• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi indonesia menghadapi pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Tahun 2011 dan Trans-Pacific Partnership (TPP) Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Posisi indonesia menghadapi pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Tahun 2011 dan Trans-Pacific Partnership (TPP) Tahun 2013"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

POSISI INDONESIA MENGHADAPI PEMBENTUKAN REGIONAL COMPREHENSIVE

ECONOMIC PARTNERSHIP (RCEP) TAHUN 2011

DAN TRANS-PACIFIC PARTNERSHIP (TPP) TAHUN 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh: NAELI FITRIA

1111113000062

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)
(3)
(4)
(5)

v ABSTRAKSI

Skripsi ini menjelaskan mengenai posisi Indonesia menghadapai pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) tahun 2011 dan pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) tahun 2013. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan studi pustaka. Penelitian ini menggunakan

Rational Choice Theory beserta dua konsepnya yaitu motif negara dan kalkulasi. Selain itu, skripsi ini juga menggunakan konsep kepentingan nasional untuk menjelaskan hal-hal yang menjadi pertimbangan Indonesia untuk diperjuangkan dan dipertahankan serta analisis menggunakan konsep rational actor model (RAM). Adapun posisi Indonesia antara lain berupa: bersikap open-minded dengan tetap berfokus kepada kepentingan nasional, mengedepankan implementasi politik luar negeri bebas-aktif, mempertahankan sentralitas ASEAN dan bergabung ke

Regional Comprehensive Economic Pertnership (RCEP) didasarkan pada berbagai pertimbangan yang merupakan cerminan dari kepentingan nasional Indonesia dalam merespon pembentukan TPP tahun 2013,antara lain posisi dan kendala-kendala yang akan dihadapi jika Indonesia bergabung ke TPP.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala

karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad salallahu

‘alaihi wa sallam.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua dan adik yang tak pernah berhenti memberikan dukungan baik materil maupun non materil kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Debbie Affianty, MA selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini dengan sangat baik. serta Bapak Nazaruddin Nasution, SH, MA dan Bapak Drs. Aiyub Mohsin, MA, MM. selaku dosen penguji Terimakasih atas motivasi, arahan, dukungan dan doa yang diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Terimakasih juga kepada Bapak Dr. Agus Nugraha selaku dosen pembimbing akademik. Juga kepada seluruh dosen dan staf, kepada Pak Jajang dan Pak Amali di Program Studi Hubungan Internasional yang telah memberikan ilmu, motivasi, inspirasi dan bantuan kepada penulis selama menempuh studi di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Reza Pahlevi Chairul beserta staf di Direktorat Kerjasama ASEAN Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang telah bersedia menjadi narasumber dalam wawancara dan memberikan data kepada penulis dengan sangat baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(7)

vii

4. Terimakasih atas motivasi, saran dan kritiknya selama studi, KKN, magang hingga penyelesaian skripsi.

Kepada teman-teman HIVEN (HI-Eleven) angkatan 2011 khususnya kelas B, terimakasih atas canda tawa dan kebersamaan yang telah dilalui selama hampir empat tahun menempuh masa studi. Terimakasih sudah membantu tugas ketua kelas selama studi dengan sangat kooperatif. Kepada Zahra, Shofi, Nisa, Icha, Ahel, Ganang, Ero, Fadhil, Nadia, Ahsan, Ana, Mela, Fitra, Mawaddah, Sheren, Suger, Aci, Zakia, Sarah serta teman-teman angkatan 2011 lainnya, kepada Une, Rina, Ocha, Desica, Reta, Acit, Bobby, Lenny, Intan, Farah Dina, Mahar, Dicky, Afina serta adik kelas Whya, Lita dan Euis, Ola, Dzikri, Nisa, Opin, Fahri, Dzikri dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih banyak, teman-teman atas segalanya.

Kepada teman-teman KKN Merdeka 2014, terimakasih atas doa dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada teman-teman yang telah menjadi rekan baru pada The Asia Pacific Model United Nations (AMUNC) 2013 di Wellington, New Zealand dan Multi Stage Negotiation Simulation

Sekolah Staf dan Pimpinan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (MSNS SESPARLU) 2015, para tentor Primagama Bojonggede, rekan-rekan di les Bahasa Arab LBI FIB UI, Fakta Bahasa Bogor dan Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) SDTNI 44. Terimakasih atas segala doa dan dukungannya.

Harapan penulis, semoga Allah Membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dengan kebaikan yang berlipat ganda. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

(8)

viii DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Pernyataan Masalah ... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Tinjauan Pustaka ... 8

1.5 Kerangka Pemikiran ... 12

1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional ... 12

1.5.2 Rational Choice Theory ... 14

1.5.2.1 Motif Negara ... 16

1.5.2.2 Kalkulasi ... 17

1.6 Metode Penelitian ... 19

(9)

ix

BAB II KETERLIBATAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL ... 24 2.1 Perekonomian Indonesia Tahun 2013 ... 24 2.2 Peran Indonesia dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA),

Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), dan World

Trade Organization (WTO) ... 34 2.3 Pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) ... 57 2.4 Pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) ... 60 2.4.1 Manfaat Trans Pacific Partnership (TPP) ... 65

2.4.2 Implikasi Trans Pacific Partnership (TPP) bagi

Negara-negara di Asia Tenggara ... 72

BAB III POSISI INDONESIA MENGHADAPI PEMBENTUKAN RCEP TAHUN 2011 DAN TPP TAHUN 2013 ... 80 3.1 Mempertahankan ASEAN Centrality Melalui ASEAN Economic Community (AEC) 2015... 80 3.2 Mendukung RCEP ... 88 3.3 Menolak Bergabung ke TPP ... 90

BAB IV ALASAN INDONESIA MENDUKUNG RCEP DAN MENOLAK TPP ... 96 4.1 Lemahnya Daya Saing Produk Indonesia ... 96 4.2 Bergabung ke dalam Regional Comprehensive Economic

(10)

x

4.3 Perhitungan Kalkulatif Dengan Konsep Rational Actor

Model (RAM) ... 106

BAB V KESIMPULAN ... 124

(11)
(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.2.2 Peta Asia Pasifik ... 34 Gambar II.2.3.1 Cakupan Isu di TPP ... 66 Gambar II 2.3.2.1 Negara-negara Anggota Berdasarkan Organisasi:

ASEAN, TPP dan ASEAN, Non ASEAN, TPP ... 73 Gambar II 2.3.2.2 Pembagian GDP untuk TPP, AFTA dan Negara di Asia

(13)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik II.2.1.1 Ekspor Riil, iHEx dan Volume Perdagangan Dunia ... 26 Grafik II.2.1.2. Neraca Perdagangan Migas Indonesia,

Januari 2008 – April 2013 ... 31 Grafik II.2.1.3 Neraca Perdagangan Non-Migas Indonesia,

Januari 2008 – April 2013... ... 33 Grafik II.2.2 Nilai Perdagangan Indonesia dengan ASEAN (USD Juta)

(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

ABAC : APEC Business Advisory Council

ACIA : ASEAN Comprehensive Investment Agreement

AEC : ASEAN Economic Community

AELM : APEC Economic Leaders’ Meeting

AFAS : ASEAN Framework Agreement on Services

AFED : ASEAN Framework on Equitable Economic Development

AFTA : ASEAN Free Trade Area

AIA : ASEAN Investment Area

AIGA : ASEAN Investment Guarantee Agreement

APEC : Asia Pacific Economic Cooperation

ATDAG : Atase Perdagangan

ATIGA : ASEAN Trade in Goods Agreement

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

CCS : Coordinating Committee on Services

CEPT : Common Effective Preferential Tariff

CLMV : Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam CPO : Crude Palm Oil

DDA : Doha Development Agenda

EPA : Economic Partnership Agreements

FDI : Foreign Direct Investment FTA : Free Trade Agreement

FTAAP : Free Trade Area of Asia Pacific

G-20 : Government 20 G-33 : Government 33

GATS : The General Agreement on Trade in Services

GATT : General Agreement on Tariffs and Trade

GDP : Gross Domestic Product

(15)

xv

IL : Inclusion List

IPR : Intellectual Property Rights

ITPC : Indonesian Trade Promotion Center

KTM : Konferensi Tingkat Menteri

LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia MFN : Most-Favored Nations

