• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN PERANANNYA TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN PERANANNYA TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN PERANANNYA TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN

LAMPUNG BARAT

Oleh

FEBY AMALIA SAPUTRI

(2)

ABSTRACT

IDENTIFICATION AND ANALYSIS OF SECTORS LEADING ROLE ON

THE LEVEL OF ECONOMIC GROWTH IN LAMPUNG BARAT

By

FEBY AMALIA SAPUTRI

The purpose of this study was to identify the leading sectors contained in Lampung Barat and identify the role of the leading sectors to economic growth in West Lampung. Data collection techniques use data GDP West Lampung and Lampung in 2008 - 2013. The data were analyzed using Location Quotient, Shift Share analysis, analysis Typology Klassen, analysis Growth Ratio Model, and Overlay analysis. The results showed that obtained three leading sectors in West Lampung, namely the service sector, agriculture and trade, hotels and restaurants, based on overlay analysis is an analysis that describes the tendency of the ninth sector level shows that the service sector has grown dominant and surplus trends and based on the analysis Typology Klassen by sector, showed that the service sector is the sector forward and grow exponentially. The mining sector is a sector that is advanced but depressed. The agricultural sector is a potential sector and can grow rapidly.

(3)

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN PERANANNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN LAMPUNG

BARAT Oleh

Feby Amalia Saputri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN PERANANNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN LAMPUNG

BARAT

(Skripsi)

Oleh

Feby Amalia Saputri

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran... 9 2. Tipologi Klassen dalam pengidentifikasian Sektor ... 47 3. hasil analisis Tipologi Klassen berdasarkan sektor di

(6)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. PDRB Per Kapita Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung

( Miliar Rupiah ) ... L1 2. PDRB Kabupaten Lampung Barat periode 2008 - 2013

menurut harga berlaku (juta rupiah) ... L2 3. Kerangka Pemikiran ... L3 4. Jumlah penduduk, rumah tangga, dan kepadatan di Kabupaten

Lampung Barat Tahun 2007 ... L4 5. Tipologi Klassen dalam pengidentifikasian Sektor... L5 6. PDRB Kabupaten Lampung Barat periode 2008 - 2013 menurut

harga berlaku (juta rupiah)... L6 7. Location Quotient (LQ) Kabupaten Lampung Barat Tahun

2012–2013... L7 8. Rasio PDRB Kabupaten Lampung Barat dan PDRB Provinsi

Lampung Tahun 2008–2013... L8 9. Hasil Analisis Shift - Share Kabupaten Lampung Barat Tahun

(7)

viii

10. Jumlah PDRB Kabupaten Lampung Barat Tahun 2008 dan 2013, Rata–rata Pertumbuhan (%) dan Rata–rata

Kontribusi (%)... L10 11. Jumlah PDRB Provinsi Lampung Tahun 2008 dan 2013,

Rata–rata Pertumbuhan (%), dan Rata–rata Kontribusi (%)... L11 12. Hasil analisis Tipologi Klassen berdasarkan sektor di

Kabupaten Lampung Barat tahun 2008–2013... L12 13. Perbandingan MRP Kabupaten Lampung Barat dan

Provinsi Lampung Tahun 2008–2013... L13 14. Perbandingan MRP Kabupaten Lampung Barat dan Provinsi

Lampung Tahun 2008–2013... L14 15. Analisis Overlay Sektor Perekonomian di Kabupaten Lampung

Barat tahun 2008–2013... L15 16. Jumlah Wisatawan, Objek Wisata, dan Promosi Pariwisata di

Kabupaten Lampung Barat... L16 17. Total Produksi hasil pertanian di Kabupaten Lampung Barat.... L17 18. Jumlah Pasar, Toko, dan Hotel di Kabupaten Lampung Barat... L18 19. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten

(8)
(9)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. PDRB Per Kapita Kabupaten dan Kota di Provinsi

Lampung ( Miliar Rupiah ) ... 3 2. PDRB Kabupaten Lampung Barat periode

2008-2013 menurut harga berlaku ... 5 3. Jumlah penduduk, rumah tangga, dan kepadatan di Kabupaten

Lampung Barat Tahun 2007... 19 4. PDRB Kabupaten Lampung Barat periode 2008–2013 menurut

harga berlaku (dalam miliyar rupiah) ... 51 5. Location Quotient (LQ) Kabupaten Lampung Barat Tahun

2012–2013 ... 53 6. Rasio PDRB Kabupaten Lampung Barat dan PDRB Provinsi

Lampung Tahun 2008–2013... 57 7. Hasil Analisis Shift–Share Kabupaten Lampung Barat Tahun

2012–2013 ... 59 8. Perbandingan Pergeseran Bersih Hasil Analisis Shift–Share

Kabupaten Lampung Barat Sebelum dan Sesudah Pemekaran Daerah... 61 9. Jumlah PDRB Kabupaten Lampung Barat Tahun 2008

dan 2013, Rata–rata Pertumbuhan (%), dan

Rata - rata Kontribusi (%) ... 63 10. Jumlah PDRB Provinsi Lampung Tahun 2008 dan 2013,

Rata–rata Pertumbuhan (%), dan Rata–rata Kontribusi (%)... 64 11. Perbandingan MRP Kabupaten Lampung Barat dan Provinsi

(10)

v

12. Analisis Overlay Sektor Perekonomian di Kabupaten Lampung

(11)
(12)
(13)
(14)

MOTO

"When you want to succed as bad as you want to breathe, then you’ll

be successful."

(Nikki Bella)

“Creative thinking is one of the greatest gifts to be encouraged as this

inspires innovation and innovation inspires the world we live in.”

(Kaspar Faber)

“Art is everywhere, except it has to pass through a creative mind.”

(Louise Nevelson)

“Do something today that your future self will thank you for.”

(15)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam selalu

tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Papa dan Mama tersayang, terima kasih atas doa , kasih sayang dan pengorbanan yang luar biasa.

Adikku tersayang M. Farhan Nasyit dan Clara Azzahra Putri, yang selalu memberikan dukungan, bantuan serta semangat.

Sahabat-sahabat tersayang, yang selalu menemani hari-hariku. Kebersamaan dengan kalian tidak akan pernah terlupakan.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung 17 Febuari 1994, merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Jamalludin, S.E., S.Sos dan Ibu Ertik Lies Sundari.

Penulis memulai jenjang pendidikan dari Playgroup Among Putra Indonesia di Bandar Lampung, diselesaikan tahun 1998. Penulis melanjutkan Pendidikannya di Taman Kanak-Kanak (TK) Sandhy Putera di Bandar Lampung, diselesaikan tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Al Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2005. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Kartika ii–2 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 4 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2011.

(17)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsiyang berjudul “Analisis Identifikasi Sektor Unggulan dan Peranannya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Lampung Barat” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(18)

motivasi, semangat dan sumbangan pemikiran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. Selaku dosen Penguji, terimakasih atas masukan serta ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Lies Maria Hamzah. S.E. , selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing, memberikan nasihat dan motivasi selama menjadi mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan

pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

8. Seluruh Staf dan petugas di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terutama untuk ibu Hudaiyah yang telah membantu dan memberikan kemudahan dalam mengurus administrasi.

9. Papa Jamalluddin SE., S.Sos dan Mama Ertik Lies Sundari tersayang, terima kasih atas pengorbanan yang sangat luar biasa, kasih sayang serta doa yang selalu dipanjatkan.

