PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP AL- HIDAYAH PADA MATERI POKOK SISTEM PERSAMAAN LINIER
DUA VARIABEL MEDAN T.P 2014/2015
Oleh:
Nila Wanni Harahap NIM 4102111012
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Di Smp Al-Hidayah Medan T.P
2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Untuk itu, dengan sepenuh hati penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna
kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada
Bapak Drs. Togi, M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, dan Bapak Drs.
Yasifati Hia, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan
saran mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Terima
kasih juga kepada Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd, M.A, M.Sc., Ph.D selaku
dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam
perkuliahan. Terima kasih untuk Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor
Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan
FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua jurusan Matematika
FMIPA UNIMED dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED serta Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku
Ketua Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak dan
Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED.
Terima kasih juga kepada Kepala Sekolah SMP Al- Hidayah Medan,
bapak Drs. Pasti Tarigan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
v
para guru SMP Al-Hidayah Medan beserta siswa kelas VIII-C yang telah
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayah tercinta
Ali Amri Harahap dan Ibu tercinta Nurcahaya Dalimunthe yang telah begitu banyak memberikan kasih sayang, do’a, motivasi, nasehat dan semangat, serta dukungan moral dan materi yang tak ternilai harganya. Serta kepada Adek2ku
tersayang Vifin, Ridwan, Indra, Hetty, Ramadhon begitu banyak memberikan do’a dan memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED.
Ucapan terima kasih juga kepada sahabat seperjuangan yang selalu memberikan do’a, motivasi, dan semangat yaitu Rika, Surya, Nurul dan Anto dan teman-teman anak Dik Mat C 2010, diantaranya Yayat, Halima, Hadijah, Baya,
Sundut, Himma, Nisa, Mutia, Namora serta teman-teman lain yang tidak mungkin
penulis sebutkan satu persatu namanya yang senantiasa memberi semangat dan
bantuan kepada penulis dan teman-teman sesama mahasiswa/i jurusan
matematika terutama stambuk 2010 A , B dan Ekstensi.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dalaam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.
Medan, Februari 2015
Penulis
iii
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP AL- HIDAYAH PADA MATERI POKOK SISTEM PERSAMAAN LINIER
DUA VARIABEL MEDAN T.P 2014/2015
Nila Wanni Harahap (NIM 4102111012)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII-C di SMP AL-Hidayah Medan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi pokok sistem persamaan linier dua variabel. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-C SMP AL-Hidayah Medan sebanyak 30 orang dan objek penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi pokok sistem persamaan linier dua variabel. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan observasi. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada setiap akhir siklus diberikan tes untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada siklus I diperoleh 40 %, siswa yang memenuhi kriteria kemampuan pemecahan masalah dengan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah 62,58 dan pada siklus II diperoleh 90 %, siswa telah memenuhi kriteria kemampuan pemecahan masalah dengan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah 81,17. Kriteria peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam penelitian ini yaitu persentase banyaknya siswa yang sudah mampu memecahkan masalah pada siklus II lebih tinggi dibandingkan pada siklus I dan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah pada siklus II lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah pada siklus I.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning semakin baik dari siklus I hingga siklus II. Dilihat dari hasil observasi proses pembelajaran yang mengalami peningkatan dari nilai rata-rata
2,1 kurang baik di siklus I menjadi 3,1 baik di siklus II. Maka dari hasil penelitian
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Grafik xi
Daftar Lampiran xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 9
1.3 Batasan Masalah 10
1.4 Rumusan Masalah 10
1.5 Tujuan Penelitian 10
1.6 Manfaat Penelitian 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12
2.1 Kerangka Teoritis 12
2.1.1 Belajar 12
2.1.2 Pembelajaran Matematika 13
2.1.3 Masalah Dalam Matematika 15
2.1.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 17
2.1.5 Model Pembelajaran 22
2.1.6 Model Pembelajaran Problem Based Learning 23
vii
2.1.6.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning 26
2.1.6.3 Keungulan dan Kelemahan Model Problem Based Learning 31
2.1.7 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 32
2.1.7.1 Defenisi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 32
2.1.7.2 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 33
2.1.7.3 Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 34
2.2 Kerangka Konseptual 42
2.3 Hipotesis Penelitian 43
BAB III METODE PENELITIAN 44
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 44
3.2 Subjek dan Objek Penelitian 44
3.2.1 Subjek Penelitian 44
3.2.2 Objek Penelitian 44
3.3 Jenis Penelitian 44
3.4 Prosedur Penelitian 44
