• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN BANYUWANGI PERIODE TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN BANYUWANGI PERIODE TAHUN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN

KABUPATEN BANYUWANGI PERIODE TAHUN 2014-2019

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Ade Nukman Syakirin 165020101111054

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN BANYUWANGI PERIODE TAHUN 2014-2019

Yang disusun oleh :

Nama : Ade Nukman Syakirin

NIM : 165020101111054

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 25 Juni 2020

Malang, 25 Juni 2020 Dosen Pembimbing,

Ajeng Kartika Galuh, SE., ME NIP. 2012018512212001

(3)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN BANYUWANGI PERIODE TAHUN 2014-2019

Ade Nukman Syakirin

Fakultas Ekonomi dan Bisni Universitas Brawijaya Email:adenukman23@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor-sektor unggulan yang ada dalam perekonomian Kabupaten Banyuwangi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Analisis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Banyuwangi dan PDRB Atas Dasar Harg Konstan Provinsi Jawa Timur 2014-2019. Alat analisis yang digunakan adalah alat analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift-Share, analisis Model Rasio Pertumbuhan, analisis Kontribusi Sektoral, dan analisis Tipologi Klassen. Sesuai hasil alat analisis Tipologi Klassen, sektor-sektor ekonomi unggulan Kabupaten Banyuwangi jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Timur adalah: (a) sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, (b) sektor transportasi dan pergudangan, (c) sektor konstruksi, (d) sektor jasa Pendidikan. Perencanaan pembangunan Kabupaten Banyuwangi dapat mengacu kepada sekto-sektor unggulan tersebut guna mempercepat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Kata kunci: Pembangunan ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Ekonomi Unggulan, Location Quotient, Shift-Share, Model Rasio Pertumbuhan, Kontribusi Sektoral, Tipologi Klassen.

A. PENDAHULUAN Latar Belakang

Di era saat ini, pertumbuhan ekonomi global dan lokal telah mengakibatkan perubahan struktur perekonomian. Perubahan struktur ekonomi global yang cepat menuntut perencanaan pembangunan ekonomi yang mampu mengadaptasi perubahan-perubahan yang ada sebagai dasar merumuskan strategi kebijakan yang tepat, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan optimal dimana perencanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, meratakan distribusi pendapatan bermasyarakat, meningkatkan hubungan regional, dan mengatasi kemiskinan. Ditambah era otonomi daerah telah memberikan kesempatan pada pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk mengembangkan sendiri keunggulan daerah yang dimilikinya.

Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses pembangungan multidimensional yang didalamnya meliputi transformasi struktur ekonomi yang terintegrasi dengan perkembangan teknologi dan perubahan sistem sosial. proses perubahan struktur ekonomi ini melibatkan seluruh aktivitas sektor ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang dimiliki dan membentuk pola kemitraan antara pemerintah dengan pihak swasta dalam rangka menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi daerah (Arsyad, 2004).

(4)

Transformasi struktural merupakan sebuah prasyarat dari pertumbuhan ekonomi yang mendukung keberlanjutan pembangunan. Dalam konteks perubahan struktur perekonomian daerah, maka pemerintah Kabupaten atau Kota harus mampu menganalisa dengan baik pergeseran sektor yang terjadi.kemunculan sektor-sektor baru merupakan hal yang baik bagi perekonomian daerah kedepannya. Jika dapat dioptimalkan maka sektor-sektor baru ini pada akhirnya dapat menopang perekonomian daerah yang bersangkutan. Kemunculan sektor-sektor baru ini pada akhirnya dapat meningkatkan nilai produksi daerah. perkembangan dalam sektor-sektor baru pada perekonomian daerah akan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut, dimana pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur penting dalam pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur dalam mengetahui sukses atau tidaknya proses pembangunan di suatu daerah karena di dalam pembangunan ekonomi terdapat pertumbuhan ekonomi. Sukirno (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah proses kegiatan perekonomian yang mengakibatkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur laju pertumbuhan ekonomi daerah adalah tingkat pertambahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang tingkat pertumbuhan penduduk dan ada perubahan atau tidak dalam pergeseran struktur ekonomi.

Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan kontribusi sumbangan PDRB terhadap Nasional yang tergolong besar. Provinsi Jawa Timur tercatat sebagai penyumbang PDRB terbesar kedua di Indonesia. Sumbangan PDRB Jawa Timur hanya berada dibawah DKI Jakarta. Posisi penyumbang PDRB terbesar yaitu DKI Jakarta merupakan hal yang wajar karena DKI Jakarta sebagai ibukota Indonesia adalah pusat aktifitas ekonomi di Indonesia. Lima penyumbang PDRB terbesar di Indonesia di dominasi oleh Provinsi yang ada di Pulau Jawa. Lima Provinsi dengan sumbangan PDRB teratas terhadap Nasional dan presentase angkanya dapat dibuktikan dengan gambar berikut:

Gambar 1: Provinsi Penyumbang PDRB Tertinggi Terhadap Nasional (persen)

Sumber : BPS Provinsi Jatim diolah, 2020

Dapat dilihat dari gambar 1 bahwa Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang PDRB terbesar kedua. Berkaca dari data ini maka dapat dikatakan bahwa pemerintah Provinsi Jawa Timur sudah relatif lebih baik dalam mengelola perekonomian daerah dibandingkan pemerintah daerah di Provinsi lainnya. PDRB Provinsi Jawa Timur memberikan kontribusi yang tinggi terhadap PDRB Indonesia, namun hanya dimotori oleh beberapa wilayah. Ketimpangan tersebut dapat dilihat dari presentase sepuluh wilayah penyumbang PDRB tertinggi terhadap Jawa Timur yang berkontribusi lebih dari setengah PDRB Jawa Timur, hal tersebut berarti 28 wilayah sisanya

17.43 14.61 12.92 8.59 5.1 41.35

DKI Jakarta Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah Sumatera Utara Lainnya

(5)

menyumbang kurang dari setengah terhadap PDRB Jawa Timur. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tabel berikut :

Tabel 1: Wilayah Dengan Kontribusi PDRB Tertinggi Terhadap Jawa Timur (persen)

No Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 Kota Surabaya 23,62 23,96 24,18 24,3 24,49 24,91 2 Kabupaten Sidoarjo 8,51 8,62 8,57 8,55 8,51 8,52 3 Kabupaten Pasuruan 6,13 6,18 6,15 6,14 6,11 6,38 4 Kabupaten Gresik 6,06 5,94 5,78 5,82 5,87 6,15 5 Kota Kediri 5,67 5,65 5,7 5,7 5,77 5,45 6 Kabupaten Malang 4,26 4,35 4,38 4,38 4,36 4,14 7 Kabupaten Banyuwangi 3,45 3,55 3,55 3,55 3,51 3,35 8 Kabupaten Mojokerto 3,44 3,49 3,49 3,48 3,45 3,54 9 Kabupaten Jember 3,27 3,32 3,35 3,31 3,25 3,28 10 Kabupaten Bojonegoro 3,27 2,87 2,98 3,19 3,32 4,24

Sumber : BPS Provinsi Jatim diolah, 2020

Kontribusi Kabupaten Banyuwangi terhadap PDRB Jawa Timur konsisten selama 3 tahun berturut-turut di sekitar angka 3,55% yang menempatkan Kabupaten Banyuwangi di peringkat ke enam penyumbang PDRB terbesar terhadap PDRB Jawa Timur, namun hal tersebut harusnya masih dapat ditingkatkan lagi mengingat Kabupaten Banyuwangi memiliki faktor tanah dan kekayaan alam yang mendukung, seperti yang dikatakan oleh (Sukirno, 2011) bahwa faktor tanah dan kekayaan alam akan mempermudah suatu daerah dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Dari studi yang berjudul Pengembangan Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Potensi Daerahnya dilakukan oleh Huda dan Santoso (2014), Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah yang termasuk dalam kategori memiliki sokongan sumber daya alam atau input diatas rata-rata namun menghasilkan output dibawah rata-rata. Jika dilihat dari sumber daya alam yang dimiliki, Kabupaten Banyuwangi sebenernya memiliki potensi untuk berperan lebih dalam pembentukan PDRB Jawa Timur.

