air pada jaringan pada kondisi kering akar berkembang
lebih intensif agar dapat menyerap air lebih banyak. Bila pada lapisan atas teIjadi
ke-keringan, akar akan berkembang lebih dalam dan mampu menembus lapisan tanah
yang kompak dimana air masih cukup tersedia. Dengan demikian kemampuan akar
untuk bisa menembus lapisan tanah yang padat yang memiliki daya tekanan tertentu
7
Yu et at. (1995) telah melakukan penelitian yang ditujukan untuk merancang sistem skrining yang efisien bagi pengukuran daya tembus akar (root penetration).
Pada penelitian tersebut, telah dihasilkan suatu metode skrining menggunakan lapisan
dari campuran parafin dan
Gカ。ウセャゥー@
untuk dapat mengukur kemampuan akar padime-nembus lapisan yang padat. Lapisan parafin dan vaselin dipilih karena memiliki
ting-kat ketebalan yang seragam. Selain itu, lapisan parafin dan vaselin bersifat kedap air,
tidak berpori, tidak beraerasi dan tidak mengandung hara sehingga dapat menjadi
penghalang yang efektif bagi pertumbuhan akar.
Yu et at. (1995) menyatakan bahwa daya tembus akar dapat diukur dengan membandingkan jumlah akar yang dapat menembus lapisan dengan jumlah total
se-luruh akar. Rasio tersebut menggambarkan kemampuan tanaman untuk dapat
ber-tahan pada situasi kering.
Hubungan Tajuk Tanaman dengan Ketahanan Kekeringan
Sifat ketahanan kekeringan yang lain dapat dilihat melalui morfologi tajuk
tanaman. Menurut Murthy dan Ramakhrisnaya (1982) karakter tajuk tanaman
ber-hubungan dengan ketahanan terhadap stres lingkungan dan daya pulih kemampuan
berproduksi di bawah kondisi yang optimum.
Varietas-varietas yang tahan kekeringan dicirikan dengan kelambatan dalam
penggulungan daun dan daya pu!ih yang lebih dini, produksi anakan yang terus
ber-lanjut selama kekeringan, produksi bobot kering yang tinggi saat pembungaan dan
kontribusi yang lebih besar dari karbo.hidrat batang pada saat pengisian bulir (Murthy
dan Ramakhrisnaya, 1982)
8
Selain itu, ciri lain berupa peningkatan lapisan epikutikula, ketebalan daun dan
penyesuaian luas daun. Adaptasi tajuk padi dengan mekanisme tersebut ditujukan
untuk mengurangi kehilangan air dari tajuk.
Penutupan dan pembukaan stomata dipengaruhi oleh potensial air. daun. Pada
saat potensial air tanah menurun saat terjadi cekaman kekeringan, aliran air ke
jaringan tanaman juga akan menurun, yang berlanjut kepada penurunan potensial air
daun. Ketika potensial air daun mencapai tingkat tertentu, stomata menutup sehingga
pertukaran gas dan air akan berkurang. Respon ini dapat menolong tanaman dalam
menjaga kandungan air tanaman, tetapi dapat juga mengurangi fotosintesis. Lebih
jauh lagi, ketika potensial air daun rendah, tekanan potensial dari sel juga berkurang
sehingga membatasi perbesaran sel dan menghambat pertumbuhan tanaman (Mackill
et at., 1996).
Menurut Mackill et at. (1996) penggulungan daun merupakan cara untuk me-ngurangi luas daun yang berhubungan langsung dengan atmosfer. Semakin kecil
per-mukaan daun yang berhubungan langsung dengan atmosfer, maka transpirasi daun
juga semakin berkurang, sehingga tanaman mampu bertahan pada kondisi air yang
terbatas.
Suhu daun tanaman dapat juga dijadikan salah satu faktor untuk menentukan
tingkat ketahanan kekeringan suatu varietas/galur. Menurut Suardi (1988) suhu daun
dapat digunakan sebagai indikator berlangsungnya transpirasi yang berhubungan erat
dengan tingkat ketahanan kekeringan. Suhu daun yang rendah saat terjadi cekaman
kekeringan, menunjukkan proses transpirasi pada tanaman masih berlangsung.
Ke-adaan ini menunjukkan tanaman tidak dapat menjaga status air tanaman meski dalam
kondisi cekaman kekeringan. Suhu daun yang tinggi menunjukkan proses transpirasi
9
Varietas-varietas yang tahan kekeringan menunjukkan suhu daun yang tinggi saat
dilakukan pengukuran pada kondisi kekeringan berat.
Ciri umum yang dapat ditemukan pada varietas padi laban kering yang relatif
tahan terhadap kekeringan adalah jum1ah anakan yang sedikit dan tajuk yang lebih
tinggi (Yoshida dan Hasegawa, 1982). Rasio akar-tajuk pada tanaman dapat juga
di-jadikan salah satu komponen dalam evaluasi galur-galur yang tahan terhadap
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan dilaksanakan di rumah kaca Balai Penelitian Bioteknologi
Tanam-an PTanam-angTanam-an CimTanam-ang"ou Bogor pada bulTanam-an April sampai Juni 1997.
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan tanaman yang digunakan berupa benih padi yang terdiri dari : varietas
padi gogo, yaitu Cabacu, Bulan Sabit Putih, Gajah Mungkur, dan Kalimutu; galur
ha-rapan padi gogo, yaitu TB 262d-CK-6-B, IDSA 13-MP-I-81-B-TB-2, S
338S-3C-ll-2-3, S 382b-2-2-3, S 338S-SC-16-3-2-3; padi hibrida, yaitu IRS802SNIR72,
IRS8025NIR64, IRS802SNIRS3942, IRS802SNIRS4852; varietas padi sawah,
yaitu IR 64, IR 36, Cisadane, Memberamo dan Maros. Varietas Gajah Mungkur dan
Kalimutu digunakan sebagai kontrol tahan kekeringan (Tabel Lampiran 1 dan 2).
Benih padi didapat dari Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor.
Media tumbuh untuk tanaman terdiri dari campuran tanah latosol, pasir dan
bahan organik dengan perbandingan 3 :2: 1. Bahan lain berupa lapisan yang berasal
dari campuran parafin dan vaselin dengan perbandingan 60%:40%, serta larutan
Yoshida yang telah diencerkan. Penentuan komposisi larutan Yoshida yang
digunakan sebagai nutrisi tanaman ini berpedoman kepada prosedur rutin Laboratory
Manual for Physiological Studies oleh Yoshida, Forno, Cock dan Gomez (1972).