MRA : Mutual Recognition Arrangement

NAMA : Non-Agricultural Market Access

NTBs : Non-Tariff Barries

NTM : Non-Tariff Measured

OECD : Organisation for Economic Cooperation dan Development

P4 : Pacific Four

PDB : Produk Domestik Bruto

PECC : Pacific Economic Cooperation Council

PIF : Pacific Islands Forum

PPP : Purchasing Power Parity RAM : Rational Actor Model

RCEP : Regional Comprehensive Economic Partnership

RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional SDT : Special and Different Treatment

SLOC : Sea Lanes of Communication

SOM : Senior Officials Meeting

SPS : Sanitary dan Phytosanitary

TIG : Trade in Goods TIS : Trade in Services

TPP : Trans-Pacific Partnership

TSEP : Trans-Pacific Strategic Economic Partnership

UKM : Usaha Kecil Menengah Uni Eropa : UE

(16)
(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Wawancara 1 dengan Deputi Direktur ASEAN Cooperation

Kemendag RI Reza Pahlevi Chairul ... xvii Lampiran 2. Hasil Wawancara 2 dengan Deputi Direktur ASEAN Cooperation

Kemendag RI Reza Pahlevi Chairul ... xxiv Lampiran 3. Hasil Wawancara 3 dengan Jedut S Sutoyo. Kepala Seksi Perdagangan

Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN. Kementerian Luar Negeri

Republik Indonesia ……… xxviii Lampiran 4. Hasil Wawancara 4 dengan Arif Sulaksono. Kepala Seksi

APEC SOM Committee On Ecotech Dan Working Groups,

Direktorat Kerja Sama Intrakawasan Asia Pasifik dan Afrika, Ditjen

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Pernyataan Masalah

Skripsi ini akan berfokus menganalisa tentang respon Indonesia terhadap pembentukan Trans-Pacific Partnership (TPP) pada tahun 2013. Indonesia merupakan negara maritim yang berada di jalur strategis dalam perdagangan internasional atau Sea Lanes of Communication.. Garis pantai Indonesia yang memiliki total luas 54.716 kilometer membentang di sepanjang Samudera Hindia, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Laut Sulawesi dan wilayah kecil lainnya.1

Indonesia yang tergolong sebagai negara berkembang (developing countries)2

merupakan sebuah negara dengan sumber daya manusia terpadat di dunia yang berada pada urutan keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat dengan jumlah penduduk 253.899.536 jiwa.3 Di sisi lain, Indonesia juga memiliki potensi kemajuan ekonomi yang sangat besar karena pengaruh geo-strategis. Indonesia terletak di jalur Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur laut tersibuk di dunia. Lebih dari 50.000 kapal per tahunnya transit di Selat Malaka, padahal lebar selat ini hanya 1,5

1

http://kemhubri.dephub.go.id/portal-mp3ei/index.php?page=mp3ei&categori=strategis. Diakses pada Kamis, 2 Oktober 2014

2

List of Developing Countries. A Mandatory References for ADS Chapter 310. New Edition.2012

3

(19)

2

mil dengan kedalaman 19,8 meter. Kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka ini merupakan 1/3 bagian dari jumlah kapal dagang dalam perdagangan dunia.4

Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam perdagangan internasional, salah satunya pada industri manufaktur. Pada tahun 2013 produk manufaktur berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan ekspor, antara lain kapal laut meningkat 542,8 juta dollar AS, naik 294,9% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2012. Ekspor produk alas kaki juga meningkat sebesar 176,8 juta dollar AS (naik 9,9%), dan produk pakaian jadi naik sebesar 74,9 juta dollar AS (3,9%) pada tahun 2013.5

Selain produk manufaktur, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi nilai tambah bagi kemajuan ekonomi Indonesia. Melalui akselerasi hilirisasi atau proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan baku industri6 seperti sektor migas meliputi mineral dan barang tambang serta sektor non migas meliputi makanan, pupuk, gula, semen, dan lain-lain7. Akselerasi hilirisasi industri ini yang sedang ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia, hal ini berdasar pada keyakinan akan besarnya potensi sumber daya alam seperti minyak dan gas yang dimiliki

4

Triwahyuni Dewi. Signifikansi Kawasan Asia Tenggara dalam Kepentingan Amerika Serikat. Majalah Ilmiah Unikom Vol.9, No.1. Hal 36

5

Sumber: http://www.setkab.go.id/artikel-9931-wto-dan-peluang-indonesia.html. Diakses pada Minggu, 13 April 2014

6

Iwan Kurniawan. Hilirisasi Industri Tambang Pantang Mundur. Dikutip dari

http://www.kemenperin.go.id/artikel/7311/Hilirisasi-Industri-Tambang-Pantang-Mundur. Diakses pada Kamis, 4 Juni 2015. Pukul 11.27 WIB

7

Siaran Pers. Kemenperin Prioritaskan Program Hilirisasi Industri. Dikutip dari

(20)

3

Indonesia agar tidak hanya bergantung kepada ekspor bahan mentah saja seperti bahan tambang dan mineral dan diharapkan memiliki nilai tambah ekonomi.8

Dengan potensi dalam perdagangan internasional yang dimilikinya, Indonesia telah melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi baik bilateral maupun multilateral serta di berbagai skala baik di skala regional, sub-regional maupun global. Keunggulan komoditas Indonesia dalam perdagangan internasional seperti komoditas tekstil, karet, elektronik, sawit, produk hasil hutan, produk alas kaki, otomotif, kako dan kopi9. Hal ini terkati dengan keanggotaan Indonesia dalam kerjasama ekonomi multilateral contohnya menjadi anggota World Trade Organization (WTO) dalam skala global, Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dalam skala regional dan ASEAN Free Trade Area (AFTA) dalam skala sub-regional.

Pada tahun 2013, di Asia Pasifik terdapat kerjasama ekonomi yang diprediksi akan menjadi model atau percontohan perdagangan bebas di abad ke-21 yang disebut

Trans Pacific Partnership (TPP).10 Awalnya kerjasama tersebut bernama Trans-Pacific Strategic Economic Partnership (TSEP). TPP terbentuk melalui proses negosiasi yang panjang. Hal ini disebabkan masing-masing negara anggota harus

8

Iwan Kurniawan. Hilirisasi Industri Tambang Pantang Mundur. Dikutip dari

http://www.kemenperin.go.id/artikel/7311/Hilirisasi-Industri-Tambang-Pantang-Mundur. Diakses pada Kamis, 4 Juni 2015. Pukul 11.41 WIB

9

Negara Tujuan Ekspor 10 Komoditi Utama. Dikutip dari http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/10-main-and-potential-commodities/10-main-commodities. Diakses pada Kamis, 4 Juni 2015. Pukul 11.45 WIB

10

(21)

4

menyelesaikan perundingannya terlebih dahulu dalam di dalam TSEP.11 Hal ini dilakukan agar TPP dapat menjadi penerus bagi perjanjian perdagangan yang menghubungkan kedua sisi di Pasifik yaitu Pasifik Utara seperti Amerika Serikat, Kanada, Jepang dan Pasifik Selatan seperti New Zealand, Australia dan negara-negara lainnya.12

Pada tahun 2010 TSEP berganti nama menjadi Trans-Pacific Partnership

(TPP) yang hingga saat ini memiliki 12 negara anggota. Hal ini terjadi sejak Amerika Serikat masuk menjadi ketua di TPP.13 Negara lainnya seperti Malaysia, Jepang, Kanada dan Meksiko melihat bahwa Amerika Serikat merupakan mitra strategis bagi perdagangan mereka. Ditambah lagi Amerika Serikat merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia.14 Perluasan negara anggota ini menjadikannya memiliki posisi dalam perekonomi global. TPP dipandang sebagai arus baru liberalisasi perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik yang sebelumnya sempat tertunda karena adanya perundingan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Dari segi ekonomi, negara-negara anggota TPP memberikan kontribusi terhadap 40% PDB dunia.15

11

Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional. Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013. Hal 64

