• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN SELF EFFICACY SISWA MELALUI PENDEKATAN METAKOGNITIF DENGAN METODE IMPROVE DI KELAS X-1 SMA NEGERI 1 LAWE ALAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN SELF EFFICACY SISWA MELALUI PENDEKATAN METAKOGNITIF DENGAN METODE IMPROVE DI KELAS X-1 SMA NEGERI 1 LAWE ALAS."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

DAN SELF EFFICACY SISWA MELALUI PENDEKATAN

METAKOGNITIF DENGAN METODE IMPROVE

DI KELAS X-1 SMA NEGERI 1 LAWE ALAS

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

AHMAD SHALEH MARPAUNG NIM. 8126172003

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Ahmad Shaleh Marpaung. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Self Efficacy Siswa Melalui Pendekatan Metakognitif dengan Metode IMPROVE di Kelas X-1 SMA Negeri 1 Lawe Alas. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) bagaimana pendekatan metakognitif dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy siswa di kelas X-1 di SMA Negeri 1 Lawe Alas pada materi persamaan kuadrat, (2) bagaimana efektifitas pendekatan metakognitif terhadap kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy di kelas X-1 SMA Negeri 1 Lawe Alas pada materi persamaan kuadrat, (3) bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui pendekatan metakognitif. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lawe Alas. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-1 tahun pelajaran 2014/2015. Objek pada penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I terdiri dari 2 pertemuan dan siklus II terdiri dari 2 pertemuan. Tes kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy diberikan pada akhir setiap siklus. Adapun hasil dari penelitian ini dapat dilihat dari (1) hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada siklus I memperoleh persentase sebesar 73,32% dengan ketuntasan klasikal sebesar 62,85% dan pada siklus II memperoleh persentase sebesar 83,71% dengan ketuntasan klasikal sebesar 88,57%. (2) pembelajaran dengan pendekatan efektif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy. (3) Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan metakognitif adalah positif.

(7)

ABSTRACT

Ahmad Shaleh Marpaung. Using metacognitive approach to increasing problem solving ability and self efficacy in Grade X Senior High School 1 Lawe Alas.

The research aimed study to determine: 1) how metacognitive approach increasing problem solving ability and self efficacy in grade X Senior High School Lawe Alas the quadratic equation material. 2) how the effectiveness of metacognitive approach towards problem solving ability and self efficacy in grade X Senior High School Lawe Alas on quadratic equation. 3) how the students' response to mathematics learning through metacognitive approach. This research is a Classroom Action Research held in Senior High School Lawe Alas. The subjects were students of grade X of the school year 2014/2015. The object of this research is the ability to problem solving and self efficacy. This study consisted of two cycles of the first cycle consists of two meetings and the second cycle consists of two meetings. The test problem solving ability and self-efficacy are given at the end of each cycle. The results of this study can be seen from (1) the results of the test the ability of solving problem in the first cycle to obtain a percentage of 73.32% with classical completeness of 62.85% and in the second cycle to obtain a percentage of 83.71% with classical completeness by 88,57%. (2) Learning approach is effective in improving problem solving skills and self efficacy. (3) The response of students towards learning with metacognitive approach is positive

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan karunia-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis

dengan judul: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Self

Efficacy Siswa Melalui Pendekatan Metakognitif dengan Metode IMPROVE

di Kelas X-1 SMA Negeri 1 Lawe Alas”. Shalawat dan salam penulis

sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ummat yang

menjadi teladan sepanjang zaman.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pembelajaran

matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

metakognitif. Sejak mulai persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis

mendapatkan semangat, do’a, nasihat, teladan, dorongan, dan bantuan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

tulus dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan baik langsung maupun tidak

langsung sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan

(9)

Terima Kasih dan penghargaan khususnya penelitian sampaikan kepada

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr.

Mukhtar, M.Pd selaku pembimbing II yang telah menuangkan ilmunya untuk

membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd

selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana Universitas Negeri Medan, serta Bapak Dapot Tua Manullang,

M.Si selaku Staf Prodi Pendidikan Matematika

3. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd

dan Ibu Dr. Yulita Molliq Rangkuti, M.Sc selaku Narasumber yang telah

banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis

ini.

4. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED

yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis

menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

6. Bapak Kasidin, S.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Lawe Alas yang telah

memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

yang beliau pimpin, serta guru dan straf administrasi yang telah banyak

(10)

v

7. Ayah dan Ibu yang telah memberikan dorongan berupa motivasi dan doa

sehingga penulisan tesis ini bisa selesai.

8. Teman-teman di Pasca Sarjana Unimed yang berkontribusi besar dalam

penyelesaian tesis ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga

tesis ini dapat memberikan sumbangan, manfaat, kritikan dan masukan bagi para

pembaca, sehingga dapat memperbaiki dan memperkaya khasanah

penelitian-penelitian sebelumnya dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian-penelitian lebih lanjut.