Kandungan unsur hara larutan Yoshida dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi pot dari pipa PVC dengan
diameter 7.S cm dan panjang 20 em, gelas ukur, meteran, termometer infra red, 171
II
Metode Percobaan
Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan 3
ulangan. Faktor pertama (petak utama) adalah taraf ketebalan lapisan campuran
pa-rafin dan vaselin yaitu Tl= 3 mm, T2 = 4 mm dan T3 = 5 mm. Faktor kedua (anak
petak) adalah faktor varietas, yaitu VI - V19. Dengan demikian terdapat 180 satuan
percobaan. Setiap satu unit satuan percobaan terdiri atas I pot dengan I tanaman
padi. Modellinier dari percobaan ini dapat ditulis sebagai berikut :
Yijk = [.l
+
ai+
Bj+
(aB)ij+
-ck+
6ik+
eijkKeterangan :
Yij
=
Nilai pengamatan pada kelompok k , varietas ke-i dan ketebalan lapisan ke-jJ.l = Nilai tengah dari populasi
cu
=
Pengaruh aditif varietasfgalur ke-i !3j=
Pengaruh aditiffaktor ketebalan ke-j(a.!3)ij
=
lnteraksi faktor varietas ke-i pada faktor ketebalan ke-j ,k=
Pengaruh aditif kelompok ke-koik = Pengaruh galat yang muncul pada varietas ke-i kelompok ke-k
Eijk
=
Pengaruh galat dari kelompok ke-k pacta varietas ke-i, ketebalan ke-jAnalisis ragam dilakukan pada seluruh parameter dan bila terdapat perbedaan
yang nyata dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 persen.
Pelaksanaan Percobaan
Benih padi dari masing-masing galur/varietas dikecambahkan untuk
men-dapatkan bibit padi yang seragam. Pengecambahan dilakukan menggunakan kertas
kecambah pada suhu kamar selama 4 hari. Pengecambahan ditujukan untuk
12
Media tanam berupa campuran tanah, pasir dan bahan organik disiapkan satu
minggu sebelum pemindahan bibit ke media. Media tanam ditempatkan pada pipa
PVC yang bagian bawahnya telah diberi kerangka kawat dan lapisan sesuai
ke-tebalan yang diperlukan.
Pencetakan lapisan parafin dan vaselin dilakukan 2 minggu sebe1um media
tanah dimasukkan ke dalam pot pipa PVC. Metode pembuatan lapisan ini mengacu
kepada penelitian yang telah dilakukan oleh Yu et al. (1995). Hasil penelitian menunjukkan perbandingan parafin dan vaselin 60% : 40% merupakan komposisi
terbaik untuk dapat mengukur daya tembus akar. Pembuatan lapisan parafin dan
vaselin dilakukan dengan tahap sebagai berikut :
• Parafin dan vaselin dengan perbandingan 60% : 40% dimasukkan ke dalam wajan
untuk dipanaskan dan tercampur sempurna.
• Dalam keadaan cair, campuran parafin dan vaselin dicetak ke bawah pipa PVC
yang telah didesain sedemikian rupa dengan bantuan silinder bulat dan masif pada
ketebalan tertentu (3 mm, 4 mm dan 5mm), dan telah diberi kerangka dari kawat di
sekitar permukaan bawah lubang pipa.
• Lapisan lilin yang telah terbentuk dibiarkan dingin dan mengeras, kemudian
di-periksa kembali kesempurnaan pelekatannya pada dinding pot.
Bibit padi hasil perkecambahan ditransplanting dengan hati-hati bila media
te-lah siap untuk ditanam. Pada saat penanaman, diperhatikan keseragaman panjang
akar kecambah. Setiap satu pot ditanam 2 bib it, dan setelah 2 minggu dilakukan
penjarangan. Setelah semai padi selama 2 minggu, disiapkan bak plastik berisi 12
gelas aqua yang berisi larutan Yoshida yang te1ah diencerkan. Styrofoam dilubangi , sedemikian rupa sehingga pot tanaman dan gelas aqua yang berisi penuh larutan
13
Selama percobaan, tanaman disiram air dan larutan Yoshida yang telah
diencerkan 1 : 7 sesuai keperluan. Pada hari ke-20 dan ke-42, tidak dilakukan
penyiraman untuk memberikan efek kekeringan pada tanaman ..
Pengamlj.tan
Pengamatan dilakukan terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan,
panjang akar, temperatur daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, suhu daun,
skoring kekeringan dan skoring penggulungan daun.
\. Tinggi tanaman, dilakukan satu minggu sekali sejak tanaman berumur 1 MST.
Pengukuran dilakukan dari permukaan tanah hingga ke ujung daun yang paling
tinggi
2. Jumlah anakan, dilakukan satu minggu sekali sejak tanaman berumur I MST.
Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah anakan selain batang utama.
3. Temperatur daun, dilakukan pada minggu ke-4 menggunakan termometer infra
red.
4. Panjang akar, dilakukan pada akhir pengamatan. Pengukuran dilakukan dari
pangkal batang hingga ke ujung akar.
5. Bobot kering tajuk dan bobot kering akar; dilakukan pada akhir percobaan. Tajuk
dan akar yang telah dipanen dimasukkan ke dalam oven bersuhu 80°C selama 3
(tiga) hari.
6. Skoring kekeringan dan penggulungan daun dilakukan setelah dilakukan efek
kekeringan (hari ke-21 dan hari ke-43). Standar yang digunakan dalam skoring
kekeringan dan penggulungan daun mengacu kepada Standard Evaluation for
Rice
セケYVIL@
seperti pada Tabel l.'---t
I . I_BQFMLセエGT@
-14 Tabel 1. Skoring Kekeringan dan:'!\,enggulungan Daun Berdasarkan Standard
Evaluation for Rice
(ry
1996)Skor Kekeringan Penggulullgall Daun Kategori
0 Tahpa Gejala . Daun-dauri sehat Tahall
1 Ujullg daun mengering . Daun mulai menggulung (bentuk Tahan
V.dangkal)
3 Ujung daun mengering Daun menggulung (bentuk V Moderat
hingga 114 panjang daun dalam)
5 1/4 hingga 1/2 dari daun Daun menutup penuh Moderat
tanaman mengering seluruhnya.
7 Lebih dari 2/3 daun Pinggiran daun saling bertautan Peka
tanaman mengering (bentuk 0)
9 Seluruh tanaman terlihat Daun-daun menggulung rapat Peka
[image:27.613.51.506.79.322.2]RASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umnm Percobaan
Varietas dan' galur padi yang ditanam dalam pot PVC menunjukkan
per-tumbuhali yang normal' pad a minggu-minggu awal penelitian, Perbedaan tingkat
pertumbuhan tajuk di antara varietas dan galur yang dievaluasi mulai terlihat saat
ta-naman memasuki minggu ke-3 setelah transplanting.