12

Deardorff Alan V. Trade Implications of the Trans-Pacific Partnership for ASEAN and Other Asian Countries. 2013. The University of Michigan. Hal 1

13

Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional. Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013. Hal 64-65

14

Ibid

15

(22)

5

Populasi negara-negara anggota TPP juga cukup signifikan karena merepresentasikan 11,35 % penduduk dunia atau 783 juta jiwa.16

Berdasarkan isi perjanjiannya, TPP merancang liberalisasi perdagangan barang dan jasa secara komprehensif, terjadwal, dan mengikat.17 Setiap negara anggota diharapkan dapat menurunkan tarifnya hingga 0 % secara bertahap pada semua pos tarif di semua sektor, seperti barang dan jasa, investasi, dan modal. Termasuk diantara sektor-sektor yang juga sangat mendapat perhatian adalah liberalisasi sektor kesehatan, asuransi, dan jasa keuangan yang selama ini dianggap sebagai sektor sensitif di banyak negara.18 Ketentuan ini berlaku resiprokal atau timbal balik terhadap sesama negara anggota saja dan tidak berlaku terhadap negara non-anggota. Setiap negara anggota juga harus mengikuti jadwal liberalisasi dengan ketentuan yang mengikat (legally binding) dan tidak bisa diubah (irreversible).19

Berbagai macam daya tarik yang ditawarkan oleh TPP ini pada akhirnya menarik negara-negara lain untuk ikut serta. Beberapa negara yang menunjukkan ketertarikan untuk bergabung, seperti Thailand, Taiwan, Filipina, Laos, Kolombia, dan Kosta Rika.20 Empat negara anggota ASEAN, yaitu Singapura, Malaysia, Brunei

16

Ibid

17

Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional. Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013. Hal 65

18

Ibid

19

Ibid

20

(23)

6

dan Vietnam juga telah ikut bergabung.21 Selain itu, Jepang juga turut serta untuk bergabung ke dalam TPP.22 Mantan Perdana Menteri Jepang Naoto Kan menjelaskan bahwa dengan bergabung ke dalam TPP, Jepang dapat meningkatkan perannya di tengah meningkatnya regionalisme Asia Timur. 23 Keputusan Jepang untuk pro terhadap TPP menunjukkan manfaat dari TPP sebagai strategi untuk membalas percepatan kemajuan ekonomi Republik Korea dalam melaksanakan FTA dengan mitra dagang utama seperti Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat.24

Namun hal ini tidak sejalan dengan respon Indonesia terhadap pembetukan TPP. Indonesia memberikan respon berbeda dengan negara-negara di atas. Hal ini menarik untuk diteliti karena selama ini Indonesia terlibat aktif dalam kegiatan organisasi ekonomi internasional, seperti terlihat di penejelasan sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini akan menjelaskan alasan Indonesia memutuskan untuk memberikan beberapa respon terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) pada tahun 2013. Tahun 2013 dipilih karena pada tahun tersebut Indonesia melalui Menteri Perdagangan Gita Wirjawan secara resmi memberikan pernyataan bahwa Indonesia menolak untuk bergabung ke TPP.

21

Ibid

22

Ibid

23

Inkyo Cheong. Negotiations for the Trans-Pacific Partnership Agreement: Evaluation and Implications for East Asian Regionalism. Asian Development Bank Institute Working Paper Series. July 2013

24

(24)

7 1.2Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini akan berfokus untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana posisi Indonesia menghadapi pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) pada tahun 2011 dan pembentukan Trans Pacific Partnership

(TPP) pada tahun 2013?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui adanya pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) dalam perdagangan internasional.

2. Mengetahui respon Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) pada tahun 2013.

3. Menganalisa faktor-faktor yang melatarbelakangi Indonesia memutuskan untuk memberikan beberapa respon terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP).

(25)

8

5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan Hubungan Internasional dalam kaitannya dengan kepentingan nasional, studi Kawasan Asia Tenggara dan ekonomi politik internasional.

1.4Tinjauan Pustaka

Pembahasan mengenai Trans Pacific Partnership (TPP) tentu sudah banyak dikaji baik dari segi ekonomi, politik, maupun strategis. Melalui beberapa tinjauan pustaka di bawah ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa penelitian ini tidak hanya penting untuk dikaji namun juga perlu untuk dilakukan.

Pada tahun 2012, Lydia Lancay Li dalam sebuah LiY fellowship paper yang berjudul Trans-Pacific Partnership Agreement: An Analysis of Opportunities and Agreement membahas mengenai daya tarik dan manfaat TPP. Namun, di dalamnya juga terdapat tantangan dari negara anggota maupun calon anggota yang hendak bergabung mengenai perbedaan keadaan ekonomi domestik dan perbedaan motivasi strategis.

Penelitian tersebut juga membahas mengenai manfaat yang terdapat dalam TPP, yaitu pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota serta potensi untuk meraih keuntungan dari investasi. Penelitian tersebut memiliki fokus yang berbeda dengan penelitian ini baik dari segi manfaat maupun potensi negara-negara anggota.

(26)

9

menjadi organisasi perdagangan bebas percontohan di abad ke-21, penelitian ini menggunakan data statistik mengenai pendapatan nasional masing-masing negara anggota. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini karena penelitian ini menggunakan konsep kepentingan nasional dan rational choice theory yang di dalamnya dibahas mengenai motif negara dan kalkulasi rasional. Perbedaan lainnya yaitu di dalamnya tidak dibahas mengenai peluang dan potensi negara yang termasuk

strategic market seperti Indonesia dan cenderung terfokus kepada negara anggota TPP saja.

Pada tahun 2013, Andri, mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam skripsinya yang berjudul Kebijakan Amerika Serikat untuk Memenuhi Kepentingan Ekonominya melalui Trans Pacific Partnership

Periode 2011-2013 membahas mengenai berbagai kepentingan Amerika Serikat melalui TPP.

Penelitian ini menemukan bahwa beberapa upaya telah dilakukan Amerika Serikat dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Amerika Serikat berperan sebagai penggerak utama TPP dengan cara membuka kesempatan keanggotaan bagi negara lain untuk memperluas pasar.

Secara teoritis, penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini. Hal ini disebabkan penelitian tersebut menggunakan teori Neoliberalisme dengan konsep

(27)

10

kalkulasi rasional sehingga akan terlihat mengapa Indonesia memutuskan untuk memberikan serangkaian respon terhadap pembentukan TPP.

Pada tahun 2013, Asian Development Bank Institute dalam sebuah working paper yang berjudul Negotiations for the Trans-Pacific Partnership Agreement: Evaluation and Implications for East Asian Regionalism membahas mengenai implikasi TPP terhadap negara-negara di kawasan Asia Timur.

Penelitian ini menemukan dampak TPP bagi stabilitas ekonomi di kawasan Asia Timur. Negara yang menjadi spesifikasi pembahasan dalam penelitian tersebut adalah Jepang yang pada akhirnya memutuskan untuk bergabung ke dalam TPP. Kekhawatiran akan terjadi efek domino di kawasan Asia Timur jika Jepang sebagai salah satu negara dengan ekonomi terkuat di dunia namun tidak ikut serta di dalam TPP juga dibahas dalam penelitian tersebut. Perbedaan dengan penelitian ini adalah karena di dalamnya hanya terfokus kepada kawasan Asia Timur. Sedangkan posisi Indonesia yang terdapat di kawasan Asia Tenggara belum dibahas.

Secara teoritis, penelitian tersebut menggunakan konsep regionalisme. Konsep ini digunakan untuk menganalisis pengaruh dan prospek perdagangan internasional di Kawasan Asia Timur jika bergabung ke dalam TPP. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini disebabkan penelitian ini akan menggunakan konsep motif negara dan kalkulasi untuk menganalisis pengaruh dan prospek TPP bagi negara-negara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

(28)

11

Indonesia Bergabug dalam Trans Pacific Partnership dalam eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 2, 2014 membahas mengenai alasan penolakan Indonesia tidak bergabung ke dalam TPP.