Medan, Januari 2015 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Efficacy ... 28

2.1.5 Aspek-aspek Self Efficacy ... 31

2.1.6 Pendekatan Metakognitif ... 34

2.1.7 Persamaan Kuadrat ... 46

2.1.8 Teori Belajar Yang Mendukung ... 49

2.1.9 Penelitian Yang Relevan ... 52

2.2Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 54

2.2.1 Kerangka Konseptual ... 54

2.2.2 Hipotesis Penelitian ... 59

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 60

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 60

3.3Subjek dan Objek Penelitian... 61

3.4Desain Penelitian ... 61

3.5Prosedur Penelitian ... 62

3.6Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.7Teknik Analisis Data ... 77

(12)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 82

4.1.1 Siklus I ... 82

4.1.2 Siklus II ... 103

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 121

4.2.1 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Self Efficacy Siswa ... 122

4.2.2 Efektifitas Pembelajaran Metakognitif ... 126

4.2.3 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif ... 127

4.3 Temuan Penelitian ... 128

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 130

5.2 Saran ... 131

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah... 68

3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 69

3.3 Interpretasi Koefesien Korelasi Validitas ... 71

3.4 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 71

3.5 Interpretasi Koefesien Korelasi Reliabilitas ... 72

3.6 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 73

3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 74

3.8 Daya Beda Kemampuan Pemecahan Masalah ... 74

3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 75

3.10 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 75

3.11 Kisi-kisi Self Efficacy Matematik ... 76

3.12 Kriteria Pengamatan Aktivitas Siswa ... 79

3.13 Deskripsi Skor rata-rata Tingkat Kemampuan Guru……… 79

4.1 Persentasi Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I ... 88

4.2 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 90

4.3 Rata-rata Angket Self Efficacy ... 91

4.4 Analisis Hasil Observasi Aktifitas Siswa ... 93

4.5 Analisis Observasi Kemampuan Guru ... 97

4.6 Persentase Perasaan Siswa Terhadap Komponen Mengajar ... 99

4.7 Persentase Pendapat Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran... 100

4.8 Persentase Pendapat Siswa tentang Minat untuk Mengikuti Pembelajaran Selanjutnya dengan Pendekatan Metakognitif ... 100

4.9 Persentase Pendapat Siswa tentang Pemahaman Bahasa yang digunakan ... 100

(14)

ix

4.11 Refleksi Keberhasilan Pembelajaran Pada Siklus I ... 102

4.12 Persentase Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II ... 109

4.13 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 111

4.14 Rata-rata Angket Self Efficacy ... 112

4.15 Analisis Hasil Observasi Aktifitas Siswa ... 113

4.16 Analisis Observasi Kemampuan Guru Siklus II ... 117

4.17 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Metode IMPROVE... 121

4.18 Rangkuman Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I dan Siklus II... 122

4.19 Rangkuman Hasil Angket Self Efficacy Siklus I dan Siklus II ... 124

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A (PERANGKAT PEMBELAJARAN)

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 136

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 153

3. Lembar Aktivitas Siswa Siklus I ... 170

4. Lembar Aktivitas Siswa Siklus II ... 178

LAMPIRAN B (INSTRUMEN PENELITIAN) 1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I ... 186

2. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I ... 188

3. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II ... 194

4. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II ... 197

5. Angket Self Efficacy Matematik ... 204

6. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 207

7. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 209

LAMPIRAN C (HASIL VALIDASI DAN UJI COBA) 1. Pengembangan Perangkat dan Instrument Penelitian ... 211

2. Hasil uji coba... 223

LAMPIRAN D (PEMBELAJARAN METAKOGNITIF) 1. Persentase Aktivitas Siswa dengan Pendekatan Metakognitif Siklus I ... 240

2. Persentase Aktivitas Siswa dengan Pendekatan Metakognitif Siklus II .. 241

3. Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Metakognitif Siklus I ... 242

4. Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Metakognitif Siklus II ... 243

LAMPIRAN E (PEMECAHAN MASALAH) 1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I ... 244

(16)

xii

3. Data Analisis Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Siklus I dan Siklus II ... 246

LAMPIRAN F (SELF EFFICACY SISWA) 1. Rekapitulasi Hasil Angket Self Efficacy Siklus I ... 247

2. Rekapitulasi Hasil Angket Self Efficacy Siklus II ... 248

3. Data Analisis Self Efficacy Siswa Berdasarkan Indikator Siklus I... 249

4. Data Analisis Self Efficacy Siswa Berdasarkan Indikator Siklus II ... 250

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Matematika sejatinya dipandang sebagai alat untuk mengembangkan cara

berfikir seseorang. Proses berfikir matematika dimulai dari hal-hal yang sederhana

sampai kepada hal-hal tingkat tinggi. Sehingga dapat kita maknai bahwa

kemampuan berfikir merupakan salah satu tujuan dalam matematika yang harus

diberikan kepada peserta didik sebagai bekal untuk mempersiapkan siswanya

sehingga memiliki kecakapan matematis. Oleh karena itu, pengembangan

kemampuan berfikir ini telah disusun terperinci didalam suatu kurikulum yang

diberlakukan untuk setiap jenjang pendidikan.