Pengaruh kekeringan dengan tidak menyiram tanaman pada hari ke-20 sampai
ke-23 dan ke-42 sampai ke-45 ditujukan untuk melihat respon varietas dan galur
ter-hadap suasana kering. Pemberian pengaruh kekeringanpada hari ke-20 dan ke-42
berkaitan dengan fase pertumbuhan vegetatif pada tanaman padi. Basyir, Punarto,
Suyamto dan Supriyatin (I995) menyatakan fase anakan pertama hingga anakan
maksimum pada padi gogo ber-Iangsung pada 22-40 hari setelah tanaman (HST).
Pada 42-52 HST terjadi fase anakan maksimum hingga awal pertumbuhan malai.
Dengan memberikan pengaruh kekeringan pada permulaan kedua fase tersebut dapat
terlihat kurangnya pertumbuhan tanaman secara keseluruhan untuk fase berikutnya.
Respon tanaman padi terhadap kekeringan berbeda menu rut jenis dan
va-rietasnya. Gejala kekeringan dan penggulungan daun yang diukur melalui skoring
menunjukkan nilai yang berbeda sesuai dengan tingkat ketahanan kekeringan pada
masing-masing varietas dan gaIur.
Pengaruh kekeringan menyebabkan tanaman padi memiliki pertumbuhan yang
kurang optimum dilihat dari tertekannya pertumbuhan tajuk tanaman. Dalam
per-cobaan ini tidak ada akar tanaman dari seluruh satuan perper-cobaan yang dapat
me-nembus lapisan parafin dan vaselin. Hal ini diduga disebabkan oleh pertumbuhan
16
dan nutrisi yang terbatas. Sebagai eontoh, varietas Kalimutu pada kondisi optimal
dapat meneapai tinggi tanaman 105-110 em (Harahap, Suwarno, Lubis dan Susanto,
1995) sedangkan pada pereobaan ini hanya meneapai tinggi 54 em pada umur 7
MST. Demikian pula pada varietas Gajah Mungkur, yang pada kondisi biasa d.apat
meneapai tinggi tanaman 95-100 em (umur 90·hari), letapi pada pereobaan ini hanya
mencapai tinggi 45 em.
Selain itu, jumlah tanaman per pot juga menentukan kemampuan tanaman
un-tuk menembus lapisan parafin dan vaselin. Penempatan satu tanaman padi per pot
di-duga tidak eukup mampu untuk memberikan kondisi yang ideal bagi akar untuk
me-nembus lapisan parafin dan vaselin.
Hasil pengamatan akhir, akar tanaman padi yang telah meneapai lapisan
pa-rafin membelok ke arah samping. Hal ini menunjukkan bahwa akar padi yang telah
tumbuh memanjang tidak mampu untuk menembus lapisan parafin. Kondisi demikian
menyebabkan tidak dapatnya dilakukan pengukuran terhadap peubah-peubah tertentu,
seperti jumlah akar yang menembus dan jumlah akar total. Dengan demikian, untuk
mengukur daya tembus akar yang berkorelasi dengan ketahanan terhadap kekeringan
lebih ditekankan kepada panjang akar dan bobot kering akar. Yu et al. (1995)
menyatakan bahwa sistem perakaran padi gogo yang panjang berkorelasi positif
dengan bobot kering akarnya.
Hasil pengamatan terhadap seluruh peubah menunjukkan bahwa faktor
ke-tebalan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot
kering tajuk, panjang akar dan bobot kering akar. Hasil pengamatan juga
me-nunjukkan adanya pengaruh varietas pada seluruh peubah keeuali pada bobot kering
17
Skor Kekeringan dan Penggulungan Daun
Skoring kekeringan dan penggulungan daun yang dilakukan saat terjadi
ce-kaman kekeriIigan pada tanaman menunjukkan perbedaan antar varietas CTabel 2).
Skor.kekeringan dan penggulungan dauD"berkisar antara 0 (untuk varietas resisten)
sampai 9 (varietaslgalur peka).
Skoring kekeringan menunjukkan ketahanan suatu varietas terhadap kondisi
kering. Pada varietas resist en, gejala kekeringan pada tajuk tanaman lebih rendah
di-bandingkan varietas peka. Hal ini dikarenakan varietas resisten lebih baik dalam
penyerapan air selama terjadinya kekeringan sebagai konsekuensi perkembangan akar
yang lebih responsif Ketersediaan air yang rnencukupi se1ama kekeringan mampu
menjaga tajuk untuk tetap berada pada kondisi yang optimal. Galur IDSA !3-MP-
1-81 memiliki sifat ketahanan kekeringan mendekati varietas Gajah Mungkur dan
Kali-mutu bila dilihat dari skor kekeringan dan penggulungan daun (TabeI2).
Tabe12. Skor Kekeringan dan Penggulungan Daun pada Varietas dan Galur Padi Varietas/Galur 006 Cisadane Maros Memberamo IR64 IR58025AJIR64 IR58025AJBR827 IR58025AJIR54852 IR58025A1IR72 IR58025AJIR53942 S382b-2-2-3 TB262d-Ck-6-B S3385-3c-II-2-3
IDSA 13-MP-I-81 S3385-5c-16-3-2 Cabacu
Bulan Sabit putih
18
Skor penggulungan daun berkaitan erat dengan respon adaptif tanaman selama
periode kekeringan. Menurut Mackill et
at.
(1996) penggulungan daun teIjadi saatpotensial air daun menurun akibat penurunan potensial air tanah. Penggulungan daun
mampu mengurangi luas dano yang berhubungan langsung dengan atmosfir sehingga
transpirasi dapat ditekan.
Varietas resisten lebih baik dalam menJaga penyerapan air dibandingkan
dengan varietas peka sehingga daun-daunnya tidak menggulung dalam jangka waktu
yang lebih lama. Murthy dan Ramakhrisnaya (1982) menyatakan bahwa
varietas-varietas yang tahan kekeringan memiliki karakteristik berupa pengulungan daun yang
lebih lambat, cepat dalam penyembuhan (recovery) dan toleran terhadap panas. Hal
ini diperkuat oleh Mackill et al. (1996) yang menyatakan bahwa penundaan peng-gulungan daun berhubungan erat dengan ketahanan kekeringan. Jadi, pada tingkat
ce-kaman kekeringan yang sarna pada varietas padi gogo dan padi sawah, dapat terlihat
bahwa varietas padi gogo lebih lamb at dalam menggulung Hal ini ditunjukkan
dengan nilai skor penggulungan yang relatif lebih rendah pada kelompok padi gogo
dibandingkan dengan varietas padi sawah (Tabel 2).