10. Adikku, Clara Azzahra Putri dan M.Farhan Nasyit. Terima kasih telah mewarnai hari-hari ku. Kalian adalah semangat bagiku untuk terus berjuang. 11. Keluarga kampus saya DA, Amalia Yasmine, Gella Nadia Dwi Putri, Nur

Arianti Windy Septiani, Zalalia Alfiolieta. Terima kasih atas kebersaman, suka cita, canda tawa, serta semangat selama ini.

12. Keluarga IPS 3 saya GS, Sisca Monika, Novi Anzani, Ica attu, Ossie

(19)

13. Sahabat tercinta, Astari Maharani, Ni Made Ria Bintari, Jessi Trianka. Terima kasih telah mewarnai hari hariku, terima kasih atas canda tawanya selama ini. Semoga kita bisa keliling dunia, amin.

14. Sahabat LIA, Ayu Ratna Pratiwi, Ira Anggini, Galuh, Nyoman, Citra. Terima kasih atas semangatnya dan keceriaan semasa kursus hingga saat ini.

15. Sahabat SMP, Kaharisma, Dede, Ella, Tika, Endah, Bella, Tria, Fahri dkk. Terima kasih atas semangatnya dan terima kasih atas doanya kawan. 16. Sahabat SD, si kembar Ade dan Ayu, Ratih, Ati, Dita, Rani, Jayanti dkk.

Terima kasih atas semangat dan doanya, terima kasih juga telah mengisi hari hari saya selama ini.

17. Sahabat Kecil, Eva Oktavia dan Aprillia Malau. Terima Kasih semuanya. 18. Sahabat D1 LBI, Jenfabella Lukel, Chelsilia Hernidons, Taufik Priandaru,

Rajiv, Maria, Ambar, Ari, Anggraini, Satria Gendut, Septa, Halabi dan seluruh kelas Purple. Terimakasih telah membuat keceriaan dan warna di setiap

malam. Kesuksesan ditangan kita semua kawan.

19. Sahabat-sahabat seperjuangan seluruh angkatan 2011 Ekonomi Pembangunan, Nurul Ulfa, Agilta, Butet, Ari, Gita N, Yesi, Desi, Gita Leviana, Dewi, Cella, Yoga, Putri, Mba Dewi, Irma, Devi, Winda, Nanang, Arga, Borju, Sofyan, Panji, Yudha, Sunarmo, Tingut, Dian Ayu, Dianita, Ayuni, Suci Melyani, Defti, Trimul, Amri, Richard, Tari, Yeni, Asih serta seluruh teman-teman EP’11 yang tidak dapat disebutkan satu persatuterimakasih atas

kebersamaannya selama ini

(20)

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan do’a yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.Aamiin.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kerangka Pemikiran ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 12

1. Teori Pembangunan ... 12

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi... 19

3. Teori Pembangunan Daerah ... 22

4. Teori Perencanaan Pembangunan Daerah ... 24

5. Teori Basis Ekonomi ... 28

(22)

✁✁

B. Analisis Tipologi Klassen ... 31 C. AnalisisShift Share ... 32 6. Teori Spesialisasi Perekonomian ... 33 B. Tinjauan Empiris ... 35

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data ... 37 B. Profil Wilayah Penelitian ... 38 C. Metode Analisis Data ... 40

1. AnalisisLocation Quotient (LQ) ... 40 2. AnalisisShift Share... 43 3. Analisis Tipologi Klassen ... 45 4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 47 5. AnalisisOverlay... 48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(23)

✂✂✂

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 75 B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA

(24)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Pembangunan ekonomi sangat diperlukan dalam melaksanakan kegiatan perekonomian di suatu daerah baik itu untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Pembangunan ekonomi merupakan suatu usaha yang dilakukan masyarakat dengan mengelola sumber daya manusia dan sumber

daya yang terbatas, serta membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan memacu perkembangan kegiatan ekonomi untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat, Arsyad (1999).

Dalam melaksanakan pembangunan di suatu daerah diperlukan sebuah kegiatan yang dilakukan dengan memahami teori pertumbuhan ekonomi daerah serta mengkaji pola pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah. Hal yang perlu dilakukan dalam melakukan pembangunan ekonomi di suatu daerah adalah mengetahui lingkungan wilayah, baik itu kondisi alam, kondisi perekonomian, sosial, teknologi, serta hubungan suatu daerah dengan daerah lainnya.

Beberapa daerah dalam suatu wilayah yang memiliki keunggulan yang berbeda akan menjadikan suatu ciri khas di dalam wilayah tersebut serta dapat

(25)

2

dinilai melalui PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dengan menunjukkan sektor dan subsektor terbesar yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

Menurut Sjafrizal (2008), sejak dilaksanakannya otonomi daerah sejak tanggal 1 januari 2001 sesuai dengan Undang Undang No. 22 tentang Pemerintahan daerah dan Undang Undang No. 25 tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan dan Pusat Daerah diberi wewenang dan sumber keuangan baru untuk mendorong proses pembangunan di daerahnya masing-masing yang selanjutnya akan mendorong proses pembangunan secara keseluruhan. Setiap daerah dapat menentukan sektor dan komoditi sendiri yang akan dikembangkan dalam meggerakkan perekonomian suatu daerah dengan melihat sektor potensial. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan dan kelemahan di wilayahnya menjadi semakin penting. Sektor yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor sektor lain untuk berkembang. Provinsi Lampung merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di antara 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Provinsi Lampung memiliki 13 Kabupaten dan 2 Kota yang memiliki tingkat perekonomian yang berbeda yang diukur dari jumlah PDRB.

(26)

3

Tabel 1. PDRB Per Kapita Kabupaten dan Kota di Provinsi Lampung ( Miliar Rupiah )

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi terbesar berada pada kota Bandar Lampung yang berjumlah 103,37 juta rupiah di tahun 2010 lalu

mengalami peningkatan signifikan pada tahun tahun berikutnya hingga mencapai 151,16 rupiah di tahun 2013. Hal ini disebabkan karena kota Bandar Lampung memiliki pembangunan yang optimal dalam mengalokasikan sumber daya alam dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Jumlah pertumbuhan ekonomi terendah pada seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Lampung berada pada Kabupaten Lampung Barat, Pesisir Barat dan Kota Metro. Kabupaten Pesisir Barat dan Kota Metro memilii jumlah pertumbuhan ekonomi terendah dikarenakan kedua daerah ini baru saja mengalami pemekaran dari Kabupaten sebelumnya yaitu Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Lampung Tengah sejak 25 Oktober 2012 untuk Kabupaten Pesisir Barat dan 27

No. Kabupaten 2010 2011 2012 2013

1 Lampung Barat 6,72 8,00 8,94 9,85

2 Tanggamus 8,94 10,21 11,85 14,10

3 Lampung Selatan 11,16 12,54 14,72 16,45

4 Lampung Timur 10,95 12,26 13,69 15,08

5 Lampung Tengah 14,18 16,29 18,60 20,60

6 Lampung Utara 13,91 17,60 21,20 24,06

7 Way Kanan 7,40 8,46 9,68 10,81

8 Tulang Bawang 14,22 16,03 18,74 21,84

9 Pesawaran 12,61 14,53 16,52 18,47

10 Pringsewu 8,15 9,30 10,50 11,80

11 Mesuji 15,65 16,96 19,25 21,90

12 Tulang Bawang Barat 17,13 20,83 24,25 28,08

13 Pesisir Barat - - 6,62 7,22

14 Bandar Lampung 103,37 117,63 133,46 151,16

(27)

