• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Informasi Sepuluh Perintah Tuhan Pada Agama Kristen Protestan Melalui Media Buku Cerita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Informasi Sepuluh Perintah Tuhan Pada Agama Kristen Protestan Melalui Media Buku Cerita"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Daftar Riwayat Hidup

Data Pribadi

Nama : Yohanes Borneo Immanuel Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat & tgl lahir : Jakarta, 12 Juli Kewarganegaraan : Indonesia Status : Belum menikah Kesehatan : Cukup baik

Alamat : Jl. Cisaroni4. Lembang. Jawa Barat

Telepon : 022 76001392

(4)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN INFORMASI SEPULUH PERINTAH TUHAN PADA AGAMA KRISTEN PROTESTAN MELALUI MEDIA BUKU CERITA

DK 38315 / Tugas Akhir

Semester II 2015-2016

oleh:

Yohanes Borneo Immanuel NIM. 51914700

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(5)

KATA PENGANTAR

Agama Kristen memiliki pedoman hukum Tuhan pertama diturunkan kepada bangsa Israel melalui Nabi Musa, yang kemudian disebut dengan Sepuluh Perintah Tuhan yang berisi tentang aturan yang ditaati dan aturan yang dihindari oleh umat-Nya hingga ke seluruh dunia.

Ucapan terima kasih kepada yang mendukung berjalannya proses penyusunan tugas akhir ini kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan kasih karunia-Nya. Selanjutnya kepada orang tua yang selalu mendukung baik dalam hal moril dan materil. Kepada Rektor, Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto Kepala Program Studi, M. Syahril Iskandar, M.Ds. Dekan fakultas desain, Prof. Dr. Primadi Tabrani. Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual, M. Syahril Iskandar, S.Sn., M.Ds. Dosen pembimbing, Wantoro, M.Ds. Dosen penguji satu, Taufan Hidayatulah, M.Ds. Dosen penguji dua, Deni Albar, M.Ds.

Penyusunan laporan Perancangan Informasi Sepuluh Perintah Tuhan pada Agama Kristen Protestan melalui Media Buku Cerita ini diharapkan dapat memberikan kesadaran mengenai pentingnya menanamkan pendidikan dasar spiritual kepada jemaat Kristen sejak dini dan kelak dapat bermanfaat di dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun di dalam penyusunan laporan ini pun tidak luput dari kesalahan.

Bandung, 11/08/2016 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI I.1 Latar Belakang Masalah ... I.2 Identifikasi Masalah ... I.3 Rumusan Masalah ... I.4 Batasan Masalah ... I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan ...

(7)

II.4 Kondisi Khalayak Saat Ini... II.5 Resume Solusi Perancangan...

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN

III.1 Strategi Perancangan... III.1.8 Strategi Distribusi... III.2 Konsep Visual...

BAB IV. MEDIA & TEKNIS PRODUKSI

(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Jesus The Divine Teacher……… Gambar II.2 Belanda Masuk Indonesia……….... Gambar II.3 Gambaran Sepuluh Perintah Tuhan pada Dua Loh Batu... Gambar II.4 Naskah Asli Sepuluh Perintah Tuhan... Gambar II.5 Gambar Pendeta Dr. Bambang H. Widjaja... Gambar II.6 Gambar Pendeta Dr. Bambang H. Widjaja berkhotbah... Gambar II.7 Gambar Elizabeth Pemimpin Pengajar Sekolah Minggu... Gambar II.8 Gambar Handoko Anggota Kurikulum Sekolah Minggu GKI.. Gambar II.9 Gambar Suasana Observasi Sekolah Minggu GKI... Gambar II.10 Gambar Suasana Observasi Sekolah Minggu GKPB... Gambar II.11 Suasana Kebaktian Rohani 2014...

Gambar II.12 Gambar Diagram Hasil Survei A... Gambar II.13 Gambar Diagram Hasil Survei B... Gambar II.14 Gambar Diagram Hasil Survei C... Gambar II.15 Gambar Diagram Hasil Survei D... Gambar II.16 Gambar Diagram Hasil Survei E... Gambar III.1 Contoh ilustrasi buku rohani Kristen... Gambar III.2 Storyboard a... Gambar III.3 Storyboard b... Gambar III.4 Storyboard c... Gambar III.5 Storyboard d... Gambar III.6 Toko Buku Immanuel Pusat Jakarta... Gambar III.7 Toko Buku Immanuel Cabang Jakarta Satu... Gambar III.8 Toko Buku Immanuel Cabang Jakarta Dua... Gambar III.9 Toko Buku Immanuel Cabang Tiga Jakarta... Gambar III.10 Toko Buku Immanuel Cabang Surabaya... Gambar III.11 Toko Buku Immanuel Cabang Manado... Gambar III.12 Toko Buku Immanuel Cabang Malang... Gambar III.13 Toko Buku Immanuel Cabang Bandung... Gambar III.14 Jam Kerja Toko Buku Immanuel...

(11)

Gambar III.15 Gambar Sampul Buku ‘Mari Mengenal Perintah Tuhan’... Gambar III.16 Tata Letak Buku... Gambar III.17 Ilustrasi Referensi Visual Karakter Mesir, Asiria, Roma... Gambar III.18 Ilustrasi Referensi Visual karakter Yahudi... Gambar III.19 Ilustrasi Contoh Karakter... Gambar III.20 Warna... Gambar IV.1 Ilustrasi Sampul Depan Buku... Gambar IV.2 Ilustrasi Sampul Belakang... Gambar IV.3 Sampul Depan Belakang... Gambar IV.4 Copyright & minigames... Gambar IV.5 Halaman 44 & sampul isi... Gambar IV.6 Halaman 2 & halaman 43... Gambar IV.6 Halaman 42 & halaman 3... Gambar IV.7 Halaman 2 & halaman 43... Gambar IV.8 Halaman 40 & halaman 5... Gambar IV.9 Halaman 9 & halaman 39... Gambar IV.10 Halaman 38 & halaman 7... Gambar IV.11 Halaman 8 & halaman 37... Gambar IV.12 Halaman 36 & halaman 9... Gambar IV.13 Halaman 10 & halaman 35... Gambar IV.14 Halaman 34 & halaman 11... Gambar IV.15 Halaman 12 & halaman 33... Gambar IV.16 Halaman 32 & halaman 13... Gambar IV.17 Halaman 14 & halaman 31... Gambar IV.18 Halaman 30 & halaman 15... Gambar IV.19 Halaman 16 & halaman 29... Gambar IV.20 Halaman 28 & halaman 17... Gambar IV.21 Halaman 18 & halaman 27... Gambar IV.22 Halaman 26 & halaman 19... Gambar IV.23 Halaman 20 & halaman 25... Gambar IV.24 Halaman 23 & halaman 21... Gambar IV.25 Halaman 22 & halaman 23...

(12)
(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Lembar Kuesioner Responden Jemaat Gereja Bandung... Lampiran B Lembar Catatan Otentik Wawancara………... Lampiran C Isi Sesi Wawancara Kepada Dr. Bambang H. Widjadja……….. Lampiran D Isi Sesi Wawancara Kepada Handoko GKI………. Lampiran E Isi Sesi Wawancara Kepada Elizabeth GKPB………..

(14)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Banta, Shaff. (2013). Dongeng Anak Dunia. PT Wahyumedia, Jakarta.

Geeertz, Clifford & Banton, Micheal (1965). Religion as a Cultural System. London.

Katz, Joel (2012). Designing Information: Human factors and common sense in information design. John Wiley & Sons, Inc, Hoboken, NewJersey, USA

Lidwell, William & Butler, Jill (2003). Universal Principles of Design : a cross-disclipinary reference. Rockport Publishers, Beverly, Massachusetts, USA

Ogburn, William Fielding & Nimkoff, Meyer Francis (1980). A Handbook of Sociology. Butler, USA.

Tim Penyusun Pusat Kamus. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

Van Peursen, Prof. Dr. C.A. (1975). Cultuur in Stroomversnelling. Een Geheel bewerkte uitgave van Strategie van de Cultuur (Elsevier). Brussel:

Amsterdam. (Dick Hartoko, Jakarta, BPK Gunung Mulia, Kanisius, 1985).

Wiyani,M.Pd.I, Novan Andry. (2014). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Klitren Lor, Yogyakarta.

Woo, Lee Hyun & Geol, Ahn Joong (2008). Excellent Leadership in the Bible: Moses (Short Pencil Agency). Goyang City: Korea. (Anna Lee, Jakarta,

Bhuana Ilmu Populer, 2012).

Sumber Internet

Mulyadi, Mohammad.2011 (10 Maret). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya, hal.131-134

Tersedia di:

https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/viewFile/52/49

(15)

Sumber Jurnal

Gani, Drs. Fathudin Abdul (1989). Sekali Lagi: Sosiologi Agama (Suatu Pengantar). Jakarta, 39, 27.

Widianto, Rinno (2009). Gereja Koinoia, Jakarta, 2

Sumber Lain

Kuesioner kepada 100 jemaat antara umur 23 - 43 tahun pada 6 gereja di Bandung (Gereja Bethel Indonesia, Gereja Kristen Kemah Daud, Gereja Kristen

Jawa, Gereja Kristen Indonesia, Gereja Bethel Tarbenakel dan Gereja

Kristen Perjanjian Baru) (30 November 2014)

Wawancara dengan Dr. Bambang H. Widjaja, di Gereja Kristen GKPB Fajar Pengharapan, Jl. Pasirkoja 58. 40241 (23 & 30 November 2014).