Korelasi Antar Peubah
Uji korelasi antar peubah ditujukan untuk melihat keterkaitan antara peubah
yang satu dengan peubah yang lainnya. Pada Tabe1 Lampiran 5 dapat dilihat bahwa
peubah-peubah tinggi tanaman, jumlah anakan dan panjang akar memiliki keterkaitan
yang erat dengan sifat ketahanan kekeringan dan penggulungan daun.
Peubah tinggi tanaman berkorelasi negatif dengan tingkat kekeringan daun
(1'= -0.43**) dan tingkat penggulungan daun (r="0.65**). Keadaan ini menunjukkan
19
kecil dan ketahanan terhadap kekeringan semakin baik. Data pengamatan
menunjukkan varietas dan galur yang memiliki tajuk tanaman yang Iebih tinggi
me-miliki skor kekeringan yang keci!.
Peubah jumlah anakan memiliki korelasi positif denga.n tingkat kekeringan
(r=0.47**) dan penggulungan daun (r= 0.62**). Hal ini berarti semakin tinggi
jum-lah anakan maka ketahanan tanaman terhadap kekeringan semakin rendah, yang
di-tunjukkan dengan semakin besarnya nilai kekeringan dan penggulungan daun. Hasil
pengamatan menunjukkan, pada galur dan varietas padi sawah atau galur padi gogo
denganjumlah anakan yang relatifsama dengan padi sawah seperti S3385-3c-II-2-3,
memiliki skor kekeringan yang lebih besar.
Peubah panjang akar memiliki korelasi negatif (Gambar I) dengan tingkat
kekeringan (r= -0.31**) dan penggulungan daun (r=-0.27**). Dengan demikian
wr---."
"
"
,
" : 7
3
,
セMM __ - - - -__ - - - -__ - -____ - -__ - - - -__ - - - -__ MMセッ@
,
3 5,
7,
SKOR KEKfRINGAN
Gambar I. Hubungan antara Skor Kekeringan dengan Panjang Akar dan Jumlah Anakan
dapat diartikan semakin panjang akar tanaman padi, maka tingkat kekeringan dan
[image:32.629.111.506.341.628.2]20
akar yang relatif panjang dibandingkan padi sawah memiliki skor kekeringan yang
lebih keci!. Hal ini menunjukkan bahwa sifat ketahanan kekeringan dapat dilihat dari
sistem perakaran yang panjang. Yoshida dan Hasegawa (1982) menyatakan bahwa
ketahamin ォセォ・イゥヲNャァ。ョ@ pada varietas padi gogo dicirikan dengan jumlah anakan yang
sedikit, tajuk tanaman yang lebih tinggi dan pertumbuhan akar yang lebih baik (akar
lebih panjang).
Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan
Tinggi tanaman dan jumlah anakan memiliki keterkaitan yang erat dengan
tingkat ketahanan kekeringan pada tanaman padi. Tinggi tanaman masing-masing
va-rietas dan galur padi menunjukkan perbedaan mulai 2 MST. Data pengamatan pada
3, 5 dan 7 MST (Tabel 3) menunjukkan tinggi tanaman berbeda nyata antara
kelom-pok padi sawah dan kelomkelom-pok padi gogo. Varietas padi gogo seperti Cabacu, Gajah
Mungkur, Kalimutu, dan Bulan Sabit Putih memiliki tajuk lebih tinggi dibandingkan
dengan varietas padi sawah. Varietas Kalimutu menunjukkan tajuk tanaman tertinggi
dari seluruh varietas dan galur yang dievaluasi.
Menurut Chang et at. (1986) perbedaan tinggi tanaman antara padi gogo dan padi sawah yang berhubungan dengan tingkat ketahanan kekeringan lebih ditentukan
secara genetik. Tinggi tanaman dikendalikan oleh banyak gen dan dipengaruhi oleh
modifikasi gen. Dari penelitian ini, diketahui bahwa galur IDSA
13-MP-1-81-B-TB-2 memiliki kesamaan karakter tinggi tanaman dengan varietas Kalimutu. Hal ini
di-tunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman di antara dua
jenis padi tersebut (Tabel 3).
Data pada Tabel 3 menunjukkan adanya kesamaan tinggi tanaman galur padi
21
Tabel 3. Tinggi Tanaman dan Iumlah Anakan Varietas dan Galur Padi pada 3,5 dan 7 MST
Varietas/Galur Tinggi Tanaman Jumlah Anakan
3MST S'MST 7MST 3MST 5MST 7MST
em
1R36 28.70defgh 32.33 fgh 32.63 fgh 2.67 a 6.33 a 7.00 a
Cisadane 24.39 h 28.88 h 29.91 gh 2.11 ab 4.22 bed 3.44 bede
Maros 31.88 edef 34.37 efgh 38.97 def 1.78 abe 3.89 bed 4.00 bed
Memberamo 28.71 defgh 36.00 defg 39.04 def 1.56 bed 4.33 bed 4.33 be
lll.64 27.99 efgh 32.86 fgh 35.76 efgh 2.00 bed 4.89 ab 5.00b
IR58025AJIR64 26.79 fgh 32.02 gh 32.51 fgh 1.78ab 4.89 ab 5.11 ab
IR58025AJBR827 30.08 defg 33.90 efgh 36.16 efgh 1.89 ab 4.44 abed 5.00 ab
IR58025AJIR54852 28.11 efgh 35.70 defgh 37.39 efg 1.78 bed 4.44 abed 4.44 be
IR58025AJIR72 25.28 gh 30.88 gh 29.22 h 1.56 bed 4.33 bed 4.44 be
IR58025A1IR53942 28.04 efgh 32.74 fgh 33.97 fgh 1.78 abc 4.33 bed 4.44 be
S382b-2·2·3 31.87 cdef 39.42 cdef 42.22 ede 1.78 abe 3.]] ede 2.89 cdef
TB262d·Ck-G-B 33.66 abed 40.92 bede 43.34 bede 1.00 ede 2.89 def 2.67 defg
S3385-3c-1I-2-3 24.17h 29.83 gh 32.64 fgh 2.00 ab 4.56 abc 4.78 b
JDSA I3-MP-1-81 37.84 a 48.80 a 5UI ab 0.78 def 1.67 fg 1.67fg
S3385-5c-16-3-2 26.07 gh 3Ll4gh 32.68 fgh 1.78 abc 4.44 abed 5.11 ab
Cabacu 32.56 bede 45.78 abe 48.39 abc 0.78 def 2.22 efg 2.11 erg
Bulan Sabit putih 35.90 abe 44.42 abe 47.50 abe 0.89 def 3.33 bede 2.89 edef Gajah MoogI",r 32.17 cde 42.61 abed 45.77 bed 0.33 ef 2.00 efg 1.78 fg
Kalimutu 37.62 a 48.03 ab 54.00 a 0.22 f 1.44 g 1.44 g
Keterangan : Angka pada kolom yang sarna yang diikuti dengan hurufyang sarna tidak berbeda nyata pada uji BN] taraf 5%
Varietas padi sawah dan galur introduksi memiliki jumlah anakan yang lebih
besar dibandingkan dengan varietas dan galur padi gogo. Tabel 3 menunjukkan
varietas padi sawah seperti 006, IR64 dan Cisadane, Maros dan Memberamo
me-miliki jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas padi gogo.
