• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Beberapa Varietas dan Galur Padi pada Kondisi Kekeringan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Beberapa Varietas dan Galur Padi pada Kondisi Kekeringan"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

r •

}

:Mafia Suci .Jl..[Cafi yang se[urufi lieliuasaan verada dl

tangan-Nya dan lieyada-NyaCafi liamu dlliemvafilian

(QS yaasin

:

83)

SBセ@

... .

{f;

セ@

dru"

a1.nwJiULfI"V

93

セ@

ku:-i..,;\:w,

セM

PQQ。FHォlャLLPQセセセセセ@

§lVUV,

ォュイオB、イオB。N」jGオエMwセカL@

ァIセセセセセセ@

Pャセ@

セ、イオMカ@

I'ULCLI'\.<\.(V

オオwLセセ@

(2)

EVALUASI BEBERAPA VARIETAS DAN GALUR PAD1

PADA KONDlSl KEKERINGAN

Oleh

EDY SUPRIANTO

A 30.1 537

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

EDY SUPRIANTO. Evaluasi Ketahanan Kekeringan Beberapa Varietas dan Galur

Padi (Di bawah bimbingan PURWONO d a n D D I SUARDI). .

. .

Percobaan yang ditujukan untuk mengevaluasi beberapa varietas dan galur padi

pada kondisi kekeringan dengan metode pot PVC telah dilaksanakan di Rumah Kaca

Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Cimanggu Bogor, pada bulan April

sampai bulan Juni 1997.

Bahan yang digunakan adalah 19 varietas dan galur padi yang terdiri dari 5 va-

rietas padi sawah ( IR 64, IR 36, Cisadane, Maros, Memberamo); 5 galur introduksi

(IR58025AlIR72, IR58025AAR64, IR58025A/IR53942, IR58025AAR54852); 5

galur harapan padi gogo (TB 262d-Ck-6-B, lDSA 13-MP-1-81-TB-2, S3385-3C-11-

2-3, S3385-5C-16-3-2, S382b-2-2-3), 4 varietas padi gogo (Cabacu, Bulan Sabit

Putih, Gajah Mungkur, Kalimutu), parafin dan vaselin dengan perbandingan 60%:40%,

tanah, pasir dan bahan organik dengan perbandingan 3:2: 1.

Perlakuan disusun atas dasar Rancangan Petak Terbagi dengan tiga ulangan.

Petak utama berupa faktor ketebalan lapisan, yaitu 3 mm (TI), 4 mm (T2) dan 5 mm

(T3). Anak petak adalah faktor galur dan varietas ( V1 sampai V19). Pengamatan di-

lakukan terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering akar dan tajuk,

skoring kekeringan, skoring penggulungan daun dan suhu daun.

Hasil percobaan menunjukkan tidak terdapat akar tanaman dari varietas dan

galur yang dicobakan yang dapat menembus lapisan parafin dan vaselin. Varietas padi '

gogo memiliki tajuk tanaman yang lebih tinggi, jumlah anakan sedikit dan akar yang le-

bih panjang. Varietas padi sawah memiliki tajuk tanaman dan panjang akar yang lebih

(4)

Hasil pengamatan menunjukkan galur IDSA 13-MP-81-TB-2 mendekati sifati

varietas yang tahan kekeringan karena memiliki kesamaan tajuk dan perakaran dengan

varietas-varietas padi gogo.

- ~alurS3365-3c-11-2-3 . . dan ~3385-5c-16-3-2 memiliki sifat tanaman yang ber-

produksi tinggi karena memiliki potensi jumlah anakan yang tinggi namun ketahanan

terhadap kekeringan agak rendah.

Dari hasil uji korelasi antar peubah diketahui peubah tinggi tanaman, jumlah

anakan dan panjang akar merupakan faktor dominan dalam menentukan tingkat ke-

(5)

EVALUASI BEBERAPA VARIETAS DAN GALUR PAD1

PADA KONDlSl KEKERINGAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

EDY SUPRIANTO

A 30.1537

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul : EVALUASI BEBER4PA VAFUETAS DAN GALUR PAD1 PADA KONDISI KEKERINGAN

Nama Mahasiswa :

EDY

SUPXUANTO

Nomor Pokok : A 30.1537

Menyetujui,

J

Ir Punvoxto, MS

NIP.

131 124 018

fr Didi &ardi K., MSc

Tanggal LUIUS

(7)

RIWAYATHIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1974 dari ayah

nama Patoni dan ibu Rochanah. Penulis merupakan anak 'ke lima dari lima

ber-saudara.

Pendidikan sekolah dasar ditempuh tahun 1981-1987 di SD Negeri Cilandak

10 Petang. Pendidikan tingkat menengah ditempuh tahun 1987-1990 di SMP Negeri

85 Jakarta. Penulis lulus dari sekolah lanjutan atas SMA Negeri 34 tahun 1993. Pada

tahun yang sarna penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis menjalani kuliah di Jurusan

Bu-didaya Pertanian program studi Agronomi.

Selama kuliah, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan. Tahun

199311994 aktif di Organisasi Mahasiswa Angkatan (OMA) 30. Setahun kemudian

aktif di Himpunan Profesi HlMAGRON dan BKIM IPB. Di tingkat akhir, penulis

aktif di Senat Mahasiswa FakuItas Pertanian IPB sebagai Kepala Biro Pengembangan

Sumber Daya Manusia.

Penulis pernah mendapat predikat Mahasiswa Berprestasi di tingkat Jurusan

Budidaya Pertanian tahun 1997. Selain itu, penulis juga pernah menjadi Asisten Luar

Biasa untuk mata kuliah Dasar-dasar Agronomi tahun 1996 dan 1997. Pada tahun

1998, penulis menjadi Asisten Lapang untuk mata kuliah Teknik Perkebunan dan

(8)

KATA PENGANTAR

AlhamdulilIah, puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah Yang Maha

Ktiasa karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Laporan penelitian dengan judul "Evaluasi Beberapa Varietas dan Galur Padi

Pada Kondisi Kekeringan" merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Pertanian di Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya dan penuh rasa tulus kepada :

1. Ir Purwono, MS dan Ir Didi Suardi K., MSc sebagai pembimbing atas arahan dan

bimbingannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan

2. Ir Sugiyanta, MSi selaku dosen penguji atas semua saran dan masukan yang sangat

berharga dalam penyempurnaan laporan

3. Emak dan almarhum Bapak tercinta, serta seluruh keluarga atas segala doa dan

restunya

4. Keluarga Agus Suhennan, BSc. (Papih, Mamih, Angga dan GiIar) di Surade atas

segala perhatian dan kasih sayangnya

5. Pak Pi yang selama ini telah banyak memberikan masukan, bimbingan dan

do-rongan moril serta kesempatan untuk berkembang kepada penulis

6. Karyawan Balitbio (pak Sonip dan Kang Asep) atas bantuannya selama

pe-laksanaan penelitian

7. Rekan-rekan tersayang di Agronomi 30 terutama kepada Yuana, Endro, Tatang,

Thnu, Dian, Atiek, Sushi, Reny, Nia dan Yanti atas semangat dan bantuannya

se-lama penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan laporan

8. Keluarga besar dan seIuruh ternan di Malabar ujung 11 atas persahabatan dan rasa

(9)

9. Pirnpinan Yayasan Beasiswa Supersernar atas bantuannya selama penulis rnenjalani

perkuliahan

10. Ternan-ternan sepeIJuangan yang tidak rnengenal lelah dalarn rnernberikan

sernangat, terutarna kepada Iwan Sugiarto, Febri, Irma, Eko, Wahyu, Bani, dan

Mas Edi Santosa. Terirna kasih untuk sernuanya.

Penulis berharap laporan ini dapat berrnanfaat bagi sernua pihak yang

rnernerlukannya.

Bogor, Mei 1998

(10)

DAFTARISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... : ... viii

DAFTAR GAMBAR... IX PENDAHULUAN... I Latar Belakang... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis... 3

TINJAUANPUSTAKA ... 4

Mekanisme Ketahanan Padi terhadap Kekeringan ... 4

Hubungan Perakaran Padi dengan Ketahanan Kekeringan... 5

Hubungan Tajuk Tanaman dengan Ketahanan Kekeringan... 7

BAHANDANMETODE ... 10

Waktu dan Tempat Percobaan... 10

Bahan dan Alat Percobaan... 10

Metode Percobaan . ... ... ... ... ... ... ... 11

Pelaksanaan Percobaan... ... .... 11

Pengamatan... ... ... 13

HASILDAN PEMBAHASAN ... 15

Keadaan Umum Percobaan... ... 15

Skor Kekeringan dan Penggulungan Daun... ... 17

Korelasi Antar Peubah... ... ... 18

Tinggi Tanaman dan Iumlah Anakan ... 20

(11)

Bebe! Kering Akar dan Tajuk ... 24

Suhu Daun ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

Kesimpuian ... : .... : ... : .. , ... : .. : ... : ... 27

Saran ... 27

DAFT AR PUST AKA ... 28

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Skoring Kekeringan dan Penggulungan Daun Berdasarkan Standard

Evaluation for Rice

CIRRI,

1996) ... ... ... ... 14

2. Skor Kekeringan dan Penggulungan Daun pada Varietas dan Galur Padi... 17

3. Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan Varietas dan Galur Padi pada 3, 5 dan 7 MST ... 21

4. Panjang Akar Varietas dan Galur Padi... 23

5. Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar dan Rasio Akar-Tajuk Varietas dan Galur Padi .. ... ... ... ... ... .... .... ... ... ... ... .... .... ... ... ... 25

6. Suhu Daun Varietas dan Galur Padi ... 26

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Padi Gogo Gajah Mungkur dan Kalimutu... 31

2. Deskripsi Varietas Padi Sawah Cisadane dan IR 64 ... 31

3. Komposisi Larutan Yoshida.. ... ... ... ... .... .... ... ... ... 32

4. Rekapitulasi Sidik Ragam Seluruh Peubah... 32

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Hubungan antara Skor Kekeringan dengan Tinggi Tanaman dan Iumlah

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kecenderungan permintaan' Pilngan, terutama beras, terus meningkat seiring

peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat. Kedudukan beras

sebagai makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat masih sulit digantikan oleh

komoditi pangan lainnya. Hal ini tergambar dari tingkat konsumsi beras Indonesia

yang mencapai 136.86 kgltahunlkapita pada tahun 1995 (Biro Pusat Statistik, 1996).