Wawancara dengan 4 pengajar Sekolah Minggu Gereja Kristen Indonesia (Handoko), Gereja Bethel Indonesia (Maria), Gereja Kristen Jawa (Retty), Gereja Kristen Perjanjian Baru (Elizabeth) (15 & 22 Mei 2016).

(16)

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai mahluk sosial, pada hakikatnya membutuhkan adanya aturan yang mengorganisir setiap tingkah laku kehidupan. Tanpa aturan, maka akan timbul ketidakharmonisan, perpecahan, hingga kekacauan. Aturan yang tertuju kepada Tuhan di dalam bentuk agama, yang memiliki peran utama dalam kehidupan di Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam prinsip pertama ideologi negara Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) mendefinisikan “Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya, sedangkan Samawi adalah agama yang bersumberkan wahyu Tuhan, seperti agama Islam dan Kristen” (h.16).

Di dalam bagian Alkitab umat Kristen yaitu kitab Keluaran pasal 20 ayat 1 sampai 17, terdapat hukum pertama yang diturunkan Tuhan kepada bangsa Israel melalui Nabi Musa yang kemudian dikenal sebagai Sepuluh Perintah Tuhan. Nilai-nilai dari Sepuluh Perintah Tuhan ini selanjutnya berhubungan dengan pengajaran kekristenan hingga saat ini. (Widjaja, Bambang H. 2014).

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar kepada 100 responden jemaat antara

umur 23-43 tahun saat diadakan acara ‘Kebaktian Rohani’ gabungan 6 gereja di

kota Bandung (Gereja Bethel Indonesia, Gereja Kristen Kemah Daud, Gereja

Kristen Jawa, Gereja Kristen Indonesia, Gereja Bethel Tarbenakel dan Gereja

Kristen Perjanjian Baru) (30 November 2014) dapat diketahui akumulasi dari

responden bahwa 32% jemaat hafal poin Sepuluh Perintah Tuhan, namun hanya

24% jemaat yang paham maknanya. Respon 13% jemaat mengaku pernah

mendapat pengajaran Sepuluh Perintah Tuhan ketika masih berusia anak. Serta

respon 79% jemaat setuju bila anak-anak Sekolah Minggu mendapat pengenalan

Sepuluh Perintah Tuhan sejak dini, serta respon 68% sepakat agar Pengajar

(17)

mendampingi buah hatinya mendapatkan tuntunan dalam kehidupan rohani

kekristenan anak-anak sejak dini yang dimulai dari penanaman firman Tuhan di

dalam Sekolah Minggu.

Di sisi lain, dari keterangan 4 pengajar/guru Sekolah Minggu di 4 gereja (GKI

Philadepia, GKPB Lembang, GBI Lembang, dan GKJ Jayagiri) di Bandung pada

wawancara terpisah (15 Mei 2016 dan 22 Mei 2016). Dapat diketahui bahwa sejak

umur 6-7 tahun murid-murid Sekolah Minggu sudah mendengar Sepuluh Perintah

Tuhan melalui cerita Nabi Musa, tapi hanya di GKI dan GKPB sejak kurikulum

pertengahan tahun 2014, sudah mulai memberikan pengenalan nilai setiap

Perintah pada umur 9 sampai 11 tahun dengan cara menceritakan kembali

kisah-kisah dalam Alkitab yang memiliki nilai sama dengan poin Sepuluh Perintah

Tuhan lewat khotbah. Hal ini karena masih sedikit gereja yang tahu cara

penyampaian kepada murid Sekolah Minggu.

Saat ini sudah ada ilmu Teologi yang menjelaskan makna relevan dari Sepuluh

Perintah Tuhan, sehingga teori ini dapat membantu pengenalan akan nilai di

dalamnya. Karena jika tidak dikenalkan kembali maka dikhawatirkan Sepuluh

Perintah Tuhan bisa perlahan hilang dari kehidupan rohani gereja Kristen di kota

Bandung sehingga berdampak terhadap ketidaksinambungan pengajaran firman

Tuhan yang lain (Widjaja, Bambang H. 2014)

I.2 Identifikasi Masalah

 Banyak jemaat Kristen di kota Bandung yang kurang hafal poin Sepuluh Perintah Tuhan dan kurang memahami maknanya, karena dahulu pemahaman ini tidak didapatkan sejak diusia anak-anak.

 Masih sedikit pengajaran Sekolah Minggu yang mengenalkan pemahaman

(18)

I.3 Rumusan Masalah

Terjadi pengikisan makna penting dari nilai Sepuluh Perintah Tuhan di masa kini, ketika banyak jemaat Kristen di kota Bandung sejak diusia anak-anak dahulu tidak mendapatkan pengajaran mengenai hal ini dan sedikit Sekolah Minggu yang tahu cara penyampaiannya. Sehingga banyak yang kurang hafal serta kurang memahami makna penting di dalamnya. Sehingga perlu dikenalkan sejak dini kepada murid Sekolah Minggu di kalangan gereja Kristen di kota Bandung.

I.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam perancangan tugas akhir ini yaitu urutan Sepuluh Perintah Tuhan terdapat dalam ayat Alkitab bagian Kitab Keluaran pasal 20, ayat 1 sampai 17. Jemaat gereja Kristen di kota Bandung yang mencakup jemaat anak-anak yaitu murid-murid Sekolah Minggu berumur 9 sampai 11 tahun (Golden Age), beserta para pengajar/guru Sekolah Minggu.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

(19)

BAB II. MEMAKNAI ARTI SEPULUH PERINTAH TUHAN

II.1 Agama Kristen

Lahirnya agama Kristen bermula dari pengajaran Yesus Kristus sebagai tokoh utama agama Kristen. Sejak usia tiga puluh tahun, selama tiga tahun Yesus berkhotbah dan berbuat mukjizat pada banyak orang, bersama kedua belas rasulNya. Yesus semakin populer sehingga dibenci oleh orang-orang Farisi, yang kemudian bermufakat jahat untuk menyalibkan Yesus. Yesus wafat di salib pada usia 33 tahun dan bangkit dari kubur pada hari yang ketiga setelah kematian-Nya.

Gambar II.1 Jesus The Divine Teacher

(20)

Setelah kebangkitan-Nya, Yesus masih tinggal di dunia sekitar empat puluh hari lamanya, sebelum kemudian naik ke surga. Setelah naiknya Yesus Kristus ke surga, rasul-rasul mulai menyebarkan ajaran Yesus ke mana-mana dan sebagai hasilnya jemaat pertama Kristen sejumlah sekitar tiga ribu orang dibaptis. Namun, pada masa-masa awal berdirinya agama Kristen cenderung dianggap sebagai ancaman oleh Kaisar Romawi yang menyembah berhala hingga terus-menerus rasul-rasul dikejar dan dianiaya oleh pemerintah Romawi saat itu. (Yogyakarta Christian Center, 2011: h9-10)

II.1.1 Agama Kristen di Indonesia

Agama Kristen di Indonesia mulai masuk ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605, melalui organisasi dagang VOC sebagai cara untuk masuk ke Indonesia. Perkembangan kekristenan di Indonesia pada zaman itu cukup lambat di bagian barat. Hal ini dikarenakan VOC sebagai perusahaan sekuler dan bukan perusahaan yang cukup religius, sehingga tidak mendukung penyebaran agama yang dilakukan oleh misionaris Belanda sendiri.

Gambar II.2 Belanda Masuk Indonesia Sumber:

(21)

Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa. Pada abad ke-20 setelah Belanda pergi dari Indonesia, agama Kristen mulai berkembang pesat. Hal ini dimulai oleh sebuah keadaan pada tahun 1965, ketika terjadi peralihan kekuasaan Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto. Saat itu Komunisme (dan Atheisme) merupakan hal yang dilarang oleh pemerintah. Semua orang-orang yang tidak beragama, langsung dicap Atheis dan dengan demikian sangat mudah untuk dituduh sebagai pengikut Komunis (Widianto, Rinno, 2009, h.4-5).

II.1.2 Sosiologi Agama

Pada abad ke-19 yang merupakan abad ilmu, yang kemudian muncul suatu “ilmu baru” yang khusus membicarakan agama. Ilmu tersebut dirintis oleh Friedrich Max Muller (1812-1900) dengan nama ilmu agama (Science of Religion). Diberi nama sebagai ilmu baru, tetapi sebenarnya ilmu tersebut sejak abad ke-5 sebelum masehi sudah ada di Yunani.

Setelah berkembangnya metode ilmiah dalam bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan, lalu dipergunakan metode ilmiah dalam penyelidikan agama, yang mula-mula diusulkan oleh Max Muller dan atas usulnya itu Ilmu Agama kemudian dibagi menjadi dua kelompok yakni ilmu agama positif (pendekatan ilmu pengetahuan) dan ilmu agama spekulatif (pendekatan filsafat). Pendekatan sosiologis terhadap agama diperkenalkan oleh Emile Durkheim (1858-1917). Menjelang akhir abad ke-19, dalam bukunya Formes Elementaires de la Vie Religiouse, Durkheim berpendapat bahwa agama merupakan proyeksi

pengalaman sosial. Durkheim memasukkan kepercayaan ke dalam suatu kesatuan yang juga merupakan satu unsur dalam menganalisa agama (Gannie, Fathuddin Abdul, 1989, h.27)

(22)

telah memperoleh fungsi yang baru, yakni agama yang dapat dimengerti fungsinya yakni fungsi sosial. Hal ini dapat dipahami oleh seseorang apabila mempunyai sikap bijak dalam memandang agama terhadap yang gaib, bahwa ilmu pengetahuan manusia yang dipakai untuk mengukur hukum sosial merupakan pemberian Tuhan dan hukum-hukum alam merupakan hukum Tuhan” (h. 92-93).