Tabel 3 juga menunjukkan bahwa varietas dan galur dengan tajuk yang lebih
tinggi memiliki jumlah anakan yang lebih sedikit. Hal ini diduga, pertumbuhan
anakan yang terbatas pada varietas dan galur padi gogo dikarenakan hasil fotosintesis
[image:34.635.84.520.132.459.2]22
Pada padi gogo, jumlah anakan yang sedikit menunjang kemampuan untuk
dapat bertahan pad a kondisi kekeringan. Iumlah anakan sedikit menyebabkan
ke-eilnya proses pelepasan air melalui tajuk. Dengan demikian, padi gogo dapat
men-jaga status air jaringan selama terjadinya eekaman kekeringan.
Varietas-varietas padi gogo pada umur 7 MST dengan tinggi tanaman yang
rata-rata berkisar antara 45 em sampai 54 em memiliki rataan jumlah anakan yang
kecil, yakni 1.44 sampai 2.89. Berbeda dengan varietas padi sawah dengan umur
yang sama, memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah tetapi jumlah anakannya lebih
banyak. Hasil analisis korelasi menunjukkan hubungan negatifyang nyata (r = -0.49)
antara tinggi tanaman dengan jumlah anakan (Tabel Lampiran 5).
Palljang AkaI'
Peubah panjang akar merupakall salah satu faktor utama yang berhubungan
erat dengan tillgkat ketahanall kekeringan pada tanaman padi. Ketahanan kekeringan
pad a padi dapat tergambar dari pol a perakaran dan ukuran akar tanaman. Menurut
Chang et al. (1986) padi yang tahan terhadap kekeringan memiliki sistem perakaran yang besar dan panjang. Dengan sistem perakaran yang besar dan panjang, tanaman
mampu menembus lapisan tanah yang lebih dalam untuk menjaga status air pad a
jaringan tanaman.
Pada peubah panjang akar yang diamati, varietas padi gogo mempunyai
rata-rata panjang akar yang lebih besar dibandingkan dengan varietas padi sawah. Tabel 4
menunjukkan akar padi gogo eenderung lebih panjang dibandingkan denga,n padi
sawah. Hal ini sesuai dengan pemyataan Yoshida dan Hasegawa (1982) bahwa padi
Tabel4. Panjang Akar Varietas dan Galur Padi Varietas/Galur IR36 Cisadane Maros Memberamo IR64 IR58025NIR64 IR58025NBR827 IR58025NIR54852 IR58025A1IR72 IR58025NIR53942 S382b-2-2-3 TB262d-Ck-6-B S3385-3e-II-2-3 IDSA 13-MP-I-81 S3385-5e-16-3-2 Cabaeu
Bulan Sabit putih Gajah Mungkur Kalimutu
Panjang Akar 16.84 bedef 17.56 abc . 14.16 f
14.69 ef 1.7.36 abed 15.31 edef 16.82 bedef 14.39 ef 14.93 def 14.99 def 13.61 f 15.04 def 14.70 ef 16.14 bedef 14.84 def 17.91 ab 18.70 a 18.31 ab 18.54 ab
Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan hurufyang sama tidak berbeda
nyata pada llji ENJ tarof 5%
23
Varietas Bulan Sabit Putih dan Kalimutu memiliki nilai panjang akar yang
terbesar, yaitu 18.70 em dan 18.54 em. Di antara galur padi gogo yang dievaluasi,
galur IDSA-13-MP-I-81 memiliki nilai panjang akar terbesar sehingga diduga galur
ini memiliki kesamaan potensi pertumbuhan akar dengan varietas Bulan Sabit Putih
dan Kalimutu. Varietas-varietas yang tahan terhadap kekeringan memiliki karakter
perakaran yang lebih panjang untuk dapat mempertahankan status air tanaman dan
tumbuh seeara normal.
Tinggi tanaman berkorelasi positif dengan panJang akar. Semakin tinggi
tanaman, perkembangan akar semakin responsif. Chang
et at.
(1986) menyatakanbahwa terdapat korelasi positif dan nyata antara tinggi tanaman dengan panjang akar.
24
Pengamatan visual pada akhir penelitian menunjukkan adanya perbedaan
pola perakaran antara varietas padi gogo dan padi sawah. Pada varietas padi gogo,
perakaran lebih banyak didistribusikan ke arah vertikal dengan jumlah akar serabut
. yang lebih sedikit .. Dari sisi penampakan, akar padi gogo umumnya lebih teba!.
Se-baliknya pada varietas padi sawah, penyebaran akar lebih banyak di dekat permukaan
tanah. Hal ini sesuai dengan pemyataan Ghildyal dan Tomar (1982) bahwa varietas
padi lahan basah lebih banyak didistribusikan di sekitar lapisan permukaan, yaitu
90% dari seluruh akar lebih banyak terdapat pada kedalaman 0-20 em dari permukaan
tanah.
Bobot Kering Akar dan Tajuk
Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata untuk
pe-ubah bobot kering akar, namun berbeda nyata untuk bobot kering tajuk di antara
varietas dan galur. Bobot kering akar yang tidak berbeda nyata berkaitan dengan pola
perakaran dari masing-masing varietas dan galur. Pada tanaman padi sawah, jumlah
akar lebih banyak namun memiliki ukuran akar yang lebih keci!. Sebaliknya, varietas
padi gogo memiliki jumlah akar yang lebih sedikit dengan ukuran yang lebih besar.
Dari Tabel 5 diketahui bahwa varietas padi sawah dan galur introduksi
me-miliki bobot kering tajuk yang lebih besar dibandingkan dengan varietas dan galur
padi gogo. Keadaan ini berhubungan dengan pertumbuhan anakan yang lebih tinggi
pada varietas padi sawah dan galur introduksi.
Rasio akar-tajuk dihitung dengan membandingkan nilai bobot kering akar
dengan bobot kering tajuk. Rasio akar tajuk dapat digunakan untuk mengukur
ke-mampuan tanaman menyerap air dari lapisan tanah yang lebih dalam (Yoshida dan
25
rasio akar-tajuk yang lebih besar dibandingkan dengan varietas padi sawah (Tabel 5).
Hal ini disebabkan perkembangan akar padi lahan kering (gogo) lebih besar
di-bandingkan dengan padi lahan basah (Yu, et
at.,
1995).Tilbel5. Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar dan Rasio Akar-Tajuk Varietas dan Galur Padi
Varietas/Galur Bobot Kering Tajuk Bobot Kering Akar Rasia Akar-Tajuk ... gram ... .