Dalam melihat PDRB suatu daerah diperlukan juga melihat laju PDRB dari tahun ke tahun. Laju yang mengalami tren meningkat menandakan telah berlangsungnya pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan Provinsi Jawa Timur dibandingkan dengan Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014 sampai tahun 2019 dan laju pertumbuhan Indonesia dapat dibuktikan pada gambar berikut :

Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dan Indonesia (persen)

(6)

Sumber : BPS diolah, 2020

Jika dilihat dari laju pertumbuhannya, PDRB Kabupaten Banyuwangi berada diatas Provinsi Jawa Timur, meskipun masih ada berada diatas tingkat laju pertumbuhan PDRB Indonesia. Berarti Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi untuk berkontribusi lebih banyak terhadap PDRB Indonesia kedepannya. Hal tersebut dapat terwujud dengan peran pemerintah yang tepat dalam pengoptimalan keunggulan ekonomi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi harus memfokuskan pembangunan sesuai sektor-sektor unggulan yang memiliki kemampuan sebagai penopang perekonomian Kabupaten Banyuwangi secara keseluruhan, yang nantinya juga akan menarik investor menanamkan modal di Kabupaten Banyuwangi karena memiliki nilai strategis dan yang dapat memberi keuntungan bagi penanam modal. Dengan penanaman investasi yang nantinya juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi. Dengan pemahaman kondisi tersebut maka kajian dengan tujuan menggali sektor ekonomi unggulan yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi sangatlah penting. Diharapkan dari penelitian ini dapat mengidentifikasi sektor-sektor unggulan yang dapat menjadi acuan dalam pembangunan ekonomi Kabupaten Banyuwangi.

B. LANDASAN TEORI a. Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi menurut Arsyad (2004) merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suau negara dalam jangka Panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dengan demikian pebangunan ekonomi merupakan sebuah proses multidimensional, dimana pada proses tersebut selain mengejar pertumbuhan ekonomi juga mengejar pendapatan perkapita masyarakat, mengurangi ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan ekonomi juga meliputi berbagai perubahan mendasar atas struktur social, perilaku masyarakat, system kelembagaan. salah satu hal yang sangat penting dalam proses pembangunan adalah semakin meluasnya kesempatan kerja yang bersifat produktif. b. Teori Perubahan Struktural

Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang. Yang semula

2014 2015 2016 2017 2018 2019 Kabupaten Banyuwangi 5.72 6.01 5.38 5.45 5.84 5.55 Jawa Timur 5.86 5.44 5.57 5.46 5.5 5.52 Indonesia 5.01 4.88 5.03 5.07 5.17 5.02 0 1 2 3 4 5 6 7

(7)

bertumpu pada sektor pertanian menuju ke sektor perekonomian yang lebih modern, dan didominasi oleh sektor industri dan jasa (Sun’an, 2015). Terjadinya proses transformasi perekonomian sedemikian rupa sehingga kontribusi sektor manufaktur terhadap pendapatan nasional akhirnya melampaui kontribusi sektor pertanian, sehingga dapat dikatakan sebuah perubahan besar terhadap komposisi industry di perekonomian suatu negara (Todaro dan Smith, 2011).

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2011), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi perlu membandingkan perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Dalam membandingkannya perlu disadari bahwa perubahan nilai pendapatan nasional disebabkan oleh dua faktor yaitu perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan perubahan hahrga-harga produksi. Adanya pengaruh dari faktor yang pertama tersebut disebabkan oleh perubahan struktur ekonomi yang lebih baik dan yang kedua tersebut disebabkan oleh penilaian pendapatan nasional menurut harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.

d. Teori Basis Ekonomi

Tarigan (2005) menyampaikan teori basis ekonomi yang mendasarkan pandangannya bahwa besarnya laju pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah ditentukan oleh besarnya ekspor yang dilakukan oleh wilayah tersebut. Sektor ekonomi yang mampu melakukan ekspor ke daerah lain berarti produktifitas sektor tersebut dapat memenuhi permintaan dari wilayah tersebut dan masih dapat mengekspor ke wilayah lain, dengan kata lain sektor ini tidak hanya bergantung dari permintaan yang ada dari daerah sendiri.