II.1.3 Golden Age

Setiap manusia di dalam perjalanan hidupnya, memiliki fase perubahan yang dialami oleh setiap individu. Perubahan yang meliputi perubahan fisik, umur, pola pikir, sisi emosi, sisi akademis, jenjang karir, dan sebagainya. Menurut ilmu Psikologi Umum ada beberapa tahap perubahan usia yang dialami manusia seperti fase batita (0-3tahun), fase balita (4-5 tahun), fase anak-anak (6-11 tahun), fase remaja (12-17 tahun), fase pra-dewasa (18-24 tahun), fase dewasa (25-40 tahun), fase pra-lansia (41-63 tahun), dan fase lansia (64-seterusnya).

Masa penting dalam keadaan otak mengalami tahap pembelajaran di dalam kehidupan manusia terjadi di usia 6 sampai 11 tahun (usia dini), karena sel-sel di dalam organ otak sedang mengalami masa perkembangan; pengolahan memori, pembentukan sistem saraf, dan sebagainya. Dalam tahap ini, otak manusia sedang menyerap apa yang terjadi di sekitarnya, oleh karena itu diperlukan tuntunan dan arahan yang benar supaya pekembangan seorang anak dapat menjadi baik.

(23)

II.1.4 Sekolah Minggu

Sekolah Minggu merupakan suatu tempat untuk anak-anak belajar dari pengajar atau guru yang mengajar khususnya di dalam kebaktian gereja setiap hari minggu. Pemuridan yang bertumbuh dan diajarkan melalui sasaran firman-firman di dalam Alkitab dari anak umur 6 sampai 12 tahun. Setiap pengajar selalu mendapat bimbingan dari pendeta senior yang ditunjuk gereja untuk membimbing kurikulum di dalam Sekolah Minggu sesuai dengan tema atau topik dari khotbah gereja setiap bulannya.

Di dalam sekolah minggu setiap murid bisa bermain, bernyanyi, berdiskusi bersama-sama mengenal Tuhan melalui cerita-cerita di dalam Alkitab. Pembentukan karakter kekristenan kepada murid-murid perlu dilakukan sejak dini. Karena sudah menjadi sifat dasar anak-anak untuk mendengar, melihat, dan meniru apa yang ada di sekitar, termasuk orang yang lebih tua dari murid-murid. Tugas pengajar Sekolah Minggu untuk menuntun dan menanamkan hal-hal baik dari ajaran Alkitab, agar ketika anak-anak kelak menjadi dewasa hidup mereka sudah diarahkan ke jalan Kebenaran yang sudah firman Tuhan ajarkan untuk umat-Nya (Elizabeth, 2016).

II.1.5 Pendidikan Anak melalui Metode Bercerita

Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru atau pengajar kepada anak didik. Bercerita merupakan hal yang disenangi oleh semua manusia karena sebelum memiliki kemampuan menyampaikan pesan melalui tertulis, dengan menyampaikan pesan secara lisan.

(24)

proses pendidikan anak-anak. Memperhatikan teori pendidikan anak, maka diperlukan penggunakan gaya bahasa yang lugas dan kata-kata yang mudah dimengerti oleh anak-anak, sehingga mudah dipahami dari isi cerita. Kemudian cerita disajikan secara padat dan berbobot, dengan demikian kecerdasan kognitif mengenalkan tingkatan-tingkatan moral baik dalam pemikiran maupun tindakan sehingga anak dapat tereksplorasi. Lalu dilengkapi dengan nilai-nilai penanaman karakter dan prinsip keteladanan dari setiap cerita yang diberikan. Hal ini akan melatih kecerdasan emosi dan akan terjadi proses penanaman karakter unggul dalam diri anak dalam upaya membentuk karakter anak melalui story telling (Banta, Shaff. 2013, h.2).

II.1.6 Penyesuaian Informasi

Sebuah pemahaman untuk manusia di masa ini perlu pendekatan yang akurat antara fungsi dan proses, tapi dapat digunakan hal yang umum seperti perubahan informasi ke media yang lebih dipahami umur, tingkat kecerdasan, tingkat ekonomi, tingkat sosial dan tingkat budaya. Orang-orang lebih mengerti kepada sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang sudah lebih dulu dikenali dan pahami sesuai dengan lingkungan yang mendukung pembentukan karakter setiap manusia.

Adapun disebabkan oleh efektifitas penerimaan informasi dari setiap manusia dapat berbeda-beda menurut perbedaan dari sisi psikologis, demografis, dan geografisnya. Karena itu diperlukan penyesuaian informasi yang dikemas sesuai dengan hal-hal tersebut. (Katz, Joel. 2012, h.33)

(25)

II.2 Nabi Musa

Nabi Musa adalah seorang yang dipilih oleh Tuhan untuk diutus pergi membebaskan bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir, dan menuntun bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian yang dijanjikan Tuhan kepada Nabi Abraham, yaitu Tanah Kanaan.

Musa harus melewati berbagai macam rintangan sebelum akhirnya benar-benar menerima mandat sebagai orang yang diutus oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel, misalnya hampir dibunuh ketika Musa masih bayi, dikejar-kejar oleh Firaun karena telah membunuh salah satu pegawai Firaun yang menyiksa budak Israel, sampai harus lari dan menjalani hidup sebagai gembala di tanah Midian selama 40 tahun. Itu semua diijinkan Tuhan untuk membentuk karakter Nabi Musa, sampai akhirnya Malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Musa dalam peristiwa semak duri yang menyala, tetapi tidak dimakan api.

Ketika Musa sudah menerima mandat untuk membebaskan bangsa Israel, kuasa Tuhan mulai menyertai Nabi Musa, ditandai dengan adanya mujizat-mujizat yang diadakan oleh Tuhan melalui Nabi Musa, baik ketika masa pembebasan Israel dengan tulah-tulah kepada bangsa Mesir, dengan kuasa Tuhan Nabi Musa membelah Laut Merah dan melaluinya, pemwahyuan firman Tuhan melalui Musa kepada bangsa Israel di puncak Gunung Sinai, maupun ketika masa perjalanan 40 tahun bangsa Israel di padang gurun menuju ke Tanah Kanaan.

(26)

II.2.1 Nabi Musa di Gunung Sinai

Nabi Musa, atas perintah Tuhan mendaki Gunung Sinai menuju puncaknya. Di atas Gunung Sinai itu kemudian Tuhan memberikan firman yang berisi hukum yang harus ditaati bangsa Israel dan umat Kristen agar menjadi petunjuk kehidupan dikemudian hari, dengan kuasa Tuhan firman itu ditorehkan diatas dua Loh Batu.

Berikut adalah isi hukum sepuluh perintah Tuhan yang dikutip dari dalam Kitab ‘Keluaran pasal 20 ayat 1 sampai 17’ :

20:1

Lalu Allah mengucapkan segala firman ini:

20:2

"Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah

Mesir, dari tempat perbudakan.

20:3

Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.

20:4

Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di

langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air

di bawah bumi. 20:5

Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab

Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan

kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan

keempat dari orang-orang yang membenci Aku,

20:6

tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu

mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada

perintah-perintah-Ku.

20:7

Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab

TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya

dengan sembarangan.

20:8

Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:

20:9

enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala

pekerjaanmu,

20:10

tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan

melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu

(27)

hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.

20:11

Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut

dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya

TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

20:12

Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.

20:17

Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya,

atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau

keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."

Gambar II.3 Penggambaran Sepuluh Perintah Tuhan pada dua Loh Batu Sumber:

http://static1.squarespace.com/static/526266aae4b0c5267bb37aba/52720a9ae4b09 db470f780c6/52720b95e4b03e87bf9043ee/?format=1000w

(28)

Selanjutnya di dalam pandangan Gereja protestan, firman Tuhan ini disederhanakan kedalam Sepuluh Perintah. Bagian pertama sampai keempat mengatur tentang hubungan manusia dengan Tuhan, sedangkan perintah kelima

sampai kesepuluh mengatur hubungan manusia dengan sesama:

1. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.

2. Jangan membuat patung untuk disembah.

3. Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan.

4. Kuduskanlah hari Sabat.

Selanjutnya Nabi Musa menuruni gunung dengan dua Loh Batu ditangannya, untuk dikabarkan kepada bangsa Israel. Namun Nabi Musa mendapati bangsa Israel membangun patung berhala berbentuk lembu terbuat dari emas untuk disembah, Nabi Musa marah lalu patung itu ditendangnya.

Nabi Musa menyadarkan bangsa Israel yang melakukan penyembahan berhala, yang kemudian Nabi Musa menyampaikan pemwahyuan Tuhan yang berisi perintahNya untuk ditaati oleh bangsa Israel. Selanjutnya Nabi Musa membuat Tabut Perjanjian dan Kemah Suci, di dalam Tabut Perjanjian itu terletak dua Loh Batu yang berisi Sepuluh Perintah Tuhan. Dalam pembuatan itu, Nabi Musa dibantu oleh Bezaleel bin Uri bin Hur dari kaum Yehuda dan Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan. Keduanya adalah orang-orang yang diperlengkapi Tuhan dengan keahlian (Woo, Lee Hyun & Geol, Ahn Joong, 2008).