Kurikulum yang kini diberlakukan disetiap jenjang pendidikan dasar

sampai ke tingkat atas adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 mengamanatkan

bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan haruslah menggunakan pendekatan

ilmiah. Hal ini berarti pemberlakuan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran

menuntut adanya perubahan paradikma terhadap prosedur dan proses

pembelajaran yang berlangsung. Perubahan-perubahan itu mencakup tiga ranah

yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Tuntutan kurikulum 2013 berlaku untuk semua mata pelajaran dan

tentunya disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran tersebut. Untuk

matematika, seperti yang dikemukakan oleh National Council of Teacher of

(18)

diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Pemahaman, pengetahuan dan

keterampilan yang harus dimiliki siswa itu terangkum dalam standar proses yang

meliputi: pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning),

komunikasi (communication), koneksi (connections) dan representasi

(representation).(NCTM, 2000)

Kelima standar proses yang dikemukakan di atas merupakan suatu

keterampilan yang mengacu kepada doing mathematics dan diharapkan

keterampilan-keterampilan tersebut dapat dijadikan suatu tujuan untuk

mengembangkan kemampuan berfikir matematika, khususnya kemampuan

pemecahan masalah.

NCTM (2000;52) mengemukakan bahwa “pemecahan masalah dalam

pembelajaran matematika tidak hanya sebagai tujuan tetapi juga merupakan

sarana untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari dan di tempat kerja, menjadi

pemecah masalah yang baik memberikan manfaat yang sangat besar”. Melalui

pemecahan masalah matematika, siswa dalam pembelajarannya diarahkan untuk

dapat mengembangkan kemampuan berupa membangun pengetahuan matematika

yang baru, memecahkan masalah yang kontekstual, menerapkan berbagai strategi

yang diperlukan, dan merefleksikan proses pemecahan masalah matematika.

Semua kemampuan itu dapat diperoleh apabila siswa memecahkan masalah

menurut prosedur yang tepat, sehingga cakupan manfaat yang diperoleh tidak

hanya terikat pada satu masalah yang dipecahkan saja, tetapi juga dapat

menyentuh berbagai masalah lainnya serta mencakup aspek pengetahuan

(19)

Pemecahan masalah juga mengharuskan adanya aktifitas berpikir agar ia

mampu memahami konsep-konsep matematika yang dipelajari serta mampu

menggunakan konsep-konsep tersebut secara tepat ketika ia harus mencari

jawaban bagi berbagai soal matematika. Soal matematika yang dihadapi seseorang

seringkali tidaklah dengan segera dapat dicari solusinya sedangkan ia diharapkan

dan dituntut untuk dapat menyelesaikan soal tersebut. Karena itu ia perlu memiliki

keterampilan berpikir agar dengannya ia dapat menemukan cara yang tepat untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kegiatan atau proses berpikir yang

dijalani agar seseorang mampu menyelesaikan suatu soal matematika mempunyai

keterkaitan dengan kemampuan mengingat, mengenali hubungan diantara

konsep-konsep matematika, menyadari adanya hubungan sebab akibat, hubungan analogi

ataupun perbedaan, yang kemudian dapat memunculkan gagasan-gagasan

original, serta lancar dan luwes dalam pembuatan keputusan atau kesimpulan

secara cepat dan tepat.

Dalam hal ini, NCTM (2000;52) telah merumuskan program

pembelajaran yang dimulai dari pra-taman kanak-kanak sampai kelas 12 dengan

memfokuskan pada pemecahan masalah, yang meliputi: 1) membangun

pengetahuan matematika baru melalui pemecahan masalah, 2) memecahkan

masalah yang muncul di dalam matematika dan di dalam konteks-konteks yang

lain, 3) menerapkan dan menyesuaikan bermacam-macam strategi sesuai untuk

memecahkan masalah, 4) memonitor dan merefleksikan proses dari pemecahan

(20)

Penjelasan yang di kemukakan oleh NCTM menunjukkan bahwa betapa

pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematis diajarkan kepada siswa di

dalam proses belajar mengajar. Hal ini seperti yang dikutip dari Halmos (NCTM,

2000) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan “heart of

mathematics”. Lebih lanjut, pentingnya pemecahan masalah juga dikemukakan

oleh Kilpatrick, Swafford Findell (2001:420) yang menyatakan bahwa “studies in

almost every domain of mathematics have demonstrated that problem solving

provides an important context in which student can learn about number and other

mathematical topics”. Makna dari pernyataan itu adalah studi hampir di setiap

domain/bagian matematika telah menunjukkan bahwa pemecahan masalah

memberikan konteks yang penting dimana siswa dapat belajar mengenai bilangan

dan topik matematika lainnya.