IR3G 2.28 a 0.70 0.3 1 ab
Cisadanc 1.86 abc 0.51 0.29 ab
M;JfQS 1.68 abc 0.62 0.39 ab
Memberamo 1.89 abc 0.53 0.29 ab
IR64 1.88 abc 0.47 0.27 ab
IR58025NIR64 1.89 abc 0.56 0.29 ab
IR58025NBR827 2.21 abc 0.64 0.31 ab
IR58025NIR54852 2.02 abc 0.56 0.27 ab
IR58025NIR72 1.50 abc 0.4 1 0.31 ab
IR58025NIR53942 1.59 abc 0.48 0.32 ab
S382b-2-2-3 1.76 abc 0.42 0.23 b
TB262d-Ck-G-B 1.87 abc 0.57 0.39 ab
S3385-3c-U-2-3 1.84 abc 0.54 0.29 ab
IDSA 13-MP-1-81 1.19 c 0.42 0.39 ab
S3385-5c-1G-3-2 2.05 abc 0.45 0.22 b
Cabacu 1.49 abc 0.54 0.41 ab
Bulan Sabit pulih 1.74 abc 0.49 0.28 ab
Gajah Mungknr 1.35 bc 0.62 0.40 ab
Kalimulu 1.46 abc 0.55 0.45 a
Kelerangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuli dengan hurufyang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%
Varietas padi gogo seperti Gajah Mungkur, Kalimutu dan Cabacu memiliki
perkembangan akar yang lebih responsif dengan pertumbuhan jumlah anakan yang
terbatas. Hal ini ditunjukkan dengan rasio akar-tajuk yang besar, dengan nilai
masing-masing DAD, 0041 dan 0045. Galur padi gogo yang memiliki kesamaan nilai rasio
dengan varietas padi gogo adalah galur TB262d-Ck-6-B dan IDSA J3-MP.
Gupta dan O'Toole (1986) menyatakan bahwa rasio akar-tajuk dapat
di-gunakan untuk membandingkan antara varietas dan sangat berkorelasi dengan tingkat
ketahanan kekeringan di lapang. Rasio akar-tajuk yang besar diperoleh bila
26
Pada penelitian ini terlihat bahwa varietas padi gogo yang tahan terhadap
kekeringan dengan nilai rasio yang besar memiliki ciri jumlah anakan sedikit, tajuk
·lebih tinggi dan akar yang berkembang aktif. Galur-galur yang memiliki kesamaan
tajuk dan perakaran dengan varietas tahan kekeringan diduga memiliki potensi untuk
dapat dikembangkan menjadi varietas yang tahan kekeringan.
Suhu Daun
Hasil pengukuran suhu daun tanaman menunjukkan kondisi yang tidak
berbeda nyata pada masing-masing varietas dan galur (Tabel 6). Kedaan ini
disebabkan oleh ketidakakuratan dalam pengukuran. Pelaksanaan pengukuran suhu
yang hanya dilakukan satu kali belum mencerminkan keadaan tanaman yang
sesungguhnya. Kondisi tajuk rang hanya diwakili oleh satu tanaman belum dapat
menggambarkan kepadatan tajuk yang diinginkan. Pengukuran yang dilakukan pada
tajuk tanaman yang kurang rap at memiliki kecenderungan bias yang lebih besar oleh
suhu lingkungannya.
Tabel6. Suhu Daun Varietas dan Galur Padi
Varietas/Galur IR36 Cisadane Maros Memberamo IR64 IR58025A1IR64 IR58025A1BR827 IR58025A1IR54852 IR58025A1IR72 IR58025A1IR53942 S382b-2-2-3 TB262d-Ck-6-B S3385-3c-1l-2-3 IDSA 13-MP-1-81 S3385-5c-16-3-2 Cabacu
Bulan Sabit putih
Gajah Mungkur
Kaiimu(u
Suhu Daun ( DC)
[image:39.612.77.506.464.677.2]KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tajuk dan akar antara
kelom-pok padi sawah dan padi g6go. Varietaspadi gogo' umumnya memiliki tajuk tanaman
yang lebih tinggi, akar yang lebih panjang dan jumlah anakan yang sedikit.
Peubah tinggi tanaman, jumlah anakan dan panjang akar memiliki keterkaitan
yang erat dengan sifat ketahanan kekeringan tanaman padi.
Galur padi gogo IDSA \3 MP-J-8J-B-TB-2 memiliki sifat tajuk dan
per-akaran mendekati varietas tahan kekeringan dengan tingkat ketahanan kekeringan
yang cukup tinggi. Galur padi gogo S 3385-3c-1l-2-3 dan S3385-5c-J6-3-2-3
me-miliki sifat tanaman yang berproduksi tinggi karena meme-miliki potensi jumlah anakan
yang tinggi tetapi tingkat ketahanan terhadap kekeringan agak rendah ..
Saran
Penggunaan meta de pot PVC dengan lapisan parafin cukup efektif untuk
menyeleksi galur dalam jumlah besar. Metode penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
memperhatikan unsur hara yang tepat bagi tanaman dan jumlah tanaman dalam setiap
pot media.
Galur-galur yang memiliki kesamaan sifat dengan varietas tahan kekeringan
masih perlu diteliti lebih lanjut untuk mendapatkan sifat ketahanan kekeringan yang
DAFTAR PUSTAKA
Basyir, A.. Punarto, Suyamto dan Supriyatin. 1995. Padi Gogo. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Malang. 47 hal.
Biro pオセ。エ@ Statistik. 1996. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta. 587 hal.
. 1998. Buletin Statistik Bulanan : Indikator Ekonomi. Biro Pusat
---,.--:-:-c-Statistik. Jakarta. 162 hal.
Chang, T. T., J. L. Armenta-Soto, C. X. Mao, R. Peiris and G. C. Loresto. 1986. Genetics on the components of drought resistance in rice (Oryza sativa L.), p. 389-398. III IRRl. Rice Genetics. IRRl. Los Banos, Philippines.
Djunainah, Susanto dan H. Kasim. 1993. Deskripsi Varietas Unggul Padi 1942-1992. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 123 hal.
Ghildyal, B. P. and V. S. Tomar. 1982. Physical properties that affect rice root systems under drought, p. 83-114. III IRRl. Drought Resistance in Crops with Emphasis on Rice. IRRl. Los Banos, Philippines.
Gupta, P. C. and J. C. O'Toole. 1986. Upland Rice Global Perspective. IRRl. Philippines. 200 p.
Hale, M. G. and D. M. Orcutt. 1987. The Physiology of Plants Under Stress. John Wiley & Sons. New York. 232 p.