3.5 Alat Pengumpulan Data 49
3.5.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 49
3.5.2 Observasi 51
3.6 Teknik Analisis Data 52
3.6.1 Analisis Data Hasil Tes 52
3.6.2 Analisis Data Hasil Observasi 54
3.6.3 Tafsiran Data 54
3.7 Indikator Keberhasilan 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 57
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 57
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus I 57
4.1.1.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I 57
4.1.1.2 Observasi Siklus I 62
viii
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus II 68
4.1.2.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II 69
4.1.2.2 Observasi Siklus II 73
4.1.2.3 Refleksi Siklus II 78
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 81
4.3 Rekap Tindakan 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 88
5.1 Kesimpulan 88
5.2 Saran 89
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 6
Tabel 2.1 Tahapan-tahapan Problem Based Learning 26
Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 46
Tabel 3.2 Teknik Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah 50
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 55
Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah I 58
Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Masalah I 59
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Masalah I 59
Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Hasil
Penyelesaian I 60
Tabel 4.5 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I 62
Tabel 4.6 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I 65
Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes Siklus II 70
Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Masalah II 70
Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Masalah II 71
Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali
Hasil Penyelesaian II 72
Tabel 4.11 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus II 75
Tabel 4.12 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II 76
Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Penelitian pada Siklus I dan Siklus II 78
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Hasil Pekerjaan Siswa 5
Gambar 2.1 Grafik Persamaan 35
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 45
Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah I 60
Gambar 4.2 Jumlah Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah I 61
Gambar 4.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM I 61
Gambar 4.4 Nilai Rata-rata Siswa di Setiap Langkah Pemecahan Masalah II 72
Gambar 4.5 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah II 72
Gambar 4.6 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM II 73
Gambar 4.7 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I dan Siklus II 79
Gambar 4.8 Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Guru pada Siklus I dan
Siklus II 79
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Siklus I 92
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Siklus I 101
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Siklus II 108
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Siklus II 116
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I 124
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II 130
Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa III 136
Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa IV 138
Lampiran 9 Kisi-kisi Tes Diagnostik 141
Lampiran 10 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecaan Masalah I 142
Lampiran 11 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecaan Masalah II 145
Lampiran 12 Tes Diagnostik 144
Lampiran 13 Alternatif Jawaban Tes Diagnostik 145
Lampiran 14 Soal Tes Siklus I 147
Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Tes Siklus I 148
Lampiran 16 Soal Tes Siklus II 154
Lampiran 17 Alternatif Penyelesaian Tes Siklus II 155
Lampiran 18 Lembar Validasi Tes Diagnostik 163
Lampiran 19 Lembar Validitas Tes Siklus I 169
Lampiran 20 Lembar Validitas Tes Siklus II 175
Lampiran 21 Lembar Observasi Pengelolaan Guru Siklus I 179
Lampiran 22 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1 183
Lampiran 23 Lembar Observasi Pengelolaan Guru Siklus II 187
Lampiran 24 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II 191
Lampiran 25 Pedoman Penskoran Tes 195
Lampiran 26 Nilai Rata-rata Siswa pada Tes Diagnostik 196
Lampiran 27 Nilai Rata-rata Siswa pada Tes Siklus I 198
Lampiran 28 Nilai Rata-rata Siswa pada Tes Siklus II 200
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa
depan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sumber dan tujuan kemajuan suatu
bangsa. Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat ditentukan kualitas
pendidikannya. Oleh karena itulah pendidikan dapat dijadikan sebagai parameter
seberapa baik kualitas pembangunan suatu bangsa. Menurut Hamalik (2010:79)
bahwa:
”Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat”.
Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata
pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006
tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari
SD hingga SMA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang
perlunya siswa belajar Matematika. Cornelius (dalam Abdurrahman 2009:253)
mengemukakan :
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1)sarana berpikir yang jelas dan logis, (2)sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3)sarana mengenal pola-pola hubungan dan generasilisasi pengalaman, (4)sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.