II.2.2 Makna Sepuluh Perintah Tuhan dalam Pandangan Teologi

(29)

1. Perintah Kesatu: “jangan ada padamu allah lain dihadapanKu” (Keluaran 20:3)

Kata “allah” dalam huruf kecil ingin menunjukkan allah yang palsu atau allah ciptaan manusia. Tuhan tidak menginginkan umatNya menyembah dan memperhambakan diri kepada allah-allah lain, misalnya (dalam masa sekarang) percaya kepada kuasa magic dan takhayul atau dengan memperhambakan diri kepada uang, kedudukan, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

Perkataan “ada padamu allah” memiliki arti yakni menyandarkan diri, menaruh harapan dan mencari kuasa-kuasa. Karena umat Tuhan telah memiliki Allah yang dipercayai dan menjadi milik Allah yang hidup, maka janganlah lagi percaya atau tunduk pada allah-allah lain atau kuasa-kuasa lain di luar Tuhan. Mencerminkan gambaran tentang allah-alah modern yang tidak berbeda dengan pemujaan patung berhala di Mesir pada zaman Nabi Musa.

2. Perintah Kedua “jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau

yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah

kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku Tuhan Allahmu adalah

Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada

anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang

yang membenci Aku. Tetapi aku menunjukkan kasih setia kepada

beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan berpegang pada

perintah-perintahKu.” (Keluaran 20:4-6)

Perintah kedua ini membahas tentang bagaimana cara umat menyembah Allah. Perintah ini mengandung makna sebagai berikut:

(30)

2. Dilarang menyembah, berdoa dan memohon kepada patung atau berhala

3. Dilarang melakukan ibadah dengan cara yang salah

3. Perintah Ketiga: “jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang

menyebut namanNya dengan sembarangan” (Keluaran 20:7)

Perintah ini mengingatkan umat akan kekudusan dan kehormatan nama Tuhan. Dalam bahasa Ibrani nama Tuhan adalah Yahweh yang berarti “Aku (akan) ada ya Aku (akan) ada”. Dengan nama itu, Tuhan menyatakan bahwa Ia akan selalu ada untuk menolong dan menyertai umat-Nya.

Perintah ini melindungi nama Tuhan terhadap semua bentuk penyalahgunaan itu. Terhadap kecenderungan manusia untuk berusaha menghilangkan kehadiran dan pertolongan Tuhan demi keuntungannya sendiri, bahkan sambil merugikan orang lain (mengucapkan sumpah palsu, keangkuhan, melupakan Tuhan).

4. Perintah Keempat: “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat; enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi

hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu; maka jangan melakukan

sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau hambamu

perempuan, atau hewanmu, atau orang asing yang di tempat kediamanmu.

Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut, dan

segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan

memberkati hari sabat dan menguduskannya” (Keluaran 20:8-11)

(31)

Tuhan sendiri, mencipta langit dan bumi dalam enam hari dan berhenti pada hari ketujuh, untuk beristirahat dan mengkuduskan seluruh ciptaan-Nya dan menamai-ciptaan-Nya.

Selain itu perintah ini mengandung makna: • Waktu atau hari yang dikhususkan untuk Tuhan

• Menyediakan waktu untuk merenungkan makna dan tujuan hidup Umat-Nya di hadapan Tuhan agar kita dapat menemukan rancangan/rencana Tuhan di dalamnya. Kata Minggu, berasal dari bahasa Portugis, yakni “dominggu” yang artinya “Tuhan”. Sehingga hari minggu adalah hari Tuhan atau hari kemenangan Tuhan.

Gambar II.4 Naskah Asli Sepuluh Perintah Tuhan

Sumber: Buku “The World’s Great Religions” hal.101, penulis Lincoln Barnett (1958)

(32)

5. Perintah Kelima: “Hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu” (Keluaran 20:12)

Sesama yang umat Kristen hormati adalah merujuk kepada orang tua, karena orang tua adalah orang yang pertama kali mempunyai hubungan dengan keturunan/anak. Selain itu kalimat ini merujuk kepada orang yang lebih tua, seperti tokoh agama, guru, pemerintah, dan lainnya.

6. Perintah Keenam: “jangan membunuh” (Keluaran 20:13)

Perintah ini merujuk umat untuk dapat menghargai hidup manusia. Hal ini dikarenakan hidup adalah anugerah Tuhan yang mulia. Pembunuhan itu diartikan dalam arti luas, bukan hanya “pembunuhan” kepada orang atau mahluk lain secara langsung dan sengaja tetapi juga pembunuhan yang terjadi tanpa sengaja dalam kecelakaan. Hal ini disebabkan kelalaian yang bersangkutan, juga perlakuan keras atau menyakiti terhadap orang atau mahluk lain yang dapat mengakibatkan kematian.

7. Perintah Ketujuh: “jangan bezinah” (Keluaran 20:14)

Perintah ini bukan hanya merujuk agar umat dilarang melakukan persetubuhan dengan orang yang bukan dan belum menjadi suami istri atau bukan suami atau istri. Tetapi juga aturan dalam arti luas yakni menjaga kesucian tubuh kita secara jasmani dan rohani. Menjaga kesucian juga berarti jangan bertingkah laku, memikirkan dan mengucapkan perkataan senonoh, mengumpat dan mengandung unsur seksual.

8. Perintah Kedelapan: “Jangan mencuri” (Keluaran 20:15)

Perintah ini mengandung pesan:

• Umat harus mampu menghargai milik dan hak orang lain.

(33)

• Bersyukur atas pemberian Tuhan kepada umatNya. • Bersyukur atas kasih karunia Tuhan kepada Umat-Nya

9. Perintah Kesembilan: “jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu” (Keluaran 20:16)

Perintah atau larangan ini tidak hanya hal berdusta atau memfitnah pada umumnya, tetapi juga menyangkut situasi khusus yaitu sebagai saksi di pengadilan. Menjadi saksi bukanlah hal yang kecil artinya karena mempertaruhkan nama baik dan kehormatan sesama dalam perkara tertentu menyangkut hidupnya.

Perintah ke ini diperluas lagi kepada banyak situasi seperti menjaga segala macam hubungan terhadap sesama. Firman ini mengingatkan agar umat Kristen dapat saling mempercayai. Selain itu perintah ini juga mengajak umat untuk:

• Selalu hidup dalam kejujuran

• Menjaga dan memperjuangkan kebenaran

• Menjaga mulut sebagai alat komunikasi dan pembawa kabar yang baik.

Kata-kata yang diucapkan adalah kejujuran untuk menjalin hubungan dan membentuk persekutuan dengan sesama manusia. Melalui perintah ini umat dijadikan sebagai representasi dari Yesus Kristus, di tengah dunia ini agar selalu berkata secara jujur dan benar.

10. Perintah Kesepuluh “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya

perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai

sesamamu” (Keluaran 20:17)

(34)

memiliki keinginan untuk menguasai milik orang lain, juga menekankan bahwa kejahatan tidak dimulai dengan tindakan melainkan dari dalam hati sebab hati menjadi pangkal segala tingkah laku. Firman ini menuntut suatu moral sikap, suatu etik yang tidak hanya mengatur tindakan lahiriah tetapi juga membina sikap batin.

II.3 Metode Kualitatif

Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri peneliti sebagai instrumen, di dalam pendekatan kualitatif peneliti pada umumnya memanfaatkan diri sebagai instrumen, karena instrumen nonmanusia sulit digunakan secara luwes untuk menangkap berbagai realitas dan interaksi yang terjadi. Peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawi yang dimilikinya. Dengan demikian, peneliti harus dapat diterima oleh informan dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan informan. Penelitian kualitatif mencari data tidak untuk melakukan generalisasi, karena penelitian kualitatif meneliti proses bukan meneliti permukaan yang nampak dari data lapangan yang ditemukan. (Mohammad Mulyadi, 2011: h131)

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna dan pemahaman dari dalam (verstehen), penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif lebih mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir yang didapatkan dari data lapangan yang ditemukan; oleh karena itu urutan-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam proses penelitian sampai dengan hasil akhir dari proses peneltian tersebut. (Mulyadi, Mohammad, 2011: h134) (12 September 2014)

II.3.1 Wawancara

(35)

untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai tentang proses suatu hal, antara peneliti dengan narasumber (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014)

Metode wawancara dilakukan dalam pemenuhan data penelitian terbaru di lapangan. Adapun wawancara dilakukan kepada narasumber atau responden kepada seorang Pendeta agama Kristen atau Pendeta Penatua di Gereja Kristen Perjanjian Baru Fajar Pengharapan. Jalan Pasirkoja 58, responden bernama Dr. Bambang H. Widjaja. Seorang responden yang memahami tentang sejarah gereja Kristen pertama dan perkembangan liturgi gereja dari masa ke masa.

Gambar II.5 Pendeta DR. Bambang H. Widjaja Sumber: GKPB Fajar Pengharapan

(23 November 2014)

Sesi wawancara dilakukan dua kali pada tanggal 23 dan 30 November 2014. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa umat Kristen sejak jaman Nabi Musa sudah memiliki Hukum Dasar kekristenan yaitu Sepuluh Perintah Tuhan, adapun umat Kristen saat ini menganggap Sepuluh Perintah Tuhan sebagai bagian rutinitas khotbah minggu dari bagian sejarah besar bangsa Israel.