Untuk mencukupi kebutuhan pangan, pemerintah terus berupaya untuk dapat

meningkatkan produksi beras. Meskipun produksi beras Indonesia dari tahun ke tahun

menunjukkan peningkatan, tahun 1996 sebesar 51 101 000 ton lebih tinggi dari

produksi tahun 1995 dengan produksi 49 744 000 ton (Biro Pusat Statistik, 1998),

tetapi belum dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.

Konsentrasi upaya peningkatan produksi beras (padi) guna memenuhi

kebutuhan pangan rakyat selama ini masih tergantung pada lahan sawah beririgasi

teknis. Di sisi lain, lahan-Iahan sawah di pulau Jawa semakin berkurang dengan

semakin berkembangnya industri dan perumahan.

Padi gogo merupakan alternatif bagi penyediaan pangan nasional. Saat ini

kontribusi padi gogo terhadap produksi beras nasional masih sangat kecil, yaitu hanya

sebesar 2 913 000 ton pada tahun 1996 (Biro'Pusat Statistik, 1998), Potensi lahan

kering di Indonesia untuk pengembangan padi gogo masih cukup besar. Data statistik

tahun 1995 menunjukkan luas lahan keriJ)g di Indonesia sekitar 53 259 761 ha yang

terdiri atas lahan pekarangan, ladang, dan lahan-Iahan tidur di perkebunan. Hampir

(15)

2

Untuk mengimbangi kehilangan areal pertanian dan dalam rangka

mem-pertahankan tingkat produksi beras yang memadai, pengembangan pertanian padi saat

ini diarahkan ke lahan-Iahan kering yang banyak terdapat di luar Jawa.

Pengembangan pertanian di lahan kedng menghadapi banyak kendala dengan resiko

pertanaman yang cukup tinggi. Selain iti.!,· tingkat produktivitas lahan kering lebih

rendah dibandingkan lahan kelas satu (Iahan sawah). Sebagai gambaran,

pro-duktivitas padi yang ditanam di lahan kering (padi gogo) hanya 2.1 tonlha sedangkan

padi di lahan sawah tadah hujan 4.3 ton/ha. Bila dibandingkan dengan produ\...'tivitas

padi sawah yang dapat mencapai 5.5 tonlha, tingkat produktivitas pertanaman padi

di lahan kering masih lebih rendah.

Salah satu kendala yang paling sering dihadapi dalam pengembangan padi di

lahan kering adalah kekeringan. Menurut Mackill, Coffman dan Gamty (1996)

kehilangan hasil yang disebabkan oleh kekeringan pada saat antesis dan persemaian

dua kali lipat bila dibandingkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulma. Pada

umumnya, ketersediaan air di lahan kering sangat tergantung pada curah huj an,

sehingga sangat besar kemungkinan untuk munculnya masalah kekeringan. Lubis,

Harahap, Diredja dan Kustianto (1993) menyatakan intensitas kekeringan berbeda

menurut jenis tanah dan kelembaban udara di areal setempat. Periode curah hujan

yang terbatas dapat menyebabkan timbulnya Japisan tanah yang padat. Menurut Yu,

Ray, O'Toole dan Nguyen (1995) lapisan padat ini dapat mempengaruhi

perpanjang-an dperpanjang-an perkembperpanjang-angperpanjang-an akar yperpanjang-ang berakibat keterbatasperpanjang-an fisik dperpanjang-an fisiologis pada

pertumbuhan tanaman

Dalam mengatasi masalah kekeringan pada lahan kering diperlukan padi yang

mampu untuk berproduksi baik pada kondisi sub optimum. Tanaman padi yang

(16)

3

Tanaman padi ini memiliki morfologi dan sifat fisiologis yang spesifik sebagai

mekanisme adaptif terhadap suasana kering.

Dari aspek morfologi, padi yang tahan terhadap kekeringan memiliki sistem

perakaran yang besar dan panjang (Chang, Armenta-Soto, Mao, Peiris dan Loresto,

1986). Dengan sistem perakaran demikian,' tanamall padi tahan kekeringan ュ。ューセ@

menembus lapisan tanah yang lebih dalam untuk menjaga status air pad a jaringan

tanaman. Kemampuan akar dalam menembus lapisan tanah akan berbeda pada

masing-masing galur dan varietas padi.

Menurut Yu et al. (1995) identifikasi genotifkemampuan penembusan akar ke

lapisan tanah yang padat penting dalam pembentukan varietas padi yang sangat tahan

terhadap kekeringan. Penelitian mengenai ketahanan terhadap kekeringan dapat

dilakukan melalui evaluasi terhadap varietas yang telah ada dan galur harapan basil

pemuliaan lokal maupun introduksi. Hale dan Orcutt (1987) menyatakan persamaan

karakterlsifat antara galur harapan dengan varietas tahan kekeringan merupakan salah

satu cara yang dapat digunakan dalam mencari bahan pemuliaan untuk mendapatkan

varietas baru yang tahan kekeringan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi beberapa galur dan varietas padi pada

kondisi kekeringan.

Hipotesis

I. Terdapat perbedaan tajuk dan sistem perakaran antara galur/varietas padi sawah

dengan padi lahan kering

2. Terdapat persamaan bentuk tajuk dan pola perakaran antara varietas tahan

(17)

TlNJAUAN PUSTAKA

Mekanisme Ketahanan Padi terhadap Kekeringan

Istilah kekeringan didefinisikan ·sebagaj suatu kondisi air tanah yang dapat

dimanfaatkan tidak cukup untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang maksimum

(Ghildyal dan Tomar, 1982). Kondisi kekurangan air (defisit) dapat terjadi karena

terbatasnya periode curah hujan pada suatu wilayah. Kekeringan merupakan faktor

pembatas hasil yang umum terjadi pada semua tipe padi : padi lahan kering dan padi

sawah (Chang et aI., 1986).

Pengertian tahan kekeringan (drought resistance) mengacu kepada

kemampu-an tkemampu-anamkemampu-an untuk tumbuh dkemampu-an berproduksi optimum dengkemampu-an persediakemampu-an air ykemampu-ang

terbatas(Gupta dan O'Toole, 1986). Dalam sifat ketahanan ini, terdapat 4 (empat)

mekanisme yang teIjadi pada tanaman, meliputi drought tolerance, drought escape,

drought avoidance dan drought recovery.

Drought tolerance (toleran kekeringan) adalah kemampuan tanaman untuk

mempertahankan diri dari defisit air yang diukur dengan derajat dan rentang waktu

teIjadinya periode kekeringan. Drought escape adalah kemampuan tanaman untuk

masak lebih dini (early mature) sebelum cekaman air menjadi faktor pembatas yang

serius bagi tanaman. Penghindaran dari kekeringan (drought avoidance) adalah

ke-mampuan tanaman untuk menjaga status air dalam jaringan tanaman selama terjadi

kekeringan. Karakteristik akar dan tajuk berkaitan erat dengan mekanisme drought

avoidalll;;e. Daya pulih dari kekeringan (drought recovery) adalah kemampuan

(18)

5

Hubungan Perakaran dengan Ketahanan Kekeringan

Sistem perakaran padi terdiri dari akar seminal, akar mesokotil dan akar

adventif. Akar seminal muneul dari benih yang 、ゥォセ・。ュ「。ィォ。ョL@ yang diikuti oleh

pertumbuhitn akar. adventi{ Menurut Morita dan Yamazaki (1993) akar advent if

dihasilkan seeara akropetal di antara batang utama dan anakan, mengikuti pola

perkembangan daun. Akar seminal dan akar adventif disebut akar primer. Berbeda

dengan sistem perakaran tanaman dikotil, akar tanaman padi tidak memiliki

pertumbuhan sekunder.

Akar mesokotil akan tumbuh bila benihJbiji padi dikeeambahkan dalam

ke-adaan gelap. Akar mesokotil juga akan tumbuh bila benih ditanam terlalu dalam.

Sistem perakaran padi didistribusikan lebih banyak ke arah horisontal. Hal ini

me-nunjukkan bahwa akar padi dieirikan dengan sistem perakaran yang dangkal dan

padat dibandingkan dengan tanaman serealia lainnya (Morita dan Yamazaki, 1993).

Pada kondisi tertentu, akar padi melakukan adaptasi untuk dapat mempertahankan

ke-adaml tajuk agar tetap dalam keadaan normal.

Sistem perakaran padi berbeda menurut jenis dan varietasnya. Padi sawah

memiliki lebih banyak akar yang didistribusikan di lapisan permukaan tanah,

se-dangkan padi lahan kering memiliki kerapatan akar yang lebih besar pada lapisan

tanah yang lebih dalam (Yoshida dan Hasegawa, 1982). Distribusi akar padi sawah

90% berada pada kedalaman 20 em, sedangkan padi gogo pada kedalaman 40 em.

