• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis tingkat kesadaran masyarakat terhadap konservasi dan rehabilitasi burung: studi kasus pada pedagang burung di Pasar Pasundan, Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis tingkat kesadaran masyarakat terhadap konservasi dan rehabilitasi burung: studi kasus pada pedagang burung di Pasar Pasundan, Sukabumi"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PASUNDAN, SUKABUMI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Ardi Muhamad Arsyad

NIM. 1110015000064

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

ABSTRAK

ARDI MUHAMAD ARSYAD. Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Konservasi dan Rehabilitasi Burung (Studi Kasus Pada Pedagang Burung di Pasar Pasundan, Sukabumi). Skripsi. Jakarta: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat terhadap konservasi dan rehabilitasi burung pada pedagang burung di Pasar Pasundan, Sukabumi.

Populasi penelitian ini adalah pedagang burung di Pasar Pasundan sejumlah 16 pedagang burung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara dan diperkuat oleh angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi (pengamatan), wawancara, angket atau kuisioner, dokumentasi dan catatan lapangan. Pemeriksaan dan pengecekan data dalam menguji credibility dan

transferability. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi metode, dengan menyesuaikan studipendalaman observasi, teknik wawancara dan dokumentasi. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tingkat kesadaran masyarakat terhadap konservasi dan rehabilitasi burung pada para pedagang burung sangat penting sekali guna menjaga kelestarian burung yang ada di habitat aslinya namun pada kenyataannya masih banyak pedagang burung yang menjual burung yang dilindungi yang didapatkan dari para konsumen yang menitipkan langsung kepada para pedagang untuk dijual kembali, terjadinya fenomena tersebut diakibatkan dari pengawasan yang kurang oleh pemerintah dan harus lebih ditingkatkan sebagai upaya pencegahan serta memberikan pemahaman langsung kepada para pedagang.

Berdasarkan penelitian, yang membuat tingkat kesadaran masyarakat terhadap konservasi dan rehabilitasi burung sangat kurang dalam pelaksanaanya terjadi karena kurangnya kesadaran para pedagang terhadap pemahaman peraturan konservasi dan rehabilitasi serta pengaplikasiannya dan kurangnya pengawasan kepada para pedagang yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu peran masyarakat umum untuk membantu pengawasan juga perlu ditingkatkan untuk membantu pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah. Maka dapat disimpulkan bahwa para pedagang burung di Pasar Pasundan, Sukabumi tingkat kesadaran terhadap konservasi dan rehabilitasi burung masih sangat kurang dalam penerapan dilapangan.

(6)

v ABSTRACT

ARDI MUHAMAD ARSYAD. Analysis of Public Awareness Against Avian Conservation and Rehabilitation (Case Study On The Market Traders Pasundan Bird, Sukabumi). Minithesis. Jakarta: Department of Education Social Sciences Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah. 2014.

This research aims to determine the level of public awareness on the conservation and rehabilitation of birds on bird trader in Pasundan Market, Sukabumi.

The research population was a bird trader in the market Pasundan there are16 bird traders. The sampling technique which used was a saturated sample. The research instrument which used was reinforced by interviews and questionnaires. The method which used is descriptive method with qualitative approach. Data collection techniques is using observation (observation), interviews, questionnaires or questionnaire, documentation and field notes. Examination and checking of the data for testing the credibility and transferability. This research uses the technique of triangulation method, by adjusting the depth of study observation, interview and documentation.

The results of this research is the level of public awareness on the conservation and rehabilitation of birds at the bird trader is very important in order to preserve the bird in its natural habitat but in reality there are many vendors selling birds protected birds were obtained from consumers who entrust directly to the traders for resale, the occurrence of these phenomena was from the lack of oversight by the government and should be improved as well as provide an understanding of prevention efforts directly to the merchant.

Based on the research, which makes the level of public awareness on the conservation and rehabilitation of birds are very less in practice due to a lack of awareness of the vendors toward understanding the conservation and rehabilitation legislation and a lack of supervision and its application to the traders by the government. In addition, the role of the general public to help control also needs to be improved to facilitate the monitoring carried out by the government. It can be concluded that the level of awareness on the conservation and rehabilitation’s of birds in the bird trander in te Pasundan market is still lack of application in the field.

(7)

vi

SAW beserta keluarganya. Saya sebagai penulis berucap syukur telah diberi nikmat iman, islam dan kesehatan dalam menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan pada semester akhir. Dalam hal ini penulis telah secara maksimal mencurahkan segala pikiran dan daya upaya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis telah melakukan penelitian terkait Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Konservasi dan Rehabilitasi Burung (Studi Kasus Pada Pedagang Burung Pasar Pasundan Sukabumi).

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. M. Noviadi Nugroho, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam pembuatan skripsi ini. 5. Sodikin, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, dan saran dalam pembuatan skripsi ini.

(8)

vii

kepada ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan doa dengan segala pengorbanannya yang telah diberikan untuk ananda. Semua merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis sampai saat ini.

9. Ungkapan terimakasih penulis haturkan dengan rasa bangga karena telah memiliki saudara/saudari kandung Rizky Muhamad Asy’ad, Nadiar Zahratul Zulfa, dan Nadila Khairunisa yang telah mewarnai hidup penulis,

memberikan semangat, senantiasa memanjatkan do’a untuk keseksesan

penulis.Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

10.Deli Wani Utami yang selalu mewujudkan kesukseskan penulis, senantiasa

memanjatkan do’a untuk kesuksesan penulis, memberikan semangat dan

motivasi, serta senantiasa menemani penulis dalam setiap kondisi baik suka maupun duka.

11.Kakak-kakak dan teman tercinta Arif Rahman Hakim, Ahmad Nashrullah, Siti Nur Ngaisah, Neneng Suwartini, Destia Loveacna, Dara Rahmita Dewi dan M. Faishal Ramdhan yang telah meluangkan waktu untuk berbagi ilmu kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Sahabat-sahabat terbaik Team BOOM (Igma, Randra, Ridwan, Reikal) yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan menghibur penulis ketika merasa tidak mampu dalam menyelesaikan berbagai tugas dan semoga persahabatan dan persaudaraan kita tak lekang oleh waktu.

(9)

viii

selama ini dan banyak memberikan inspirasi dalam kehidupan penulis.

16.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun semua yang kalian berikan sangat berarti bagi penulis.

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan kepada-Nya, Amin.

Harapan penulis, semoga penyusunan Skripsi ini akan dapat membantu mahasiswa dalam penyusunan skripsi di semester akhir dan menjadi acuan pula bagi adik – adik kelas yang hendak pula akan mengerjakan skripsi.

Wassalmualaikum wr. Wb

Jakarta, 24 November 2014 Penulis

(10)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR ISTILAH ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Pembatasan Masalah ... 4

D.Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II DISKRIPSI TEORITIK DAN KERANGKA BERPIKIR A.Pengertian Kesadaran... 7

B.Kegiatan Perdagangan Burung ... 13

C.Konservasi dan Rehabilitasi ... 18

1. Pengertian Konservasi ... 18

(11)

x

A. Lokasi danWaktu Penelitian ... 29

1. Lokasi Penelitian ... 29

2. Waktu Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Metode Penelitian... 31

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 32

E. Definisi Konseptual dan Operasional... 33

1. Definisi Konseptual ... 33

2. Definisi Operasional... 33

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

G. Teknik Pengumpulan Data ... 36

1. Observasi ... 36

2. Wawancara ... 37

3. Angket ... 38

4. Dokumentasi ... 38

5. Catatan Lapangan ... 39

H. Teknik Pengolahan danAnalisis Data ... 39

1. Data Reduction ... 40

2. Data Display ... 40

3. Conclusion Drawing atau Verivication ... 40

(12)

xi

2. Kondisi Geografis Wilayah Pasar Burung Pasundan ... 52 B. Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap konservasi dan