Berdasarkan kutipan disimpulkan bahwa melalui pembelajaran
2
berfikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasannya serta dapat mengembangkan
aktivitas kreatif dalam memecahkan masalah. Ini menunjukkan bahwa
matematika memiliki manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa
sehingga perlu untuk dipelajari.
Kualitas pendidikan matematika Indonesia belum mencapai hasil yang
diharapkan. Maka tidak mengherankan bila prestasi belajar matematika perlu
mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Kenyataan yang ada menunjukkan
hasil belajar siswa pada bidang studi matematika kurang menggembirakan.
Seperti yang dikatakan Zainurie (http://zainurie.wordpress.com/2007/05/14):
“Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh TIMSS yang dipublikasikan
26 Desember 2006, jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibanding Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam. Tapi kenyataannya, prestasi Indonesia berada jauh dibawah kedua negara tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400=rendah, 475=menengah, 550=tinggi, dan 625=tingkat lanjut). Artinya, waktu yang dihabiskkan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang di raih”.
Dari kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa kualitas
pendidikan matematika masih rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan.
Rendahnya prestasi belajar matematika di sekolah telah menjadi masalah nasional
yang harus diperhatikan oleh beberapa kalangan. Untuk mengatasi rendahnya nilai
matematika tersebut, para pendidik berusaha mengadakan perbaikan dan
peningkatan dari segi yang menyangkut dari pendidikan matematika.Sedangkan
berdasarkan hasil belajar matematika, Lenner (dalam Abdurrahman, 2009:253)
mengemukakan bahwa: “Kurikulum bidang studi matematika hendaknya
mencakup tiga elemen,(1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah”.
Dari pernyataan tersebut, salah satu aspek yang ditekankan dalam
kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat
penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa
3
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin.
Kemampuan berpikir untuk pemecahan masalah dalam matematika itu
adalah bagian yang sangat dasar dan sangat penting. Namun, kenyataannya
dilapangan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa di Indonesia masih
sangat rendah hal ini dapat dilihat dari hasil survei empat tahunan TIMSS yang
dikoordinasikan oleh IEA (The International Association for the Evaluation of
Educational Achievement), salah satu indikator kognitif yang dinilai adalah
kemampuan siswa untuk memecahkan masalah non rutin. Pada keikutsertaan
pertamakali tahun 1999 Indonesia memperoleh nilai rata-rata 403 dan berada pada
peringkat ke 34 dari 38 negara, tahun 2003 memperoleh nilai rata-rata 411 dan
berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, tahun 2007 memperoleh nilai rata-rata
397 dan berada di peringkat ke 36 dari 49 negara, dan tahun 2011 memperoleh
nilai rata 386 dan berada pada peringkat 38 dari 42 negara. Nilai standar
rata-rata yang ditetapkan oleh TIMSS adalah 500 hal ini artinya posisi Indonesia
dalam setiap keikutsertaannya selalu memperoleh nilai dibawah rata-rata yang
telah ditetapkan.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa Indonesia
juga dapat dilihat dari hasil survei PISA (OECD, 2010) tahun 2009 yang
menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-61dari 65 negara yang
disurvei dengan nilai rata-rata kemampuan matematika Indonesia yaitu 371dari
nilai standar rata-rata yang ditetapkan oleh PISA adalah 500. Pada survei tersebut
salah satu Indikator kognitif yang dinilai adalah kemampuan pemecahan masalah.
Untuk PISA 2012, diikuti oleh lebih dari 510.000 siswa di 65 negara dan wilayah.
Dan Indonesia berada di peringkat dua terbawah untuk skor matematika dalam
survei Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2012. Dari
total 65 negara dan wilayah yang masuk survei PISA, Indonesia menduduki
ranking ke-64 atau hanya lebih tinggi satu peringkat dari Peru.
Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa rendah. Siswa cenderung menghafal konsep-konsep
4
kurang. Depdiknas tahun 2007 (http://educare.e_fkipunla.net) menyebutkan bahwa: “Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan atau kompetensi strategis yang ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah”.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa
melakukan kegiatan pembelajaran seperti memberi latihan-latihan soal dan
memecahkan masalah matematika, maka siswa diharapkan lebih mudah
memahami konsep matematika yang ada. Seperti yang dikemukakan Hudojo
(2001:166) bahwa: “Pemecahan masalah mempunyai fungsi yang penting dalam
kegiatan belajar mengajar matematika. Melalui pemecahan masalah matematika,
siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajari”.