Penelitian tersebut menemukan bahwa Indonesia tidak siap jika bergabung ke dalam TPP. Hal tersebut disebabkan adanya negara-negara dengan ekonomi terkuat seperti Amerika Serikat dan Jepang serta negara-negara di Pasifik seperti Australia dan New Zealand yang jika Indonesia bergabung maka hal itu akan mengancam perekonomian dalam negeri Indonesia.

Secara teoritis, penelitian tersebut menggunakan konsep kebijakan luar negeri berdasarkan faktor internal dan eksternal serta konsep integrasi ekonomi. Konsep tersebut digunakan untuk menganalisis keuntungan dan kerugian Indonesia jika bergabung di TPP dengan cara membandingkan GDP (Gross Domestic Product)

negara-negara anggota TPP dengan Indonesia.

Perbedaannya dengan penelitian ini adalah karena penelitian ini akan menjelaskan berdasarkan konsep kepentingan nasional serta dikalkulasi melalui

(29)

12 1.5Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan menggunakan konsep Kepentingan Nasional dan Rational Choice Theory yang disertai dengan konsep-konsepnya antara lain: Motif Negara dan Kalkulasi agar dapat memudahkan sekaligus membantu membentuk kerangka berfikir yang akademis.

1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional

Menurut Hans Morgenthau, kepentingan nasional diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dipertahankan oleh suatu negara dalam berbagai aspek baik politik, fisik maupun identitas budaya dari bahaya atau gangguan negara lain.25

Hans Morgenthau juga melihat bahwa kepentingan nasional memilki beberapa dimensi. Antara lain kepentingan nasional yang termasuk vital dan sekunder. Kepentingan vital merupakan kepentingan nasional yang terkait dengan kedaulatan dan keamanan negara. Untuk mencapainya tidak ada jalan lain bagi suatu negara selain berperang. Sedangkan kepentingan nasional yang bersifat sekunder yaitu kepentingan nasional yang cara mencapainya dapat dikompromikan dan tidak terkait dengan keamanan atau pun kedaulatan negara.26

25

Kiyono Ken. A Study on The Concept of The National Interest of Hans J Morgenthau: As a Standard of American Foreign Policy. Nagasaki University’s Academic Output Site. Hal 2 26

(30)

13

Hans Morgenthau juga melanjutkan bahwa kepentingan nasional ada yang bersifat spesifik dan general. Kepentingan nasional yang bersifat spesifik yaitu yang terkait dengan kepentingan khusus suatu negara yang ingin dicapai dalam aspek tertentu misalnya politik, ekonomi atau sosial budaya. Sedangkan kepentingan yang bersifat general yaitu yang terkait dengan pencapaian negara pada umumnya, misalnya menjaga kedaulatan negara.

Adapun kepentingan nasional menurut Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan diartikan sebagai sesuatu yang harus dicapai dan dikejar oleh pemerintah suatu negara yang menjadi tujuan dari politik luar negeri negara tersebut.27

Selanjutnya menurut Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan kepentingan nasional juga merupakan sesuatu yang dirumuskan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh para pembuat kebijakan dan akan diimplementasikan di dalam kebijakan luar negeri suatu negara. Kebijakan luar negeri itulah yang nantinya menjadi suatu alat tawar dalam hubungan dengan negara lain.

Sedangkan menurut Theodore A. Coloumbis dan James H. Wolfe, kepentingan nasional merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menggambarkan dan memprediksi aksi suatu negara terhadap negara lainnya dalam hubungan internasional.

27Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan.

(31)

14

Theodore A. Coloumbis dan James H. Wolfe juga menjelaskan bahwa kepentingan nasional dapat tercapai jika para pembuat kebijakan dapat mengaitkan dan mensinergikan personalitas dan idealitas dari para pembuat kebijakan, tipe dan filosofi dari struktur pemerintahan, kondisi geopolitik dan kemampuan negara lain dalam persaingan global.

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepentingan nasional adalah segala sesuatu yang diperjuangkan oleh negara agar dapat bertahan dalam hubungannya dengan negara lain melalui serangkaian proses penghitungan atau kalkulasi yang tepat dan diimplementasikan dalam berubungan dengan negara lain.

Penelitian ini menggunakan konsep kepentingan nasional menurut Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan karena penelitian ini menduga bahwa alasan Indonesia memutuskan untuk tidak bergabung ke dalam Trans Pacific Partnership adalah adanya suatu tujuan yang harus dicapai dan dipertahankan yaitu menjaga sentralitas Indonesia di kawasan Asia Tenggara melalui organisasi ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) agar tidak didominasi oleh kehadiran TPP (Trans Pacific Partnership).

1.5.2 Rational Choice Theory

(32)

15

oleh negara untuk mencapai tujuan mereka di tengah kendala yang sedang dihadapi.

Selain itu, suatu negara juga harus memahami bahwa akan ada negara lain yang merespon kebijakan yang telah dibuat lalu membuat strategi untuk mengantisipasi kebijakan tersebut.28

Sedangkan menurut Valerie Hudson, Rational Choice Theory adalah segala sesuatu yang diambil oleh para pembuat keputusan atau decision makers yang disertai dengan tujuan yang jelas dan informasi yang memadai.29

Adapun Rational Choice Theory menurut Raymond Boudon yakni setiap tindakan aktor bersifat instrumental. Maksudnya adalah segala tujuan yang sudah jelas ditetapkan oleh aktor harus dijelaskan secara rasional.30

Dari ketiga penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Rational Choice Theory adalah segala tindakan yang diambil oleh pembuat keputusan, dalam hal ini adalah negara, melalui perhitungan rasional sehingga negara tersebut dapat memutuskan apakah akan berkompetisi atau bekerja sama.

Penelitian ini akan menggunakan Rational Choice Theory menurut Charles L Glaser karena hal ini sesuai dengan respon yang diambil oleh Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) serta strategi Indonesia untuk menghadapinya.

28

Charles L Glaser. The Rational Theory of International Politics: The Logic of Competition and Cooperation. 2010. New Jersey: Priceton University Press. Hal 23

29

Valerie Hudson, et al. Foreign Policy Making (Revisited). 2002. New York: Palgrave Macmillan. Hal 18

30

(33)

16

Adapun konsep dari Rational Choice Theory yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: Motif Negara dan Kalkulasi.

1.5.2.1 Motif Negara

Setiap negara tentu memiliki motif yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan apakah akan berkompetisi atau bekerjasama.31

Sebuah negara memiliki motif tertentu untuk memutuskan apakah akan bekerjasama atau bersaing berdasarkan kondisi atau lingkungan internasional yang ada di sekitarnya. Lingkungan internasional inilah yang nantinya akan memberikan pengaruh kepada sebuah negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya dan melakukan stateginya untuk menghadapi perilaku negara lain. Konsep motif negara ini juga menjelaskan bagaimana suatu negara dapat memahami dan mengetahui secara lebih dalam mengenai motif negara lain.

Penelitian ini menduga bahwa salah satu motif Indonesia tidak bergabung ke dalam Trans Pacific Partnership

(TPP) adalah karena TPP terdiri dari negara-negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia seperti Amerika Serikat

31

(34)

17

dan Jepang sehingga Indonesia harus menciptakan strategi untuk menghadapinya.

Oleh karena itu konsep ini tepat bila digunakan untuk menganalisis motif negara sebagai respon Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP).

1.5.2.2 Kalkulasi

Dalam kaitannya dengan kalkulasi, sebuah negara berhak melakukan perhitungan atau kalkulasi untuk menyusun strategi sebagai penyeimbang kekuatan negara lain dalam berkompetisi atau bekerjasama.32

Selain itu, kalkulasi juga dilakukan suatu negara untuk meyeimbangkan kekuatannya dengan negara lain. Kalkulasi merupakan hal penting yang harus dilakukan agar suatu negara dapat mengetahui keuntungan dan kerugian jika bekerjasama atau pun berkompetisi dengan negara lain.