Rehabilitasi Burung ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 61 B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Jenis-Jenis Burung Yang Dilindungi Oleh Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 ... 14

Tabel 3.1 Pedoman wawancara ... 34

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian... 35

(14)

xiii

Gambar 2.3 Bagan cakupan kawasan konservasi ... 21

Gambar 2.4 Alur penelitian ... 28

Gambar 3.1 Lokasi penelitian ... 29

Gambar 3.2 Skema metode triangulasi... 43

Gambar 3.3 Skema sumber triangulasi... 43

Gambar 4.1 Jalan pasundan ... 47

Gambar 4.2 Kawasan pasar sebelum diperluas ... 49

Gambar 4.3 Kawasan pasar sesudah diperluas ... 50

Gambar 4.4 Lokasi kecamatan warudoyong ... 52

Gambar 4.5 Letak pasar pasundan ... 53

Gambar 4.6 Anakan burung ciplek... 55

Gambar 4.7 Burung nuri (titipan konsumen) ... 58

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 68

Lampiran 2 Instrumen Wawancara ... 70

Lampiran 3 Pedoman Observasi ... 73

Lampiran 4 Hasil Wawancara ... 74

Lampiran 5 Hasil Observasi ... 96

Lampiran 6 Dokumentasi ... 95

Lampiran 7 Data Responden ... 103

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian

Lampiran 9 Lembar Uji Referensi

(16)

xv

DAFTAR ISTILAH

Illegal logging Penebangan liar

Komersial Berhubungan dengan niaga atau perdagangan

Komunitas Kelompok organisme

Konservasi Perlindungan secara teratur untuk mencegah kepunahan

Animal welfare Kesejahteraan hewan

Batin Perasaan hati

Determinasi Hal menentukan ketetapan

Distorsi Pemutarbalikan suatu fakta

Distribusi Penyaluran kepada beberapa orang atau beberapa tempat

Distributor Orang atau badan yang mendistribusikan barang

Ekosistem Keanekaragaman suatu komunitas dan lingkungannya

Eksploitasi Pemanfaatan untuk keuntungan sendiri

Enterprising Usaha

Freedom Kebebasan

Identifikasi Tanda kenal diri atau bukti diri

Ilegal Tidak menurut hukum

Impor Pemasukan barang dari luar negeri

Internasional Menyangkut bangsa atau negeri seluruh dunia

Konsumen Pemakai barang hasil produksi

(17)

xvi

Pelopor Perintis jalan atau pembuka jalan

Populasi Seluruh jumlah orang dalam sebuah daerah

Primitif Keadaan yang sangat sederhana atau belum maju

Rehabilitasi Pemulihan kepada keadaan yang semula

(18)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

BKSDA Badan Konservasi Sumber Daya Alam

BTN Balai Taman Nasional

CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora

Ha Hektar are

KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia

Mm Milimeter

MENHUT Menteri Kehutanan

PP Peraturan Pemerintah

PPS Pusat Penyelamatan Satwa

SIG Sistem Informasi Geografi

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keanekaragaman hayati Indonesia sangatlah banyak dan begitu beragam, hal ini dikarenakan Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan memiliki keunikan di setiap daerahnya serta berbeda keadaan lingkungannya satu sama lain. Memiliki hutan yang sangat luas bahkan menyebabkan Indonesia disebut sebagai paru-parunya dunia dan menjadikan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat beragam serta merupakan salah satu faktor banyaknya hewan maupun tumbuhan yang hidup di Indonesia.

Namun keanekaragaman hayati tersebut terancam dengan rusaknya lingkungan alam yang disebabkan karena banyaknya penebangan liar (illegal loging) oleh masyarakat dan sektor swasta lainnya sehingga menyebabkan habitat asli hewan tersebut menjadi rusak dan terganggu kelangsungan hidupnya, bahkan hewan pun diburu oleh masyarakat untuk dimakan, dijual, maupun sebagai tambahan koleksi hewan langka.

Maraknya perdagangan ilegal yang memperjualkan hewan langka menjadi faktor yang berkembang dalam pemikiran masyarakat terutama karena nilai jual hewan langka tersebut sangat tinggi dipasaran. Hal ini diperkuat dengan pendapat dari Elizabeth L. Bennet dan Sharon Guynup :

We’ve devoted one-third of this volume to hunting and the wildlife trade, a conservation threat that ecompasses a complex range of issues and continues to grow in tandem with burgeoning human population and growing international markets. Throughout our history, humans have haunted, collected, and fished wild species for food, clothing, decoration, and medicines. But the scale on which we do so has escalated so rapidly in recent years that human exploitation is arguably the greatest threat to wildlife worldwide. Round the globe, wild animals are being threatened by voracious and unsustainable harvesting.1

1

(20)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang menyebabkan hewan langka adalah manusia yang memburu hewan dan digunakan sebagai bahan makanan, dekorasi bahkan obat. Ditambah lagi penyebab utama kelangkaan hewan adalah berkurangnya habitat dan perdagangan hewan dengan tujuan komersial. Dengan banyaknya ancaman terhadap kelangsungan hewan tersebut, maka sangatlah penting untuk menjaga kelestarian hewan dan sebuah konservasi yang menjadi jawabannya. Menurut William M. Rombang dan Rudyanto “bahwa dalam bahasa resmi di Indonesia ada dua kata untuk menerangkan kegiatan yang berhubungan dengan konservasi, yaitu pelestarian dan perlindungan. Dengan pertimbangan alasan praktis, kata konservasi digunakan untuk mengganti kedua kata tersebut”.2 Dalam konservasi tersendiri kegiatan pelestarian dan perlindungan sudah termasuk tujuan konservasi, menurut Mochamad Indrawan, Richard B.

Primack, Jatna Supriatna “tujuan konservasi mengembangkan pendekatan

praktis untuk mencegah kepunahan spesies, menjaga variasi genetik dalam spesies, serta melindungi dan memperbaiki komunitas biologi dan fungsi

ekosistem terkait”.3

Seluruh kawasan koservasi di Indonesia berada di bawah pengelolaan Departemen Kehutanan. Kawasan konservasi yang dimaksud adalah kawasan suaka alam (yang terdiri dari cagar alam dan suaka marga satwa), taman buru dan hutan lindung.4 Dengan disebarnya lokasi konservasi dapat mempermudah dalam pengelolaan dan kontrol terhadap hewan yang langka. Lalu dengan berbagai macam jenis kawasan konservasi yaitu bertujuan untuk pemanfaatan kawasan konservasi secara berkelanjutan yang digunakan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

2

William M. Rombang & Rudyanto, Daerah Penting Bagi Burung Jawa & Bali, (Jakarta, Bogor : Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Birdlife International Indonesia Programme, 1999), h. 7.

3

Mochamad Indrawan, Richard B. Primack, Jatna Supriatna, “Biologi Konservasi",

dalam Wilson (ed), Biologi Konservasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2007), h. 3.

4

(21)

Dengan adanya kawasan konservasi ini dapat melindungi hewan yang benar-benar akan punah dari kegiatan ilegal yang menyalah gunakan hewan untuk komersil semata, hal ini pun didukung dengan arti dasar sebuah konservasi. Menurut Mochamad Indrawan, Richard B. Primack, Jatna Supriatna bahwa Biologi konservasi adalah sebagai berikut :

Ilmu lintas-disiplin (terpadu) yang dikembangkan untuk menghadapi berbagai tantangan demi melindungi spesies dan ekosistem. Terdapat tiga tujuan : pertama, menyelidiki dampak manusia terhadap keberadaan dan kelangsungan hidup spesies, komunitas, dan ekosistem; kedua, mengembangkan pendekatan praktis untuk mencegah kepunahan spesies, menjaga variasi genetik dalam spesies, serta melindungi dan memperbaiki komunitas biologi dan fungsi ekosistem terkait; ketiga, mempelajari serta mendokumentasi seluruh aspek keanekaragaman hayati di bumi.5

Untuk melestarikan hewan dari kepunahan perlu sekali kerjasama antara lembaga yang berkaitan dengan masyarakat itu sendiri yaitu dengan cara saling adanya komunikasi antara masyarakat untuk dapat melapor kepada pihak yang terkait jika menemukan hewan langka di sekitar lingkungan masyarakat atau lingkungan yang bukan pada semestinya hewan tersebut berada.