Dari beberapa pendapat di atas, saya sepakat bahwa pemecahan masalah

itu merupakan bagian penting dari matematika dan harus dikuasai oleh peserta

didik, dengan kata lain, Hudojo (2005) mengemukakan bahwa melalui pemecahan

masalah “siswa akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu mempunyai

keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan,

menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil

yang diperolehnya”. Di dalam pemecahan masalah siswa dapat berlatih dan

mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema dan keterampilan yang

dipelajari. Hal ini penting bagi para siswa untuk berlatih memproses data atau

informasi. Keterampilan pemecahan masalah juga memiliki beberapa tujuan yang

(21)

these goals are to help student develop (a) flexible understanding of

mathematical concept; (b) confidence and eagerness to approach unknown

situations; (c) metacognitive skills; (d) oral and written communication skills; and

(e) acceptance and exploration of multiple solution strategies. Maknanya tujuan

dari diberikannya pemecahan masalah adalah untuk membantu siswa

mengembangkan a) pemahaman akan konsep matematika, b) memiliki keyakinan

atau keinginan untuk melihat situasi yang belum diketahui c). kemampuan

komunikasi lisan dan komunikasi tertulis serta mendapatkan strategi yang

beragam.

Meskipun pemecahan masalah telah dinyatakan sebagai salah satu

keterampilan yang terdapat dalam standar proses yang harus dicapai siswa setelah

proses pembelajaran, akan tetapi pelaksanaannya di sekolah-sekolah bukanlah hal

yang sederhana. Kebiasaan siswa belajar di kelas dan keterbatasan informasi yang

diterima oleh guru yang selama ini menggunakan pembelajaran konvensional

masih belum memungkinkan untuk menumbuhkan atau mengembangkan

kemampuan pemecahan masalah secara optimal. Kebanyakan dari pembelajaran

konvensional, latihan-latihan yang diberikan kepada siswa masih berbentuk soal

yang lebih menekankan kepada bentuk hafalan rumus dan menyelesaikan

prosedur rutin. Seharusnya siswa lebih difokuskan kepada pemberian masalah

untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan strategi berfikirnya.

Seperti yang dikemukakan oleh Shadiq (2004:17) yang menyatakan bahwa “inti

dari balajar memecahkan masalah adalah para siswa hendaknya terbiasa

(22)

seorang guru matematika dapat saja memulai proses pembelajarannya dengan

mengajukan masalah yang cukup menantang dan menarik bagi siswa”.

Van De Walle (Ozsoy and Ataman, 2009) menegaskan apapun

sumbernya, masalah kehidupan nyata atau yang ilmiah, masalah adalah fenomena

yang membutuhkan seorang individu untuk memilih strategi dan membuat

keputusan untuk solusi dalam setiap situasi yang dihadapi. Dari pendapat di atas

bisa kita kemukakan bahwa masalah yang diberikan kepada siswa menuntut

adanya suatu usaha yang dilakukan oleh siswa untuk memilih strategi yang tepat

dalam memecahkan masalah. Secara umum strategi pemecahan masalah yang

sering di gunakan adalah strategi yang dikemukakan oleh Polya. Menurut Polya

(1973) terdapat empat langkah pemecahan masalah yaitu memahami masalah,

membuat rencana penyelesaian, melaksanakan perencanaan dan memeriksa

kembali.

Selain kemampuan pemecahan masalah, salah satu aspek afektif yang

harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah self efficacy. Bandura (dalam

Mukhid, 2009) mendefinisikan self efficacy sebagai judgement seseorang atas

kemampuannya untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan yang mengarah

pada pencapaian suatu tujuan/hasil tertentu. Hasil penelitian Noer (2012)

menunjukkan bahwa self efficacy yang positif akan mempengaruhi mahasiswa

dalam pengambilan keputusan, dan mempengaruhi tindakan yang akan

dilakukannya. Selain itu, self efficacy berpengaruh terhadap seberapa jauh upaya

(23)

mendapat masalah. Dengan demikian dapat dikatakan, semakin tinggi self efficacy

seseorang, makin besar upaya, ketekunan dan fleksibilitasnya.

Untuk mengetahui tingkat self efficacy dalam diri seseorang maka dapat

ditandai dengan seberapa besar upaya yang dilakukanya untuk dapat memecahkan

masalah-masalah yang sedang di hadapi, siswa yang memiliki self efficacy rendah

untuk belajar mungkin menghindari tugas, sedangkan siswa yang memiliki

keyakinan tinggi kemungkinan akan lebih berpartisipasi dalam memecahkan

masalah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekuatan self efficacy akan

menentukan 1) apakah perilaku itu akan dilakukan atau tidak, 2) seberapa banyak

usaha yang akan dihasilkan, dan 3) seberapa lama usaha yang akan didukung

dalam menghadapi tantangan. (Mukhid, 2009).

Schoenfeld (2013) menyatakan bahwa kesuksesan siswa dalam

memecahkan masalah didasari oleh 4 hal, yaitu knowledge, problem solving

strategies, metacognition and belief. Keempat keterampilan inilah yang harus

dimiliki siswa ketika akan memecahkan masalah. Akan tetapi, kebanyakan siswa

ketika diberi soal yang menantang menunjukkan kemampuan pemecahan masalah

yang masih lemah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeo (2000)

mengidentifikasikan kelemahan-kelemahan siswa dalam memecahkan masalah

berupa (1) kurangnya pemahaman siswa tentang masalah yang di ajukan, (2)

kurangnya kemampuan siswa untuk memilih strategi yang tepat, (3)

ketidakmampuan siswa dalam menerjemahkan masalah ke dalam bentuk model

matematika (d) ketidakmampuan dalam mengoreksi jawaban matematika yang

(24)

Temuan yang dikemukakan oleh Yeo, tidak jauh berbeda dengan yang

terjadi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Lawe Alas. Untuk observasi awal

peneliti memberikan soal pemecahan masalah untuk materi persamaan kuadrat

sebagai berikut:

“Sebidang tanah berbentuk persegi panjang. Keliling tanah itu adalah 52 m,

sedangkan luasnya adalah 160 m2. Tentukan panjang dan lebar tanah tersebut

serta penafsiran solusi masalahnya?”