Perbedaan antara kondisi geografis dan sumber daya antara suatu daerah dengan daerah yang lain membuat setiap daerah memiliki keuntungan dalam beberapa sektor kegiatan ekonomi. Keuntungan tersebut dapat dijadikan suatu kegiatan basis ekspor oleh suatu daerah. apabila kegiatan sektor perekonomian yang menjadi keunggulan ini dapat dioptimalkan sehingga terjadi pertumbuhan yang baik, maka sektor tersebut dapat dijadikan sebagai sektor kunci yang mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. e. Teori Sektor Unggulan

Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional, maupun nasional. Pada lingkup nasional suatu sektor dapat di kategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor disuatu daerah dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Silalahi, 2011). Sektor unggulan dapat dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah.

(8)

Jenis Penelitian

Penelitian kuantitatif deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan suatu gejala sosial dengan melakukan perhitungan data untuk mendeteksi sektor ekonomi unggulan serta identifikasi pembangunan ekonomi yang sesuai untuk mempercepat pembangunan di Kabupaten Banyuwangi.

Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur tahun 2014 sampai 2019. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistuk Kabupaten Banyuwangi dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

Alat Analisis

1. Analisis Location Quotient

Analisis Location Quotient menggambarkan perbandingan relative antara besarnya kemampuan sektor yang diselidiki di suatu daerah dengan sektor yang sama di daerah yang lebih luas (Tarigan, 2005). Rumus menghitung LQ adalah sebagai berikut :

LQ = /

/

Dimana:

LQ = location quotient di wilayah Kabupaten Banyuwangi yi = Pendapatan sektor i ekonomi di Kabupaten Banyuwangi yt = Total Pendapatan Kabupaten Banyuwangi (PDRB)

Yi = Pendapatan sektor i ekonomi di Provinsi Jawa Timur (PDRB) Yt = Total Pendapatan ekonomi di provinsi jawa timur (PDRB) Keterangan :

a. Jika hasil LQ > 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor basis. b. Jika hasil LQ < 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor non basis. 2. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share merupakan suatu alat analisis untuk menguraikan pengaruh faktor-faktor penyebab pertumbuhan di suatu daerah dan kaitannya dengan wilayah yang lebih luas (Tarigan, 2005). Penyebab pertumbuhan ekonomi disuatu daerah dapat diuraikan menjadi komponen shift dan komponen national share. Dimana komponen shift dapat dipecah lagi menjadi komponen proportional shift dan komponen differential shift. Nilai dari komponen proportional shift disebut juga nilai pengaruh bauran industry, sedangkan nilai dari komponen differential shift disebut juga nilai kompnen lokasional/regional

(9)

(Tarigan, 2005). Persamaan yang digunakan pada analisis shift share adalah sebagai berikut :

Dij = Nij + Mij + Cij Keterangan :

i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti (17 sektor).

j = variabel wilayah yang diteliti (Kabupaten Banyuwangi). n = variabel wilayah Provinsi Jawa Timur.

Dij = Pertumbuhan sektor i di Kabupaten Banyuwangi.

Nij = Pengaruh pertumbuhan nasional sektor i di Kabupaten Banyuwangi (national share). Mij = Pengaruh bauran industri sektor i di Kabupaten Banyuwangi (proportional shift). Cij = Pengaruh komponen lokasional sektor i di Kabupaten Banyuwangi (diferential shift)

3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis model rasio pertumbuhan merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi. Analisis MRP membagi rasio pertumbuhan ekonomi ke dalam dua golongan, yaitu rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) dan rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr), berikut ini adalah penjelasan dari rasio pertumbuhan wilayah studi dan rasio pertumbuhan wilayah referensi :

1. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) merupakan sebuah perbandingan antara pertumbuhan PDRB sebuah sektor di wilayah studi dengan pertumbuhan PDRB sebuah sektor di wilayah referensi sebagai berikut ini adalah rumus perhitungan RPs :

RPs = ∆ /

∆ /

Keterangan :

∆ Eij = Perubahan PDRB sektor i di wilayah Kabupaten Banyuwangi

E ij = PDRB sektor i di wilayah Kabupaten Banyuwangi pada awal tahun penelitian ∆ Ein = perubahan PDRB sektor i secara Provinsi Jawa Timur

E in = PDRB sektor i secara Provinsi Jawa Timur pada awal tahun penelitian

Jika nilai RPs > 1 artinya pertumbuhan yang dialami oleh sebuah sektor pada tingkat wilayah studi (Kabupaten Banyuwangi) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor tersebut pada wilayah refeensi (Jawa Timur).