Keadaan ini berkaitan dengan ketersediaan air (ke1embaban) pada areal pertanaman.

Niitsuma (1993) menyatakan pertumbuhan akar padi gogo tergantung kepada

-kelembaban tanah di sekitar perakaran. Pada kondisi terendam air (lembab), akar padi

pertama kali tumbuh secara horisontal dan diikuti oleh perpanjangan seeara vertikal

(19)

6

kemudian diikuti oleh pertumbuhan horisontal. Panjang akar efektif untuk padi gogo

60 em, dua kali panjang akar efektifpadi sawah (Yoshida dan Hasegawa, 1988), yang

dicapai setelah tanaman padi -memasuki fase pembungaan (Suardi dan Haryono,

1994).

Penyebaran akar dipengaruhi oleh porositas tanah_ Tingkat kemampuan

per-tumbuhan akar akan berkurang dari tanah liat lempung berdebu, lempung berpasir,

debu, pasir, lempung, liat berlempung, liat dan liat berdebu (Ghildyal dan Tomar,

1982). Dalam pertumbuhannya, akar padi menghadapi beberapa hambatan yang

membatasi penyebaran akar. Pada lahan-Iahan yang sering mengalami keterbatasan

curah hujan, dapat timbul lapisan tanah yang padat yang berpengaruh pada

per-panjangan dan perkembangan akar (Yu et aI., 1995).

Perakaran padi merupakan salah satu komponen yang penting dalam

ketahan-an tketahan-anamketahan-an terhadap kekeringketahan-an melalui mekketahan-anisme drought avoidance. Ketahanan

ini disebabkan kemampuan tanaman untuk menyerap air pada lapisan tanah yang

lebih dalam. Yoshida (1975) melaporkan pada beberapa varietas padi gogo memiliki

akar lebih dalam dan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan padi sawah

bila ditanam pada kondisi kering. Yu et al. (1995) menyatakan beberapa kultivar

padi gogo memiliki diameter akar yang lebih besar dan berbanding lurus dengan

ke-mampuan menembus ke lapisan tanah yang dalam.

Untuk menjaga status air pada jaringan pada kondisi kering akar berkembang

lebih intensif agar dapat menyerap air lebih banyak. Bila pada lapisan atas teIjadi

ke-keringan, akar akan berkembang lebih dalam dan mampu menembus lapisan tanah

yang kompak dimana air masih cukup tersedia. Dengan demikian kemampuan akar

untuk bisa menembus lapisan tanah yang padat yang memiliki daya tekanan tertentu

(20)

7

Yu et at. (1995) telah melakukan penelitian yang ditujukan untuk merancang sistem skrining yang efisien bagi pengukuran daya tembus akar (root penetration).

Pada penelitian tersebut, telah dihasilkan suatu metode skrining menggunakan lapisan

dari campuran parafin dan

Gカ。ウセャゥー@

untuk dapat mengukur kemampuan akar padi

me-nembus lapisan yang padat. Lapisan parafin dan vaselin dipilih karena memiliki

ting-kat ketebalan yang seragam. Selain itu, lapisan parafin dan vaselin bersifat kedap air,

tidak berpori, tidak beraerasi dan tidak mengandung hara sehingga dapat menjadi

penghalang yang efektif bagi pertumbuhan akar.

Yu et at. (1995) menyatakan bahwa daya tembus akar dapat diukur dengan membandingkan jumlah akar yang dapat menembus lapisan dengan jumlah total

se-luruh akar. Rasio tersebut menggambarkan kemampuan tanaman untuk dapat

ber-tahan pada situasi kering.

Hubungan Tajuk Tanaman dengan Ketahanan Kekeringan

Sifat ketahanan kekeringan yang lain dapat dilihat melalui morfologi tajuk

tanaman. Menurut Murthy dan Ramakhrisnaya (1982) karakter tajuk tanaman

ber-hubungan dengan ketahanan terhadap stres lingkungan dan daya pulih kemampuan

berproduksi di bawah kondisi yang optimum.

Varietas-varietas yang tahan kekeringan dicirikan dengan kelambatan dalam

penggulungan daun dan daya pu!ih yang lebih dini, produksi anakan yang terus

ber-lanjut selama kekeringan, produksi bobot kering yang tinggi saat pembungaan dan

kontribusi yang lebih besar dari karbo.hidrat batang pada saat pengisian bulir (Murthy

dan Ramakhrisnaya, 1982)

(21)

8

Selain itu, ciri lain berupa peningkatan lapisan epikutikula, ketebalan daun dan

penyesuaian luas daun. Adaptasi tajuk padi dengan mekanisme tersebut ditujukan

untuk mengurangi kehilangan air dari tajuk.

Penutupan dan pembukaan stomata dipengaruhi oleh potensial air. daun. Pada

saat potensial air tanah menurun saat terjadi cekaman kekeringan, aliran air ke

jaringan tanaman juga akan menurun, yang berlanjut kepada penurunan potensial air

daun. Ketika potensial air daun mencapai tingkat tertentu, stomata menutup sehingga

pertukaran gas dan air akan berkurang. Respon ini dapat menolong tanaman dalam

menjaga kandungan air tanaman, tetapi dapat juga mengurangi fotosintesis. Lebih

jauh lagi, ketika potensial air daun rendah, tekanan potensial dari sel juga berkurang

sehingga membatasi perbesaran sel dan menghambat pertumbuhan tanaman (Mackill

et at., 1996).

Menurut Mackill et at. (1996) penggulungan daun merupakan cara untuk me-ngurangi luas daun yang berhubungan langsung dengan atmosfer. Semakin kecil

per-mukaan daun yang berhubungan langsung dengan atmosfer, maka transpirasi daun

juga semakin berkurang, sehingga tanaman mampu bertahan pada kondisi air yang

terbatas.

Suhu daun tanaman dapat juga dijadikan salah satu faktor untuk menentukan

tingkat ketahanan kekeringan suatu varietas/galur. Menurut Suardi (1988) suhu daun

dapat digunakan sebagai indikator berlangsungnya transpirasi yang berhubungan erat

dengan tingkat ketahanan kekeringan. Suhu daun yang rendah saat terjadi cekaman

kekeringan, menunjukkan proses transpirasi pada tanaman masih berlangsung.

Ke-adaan ini menunjukkan tanaman tidak dapat menjaga status air tanaman meski dalam

kondisi cekaman kekeringan. Suhu daun yang tinggi menunjukkan proses transpirasi

(22)

9

Varietas-varietas yang tahan kekeringan menunjukkan suhu daun yang tinggi saat

dilakukan pengukuran pada kondisi kekeringan berat.

Ciri umum yang dapat ditemukan pada varietas padi laban kering yang relatif

tahan terhadap kekeringan adalah jum1ah anakan yang sedikit dan tajuk yang lebih

tinggi (Yoshida dan Hasegawa, 1982). Rasio akar-tajuk pada tanaman dapat juga

di-jadikan salah satu komponen dalam evaluasi galur-galur yang tahan terhadap

(23)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan dilaksanakan di rumah kaca Balai Penelitian Bioteknologi

Tanam-an PTanam-angTanam-an CimTanam-ang"ou Bogor pada bulTanam-an April sampai Juni 1997.

Bahan dan Alat Percobaan

Bahan tanaman yang digunakan berupa benih padi yang terdiri dari : varietas

padi gogo, yaitu Cabacu, Bulan Sabit Putih, Gajah Mungkur, dan Kalimutu; galur

ha-rapan padi gogo, yaitu TB 262d-CK-6-B, IDSA 13-MP-I-81-B-TB-2, S

338S-3C-ll-2-3, S 382b-2-2-3, S 338S-SC-16-3-2-3; padi hibrida, yaitu IRS802SNIR72,

IRS8025NIR64, IRS802SNIRS3942, IRS802SNIRS4852; varietas padi sawah,

yaitu IR 64, IR 36, Cisadane, Memberamo dan Maros. Varietas Gajah Mungkur dan

Kalimutu digunakan sebagai kontrol tahan kekeringan (Tabel Lampiran 1 dan 2).

Benih padi didapat dari Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor.

Media tumbuh untuk tanaman terdiri dari campuran tanah latosol, pasir dan

bahan organik dengan perbandingan 3 :2: 1. Bahan lain berupa lapisan yang berasal

dari campuran parafin dan vaselin dengan perbandingan 60%:40%, serta larutan

Yoshida yang telah diencerkan. Penentuan komposisi larutan Yoshida yang

digunakan sebagai nutrisi tanaman ini berpedoman kepada prosedur rutin Laboratory

Manual for Physiological Studies oleh Yoshida, Forno, Cock dan Gomez (1972).

Kandungan unsur hara larutan Yoshida dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3.

Alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi pot dari pipa PVC dengan

diameter 7.S cm dan panjang 20 em, gelas ukur, meteran, termometer infra red, 171

(24)

II

Metode Percobaan

Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan 3

ulangan. Faktor pertama (petak utama) adalah taraf ketebalan lapisan campuran

pa-rafin dan vaselin yaitu Tl= 3 mm, T2 = 4 mm dan T3 = 5 mm. Faktor kedua (anak

petak) adalah faktor varietas, yaitu VI - V19. Dengan demikian terdapat 180 satuan

percobaan. Setiap satu unit satuan percobaan terdiri atas I pot dengan I tanaman

padi. Modellinier dari percobaan ini dapat ditulis sebagai berikut :

Yijk = [.l

+

ai

+

Bj

+

(aB)ij

+

-ck

+

6ik

+

eijk

Keterangan :

Yij

=

Nilai pengamatan pada kelompok k , varietas ke-i dan ketebalan lapisan ke-j

J.l = Nilai tengah dari populasi

cu

=

Pengaruh aditif varietasfgalur ke-i !3j

=

Pengaruh aditiffaktor ketebalan ke-j

(a.!3)ij

=

lnteraksi faktor varietas ke-i pada faktor ketebalan ke-j ,k

=

Pengaruh aditif kelompok ke-k

oik = Pengaruh galat yang muncul pada varietas ke-i kelompok ke-k

Eijk

=

Pengaruh galat dari kelompok ke-k pacta varietas ke-i, ketebalan ke-j

Analisis ragam dilakukan pada seluruh parameter dan bila terdapat perbedaan

yang nyata dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 persen.