4

April 1999 untuk Kota Metro. Akan tetapi Kabupaten Lampung Barat yang merupakan Kabupaten yang telah lama dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1991 tanggal 16 Agustus 1991 juga memiliki jumlah

pertumbuhan ekonomi yang rendah setiap tahunnya. Pada tahun 2010 PDRB perkapita di Kabupaten Lampung Barat hanya berjumlah 6,72 juta di tahun 2010, pada tahun 2012 sejumlah 8,00, pada tahun 2012 PDRB di Kabupaten Lampung Barat sejumlah 8,94 dan di tahun 2013 sejumlah 9,85. Jumlah PDRB per kapita di Kabupaten Lampung Barat mengalami peningkatan yang signifikan, namun tidak sebesar Kabupaten lainnya di Provinsi Lampung. Hal ini diperburuk dengan penurunan jumlah kontribusi keseluruh sektor PDRB perkapita di Lampung Barat dikarenakan daerah Pesisir Barat mengalami pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat

Data berikut merupakan jumlah PDRB Kabupaten Lampung Barat periode 2008–

(28)

5

Tabel 2. PDRB Kabupaten Lampung Barat periode 2008 - 2013 menurut harga berlaku (juta rupiah)

Lapangan usaha / sektor

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 1.361.137,18 1.498.573,24 1.616.796,23 1.944.801,57 2.283.423,76 1.944.801,57 pertambangan

/ penggalian

35.544,19 41.710,82 44.034,43 51.485,20 55.914,13 51.485,20

industri pengolahan

68.179,15 80.448,76 85.847,34 96.336,54 104.178,69 96.336,54

listrik, gas, air 9.397,55 11.088,61 12.292,01 14.153,24 15.250,49 14.153,23 Bangunan 71.850,90 79.540,34 87.025,35 95.640,04 106.279,48 95.640,04 perdagangan,

hotel, dan restoran

344.327,42 373.284,96 421.146,46 450.416,45 501.684,02 450.416,44

Pengangkutan dan

komunikasi

91.080,02 107.235,99 121.373,43 143.175,92 167.166,93 143.175,93

keuangan, persewaan, jasa perusahaan

63.291,40 70.011,13 75.178,42 83.525,53 94.033,42 82.426,64

Jasa 207.402,44 286.304,62 362.243,11 502.106,31 599.495,53 502.106,31 Jumlah 2.252.210,25 2.548.198,47 2.825.936,78 3.431.640,8 3.926.670,45 3.380.541,90 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Barat.

Dilihat dari tabel 2 bahwa sektor pertanian dan perkebunan, perdagangan, hotel, restoran, dan jasa memiliki jumlah terbanyak yakni pertanian ditahun 2008 sebesar 1.361.137,18 lalu meningkat di tahun 2012 sebesar 2.283.423,76 dikarenakan Kabupaten ini dominan dengan perbukitan dengan pantai di

sepanjang pesisir barat Lampung, sehingga hasil pertanian dan perikanan sangat diunggulkan di daerah ini. Dalam bidang pertanian khususnya holtikultura, Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayur mayur terbesar di Provinsi Lampung. Ada empat kecamatan yang merupakan penghasil sayuran terbesar di Kabupaten Lampung Barat, yaitu Kecamatan Way Tenong, Sekincau, Balik Bukit, dan Sukau. Keempat kecamatan ini telah

(29)

6

makin meningkat dari tahun ke tahun. Ditambah lagi dengan daya dukung dan perhatian Pemerintah Kabupaten Lampung Barat begitu besar, sehingga

Kabupaten Lampung Barat mampu menjadi pendistribusi sayur-mayur ke daerah daerah lain seperti Bandar Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Padang, dan mulai juga menyuplai sebagian Jabotabek. Perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan sebesar 344.327,42 ditahun 2008 dan 501.684,02 di tahun 2012. Begitu pula dengan jasa mengalami peningkatan sebesar 207.402,44

ditahun 2008 dan 599.495,53 di tahun 2012. Ini dikarenakan Lampung Barat memiliki pesona pantai yang indah seperti Objek wisata bahari terdapat di daerah pesisir Lampung Barat di antaranya Pantai Tanjung Setia, Pantai Labuhan Jukung, Pantai Pesisir Selatan, Pantai Way Jambu, Pantai Way Sindi, Pantai Suka Negara, dan Pantai Way Haru yang menyebabkan banyaknya masyarakat dari luar kota atau bahkan dari luar negeri berkunjung ke wilayah ini, yang mengakibatkan banyaknya permintaan kuliner, hotel, dan jasa. Akan tetapi jumlah PDRB di Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2013 mengalami penurunan dikarenakan daerah Pesisir Barat memisahkan diri dari Kabupaten Lampung Barat yang disahkan pada tanggal 25 Oktober 2012. Ini mengakibatkan penurunan pada jumlah PDRB Kabupaten Lampung Barat di seluruh sektor.

Pembangunan di daerah Kabupaten Lampung Barat selama ini telah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Namun demikian, masih banyak masalah yang harus dihadapi dan ditanggulangi. Salah satunya adalah upaya mengatasi

(30)

7

1 Keterbatasan kemampuan untuk mengolah dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang tersedia,

2 Keterisolasian dan keterbatasan sarana dan prasarana fisik,

3 Lemahnya kemampuan kelembagaan terhadap peluang-peluang bisnis yang ada jasa dan perdagangan,

4 Terbatasnya akses masyarakat kepada sumber-sumber kemajuan ekonomi yang antara lain meliputi akses permodalan, akses tehnologi produksi, akses manajemen usaha, pengetahuan dan keterampilan SDM yang ada, akses informasi pasar dan keberlanjutan usaha-usaha produksi.

Untuk itu diperlukan pembangunan yang optimal daerah di Kabupaten Lampung Barat dengan mengidentifikasi sektor dan subsektor unggulan serta

(31)

8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut: 1. Sektor apa saja yang akan menjadi sektor unggulan di Kabupaten

Lampung Barat?

2. Seberapa besar peranan sektor unggulan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat?

C. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini dibuat mempunyai tujuan untuk :

1. Mengidentifikasi sektor unggulan yang terdapat di Kabupaten Lampung Barat

(32)

9

D. kerangka pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Sumber : Tarigan, 2004 : 78

Pembangunan Ekonomi Daerah Kabupaten Lampung Barat

Sektor sektor Ekonomi

Potensi Ekonomi Unggulan

Shift Share

LQ MRP

Analisis Overlay

Sektor Unggulan Prioritas Pembangunan

Sektor Unggulan Pertumbuhan Ekonomi

(33)

10

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini Bagi peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menjadii referensi pemerintah dalam melakukan pembangunan daerah dengan melihat potensi sektor unggulan di Kabupaten Lampung Barat

Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi lebih dalam mengenai identifikaasi sektor unggulan dan peranannya terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

F. Sistematika Penelitian

Dalam melakukan penulisan penelitian, terdapat lima bab yang diuraikan sesuai dengan kaidah penulisan, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

(34)

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas landasan teori yang melandasi pengertian serta konsep mengenai pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, perencanaan

pembangunan wilayah.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang uraian serta sumber data yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, deskripsi mengenai data, metode analisis data yang digunakan analisis typologi klassen, analisis location quotient, analisis shift share.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang uraian hasil penelitian yang dilakukan dengan analisis spesialisasi regional, analisis location quotient, analisis shift share dan model perencanaan pembangunan wilayah dari keempat analisis tersebut dibentuk menjadi Analisis Overlay.