Salah satu hewan yang perlu dilindungi adalah berbagai macam jenis burung langka dan hal ini tidak begitu berjalan ketika di lapangan terutama di Pasar Burung Pasundan, Sukabumi yang masih belum memiliki akan kesadaran untuk bisa bersinergi kepada pihak terkait karena masih adanya pedagang burung yang memperjualkan hewan langka untuk tujuan komersil serta untuk kepuasan konsumen yang memang sangat tertarik dengan hal tersebut.

Letak Pasar Burung Pasundan yang sangat strategis untuk dijadikan sebagai pusat perdagangan burung karena terletak di pusat Kota Sukabumi, yang berdekatan dengan pasar tradisional yang biasa menjadi tujuan utama masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti berbelanja dan menjadikan akses yang mudah bagi para distributor/ pemburu hewan untuk menjual hasil tangkapan mereka, hal ini diperkuat oleh pendapat pakar

5

(22)

Elizabeth L. Bennet dan Sharon Guynup,”in addition to hunting and fishing for our own survival, trade in wild species in now an enormous global

comercial enterprise”.6 Oleh karena itu peneliti untuk memperdalam pengetahuan dalam perdagangan hewan yang berlangsung di Pasar Burung Pasundan, Sukabumi sementara pemerintah tengah gencar dan cukup serius untuk melakukan konservasi, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam sebuah karya ilmiah dengan bentuk sebuah skripsi yang berjudul,”Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Konservasi dan Rehabilitasi Burung (Studi Kasus Pada Pedagang Burung di Pasar Pasundan, Sukabumi)” .

B. Identifikasi Masalah

Dalam latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Penerapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati serta PP No.7 Tahun 1999 di Pasar Burung Pasundan, Sukabumi belum dapat dimaksimalkan karena disebabkan oleh beberapa faktor yang sangat kompleks.

2. Belum banyaknya publikasi daftar hewan langka kepada para pedagang sehingga kurangnya perhatian dari pedangan tersendiri.

3. Tidak adanya tindakan tegas dari Kementerian Kehutanan selaku pihak yang bersangkutan untuk menyita hewan langka, sehingga banyak pedagang-pedagang yang memperdagangkan hewan langka dalam hal ini adalah burung.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas dan untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini serta untuk menjaga agar penelitian lebih fokus dan terarah, maka masalah yang diteliti dibatasi pada

”Analisis Tentang Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Konservasi dan

6

(23)

Rehabilitasi Burung ( Studi Kasus Pada Pedagang Burung di Pasar Pasundan, Sukabumi)”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah serta pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

Bagaimana Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Konservasi dan Rehabilitasi Burung ( Studi Kasus Pada Pedagang Burung di Pasar Pasundan, Sukabumi) ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini mempunyai tujuan antara lain: Untuk mengetahui, ”Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Konservasi dan Rehabilitasi Burung ( Studi Kasus Pada Pedagang Burung di Pasar Pasundan, Sukabumi)”.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu : 1. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat umum yang memang hobi terhadap hewan/burung langka dapat menggugah kesadarannya tentang hewan/ burung yang di lindungi.

b. Bagi pedagang, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dalam kesadaran akan menjaga kelestarian hewan serta sadar akan undang-undang.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis adalah menambah pengalaman yang menantang dan bisa bermanfaat bagi pengembangan pendidikan khususnya di bidang geografi.

(24)

c. Bagi keilmuan adalah sebagai penerapan dari mata kuliah biogeografi. d. Bagi pengajaran adalah sebagai penerapan langsung dari mata kuliah

(25)

7

Manusia akan sadar terhadap apa yang dilakukan dan akan mengingat apa yang sudah dikerjakan sebelumnya.Secara bahasa kata “kesadaran”

mempunyai kata dasar “sadar”, yang berawalan ke-an. Sadar berarti insyaf, paham, mengerti kesadaran berarti mengetahui serta memahami sesuatu hal yang baik secara konkrit maupun abstrak.1Untuk memperkuat definisi tentang kesadaran maka perlu dilihat tentang definisi secara keseluruhan, adapun kesadaran dalam bentuk lain adalah pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas.2

Dengan kata lain kesadaran bisa dirasakan oleh manusia dalam segala kegiatan yang dilakukannya dan sadar dengan apa yang sedang manusia lakukan dalam kegiatannya. Kesadaran dapat juga diartikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat, dan lain sebagainya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Adapun menurut O.P. Simorangkir kesadaran adalah sebagai berikut :

Menyadari kemungkinan-kemungkinan untuk mengembangkan kebebasan batin, maka kita dapat membuka diri untuk kebahagiaan, kesehatan dan kepuasan yang senantiasa mengelilinginya. Bila mengenal diri secara lebih mendalam, maka kita akan memperoleh pengertian yang lebih mendalam dan lebih luas pula, serta perasaan aman dan sejahtera. Kita menjadi sehat jasmaniah dan rohaniah, pekerjaan, keluarga dan handai-tolan akan memperoleh arti yang lebih besar dimata kita.3

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 765.

2

Pengertian kesadaran, repository.usu.ac.id/ bitstream /123456789/ 26081/4/ Chapter%20II. Pdf diakses pada 31/08/2014 pukul 10.31

3

(26)

Hal di atas diperkuat dengan pendapat Ahmad Mansur Noor, “kesadaran berarti keadaan tahu, mengerti dan merasa akan yang dilakukan.”4Kesadaran juga bisa diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki kendali penuh terhadap stimulus internal maupun stimulus eksternal. Namun, kesadaran juga mencakup dalam persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh individu sehingga akhirnya perhatiannya terpusat. Menurut Carl G Jung teori kesadaran dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Ego

Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar.

b. Personal Unconscious

Struktur psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan dengan cara repression atau suppression.

c. Collective Unconscious

Merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang yang tidak hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. 5

Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan psikhe. Adapun yang dimaksud dengan psikhe ialah totalitas segala peristiwa psikhis baik yang disadari maupun yang tidak disadari.6 Jiwa manusia terbagi menjadi dua alam, yaitu alam sadar dan alam tak sadar batas antara kedua alam tersebut tidak tetap, melaikan dapat berubah-ubah. Sebagai ilustrasi dapat dilihat gambaran berikut :

4

Ahmad Mansur Noor, Peran Moral Dalam Membina Kesadaran Hukum, (Jakarta: Proyek Pembinaan Kemahasiswaan Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 1985), h.17.