Pelaksanaan Percobaan

Benih padi dari masing-masing galur/varietas dikecambahkan untuk

men-dapatkan bibit padi yang seragam. Pengecambahan dilakukan menggunakan kertas

kecambah pada suhu kamar selama 4 hari. Pengecambahan ditujukan untuk

(25)

12

Media tanam berupa campuran tanah, pasir dan bahan organik disiapkan satu

minggu sebelum pemindahan bibit ke media. Media tanam ditempatkan pada pipa

PVC yang bagian bawahnya telah diberi kerangka kawat dan lapisan sesuai

ke-tebalan yang diperlukan.

Pencetakan lapisan parafin dan vaselin dilakukan 2 minggu sebe1um media

tanah dimasukkan ke dalam pot pipa PVC. Metode pembuatan lapisan ini mengacu

kepada penelitian yang telah dilakukan oleh Yu et al. (1995). Hasil penelitian menunjukkan perbandingan parafin dan vaselin 60% : 40% merupakan komposisi

terbaik untuk dapat mengukur daya tembus akar. Pembuatan lapisan parafin dan

vaselin dilakukan dengan tahap sebagai berikut :

• Parafin dan vaselin dengan perbandingan 60% : 40% dimasukkan ke dalam wajan

untuk dipanaskan dan tercampur sempurna.

• Dalam keadaan cair, campuran parafin dan vaselin dicetak ke bawah pipa PVC

yang telah didesain sedemikian rupa dengan bantuan silinder bulat dan masif pada

ketebalan tertentu (3 mm, 4 mm dan 5mm), dan telah diberi kerangka dari kawat di

sekitar permukaan bawah lubang pipa.

• Lapisan lilin yang telah terbentuk dibiarkan dingin dan mengeras, kemudian

di-periksa kembali kesempurnaan pelekatannya pada dinding pot.

Bibit padi hasil perkecambahan ditransplanting dengan hati-hati bila media

te-lah siap untuk ditanam. Pada saat penanaman, diperhatikan keseragaman panjang

akar kecambah. Setiap satu pot ditanam 2 bib it, dan setelah 2 minggu dilakukan

penjarangan. Setelah semai padi selama 2 minggu, disiapkan bak plastik berisi 12

gelas aqua yang berisi larutan Yoshida yang te1ah diencerkan. Styrofoam dilubangi , sedemikian rupa sehingga pot tanaman dan gelas aqua yang berisi penuh larutan

(26)

13

Selama percobaan, tanaman disiram air dan larutan Yoshida yang telah

diencerkan 1 : 7 sesuai keperluan. Pada hari ke-20 dan ke-42, tidak dilakukan

penyiraman untuk memberikan efek kekeringan pada tanaman ..

Pengamlj.tan

Pengamatan dilakukan terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan,

panjang akar, temperatur daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, suhu daun,

skoring kekeringan dan skoring penggulungan daun.

\. Tinggi tanaman, dilakukan satu minggu sekali sejak tanaman berumur 1 MST.

Pengukuran dilakukan dari permukaan tanah hingga ke ujung daun yang paling

tinggi

2. Jumlah anakan, dilakukan satu minggu sekali sejak tanaman berumur I MST.

Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah anakan selain batang utama.

3. Temperatur daun, dilakukan pada minggu ke-4 menggunakan termometer infra

red.

4. Panjang akar, dilakukan pada akhir pengamatan. Pengukuran dilakukan dari

pangkal batang hingga ke ujung akar.

5. Bobot kering tajuk dan bobot kering akar; dilakukan pada akhir percobaan. Tajuk

dan akar yang telah dipanen dimasukkan ke dalam oven bersuhu 80°C selama 3

(tiga) hari.

6. Skoring kekeringan dan penggulungan daun dilakukan setelah dilakukan efek

kekeringan (hari ke-21 dan hari ke-43). Standar yang digunakan dalam skoring

kekeringan dan penggulungan daun mengacu kepada Standard Evaluation for

Rice

セケYVIL@

seperti pada Tabel l.

'---t

I . I

_BQFMLセエGT@

(27)

-14 Tabel 1. Skoring Kekeringan dan:'!\,enggulungan Daun Berdasarkan Standard

Evaluation for Rice

(ry

1996)

Skor Kekeringan Penggulullgall Daun Kategori

0 Tahpa Gejala . Daun-dauri sehat Tahall

1 Ujullg daun mengering . Daun mulai menggulung (bentuk Tahan

V.dangkal)

3 Ujung daun mengering Daun menggulung (bentuk V Moderat

hingga 114 panjang daun dalam)

5 1/4 hingga 1/2 dari daun Daun menutup penuh Moderat

tanaman mengering seluruhnya.

7 Lebih dari 2/3 daun Pinggiran daun saling bertautan Peka

tanaman mengering (bentuk 0)

9 Seluruh tanaman terlihat Daun-daun menggulung rapat Peka

[image:27.613.51.506.79.322.2]
(28)

RASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umnm Percobaan

Varietas dan' galur padi yang ditanam dalam pot PVC menunjukkan

per-tumbuhali yang normal' pad a minggu-minggu awal penelitian, Perbedaan tingkat

pertumbuhan tajuk di antara varietas dan galur yang dievaluasi mulai terlihat saat

ta-naman memasuki minggu ke-3 setelah transplanting.

Pengaruh kekeringan dengan tidak menyiram tanaman pada hari ke-20 sampai

ke-23 dan ke-42 sampai ke-45 ditujukan untuk melihat respon varietas dan galur

ter-hadap suasana kering. Pemberian pengaruh kekeringanpada hari ke-20 dan ke-42

berkaitan dengan fase pertumbuhan vegetatif pada tanaman padi. Basyir, Punarto,

Suyamto dan Supriyatin (I995) menyatakan fase anakan pertama hingga anakan

maksimum pada padi gogo ber-Iangsung pada 22-40 hari setelah tanaman (HST).

Pada 42-52 HST terjadi fase anakan maksimum hingga awal pertumbuhan malai.

Dengan memberikan pengaruh kekeringan pada permulaan kedua fase tersebut dapat

terlihat kurangnya pertumbuhan tanaman secara keseluruhan untuk fase berikutnya.

Respon tanaman padi terhadap kekeringan berbeda menu rut jenis dan

va-rietasnya. Gejala kekeringan dan penggulungan daun yang diukur melalui skoring

menunjukkan nilai yang berbeda sesuai dengan tingkat ketahanan kekeringan pada

masing-masing varietas dan gaIur.

Pengaruh kekeringan menyebabkan tanaman padi memiliki pertumbuhan yang

kurang optimum dilihat dari tertekannya pertumbuhan tajuk tanaman. Dalam

per-cobaan ini tidak ada akar tanaman dari seluruh satuan perper-cobaan yang dapat

me-nembus lapisan parafin dan vaselin. Hal ini diduga disebabkan oleh pertumbuhan

(29)

16

dan nutrisi yang terbatas. Sebagai eontoh, varietas Kalimutu pada kondisi optimal

dapat meneapai tinggi tanaman 105-110 em (Harahap, Suwarno, Lubis dan Susanto,

1995) sedangkan pada pereobaan ini hanya meneapai tinggi 54 em pada umur 7

MST. Demikian pula pada varietas Gajah Mungkur, yang pada kondisi biasa d.apat

meneapai tinggi tanaman 95-100 em (umur 90·hari), letapi pada pereobaan ini hanya

mencapai tinggi 45 em.

Selain itu, jumlah tanaman per pot juga menentukan kemampuan tanaman

un-tuk menembus lapisan parafin dan vaselin. Penempatan satu tanaman padi per pot

di-duga tidak eukup mampu untuk memberikan kondisi yang ideal bagi akar untuk

me-nembus lapisan parafin dan vaselin.

Hasil pengamatan akhir, akar tanaman padi yang telah meneapai lapisan

pa-rafin membelok ke arah samping. Hal ini menunjukkan bahwa akar padi yang telah

tumbuh memanjang tidak mampu untuk menembus lapisan parafin. Kondisi demikian

menyebabkan tidak dapatnya dilakukan pengukuran terhadap peubah-peubah tertentu,

seperti jumlah akar yang menembus dan jumlah akar total. Dengan demikian, untuk

mengukur daya tembus akar yang berkorelasi dengan ketahanan terhadap kekeringan

lebih ditekankan kepada panjang akar dan bobot kering akar. Yu et al. (1995)

menyatakan bahwa sistem perakaran padi gogo yang panjang berkorelasi positif

dengan bobot kering akarnya.

Hasil pengamatan terhadap seluruh peubah menunjukkan bahwa faktor

ke-tebalan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot

kering tajuk, panjang akar dan bobot kering akar. Hasil pengamatan juga

me-nunjukkan adanya pengaruh varietas pada seluruh peubah keeuali pada bobot kering

(30)

17

Skor Kekeringan dan Penggulungan Daun

Skoring kekeringan dan penggulungan daun yang dilakukan saat terjadi

ce-kaman kekeriIigan pada tanaman menunjukkan perbedaan antar varietas CTabel 2).