Kalkulasi dilakukan sebuah negara dengan cara menganalisa dan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan nasionalnya, letak geografis negara, reaksi negara lain terkait dengan keputusan yang diambil serta dampak yang

32

(35)

18

ditimbulkan apakah akan menguntungkan atau merugikan jika keputusan tersebut diimplementasikan.33

Dalam hal ini negara melakukan kalkulasi atau perhitungan melalui dua tahap: Pertama, melakukan perhitungan rasional dalam menganalisa berbagai pilihan keputusan dan selanjutnya hanya akan menjadi satu keputusan. Kedua, dari satu keputusan yang didapat kembali dianalisa keuntungan (benefit) dan kerugian (cost) nya. Pada akhirnya negara akan memutuskan apakah akan mengimplementasikan keputusan yang telah dibuat atau tidak.34

Sedangkan menurut Alex Mintz, terdapat sebuah model dalam pengambilan keputusan yaitu Rational Actor Model

(RAM). Proses pengambilan keputusan melalui konsep

Rational Actor Model (RAM) yaitu pembuat keputusan atau

stakeholder mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya lalu melakukan kalkulasi atau pehitungan yang pada akhirnya merumuskan beberapa kebijakan alternatif.35

Setelah merumuskan beberapa kebijakan alternatif yang dapat dipilih, tahap selanjutnya dalam konsep Rational Actor

33

Bruce Bueno de Mesquita. Foreign Policy Analysis and Rational Choice Models. New York University/Stanford University

34

Alex Mintz. How Do Leaders Makes Decision? A Poliheuristic Perpective. Journal of Conflict Resolution, Vol. 48 No.1, February. Sage Publications. 2004

35

(36)

19

Model (RAM) adalah memilih keputusan yang sangat penting dan menjadi prioritas serta tetap dapat mempertahankan kepentingan nasional.36

Terkait dengan pola di atas, penelitian ini memperkirakan bahwa Indonesia telah melakukan kalkulasi berdasarkan keuntungan dan kerugian untuk memberikan respon terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) yaitu dengan lebih memfokuskan kerjasama di ASEAN melalui Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

1.6Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yang juga terkait dengan jenis penelitiannya yaitu kualitatif. Adapun pengertian penelitian kualitatif menurut Denzin Norman K dan Yvonna S Lincoln adalah penelitian yang disajikan dalam bentuk teks.37 Selain itu, menurut Patton Michael Quinn penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai penelitian yang menggunakan kata-kata sebagai penjabaran dari objek yang diteliti.38

36

Marijke Breuning. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction. Palgrave Macmillan. 2007. Hal 97

37

Denzin Norman K dan Yvonna S Lincoln. Handbook of Qualitative Research Second Edition. Sage Publications, Inc. Hal 769

38

(37)

20

Penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka sebagai data sekunder yang bersumber dari jurnal, buku, media nasional dan internasional serta website. Adapun perpustakaan yang dikunjungi untuk mendapatkan referensi terkait antara lain: Perpustakaan Ali Alatas di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FISIP Universitas Indonesia.

Selain itu, penelitian ini juga akan menggunakan sumber data primer yaitu melalui dokumen resmi pemerintah berupa hasil analisa respon Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) dan juga melalui wawancara atau in-depth interview. Adapun narasumber yang diwawancarai yaitu Reza Pahlevi Chairul selaku Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Adapun teknik analisa penelitian ini akan menggunakan deskriptif analitis yaitu menganalisa variabel-variabel yang ada. Teknik ini juga akan menghubungkan masalah dengan konsep-konsep yang digunakan.

(38)

21 1.7Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah: BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah 1.2 Pertanyaan Penelitian 1.3 Tinjauan Pustaka

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional 1.5.2 Rational Choice Theory

1.5.2.1 Motif Negara 1.5.2.2 Kalkulasi 1.6 Metode Penelitian 1.7 Sistematika Penulisan

BAB II KETERLIBATAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

(39)

22

2.2Peran Indonesia dalam AFTA ASEAN Free Trade Agreement

(AFTA), Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dan World Trade Organization (WTO)

2.3Pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)

2.4Pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) 2.4.1 Manfaat Trans Pacific Partnership (TPP)

2.4.2 Implikasi Trans Pacific Partnership (TPP) bagi negara-negara di Asia Tenggara

BAB III RESPON INDONESIA TERHADAP PEMBENTUKAN

REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP

(RCEP) TAHUN 2011 DAN PEMBENTUKAN

TRANS-PACIFIC PARTNERSHIP (TPP) TAHUN 2013

3.1 Mendukung RCEP

3.2 Mempertahankan ASEAN Centrality melalui ASEAN Economic Community 2015

(40)

23

BAB IV ALASAN INDONESIA MENDUKUNG RCEP DAN

MENOLAK PEMBENTUKAN TRANS PACIFIC

PARTNERSHIP (TPP)

4.1 Kalkulasi Ekonomi: Daya Saing Komoditas

4.2 Kalkulasi Politik: Bergabung ke dalam Kerjasama Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)

4.3 Perhitungan Kalkulatif Melalui Konsep Rational Actor Model (RAM)

(41)

24 BAB II

KETERLIBATAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Pada bab ini akan dibahas mengenai kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2013 yang meliputi aktivitas perdagangan domestik dan perdagangan internasional. Selain itu juga akan dibahas mengenai keterlibatan Indonesia di beberapa organisasi kerjasama internasional seperti WTO, APEC dan AFTA.

2.1 Perekonomian Indonesia Tahun 2013

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2013. Kondisi perekonomian domestik suatu negara merupakan hal penting yang digunakan sebagai indikator pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Pada tahun 2013, kondisi perekonomian Indonesia mengalami dinamika. Hal ini terjadi tentu tak bisa lepas dari pengaruh kondisi perekonomian global. Pengaruh kondisi perekonomian global yaitu ditandai dengan menurunnya permintaan global serta menurunnya harga komoditas sehingga berdampak pada menurunnya ekspor Indonesia.39

39

Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013. Dipetik dari

(42)

25

Selain itu, kondisi perekonomian domestik yang mendapatkan pengaruh akibat adanya dinamika perekonomian global. Pengaruh tersebut antara lain terjadi melalui jalur perdagangan (trade channel), tetapi juga melalui jalur pasar keuangan (financial market channel). Di samping pengaruh global, faktor domestik yang bersifat struktural juga menjadi salah satu akar permasalahan ekonomi. Permasalahan struktural tersebut terjadi akibat adanya keterbatasan kapasitas industri domestik dalam memenuhi permintaan konsumen serta semakin tingginya jumlah ekonomi kelas menengah yang dibarengi dengan kebutuhan yang semakin kompleks.40 Permasalahan struktural yang semakin mengemuka di tengah stabilitas yang terganggu, dibarengi dengan tantangan global, menekan kondisi perekonomian domestik.41

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 mengalami perlambatan yang tercatat 5,8% dari pertumbuhan tahun 2012 sebesar 6,2% yang tidak sesuai harapan dan topangan struktur ekonomi domestik yang tidak mendukung.42 Ekonomi global yang melambat dan dibarengi oleh harga komoditas global yang menurun menjadikan perbaikan kinerja ekspor riil Indomesia menjadi lemah. Ekspor yang semakin lemah ditandai dengan menurunnya angka kinerja ekspor menjadi 5,8% pada tahun 2013 menurun dari 6,2% dari tahun 201243 dan masih tingginya ketidakpastian

40

Ibid

41

Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013. Dipetik dari

http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporantahunan/perekonomian/Documents/LPI%202013%20ID%20-%20Bagian%20II%20Perekonomian%20Domestik.pdf. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015 Pukul 10.52 WIB. Hal 36

42

Ibid

43

(43)

26

bagi para investor yang ditunjukkan dengan adanya pelemahan nilai rupiah yang berdampak pada terjadinya inflasi sebesar 8,4% pada tahun 2013 dari sebelumnya yaitu 4,3% pada tahun 2012 berdampak pada menurunnya investasi.44

Grafik II.2.1.1 Ekspor Riil, iHEx dan Volume Perdagangan Dunia

Sumber: Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013.