5

Pengertian kesadaran dan tingkatannya, eedha-dhori.blogspot.com/2011/11/kesadaran-dan-tingkatannya.html diakses tanggal 31/08/2014 pukul 10.37

6

(27)
(28)

Berdasarkan atas penelitian-penelitian Frohn dengan kawan-kawannya mazhab Koln menyusun konsepsi yang terkenal dengan nama teori lapisan-lapisan; kesadaran (Theori der Bewustseinsschichtungen). Isi teori tersebut ada tiga lapisan kesadaran, yaitu:

1. Tanggapan individual: tanggapan ini terjadi langsung dari pengamatan pancaindera; penyadaran berperaga.

2. Tanggapan bagan (schematis): penyadaran yang kurang berperaga dan punya sifat-sifat umum.

3. Pengertian abstrak: unsur-unsur berperaga sama sekali tak ada, yang ada hanyalah mengerti yang tak berperaga; di sini pikir bekerja dengan kategori-kategori penagtur, seperti: sebab-akibat, lantaran-tujuan, persesuaian, dan sebagainya.7

Namun, dalam kehidupan sehari-hari berbagai kejadian yang berada disekitar masyarakat yang menjadikan sebuah kegiatan rutin untuk dilakukan oleh masyarakat dapat menyebabkan sebuah fakta sosial dan menentukan ukuran untuk segala sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat secara sadar

untuk dikerjakannya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Edmund Husserl “apa

yang mereka lakukan sebagai perwujudan kesadaran mereka dinilai oleh sesuatu yang berada diluar diri mereka (fakta sosial) seperti masyarakat dengan hukum-hukum, norma-norma, atau nilai-nilai yang dipegangnya”.8

Dengan penjelasan tersebut maka kesadaran tidak dilihat dari sisi psikologi saja tetapi dapat dilihat dari sisi sosialnya dengan dipengaruhi oleh faktor luar seperti fakta sosial dan tidak dipengaruhi dari faktor internal manusianya saja yaitu individu manusia itu tersendiri. Adapun menurut Emile Durkheim pengertian kesadaran dari sisi sosialnya adalah sebagai berikut :

Gejala-gejala sosial masyarakat tidak dapat diterangkan oleh psikologi, tetapi hanya oleh sosiologi. Sebab yang mendasari gejala-gejala sosial itu

adalah suatu “kesadaran kolektif” dan bukan “kesdaran individual”,

sehingga gejala-gejala sosial yang menurut Durkheim didasari oleh jiwa kolektif, hanya dapat dipelajari oleh sosiologi yang mempelajari jiwa

7

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h.60.

8

(29)

kolektif itu, dan tidak oleh psikologi yang menurut Durkheim hanya mempelajari gejala-gejala individual.9

Dengan begitu kesadaran kolektif terbentuk akibat gejala-gejala sosial yang ditimbulkan masyarakat akibat memiliki pemikiran yang sama dilingkungan masyarakat tersebut dan akhirnya menimbulkan sebuah

gejala-gejala sosial. Hal tersebut didukung dengan pendapat Durkheim “masyarakat

itu terdiri atas kelompok-kelompok manusia yang hidup secara kolektif dengan pengertian-pengertian kolektif dan tanggapan-tanggapan secara

kolektif”.10

Secara umum masyarakat pastilah akan mempengaruhi satu sama lain untuk melakukan sebuah tindakan maka dengan pengaruh tersebut dapat terbentuknya sebuah kelompok yang memiliki pemahaman yang sama dan melakukan sebuah tindakan yang sama pula untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama dan menyebabkan sebuah perilaku kolektif. Adapun pengertian perilaku kolektif adalah pengalihan kontrol yang sederhana (dan rasional) terhadap tindakan satu pelaku kepada pelaku lain.11

Hal tersebut sejalan dengan apa yang dimaksud dengan perilaku kolektif

oleh Fattah Hanurawan “perilaku kolektif adalah cara berfikir, berperasaan

dan bertindak sekumpulan individu yang secara relatif bersifat spontan dan tidak terstuktur yang berkembang dalam suatu kelompok atau suatu populasi

sebagai akibat dari saling stimulasi antar individu.”12

Perilaku kolektif tersebut terbentuk dari individu yang mempengaruhi individu lain sehingga membuat sebuah komunitas. Secara umum perilaku kolektif memiliki beberapa elemen yaitu :

a. fenomena tersebut melibatkan sejumlah orang yang melakukan tindakan yang sama pada waktu yang bersamaan.

b. Perilaku yang ditampilkan tersebut bersifat sementara atau terus menerus berubah, tidak dalam kondisi seimbang/stabil.

9

Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung : PT. Eresco, 1988), h. 35-36.

10

Ibid, h. 36.

11

James S. Coleman, Dasar-Dasar Teori Sosial, (Bandung : Nusa Media, 2011), h.271.

12

(30)

c. Terdapat semacam ketergantungan tertentu diantara tindakan-tindakan tersebut; individu tidak bertindak secara bebas.13

Elemen-elemen tersebut akan menimbulkan apa yang dimaksud dengan perilaku kolektif dan perwujudan dari perilaku kolektif yaitu dengan adanya bentuk-bentuk perilaku kolektif yang digolongkan untuk melihat bagian-bagian dari perilaku kolektif itu sendiri. Adapun bentuk-bentuk perilaku kolektif menurut Richard T. Schafer adalah sebagai berikut :

1. Crowds

A crowds is a temporary gathering of people in close proximity who share a common focus or interest.

2. Disaster Behavior

The term disaster refers to a sudden or disruptive even or set of events that overtaxes a community’s resources, so that outside aid is and have a line of istorical continuity (J.Lofland, 1985).

4. Rumors

A rumors is a piece of information gathered informally that is used to interpret an ambiguous situation.

5. Public and Public Opinion

The term public refers to a dispersed group of people, not necessarily in contact with one another who share an interest in issue. The public opinion refers to expressions of attitudes on matters of public policy that are communicated to decision makers14.

Dengan penjelasan tersebut maka bisa disimpulkan bahwa kesadaran segala sesuatu tindakan yang dilakukan oleh manusia secara individu dalam kesehariannya yang dilakukan secara sadar, namun selain hal tersebut kesadaran memiliki sebab-akibat karena apa yang telah dilakukan manusia secara individu sadar akan memberikan efeknya terhadap masyarakat lain serta lingkungannya yang mempengaruhi kelompok masyarakat sekitarnya dan menyebabkan terjadinya kesadaran kolektif. Segala sesuatu yang

13

James S. Coleman, Loc. cit.

14

(31)

dilakukan manusia selalu ada sebabnya, walaupun secara tidak sadar manusia tidak memikirkan awalnya melakukan apa yang dikerjakan. Sementara hasil dari apa yang telah dilakukan manusia akan ada hasil akibatnya, apapun hasilnya baik atau buruk dalam akhirnya.

B. Kegiatan Perdagangan Burung

Awal mula kegiatan perdagangan sudah terjadi sejak zaman dahulu yaitu dengan melakukan kegiatan barter dengan saling menukar barang yang diinginkan. Menurut Sadono Sukirno “Dalam perekonomian subsistem yang masih sangat primitif, perdagangan dilakukan secara barter, yaitu perdagangan secara pertukaran barang dengan barang”.15 Dengan kata lain kegiatan barter ini adalah awal dari perdagangan yang modern saat ini dan perbedaan yang sekarang perdagangan alat tukar untuk barang adalah uang. Dalam kegiatan perdagangan bukan hanya barang saja yang menjadi faktor utama tetapi harus ada tujuan untuk mengambil untung serta perhitungan yang jelas dalam pembukuannya agar dapat melihat catatan keuangan yang jelas dan memberikan motivasi untuk melakukan kegiatan perdagangan kepada pedagang. Hal ini sejalan dengan pendapat Dewa Ketut Sukardi “Orang-orang enterprising (usaha) memilih nilai-nilai, tujuan dan tugas-tugas melalui yang mana ia dapat mengekspresikan keberaniannya dalam mengambil resiko, kebutuhan untuk menguasai orang lain”.16 Jika dikaitkan dengan perdagangan hewan faktor dari kegiatan di atas menjadi motivasi terbesar pedagang untuk melakukan perdangan hewan yang dilindungi yang kaitannya dengan burung dalam studi kasus kali ini.

Perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat tidaklah semuanya memiliki legalitas dalam perdagangannya namun banyak pula para pedagang yang melakukan perdagangan secara ilegal, tanpa perizinan yang sah dari pihak pemerintah. Hal tersebutlah yang sering terjadi dalam perdagangan burung khususnya bagi burung-burung langka yang memang dilindungi oleh

15

Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h.33.