Skor.kekeringan dan penggulungan dauD"berkisar antara 0 (untuk varietas resisten)

sampai 9 (varietaslgalur peka).

Skoring kekeringan menunjukkan ketahanan suatu varietas terhadap kondisi

kering. Pada varietas resist en, gejala kekeringan pada tajuk tanaman lebih rendah

di-bandingkan varietas peka. Hal ini dikarenakan varietas resisten lebih baik dalam

penyerapan air selama terjadinya kekeringan sebagai konsekuensi perkembangan akar

yang lebih responsif Ketersediaan air yang rnencukupi se1ama kekeringan mampu

menjaga tajuk untuk tetap berada pada kondisi yang optimal. Galur IDSA !3-MP-

1-81 memiliki sifat ketahanan kekeringan mendekati varietas Gajah Mungkur dan

Kali-mutu bila dilihat dari skor kekeringan dan penggulungan daun (TabeI2).

Tabe12. Skor Kekeringan dan Penggulungan Daun pada Varietas dan Galur Padi Varietas/Galur 006 Cisadane Maros Memberamo IR64 IR58025AJIR64 IR58025AJBR827 IR58025AJIR54852 IR58025A1IR72 IR58025AJIR53942 S382b-2-2-3 TB262d-Ck-6-B S3385-3c-II-2-3

IDSA 13-MP-I-81 S3385-5c-16-3-2 Cabacu

Bulan Sabit putih

(31)

18

Skor penggulungan daun berkaitan erat dengan respon adaptif tanaman selama

periode kekeringan. Menurut Mackill et

at.

(1996) penggulungan daun teIjadi saat

potensial air daun menurun akibat penurunan potensial air tanah. Penggulungan daun

mampu mengurangi luas dano yang berhubungan langsung dengan atmosfir sehingga

transpirasi dapat ditekan.

Varietas resisten lebih baik dalam menJaga penyerapan air dibandingkan

dengan varietas peka sehingga daun-daunnya tidak menggulung dalam jangka waktu

yang lebih lama. Murthy dan Ramakhrisnaya (1982) menyatakan bahwa

varietas-varietas yang tahan kekeringan memiliki karakteristik berupa pengulungan daun yang

lebih lambat, cepat dalam penyembuhan (recovery) dan toleran terhadap panas. Hal

ini diperkuat oleh Mackill et al. (1996) yang menyatakan bahwa penundaan peng-gulungan daun berhubungan erat dengan ketahanan kekeringan. Jadi, pada tingkat

ce-kaman kekeringan yang sarna pada varietas padi gogo dan padi sawah, dapat terlihat

bahwa varietas padi gogo lebih lamb at dalam menggulung Hal ini ditunjukkan

dengan nilai skor penggulungan yang relatif lebih rendah pada kelompok padi gogo

dibandingkan dengan varietas padi sawah (Tabel 2).

Korelasi Antar Peubah

Uji korelasi antar peubah ditujukan untuk melihat keterkaitan antara peubah

yang satu dengan peubah yang lainnya. Pada Tabe1 Lampiran 5 dapat dilihat bahwa

peubah-peubah tinggi tanaman, jumlah anakan dan panjang akar memiliki keterkaitan

yang erat dengan sifat ketahanan kekeringan dan penggulungan daun.

Peubah tinggi tanaman berkorelasi negatif dengan tingkat kekeringan daun

(1'= -0.43**) dan tingkat penggulungan daun (r="0.65**). Keadaan ini menunjukkan

(32)

19

kecil dan ketahanan terhadap kekeringan semakin baik. Data pengamatan

menunjukkan varietas dan galur yang memiliki tajuk tanaman yang Iebih tinggi

me-miliki skor kekeringan yang keci!.

Peubah jumlah anakan memiliki korelasi positif denga.n tingkat kekeringan

(r=0.47**) dan penggulungan daun (r= 0.62**). Hal ini berarti semakin tinggi

jum-lah anakan maka ketahanan tanaman terhadap kekeringan semakin rendah, yang

di-tunjukkan dengan semakin besarnya nilai kekeringan dan penggulungan daun. Hasil

pengamatan menunjukkan, pada galur dan varietas padi sawah atau galur padi gogo

denganjumlah anakan yang relatifsama dengan padi sawah seperti S3385-3c-II-2-3,

memiliki skor kekeringan yang lebih besar.

Peubah panjang akar memiliki korelasi negatif (Gambar I) dengan tingkat

kekeringan (r= -0.31**) dan penggulungan daun (r=-0.27**). Dengan demikian

wr---."

"

"

,

" : 7

3

,

セMM __ - - - -__ - - - -__ - -____ - -__ - - - -__ - - - -__ MMセッ@

,

3 5

,

7

,

SKOR KEKfRINGAN

Gambar I. Hubungan antara Skor Kekeringan dengan Panjang Akar dan Jumlah Anakan

dapat diartikan semakin panjang akar tanaman padi, maka tingkat kekeringan dan

[image:32.629.111.506.341.628.2]
(33)

20

akar yang relatif panjang dibandingkan padi sawah memiliki skor kekeringan yang

lebih keci!. Hal ini menunjukkan bahwa sifat ketahanan kekeringan dapat dilihat dari

sistem perakaran yang panjang. Yoshida dan Hasegawa (1982) menyatakan bahwa

ketahamin ォセォ・イゥヲNャァ。ョ@ pada varietas padi gogo dicirikan dengan jumlah anakan yang

sedikit, tajuk tanaman yang lebih tinggi dan pertumbuhan akar yang lebih baik (akar

lebih panjang).

Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan

Tinggi tanaman dan jumlah anakan memiliki keterkaitan yang erat dengan

tingkat ketahanan kekeringan pada tanaman padi. Tinggi tanaman masing-masing

va-rietas dan galur padi menunjukkan perbedaan mulai 2 MST. Data pengamatan pada

3, 5 dan 7 MST (Tabel 3) menunjukkan tinggi tanaman berbeda nyata antara

kelom-pok padi sawah dan kelomkelom-pok padi gogo. Varietas padi gogo seperti Cabacu, Gajah

Mungkur, Kalimutu, dan Bulan Sabit Putih memiliki tajuk lebih tinggi dibandingkan

dengan varietas padi sawah. Varietas Kalimutu menunjukkan tajuk tanaman tertinggi

dari seluruh varietas dan galur yang dievaluasi.

Menurut Chang et at. (1986) perbedaan tinggi tanaman antara padi gogo dan padi sawah yang berhubungan dengan tingkat ketahanan kekeringan lebih ditentukan

secara genetik. Tinggi tanaman dikendalikan oleh banyak gen dan dipengaruhi oleh

modifikasi gen. Dari penelitian ini, diketahui bahwa galur IDSA

13-MP-1-81-B-TB-2 memiliki kesamaan karakter tinggi tanaman dengan varietas Kalimutu. Hal ini

di-tunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman di antara dua

jenis padi tersebut (Tabel 3).

Data pada Tabel 3 menunjukkan adanya kesamaan tinggi tanaman galur padi

(34)

21

Tabel 3. Tinggi Tanaman dan Iumlah Anakan Varietas dan Galur Padi pada 3,5 dan 7 MST

Varietas/Galur Tinggi Tanaman Jumlah Anakan

3MST S'MST 7MST 3MST 5MST 7MST

em

1R36 28.70defgh 32.33 fgh 32.63 fgh 2.67 a 6.33 a 7.00 a

Cisadane 24.39 h 28.88 h 29.91 gh 2.11 ab 4.22 bed 3.44 bede

Maros 31.88 edef 34.37 efgh 38.97 def 1.78 abe 3.89 bed 4.00 bed

Memberamo 28.71 defgh 36.00 defg 39.04 def 1.56 bed 4.33 bed 4.33 be

lll.64 27.99 efgh 32.86 fgh 35.76 efgh 2.00 bed 4.89 ab 5.00b

IR58025AJIR64 26.79 fgh 32.02 gh 32.51 fgh 1.78ab 4.89 ab 5.11 ab

IR58025AJBR827 30.08 defg 33.90 efgh 36.16 efgh 1.89 ab 4.44 abed 5.00 ab

IR58025AJIR54852 28.11 efgh 35.70 defgh 37.39 efg 1.78 bed 4.44 abed 4.44 be

IR58025AJIR72 25.28 gh 30.88 gh 29.22 h 1.56 bed 4.33 bed 4.44 be

IR58025A1IR53942 28.04 efgh 32.74 fgh 33.97 fgh 1.78 abc 4.33 bed 4.44 be

S382b-2·2·3 31.87 cdef 39.42 cdef 42.22 ede 1.78 abe 3.]] ede 2.89 cdef

TB262d·Ck-G-B 33.66 abed 40.92 bede 43.34 bede 1.00 ede 2.89 def 2.67 defg

S3385-3c-1I-2-3 24.17h 29.83 gh 32.64 fgh 2.00 ab 4.56 abc 4.78 b

JDSA I3-MP-1-81 37.84 a 48.80 a 5UI ab 0.78 def 1.67 fg 1.67fg

S3385-5c-16-3-2 26.07 gh 3Ll4gh 32.68 fgh 1.78 abc 4.44 abed 5.11 ab

Cabacu 32.56 bede 45.78 abe 48.39 abc 0.78 def 2.22 efg 2.11 erg

Bulan Sabit putih 35.90 abe 44.42 abe 47.50 abe 0.89 def 3.33 bede 2.89 edef Gajah MoogI",r 32.17 cde 42.61 abed 45.77 bed 0.33 ef 2.00 efg 1.78 fg

Kalimutu 37.62 a 48.03 ab 54.00 a 0.22 f 1.44 g 1.44 g

Keterangan : Angka pada kolom yang sarna yang diikuti dengan hurufyang sarna tidak berbeda nyata pada uji BN] taraf 5%

Varietas padi sawah dan galur introduksi memiliki jumlah anakan yang lebih

besar dibandingkan dengan varietas dan galur padi gogo. Tabel 3 menunjukkan

varietas padi sawah seperti 006, IR64 dan Cisadane, Maros dan Memberamo

me-miliki jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas padi gogo.