Grafik di atas menjelaskan bahwa kinerja ekspor rill masih diperngaruhi oleh kondisi perekonomian global yang semakin melambat dan harga komoditas yang semakin menurun. Kedua faktor tersebut kemudian mempengaruhi volume perdagangan dunia yang berakibat pada pertumbuhan ekspor yang masih lemah

44

(44)

27

meskipun di saat yang bersamaan daya saing rupiah meningkat namun pelemahan rupiah juga terjadi.45

Selain itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78% dibandingkan dengan tahun 2012. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 10,19% dan terendah di Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,34%. Sementara PDB non migas tahun 2013 tumbuh 6,25%.46

Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78% dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan.47 Berdasarkan tabel, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 10,19 %, diikuti oleh Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 7,56 %, Sektor Konstruksi 6,57 persen, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,93 %, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5,58 %, Sektor Industri Pengolahan 5,56 %, Sektor Jasa-jasa 5,46 %, Sektor Pertanian 3,54 %, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,34 %.48 Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 6,25 % yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB.49 Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan

45

Ibid. Hal 41

46

Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Pertumbuhan PDB 2013 Mencapai 5,78%. Dikutip dari http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05feb14.pdf . Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 10.24 WIB. Hal 1

(45)

28

PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,42 %.50 Selanjutnya diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang memberikan sumber pertumbuhan masing-masing 1,07 % dan 1,03 %.51

Tabel II.2.1.1 PDB dan Laju Pertumbuhan

Sumber: Badan Pusat Statistik. Tahun 201352

50

Ibid

51

Ibid Hal. 2

52

(46)

29

Sementara itu, aktivitas perekonomian Indonesia dalam perdagangan internasional juga mengalami dinamika. Kinerja neraca perdagangan Indonesia mengalami pertumbuhan meskipun sedikit yaitu Januari 2013 dibandingkan dengan Desember 2012. Defisit neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2012 sebesar 0,17 milyar Dollar AS menurun dibandingkan pada defisit neraca perdagangan pada Desember 2012 yaitu 0,19 milyar Dollar AS.53 Penurunan defisit neraca perdagangan pada Januari 2013 ini disebabkan oleh penurunan nilai impor dari 15,58 milyar Dollar AS pada Desember 2012 menjadi 15,55 milyar Dollar AS pada Januari 2013.54

Jika dibandingkan dengan bulan Januari tahun 2012, maka kinerja neraca perdagangan Indonesia bulan Januari 2013 mengalami penurunan. Neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2012 surplus 1,02 milyar Dollar AS, menurun menjadi defisit 0,17 milyar Dollar AS pada Januari 2013.55 Defisit neraca perdagangan pada Januari 2013 disebabkan oleh nilai impor yang meningkat dari 14,55 milyar Dollar AS pada Januari 2012 menjadi 15,55 milyar Dollar AS pada Januari 2013, disamping kinerja ekspor pada Januari 2013 yang menurun sebesar 1,24% dibanding Januari 2012. Hal ini menunjukkan bahwa pelemahan perekonomian global masih berdampak negatif bagi ekspor Indonesia.56

Hal serupa juga terjadi dalam kurun Januari-April 2013 dimana kinerja ekspor migas maupun non-migas Indonesia semakin memburuk. Dibandingkan dengan

53

Perkembangan Internasional 2013: 1. Indonesian Economic Review and Outlook Macroeconomic Dashboard FEB UGM. Dikutip dari http://macroeconomicdashboard.com/index.php/internasional/106-perkembangan-internasional-2013-i Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 10.33 WIB

(47)

30

April 2012, neraca perdagangan Indonesia memburuk pada April 2013. Defisit neraca perdagangan meningkat dari 0,8 miliar Dollar AS menjadi 1,6 miliar Dollar AS.57 Memburuknya kinerja neraca perdagangan disebabkan oleh penurunan ekspor sebesar 9,1% yang ditopang oleh penurunan ekspor migas sebesar 32,9% dan ekspor non migas sebesar 2,4%.58

Secara keseluruhan kinerja neraca perdagangan pada periode Januari - April 2013 mengalami penurunan dibandingkan periode Januari - April 2012. Neraca perdagangan yang semula surplus 2 miliar Dollar AS pada Januari – April 2012 turun menjadi defisit 1,9 miliar Dollar AS pada Januari – April 2013.59 Penurunan neraca perdagangan masih disebabkan oleh menurunnya nilai ekspor dari 64,7 miliar Dollar AS pada Januari – April 2012 menjadi 60,1 miliar Dollar AS pada periode yang sama tahun 2013. Penurunan nilai ekspor ini menunjukkan bahwa rendahnya daya saing internasional dan pelemahan perekonomian global masih berpengaruh negatif terhadap ekspor Indonesia.60 Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

57

Ibid

58

Neraca Perdagangan Indonesia Kembali Defisit. Indonesian Economic Review and Outlook Macroeconomic Dashboard FEB UGM. Dikutip dari

http://macroeconomicdashboard.com/index.php/internasional/122-perkembangan-internasional-2013-ii. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 10.38 WIB

59

Ibid

60

(48)

31

Grafik II.2.1.2. Neraca Perdagangan Migas Indonesia, Januari 2008 – April 2013

Selain itu, defisit juga terjadi pada sektor perdagangan non-migas. Neraca perdagangan non migas tercatat defisit 0,41 miliar Dollar AS pada April 2013, memburuk setelah sebelumnya surplus 1,1 miliar Dollar AS pada Maret 2013.61 Penurunan neraca perdagangan non migas ini ditopang oleh meningkatnya impor non migas sebesar 15,8%, meskipun pada bulan yang sama ekspor non migas juga meningkat sebesar 1,7% .62

Jika dibandingkan dengan neraca perdagangan non migas pada April tahun sebelumnya, maka defisit neraca perdagangan non migas meningkat dari 0,2 miliar

61

Ibid

62

(49)

32

Dollar AS pada April 2012 menjadi 0,4 miliar Dollar AS pada April 2013.63 Memburuknya kinerja neraca perdagangan non migas tersebut disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor sebesar 2,4% dalam kurun waktu April 2012 hingga April 2013.64

Secara keseluruhan, kinerja neraca perdagangan non migas pada April 2013 mengalami penurunan dibandingkan kinerja neraca perdagangan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Januari-April 2013, neraca perdagangan non migas tercatat surplus 2,7 miliar Dollar AS, menurun dari neraca perdagangan non migas pada Januari-April 2012 yaitu surplus 3,1 miliar Dollar AS.65 Penurunan surplus tersebut didukung oleh penurunan ekspor non migas sebesar 3% dibandingkan nilai ekspor pada Januari-April 2012.66

Selama Januari – April 2013, ekspor dari 10 golongan barang yang terdiri dari bahan bakar minyak, lemak dan minyak nabati, mesin/peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin/ pesawat mekanik, bijih, kerak dan abu logam, kendaraan dan bagiannya, pakaian jadi bukan rajutan, alas kaki, dan kayu, barang dari kayu memberikan kontribusi sebesar 62,10% terhadap total ekspor non migas.67 Hal ini dapat diihat pada grafik di bawah ini:

Neraca Perdagangan Indonesia Kembali Defisit. Indonesian Economic Review and Outlook Macroeconomic Dashboard FEB UGM. Dikutip dari

http://macroeconomicdashboard.com/index.php/internasional/122-perkembangan-internasional-2013-ii. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 10.38 WIB

66

Ibid

67

(50)

33

Grafik II.2.1.3 Neraca Perdagangan Non-Migas Indonesia, Januari 2008 – April

(51)

34

2.2 Peran Indonesia dalam ASEAN Free Trade Agreement (AFTA), Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dan World Trade Organization (WTO)

Gambar II.2.2 Peta Asia Pasifik

(52)

35

Dengan menganut asas politik luar negeri Bebas Aktif, Indonesia telah melibatkan diri secara aktif dalam berbagai forum dan kerjasama internasional di berbagai bidang baik politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan serta sosial budaya. Dalam bidang ekonomi Indonesia telah bergabung dan berperan secara aktif di dalam kerjasama mulai dari skala sub regional seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), skala regional yaitu Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) hingga skala global yaitu World Trade Organization (WTO).