BAB V PENUTUP

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Teori Pembangunan

Pengertian pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi di suatu daerah. Makin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka makin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah (Sadono Sukirno, 1994;10). Djojohadikusumo (1994), mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional maupun pertumbuhan ekonomi daerah berfokus pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Selanjutnya, Temenggung (1997) menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam produk domestik bruto atau produk domestk regional bruto (PDB/PDRB) tanpa memperhatikan apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada bngkat pertumbuhan penduduk, dan apakah perubahan dalam struktur ekonomi (dan struktur masyarakat serta kelembagaan yang menyertainya) berlangsung atau tidak.

(36)

13

ekonomi suatu negara/daerah salah satunya adalah Mai Produk Domestik Bruto (PDB) atau nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut Sukimo, (2002) Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian dalam masa satu tahun.

Dernburg (1986) menjelaskan bahwa pengukuran PDB atau PDRB dapat dilakukan dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan produksi

PDB atau PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wiiayah suatu negara dalam jangka waktu satu tahun. Dalam menghitung PDB atau PDRB dengan pendekatan produksi yang dihitung adalah nilai produksi tambahan atau value added yang diciptakan. Dengan cara ini dapat dihindarkan berlakunya perhitungan panda.

2. Pendekatan pendapatan

(37)

14

3. Pendekatan pengeluaran

PDB atau PDRB adalah semua komponen pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga dalam bentuk Konsumsi (C), perusahaan dalam bentuk Investasi (I), Pemerintah (G), dan perdagangan luar negeri dalam bentuk Net Ekspor (X-M) biasanya dalam jangka waktu satu tahun.

menurut (Todaro, 2000) trend pertumbuhan ekonomi yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam lima aliran pemikiran, yaitu: (1) model-model pertumbuhan ¬bertahap-linier (linear-stages-of-growth-models), (2) teori dan pola-pola perubahan struktural (the structural change theories and patterens), (3) revolusi ketergantungan internasional (international dependence revolution), (4) kontra revolusi pasar bebas neoklasik (neodassical free-market counterrevolution), dan (5) teori pertumbuhan ekonomi baru atau endogen (new or endogenous theory of economic growth), Dalam kajian ini, hanya dikutip beberapa teori yang

langsung terkait dengan kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah daerah, sesuai dengan unit analisis dalam penelitian adalah tingkat propinsi, yakni Provinsi Lampung.

Pembahasan tentarg pertumbuhan ekonomi secara sistematis diawali oleh ajaran Adam Smith (1776, dalam Jhingan, 2000). Inti ajaran Smith adalah agar

masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi apa yang dirasanya terbaik untuk dilakukan. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full

employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi

(38)

15

seluruhnya termanfaatkan. Kalaupun ada pengangguran, hal itu bersifat sementara.

Menurut ajaran klasik, pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri urusan perekonomian. Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan menyediakan fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan optimal dalam perekonomian. Pemerintah tidak perlu terjun langsung dalam kegiatan produksi dan jasa. Peranan pemerintah adalah menjamin keamanan dan ketertiban dalam kehidupan

masyarakat serta membuat "aturan main" yang memberi kepasban hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi (Jhingan, 2000).

Kewajiban pemerintah menurut ajaran Smith adalah menyediakan prasarana sehingga aktivitas swasta menjadi lancar. Pengusaha perlu mendapat keuntungan yang memadai (tidak hanya sekadar keuntungan minimum) agar dapat

mengakumulasi modal dan membuat investasi baru, sehingga dapat menyerap tenaga kerja baru.

Ajaran Smith dan ahli ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, dan Mill meramalkan timbulnya keadaan stasioner pada akhir pemupukan modal. Sekah keuntungan mulai menurun, proses ini akan berlangsung terus sampai keuntungan menjadi nol dan pemupukan modal akan terhenti (Jhingan, 2000).

(39)

16

inovasi yang akan membawa kepada pembangunan. Pappas dan Hirschey (1993) juga telah merinci beberapa teori yang menjelaskan mengapa keuntungan (labs bisnis) tidak menjadi nol. Diantara teori tersebut, adalah. teori friksi, teori monopoli, teori inovasi, dan teori kompensasi. Jadi tetap ada kesempatan pembentukan modal untuk mecapai pertumbuhan ekonomi melalui investasi. Pandangan Smith (1776) dan para pengikut ajaran klasik kemudian dikoreksi pula oleh Keynes (1936) dengan mengatakan bahwa untuk rrenjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal (perpajakan dan perbelanjaan pemerintah), kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar), dan pengawasan langsung. Namun demikian, sebagaimana dikemukakan oleh Jhingan (2000) teori Keynes tidak menganalisa masalah-masalah negara terbelakang; sebaliknya, tend ini berkaitan dengan negara kapitalis maju.

Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu

(40)

17

yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya

yang dilakukan secara terencana”.

Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan,

pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

(41)

18

kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi.

Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial - ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme.

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari

pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.

Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunanadalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

(42)

19

masyarakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya.

Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan di mana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern, menggantikan alat-alat yang tradisional.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat

menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Perumbuhan Ekonomi Menurut Klasik

Pada era sebelum tahun 1870 para ekonom mengemukakan bahwa untuk

mencapai pembangunan ekonomi yang tinggi dibutuhkan peran modal sebagai

bagian terpenting. Penggunaan modal tersebut untuk meningkatkan produksi dari

sisi penawaran yang tinggi, sehingga berdampak pada tingginya jumlah

permintaan. Namun dalam prakteknya, penawaran yang tinggi tersebut tidak

(43)

20

seperti kelebihan produksi, penganguran dan deflasi. Tokoh-tokoh pertumbuhan

Klasik yaitu Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus. Secara umum asumsi

yang digunakan Kaum Klasik yaitu perekonomian dalam keadaan full

employment, perekonomian terdiri dari dua sektor (produsen dan konsumen),

tidak ada campur tangan pemerintah dan perekonomian diserahkan ke mekanisme

pasar.

b. Pandangan Adam Smith

Adam Smith merupakan ahli ekonomi yang pertama kali mengemukakan

kebijksanaan laissez-faire, dan merupakan ahli ekonomi yang banyak berfokus

pada permasalahan pembangunan. Inti dari proses pertumbuhan ekonomi menurut

Smith dibagi menjadi dua aspek utama yaitu pertumbuhan output total dan

pertumbuhan penduduk.

Mengenai peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi, Smith berpendapat

bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi.

Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, maka akan meningkatkan

spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Perkembangan spesialisasi dan

pembagian kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi karena adanya

spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mendorong

perkembangan teknologi (Sadono Sukirno, 2010).

Pandangan David Ricardo

Pandangan Ricardo mengenai proses pertumbuhan ekonomi tidak jauh berbeda

dengan pendapat Adam Smith yang berfokus pada laju pertumbuhan penduduk

dan pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga mengungkapkan adanya

(44)

21

proses pertumbuhan ekonomi. Proses pertumbuhan ekonomi menurut David

Ricardo dalam buku Sadono Sukirno (2010) yaitu :

1. Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam masih

melimpah sehingga para pengusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Karena

pembentukan modal tergantung pada keuntungan, maka laba yang tinggi tersebut

akan diikuti dengan pembentukan modal yang tinggi pula. Pada tahap ini maka

akan terjadi kenaikan produksi dan peningkatan permintaan tenaga kerja.