Harahap, Z., Suwarno, E. Lubis dan Susanto. 1995. Padi Unggui Toleran Kekeringan dan Naungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 21 hal.
IRRl. 1996. Standard Evaluation for Rice. IRRI. Los Banos, Philippines. 58 p.
Lubis, E., Z. Harahap, M. Diredja dan B. Kustianto. 1993. Perbaikan varietas padi gogo, hal. 437-445. Dalam M. Syam (ed.). Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
29 Morita, Y. and H. Yamazaki. 1993. Root system, p. 161-186. In T. Matsuo and K.
Hoshikawa (ed.). Science of Rice Plant Volume One: Morphology. Food and Agriculture Policy Research Center. Tokyo.
Murthy, K. S. and G. Ramakrishnaya. 1982. Shoot characteristics of rice for drought resistance, p. 145-151. . In IRRI .. Drought Resistance. in Crops with Emphasis on Rice. Los Banos, pィゥャゥーーゥョセウN@
Niitsuma, Y. 1993. Upland rice, p.70-76. In T. Matsuo and K. Hoshikawa (eds.). Science of Rice Plant Volume One: Morphology. Food and Agriculture Policy Research Center. Tokyo.
O'Toole, J.C. and S.K. De Datta. 1986. Drouhgt resistance in rainfed lowland rice, p. 145-158. In lRRl. Progress in Rainfed Lowland Rice. lRRl. Los Banos, Philippines.
Suardi, D. 1988. Pemilihan varietas padi tahan kekeringan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian VII (1) : 1-9.
Suardi, D. dan S. Haryono. 1994. Keragaan sifat toleransi galur/varietas padi terhadap cekaman kekeringan, hal. 158-159. Dalam Mahmud (ed.). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan No.3. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor.
Yoshida, S. 1975. Factor that limit the growth and yields of upland rice, p.46-71.
InlRRl. Major Research in Upland Rice. lRRl. Philippines.
Yoshida, S., D. A. Forno, J. H. Cock and K. A. Gomez. 1972. Laboratory Manual for Physiological Studies on Rice. lRRl. Los Banos, Philippines. 66 p.
Yoshida, S. and S. Hasegawa. 1982. The rice root system : its development and function, p. 97-114. In lRRl. Drought Resistance in Crops with Emphasis on Rice. lRRl. Los banos, Philippines.
31 Tabel Lampiran 1. Deskripsi Padi GogoVarietas Gajah Munglrur dan
Kalimutu
Gajah Mungkur Kalimutll
Nomor galur lRAT 112 lAC 220179
Asal Introduksi dari Kenya Introduksi dari Kenya
Umur 90 - 95 hari 90 - 95 hari ..
Tinggi tanaman 95 -100 cm 105 - 110 cin
Kerontokan Agak tahan Agaktahan
Rasaitekstllr nasi Sedang Sedang
Kadar amilosa 23.2 23.5
Rata-rata hasil 2.5 tonlha 2.5 tonllm
Sifat lain Tahan bias, cllkup toleran Tahan bias, toleran
kekeringan kekeringan
Sumber: Harahap et al. (1995)
Tabel Lampiran 2. Deskripsi Varietas Padi Sawah Cisadane dan IR 64
Nomor seleksi Asal Umur Tinggi tanaman Kerontokan Bentuk Tananmn Anakan Produktif Rata-rata hasil Golongan Cisadane B2484b-Pn-28-3-Mr-l Persilangan PelitaI-11B2388
135 - 145 hari 105 - 120 cm Sedang Tegak
Sedang (15 - 20 batang) 4.5 - 5.5 toniha
Cere (indica), kadang berbulu
Sumber: Djunainah, Susanto dan H. Kasim (1993)
IR64
IR 18348-36-3-3
Persilangan IR565711R2061 115 hari
85 cm Tahan Tegak Banyak 5.0toniha
32 Tabe! Lampiran 3. Komposisi Larutan Yoshida
ml stock larutan per 4 Konsentrasi unsur
Unsur Reagent dalam larutan hara
liter culture solution
(ppm)
N NH.,N03 5 40
P NaH,PO • .2H,O 5 \0
K K,SO. .5 40
Ca. CaCI, 5 40
Mg MgSO •. 7H,O 5 40
Mn MnCJ,.4H,O 0.5
Mo (NH.)6Mo,O,..4H,O 0.05
B H3BO, 5 0.2
Zn ZnSO •. 7H,O 0.01
Cu CuSO •. 5H,O 0.01
Fe FeCI3.6H,O 2
Tabe! Lampiran 4. Rekapitu!asi Sidik Ragam Se!uruh Peubah
Peubah Tebal Varietas Tebal x Varietas KK
Tinggi Tanaman
1 MST 0.21 tn 15.17 •• 0.94tn 12.69196
2MST 1.91 tn 7.27 •• 0.87 tn 9.941911
3MST 4.79 tn 16.98 •• 1.62 tn 10.10664
4MST 1.74 tn 16.98 •• 0.95 tn 9.075220
5MST 3.79 tn 19.96 •• 1.24 tn 11.69341
6MST 1.95 tn 17.10 •• 0.77 tn 12.12658
7MST 1.76 tn 23.74 •• 1.11 tn 11.70027
lumlah Anakan
2MST 1.11 tn 6.96 •• 0.94 tn 13.64246
3MST 2.33 tn 15.59 •• 1.29tn 10.76810
4MST 0.34 tn 20.83 •• 2.04 tn 8.996988
5MST 1.64 tn 19.96 •• 1.20 tn 10.56176
6MST 2.92 In 17.10 •• 1.15 tn 10.81743
7MST 1.64 tn 23.74 •• 1.36 tn 10.47318
Panjang Akar 1.88 tn 4.54 •• 1.40 tn 14.38097
BKAkar 2.43 tn 1.42 tn 0.91 tn 37.36270
BK Tajuk 0.76 tn 2.70 •• 1.46 tn 29.36327
Rasio akar-tajuk 4.99 tn 2.65 •• 1.22 tn 35.48906
Suhu daun 4.67 tn 1.15tn 1.21 tn 3.913122
Keterangan :KK - Koefisien Keragaman
••
=
Berbeda nyata pada taraf 5 %Tabel Lampiran 5. Matriks Korelasi Antar Peubah
Tinggi
Panjang Akar Jumlah Serat Kering Serat Kering
Tanaman Anakan Tajuk Akar
Tinggi Tanaman 1.00000
Panjang Akar 0.38414** 1.00000
Jumlah Anakan -0.49849** -0.11992 1.00000
SK Tajuk 0.00819 0.24307** 0.55509** 1.00000
SK Akar 0.10672 0.23404** 0.27721 0.42754** 1.00000 Suhu Daun -0.22728 -0.05616 0.04340 -0.02954 -0.14881 Kekeringan -0.43302** -0.30571** 0.46841** 0.30562** 0.11044 Penggulungan -0.64748** -0.26942** 0.61702** 0.04952 0.04952 Keterangan :
**
= berbeda nyata pada taraf 5% n = 171(I
rI
tabel = 0.148)Suhu Daun Tingkat Kekeringan
1.00000
0.03552 1.00000 0.12990 0.62729**
Tingkat Penggulungan
1.00000
r •
}
:Mafia Suci .Jl..[Cafi yang se[urufi lieliuasaan verada dl
tangan-Nya dan lieyada-NyaCafi liamu dlliemvafilian
(QS yaasin
:
83)
SBセ@
... .