16

(32)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, adapun isinya adalah sebagai berikut :

Dikatakan bahwa tumbuhan dan satwa adalah bagian dan sumber daya alam yang tidak tenilai harganya sehingga kelestariannya perlu dijaga melalui upaya pengawetan jenissebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dipandang perlu untuk menetapkan peraturan tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dengan Peraturan Pemerintah.17

Tabel 2.1

Daftar Jenis-Jenis Burung Yang Dilindungi Oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999

AVES (Burung)

1. Accipitridae Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili Accipitridae)

2. Aethopyga exima Jantingan gunung 3. Aethopyga duyvenbodei Burung madu Sangihe

4. Alcedinidae Burung udang, Raja udang (semua jenis dari famili Alcedinidae)

5. Alcippe pyrrhoptera Brencet wergan 6. Anhinga melanogaster Pecuk ular 7. Aramidopsis plateni Mandar Sulawesi

8. Argusianus argus Kuau

9. Bubulcus ibis Kuntul, Bangau putih

10. Bucerotidae Julang, Enggang, Rangkong, Kangkareng (semua jenis dari famili Bucerotidae)

11. Cacatua galerita Kakatua putih besar jambul kuning 12. Cacatua goffini Kakatua gofin

13. Cacatua moluccensis Kakatua Seram

14. Cacatua sulphurea Kakatua kecil jambul kuning 15. Cairina scutulata Itik liar

16. Caloenas nicobarica Junai, Burung mas, Minata 17. Casuarius bennetti Kasuari kecil

18. Casuarius casuarius Kasuari 19. Casuarius

unappenddiculatus

Kasuari gelambir satu, Kasuari leher kuning 20. Ciconia episcopus Bangau hitam, Sandanglawe

21. Colluricincla megarhyncha

Burung sohabe coklat 22. Crocias albonotatus Burung matahari 23. Ducula whartoni Pergam raja 24. Egretta sacra Kuntul karang

25. Egretta spp. Kuntul, Bangau putih (semua jenis dari genus Egretta) 26. Elanus caerulleus Alap-alap putih, Alap-alap tikus

27. Elanus hypoleucus Alap-alap putih, Alap-alap tikus

17

(33)

28. Eos histrio Nuri Sangir

29. Esacus magnirostris Wili-wili, Uar, Bebek laut 30. Eutrichomyias rowleyi Seriwang Sangihe

31. Falconidae Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili Falconidae) 32. Fregeta andrewsi Burung gunting, Bintayung

33. Garrulax rufifrons Burung kuda

34. Goura spp. Burung dara mahkota, Burung titi, Mambruk (semua jenis dari genus Goura)

35. Gracula religiosa mertensi

Beo Flores 36. Gracula religiosa robusta Beo Nias 37. Gracula religiosa

venerata

Beo Sumbawa

38. Grus spp. Jenjang (semua jenis dari genus Grus) 39. Himantopus himantopus Trulek lidi, Lilimo

40. Ibis cinereus Bluwok, Walangkadak 41. Ibis leucocephala Bluwok berwarna

42. Lorius roratus Bayan

43. Leptoptilos javanicus Marabu, Bangau tongtong 44. Leucopsar rothschildi Jalak Bali

45. Limnodromus semipalmatus

Blekek Asia

46. Lophozosterops javanica Burung kacamata leher abu-abu 47. Lophura bulweri Beleang ekor putih

48. Loriculus catamene Serindit Sangihe 49. Loriculus exilis Serindit Sulawesi 50. Lorius domicellus Nuri merah kepala hitam 51. Macrocephalon maleo Burung maleo

52. Megalaima armillaris Cangcarang

53. Megalaima corvina Haruku, Ketuk-ketuk 54. Megalaima javensis Tulung tumpuk, Bultok Jawa

55. Megapoddidae Maleo, Burung gosong (semua jenis dari famili Megapododae)

56. Megapodius reintwardtii Burung gosong

57. Meliphagidae Burung sesap, Pengisap madu (semua jenis dari famili Meliphagidae)

58. Musciscapa ruecki Burung kipas biru

59. Mycteria cinerea Bangau putih susu, Bluwok

60. Nectariniidae Burung madu, Jantingan, Klaces (semua jenis dari famili Nectariniidae)

61. Numenius spp. Gagajahan (semua jenis dari genus Numenius) 62. Nycticorax caledonicus Kowak merah

63. Otus migicus beccarii Burung hantu Biak

64. Pandionidae Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili Pandionidae)

65. Paradiseidae Burung cendrawasih (semua jenis dari famili Paradiseidae)

66. Pavo muticus Burung merak

67. Pelecanidae Gangsa laut (semua jenis dari famili Pelecanidae)

68. Pittidae Burung paok, Burung cacing (semua jenis dari famili Pittidae) 69. Plegadis falcinellus Ibis hitam, Roko-roko

70. Polyplectron malacense Merak kerdil

(34)

Dari peraturan di atas sudah jelas bahwa perdagangan burung yang dilindungi adalah kegiatan yang ilegal dan dapat dikenakan hukuman bagi pelanggarnya dan diperkuat oleh pendapat Hans Kelsen yaitu :

Hans Kelsen mengemukakan bahwa peraturan hukum yang diundangkan oleh penguasa yang berwenang di dalam suatu negara modern mempunyai aspek rangkap. Peraturan hukum yang ditujukan kepada seseorang anggota masyarakat yang menunjukan bagaimana ia harus bertingkah laku (the secondary from of the rule). Sekaligus ditujukan pula kepada hakim apabila anggota masyarakat melanggar peraturan hukum tersebut, maka hakim hendaknya memberikan sanksi terhadap anggota masyarakat itu (the primary from the rule).18

Seharusnya para pedagang hewan bisa mengerti bahwa perdagangan burung langka yang dilindungi oleh peraturan yang dibuat oleh pemerintah selayaknya harus ditaati untuk kelestarian hewan tersebut dan pemerintah harus tegas teradap peraturan yang telah berlaku di masyarakat dengan menindak langsung para pedagang yang melakukan kegiatan ilegal tersebut, namun perdagangan burung tersebut juga sudah menjadi permasalahan yang sangat serius di dalam hukum internasional karena maraknya perdagangan dan perburuan burung yang melibatkan banyak negara.

Akibat dari perdagangan dan perburuan terhadap burung atau hidupan liar ini menyebabkan banyak jenis-jenisnya di muka bumi terancam kepunahan. Untuk mengatasi masalah ini maka diadakan kontrol internasional dengan perjanjian CITES (Conference on Parties-COP) yang merupakan konvensi internasional perdagangan species guna membatasi perdagangan ekspor dan impor dari berbagai negara. Adapun tiga kriteria yang disebut lampiran CITES (CITES-Apendix) yang berisi daftar flora dan fauna dengan kriteria khusus. Adalah sebagai berikut:

CITES Lampiran I, termasuk jenis-jenis yang dilindungi karena terancam, atau mungkin mempunyai dampak buruk jika terus di perdagangkan. Spesies hidupan liar ini tidak diperkenankan diperdagangkan secara internasional. Izin perdagangan tidak akan diberikan bagi spesies yang terdafar dalam lampiran ini. Contoh satwa yang masuk dalam kategori ini adalah Orang Utan, Harimau, Gajah, Cendrawasih, Jalak Bali,dll.