Dari observasi yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2014 dengan salah
satu guru matematika SMP Al-Hidayah Medan Pak Mahmud menyatakan bahwa “Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang membutuhkan pemecahan masalah, jika soal yang diberikan sedikit bervariasi maka siswa sulit mengerjakan soal tersebut”. Hal ini disebabkan kurangnya kreativitas siswa untuk menyelesaikan soal serta kurangnya minat siswa dalam belajar matematika.
Observasi selanjutnya adalah pemberian tes diagnostik kepada 30 siswa
kelas VIII-C SMP Al-Hidayah Medan yang berhubungan dengan pemecahan
masalah bentuk soal uraian. Dalam menyelesaikan tes diagnostik, terdapat
kesalahan siswa dalam mengerjakannya, kesalahan yang banyak dilakukan siswa
yaitu siswa tidak mampu dalam menyelesaikan masalah dimana penyelesaian
yang dilakukan masih salah dan tidak mampu dalam memeriksa kembali
penyelesaian atau dalam menyimpulkan hasil jawaban masih salah seperti berikut
5
Gambar 1.1 Hasil Pekerjaan Siswa yang salah
Dari hasil survei peneliti berupa pemberian tes diagnostik pemecahan
masalah kepada siswa SMP Al-Hidayah Medan di kelas VIII, pada materi sistem
persamaan linier dua variabel, dari 30 siswa yang mengikuti tes, diperoleh skor
rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa 48,33%. Diperoleh gambaran
tingkat kemampuan tingkat kemampuan sangat tinggi terdapat 0 orang (0%)
siswa, 1 orang (3,3%) siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 2 orang (6,7%)
siswa yang memiliki kemampuan sedang, 8 orang (26,7%) siswa yang memiliki
6
sangat rendah. Hal ini menunjukkan tingkat kemampuan pemecahan masalah
siswa masih sangat rendah dilihat dari :
Tabel 1.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa masih rendah padahal salah satu tujuan pembelajaran
matematika saat ini adalah meliputi kemampuan memahami masalah,
merencanakan masalah, melaksanakan masalah dan memeriksa kembali hasil
yang diperoleh.
Sebagai lanjutan wawancara peneliti dengan pak Mahmud, yang mana
peneliti juga menanyakan mengenai model pembelajaran yang digunakan di SMP
AL-Hidayah Medan, beliau mengatakan bahwa : “Model pembelajaran yang biasa
kami gunakan adalah pengajaran langsung berupa penyampaian materi lewat
ceramah, latihan, dan memberikan tugas-tugas dan model pembelajaran ini terbiasa kami gunakan di sekolah”. Hal ini menunjukkan bahwa guru masih kurang tepat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dalam
menyampaikan materi sistem persamaan linier dua variabel dan pembelajaran
yang dilakukan masih banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk
secara pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan sehingga siswa
krang terlibat dalam proses pembelajaran. Kondisi tersebut juga menunjukkan
bahwa model pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru.
Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga disebabkan oleh model
Tingkat penguasaan Kriteria
90 - 100
80 - 89
65 - 79
55 - 64
0 – 54
Kemampuan sangat tinggi
Kemampuan tinggi
Kemampuan sedang
Kemampuan rendah
7
pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Seperti yang dikemukakan oleh
Abdurrahman (2009:38) bahwa:
“Yang menjadi faktor penyebab rendahnya atau kurangnya pemecahan peserta didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah
model pembelajaran yang digunakan oleh pengajar, misalnya
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konvensional yang menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai pendengar”.
Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif, membuat
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran
matematika seharusnya guru matematika mengerti bagaimana memberikan
stimulus kepada siswa sehingga siswa mencintai belajar matematika dan lebih
memahami materi yang telah diberikan oleh guru. Sehingga guru mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan muncul kelompok siswa yang
menunjukkan gejalah kegagalan dalam berusaha mengetahui dan mengatasi faktor
yang menghambat proses belajar siswa.