2. Pada tahapan kedua, karena jumlah tenaga kerja diperkerjakan bertambah,

maka upah akan naik dan kenaikan upah tersebut akan mendorong pertambahan

penduduk. Karena luas tanah tetap, maka makin lama tanah yang digunakan

mutunya akan semakin rendah. Akibatnya, setiap tambahan hasil yang diciptakan

oleh masingmasing pekerja akan semakin berkurang. Dengan semakin terbatasnya

jumlah tanah yang dibutuhkan, maka harga sewa lahan akan semakin tinggi. Hal

ini akan mengurangi keuntungan pengusaha yang menyebabkan pengusaha

tersebut mengurangi pembentukan modal dan menurunkan permintaan tenaga

kerja yang berakibat pada turunnya tingkat upah.

3. Tahap ketiga ditandai dengan menurunnya tingkat upah dan pada akhirnya akan

berada pada tingkat minimal. Pada tingkat ini, perekonomian akan mencapai

stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi lagi karena sewa

tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh keuntungan.

Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung

(45)

22

Y = f (K, L, R, T)

Y = tingkat pertumbuhan ekonomi

K = jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan

L = jumlah dan kualitas tenaga kerja yang digunakan

R = jumlah dan jenis kekayaan yang digunakan

T = tingkat teknologi yang digunakan

3. Pembangunan Daerah

Pembangunan dapat dimaknai sebagai suatu proses perubahan yang dilakukan secara sadar menuju ke arah yang lebih baik. Para ahli memberikan definisi pembangunan yang berbeda. Siagian dalam Riyadi (2004:4) memberikan

(46)

23

dalam lingkungan suatu negara yang merupakan bagian integral tidak terpisahkan secara administratif dari negara tersebut, karenanya wilayah disebut juga wilayah administratif yang dalam hal ini berarti merupakan perwakilan pemerintah pusat di daerah.3 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 menyebutkan pengertian daerah sebagai kesatuan hukum yang mempunyai batas daerah tertentu serta mempunyai wewenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya menurut prasangka sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Arsyad (1999) menyebutkan pengertian daerah berbeda-beda tergantung pada aspek tinjauannya. Dari aspek ekonomi daerah mempunyai tiga pengertian yaitu: a. Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi dan di dalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan per kapitanya, sosial

budayanya, geografis dan sebagainya. Daerah dalam penegrtian ini disebut daerah homogen.

b. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam pengertian ini disebut daerah nodal.

c. Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada dibawah satu

administrasi tertentu seperti satu propinsi, kabupaten, kecamatan dan sebagainya. Jadi daerah disini berdasarkan pada pembagian administratif suatu negara. Daerah dalam pengertian seperti ini dinamakan daerah perencanaan atau daerah

(47)

24

Pembangunan daerah merupakan bagian internal dan integral dari pembangunan nasional, jika pembangunan daerah gagal melakukan pembangunan maka bisa dikatakan pembangunan nasional juga tidak berhasil. Namun harus tetap diperhatikan untuk tercapainya keberhasilan pembangunan suatu daerah harus benar-benar memperhatikan kebutuhan, kondisi dan potensi yang dimiliki. Perbedaan kondisi daerah akan mengakibatkan corak pembangunan yang

diterapkan berbeda pula. Kebijaksanaan yang diterapkan dan berhasil pada suatu daerah belum tentu memberikan hasil yang sama bagi daerah lainnya.

4. Perencanaan Pembangunan Daerah

Menurut Jhingan (2000) perencaanaan pembangunan daerah merupakan suatu usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita, meningkatkan kesempatan kerja dan mengurangi ketimpangan pendapatan.

Perencanaan pembangunan daerah menurut Syahroni (2002:3) adalah kegiatan yang dilakukan secara terstrukur yakni dengan merumuskan suatu kegiatan pembangunan daerah yang teratur dari berbagai pelaku, baik itu umum maupun pemerintah, swasta maupun kelompok masyarakat untuk menghadapi saling ketergantungan dan aspek ekonomi, sosial, fisik, lingkungan dan yang lainnya yang saling berkaitan dengan cara:

1. menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah secara terus menerus

(48)

25

3. menyusun konsep strategi–strategi bagi pemecahan masalah (solusi) 4. melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.

Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu usaha kegiatan infrastruktur dalam mengembangkan sumber daya ekonomi yang tersedia maupun tidak

tersedia, melakukan perbaikan serta pengembangan terhadap sistem struktur yang digunakan terhadap sektor publik dan sektor privat agar lebih berkembang. Ini diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik.

Ada dua masalah didalam kegiatan pembangunan daerah yang menjadi sorotan bagi para ahli ekonomi dan perencanaan daerah, yakni masalah yang terdapat dalam proses pertumbuhan ekonomi pemerataan pembangunan.

Sirojuzilam (2007) berpendapat bahwa perbedaan teori pertumbuhan ekonomi daerah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terdapat pada sistem keterbukaan dalam proses input dan output suatu barang atau jasa. Pada skala nasional, sistem daerah input output bersifat terbuka sedangkan pada skala nasional cenderung tertutup.

Menurut Blakely dan Bradshaw (2002:67) ada 4 komponen dalam menyeleksi strategi pembangunan ekonomi daerah yaitu:

1. locality

2. business and economic base 3. human resources

(49)

26

Kegiatan perencanaan pembangunan daerah meliputi pengembangan

pembangunan infrastruktur yang mendukung jaringan struktur seperti jalan raya, jalan tol, jembatan layang, kereta api, pelayaran, bandara, air bersih, listrik, telekomunikasi dan yang lainnya. menciptakan bisnis dan memperluas lapangan kerja guna mengurangi kemiskinan serta mengurangi tingkat pengangguran di suatu daerah , mengembangkan kemampuan sumber daya manusia agar menjadi cerdas, kreatif dan terampil dalam menciptakan dan mengembangkan sesuatu, serta melakukan perbaikan baik itu dalam perbaikan gizi, kesehatan, pendidikan, kemampuan teknologi dan yang lainnya pada masyarakat agar menjadi individu yang sehat dan memiliki keterampilan agar dapat bersaing dalam persaingan kerja. Menurut Archibugi (2008) penerapan teori perencanaan daerah dibagi atas empat komponen yaitu :

1.Physical Planning(Perencanaan fisik).Perencanan yang perlu dilakukan untuk

merencanakan secara fisik pengembangan daerah. Muatan perencanaan ini lebih diarahkan kepada pengaturan tentang bentuk fisik kota dengan jaringan

infrastruktur kota menghubungkan antara beberapa titik simpul aktivitas. Teori perencanaan ini telah membahas tentang kota dan sub bagian kota secara komprehensif. Dalam perkembangannya teori ini telah memasukkan kajian tentang aspek lingkungan. Bentuk dari perencanaan ini adalah

2. Perencanaan daerah yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam bentukmaster plan(tata ruang, lokasi tempat tinggal, aglomerasi, dan penggunaan lahan.

(50)

27

digunakan sama dengan teori ekonomi makro yang berkaitan dengan

pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan,distribusi pendapatan, tenaga kerja, produktivitas, perdagangan, konsumsi dan investasi. Perencanaan ekonomi makro wilayah adalah dengan membuat kebijakan ekonomi daerah guna merangsang pertumbuhan ekonomi daerah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan bidang aksesibilitas lembaga keuangan, kesempatan kerja, tabungan).

4. Social Planning(Perencanaan Sosial). Perencanaan sosial membahas tentang

pendidikan, kesehatan, integritas sosial, kondisi tempat tinggal dan tempat kerja, wanita, anak-anak dan masalah kriminal. Perencanaan sosial diarahkan untuk membuat perencanaan yang menjadi dasar program pembangunan sosial di daerah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan demografis.