18

(35)

CITES Lampiran II, bagi jenis-jenis yang akan menjadi langka jika perdagangan tidak di kontrol atau di batasi. Perdagangan secara internasional masih diperkenanakan, namun dengan pembatasan atas kuota. Kuota ini digariskan oleh pihak berwenang atas dasar ketersediaan dan perkembangan populasi yang ada di alam. Contoh spesies dalam lampiran ini adalah Ikan Arwana, Burung Beo, Ular Phiton, dan Buaya. CITES Lampiran III, jenis yang terancam diatur dengan kerja sama antar negara hai ini di karenakan status atau populasi flora dan fauna yang berada di suatu negara berbeda dengan negara lainnya.19

Adapun tujuan CITES sendiri menurut Chairul, dkk adalah “untuk menjamin bahwa hidupan liar berupa flora dan fauna yang diperdagangkan secara internasional tidak dieksploitasi secara tidak berkelanjutan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kepunahan atau langkanya sumberdaya tersebut di habitat alam”.20 Menurut Sprayitno untuk melaksanakan ini Indonesia menerapkan prinsip-prinsip pemanfaatan berkelanjutan yang berdasar pada : 1. Prinsip pemanfaatan tidak merusak (non detriment findings).

2. Prinsip kehati-hatian (precautionary principle).21

Prinsip-prinsip tersebut selalu mendasari pengembangan kebijakan pengelolaan spesies yang berkelanjutan. Dengan adanya peraturan yang sangat ketat di dunia internasional maka sudah pasti bahwa hewan yang dilindungi sangat dijaga kelestariannya dari perdagangan hewan yang ilegal. Seharusnya para pedagang juga dapat berperan aktif dalam pelestarian hewan dan hal ini sejalan dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia No.4 Tahun 2014 tentang pelesarian satwa langka untuk menjaga keseimbangan ekosistem pada poin ketiga tentang rekomendasi terhadap pelaku usaha adalah sebagai berikut :

a. Menjalankan praktek usaha yang bermanfaat bagi masyarakat banyak dan menjaga kelestarian lingkungan, khususnya satwa dan habitatnya;

b. Menaati seluruh ketentuan perizinan;

19

Facrudin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam islam, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.100-101.

20

Chairul, Imelda, dan desmarita, Prosiding “Judical Workshop” Penegakan Hukum atas

Perlindungan satwa liar, (Jakarta: PALMedia Creative pro, 2005), h. 8.

21

(36)

c. Berkontribusi terhadap upaya pelestarian ekosistem dan lingkungan, pembentukan kelompok peduli satwa langka serta pemulihan populasi dan habitat satwa langka, khususnya di tempat perusahaan beroprasi.22

Dengan penjelasan fatwa tersebut hal ini harus disikapi dengan sangat serius oleh pemerintah sendiri kepada para pedagang yang memang masih melakukan perdagangan hewan tersebut, walaupun sudah ada peraturan pemerintah yang sudah berlaku maka hal yang selanjutnya oleh pemerintah adalah pengawasan dan penyuluhan yang baik kepada para pedagang sehingga mengerti akan pentingnya menjaga kelestarian hewan khususnya burung yang diperjual belikan di daerah Pasar Pasundan tersendiri.

C. Konservasi dan Rehabilitasi 1. Pengertian Konservasi

Pada dasarnya latar belakang dari konsevasi dilandasi oleh kesejahteraan hewan (Animal Welfare) yaitu suatu usaha untuk memberikan kondisi lingkungan yang sesuai bagi satwa sehingga berdampak ada peningkatan sistem psikologi dan fisiologi satwa. Menurut Muhammad Nuriy “kegiatan konservasi merupakan kepedulian manusia untuk meningkatkan kualitas hidup bagi satwa yang terkurung dalam kandang atau terikat tanpa bisa

leluasa bergerak”.23

Dengan adanya kesejahteraan hewan tersebut maka hewan tak seharusnya dikurung, diikat, bahkan sampai dibunuh untuk diambil dagingnya maupun bagian tubuh lainnya untuk dimanfaatkan oleh manusia. Salah satu konsep mengenai animal welfare yang banyak dipakai oleh para penyayang binatang adalah konsep dari World Society for Protection of Animals (WSPA). Konsep animal welfare dari WSPA dikenal dengan nama

Five (5) Freedom”. Ketentuan ini mewajibkan semua hewan yang dipelihara atau hidup bebas di alam memiliki hak-hak/kebebasan berikut :

22

Fatwa Majelis Ulama Indonesia No.4 Tahun 2014, Tentang Pelesarian Satwa Langka Untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem, (Jakarta : Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2014) h.15

23

(37)

a. Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus). b. Freedom from discomfort (bebas dari rasa panas dan tidak nyaman). c. Freedom from pain, injury, and disease (bebas dari luka, penyakit dan

sakit).

d. Freedom from fear and distress (bebas dari rasa takut dan penderitaan). e. Freedom to express normal behavior (bebas mengekspresikan perilaku

normal dan alami).24

Kesejahteraan hewan yang bertujuan untuk melindungi hewan untuk tidak dieksploitasi oleh manusia untuk kepuasan yang tidak ada batasnya, dengan adanya prinsip 5 kebebasan hewan tersebut seharusnya hewan dapat diperlakukan lebih layak sebagai sesama makhluk hidup yang tinggal di bumi ini dan hidup layak untuk makan, tumbuh, berkembang biak dalam lingkungan yang sama.

Secara umum konservasi dapat dikatakan sebagai kawasan tempat pengawetan atau perlindungan keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh indonesia maupun dunia. Hal tersebut didukung dengan Konverensi Tingkat Tinggi mengenai Lingkungan dan Pembangunan yang dilangsungkan di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 1992 merupakan peristiwa penting dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati dunia. Dalam konverensi yang dihadiri oleh utusan dan 157 negara ini, disepakati Konverensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai keanekaragaman hayati. Konverensi ini merupakan pernyataan negara-negara penandatangan untuk menyepakati prinsip-prinsip yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati dunia, yaitu:

a. Keanekaragaman hayati sangat berharga bagi umat manusia saat inidan di masa mendatang.

b. Ancaman terhadap kelestanian keanekaragam hayati akibat proses pemanfaatan dan kegiatan manusia Iainnya semakin meningkat. c. perlu ada kesamaan pandangan dan kerjasama di antara bangsa-bangsa

di dunia dalam mengelola, memanfaatkan, dan melestarikan keanekaragaman hayati.25

24

Abrianto, Kesejahteraan Hewan. http://duniasapi.com/kesejahteraan-hewan. Diakses 10 september pukul 02.16

25

(38)

Menurut Melati Ferianita Facrul “dari konverensi tersebut maka Indonesia banyak menerbitkan Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengawetan keanekaragaman Hayati, diantaranya Undang-Undang No.5 tahun 1994 tentang pengesahan konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai keanekaragaman hayati”.26 Hal tersebut ditambahkan oleh Saifullah adalah sebagai berikut :

Selain Undang-Undang No.5 tahun 1994 pengertian kawasan konservasi dapat diuraikan berdasarkan Pasal 1 jis. Pasal 14 jis. Pasal 29 Undang-Undang No.5 tahun 1990 jis. Pasal 7 dan Pasal 30 Peraturan Pemerintah No.68 tahun 1998 yang menetapkan hutan konservasi meliputi kawasan hutan suaka alam dan kawasan hutan pelestarian alam, sedangkan Pasal 6 ayat (2) huruf a jo. Pasal 7 Undang-Undang No.41 tahun 1999 menyebutkan hutan konservasi meliputi kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam dan taman buru.27

Dari peraturan undang-undang tersebut maka di perbaharui lagi guna menyesuiakan dengan keadaan habitat satwa yang dilindungi. Hal tersebut di paparkan oleh Anggun Riyadi :

Lembaga konservasi menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. P.53 Tahun 2006 tentang lembaga konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ) yang berfungsi untuk pengembangbiakan dan atau penyelamatan tumbuhan dan atau satwa dengan tetap menjaga kemurnian jenis guna menjamin kelestarian keberadaan dan pemanfaatannya.28

Dari peraturan tersebut maka dibuatlah sistem konservasi dan rehabilitasi hewan. Adapun bagan dari cakupan kawasan konservasi terurai sebagai berikut :

26

Melati Ferianita Facrul, Metode Sampling Bioekologi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 167-168.