Tabel 3 juga menunjukkan bahwa varietas dan galur dengan tajuk yang lebih

tinggi memiliki jumlah anakan yang lebih sedikit. Hal ini diduga, pertumbuhan

anakan yang terbatas pada varietas dan galur padi gogo dikarenakan hasil fotosintesis

[image:34.635.84.520.132.459.2]
(35)

22

Pada padi gogo, jumlah anakan yang sedikit menunjang kemampuan untuk

dapat bertahan pad a kondisi kekeringan. Iumlah anakan sedikit menyebabkan

ke-eilnya proses pelepasan air melalui tajuk. Dengan demikian, padi gogo dapat

men-jaga status air jaringan selama terjadinya eekaman kekeringan.

Varietas-varietas padi gogo pada umur 7 MST dengan tinggi tanaman yang

rata-rata berkisar antara 45 em sampai 54 em memiliki rataan jumlah anakan yang

kecil, yakni 1.44 sampai 2.89. Berbeda dengan varietas padi sawah dengan umur

yang sama, memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah tetapi jumlah anakannya lebih

banyak. Hasil analisis korelasi menunjukkan hubungan negatifyang nyata (r = -0.49)

antara tinggi tanaman dengan jumlah anakan (Tabel Lampiran 5).

Palljang AkaI'

Peubah panjang akar merupakall salah satu faktor utama yang berhubungan

erat dengan tillgkat ketahanall kekeringan pada tanaman padi. Ketahanan kekeringan

pad a padi dapat tergambar dari pol a perakaran dan ukuran akar tanaman. Menurut

Chang et al. (1986) padi yang tahan terhadap kekeringan memiliki sistem perakaran yang besar dan panjang. Dengan sistem perakaran yang besar dan panjang, tanaman

mampu menembus lapisan tanah yang lebih dalam untuk menjaga status air pad a

jaringan tanaman.

Pada peubah panjang akar yang diamati, varietas padi gogo mempunyai

rata-rata panjang akar yang lebih besar dibandingkan dengan varietas padi sawah. Tabel 4

menunjukkan akar padi gogo eenderung lebih panjang dibandingkan denga,n padi

sawah. Hal ini sesuai dengan pemyataan Yoshida dan Hasegawa (1982) bahwa padi

(36)

Tabel4. Panjang Akar Varietas dan Galur Padi Varietas/Galur IR36 Cisadane Maros Memberamo IR64 IR58025NIR64 IR58025NBR827 IR58025NIR54852 IR58025A1IR72 IR58025NIR53942 S382b-2-2-3 TB262d-Ck-6-B S3385-3e-II-2-3 IDSA 13-MP-I-81 S3385-5e-16-3-2 Cabaeu

Bulan Sabit putih Gajah Mungkur Kalimutu

Panjang Akar 16.84 bedef 17.56 abc . 14.16 f

14.69 ef 1.7.36 abed 15.31 edef 16.82 bedef 14.39 ef 14.93 def 14.99 def 13.61 f 15.04 def 14.70 ef 16.14 bedef 14.84 def 17.91 ab 18.70 a 18.31 ab 18.54 ab

Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan hurufyang sama tidak berbeda

nyata pada llji ENJ tarof 5%

23

Varietas Bulan Sabit Putih dan Kalimutu memiliki nilai panjang akar yang

terbesar, yaitu 18.70 em dan 18.54 em. Di antara galur padi gogo yang dievaluasi,

galur IDSA-13-MP-I-81 memiliki nilai panjang akar terbesar sehingga diduga galur

ini memiliki kesamaan potensi pertumbuhan akar dengan varietas Bulan Sabit Putih

dan Kalimutu. Varietas-varietas yang tahan terhadap kekeringan memiliki karakter

perakaran yang lebih panjang untuk dapat mempertahankan status air tanaman dan

tumbuh seeara normal.

Tinggi tanaman berkorelasi positif dengan panJang akar. Semakin tinggi

tanaman, perkembangan akar semakin responsif. Chang

et at.

(1986) menyatakan

bahwa terdapat korelasi positif dan nyata antara tinggi tanaman dengan panjang akar.

(37)

24

Pengamatan visual pada akhir penelitian menunjukkan adanya perbedaan

pola perakaran antara varietas padi gogo dan padi sawah. Pada varietas padi gogo,

perakaran lebih banyak didistribusikan ke arah vertikal dengan jumlah akar serabut

. yang lebih sedikit .. Dari sisi penampakan, akar padi gogo umumnya lebih teba!.

Se-baliknya pada varietas padi sawah, penyebaran akar lebih banyak di dekat permukaan

tanah. Hal ini sesuai dengan pemyataan Ghildyal dan Tomar (1982) bahwa varietas

padi lahan basah lebih banyak didistribusikan di sekitar lapisan permukaan, yaitu

90% dari seluruh akar lebih banyak terdapat pada kedalaman 0-20 em dari permukaan

tanah.

Bobot Kering Akar dan Tajuk

Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata untuk

pe-ubah bobot kering akar, namun berbeda nyata untuk bobot kering tajuk di antara

varietas dan galur. Bobot kering akar yang tidak berbeda nyata berkaitan dengan pola

perakaran dari masing-masing varietas dan galur. Pada tanaman padi sawah, jumlah

akar lebih banyak namun memiliki ukuran akar yang lebih keci!. Sebaliknya, varietas

padi gogo memiliki jumlah akar yang lebih sedikit dengan ukuran yang lebih besar.

Dari Tabel 5 diketahui bahwa varietas padi sawah dan galur introduksi

me-miliki bobot kering tajuk yang lebih besar dibandingkan dengan varietas dan galur

padi gogo. Keadaan ini berhubungan dengan pertumbuhan anakan yang lebih tinggi

pada varietas padi sawah dan galur introduksi.

Rasio akar-tajuk dihitung dengan membandingkan nilai bobot kering akar

dengan bobot kering tajuk. Rasio akar tajuk dapat digunakan untuk mengukur

ke-mampuan tanaman menyerap air dari lapisan tanah yang lebih dalam (Yoshida dan

(38)

25

rasio akar-tajuk yang lebih besar dibandingkan dengan varietas padi sawah (Tabel 5).

Hal ini disebabkan perkembangan akar padi lahan kering (gogo) lebih besar

di-bandingkan dengan padi lahan basah (Yu, et

at.,

1995).

Tilbel5. Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar dan Rasio Akar-Tajuk Varietas dan Galur Padi

Varietas/Galur Bobot Kering Tajuk Bobot Kering Akar Rasia Akar-Tajuk ... gram ... .

IR3G 2.28 a 0.70 0.3 1 ab

Cisadanc 1.86 abc 0.51 0.29 ab

M;JfQS 1.68 abc 0.62 0.39 ab

Memberamo 1.89 abc 0.53 0.29 ab

IR64 1.88 abc 0.47 0.27 ab

IR58025NIR64 1.89 abc 0.56 0.29 ab

IR58025NBR827 2.21 abc 0.64 0.31 ab

IR58025NIR54852 2.02 abc 0.56 0.27 ab

IR58025NIR72 1.50 abc 0.4 1 0.31 ab

IR58025NIR53942 1.59 abc 0.48 0.32 ab

S382b-2-2-3 1.76 abc 0.42 0.23 b

TB262d-Ck-G-B 1.87 abc 0.57 0.39 ab

S3385-3c-U-2-3 1.84 abc 0.54 0.29 ab

IDSA 13-MP-1-81 1.19 c 0.42 0.39 ab

S3385-5c-1G-3-2 2.05 abc 0.45 0.22 b

Cabacu 1.49 abc 0.54 0.41 ab

Bulan Sabit pulih 1.74 abc 0.49 0.28 ab

Gajah Mungknr 1.35 bc 0.62 0.40 ab

Kalimulu 1.46 abc 0.55 0.45 a

Kelerangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuli dengan hurufyang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%

Varietas padi gogo seperti Gajah Mungkur, Kalimutu dan Cabacu memiliki

perkembangan akar yang lebih responsif dengan pertumbuhan jumlah anakan yang

terbatas. Hal ini ditunjukkan dengan rasio akar-tajuk yang besar, dengan nilai

masing-masing DAD, 0041 dan 0045. Galur padi gogo yang memiliki kesamaan nilai rasio

dengan varietas padi gogo adalah galur TB262d-Ck-6-B dan IDSA J3-MP.

Gupta dan O'Toole (1986) menyatakan bahwa rasio akar-tajuk dapat

di-gunakan untuk membandingkan antara varietas dan sangat berkorelasi dengan tingkat

ketahanan kekeringan di lapang. Rasio akar-tajuk yang besar diperoleh bila

(39)

26

Pada penelitian ini terlihat bahwa varietas padi gogo yang tahan terhadap

kekeringan dengan nilai rasio yang besar memiliki ciri jumlah anakan sedikit, tajuk

·lebih tinggi dan akar yang berkembang aktif. Galur-galur yang memiliki kesamaan

tajuk dan perakaran dengan varietas tahan kekeringan diduga memiliki potensi untuk

dapat dikembangkan menjadi varietas yang tahan kekeringan.