5.Development Planning(Perencanaan Pembangunan). Perencanaan ini berkaitan

dengan perencanaan program pembangunan secara komprehensif guna mencapai pengembangan daerah.

Untuk mencapai suau pembangunan ekonomi yang komperhensif di suatu

Kabupaten maka kegiatan saling melengkapi antar satu sektor dan sektor lainnya antar daerah sangat diperlukan dalam membangun ekonomi yang dituju. Hal ini diperlukan suatu kegiatan perencanaan oleh pemerintah dalam rangka menjamin terlaksananya proses pembangunan transformasi tersebut melalui kebijakan ke arah pembangunan untuk mendapatkan tujuan yang diharapkan.Konsep

(51)

28

5. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah

lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000:146).

Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan

perubahan-perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor yang terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan populer adalah teori basis ekonomi (economic base theory).

Menurut Glasson (1990:63-64), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian dalam dua sektor yaitu:

1. Sektor-sektor Basis

Sektor basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

(52)

29

Sektor bukan basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak mengekspor barang-barang. Ruang lingkup mereka dan daerah pasar terutama adalah bersifat lokal.Secara

implisit pembagian perekonomian regional yang dibagi menjadi dua sektor tersebut terdapat hubungan sebab-akibat dimana keduanya kemudian menjadi pijakan dalam membentuk teori basis ekonomi.

Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan sehingga menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, akibatnya akan menambah volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya semakin berkurangnya kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap produk dari kegiatan bukan basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran sebagai penggerak utama.

Aktivitas sektor basis adalah pertumbuhan sektor tersebut menentukan pembangunan menyeluruh daerah itu, sedangkan aktivitas sektor non basis

merupakan sektor sekunder (city folowing) artinya tergantung perkembangan yang terjadi dari pembangunan yang menyeluruh. Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas basis dari suatu wilayah, kemudian

(53)

30

Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu

sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut (Tarigan, 2007).

A. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis basis ekonomi yang sering disebut sebagai teori basis ekonomi biasanya digunakan untuk mengidentifikasi Produk Domestik Regional Bruto dalam menentukan sektor unggulan (basis). Apabila sektor unggulan tersebut dapat dikembangkan dengan baik tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.

Arsyad (1999:140-141) menjelaskan bahwa teknikLocation Quotient (LQ)dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan yaitu:

• kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakanindustry basic

• kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini dinamakan industri lokal(industry non basic).

(54)

31

• LQ suatu sektor › 1 dikatakan bahwa sektor tersebut merupakan sektor unggulan

• LQ suatu sektor ‹ 1 dikatakan bahwa sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan.

B. Analisis Tipologi Klassen

Untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat, digunakan alat analisis tipologi per sektor. Adapun kriteria yang digunakan untuk membagi Kabupaten Lampung Barat berdasarkan empat

klasifikasi, yaitu: (1) sektor cepat maju dan cepat tumbuh, sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan komoditas lebih tinggi dibandingkan rata rata sektor di Kabupaten Lampung Barat; (2) sektor maju, tetapi tertekan dan sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan komoditas yang lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata–rata sektor di Kabupaten Lampung Barat; (3) sektor berkembang cepat adalah sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi komoditasnya lebih rendah dibandingkan rata rata sektor di Kabupaten Lampung Barat; (4) sektor relatif tertinggal adalah sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan dan komoditas lebih rendah dibandingkan rata rata sektor di Kabupaten Lampung Barat.

Pertumbuhan ekonomi dikatakan “tinggi” apabila indikator pada sektor lebih

tinggi dibandingkan rata rata seluruh sektor di Kabupaten Lampung Barat dan digolongkan “rendah” jika indikator pada sektor di suatu Kabupaten lebih rendah

(55)

32

C. Analisis Shift Share

Metode ini digunakan untuk mengetahui kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor unggulan daerah dalam kaitannya dengan perekonomian daerah acuan (daerah yang tingkat perekonomiannya lebih tinggi) dalam dua atau lebih kurun waktu.

Analisis ini bertolak pada asumsi bahwa pertumbuhan sektor daerah sama dengan pada tingkat wilayah acuan, membagi perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi daerah (lokal) dalam tiga komponen :

1. Komponen Pertumbuhan Wilayah Acuan (KPW), yaitu mengukur kinerja perubahan ekonomi pada perekonomian acuan. Hal ini diartikan bahwa daerah yang bersangkutan tumbuh karena dipengaruhi oleh kebijakan wilayah acuan secara umum.

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP), yaitu mengukur perbedaan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat. Apabila komponen ini pada salah satu sektor wilayah acuan bernilai positif, berarti sektor tersebut berkembang dalam perekonomian acuan. Sebaliknya jika negatif, sektor tersebut menurun kinerjanya.

(56)

33

Keunggulan Shift–Share Analysis:

a. Digunakan untuk memperileh gambaran rinci mengenai pergeseran struktur ekonomi

b. Menggambarkan posisi relatif masing-masing sektor perekonomian daerah terhadap wilayah acuan

c. Menggambarkan sektor-sektor unggulan yang dapat dipacu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

d. Menggambarkan sektor yang posisinya relatif lemah, namun dianggap strategis untuk dipacu (pertimbangan penyerapan tenaga kerja)

Kelemahan Shift–Share Analysis:

a) Asumsi yang digunakan bahwa sektor-sektor ekonomi acuan tumbuh dengan tingkat yang sama

b) Pergeseran posisi sektor dianggap linier.

6. Teori Spesialisasi Perekonomian

(57)

34

jika suatu wilayah memiliki spesialisasi pada sektor tertentu maka wilayah tersebut akan memiliki keunggulan kompetitif dari spesialisasi sektor tersebut (Soepono, 1993).

Beberapa ahli ekonomi mulai memperhitungkan efek spesialisasi terhadap perekonomian suatu wilayah. Menurut Kuncoro (2002), salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan keterkaitan antar wilayah adalah melalui proses pertukaran komoditas antar daerah. Hal ini dapat ditempuh melalui penciptaan spesialisasi antar daerah.

(58)

35

B. Tinjauan Empiris

Berikut merupakan beberapa tinjauan empiris yang mendukung dalam pembuatan skripsi ini, yaitu:

Nama Judul Metode penelitian Kesimpulan

Muhamad

- analisisShift Share

- - analisis SWOT

(59)
(60)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari yang diperoleh dari website BPS Provinsi Lampung dan Bank Indonesia Provinsi Lampung. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun 2008 - 2012 yang berupa PDRB Kabupaten Lampung Barat dan PDRB Provinsi Lampung

Data sekunder ini diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya : a. Perpustakaan Badan Pusat Statistik di Kota Bandar Lampung

b. bi.go.id dengan melihat Komoditas Produk dan Jasa Unggulan (KPJu)

Kabupaten Lampung Barat

(61)

38

B. Profil Wilayah Penelitian

Wilayah Kabupaten Lampung Barat a. Kondisi Geografis

Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Lampung. Kabupaten ini dominan dengan perbukitan dengan pantai di sepanjang pesisir barat Lampung. Daerah pegunungan yang merupakan punggung Bukit Barisan, ditempati oleh vulkanik quarter dari beberapa formasi. Kabupaten Lampung Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1991 Tentang Pembentukan Kabupaten Lampung Barat, yang diundangkan pada tanggal 16 Juli 1991. Secara geografis, Kabupaten Lampung Barat secara

geografis, wilayahnya terletak antara koordinat 40° 47’16” – 50° 56’ 42” LS dan

103° 35’ 08” – 104° 33’ 51” BT. Luas wilayah Kabupaten Lampung Barat adalah 495.040 ha atau 4.950,40 km2 meliputi 17 (tujuh belas) kecamatan.