Indonesia telah aktif di dalam Association of Southeast Asia Nations

(ASEAN) karena Indonesia merupakan salah satu pendirinya. ASEAN didirikan pada 8 Agustus 1967 atas prakarsa lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand. Adapun salah satu tujuan didirikannya ASEAN adalah menciptakan kerja sama di bidang perdagangan, penanaman modal, ketenagakerjaan, pengentasan masyarakat dari kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan pembangunan di kawasan.68

Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara-negara anggota telah menjadikan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi difokuskan pada program-program pemberian preferensi perdagangan (preferential trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling melengkapi

68

Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Ayo Kita Kenali ASEAN. Dikutip dari

(53)

36

(complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan (1976),

Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial Complementation scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme (1983), dan Enhanced Preferential Trading arrangement (1987).69

Berkaitan dengan AFTA, pada pertemuan ke-21 AFTA Council tanggal 23 Agustus 2007, kemajuan yang cukup signifikan telah dicapai mengenai implementasi Work Programme on Elimination of Non-Tariff Barries (NTBs) serta dalam melakukan revisi mengenai Common Effective Preferential Tarrif (CEPT) AFTA Rules of Origin, yang diharapkan akan mengurangi biaya transaksi perdagangan serta memfasilitasi perdagangan di kawasan.70

Terkait dengan liberalisasi perdagangan ini, ASEAN juga berhasil menyelesaikan pembahasan substantif mengenai ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA), yang diharapkan akan ditandatangani pada bulan Desember 2008. ATIGA mengintegrasikan semua inisiatif ASEAN yang berkaitan dengan perdagangan barang ke dalam suatu comprehensive framework, menjamin sinergi dan konsistensi di antara berbagai inisiatif. ATIGA akan meningkatkan transparansi, kepastian dan

69

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Ekonomi ASEAN. Dikutip dari

http://www.kemlu.go.id/Lists/ASEAN/DispForm.aspx?ID=6. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 12.07 WIB

70

(54)

37

meningkatkan AFTA-rules-based system yang merupakan hal yang sangat penting bagi komunitas bisnis ASEAN.71

ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) merupakan capaian penting yang mengkodifikasi dan menyempurnakan kesepakatan ASEAN di bidang perdagangan barang, yakni Agreement on Common Effective Preferential Tariff Scheme for the ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA,1992), Mutual Recognition Arrangement

(MRA, 1998), e-ASEAN (2000), Sektor Prioritas Integrasi (2004), dan perjanjian

ASEAN Single Window (ASW, 2005). Khusus untuk pengurangan / penghapusan tarif dan hambatan non-tarif internal ASEAN, ATIGA menegaskan kembali kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya, yakni penghapusan seluruh tarif atas produk dalam kategori Inclusion List (IL) pada 1 Januari 2010 bagi ASEAN-6, dan 2015-2018 bagi ASEAN-4 (Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam – CLMV), serta penghapusan hambatan non tarif pada 1 Januari 2010 bagi ASEAN-5, 1 Januari 2012 bagi Philippines, dan 2015 bagi CLMV (Cambodia-Laos-Myanmar-Vietnam).72 Adapun ASEAN memberikan pembedaan perlakuan atau treatment bagi negara-negara yang tergabung dalam CLMV.73 Pembedaan tersebut didasarkan pada perbedaan kemampuan negara-negara CLMV dalam meliberalisasi produk-produknya yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lainnya di ASEAN.74 Sebagai

71

Ibid

72

Ibid

73

Wawancara dengan Jedut S Sutoyo. Kepala Seksi Perdagangan Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Senin, 22 Juni 2015.

74

(55)

38

contoh yaitu pembedaan jadwal penuruan tarif bagi negara-negara CLMV yang diperpanjang oleh ASEAN.75

Pemberlakuan pembedaan jadwal penuruan tarif oleh ASEAN disebut Common Effective Preferrential Tariff (CEPT).76 Adapun beberapa perubahan terjadi di negara- negara CLMV, antara lain: Bagi Kamboja, pemberlakukan CEPT turut meningkatkan pendapatannya sebesar 470 juta Dollar AS. Laos mengalami peningkatan pendapatan dari CEPT sebesar 30-70 juta Dollar AS atau meyumbang sebesar 12,9% dari total pendapatannya. Sedangkan Myanmar mendapatkan keuntungan sebesar 67 juta Dollar AS dari pemberlakukan CEPT meski hanya menyumbang sekitar 0,4 % - 0,5% dari total pendapatan pemerintah Myanmar. Adapun bagi Vietnam, pemberlakuan CEPT meningkatkan pendapatan sebesar 320 juta Dollar AS atau sekitar 75% dari pendapatannya di ASEAN.

Sedangkan dalam bidang liberalisasi jasa, sektor Jasa memegang peranan penting di ASEAN dengan rata-rata 40-50% GDP negara ASEAN berasal dari sektor jasa.77 Jasa juga berperan penting dalam perekonomian Indonesia dengan porsi 46% total GDP pada tahun 2007.78 Dalam upaya meningkatkan kerjasama ekonomi melalui liberalisasi perdagangan di bidang jasa, negara-negara ASEAN telah menyepakati dan mengesahkan ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) pada tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok, Thailand. Selanjutnya untuk menindaklanjuti

75

Ibid

76

CLMV Countries Under AFTA: Coping With Revenue Losses. ASEAN One. April. 2005

77

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Ekonomi ASEAN. Dikutip dari

http://www.kemlu.go.id/Lists/ASEAN/DispForm.aspx?ID=6. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 12.07 WIB

78

(56)

39

kesepakatan tersebut, telah dibentuk Coordinating Committee on Services (CCS) yang bertugas menyusun modalitas untuk mengelola negosiasi liberalisasi jasa dalam kerangka AFAS yang mencakup 8 (delapan) sektor, yaitu: Jasa Angkutan Udara dan Laut, Jasa Bisnis, Jasa Konstruksi, Jasa Telekomunikasi, Jasa Pariwisata, Jasa Keuangan, Jasa Kesehatan dan Jasa Logistik.79 Indonesia mendorong liberalisasi sektor jasa melalui Badan Kebijakan Fiskal, Departemen Keuangan sebagai koordinator (Tim Koordinator Bidang Jasa) di semua forum dan sektor, termasuk sebagai pengelola sektor jasa keuangan non-bank dan jasa profesi (akuntan dan penilai).80

Sejak penandatangan AFAS hingga saat ini, negara-negara anggota ASEAN telah menyepakati enam paket komitmen liberalisasi jasa. KTT ASEAN ke-13 di Singapura pada November 2007 telah menyepakati pengesahan paket keenam tersebut sebagai kelanjutan liberalisasi jasa di bawah AFAS. Prinsip, strategi dan modalitas untuk liberalisasi jasa tersebut ditujukan guna mewujudkan realisasi bebasnya arus perdagangan jasa ASEAN dalam rangka pembentukan kawasan ekonomi terintegrasi “Komunitas Ekonomi ASEAN” tahun 2015. Integrasi perdagangan jasa ASEAN akan

dilaksanakan dengan mengacu pada Cetak Biru Pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN yang juga telah disepakati pimpinan ASEAN pada kesempatan KTT ASEAN tersebut.81

79

Ibid

80

Ibid

81

(57)

40

Dalam bidang investasi, ASEAN Comprehensive Investment Agreement

(ACIA) ditandatangani oleh menteri-menteri ASEAN pada tanggal 26 Februari 2009. ACIA merupakan hasil konsolidasi dan revisi dari dua Perjanjian Investasi ASEAN: the 1987 ASEAN Agreement for the Promotion and Protection of Investments (juga dikenal sebagai ASEAN Investment Guarantee Agreement atau ASEAN IGA) dan

the 1998 Framework Agreement on the ASEAN Investment Area (dikenal sebagai “AIA Agreement”), serta protokol-protokol yang terkait. Tujuan penggabungan kedua perjanjian tersebut adalah untuk menghadapi situasi global yang lebih kompetitif dan dengan pandangan menuju peningkatan daya tarik ASEAN sebagai tujuan investasi, menciptakan rejim investasi yang bebas dan terbuka, serta mewujudkan tujuan- tujuan integrasi ekonomi. ACIA merupakan perjanjian investasi yang komprehensif yang mencakup bidang manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan dan penggalian, dan jasa-jasa yang terkait dengan lima sektor tersebut.82

Di bawah ACIA, liberalisasi investasi akan bersifat progresif dengan tujuan untuk mewujudkan lingkungan investasi yang bebas dan terbuka di kawasan ASEAN sesuai dengan tujuan ASEAN Economic Community. Hal ini juga membuka kesempatan untuk liberalisasi sektor lain di masa yang akan datang. Oleh karena itu

82

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Informasi Umum: Masyarakat Ekonomi ASEAN. 2011. Hal 35. Dikutip dari:

(58)

41

ACIA mencakup: 83 Pertama, ketentuan investasi yang komprehensif pada empat pilar utama yaitu: liberalisasi, perlindungan, fasilitasi dan promosi. Kedua, batas waktu yang jelas untuk liberalisasi investasi. Ketiga, manfaat bagi investor kepemilikan asing yang berbasis di ASEAN. Keempat, mempertahankan perlakuan preferensi AIA. Kelima, penegasan kembali ketentuan yang relevan dari AIA dan ASEAN IGA, seperti national treatment dan most favoured-nation treatment.