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul perubahan tingkah
laku pembelajaran yang positif pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman,
penguasaan materi dan keaktifan belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman,
penguasahan materi dan keaktifan belajar siswa maka semakin tinggi pula tingkat
keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya, prestasi belajar siswa
masih rendah. Keaktifan siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika. Siswa diharapkan
benar-benar aktif dalam belajar matematika, sehingga akan berdampak pada
ingatan siswa tentang materi pembelajaran. Suatu konsep akan lebih mudah untuk
dipahami dan diingat apabilah disajikan melalui langkah-langakah dan prosedur
yang tepat, jelas, menarik, efektif dan efesien.
Seorang guru bertugas untuk menyajikan sebuah pelajaran dengan tepat,
jelas, menarik, efektif dan efesien. Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu
8
berusaha menyusun dan menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi agar
siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar matematika.
Agar pembelajaran berpusat pada siswa, guru perlu memilih suatu model
pembelajaran yang memerlukan keterlibatan siswa secara aktif dan juga dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya, selama proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan
model pembelajaran PBL ( Problem Based Learning ). Dalam hal ini model PBL
digunakan untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri
dan kemampuan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan
percaya diri. Pembelajaran seperti ini dapat menjadi pendekatan yang efektif
untuk pembelajaran proses berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan pemecahan
masalah matematika. Dalam pembelajaran ini, siswa dibantu memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusunnya menjadi
pengetahuan mereka sendiri.
Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Basid Learning merupakan
suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah.
Menurut Arends (dalam Trianto, 2010 : 93), ciri- ciri utama Pembelajaran
Berbasis Masalah yaitu : (1) belajar dimulai dengan suatu permasalahan, (2)
mengorganisasikan pelajaran diseputar pemasalahan, bukan diseputar disiplin
ilmu, (3) memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubungan dengan
dunia nyata siswa, (4) menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah
mereka pelajari dalam bentuk produk (karya) atau kinerja (performance), (5)
menggunakan kelompok kecil.
Sistem persamaan linier dua variabel adalah salah satu materi yang
dianggap sulit oleh siswa. Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi sistem
persamaan linier satu variabel yang telah dipelajari sebelumnya. Akan tetapi
masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari soal-soal khususnya
9
dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan
keterampilan siswa dalam suatu situasi baru atau situasi berbeda. Sedangkan
siswa cenderung hanya menggunakan rumus-rumus yang ada tanpa memahami
konsepnya terlebih dahulu. Sehingga jika diberikan soal yang berbeda dari soal
yang sebelumnya siswa sulit mengerjakan soal tersebut.
Model pembelajaran Problem Based Learning ini sesuai untuk
mengajarkan materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel, karena banyak
menyangkut masalah dunia nyata siswa sehingga dapat memotivasi siswa dalam
belajar dan guru mengarahkan siswa untuk menemukan konsep SPLDV yang
benar serta mampu juga dalam mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Soal-soal yang diberikan pada materi SPLDV juga merupakan soal cerita yang
dapat melatih kemampuan pemecahan masalah siswa. Maka model pembelajaran
PBL ini dapat dijadikan alternatif yang diharapkan siswa akan mampu
membangun pemahamannya sendiri dan membuat pembelajaran akan lebih
bermakna sehingga pemahaman siswa terhadap materi lebih mendalam yang akan
bermanfaat untuk meningkatkan kemampuannya dalam pemecahan masalah dan
dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa dapat
secara aktif menemukan sendiri permasalahan dari suatu pokok bahasan. Sehingga
siswa termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide-ide
dan gagasan mereka dalam memecahkan permasalahan matematika.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul: Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas
VIII SMP AL-Hidayah Medan T.P 2014/2015.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka diperoleh
identifikasi masalah sebagai berikut :
10
2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang membutuhkan
pemecahan masalah.
3. Siswa tidak tahu menerapkan konsep matematika sehingga pembelajaran
dirasakan tidak bermakna dan cenderung membosankan.
4. Siswa hanya dapat membayangkan penerapan matematika tanpa mengetahui
dalam kehidupan sehari-hari sehingga materi cepat terlupakan.
5. Guru masih mengajar menggunakan pendekatan tradisional (teacher
centered) yang memposisikan siswa sebagai objek pasif di dalam belajar.