Di bawah ini adalah salah satu jawaban siswa yang menjawab dengan salah

Gambar 1.1: Hasil jawaban siswa

Dari hasil kerja siswa, terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah

masih rendah. Salah satu contoh lemahnya kemampuan pemecehan masalah

adalah ketika siswa menjawab dengan langsung menggambar persegi panjang,

kemudian menebak berapa panjang dan keliling dari persegi panjang tersebut

(25)

hasilnya menjadi 160m2. Padahal langkah yang seharusnya dilakukan adalah

menentukan nilai atau dari keliling persegi panjang, kemudian mensubstitusi

nilai atau ke dalam rumus luas persegi panjang, sehingga akan membentuk

persamaan kuadrat, selanjutnya nilai dan bisa ditentukan dengan hanya

memfaktorkan persamaan kuadrat tersebut. Sebelumnya siswa telah mempelajari

persamaan kuadrat, tapi semua siswa tidak dapat menyelesaikannya. Alasan siswa

kebanyakan karena soalnya salah, tidak ada soal seperti itu dalam buku, belum

pernah dipelajari dan itu soal untuk persegi panjang.

Persentase banyaknya siswa yang tidak bisa menjawab soal yang

diberikan cukup tinggi. Dari 36 siswa, terdapat 21 (58,3%) siswa yang tidak

menjawab sama sekali dan 15 (41,7%) siswa yang menjawab tetapi masih terdapat

banyak kesalahan. Dari penelusuran yang peneliti temukan bahwa penyebab yang

banyak didapati adalah ketidakmampuan siswa merubah soal yang berbentuk

kontekstual ke dalam model matematika dan mengaitkan konsep yang sudah

dipelajari untuk memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan siswa tidak

memahami makna kalimat yang terdapat pada soal dan kesulitan dalam

merencanakan penyelesaian masalah. Apabila ditinjau dari upaya siswa dalam

menyelesaikan soal ini, tampak bahwa selain kemampuan pemecaham masalah

yang rendah, tingkat self efficacy juga masih rendah juga. Aspek ini bisa kita lihat

ketika siswa mendapatkan hambatan dalam memahami soal, maka siswa tersebut

tidak akan melakukan apapun untuk menyelesaikannya.

Tentu saja banyak faktor yang mempengaruhi mengapa permasalahan di

(26)

kelas dan kurangnya perhatian terhadap pengembangan kemampuan pemecahan

masalah dan self efficacy yang seharusnya dimiliki siswa setelah proses

pembelajaran. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap pencapaian tingkat

pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dan mengakibatkan rendahnya

hasil belajar dan cukup tingginya angka ketidakmampuan siswa dalam menjawab

soal yang menuntut kemampuan berfikir lebih tinggi.

Melihat adanya ketidakefektifan dalam pembelajaran memotivasi

peneliti melakukan suatu perubahan dengan cara memperbaiki proses

pembelajaran melalui pendekatan metakognitif. Proses berfikir dalam pemecahan

masalah memungkinkan siswa tentang memikirkan apa yang dipikirkan terkait

solusi yang akan diperoleh. Bransford et, all. (dalam Jbeili, 2012) mengemukakan

bahwa salah satu cara untuk mendukung dan meningkatkan kinerja matematika

siswa, penalaran matematika dan pengetahuan metakognitif adalah melalui

penyediaan strategi metakognitif yang merupakan metode pembelajaran yang

berkonsentrasi pada tingkat pemantauan pemahaman siswa. Dengan kata lain

Hacker (dalam Jbeili, 2012) berpendapat strategi metakognitif membimbing siswa

untuk berfikir sebelum, selama dan setelah pemecahan masalah. Ini dimulai

dengan membimbing siswa untuk merencanakan, memilih strategi yang tepat

untuk menyelesaikan tugas kemudian mengevaluasi proses dan hasil yang

didapatnya.

Terlaksananya proses pembelajaran dengan pendekatan metakognitif

merupakan salah satu pendekatan yang dapat mendukung untuk meningkatkan

(27)

seseorang memecahkan masalah dengan melibatkan kesadaran terhadap proses

berfikir serta kemampuan pengaturan diri, sehingga memungkinkan terbangunnya

pemahaman yang kuat dan menyeluruh terhadap masalah yang dihadapi disertai

dengan alasan yang logis.