Suhu Daun

Hasil pengukuran suhu daun tanaman menunjukkan kondisi yang tidak

berbeda nyata pada masing-masing varietas dan galur (Tabel 6). Kedaan ini

disebabkan oleh ketidakakuratan dalam pengukuran. Pelaksanaan pengukuran suhu

yang hanya dilakukan satu kali belum mencerminkan keadaan tanaman yang

sesungguhnya. Kondisi tajuk rang hanya diwakili oleh satu tanaman belum dapat

menggambarkan kepadatan tajuk yang diinginkan. Pengukuran yang dilakukan pada

tajuk tanaman yang kurang rap at memiliki kecenderungan bias yang lebih besar oleh

suhu lingkungannya.

Tabel6. Suhu Daun Varietas dan Galur Padi

Varietas/Galur IR36 Cisadane Maros Memberamo IR64 IR58025A1IR64 IR58025A1BR827 IR58025A1IR54852 IR58025A1IR72 IR58025A1IR53942 S382b-2-2-3 TB262d-Ck-6-B S3385-3c-1l-2-3 IDSA 13-MP-1-81 S3385-5c-16-3-2 Cabacu

Bulan Sabit putih

Gajah Mungkur

Kaiimu(u

Suhu Daun ( DC)

[image:39.612.77.506.464.677.2]
(40)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tajuk dan akar antara

kelom-pok padi sawah dan padi g6go. Varietaspadi gogo' umumnya memiliki tajuk tanaman

yang lebih tinggi, akar yang lebih panjang dan jumlah anakan yang sedikit.

Peubah tinggi tanaman, jumlah anakan dan panjang akar memiliki keterkaitan

yang erat dengan sifat ketahanan kekeringan tanaman padi.

Galur padi gogo IDSA \3 MP-J-8J-B-TB-2 memiliki sifat tajuk dan

per-akaran mendekati varietas tahan kekeringan dengan tingkat ketahanan kekeringan

yang cukup tinggi. Galur padi gogo S 3385-3c-1l-2-3 dan S3385-5c-J6-3-2-3

me-miliki sifat tanaman yang berproduksi tinggi karena meme-miliki potensi jumlah anakan

yang tinggi tetapi tingkat ketahanan terhadap kekeringan agak rendah ..

Saran

Penggunaan meta de pot PVC dengan lapisan parafin cukup efektif untuk

menyeleksi galur dalam jumlah besar. Metode penelitian ini dapat dilanjutkan dengan

memperhatikan unsur hara yang tepat bagi tanaman dan jumlah tanaman dalam setiap

pot media.

Galur-galur yang memiliki kesamaan sifat dengan varietas tahan kekeringan

masih perlu diteliti lebih lanjut untuk mendapatkan sifat ketahanan kekeringan yang

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Basyir, A.. Punarto, Suyamto dan Supriyatin. 1995. Padi Gogo. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Malang. 47 hal.

Biro pオセ。エ@ Statistik. 1996. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta. 587 hal.

. 1998. Buletin Statistik Bulanan : Indikator Ekonomi. Biro Pusat

---,.--:-:-c-Statistik. Jakarta. 162 hal.

Chang, T. T., J. L. Armenta-Soto, C. X. Mao, R. Peiris and G. C. Loresto. 1986. Genetics on the components of drought resistance in rice (Oryza sativa L.), p. 389-398. III IRRl. Rice Genetics. IRRl. Los Banos, Philippines.

Djunainah, Susanto dan H. Kasim. 1993. Deskripsi Varietas Unggul Padi 1942-1992. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 123 hal.

Ghildyal, B. P. and V. S. Tomar. 1982. Physical properties that affect rice root systems under drought, p. 83-114. III IRRl. Drought Resistance in Crops with Emphasis on Rice. IRRl. Los Banos, Philippines.

Gupta, P. C. and J. C. O'Toole. 1986. Upland Rice Global Perspective. IRRl. Philippines. 200 p.

Hale, M. G. and D. M. Orcutt. 1987. The Physiology of Plants Under Stress. John Wiley & Sons. New York. 232 p.

Harahap, Z., Suwarno, E. Lubis dan Susanto. 1995. Padi Unggui Toleran Kekeringan dan Naungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 21 hal.

IRRl. 1996. Standard Evaluation for Rice. IRRI. Los Banos, Philippines. 58 p.

Lubis, E., Z. Harahap, M. Diredja dan B. Kustianto. 1993. Perbaikan varietas padi gogo, hal. 437-445. Dalam M. Syam (ed.). Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

(42)

29 Morita, Y. and H. Yamazaki. 1993. Root system, p. 161-186. In T. Matsuo and K.

Hoshikawa (ed.). Science of Rice Plant Volume One: Morphology. Food and Agriculture Policy Research Center. Tokyo.

Murthy, K. S. and G. Ramakrishnaya. 1982. Shoot characteristics of rice for drought resistance, p. 145-151. . In IRRI .. Drought Resistance. in Crops with Emphasis on Rice. Los Banos, pィゥャゥーーゥョセウN@

Niitsuma, Y. 1993. Upland rice, p.70-76. In T. Matsuo and K. Hoshikawa (eds.). Science of Rice Plant Volume One: Morphology. Food and Agriculture Policy Research Center. Tokyo.

O'Toole, J.C. and S.K. De Datta. 1986. Drouhgt resistance in rainfed lowland rice, p. 145-158. In lRRl. Progress in Rainfed Lowland Rice. lRRl. Los Banos, Philippines.

Suardi, D. 1988. Pemilihan varietas padi tahan kekeringan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian VII (1) : 1-9.

Suardi, D. dan S. Haryono. 1994. Keragaan sifat toleransi galur/varietas padi terhadap cekaman kekeringan, hal. 158-159. Dalam Mahmud (ed.). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan No.3. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor.

Yoshida, S. 1975. Factor that limit the growth and yields of upland rice, p.46-71.

InlRRl. Major Research in Upland Rice. lRRl. Philippines.

Yoshida, S., D. A. Forno, J. H. Cock and K. A. Gomez. 1972. Laboratory Manual for Physiological Studies on Rice. lRRl. Los Banos, Philippines. 66 p.

Yoshida, S. and S. Hasegawa. 1982. The rice root system : its development and function, p. 97-114. In lRRl. Drought Resistance in Crops with Emphasis on Rice. lRRl. Los banos, Philippines.

(43)
(44)
[image:44.620.72.505.124.279.2] [image:44.620.72.501.363.510.2]

31 Tabel Lampiran 1. Deskripsi Padi GogoVarietas Gajah Munglrur dan

Kalimutu

Gajah Mungkur Kalimutll

Nomor galur lRAT 112 lAC 220179

Asal Introduksi dari Kenya Introduksi dari Kenya

Umur 90 - 95 hari 90 - 95 hari ..

Tinggi tanaman 95 -100 cm 105 - 110 cin

Kerontokan Agak tahan Agaktahan

Rasaitekstllr nasi Sedang Sedang

Kadar amilosa 23.2 23.5

Rata-rata hasil 2.5 tonlha 2.5 tonllm

Sifat lain Tahan bias, cllkup toleran Tahan bias, toleran

kekeringan kekeringan

Sumber: Harahap et al. (1995)

Tabel Lampiran 2. Deskripsi Varietas Padi Sawah Cisadane dan IR 64

Nomor seleksi Asal Umur Tinggi tanaman Kerontokan Bentuk Tananmn Anakan Produktif Rata-rata hasil Golongan Cisadane B2484b-Pn-28-3-Mr-l Persilangan PelitaI-11B2388

135 - 145 hari 105 - 120 cm Sedang Tegak

Sedang (15 - 20 batang) 4.5 - 5.5 toniha

Cere (indica), kadang berbulu

Sumber: Djunainah, Susanto dan H. Kasim (1993)

IR64

IR 18348-36-3-3

Persilangan IR565711R2061 115 hari

85 cm Tahan Tegak Banyak 5.0toniha

(45)

32 Tabe! Lampiran 3. Komposisi Larutan Yoshida

ml stock larutan per 4 Konsentrasi unsur

Unsur Reagent dalam larutan hara

liter culture solution

(ppm)

N NH.,N03 5 40

P NaH,PO • .2H,O 5 \0

K K,SO. .5 40

Ca. CaCI, 5 40

Mg MgSO •. 7H,O 5 40

Mn MnCJ,.4H,O 0.5

Mo (NH.)6Mo,O,..4H,O 0.05

B H3BO, 5 0.2

Zn ZnSO •. 7H,O 0.01

Cu CuSO •. 5H,O 0.01

Fe FeCI3.6H,O 2

Tabe! Lampiran 4. Rekapitu!asi Sidik Ragam Se!uruh Peubah

Peubah Tebal Varietas Tebal x Varietas KK

Tinggi Tanaman

1 MST 0.21 tn 15.17 •• 0.94tn 12.69196

2MST 1.91 tn 7.27 •• 0.87 tn 9.941911

3MST 4.79 tn 16.98 •• 1.62 tn 10.10664

4MST 1.74 tn 16.98 •• 0.95 tn 9.075220

5MST 3.79 tn 19.96 •• 1.24 tn 11.69341

6MST 1.95 tn 17.10 •• 0.77 tn 12.12658

7MST 1.76 tn 23.74 •• 1.11 tn 11.70027

lumlah Anakan

2MST 1.11 tn 6.96 •• 0.94 tn 13.64246

3MST 2.33 tn 15.59 •• 1.29tn 10.76810

4MST 0.34 tn 20.83 •• 2.04 tn 8.996988

5MST 1.64 tn 19.96 •• 1.20 tn 10.56176

6MST 2.92 In 17.10 •• 1.15 tn 10.81743

7MST 1.64 tn 23.74 •• 1.36 tn 10.47318

Panjang Akar 1.88 tn 4.54 •• 1.40 tn 14.38097

BKAkar 2.43 tn 1.42 tn 0.91 tn 37.36270

BK Tajuk 0.76 tn 2.70 •• 1.46 tn 29.36327

Rasio akar-tajuk 4.99 tn 2.65 •• 1.22 tn 35.48906

Suhu daun 4.67 tn 1.15tn 1.21 tn 3.913122

Keterangan :KK - Koefisien Keragaman

••

=

Berbeda nyata pada taraf 5 %
(46)
[image:46.792.52.695.152.340.2]