27

Saifullah, Hukum Lingkungan (Paradigma Kebujakan Kriminal di Bidang konservasi Keanekaragaman Hayati), (Malang : UIN Malang Press, 2007), h. 122.

28

(39)
(40)

Kebun binatang adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan berbagai jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis melalui kegiatan penyelamatan, rehabilitasi dan reintroduksi alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.

Taman safari adalah kebun binatang yang kondisinya alamnya dibuat sedemikianrupa sehingga mendekati habitat aslinya. Sedangkan taman satwa adalah kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.

Taman satwa khusus adalah lembaga konservasi yang memelihara jenis-jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa yang terdiri dari jenis/spesies dalam satu kelas tertentu. Pusat latihan satwa khusus adalah lembaga konservasi yang memelihara jenis-jenis satwa khusus (terdiri dari satu kelas atau jenis tertentu) untuk dilatih dalam rangka keperluan/kegiatan tertentu. Pusat penyelamatan satwa adalah lembaga konservasi yang melakukan kegiatan penyelamatan satwa untuk mencegah kepunahan lokal jenis satwa akibat bencana alam dan kegiatan manusia.

Pusat rehabilitasi satwa adalah lembaga konservasi yang melakukan kegiatan untuk mengadaptasikan satwa yang karena suatu sebab berada di lingkungan manusia untuk dikembalikan ke habitatnya.

(41)

kegiatan inventarisasi, identifikasi, determinasi, distribusi, manfaat potensi dari jenis-jenis satwa yang ada.

Kebun botani adalah satu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya koleksi, pemeliharaan dan perbanyakan sberbagai jenis tumbuhan dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atas sarana rekreasi yang sehat.

Taman tumbuhan khusus adalah lembaga konservasi yang memelihara jenis-jenis tumbuhan khusus ( terdiri dari satu kelas atau jenis tertentu). Herbarium adalah suatu lembaga penelitian yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan dalam bentuk spesimen awetan untuk keperluan penelitian dan pengembangan dalam bidang botani, sebagai sarana pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi botani yang meliputi kegiatan inventarisasi, identifikasi, determinasi, distribusi, manfaat potensi dari jenis-jenis tumbuhan yang ada.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konservasi adalah kegiatan pelestarian hewan yang bertujuan untuk memelihara kelangsungan hidup hewan agar bisa terus bertahan dari eksploitasi masyarakat yang berlebihan. Sehingga untuk mencegah hal tersebut maka perlu penerapan peraturan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konservasi bagi kelestarian hewan.

2. Pengertian Rehabilitasi

(42)

perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran benih/bibit atau anakan dari tumbuhan liar dan satwa liar, baik yang dilakukan di habitatnya maupun di luar habitatnya, dengan tetap memperhatikan dan mempertahankan kemurnian jenis dan genetik”.30 Sehingga dengan proses penangkaran ini satwa dapat dikembangbiakkan dan dikembalikan ke habitat asalnya, hal ini sejalan dengan pengertian Pusat Rehabilitasi Satwa di Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.53/Menhut-II/2006 adalah lembaga konservasi yang melakukan kegiatan untuk mengadaptasikan satwa yang karena suatu sebab berada di lingkungan manusia untuk dikembalikan ke habitatnya.

Dengan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa rehabilitasi adalah proses dimana hewan dibiasakan kembali untuk terbiasa hidup normal sebelum dilepaskan di habitat aslinya. Salah satu bentuk rehabilitasi adalah penangkaran hewan yang dilakukan oleh lembaga pecinta lingkungan maupun oleh lembaga yang berada di bawah pemerintahan.

D. Penelitian Relevan

1. Dalam penelitiannya Adang. Studi Keanekaragaman Burung di Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka dan Graha Wisata (BUPERTA) Cibubur, Jakarta Timur. Skripsi. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Metode penelitian dilakukan dengan metode survey. Sensus burung dilakuakan dengan metode IPA Indices Puctue d’Abondance atau indek titik kelimpahan pada statsiun yang telah ditentukan dan untuk profil habitat sketsa yang menitikberatkan wilayah yang banyak dimanfaatkan oleh burung dengan cara membuat plot yang telah ditentukan pada masing-masing statsiun. Analisis data secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan keanekaragaman burung di 2 statsiun yaitu 1.159 pada statsiun 1 dan 1.173 pada stasiun 2 sedangkan profil habitat burung didapat dalam 3 lokasi yang secara umum dimanfaatkan oleh burung yaitu

30

(43)

lokasi mencari makan, lokasi bermain dan lokasi istirahat atau tidur. Kelimpahan burung di Hutan Kota BUPERTA Cibubur bervariasi dengan tingkat dominansi tinggi sampai rendah.31

2. Dalam penelitiannya Maulana Arfi Syaputra. Biodiversitas dan Status Konservasi Burung di Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, Kalimantan Tengah. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2013. Metode yang digunakan adalah metode survey dan pengumpulan data burung dengan menggunakan kombinasi metode transek dan metode Point Count.Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di daerah timur diperoleh 12 ordo yang terdiri dari 21 famili 57 genus dan 77 spesies. Pada daerah barat diperoleh 12 ordo yang terdiri dari 21 famili 28 genus dan 34 spesies. Indeks keanekaragaman yang didapat dari daerah timur 4,02. Indeks keanekaragaman yang diperoleh dari daerah barat sebesar 3,3. Nilai indeks kemerataan jenis yang didapat sebesar 0,92 di daerah timur dan 0,94 di daerah barat. Indeks Sorensen antara daerah timur dengan daerah barat sebesar 46,8% dan indeks ketidaksamaan sebesar 54,2%. Berdasarkan PP No.7/1999 ditemukan 11 spesies yang masuk dalam kategori yang dilindungi pemerintah dan 73 spesies termasuk dalam kategori tidak dilindungi. Berdasarkan CITES 10 spesies termasuk dalam kategori Apendiks II. Berdasarkan IUCN 68 spesies (69,81%) termasuk dalam kategori least concern (LC), 12 jenis (12,42%)termasuk kedalam kategori Near Threates (NT), 4 spesies (3,4%) termasuk kedalam kategori

vulnerable (VU), dan 1 spesies termasuk kedalam kategori endangered

(EN).32

3. Dalam penelitiannya Agnes Indra Mahanani. Strategi Konservasi Gajah Sumatera di Suaka Margasatwa Padang Sugihan Provinsi Sumatra Selatan

31

Adang. Studi Keanekaragaman Burung di Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka dan Graha Wisata (BUPERTA) Cibubur, Jakarta Timur. Skripsi. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008, h.i.

32

(44)

Berdasarkan Daya Dukung Habitat. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan. Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. 2012. Metode penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Data primer bersumber dari perolehan sampel vegetasi dengan membuat plot 1m x 1m dan 5m x 5m di 5 (lima) lokasi titik penelitian serta wawancara dengan masyarakat sekitar dan pengelola. Data primer berupa curah hujan, kelembaban, produktivitas hijauan pakan, kondisi kubangan, kondisi naungan vegetasi. Analisis menggunakan analisis vegetasi untuk mendapatkan indeks nilai penting, sedangkan dalam menyusun strategi konservasi gajah sumatera menggunakan analisis SWOT.Hasil penelitian menunjukkan kelerengan

sebesar 3 %, suhu 25˚ C-33˚ C, kelembaban 55 %-74 %. Nilai INP tertinggi vegetasi rumput di Lokasi I Echinochloa colonum (L.) Link (NP=76,55 %), di lokasi II Panicum astagninum (NP= 132,48 %), di lokasi III Panicum repens L (NP= 107,14%), di lokasi IV Axonopus caompressus (NP= 79,48 %), di lokasi V Panicum repens L dan Cynodon dactylon (L.) Pers (NP= 21,28 %). Sedangkan nilai INP tertinggi vegetasi tingkat sapling di lokasi IV Meulaleca cajuputi (NP= 80,77%), di lokasi V

Meulaleca cajuputi (NP=84,08 %). Nilai indeks keanekaragaman tertinggi 2,53 di Lokasi V (PLG Sub Padang Sugihan), nilai indeks keseragaman

Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa kesadaran adalah menyadari kemungkinan-kemungkinan untuk mengembangkan kebebasan batin, maka dapat membuka diri untuk kebahagiaan, kesehatan dan kepuasan

33

(45)

yang senantiasa mengelilinginya. Dalam hal ini ada kaitannya dengan kegiatan perdagangan yang berlangsung di lokasi penelitian.