Beberapa penelitian tentang penerapan pendekatan metakognitif yang

telah dilaksanakan menunjukkan bahwa pendekatan ini dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nugrahaningsih (2012) menunjukkan bahwa dengan strategi metakognitif siswa

dapat bekerja lebih sistematis dengan hasil yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan

dengan siswa dapat menyelesaikan masalah secara sistematis, dapat

merencanakan dengan baik, dapat menghubungkan yang diketahui dengan yang

ditanyakan, mengetahui rumus-rumus yang diperlukan, dan dapat memilih rumus

yang paling cocok.

Penelitian ini difokuskan pada meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah dan self efficacy siswa melalui pendekatan metakognitif. Dalam

pendekatan metakognitif ini siswa diarahkan untuk mengkontruksi sendiri konsep

yang akan di capai, dan diharapkan siswa dalam pembelajarannya dapat

merancang, memonitor dan mengevaluasi proses berfikir dan aktifitasnya dalam

memecahkan masalah. Pendekatan metakognitif yang dipilih dalam penelitian ini

adalah menggunakan metode IMPROVE. IMPROVE merupakan akronim dari

Introducing the new concepts, Metecognitive Questioning, Practicing, Reviewing

and Reducing difficulties, Obtaining mastery, Verivication and Enrichment.

(28)

baru dengan menggunakan tipe pertanyaan, siswa berlatih mengajukan dan

menjawab pertanyaan metakognitif dalam menyelesaikan masalah dan diakhir

pembelajaran guru memberikan umpan balik.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut mendorong penulis

untuk melakukan kajian lebih spesifik mengenai “Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Self Efficacy Siswa Melalui Pendekatan Metakognitif di

Kelas X-1 SMA Negeri 1 Lawe Alas”.

1.2Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai

penyebab rendahnya hasil belajar matematika antara lain:

1. Lemahnya keterampilan siswa dalam memecahkan masalah.

2. Tingkat self efficacy siswa dalam memecahkan rendah.

3. Belum diterapkannya pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah dan self efficacy.

4. Belum diterapkannya pendekatan metakognitif dalam pembelajaran.

5. Rendahnya hasil belajar siswa.

6. Tingginya persentase ketidakmampuan siswa dalam menjawab soal yang

menuntut kemampuan berfikir lebih tinggi.

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas adalah

masalah yang cukup luas dan kompleks serta cakupan materi matematika yang

(29)

ini lebih terarah, efektif dan efisien serta memudahkan dalam melaksanakan

penelitian, penelitian ini dibatasi pada masalah:

1. Lemahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

2. Tingkat self efficacy siswa dalam memecahkan masalah belum baik.

3. Penerapan pendekatan metakognitif belum dilaksanakan dalam

pembelajaran.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

rumuskan masalah yang akan diteliti adalah

1. Bagaimana efektifitas pendekatan metakognitif terhadap kemampuan

pemecahan masalah dan self efficacy di kelas X-1 SMA Negeri 1 Lawe Alas

pada Materi persamaan kuadrat.

2. Bagaimana pendekatan metakognitif dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan dan self Efficacy siswa di kelas X-1 di SMA Negeri 1 Lawe Alas

pada materi persamaan kuadrat.

3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui

pendekatan metakognitif.

1.5Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, yang

(30)

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan self

Efficacy siswa melalui pendekatan metakognitif di kelas X-1 SMA Negeri 1

Lawe Alas pada Materi persamaan kuadrat .

2. Untuk mengetahui efektifitas pendekatan metakognitif terhadap kemampuan

pemecahan masalah dan self efficacy di kelas X-1 SMA Negeri 1 Lawe Alas

pada Materi persamaan kuadrat.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui

pendekatan metakognitif.

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna baik bagi guru,

bagi siswa maupun bagi peneliti.

1. Bagi guru, dapat menambah khasanah pembelajaran dan menjadi alternatif

pembelajaran yang sangat mungkin dijadikan sebagai salah satu metode dalam

pelaksanaan tugas mengajar guru di sekolah untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah.

2. Bagi siswa, pendekatan metakognitif diharapkan dapat merangsang siswa

melakukan eksplorasi dan mengkonstruksi pengetahuan melalui pemecahan

masalah.

3. Bagi peneliti, memperoleh data mengenai kemampuan pemecahan masalah

dan dapat dijadikan acuan/referensi (penelitian yang relevan) pada penelitian

(31)

1.7Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap apa yang akan diteliti, maka

perlu adanya penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian

ini, beberapa istilah dalam penelitian ini adalah:

1. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa untuk

menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menggunakan pengalaman dan

pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. proses siswa untuk menemukan

jawaban meliputi memahami masalah, menyusun rencana, menjalankan

rencana dan memeriksa kembali.

2. Self Efficacy yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keyakinan siswa

terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk menyelesaikan tugas-tugas berupa

soal pemecahan masalah. Self efficacy mengacu kepada empat aspek yaitu

pencapaian kinerja, pengalaman orang lain, persuasi verbal dan indeks

psikologis.

3. Metakognitif merupakan kesadaran siswa terhadap kemampuan yang

dimilikinya serta kemampuan untuk memahami, mengontrol dan

memanipulasi proses-proses kognitif yang mereka miliki.