Saat ini di beberapa liturgi-liturgi rohani sudah ada ilmu Teologi yang

menjelaskan teori-teori tentang makna relevan dari Sepuluh Perintah Tuhan,

sehingga teori ini dapat membantu pengenalan akan nilai di dalamnya. Karena

(36)

bisa perlahan hilang dari kehidupan rohani gereja Kristen di kota Bandung

sehingga bisa berdampak terhadap ketidaksinambungan pengajaran Firman Tuhan

antara satu dengan yang Firman Tuhan yang lainnya

Gambar II.6 Pendeta DR. Bambang H. Widjaja sedang berkhotbah Sumber: GKPB Fajar Pengharapan

(3 April 2016)

Sesi wawancara kepada narasumber lain yaitu pengajar atau guru Sekolah Minggu, mengenai fakta dan kondisi pengajaran tentang Sepuluh Perintah Tuhan dimasa ini. Wawancara dilakukan kepada 4 pengajar dari 4 gereja berbeda yaitu kepada Elizabeth seorang guru Sekolah Minggu Gereja Kristen Perjanjian Baru, Retty seorang guru Sekolah Minggu GKJ, Handoko seorang guru Sekolah Minggu GKI, dan Maria seorang guru Sekolah Minggu GBT. Sesi wawancara dilakukan terpisah pada tanggal 15 & 22 Mei 2016.

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan di dalam Sekolah Minggu berdasarkan tingkatan umur, ada 2 kelas yaitu Kelas Kecil (0-6 tahun) dan Kelas Besar (7-12 tahun). Pembagian kelas ini berguna untuk pemberian topik bahasan Firman Tuhan sesuai dengan pemahaman sesuai tingkatan umur murid-murid, seperti

contohnya Kelas Besar sudah bisa diberikan topik bahasan yang hampir sama

(37)

Kecil ke Kelas Besar) pada umumnya sudah dikenalkan poin Sepuluh Perintah

Tuhan, tapi hanya kurikulum di GKI (Gereja Kristen Indonesia) dan GKPB

(Gereja Kristen Perjanjian Baru) yang sudah memberikan pemahaman nilai setiap

Sepuluh Perintah Tuhan pada umur 9 sampai 11 tahun dengan cara menceritakan

kembali kisah-kisah teladan dalam Alkitab yang memiliki nilai sama dengan poin

Sepuluh Perintah Tuhan.

Hal ini karena GKPB (Gereja Kristen Perjanjian Baru) dan GKI (Gereja Kristen

Indonesia) sadar akan pentingnya setiap murid lebih memahami dibandingkan

hanya sebatas tahu. Selain itu prinsip Sekolah Minggu GKPB dan GKI ingin

mengajarkan makna firman-firman Tuhan sejak dini, lebih cepat melekat pada

ingatan akan jauh lebih mengerti apa arti dan maknanya. Selain itu. Selama ini

pengajaran firman-firman Tuhan di Sekolah Minggu pada umumnya di lakukan

dengan bantuan alat peraga berupa gambar-gambar yang diunduh dari jaringan

internet, diakui kurang membantu tapi lebih baik dibandingkan hanya dengan

penyampaian secara lisan saja.

Gambar II.7 Elizabeth Pemimpin Pengajar Sekolah Minggu GKPB Sumber: Dokumentasi pribadi

(38)

Gambar II.8 Handoko Anggota Kurikulum Sekolah Minggu GKI Sumber: Dokumentasi pribadi

(15 Mei 2016)

II.3.2 Observasi

Observasi merupakan alat riset dimana koresponden mengawasi dengan teliti dan mengamati perilaku responden dan keadaan lingkungan sekitar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014).

Metode observasi dilakukan dalam pemenuhan data penelitian terbaru di lapangan. Adapun observasi dilakukan kepada seratus jemaat antara umur 23-43 tahun, pada saat diadakan kebaktian Sekolah Minggu di 4 gereja di Bandung

(Gereja Kristen Indonesia, Gereja Kristen Perjanjian Baru, Gereja Kristen Jawa,

dan Gereja Bethel Indonesia). Dari hasil observasi selama kebaktian berlangsung,

dapat disimpulkan bahwa masing-masing gereja memiliki tata cara atau liturgi

yang berbeda satu sama lain.

Namun secara garis besar memiliki urutan tata cara yang sama bahwa pengajaran

topik kotbah dilakukan dengan 2 metode yaitu secara verbal (pembacaan alkitab,

penyampaian cerita dari Alkitab, memuji Tuhan dengan menyanyi, belajar berdoa

dengan cara murid mendikte pesan doa dari pengajar, dan pembahasan ayat dari

Firman Tuhan) serta non verbal (membaca Alkitab, dan membaca buku yang

tersedia di perpustakaan, serta menuliskan tugas ayat hafalan di lembar tugas).

(39)

ketika murid-murid bersama pengajar berdiskusi dan membaca buku cerita di

perpustakaan gereja. Murid Kelas Besar lebih banyak membaca buku cerita

bergambar karena tertarik dengan gambar ilustrasi yang besar. Ukuran buku yang

mayoritas dipilih untuk dibaca adalah buku dengan ukuran antara 18-20 cm,

karena ukuran ilustrasi lebih besar dan lebih nyaman ketika dipegang tangan baik

dalam posisi duduk maupun posisi bersandar ketika membaca buku.

Gambar II.9 Suasana observasi Sekolah Minggu GKI Sumber: Dokumentasi pribadi

(22 Mei 2016)

Gambar II.10 Suasana observasi Sekolah Minggu GKPB Sumber: Dokumentasi pribadi

(40)

II.3.3 Kuesioner

Kuesioner merupakan alat riset atau survei yang terdiri dari sejumlah daftar pertanyaan tertulis, tujuannya supaya koresponden mendapatkan tanggapan dari sekelompok orang terpilih atau responden (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014).

Metode kuesioner dilakukan dalam pemenuhan data penelitian terbaru di lapangan. Adapun kuesioner dilakukan kepada seratus jemaat antara umur 23-43 tahun, pada saat diadakan acara ‘Kebaktian Rohani’ gabungan enam gereja di kota Bandung (Gereja Bethel Indonesia, Gereja Kristen Kemah Daud, Gereja Kristen

Jawa, Gereja Kristen Indonesia, Gereja Bethel Tarbenakel dan Gereja Kristen

Perjanjian Baru) (30 November 2014).

Gambar II.11 Suasana Kebaktian Rohani 2014. Sumber: dokumentasi GKPB Fajar Pengharapan

(30 November 2014)

Dari hasil kuesioner yang dikumpulkan dari 100 responden sebagai sampel, beberapa poin-poin penting yang dapat menjadi acuan penelitian (warna hijau pada diagram mewakili respon jawaban yang menuju ke arah penelitian).

(41)

Gambar II.12 Diagram Hasil Survei A

Selanjutnya pertanyaan “Apakah anda paham makna di dalam Sepuluh Perintah Tuhan?” 23 orang menjawab paham dan 76 orang menjawab tidak paham.

Gambar II.13 Diagram Hasil Survei B

Berikutnya dari pertanyaan “Ketika berusia anak-anak, pernahkah anda mendapatkan pengajaran?” 13 orang menjawab pernah dan 87 orang menjawab tidak pernah.

(42)

Lalu pertanyaan sambungan “Menurut anda, perlukah anak-anak Sekolah Minggu mendapat pengajaran?” dari 79 orang yang menjawab perlu, hanya 21 orang yang menjawab tidak perlu.

Gambar II.15 Diagram Hasil Survei D

Pertanyaan berikutnya “Menurut anda siapa yang perlu memberikan pengenalan kepada anak-anak Sekolah Minggu?” 68 orang menjawab pengajar Sekolah Minggu dan 32 orang menjawab orang tua.

Gambar II.16 Diagram Hasil Survei E

(43)

II.4 Kondisi Khalayak Saat Ini

Anak-anak Sekolah Minggu di gereja Kristen Protestan kota Bandung, berusia 6-11 tahun sesuai dengan usia penting dalam keadaan otak mengalami tahap pembelajaran di dalam kehidupan manusia. Kurikulum tahap pembelajaran dinaungi oleh Badan Perwalian Gereja Indonesia, adapun setiap pengajar atau guru di Sekolah Minggu selalu diberikan pelatihan oleh pihak gereja dalam Seminar dalam rangka melengkapi dan memperbaharui proses pendidikan di dalam Sekolah Minggu.

II.5 Resume Solusi Perancangan

(44)

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan memiliki cara yang digunakan dan ditetapkan dalam membuat perancangan sampai kepada hasil yang diinginkan. Strategi yang digunakan dimulai dari pemilihan khalayak sasaran dengan pengembangan consumer insight dan consumer journey hingga ke pemilihan huruf dan warna.

Agar perancangan media dapat efektif maka itu dibutuhkan konsep dalam strategi perancangan yang baik. Berikut ini merupakan tahap-tahap strategi perancangan dalam membuat buku cerita:

III.1.1 Khalayak Sasaran

Berdasarkan kebutuhan memberikan pengenalan Sepuluh Perintah Tuhan sejak dini maka dapat diposisikan sebagai berikut.

Geografi: Negara Kesatuan Republik Indonesia, Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, gereja–gereja Kristen Protestan (Gereja Kristen Indonesia, Gereja Bethel Tabernakel, Gereja Bethel Indonesia, Gereja Kristen Kemah Daud, Gereja Kristen Jawa, Gereja Kristen Perjanjian Baru).