Tabel Lampiran 5. Matriks Korelasi Antar Peubah

Tinggi

Panjang Akar Jumlah Serat Kering Serat Kering

Tanaman Anakan Tajuk Akar

Tinggi Tanaman 1.00000

Panjang Akar 0.38414** 1.00000

Jumlah Anakan -0.49849** -0.11992 1.00000

SK Tajuk 0.00819 0.24307** 0.55509** 1.00000

SK Akar 0.10672 0.23404** 0.27721 0.42754** 1.00000 Suhu Daun -0.22728 -0.05616 0.04340 -0.02954 -0.14881 Kekeringan -0.43302** -0.30571** 0.46841** 0.30562** 0.11044 Penggulungan -0.64748** -0.26942** 0.61702** 0.04952 0.04952 Keterangan :

**

= berbeda nyata pada taraf 5% n = 171

(I

r

I

tabel = 0.148)

Suhu Daun Tingkat Kekeringan

1.00000

0.03552 1.00000 0.12990 0.62729**

Tingkat Penggulungan

1.00000

(47)

r •

}

:Mafia Suci .Jl..[Cafi yang se[urufi lieliuasaan verada dl

tangan-Nya dan lieyada-NyaCafi liamu dlliemvafilian

(QS yaasin

:

83)

SBセ@

... .

{f;

セ@

dru"

a1.nwJiULfI"V

93

セ@

ku:-i..,;\:w,

セM

PQQ。FHォlャLLPQセセセセセ@

§lVUV,

ォュイオB、イオB。N」jGオエMwセカL@

ァIセセセセセセ@

Pャセ@

セ、イオMカ@

I'ULCLI'\.<\.(V

オオwLセセ@

(48)

EVALUASI BEBERAPA VARIETAS DAN GALUR PAD1

PADA KONDlSl KEKERINGAN

Oleh

EDY SUPRIANTO

A 30.1 537

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(49)

EDY SUPRIANTO. Evaluasi Ketahanan Kekeringan Beberapa Varietas dan Galur

Padi (Di bawah bimbingan PURWONO d a n D D I SUARDI). .

. .

Percobaan yang ditujukan untuk mengevaluasi beberapa varietas dan galur padi

pada kondisi kekeringan dengan metode pot PVC telah dilaksanakan di Rumah Kaca

Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Cimanggu Bogor, pada bulan April

sampai bulan Juni 1997.

Bahan yang digunakan adalah 19 varietas dan galur padi yang terdiri dari 5 va-

rietas padi sawah ( IR 64, IR 36, Cisadane, Maros, Memberamo); 5 galur introduksi

(IR58025AlIR72, IR58025AAR64, IR58025A/IR53942, IR58025AAR54852); 5

galur harapan padi gogo (TB 262d-Ck-6-B, lDSA 13-MP-1-81-TB-2, S3385-3C-11-

2-3, S3385-5C-16-3-2, S382b-2-2-3), 4 varietas padi gogo (Cabacu, Bulan Sabit

Putih, Gajah Mungkur, Kalimutu), parafin dan vaselin dengan perbandingan 60%:40%,

tanah, pasir dan bahan organik dengan perbandingan 3:2: 1.

Perlakuan disusun atas dasar Rancangan Petak Terbagi dengan tiga ulangan.

Petak utama berupa faktor ketebalan lapisan, yaitu 3 mm (TI), 4 mm (T2) dan 5 mm

(T3). Anak petak adalah faktor galur dan varietas ( V1 sampai V19). Pengamatan di-

lakukan terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering akar dan tajuk,

skoring kekeringan, skoring penggulungan daun dan suhu daun.

Hasil percobaan menunjukkan tidak terdapat akar tanaman dari varietas dan

galur yang dicobakan yang dapat menembus lapisan parafin dan vaselin. Varietas padi '

gogo memiliki tajuk tanaman yang lebih tinggi, jumlah anakan sedikit dan akar yang le-

bih panjang. Varietas padi sawah memiliki tajuk tanaman dan panjang akar yang lebih

(50)

Hasil pengamatan menunjukkan galur IDSA 13-MP-81-TB-2 mendekati sifati

varietas yang tahan kekeringan karena memiliki kesamaan tajuk dan perakaran dengan

varietas-varietas padi gogo.

- ~alurS3365-3c-11-2-3 . . dan ~3385-5c-16-3-2 memiliki sifat tanaman yang ber-

produksi tinggi karena memiliki potensi jumlah anakan yang tinggi namun ketahanan

terhadap kekeringan agak rendah.

Dari hasil uji korelasi antar peubah diketahui peubah tinggi tanaman, jumlah

anakan dan panjang akar merupakan faktor dominan dalam menentukan tingkat ke-

(51)

EVALUASI BEBERAPA VARIETAS DAN GALUR PAD1

PADA KONDlSl KEKERINGAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

EDY SUPRIANTO

A 30.1537

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(52)

Judul : EVALUASI BEBER4PA VAFUETAS DAN GALUR PAD1 PADA KONDISI KEKERINGAN

Nama Mahasiswa :

EDY

SUPXUANTO

Nomor Pokok : A 30.1537

Menyetujui,

J

Ir Punvoxto, MS

NIP.

131 124 018

fr Didi &ardi K., MSc

Tanggal LUIUS

(53)

RIWAYATHIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1974 dari ayah

nama Patoni dan ibu Rochanah. Penulis merupakan anak 'ke lima dari lima

ber-saudara.

Pendidikan sekolah dasar ditempuh tahun 1981-1987 di SD Negeri Cilandak

10 Petang. Pendidikan tingkat menengah ditempuh tahun 1987-1990 di SMP Negeri

85 Jakarta. Penulis lulus dari sekolah lanjutan atas SMA Negeri 34 tahun 1993. Pada

tahun yang sarna penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis menjalani kuliah di Jurusan

Bu-didaya Pertanian program studi Agronomi.

Selama kuliah, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan. Tahun

199311994 aktif di Organisasi Mahasiswa Angkatan (OMA) 30. Setahun kemudian

aktif di Himpunan Profesi HlMAGRON dan BKIM IPB. Di tingkat akhir, penulis

aktif di Senat Mahasiswa FakuItas Pertanian IPB sebagai Kepala Biro Pengembangan

Sumber Daya Manusia.

Penulis pernah mendapat predikat Mahasiswa Berprestasi di tingkat Jurusan

Budidaya Pertanian tahun 1997. Selain itu, penulis juga pernah menjadi Asisten Luar

Biasa untuk mata kuliah Dasar-dasar Agronomi tahun 1996 dan 1997. Pada tahun

1998, penulis menjadi Asisten Lapang untuk mata kuliah Teknik Perkebunan dan

(54)

KATA PENGANTAR

AlhamdulilIah, puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah Yang Maha

Ktiasa karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Laporan penelitian dengan judul "Evaluasi Beberapa Varietas dan Galur Padi

Pada Kondisi Kekeringan" merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Pertanian di Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya dan penuh rasa tulus kepada :

1. Ir Purwono, MS dan Ir Didi Suardi K., MSc sebagai pembimbing atas arahan dan

bimbingannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan

2. Ir Sugiyanta, MSi selaku dosen penguji atas semua saran dan masukan yang sangat

berharga dalam penyempurnaan laporan

3. Emak dan almarhum Bapak tercinta, sert

Gambar

Tabel 1. Skoring Kekeringan dan:'!\,enggulungan Daun Berdasarkan Standard (ry
Gambar I. Hubungan antara Skor Kekeringan dengan Panjang Akar
Tabel 3. Tinggi Tanaman dan Iumlah Anakan Varietas dan Galur Padi pada
Tabel6. Suhu Daun Varietas dan Galur Padi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada tepung hasil modifikasi HMT menunjukkan bahwa tepung lebih stabil dibanding tepung alami dari dataran medium dan dataran tinggi dilihat dari nilai swelling volume ,

Single index model dapat memberikan informasi kepada investor terkait jenis saham yang menjadi penyusun portofolio, proporsi dana masing-masing saham pembentuk

Oleh karena pelaksanaan Jual-beli tanah pada hakekatnya merupakan salah satu pengalihan hak atas tanah kepada pihak lain,yaitu dari penjual kepada pembeli tanah.Di

Selisih angka rata-rata 2,36% lebih kecil karena mekanisme pengambilan keputusan dengan metode profile matching mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang

Hubungan hukum dan tanggung jawab pelaku usaha di bidang hukum konsumen dalam industri otomotif antara pelaku usaha dengan konsumen didasrkan pada tanggung

Pengaman adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk melindungi pengguna instalasi listrik maupun komponen instalasi listrik dari kerusakan atau bahaya yang

matriks varian8kovarian dapat saling berbeda jau (aGGb atau a;;b) jika atau a;;b) jika dibandingkan dengan nilai dibandingkan dengan nilai a dan b yang diasilkan ole

perubahan nama M.A.I dilakukan untuk menghindar dari kecurigaan kolonial Belanda menjadi Madrasah Diniyah Islamiyah atau disingkat menjadi (M.D.I). Pada fase modernisasi