4. Pedekatan metakognitif merupakan pembelajaran yang diawali dengan

membimbing siswa untuk merencanakan, memilih strategi yang tepat untuk

menyelesaikan tugas kemudian mengevaluasi proses dan hasil yang

didapatnya.

5. Metode IMPROVE merupakan pembelajaran dimana guru mengantarkan

(32)

dan menjawab pertanyaan metakognitif dalam menyelesaikan masalah dan

(33)

130

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan

pendekatan metakognitif pada materi persamaan kuadrat untuk meningkatkan

kemampuan memecahkan masalah dan self efficacy siswa, dapat disumpulkan

bahwa Peningkatan dapat dilihat dari segi afektif dan kognitifnya dengan data

sebagai berikut:

a. Data hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada siklus I untuk

keseluruhan aspek memperoleh rata-rata 73,32% dan pada siklus II meningkat

untuk keseluruhan aspek memperoleh rata-rata 83,71%. Ketuntasan belajar

siswa pada siklus I diperoleh bahwa 22 siswa (62,85%) mencapai ketuntasan

secara klasikal dan meningkat pada siklus II yaitu terdapat 31 siswa (88,57%)

yang mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Sedangkan hasil data angket

self efficacy pada siklus I untuk kategori pengalaman autentik memperoleh

rata-rata sebesar 2,95, indikator pengalaman orang lain pada siklus I

memperoleh rata-rata 3,07, indikator pendekatan sosial atau verbal pada siklus

I memperoleh rata-rata 2,78, indikator indeks psikologi pada siklus I

memperoleh rata-rata 2,54 mengalami peningkatan pada siklus II yaitu untuk

pengalaman autentik memperoleh rata-rata sebesar 3,24, indikator pengalaman

orang lain memperoleh rata-rata 3,31, indikator pendekatan sosial atau verbal

memperoleh rata-rata 3,17, indikator indeks psikologi memperoleh rata-rata

(34)

131

b. Efektifitas pendekatan metakognitif dapat dilihat dari data hasil observasi

kemampuan guru mengelola pembelajaran pada siklus I memperoleh rata-rata

sebesar 3,67 atau berada pada kategori cukup dan mengalami peningkatan

pada siklus II yaitu memperoleh rata-rata sebesar 4,29 atau berada pada

kategori baik. Data hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa pada

siklus I terdapat 5 kategori aspek pengamatan yang memenuhi waktu ideal

yang telah ditentukan dan pada siklus II terdapat 6 kategori aspek pengamatan

yang memenuhi waktu ideal yang ditentukan.

c. Data hasil respon siswa untuk setiap kategori memperoleh persentase lebih

dari 80%.

Berdasarkan data yang diperoleh diatas bahwa pembelajaran dengan

pendekatan metakognitif efektif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah dan self efficacy siswa serta respon yang diberikan siswa terhadap

pembelajaran ini adalah positif.

5.2 Saran

Berdasarkan pengalaman peneliti selama pelaksanaan penelitian, peneliti

memberikan masukan atau saran yang perlu dipertimbangkan oleh berbagai pihak

berkaitan dengan penerapan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif

sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy

siswa pada pokok bahasan persamaan kuadrat:

1. Kepada pihak sekolah, diharapkan agar pembelajaran ini dapat menjadi

(35)

132

bergantian dengan model pembelajaran lain. Karena pembelajaran ini dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy siswa.

2. Dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

siswa sebaiknya disediakan alokasi waktu yang cukup sehingga siswa lebih

leluasa dalam menggali pengetahuan yang dimilikinya.

3. Memberikan soal-soal dengan variasi yang berbeda-beda sehingga siswa

mempunyai banyak pengalaman dalam menyelesaikan soal. Selain itu,

pertanyaan-pertanyaan metakognitif hendaknya direncakan terlebih dahulu

untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam membimbing siswa

memperoleh pengatahuan dan pengalaman baru.

4. Bagi guru yang akan mengajar dengan menggunakan angket self efficacy agar

memperhatikan siswa yang interpersonal dan intrapersonal sehingga penilaian

yang dilakukan benar-benar sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Berikan

pemahaman bahwa belajar berkelompok jauh lebih besar manfaatnya dari

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Dzulfikar, A. (2013). Studi Literatur: Pembelajaran Kooperatif Dalam Mengatasi Kecemasan Matematika dan Mengembangkan Self Efficacy Matematis Siswa. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan Tema “Penguatan Peran Matematika dan

Pendidikan Matematika Untuk Indonesia yang lebih baik”. ISBN: 978

-979-16353-9-4. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS).

Irfanyudistira. (2011). Perkembangan Kognitif Siswa Menurut Piaget. (Online) Diunduh: Kamis, 28 November 2013. Irfanyudistira.wordpress.com

Jbeili, I. (2012). The Effect of Cooperative Learning with Metacognitive Scaffolding on Mathematics Conceptual Understanding and Procedural Fluency. In International Journal for Research in Education (IJRE). No.

32, 2012 [online].