Demografi: Anak-anak umur 9-10 tahun, jenis kelamin perempuan dan laki-laki, agama Kristen Protestan, pendidikan SD Kristen kelas 5 dan 6, pendidikan Kristen Sekolah Minggu Kelas Besar (6-12 tahun), golongan sosial menengah keatas

(45)

III.1.2 Tujuan Komunikasi

Pengenalan, penghafalan, dan pemahaman dasar dari nilai-nilai Sepuluh Perintah Tuhan, serta sebagai pemenuhan sisi spiritual kepada Tuhan dan usaha pembentukan karakter kekristenan sejak dini

III.1.3 Pendekatan Komunikasi III.1.3.1 Komunikasi Visual

Berdasarkan pendekatan khalayak sasaran pada perancangan media informasi ini, maka gaya visual yang digunakan adalah ilustrasi kartun yang dikenali anak-anak berusia 9-11 tahun dengan proporsi yang mendukung gestur karakter tokoh yang ingin dibentuk di dalam cerita dan kombinasi warna, sesuai dengan karakter anak yang sederhana dan suka berimajinasi tanpa batas.

Gambar III.1 Contoh ilustrasi buku rohani Kristen Sumber: Dokumentasi pribadi

(22 Mei 2016)

III.1.3.2 Komunikasi Verbal

(46)

akhir cerita. Serta bagian halaman yang membahas Renungan, Pokok doa, dan pertanyaan yang merangsang pembaca untuk mengingat kembali jalan cerita.

III.1.4 Materi Pesan

Pesan-pesan moral yang ada di dalam media buku ini meliputi kisah Ayub yang mengajarkan tentang kesetiaan kepada Tuhan, kisah Sadrakh, Mesakh, Abednego tentang ketetapan hati yang menyembah kepada Tuhan, kisah bangsa Babel, kisah penciptaan serta alasan Tuhan mengkuduskan hari ketujuh, kisah Ishak yang patuh kepada Orang tuanya, kisah Kain, kisah Yusuf yang mempertahankan kekudusan dan harga dirinya, kisah Akhan, kisah Ananias Safira, dan kisah tentang Raja Daud.

III.1.5 Gaya Bahasa

Penggunaan gaya bahasa yang dekat dan dimengerti oleh anak-anak yaitu sederhana, menuntun dan lugas. Namun tidak menghilangkan dari maksud dan tujuan dari nilai-nilai dari inti pesan moral cerita yang ingin disampaikan. Sehingga penggayaan bahasa yang santai namun tetap menuntun.

III.1.6 Khalayak Sasaran Perancangan III.1.6.1 Consumer Insight

Anak-anak usia 9-10 tahun  Sekolah Dasar  Pengenalan jati diri  Hobi  menggambar, membaca buku, bermain musik, olah raga, dll  Aktif kegiatan dan kritis bertanya  Meniru dan belajar perilaku orang di sekitarnya.

III.1.6.2 Consumer Journey

Biodata: Albertus Novrianto , umur 9 tahun, SD Kristen Yahya Bandung, kelas 5, Sekolah Minggu GKPB Fajar Pengharapan Lembang, kelas Besar (6-12 tahun).

Kegiatan hari Minggu, 8 Mei 2016. 05.30-06.00 Bangun tidur

(47)

06.30-07.00 Memakai pakaian dan memasukan alat-alat tulis ke dalam tas. (tas punggung, pulpen, buku catatan, kotak pensil)

07.00-07.30 Berangkat ke gereja

07.00-09.00 Mendengarkan ajaran firman Tuhan dari Pengajar Sekolah Minggu (bercerita kisah, pembacaan ayat Alkitab, berdoa)

09.00-09.30 Istirahat makan pagi, bermain di arena bermain (poster, ceiling banner)

09.30-10.00 Membentuk kelompok kecil (5-7 anak) untuk membaca buku cerita di perpustakaan didampingi Pengajar Sekolah Minggu (mini x banner, ceiling banner)

10.00-11.00 Makan siang bersama orang tua (warta gereja) 11.00-12.00 Pulang ke rumah

12.00-13.00 Bermain game 13-00-15.00 Tidur Siang

15.00-17.00 Mengerjakan tugas pekerjaan rumah (lembar jadwal pelajaran) 17.00-18.00 Menonton televisi

18.00-18.30 Makan malam

18.30-21-00 Bermain game dan membaca buku cerita (media utama buku) 21.00-21.30 Mendengarkan cerita dongeng dari Orang tuanya

21.30-05.30 Tidur Malam

Dari hasil Consumer Journey di atas maka dapat disimpulkan bahwa, Albertus Novrianto memiliki point of view pada peralatan sekolah (tas punggung, pulpen, buku catatan, kotak pensil), ruang kelas, ruang perpustakaan dan halaman sekolah yang dapat ditempatkan berbagai elemen-elemen media pendukung serta media utama sesuai dengan psikografi khalayak sasaran.

III.1.7 Strategi Kreatif

(48)

ilustrasi dengan menggunakan proses story telling atau bercerita. Serta menuntun khalayak sasaran agar lebih mendalami lewat renungan, pokok doa dan pertanyaan yang mengingatkan kejadian di dalam cerita.

III.1.7.1 Copywriting

Penulisan nama judul buku bermaksud memberi ajakan untuk mengenal dari isi buku kepada khalayak sasaran yang melihat sampul depan buku, sub judul dari setiap cerita tentang inti dari pesan yang diangkat ditambah sumber cerita dari ayat-ayat di dalam Alkitab, bahasa penulisan konten cerita berpusat pada nilai moral yang berhubungan dengan nilai moral Sepuluh Perintah Tuhan. Penulisan cerita dengan pendekatan sisi psikologis anak-anak berumur 9-11 tahun, penyederhanaan bahasa cerita dari ayat-ayat Alkitab namun tidak mengurangi konteks, nilai dan makna dari setiap Perintah-Perintah Tuhan.

III.1.7.2 Storyline

Prolog: Tuhan menurunkan perintah-perintah Nya melalui Musa. Supaya manusia mengasihi Tuhan dan saling mengasihi sesama.

Perintah 1 Jangan ada tuhan lain di hadapan Ku. Subjudul: Ayub yang tetap setia kepada Tuhan.

Perintah 2 Jangan membuat patung untuk disembah.

Subjudul: Sadrakh, Mesakh, Abednego hanya menyembah kepada Tuhan.

Perintah 3 Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Subjudul: Keangkuhan bangsa Babilonia kepada Tuhan.

Perintah 4 Kuduskanlah hari Sabat.

Subjudul: Tuhan mengkhususkan hari ketujuh.

Perintah 5 Hormatilah Ayah dan Ibumu.

(49)

Perintah 6 Jangan membunuh.

Subjudul: Dosa Kain kepada adiknya Habel.

Perintah 7 Jangan berzinah.

Subjudul: Yusuf berhasil menjaga kekudusannya.

Perintah 8 Jangan mencuri.

Subjudul: Pencuri di antara Orang Israel.

Perintah 9 Jangan berdusta.

Subjudul: Ananias dan Safira mendustai Tuhan.

Perintah 10 Jangan mengingini milik orang lain. Subjudul: Raja Daud mengingini Istri hambanya.

III.1.7.2.1 Penjabaran Storyline

a. Perintah 1 Jangan ada tuhan lain di hadapan Ku. Subjudul: Ayub yang tetap setia kepada Tuhan Sumber firman: Ayub 1:1-22, Ayub 2:1-13

Ayub adalah orang yang takut akan Tuhan, setia dan sangat diberkati, Ayub memiliki 7,000 domba, 3,000 unta, 1,000 lembu, 500 keledai, 10 anak dan banyak pesuruhnya. Pada suatu saat pesuruh Ayub lari-lari datang ke Ayub lalu berkata semua ternaknya mati dan anak-anaknya juga mati mendadak. Ayub berduka, bersujud di hadapan Tuhan sambil berkata ‘Tuhan, walaupun aku sedih kehilangan anak dan ternak, aku tetap sayang kepada Tuhan’

(50)

setia kepada Tuhan. Tuhan lalu memberikan dua kali lipat semua yang telah hilang dari Ayub.

Renungan Melalui cerita Ayub, Tuhan ingin kita semua setia dan sayang sama Tuhan.

Pokok Doa: ‘Ya Tuhan, berikanlah aku hati yang tetap setia dan sayang kepada Mu.’

Pertanyaan: ‘Apa yang Ayub lakukan setelah Tuhan menguji Ayub kedua kalinya?

b. Perintah 2 Jangan membuat patung untuk disembah.

Subjudul: Sadrakh, Mesakh, Abednego hanya menyembah kepada Tuhan. Sumber firman: Daniel 1:3-7, Daniel 3:13-27

Sadrakh, Mesakh, Abednego adalah tiga pemuda Yehuda yang taat menyembah Tuhan. Ketika Raja Nebukadnezar memerintahkan semua orang untuk sujud menyembah kepada patung emas buatannya, hanya Sadrakh, Mesakh, Abednego yang menolak perintah Raja. Lalu Raja Nebukadnezar marah dan memanggil mereka bertiga.

Raja bertanya ‘Apakah benar, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Jika kamu tidak menyembah, akan aku lempar ke dalam tungku perapian yang menyala.’ Lalu Sadrakh, Mesakh, Abednego bersikap untuk tetap dengan pendirian mereka. Sehingga mereka dilempar kedalam tungku perapian. Namun Tuhan memerintahkan malaikat Nya untuk menyertai, dan mereka selamat dari hukuman. Raja takjub dan bersujud menyembah Tuhan.

(51)

c. Perintah 3 Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Subjudul: Keangkuhan bangsa Babel kepada Tuhan.