1.3 Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan identifikasi masalah di atas maka peneliti
membatasi masalah agar penelitian ini terarah. Batasan masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa khususnya pada materi sistem persamaan linier dua variabel di
kelas VIII SMP Al-Hidayah Medan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah : Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIII SMP Al-Hidayah
Medan ?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : Untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi sistem
11
1.6 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian yang
diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi guru
Sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi matematika mengenai
pembelajaran Problem Based Learning dalam meningatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
2. Bagi Siswa
Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
3. Bagi Peneliti
Sebagai bahan pembanding bagi mahasiswa atau peneliti lainnya yang ingin
meneliti topik atau permasalahan yang sama tentang meningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
4. Bagi Pihak Sekolah
Sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah dalam pembinaan dan
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada
materi sistem persamaan linear di kelas VIII-C SMP AL-Hidayah Medan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini dapat
dilihat melalui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
secara klasikal dari 40 % pada siklus I menjadi 90 % pada siklus II. Selain itu,
pada siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dalam memenuhi kriteria
tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebanyak 12 siswa
sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 27 siswa. Rata-rata nilai siswa pada
siklus I adalah 62,58 dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata nilai siswa
adalah 81,17. Kriteria peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa dalam penelitian ini yaitu pada siklus I kriteria masih rendah sedangkan
pada siklus II kriterianya adalah tinggi. Selain itu, proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) semakin baik
dari siklus I hingga siklus II. Dilihat dari hasil observasi proses pembelajaran
yang mengalami peningkatan dari nilai rata-rata 2,1 di siklus I menjadi 3,1 di
89
5.2Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. Kepada guru, khususnya guru matematika, disarankan untuk
memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan
melibatkan peran akitf siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk itu,
hendaknya guru matematika menerapkan pembelajaran dengan model
pembelajaran Problem Based Learning. Karena model pembelajaran ini
dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa.
2. Kepada siswa disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat
atau ide-ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat
mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pelajaran
matematika.
3. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning pada materi sistem persamaan linier dua variabel ataupun materi lain yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.
4. Kepada kepala sekolah agar dapat mengkoordinasikan guru-guru untuk
menerapkan pembelajaran yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan
aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Salah satunya model
pembelajaran Problem Based Learning
90
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono,(2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta
Amir, T.,(2010), Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Kencana Prada Media Group, Jakarta
Arends, S., (2007), Learning To Teach, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Arikunto, dkk, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung
Daryanto, 2010, Belajar Mengajar, CV.Yrama Widya, Bandung
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed, Medan.
Hamalik, O, (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.
Hamdani , (2011 ), Stategi Belajar Mengajar. Pustaka setia , Bandung
Hudojo, H.(2001), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, P2LPTK, Jakarta
Isjoni.2009.Pembelajaran Koooperatif Meningkatan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Pustaka Pelajar,Yogyakarta
Napitupulu, N,(2013), Penerapan pembelajaran problem based learning untuk meningkatkankemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan aritmatika sosial di kelas 7 smp swasta hang tuah 1belawan tahun ajaran 2012/2013, Skripsi FMIPA Unimed.
Sagala, S. 2003. Konsep Dan Makna Pemebelajaran. Bandung : Alfabeta
91
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metode Statistik, Tarsito : Bandung.
Suprijono, Agus,(2009),Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Syaban, M., (2009), Mengembangkan Daya Matematis Siswa,
http://Educare,e.fkinfule.net.
Tim Dosen Proyek PGSM, (1999), Penelitian Tindakan Kelas(Classroom Action Research), Depdikbud, Jakarta.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Surabaya.
______, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Surabaya.
Zainurie, (2007), Prestasi Matematika Indonesia Masih Rendah,
ii
RIWAYAT HIDUP
Nila Wanni Harahap dilahirkan di Gunungtua Kec. Padang bolak
kab.PALUTA, pada tanggal 05 JUNI 1991. Ayah tercinta yang bernama Ali Amri
Harahap dan Mama tersayang bernama Nurcahaya Dalimunthe. Penulis
merupakan anak pertama dari enam bersaudara, dan merupakan saudara kandung
dari Vifin Romaito hrp, Ridwan avif hrp, Indra Nauli hrp, Hetty May Saroh hrp,
Ahmad Romadhon Saputra hrp. Pada tahun 1998, penulis memulai pendidikan di
SD Negeri 5 Gunungtua dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis
melanjutkan sekolah di MTs Negeri Nurul Iman dan lulus pada tahun 2007. Pada
tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah di MA Negeri 2 Model
Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di
Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, FMIPA Universitas