Dalam kegiatan perdagangan bukan hanya barang saja yang menjadi faktor utama tetapi harus ada tujuan untuk mengambil untung serta perhitungan yang jelas dalam pembukuannya agar dapat melihat catatan keuangan yang jelas dan memberikan motivasi untuk melakukan kegiatan perdagangan kepada pedagang. Hal ini sejalan dengan pendapat Dewa Ketut Sukardi “Orang-orang enterprising (usaha) memilih nilai-nilai, tujuan dan tugas-tugas melalui yang mana ia dapat mengekspresikan keberaniannya dalam mengambil resiko, kebutuhan untuk menguasai orang lain.

Jika dikaitkan dengan apa yang telah peneliti kemukakan dalam kegiatan perdagang maka pedagang akan sadar dengan apa yang dijualnya karena dengan begitu pedagang paham akan barang dagangannya yang dijualnya, namun kegiatan tersebut kerap kali dilakukan penyimpangan dengan dilakukannya perdagang ilegal yaitu menjual hewan yang langka.

Berdasarkan konsep-konsep tersebut maka kerangka berpikir adalah segala kegiatan perdagang yang dilakukan di lokasi penelitian masih belum adan kontrol yang baik yang menyebabkan pedagang di lokasi tersebut masih kurang dalam kesadarannya untuk melestarikan hewan langka sehingga kerap kali terjadinya perilaku penyimpangan yang memperjual belikan hewan langka tersebut.

(46)

Kesadaran Masyarakat

Alur Penelitian

Gambar 2.4 Alur Penelitian Diharapkan para pedagang dapat menyadari tentang pentingnya konservasi

dan rehabilitasi burung sehingga kelestariannya akan terjaga dan penerapan peraturan pemerintah bisa

dilaksanakan dengan baik.

Konservasi sebagai kawasan tempat pengawetan atau perlindungan keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh

indonesia maupun dunia. Penerapan UU No 5 Tahun

1990 dan PP. No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan

(47)

29

1. Lokasi Penelitian

Gambar 3.1

Sumber : www.pemdakotasukabumi.go.id

Lokasi : Kecamatan Warudoyong, Kelurahan Nyomplong Kota Sukabumi.

(48)

kebutuhan konsumen, namun tidak semua pedagang yang berusaha memenuhi karena banyak pemahaman dan kesadaran pedagang untuk membatasi perdagangan hewan. Pemikiran beragam seperti itulah yang menyebabkan lokasi ini menjadi tempat penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan proses yang bertahap yaitu mulai dari tahap perencanaan, persiapan penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian dan diakhiridengan laporan penelitian. Agar penelitian ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan, maka peneliti membuat jadwal sebagai berikut :

No Kegiatan BULAN

(49)

Menurut Ida Bagoes Mantra dan Kastro “Populasi ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga”.1 Dengan kata lain gambaran keseluruhan jumlah objek penelitian yang akan diteliti dan hal ini di dukung oleh Pendapat Sugioyono ”populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.2 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang burung yang berdagang di wilayah Pasar Pasundan Kota Sukabumi.

Sugioyono menambahkan bahwa, ”sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.3 Pada Penelitian Kualitatif, penentuan sumber data pada orang yang di wawancarai dilakukan secara sampling jenuh karena jumlah populasi pedagang yang berada di wilayah Pasar Pasundan Kota Sukabumi relatif kecil kurang lebih sekitar 20 pedagang. Menurut Sugiono, “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang”.4 Dari penjelasan di atas bahwa pengambilan sampel didapatkan dengan mengambil semua jumlah populasi yang berada pada wilayah objek penelitian, atau penelitian secara generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

C. Metode Penelitian

Penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Menurut Cholid Narbuko, “penelitian deskriptif bertujuan untuk memecahkan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi”.5

1

Masri Singarimbun, dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta : LP3ES Indonesia, 1989), h. 152

2

Sugiyono, MetodePenelitianPendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 117

3

Ibid, h. 118

4

Ibid, h. 124

5

(50)

Metode penelitian ini muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang realitas atau kenyataan serta fenomena atau gejala sosial yang dipandang sebagai sesuatu yang utuh dan penuh makna. Metode kualitatif ini sering disebut sebagai penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting). Selain itu disebut juga sebagai metode Etnografi karena pada awalnya, metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang Antropologi Budaya; disebut sebagai metode kualitatif juga karena data yang terkumpul dan analisisnya bersifat kualitatif. Penelitian deskriptif ini berpandangan dalam memecahkan masalah yang sedang terjadi dalam ruang lingkup sosial yang menjadi topik di masyarakat dan memusatkat pada masalah yang sedang terjadi. dalam penelitian kualitatif ini yang menjadi pusat perhatian adalah tentang tingkat pemahaman pedagang terhadap kesadaran konservasi.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menurut Beni Ahmad Saebani dan Kadar Nurjaman

bahwa ”pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh

faktafakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan, oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang

ditemukan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori”.6

Data merupakan sebuah hal yang sangat penting dan menjadi dasar keabsahan atau kevalidan dan kekuatan dalam penelitian. Data merupakan bahan yang belum diolah atau dapat disebut juga bahan mentah yang berkaitan dengan fakta. Sumber dan jenis-jenis data terbagi menjadi :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari para pedagang yang berada di wilayah pasar pasundan dan para tokoh pedagang yang lama berdagang di pasar pasundan.

6

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Jenis-Jenis Burung Yang Dilindungi Oleh Peraturan
Tabel 2.1 Daftar Jenis-Jenis Burung Yang Dilindungi Oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Gambar 2.4 Alur Penelitian
Gambar 3.1 Sumber : www.pemdakotasukabumi.go.id
+7

Referensi

Dokumen terkait

BERITA 04 PENGGUNAAN HELM STANDAR Helmi + Gatot. BERITA 05 STATEMENT WAWALI TTG PARKIR

Menggunakan program desain beton bertulang dengan SAP 2000 berdasarkan desain penulangan ACI dengan modifikasi ke SKSNI (Faktor beban dan reduksi kekuatan disesuaikan dengan

Variabel ini merupakan fakor risiko tidak bermakna terhadap kejadian DBD dengan intrepretasi hasil analisis bivariat yang menunjukkan bahwa responden yang tidak

(2011) telah meneroka faktor-faktor yang menyumbang kepada hasrat penyertaan penduduk dalam pengurusan ekopelancongan dan mencadangkan hubungan antara struktur hasrat

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan program Diploma III pada jurusan Teknik Mesin Konsentrasi Produksi Politeknik Negeri Sriwijaya. Dalam

dimaksud huruf a dan b diatas perlu menitapkan Keputusan Gubernur tentang penetapan Lokasi Trainine Center (TC) Dan Pembentukan panitia pelaksana Serti

Kepemilikan keluarga dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap earning management Jao dan Pagulung (2011) Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan

Penelitiаn ini dilаkukаn dnegаn menggunаkаn penelitiаn deskriptif.Hаsil аnаlisis yаng telаh dilаkukаn di PT Industri Mаrmer Indonesiа Tulungаgung (IMIT)