Dari penjelasan di atas, posisi Indonesia dalam AFTA serta aktivitas perdagangannya dengan negara lain antara lain:

Tabel II.2.2.1 Produk Unggulan Ekspor Indonesia ke ASEAN

No. Jenis Produk Negara Tujuan

1 Tekstil dan produk tekstil Malaysia, Thailand, dan Vietnam

2 Elektronik Singapura, Malaysia, Thailand, dan

Vietnam.

3 Karet Singapura

4 Produk hutan Malaysia, Vietnam, Singapura, Thailand.

5 Alas Kaki Singapura

6 Otomotif Thailand, Filiipina, Malaysia, Singapura, dan Myanmar

7 Udang Vietnam, Singapura, dan Malaysia

83

(59)

42

8 Coklat Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand

9 Kopi Malaysia dan Singapura

10 Kulit dan produk kulit Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina. 11 Peralatan dan instrumen

medis

Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

12 Rempah-rempah untuk obat Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand.

13 Makanan olahan Malaysia, Filipina, Singapura, Kamboja, Thailand, Vietnam.

14 Essential oil Singapura

15 Ikan dan produk ikan Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia.

16 Produk Kerajinan Singapura dan Malaysia

17 Perhiasan Singapura, Thailand, dan Malaysia.

18 Bumbu Vietnam, Singapura, Malaysia, dan

Thailand.

19 Peralatan tulis selain kertas Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura. Sumber: Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Tahun 201384

84

(60)

43

Tabel di atas menjelaskan mengenai produk-produk unggulan Indonesia yang menjadi komoditas utama. Komoditas-komoditas tersebut dieskpor ke seluruh negara-negara di ASEAN sehingga perdagangan Indonesia dengan negara-negara di ASEAN terfokus kepada daftar komoditas di atas.

Dengan diberlakukannya AFTA, beberapa perubahan terjadi dalam perekonomian Indonesia, seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel II.2.2.2 Pengaruh AFTA terhadap Perekonomian Indonesia

No. Keterangan

Sebelum AFTA

(2001-2003)

Setelah AFTA

(2004-2012)

1. Pertumbuhan ekonomi 1,1% 6,2%

2. Ekspor (Rp. Milyar)

Impor (Rp. Milyar):

Barang Akhir

Barang Antara

95,672

4,721

58,262

245,730

20,028

272,221

3. Ouput (Milyar) 300,392 1,023,951

4. PDB atau NTB (Milyar) 160,201 575,415

(61)

44

6 Penyerapan Tenaga Kerja (Ribu Orang) 1,347 5,409

Sumber: Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Tahun 201385

Tabel di atas merupakan tabel perbandingan terhadap perekonomian Indonesia sebelum dan sesudah diberlakukannya AFTA. Dari perbandingan tersebut dapat dilihat bahwa keseluruhan aspek dari perekomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Hal tersebut berarti AFTA memberikan dampak positif bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Adapun sektor lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ASEAN yaitu sektor jasa yang memberikan kontribusi sekitar 47% terhadap GDP ASEAN dan 47,2% terhadap GDP Indonesia tahun 2012.86 Dengan semakin terbukanya kesepakatan di sektor jasa, ditargetkan peningkatan kontribusi sebesar 70% pada tahun 2025.87

Selain itu, total ekspor jasa ASEAN sebesar 319,7 Milyar Dollar AS dan total impor jasa ASEAN sebesar 306,5 Milyar Dollar AS tahun 2012. Dalam bidang investasi, total investasi Jasa ASEAN sebesar 108, 21 Milyar Dollar AS (2012).88 Sedangkan aliran investasi intra ASEAN mencapai 26.27 milyar Dollar

85

Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2013

86

Ibid

87

Ibid

88

(62)

45

AS pada tahun 2011 dan sebesar US$ 5.8 milyar atau 22,23% masuk ke Indonesia.89

Adapun perkembangan aktivitas perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN yaitu ekspor Indonesia ke ASEAN pada bulan Februari 2013 menurun sebesar -2,7% dibandingkan Januari 2013.90 Namun secara kumulatif selama periode Januari-Februari 2013, ekspor Indonesia mengalami peningkatan sebesar 9,7% ke ASEAN dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012.91 Negara tujuan dengan pangsa ekspor terbesar Indonesia di ASEAN selama periode ini adalah Singapura, Malaysia dan Thailand, dengan pangsa ekspor masing-masing sebesar 43,3%, 25,5 persen dan 14,6 persen.92

Jika dilihat dari neraca perdagangan total, Indonesia defisit sebesar -2.075,4 juta Dollar AS selama Januari-Februari 2013 dan -1.114,7 juta Dollar AS pada Februari 2013.93 Selama Januari-Februari 2013, defisit perdagangan terbesar terjadi antara Indonesia dengan Singapura dan Thailand, yaitu sebesar -1.652,3 juta Dollar AS dan -773,4 juta Dollar AS.94 Sementara pada Februari 2013, defisit

89

Ibid

90

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Perkembangan Ekspor Impor dalam Kerangka ASEAN FTA. Hal 66. Dikutip dari

http://www.bappenas.go.id/files/5313/8078/7636/Laporan_Triwulan_I_Tahun_2013_Deputi_Ekonomi _Bappenas.pdf. Diakses pada Seninm 26 Januari 2015. Pukul 11.38 WIB

91

Ibid

92

Ibid

93

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Perkemangan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2013: Perkembangan Ekspor Impor dalam Kerangka ASEAN FTA. Hal 66. Dikutip dari

http://www.bappenas.go.id/files/5313/8078/7636/Laporan_Triwulan_I_Tahun_2013_Deputi_Ekonomi _Bappenas.pdf. Diakses pada Senin 26 Januari 2015. Pukul 11.38 WIB

94

Gambar

Gambar II.2.2  Peta Asia Pasifik ................................................................
Grafik II.2.1.1 Ekspor Riil, iHEx dan Volume Perdagangan Dunia ................  26
Grafik II.2.1.1 Ekspor Riil, iHEx dan Volume Perdagangan Dunia
Tabel II.2.1.1 PDB dan Laju Pertumbuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain: (1) Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di Dunia, (2)

Dari hasil uji Chi-Square pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut ISPA pada

Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa memahami prinsip-prinsip perencanaan bangunan pengatur muka air di saluran irigasi (Kompetensi). Jumlah Pertemuan : kali

Contohnya biaya memasang seubuah iklan di koran untuk sebuah ritel dengan 20 toko dalam suatu area akan sama besarnya dengan biaya iklan yang di keluarkan untuk ritel yang

Sedangkan untuk pemeriksaan katup pengarah dari rangkaian tadi kran penutup diganti dengan katup pengarah, kemudian kita tes arah aliran cairan hidrolik yang keluar

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas maka ada 3 tujuan utama dalam penelitian ini, yaitu: Untuk mengetahui apakah penerapan metode diskusi buzz group

Tindakan pengendalian yang mungkin dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan cemaran mikroba ini pada bahan kemasan selama proses sterilisasi kimia adalah dengan

Program deteksi interaksi obat dengan menggunakan algoritma C4.5 dapat dilakukan untuk 300 data obat dengan akurasi diatas 97% dan dengan kecepatan pembentukan rule