Sumber firman: Kejadian 11:1-11, Kejadian 11:4-7

Bertahun-tahun sesudah banjir air bah surut di muka bumi, hanya ada satu bahasa di dunia ini. Semua orang berbicara dalam bahasa yang sama. Tuhan menyuruh mereka mengisi seluruh bumi, tetapi mereka hanya mau tinggal tetap di satu daerah. ‘Ayo, kita membuat batu bata. Mari kita dirikan kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit supaya kita termasyhur dan tidak tercerai berai di bumi.’ Kata mereka dengan angkuh.

Tuhan menghukum mereka oleh karena mereka tidak taat. Lalu Tuhan menciptakan berbagai bahasa sehingga pembicaraan mereka menjadi berbeda sampai kacau satu dengan yang lainnya, sehingga bangunan itu tidak dapat mereka selesaikan. Tuhan mengacaukan usaha mereka. Dalam waktu singkat manusia ingin memuliakan diri mereka dan bukannya Tuhan. Tuhan akan menjatuhkan orang-orang yang angkuh.

Renungan: Tuhan ingin kita jadi anak yang taat dan menghormati nama Nya. Pokok Doa: ‘Ya Tuhan, aku mau selalu rendah hati dan berharap kepada Mu’ Pertanyaan: ‘Apakah bangsa Babel berhasil membuat menara sampai ke langit?’

d. Perintah 4 Kuduskanlah hari Sabat.

Subjudul: Tuhan mengkhususkan hari ketujuh. Sumber firman: Kejadian 2:2

(52)

Pada hari keenam Tuhan menciptakan binatang di bumi, ternak dan binatang melata. Setelah itu dengan rupa dan segambar dengan Nya. Pada hari ketujuh Tuhan beristirahat dan memberkati serta mengkuduskan setiap ciptaan Nya, di dalam sukacita Tuhan. Berkat Tuhan menyertai kehidupan ibarat musik mengiringi tari-tarian. Karena ‘Tuhan melihat bahwa semuanya itu baik.’

Renungan: Tuhan ingin kita mengkuduskan hari Sabat, seperti dilakukan Nya. Pokok Doa: ‘Ya Tuhan, aku mau selalu rajin datang ke sekolah minggu’ Pertanyaan: ‘Mengapa Tuhan memberkati dan mengkuduskan hari ketujuh?’

e. Perintah 5 Hormatilah Ayah dan Ibumu.

Subjudul: Ketaatan Ishak kepada perintah Orang tuanya. Sumber firman: Kejadian 26:15-35

Abraham sudah berumur 100 tahun sewaktu Ishak lahir sebagai anak perjanjian Tuhan, bahwa keturunan dari Abraham akan menjadi bangsa yang besar seperti bintang di langit. Namun beberapa tahun kemudian, Tuhan meminta sesuatu yang tidak biasa kepada Abraham, yaitu agar Abraham mempersembahkan putra tercintanya, Ishak sebagai korban. Meskipun sedih, Abraham siap untuk taat dan membawa Ishak ke tanah Moria untuk dipersembahkan.

Ishak tetap taat ketika tubuhnya diikat dan akan dipersembahkan di atas mezbah bakaran di tanah Moria. Melihat iman dan ketaatan Abraham dan anaknya Ishak, Tuhan menghentikan Abraham dan menyediakan anak domba sebagai ganti korban persembahan. Ishak memiliki karakter yang baik, tenang dan taat. Ishak mengikuti jejak yang dilakukan oleh Abraham ayahnya sepanjang hidupnya.

Renungan: Tuhan ingin kita selalu taat dan menghormati ayah dan ibu kita. Pokok Doa: ‘Tuhan, aku akan selalu menghomati kedua orang tuaku’

(53)

f. Perintah 6 Jangan membunuh.

Subjudul: Dosa Kain kepada adiknya Habel. Sumber firman: Kejadian 4:1-26

Sesudah Tuhan menyuruh Adam dan Hawa keluar dari Taman Eden, Hawa melahirkan seorang anak laki-laki, yang dinamai Kain. Kemudian Hawa melahirkan lagi lakii-laki yang dinamai Habel. Ketika mereka dewasa, Kain menjadi petani dan Habel menjadi gembala. Orang tua mereka mengajarkankan untuk berbakti kepada Tuhan, sehingga mereka mempersembahkan korban bakaran bagi Tuhan.

Tuhan menerima persembahan Habel karena Habel beriman kepada Tuhan dan tidak menerima persembahan Kain kakaknya. Lalu kain marah sekali, Habel dipukul keras oleh saudaranya Kain hingga mati. Tuhan tahu Kain membunuh Habel, tapi Kain berbohong ketika Tuhan menanyakan di mana adiknya Habel. Tuhan marah lalu mengutuk Kain menjadi pengembara yang jauh dari keluarganya.

Renungan: Tuhan ingin kita memiliki hati yang penyayang dan mengakui dosa. Pokok Doa: ‘Tuhan, jadikan aku sebagai penyayang teman dan binatang’ Pertanyaan: ‘Mengapa korban persembahan Habel diterima oleh Tuhan?’

g. Perintah 7 Jangan berzinah.

Subjudul: Yusuf berhasil menjaga kekudusannya. Sumber firman: Kejadian 4:1-26

(54)

Hingga suatu hari ketika Potifar sedang pergi, istri Potifar ingin mengoda Yusuf dengan memanggil Yusuf ke kamarnya dan ditarik bajunya. Yusuf bertindak cepat, meninggalkan bajunya dan lari meloloskan diri. Karena kesal dengan sikap Yusuf, istri Potifar memfitnah Yusuf melakukan kejahatan. Lalu Yusuf dimasukan Potifar ke dalam penjara, karena berhasil menjaga kekudusannya. Namun Tuhan tetap menyertai dan memelihara Yusuf yang taat kepada Nya.

Renungan: Tuhan ingin kita menjaga kekudusan seperti yang dilakukan Yusuf. Pokok Doa: ‘Tuhan, kuduskanlah aku di dalam Engkau.’

Pertanyaan: ‘Mengapa Yusuf dimasukan majikannya ke dalam penjara?’

h. Perintah 8 Jangan mencuri.

Subjudul: Pencuri di antara Orang Israel. Sumber firman: Yosua 7:1-26, Yosua 8:1-29

Setelah Yosua berhasil meruntuhkan Tembok Yerikho dan mengalahkan bala tentaranya, barang jarahan seperti lempengan emas, potongan perak, jubah yang bagus dipercayakan kepada seorang Israel yang bernama Akhan untuk dibawa dan diserahkan kepada perbendaharaan Bait Tuhan, namun Akhan malahan mengambil semua barang dari Yerikho itu untuk diri dan keluarganya sendiri. Mereka telah mencuri dan melanggar perintah Tuhan.

Sesudah Akhan mencuri barang-barang ini, Tuhan berkata kepada Yosua bahwa Ia akan menunjukkan kepada Yosua siapa orang berdosa itu. Lalu Yosua mengirimkan orang untuk mencari barang-barang itu dan Tuhan menunjukkan Akhan sebagai orang yang berdosa. Akhan mengakui telah mencuri dan menyesal telah melanggar perintah Tuhan.

(55)

i. Perintah 9 Jangan berdusta.

Subjudul: Ananias dan Safira mendustai Tuhan. Sumber firman: Kisah Para Rasul 5:1-11

Pada masa kehidupan gereja mula-mula. Ada satu pasangan jemaat suami istri bernama Ananias dan Safira yang ingin mempersembahkan hasil penjualan sebidang tanah kepada Gereja melalui Rasul Petrus. Namun setelah dijual, muncul keinginan sang Suami Ananias untuk mengambil sebagian hasil penjualan untuk mereka sendiri. Rasul Petrus melalui Roh Kudus mengetahui hal itu.

Ketika Ananias datang duluan ke Gereja untuk memberikan hasil penjualan itu, Rasul Petrus menanyakan ‘Apakah jumlahnya sudah seluruhnya kau berikan untuk Tuhan?’ Lalu ia menjawab ‘Sudah’. Lalu marahlah Rasul Petrus karena Ananias mendustai Tuhan, seketika itu juga Ananias terjatuh lalu mati. Beberapa lama kemudian Istrinya Safira datang dan ditanyakan hal yang sama, jawabannya juga sama dengan Ananias, lalu matilah ia karena kedustaannya kepada Tuhan lalu mereka dikuburkan.

Renungan: Tuhan ingin kita punya hati yang jujur dalam perkataan perbuatan. Pokok Doa: ‘Tuhan, berikan aku hati yang jujur kepada Mu dan Orang tuaku.’ Pertanyaan: ‘Siapa yang datang dulu untuk memberikan hasil penjualan tanah?’

j. Perintah 10 Jangan mengingini milik orang lain. Subjudul: Raja Daud menginini Istri hambanya.

Sumber firman: 2 Samuel 11:1-27, 2 Samuel 12:1-18, 1 Raja-Raja 1:1-48

(56)

Daud menyukai sang Istri Panglimanya, lalu muncul keinginan untuk memperistri sang perempuan itu.

Supaya rencananya berhasil, Raja Daud memerintahkan kembali sang Panglima untuk maju berperang melawan musuh yang jauh lebih kuat. Sang Panglima tidak kembali dari perang karena mati terbunuh. Akhirnya Istri panglima itu diperistri Raja Daud. Tuhan melalui Nabi Natan untuk menegur Raja Daud atas dosa-dosanya itu. Raja Daud sadar lalu minta ampun kepada Tuhan.