b. Kondisi sosial

Penduduk Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2007 berjumlah 410.723 jiwa yang tersebar di 17 (tujuh belas) wilayah kecamatan. Wilayah

(62)

39

Tabel 3 . Jumlah penduduk, rumah tangga, dan kepadatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007

No. Kecamatan Penduduk

(jiwa)

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Barat (2008)

Keterangan:

Penyebaran penduduk di wilayah Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2007 relatif tidak merata pada semua kecamatan. Jumlah penduduk dengan kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Pesisir Tengah mencapai 284,73 jiwa/km2, disusul oleh Kecamatan Gedung Surian 221,06 jiwa/km2, dan Kecamatan Way Tenong 211,31 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di wilayah kecamatan tersebut menempati urutan teratas tingkat kepadatan penduduknya karena merupakan pusat aktivitas perekonomian kabupaten. Kepadatan

(63)

40

C. Metode Analisis Data

Metodologi dasar yang digunakan dalam analisis identifikasi sektor unggulan dan peranannya terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita dengan

menggunakan analisis Location Quotient / LQ, analisis yang digunakan untuk mengetahui peranan sektor unggulan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dengan membandingan antara kinerja sektor di daerah analisis (Kabupaten Lampung Barat) terhadap kinerja sektor di daerah acuan yang lebih tinggi tingkat perekonomiannya (Provinsi Lampung) dengan menggunakan analisis Shift-Share,

analisis Tipologi Klassen untuk menganalisis pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Lampung Barat sebagai sektor cepat tumbuh berdasarkan potensi yang dimilikinya, lalu analisis alternatif Model Rasio Pertumbuhan yang didapatkan dari modifikasi analisis Shift-Share dan analisis Overlay yaitu analisis penentuan sektor unggulan yang berprioritas menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat dengan menggabungkan ketiga analisis yang telah dibentuk yaitu analisis Location Quotient /LQ, analisis Shift-Share dan analisis Model Rasio Pertumbuhan.

1. Analisis Location Quotient (LQ)

(64)

41

menggunakan karakteristik output/nilai tambah atau kesempatan kerja untuk menganalisis dan menentukan keberagaman dari basis ekonomi masyarakat daerah. Basis ekonomi dicirikan oleh karakteristik pendapatan dan kesempatan kerja. data yang digunakan untuk analisis LQ bisa bermacam-macam, tergantung pada keperluannya. Data nilai output atau nilai tambah dari suatu sektor tertentu dapat digunakan apabila analisa dimaksudkan untuk mengatahui tentang aspek perekonomian atau pendapatan daerah, sedangkan data jumlah tenaga kerja setiap sektor dapat digunakan untuk mengatahui tentang aspek kesempatan kerja di daerah. Pada dasarnya data yang dibutuhkan untuk analisis LQ hanya berupa data di suatu (satu) tahun tertentu, baik data daerah maupun nasionalnya. Data time series (runtun waktu) juga dapat digunakan, tetapi metode perhitungannya dilakukan dengan cara yang sama, yaitu setiap tahun. Analisa dengan

menggunakan data time series dilakukan dengan maksud untuk mengetahui arah (trend) perkembangan dari waktu ke waktu dari sektor-sektor dalam

perekonomian suatu daerah. Perhitungan dengan menggunakan data time series juga berguna untuk memonitor keberagaman ekonomi masyarakat yang

dihubungkan dengan tingkat kestabilan ekonomi masyarakat daerah.

Rumus LQ, sebagai contoh dengan menggunakan nilai output, adalah sebagai berikut :

(65)

42

dimana:

xi = nilai tambah sektor i di Kabupaten Lampung Barat PDRBi = jumlah total PDRB di Kabupaten Lampung Barat Xi = nilai tambah sektor i di Provinsi Lampung

PDRBI = jumlah total PDRB di Provinsi Lampung

Ada tiga kondisi yang dapat dicirikan dalam perhitungan dengan metode LQ pada suatu daerah, yaitu:

 Jika nilai LQ > 1, menunjukkan sektor tersebut disamping dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, juga memberikan peluang untuk diekspor ke daerah lainnya. Dapat dikatakan pula bahwa daerah tersebut terspesialisasi pada sektor yang bersangkutan (sektor tersebut merupakan sektor basis).

 Jika nilai LQ = 1, menunjukkan sektor tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri. Atau dengan kata lain, sektor yang

bersangkutan di daerah tersebut memiliki tingkat spesialisasi yang sama dibandingkan dengan sektor yang sama pada daerah acuan yang lebih tinggi tingkat perekonomiannya.

(66)

43

2. Analisis Shift Share

Analisis shift-share adalah suatu teknik yang digunakan untuk menganalisa data statistik regional, baik berupa pendapatan per kapita, output, tenaga kerja maupun data lainnya. Dalam analisis ini, akan diperlihatkan bagaimana keadaan

pertumbuhan di daerah analisis dengan perbandingan pada pertumbuhan daerah lain yang lebih besar tingkat perekonomiannya. Tujuan dari analisis shift-share

adalah untuk melihat dan menentukan kinerja atau produktivitas kerja

perekonomian daerah dengan membandingkan dengan daerah yang lebih luas (wilayah referensi). Dengan demikian, analisis ini akan memberikan hasil perhitungan yang dapat menentukan posisi, baik berupa kelemahan maupun kekuatan, dari suatu sektor-sektor dalam perekonomian di daerah dibandingkan dengan sektor-sektor yang sama di tingkatan wilayah referensinya.

Analisis shift-share tidak dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana proses perubahan di setiap sektor tersebut terjadi. Analisis ini hanya memberikan gambaran bagi para pengambil keputusan untuk menentukan mengapa suatu sektor tertentu dalam perekonomian memiliki kekuatan yang lebih baik

dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah referensinya, dan sektor yang lainnya tidak.

Asumsi yang digunakan pada analisis shift-share adalah bahwasanya

pertumbuhan perekonomian suatu daerah dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu: (1) komponen pertumbuhan regional (regional share), yaitu pertumbuhan suatu daerah analisis dibandingkan dengan pertumbuhan daerah acuan yang lebih besar; (2) komponen pertumbuhan proporsional (proportional shift), yaitu

(67)

44

sektoral dengan pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan daerah total; dan (3) komponen pergeseran pertumbuhan diferensial (differential shift), yaitu perbedaan antara pertumbuhan daerah secara aktual dengan pertumbuhan daerah jika menggunakan pertumbuhan sektoral daerah acuan.

Adapun perumusan umum dari persamaan shift - share adalah:

 Dij = Nij + PP + PPW

 Nij = Eij x Ra

 PP = (Ri – Ra) x Eij

 PPW = (ri – Ra) x Eij Keterangan :

Dij = perubahan suatu variabel regional sektor ( i ) di Kabupaten dalam kurun waktu tertentu

Nij = pengaruh pertumbuhan ekonomi daerah acuan Provinnsi Lampung terhadap perekonomian daerah analisis

PP = pertumbuhan proposional atau pengaruh bauran industri PPW = pertumbuhan pangsa wilayah

(68)

45

3. Analisis Tipologi Klassen

Typologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Menurut Kuncoro dan Aswandi, 2002: 27-45 dan Radianto, 2003: 479-499) Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral (yang dapat diperluas tidak hanya di tingkat sektor tetapi juga subsektor, usaha ataupun komoditi) menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut :

1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan Provinsi Lampung (g) dan memiliki kontribusi terhadap PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB Provinsi Lampung (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi lebih besar dari g dan si lebih besar dari s. Sektor dalam kuadran I dapat pula diartikan sebagai sektor yang potensial karena memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar dibandingkan Provinsi Lampung.