Tersedia:http://www.fedu.uaeu.ac.ae/journal/docs/pdf/pdf32/10.%20Algobali %20Eng..pdf. [diakses 25 Februari 2014]

Kilpatrick, J., Swafford, J., and Findell, B. (2001). Adding it up: Helping Children Learn Mathematics. United States: The National Academy of Sciences.

Kramarski, B. And Mizrachi, N. (2004). Enhancing Mathematical Literacy with The Use of Metacognitive Guidance in Forum Discussion. In Proceeding of the 28th Conference of International Group for Psychology of

Mathematics Education [online]. Tersedia:

http://www.emis.de/proceedings/PME28/RR/RR306_Kramarski.pdf. [diakses 15 Maret 2014]

Liberna, H. (2012). Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis Matematis Siswa Melalui Penggunaan Metode IMPROVE Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal Formatif 2 (3): 190-197. ISSN: 2088-351X.

Mukhid, A. (2009). “Self efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan

Implikasinya terhadap Pendidikan)”. Tadris, 4, (1), 108-122.

(37)

134

Murni, A. (2010). Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Masalah Kontekstual. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema ”Peningkatan Kontribusi Penelitian dan Pembelajaran Matematika dalam Upaya Pembentukan Karakter Bangsa ” pada tanggal 27 November 2010. Yogyakarta: FMIPA UNY.

National Council of Teacher of Mathematics (NTCM). (2000). Professional Standards For School Mathematics. Virginia: Reston

Noer, S. H. (2012). Self-Efficacy Mahasiswa Terhadap Matematika. Makalah Dipresentasikan Dalam Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan

Matematika Dengan Tema “Kontribusi Pendidikan Matematika Dan

Matematika Dalam Membangun Karakter Guru Dan Siswa”. ISBN: 978

-979-16353-8-7. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Nugrahaningsih, K.T. (2012). Metakognisi Siswa SMA Kelas Akselerasi Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. Magistra No.82 Th. XXIV Desember 2012. ISSN 0215-9511.

Ozsoy, G. dan Ataman, A. (2009). The effect of metacognitive strategy training on mathematical problem solving achievement. In International Electronic Journal of Elementary Education (IEJEE), Vol 1, Issue 2, March 2009.

ISSN 1307-9298. [Online]. Tersedia:

http://www.iejee.com/1_2_2009/ozsoy_ataman.pdf. [diakses 8 Maret 2014

Polya, G. (1973). How to Solve it: A New Aspert of Mathematical Method. New Jersey: Princeton University Press.

Polya, G. (1981). Mathematical Discovery: On Understanding, Learning and Teaching Problem Solving. New York: John Wiley & Sons, Inc

Prihandoko, A.C. (2005). Memahami Konsep Matematika Secara Benar dan Menyajikannya Dengan Menarik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Riegelman, N. R. (2007). Fostering Mathematical Thinking and Problem Solving:

The Teacher’s Role. NCTM. New York: Mac Millan.

(38)

135

Schoenfeld, A. H. (1992). Learning To Think Matematically: Problem Solving, Metacognition, And Sense-Making in Mathematics. In D. Grouws (Ed.). Handbook for Research on Mathematics Teaching and Learning (pp.334-370). Newyork: MacMillan. [online]. Tersedia: http://jwilson.coe.uga.edu/EMAT7050/Schoenfeld_MathThinking.pdf. [diakses 26 September 2013]

Schoenfeld, A.H. (2013). Reflections on Problem Solving Theory and Practice. The Mathematics Enthusiast, ISSN 1551-3440, Vol.10, nos 1&2, pp.9-34. The University of Montana.

Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta: Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika.

Sudiarta, I. P. G. (2007). Penerapan Strategi Pembelajaran Berorientasi Pemecahan Masalah Dengan Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Matakuliah Statistika Matematik I Tahun 2006/2007. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSA, No. 3 Th. XXXX Juli 2007.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Gambar 1.1:  Hasil jawaban siswa

Referensi

Dokumen terkait

Menurut persepsi responden (100%, SS; IPm=1) kerusakan hutan mangrove di Indramayu pada saat ini disebakan oleh dua faktor penting yaitu abrasi pesisir dan

• Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel berpasangan bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik : Chocran Q. • Untuk menguji hipotesis komparatif

Berdasarkan hasil penetapan pemenang lelang nomor : BM.47/PPL/PL/POKJA III//MT/X/2017 tanggal 16 Oktober 2017, maka Pokja III ULP Pemerintah Kab. Maluku Tengah dengan ini

Kontrak Pekerjaan Yang Sedang Dilaksanakan (jika ada) Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Masohi, Berdasarkan Hasil Evaluasi Penawaran dan

Chandra Sihombing selaku Direktur Teknik PT Jabar Rekind Geothermal atas ijin yang telah diberikan untuk melakukan penelitian di lapangan panasbumi

(Allium Ascalonicum L) bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian agensia hayati mikoriza terhadap intensitas penyakit layu fusarium, pertumbuhan dan hasil

Write a procedure CountCycles(f) that will take as input a list of length n that is the second line of the 2-line form of a permutation and will output the number of cycles that

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suhu simpan refrigerator (8-14 0 C) merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan viabilitas dan vigoritas seperti