Renungan: Bersyukur untuk semua berkat yang Tuhan sudah berikan buat kita. Pokok Doa: ‘Tuhan, terima kasih atas berkat yang Tuhan berikan pada hari ini.’ Pertanyaan: ‘Siapa yang diutus Tuhan untuk menegur Raja Daud?’

III.1.7.3 Storyboard

Visual yang menggambarkan rancangan dari setiap judul cerita, menggunakan dua visual yang mewakili inti atau konteks dari cerita yang digambarkan.

Gambar III.2 Storyboard a

(57)

Gambar III.3 Storyboard b

Terdiri dari ilustrasi perintah dua a dan b, dan diteruskan dengan ilustrasi perintah tiga a dan b, kemudian diteruskan dengan ilustrasi perintah empat a dan b.

Gambar III.4 Storyboard c

(58)

Gambar III.5 Storyboard d

Terdiri dari ilustrasi perintah delapan a dan b, dan diteruskan ilustrasi perintah sembilan a dan b, kemudian diteruskan dengan ilustrasi perintah sepuluh a dan b.

III.1.7.4 Visualisasi

Ilustrasi di dalam cerita menggabungkan elemen karakter dan lingkungan yang mendukung menghidupkan cerita dan penokohan Alkitab yang diangkat. Sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang orang ketiga, sehingga khalayak sasaran dapat merasakan dan berempati ketika sedang membaca cerita dari karakter-karakter. Gestur yang tegas membantu memperjelas setiap adegan dari setiap cerita.

III.1.8 Strategi Distribusi

(59)

Titik distribusi berpusat pada kota yang terdapat cabang Toko Penerbit PT.Immanuel Publishing House yang tersebar di Indonesia yaitu kota Jakarta yang beralamat di Jl. Proklamasi No. 76, Wisma Gading Permai, Menara C No. 30, boulevard Kelapa Gading, Jl. Tanjung Duren Raya No. 95, Jl. Sultan Iskandar Muda. No 88D, Surabaya yang beralamat di Jl. Pregolan. No. 77 , Manado yang beralamat di Jl. Sam Ratulangi No. 101, Malang yang beralaman di Jl Diponegoro No.127, dan Bandung yang beralamat di Jl. Cihampelas No. 76C.

Gambar III.6 Toko Buku Immanuel Pusat Jakarta Sumber: Immanuel Publishing House

(22 Mei 2016)

Gambar III.7 Toko Buku Immanuel Cabang Jakarta Satu Sumber: Immanuel Publishing House

(60)

Gambar III.8 Toko Buku Immanuel Cabang Jakarta Dua Sumber: Immanuel Publishing House

(22 Mei 2016))

Gambar III.9 Toko Buku Immanuel Cabang Jakarta Tiga Sumber: Immanuel Publishing House

(22 Mei 2016)

Gambar III.10 Toko Buku Immanuel Cabang Surabaya Sumber: Immanuel Publishing House

(22 Mei 2016)

Gambar III.11 Toko Buku Immanuel Cabang Manado Sumber: Immanuel Publishing House

(61)

Gambar III.12 Toko Buku Immanuel Cabang Malang Sumber: Immanuel Publishing House

(22 Mei 2016)

Gambar III.13 Toko Buku Immanuel Cabang Bandung Sumber: Immanuel Publishing House

(22 Mei 2016)

(62)

Tabel III.1 Tabel Waktu Distribusi Sumber: Immanuel Publishing House

(22 Mei 2016)

Jumlah buku direncanakan 200 buah sebagai jadwal pendistribusian perdana dan frekuensi pendistribusian setiap 4 bulan sekali tergantung dari jumlah akumulasi sisa buku di setiap cabang toko Penerbit PT.Immanuel Publishing House di kota-kota yang ditunjuk.

Gambar III.14 Jam Kerja Penerbit PT.Immanuel Publishing House Sumber: Immanuel Publishing House

(63)

III.2 Konsep Visual III.2.1 Format Desain

Gambar III.15 Gambar Sampul Buku ‘Mari Mengenal Perintah Tuhan’ Sumber: Dokumentasi pribadi

Dimensi buku 20 cm x 20 cm. Ukuran ini dipilih karena bedasarkan observasi (22 Mei 2016), murid-murid Sekolah Minggu GKI, GKPB, GBI dan GKJ lebih nyaman membaca buku dengan ukuran 18-20 cm, dibandingkan dengan buku dengan ukuran lainnya. Selain itu, ukuran buku yang cukup besar membuat ilustrasi dan tulisan juga terlihat lebih jelas. Sampul buku difokuskan pada ilustrasi Nabi Musa dan tokoh-tokoh dalam Alkitab yang diangkat di dalam buku. sehingga sebagian besar diisi dengan ilustrasi membentang pada halaman. Teks cerita diletakkan pada bidang kosong di bagian bawah ilustrasi.

III.2.2 Tata Letak

(64)

Gambar III.16 Tata Letak Buku Sumber: Dokumentasi pribadi

III.2.3 Huruf

Font yang digunakan untuk judul cerita adalah font ‘HDV Comic Serif Bold’. karena font ini cukup dinamis sehingga menimbulkan kesan ceria saat dijadikan judul.

(65)

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi yang digunakan di dalam cerita menggabungkan elemen karakter dan lingkungan yang mendukung menghidupkan cerita dan penokohan Alkitab yang diangkat. Sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang orang ketiga, sehingga khalayak sasaran dapat merasakan dan berempati ketika sedang membaca cerita dari karakter-karakter. Gestur yang tegas membantu memperjelas setiap adegan dari setiap cerita. Gaya visual karakter mendapat referensi bentuk dari pakaian bangsa Mesir, Asiria, Roma, dan Yahudi pada masa lampau.

Gambar III.17 Ilustrasi Referensi Visual karakter Mesir, Asiria, Roma Sumber: Buku “The World’s Great Religions” hal.110, penulis Lincoln Barnett

(66)

Gambar III.18 Ilustrasi Referensi Visual karakter Yahudi

Sumber: Buku “The World’s Great Religions” hal.110, penulis Lincoln Barnett (1958)

(67)

III.2.5 Warna

Gambar III.20 Warna Sumber: Dokumentasi pribadi

(68)

BAB IV. MEDIA & TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Media Utama

Proses produksi buku cerita dimulai dari pengolahan data yang dikumpulkan dari lapangan, kemudian konsep dasar berupa storyline, storyboard, studi gestur, proses sketsa kasar karakter dan latar dari referensi, selanjutnya pemberian outline, warna dasar, warna akhir dan bayangan. Penentuan konsep ini sebagai

acuan dalam perancangan media buku cerita sebagai media pembelajaran. Berikut ini merupakan tahap-tahap dalam membuat media buku cerita:

IV.1.2 Deskripsi Media

Gambar IV.1 Ilustrasi sampul depan buku ‘Mari Mengenal Perintah Tuhan’ Sumber: Dokumentasi pribadi

(69)

Buku cerita ilustrasi ini dibuat dengan format soft cover, pada sampul buku ilustrasi terdapat gambar Nabi Musa berdiri di gunung Sinai dengan memegang dua Loh Batu yang terdapat Sepuluh Perintah Tuhan, di samping kanan Nabi Musa terdapat karakter Sadrakh, Habel, Yosua dan Ananias sedangkan di samping kanan terdapat karakter Ayub, Abraham, Yusuf, Ishak dan Raja Daud. Dengan Konsep tampak depan di sampul depan dan ilustrasi gunung di sampul belakang.

Pemilihan ilustrasi sampul depan menggunakan bentuk karakter-karakter utama di dalam setiap cerita dengan Musa sebagai di tengah, dikarenakan makna Sepuluh Perintah Tuhan selalu berhubungan dengan ajaran-ajaran firman Tuhan lain di dalam firman-firman Nya.

Gambar IV.2 Ilustrasi sampul belakang buku ‘Mari Mengenal Perintah Tuhan’ Sumber: Dokumentasi pribadi

IV.1.3 Teknis Produksi & Aplikasi Desain

Gambar

Gambar II.4 Naskah Asli Sepuluh Perintah Tuhan  Sumber: Buku “The World’s Great Religions” hal.101, penulis Lincoln Barnett (1958)
Gambar II.5 Pendeta DR. Bambang H. Widjaja
Gambar II.6 Pendeta DR. Bambang H. Widjaja sedang berkhotbah Sumber: GKPB Fajar Pengharapan (3 April 2016)
Gambar II.7 Elizabeth Pemimpin Pengajar Sekolah Minggu GKPB
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Manage printers from local direct access or through network printer share;.  Windows 2000/2003/XP lets you manage printers through

Menerapkan kecapi dengan teknik yang benar berdasarkan repertoar lagu-lagu daerah, setempat. 10 Memainkan alat

Adapun hasil analisis kemampuan representasi matematis siswa berdasar gaya belajar Honey Mumfrod sebagai berikut:Kemampuan representasi matematis siswa tipe gaya

Produk akhir hasil pelaksanaan Kegiatan Grand Design Ketahanan Pangan Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan Di Sumatera Utara Tahun 2015 - 2025 berupa buku dicetak lux serta

Berkaitan dengan pendugaan suhu udara berdasarkan data hasil pengukuran yang telah dilakukan secara berkala dan tanpa melibatkan faktor - faktor lain yang berpengaruh terhadap

Penelitian yang dilakukan oleh Winatapraja (2013) mengenai pengaruh dari ekuitas merek terhadap keputusan pembelian dengan alat analisis menggunakan regresi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Identifikasi Peran

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA PERBANKAN SYARIAH..