2. Sektor maju tapi tertekan (Kuadran II). Sektor yang berada pada kuadran ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah

(69)

46

besar dari s. Sektor dalam kategori ini juga dapat dikatakan sebagai sektor yang telah jenuh.

3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai

pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung (g), tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB (si) lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB Provinsi Lampung (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi lebih besar dari g dan si lebih kecil dari s. Sektor dalam Kuadran III dapat diartikan sebagai sektor yang sedang booming. Meskipun pangsa pasar daerahnya relatif lebih kecil dibandingkan rata-rata Provinsi Lampung.

4. Sektor relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah

(70)

47

Kontribusi Sektoral Pertumbuhan Sektoral

gi > = g gi < g

si > = s Sektor maju dan tumbuh pesat

Sektor maju tapi tertekan

si < s Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

Sektor relatif tertinggal

Gambar 2 . Tipologi Klassen dalam pengidentifikasian Sektor

4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis MRP merupakan analisis alternatif setelah analisis LQ yang digunakan dalam mengidentifikasi sektor ekonomi unggulan berdasarkan PDRB. Yusuf (1999) menganjurkan bahwa dalam mengidentifikasi sektor unggulan di suatu daerah sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat analisis.

Terdapat dua macam rasio pertumbuhan, yaitu:

1. Rasio Pertumbuhan daerah studi (RPs) merupakan perbandingan antara pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Kabupaten Lampung Barat dengan pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Provinsi Lampung. 2. Rasio Pertumbuhan daerah referensi (RPr) merupakan perbandingan rata –

(71)

48

Untuk menentukan rasio pertumbuhan daerah studi (RPs) dan rasio pertumbuhan daerah referensi (RPr) digunakan rumus sebagai berikut:

Rasio Pertumbuhan Daerah Kabupaten (RPs) =

Keterangan:

∆Yij = Yij( t + 1 ) – Yij(t) adalah perubahan PDRB Kabupaten di sektor i Yij(t) = PDRB Kabupaten di sektor i tahun awal periode penelitian

∆Yj = Yj(t+1) – Yj(t) perubahan PDRB Kabupaten

Yj(t) = PDRB Kabupaten pada tahun awal periode penelitian

5. Analisis Overlay

Analisis overlay merupakan suatu analisis dengan mendeskripsikan kegiatan perekonomian yang potensial di suatu daerah yang didasarkan atas kriteria pertumbuhan (hasil analisis RPs), daya saing antar sektor (hasil analisis shift share), dan kriteria pertumbuhan (hasil analisis LQ) berdasarkan tingkat

kecendrungan sektor. Menurut Yusuf (1999) terdapat empat kemungkinan dalam analisis ini yaitu kombinasi antara sektor/subsektor ekonomi potensial yang menggambarkan keadaan suatu daerah sebagai berikut:

(72)

49

2. Pertumbuhan (+) dan kontribusi (-) menunjukkan suatu sektor (subsektor) yang pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil.

3. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+) menunjukkan suatu sektor (subsektor) yang pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar.

(73)

75

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Didapatkan tiga sektor unggulan di Kabupaten Lampung Barat, yaitu sektor jasa, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor unggulan tersebut merupakan sektor basis yang memiliki kontribusi terbesar dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat.

2. Berdasarkan analisis overlay yang merupakan analisis yang mendeskripsikan tingkat kecendrungan dari kesembilan sektor didapatkan bahwa sektor jasa memiliki kecendrungan tumbuh dominan dan surplus. Hal ini karena sektor jasa memiliki nilai 2+ pada RPs dan LQ. Sektor pertanian memiliki

(74)

76

3. Berdasarkan analisis Tipologi Klassen menurut sektor, didapatkan hasil bahwa sektor jasa merupakan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat. Sektor pertambangan merupakan sektor yang maju tapi tertekan. Sektor pertanian merupakan sektor potensial dan dapat berkembang dengan pesat. Dan sektor yang relatif tertinggal adalah sektor industri, sektor listrik, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor pengangkutan, dan sektor keuangan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka diberikan saran sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Lampung Barat

1. Pertumbuhan 9 sektor PDRB di Kabupaten Lampung Barat pada tahun sebelumnya terus mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun 2012 daerah Pesisir Barat mengalami pemekaran sehingga 9 sektor tersebut mengalami penurunan kontribusi. sebaiknya, perlu dilakukan pengembangan khusus terhadap beberapa sektor yang dianggap berpotensi dalam memajukan pembangunan ekonomi agar sektor yang berpotensi dapat memberikan

kontribusi terhadap sektor - sektor yang tidak berpotensi agar terus berkembang dan menjadikan sektor potensial.

2. Peningkatan inovasi, kualitas, dan kuantitas perlu dilakukan terhadap ketiga sektor unggulan seperti misalnya:

a. Pada sektor jasa, sebaiknya diadakan perbaikan kawasan – kawasan wisata serta dibuatkan blog berisi foto serta keterangan dari kawasan

(75)

77

mudah mengenal kawasan wisata di Lampung Barat yang memiliki pesona dan keindahan yang akan menarik mata wisatawan. Sebaiknya juga pemerintah mengadakan kontes atau sayembara berhadiah yang berisi foto serta video menarik dari kawasan wisata di Kabupaten Lampung Barat, hal ini akan lebih menarik perhatian masyarakat untuk mengunjungi daerah ini.

b. Pada sektor pertanian, peningkatan produksi pertanian dan

perkebunan sangat diperlukan seperti peningkatan produksi pada kopi robusta, cabe, kopi arabika, durian, pisang, padi, dan kopi bubuk. kelancaran distribusi juga diperlukan agar hasil produksi dapat dipasarkan dengan mudah.

Gambar

Tabel 1.PDRB Per Kapita Kabupaten dan Kota di Provinsi Lampung
Tabel 2.PDRB Kabupaten Lampung Barat periode 2008 - 2013
Gambar 1.Kerangka Pemikiran
Tabel 3 . Jumlah penduduk, rumah tangga, dan kepadatan di Kabupaten
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis Dynamic Location Quotient menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang diharapkan tetap menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang adalah enam sektor di

Quotient(LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Overlay. Hasil analisis Shift- Share menggunakan metode klasik menunjukkan bahwa perkembangan sektor ekonomi Kabupaten Sragen

Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Ellison-Glaeser dan Location Quotient (LQ), maka dapat diinterpretasikan sektor potensial dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Pendekatan yang digunakan antara lain adalah Analisis Gravitasi untuk mengidentifikasi tingkat interaksinya, Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Rasio

Dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ), sektor-sektor perekonomian yang termasuk kedalam sektor unggulan di Kabupaten Cirebon pada periode 2005-2010 adalah sektor

Dari hasil perhitungan menggunakan alat analisis location quotient (LQ), dapat diketahui sektor ekonomi yang dapat digolongkan sebagai sektor basis maupun nonbasis.

Hasil penghitungan analisis LQ ( Location Quotient ), DLQ ( Dynamic Location Quotient ), Model Rasio Pertumbuhan dan Analisis Overlay menunjukkan komoditi unggulan

Dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ), sektor-sektor perekonomian yang termasuk kedalam sektor unggulan di Kabupaten Cirebon pada periode 2005-2010 adalah sektor