{f;
セ@
dru"
a1.nwJiULfI"V
93
セ@
ku:-i..,;\:w,セM
PQQ。FHォlャLLPQセセセセセ@
§lVUV,
ォュイオB、イオB。N」jGオエMwセカL@
ァIセセセセセセ@
Pャセ@
セ、イオMカ@
I'ULCLI'\.<\.(VオオwLセセ@
EVALUASI BEBERAPA VARIETAS DAN GALUR PAD1
PADA KONDlSl KEKERINGAN
Oleh
EDY SUPRIANTO
A 30.1 537
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
EDY SUPRIANTO. Evaluasi Ketahanan Kekeringan Beberapa Varietas dan Galur
Padi (Di bawah bimbingan PURWONO d a n D D I SUARDI). .
. .
Percobaan yang ditujukan untuk mengevaluasi beberapa varietas dan galur padi
pada kondisi kekeringan dengan metode pot PVC telah dilaksanakan di Rumah Kaca
Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Cimanggu Bogor, pada bulan April
sampai bulan Juni 1997.
Bahan yang digunakan adalah 19 varietas dan galur padi yang terdiri dari 5 va-
rietas padi sawah ( IR 64, IR 36, Cisadane, Maros, Memberamo); 5 galur introduksi
(IR58025AlIR72, IR58025AAR64, IR58025A/IR53942, IR58025AAR54852); 5
galur harapan padi gogo (TB 262d-Ck-6-B, lDSA 13-MP-1-81-TB-2, S3385-3C-11-
2-3, S3385-5C-16-3-2, S382b-2-2-3), 4 varietas padi gogo (Cabacu, Bulan Sabit
Putih, Gajah Mungkur, Kalimutu), parafin dan vaselin dengan perbandingan 60%:40%,
tanah, pasir dan bahan organik dengan perbandingan 3:2: 1.
Perlakuan disusun atas dasar Rancangan Petak Terbagi dengan tiga ulangan.
Petak utama berupa faktor ketebalan lapisan, yaitu 3 mm (TI), 4 mm (T2) dan 5 mm
(T3). Anak petak adalah faktor galur dan varietas ( V1 sampai V19). Pengamatan di-
lakukan terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering akar dan tajuk,
skoring kekeringan, skoring penggulungan daun dan suhu daun.
Hasil percobaan menunjukkan tidak terdapat akar tanaman dari varietas dan
galur yang dicobakan yang dapat menembus lapisan parafin dan vaselin. Varietas padi '
gogo memiliki tajuk tanaman yang lebih tinggi, jumlah anakan sedikit dan akar yang le-
bih panjang. Varietas padi sawah memiliki tajuk tanaman dan panjang akar yang lebih
Hasil pengamatan menunjukkan galur IDSA 13-MP-81-TB-2 mendekati sifati
varietas yang tahan kekeringan karena memiliki kesamaan tajuk dan perakaran dengan
varietas-varietas padi gogo.
- ~alurS3365-3c-11-2-3 . . dan ~3385-5c-16-3-2 memiliki sifat tanaman yang ber-
produksi tinggi karena memiliki potensi jumlah anakan yang tinggi namun ketahanan
terhadap kekeringan agak rendah.
Dari hasil uji korelasi antar peubah diketahui peubah tinggi tanaman, jumlah
anakan dan panjang akar merupakan faktor dominan dalam menentukan tingkat ke-
EVALUASI BEBERAPA VARIETAS DAN GALUR PAD1
PADA KONDlSl KEKERINGAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
EDY SUPRIANTO
A 30.1537
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : EVALUASI BEBER4PA VAFUETAS DAN GALUR PAD1 PADA KONDISI KEKERINGAN
Nama Mahasiswa :
EDY
SUPXUANTONomor Pokok : A 30.1537
Menyetujui,
J
Ir Punvoxto, MS
NIP.
131 124 018fr Didi &ardi K., MSc
Tanggal LUIUS
RIWAYATHIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1974 dari ayah
nama Patoni dan ibu Rochanah. Penulis merupakan anak 'ke lima dari lima
ber-saudara.
Pendidikan sekolah dasar ditempuh tahun 1981-1987 di SD Negeri Cilandak
10 Petang. Pendidikan tingkat menengah ditempuh tahun 1987-1990 di SMP Negeri
85 Jakarta. Penulis lulus dari sekolah lanjutan atas SMA Negeri 34 tahun 1993. Pada
tahun yang sarna penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis menjalani kuliah di Jurusan
Bu-didaya Pertanian program studi Agronomi.
Selama kuliah, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan. Tahun
199311994 aktif di Organisasi Mahasiswa Angkatan (OMA) 30. Setahun kemudian
aktif di Himpunan Profesi HlMAGRON dan BKIM IPB. Di tingkat akhir, penulis
aktif di Senat Mahasiswa FakuItas Pertanian IPB sebagai Kepala Biro Pengembangan
Sumber Daya Manusia.
Penulis pernah mendapat predikat Mahasiswa Berprestasi di tingkat Jurusan
Budidaya Pertanian tahun 1997. Selain itu, penulis juga pernah menjadi Asisten Luar
Biasa untuk mata kuliah Dasar-dasar Agronomi tahun 1996 dan 1997. Pada tahun
1998, penulis menjadi Asisten Lapang untuk mata kuliah Teknik Perkebunan dan
KATA PENGANTAR
AlhamdulilIah, puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah Yang Maha
Ktiasa karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Laporan penelitian dengan judul "Evaluasi Beberapa Varietas dan Galur Padi
Pada Kondisi Kekeringan" merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pertanian di Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan penuh rasa tulus kepada :
1. Ir Purwono, MS dan Ir Didi Suardi K., MSc sebagai pembimbing atas arahan dan
bimbingannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan
2. Ir Sugiyanta, MSi selaku dosen penguji atas semua saran dan masukan yang sangat
berharga dalam penyempurnaan laporan
3. Emak dan almarhum Bapak tercinta, sert