Jika nilai RPs < 1 artinya pertumbuhan yang dialami oleh sebuah sektor pada tingkat wilayah studi (Kabupaten Banyuwangi) lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor tersebut pada wilayah refeensi (Jawa Timur).

(10)

2. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) menggambarkan sebuah perbandingan antara laju pertumbuhan PDRB sebuah sektor di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total PDRB wilayah referensi. Berikut ini adalah rumus perhitungan RPr:

RPr = ∆ /

∆ /

Keterangan :

∆ E in = Perubahan PDRB sektor i Jawa Timur

E in = PDRB sektor i secara Jawa Timur pada awal tahun penelitian. ∆ En = perubahan total PDRB Jawa Timur.

En = PDRB Jawa Timur pada awal tahun penelitian

Jika nilai RPr > 1 artinya pertumbuhan suatu sektor pada wilayah referensi (Jawa Timur) lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB total wilayah tersebut (Jawa Timur).

Jika nilai RPr < 1 artinya pertumbuhan suatu sektor pada wilayah referensi (Jawa Timur) lebih rendah dari pertumbuhan PDRB total wilayah tersebut (Jawa Timur).

4. Analisis Kontribusi Sektoral

Analisis kontribusi sectoral merupakan alat analisis untuk mengukur besaran kontribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB. Berikut ini adalah rumus perhitungan kontribusi sektoral:

Pi = %

Keterangan :

Pi = peranan sektoral i = sektor

NTB = nilai tambah terhadap PDRB

5. Analisis Tipologi Klassen

Analisis tipologi klassen merupakan sebuah analisis yang mengklasifikasikan sektor-sektor ekonomi ke dalam beberapa kategori. Tipologi klassen pada penelitian ini menggunakan hasil gabungan nilai dari alat analisis Location Quotient (LQ) dengan model rasio pertumbuhan (MRP). Klasifikasi sektoral berdasarkan tipologi klassen dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2: Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Sektoral

(11)

Kuadran I

Sektor maju, tumbuh pesat RPs > RPr, LQ > 1

Kuadran II Sektor maju tapi tertekan

RPs < 1, LQ > 1 Kuadran III

Sektor Potensial RPS > RPr , LQ < 1

Kuadran IV Sektor relatif tertinggal

RPs < RPr, LQ < 1

D. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam upaya mengoptimalkan proses pertumbuhan ekonomi, setiap daerah perlu melihat sektor yang menjadi unggulan dan juga memahami karakteristik perekonomian daerah tersebut. Penelitian ini telah melakukan beberapa analisis yang bertujuan untuk mengenali sektor unggulan dan karakteristik perekonomian Kabupaten Banyuwangi. Rekapan hasil analisis yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:

(12)

Tabel 3: Rekapan Hasil Analisis LQ, Shift-Share, MRP, Kontribusi Sektoral, Tipologi Klassen Sektor Lapangan Usaha Basis/ Nonbasis Kontribusi Sektoral Shift Share RPs >/< RPr Tipologi Klassen National Share Proportional Shift Differential Shift Pertanian, Kehutanan, Dan Perikanan Basis 31.56 4428.80 -3522.61 214.25 > I Pertambangan dan Penggalian Basis 8.35 1089.42 233.33 -299.01 < II Industri

Pengolahan Nonbasis 11.57 1497.39 144.54 56.88 > III Pengadaan Listrik

dan Gas Nonbasis 0.06 7.29 -7.20 5.57 > III Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Nonbasis 0.07 8.89 -1.36 -0.67 < IV Konstruksi Basis 11.85 1456.12 43.42 1082.62 > I Perdagangan

Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Nonbasis 15.11 1854.62 162.22 1110.70 > II Transportasi dan Pergudangan Basis 2.95 372.74 23.30 55.07 > I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Nonbasis 2.51 291.09 141.02 188.89 > III Informasi dan

Komunikasi Nonbasis 5.29 651.77 196.93 174.98 > III Jasa Keuangan

dan Asuransi Nonbasis 1.79 228.77 -23.79 44.23 > III Real Estate Nonbasis 1.56 200.82 -11.08 47.52 > III Jasa Perusahaan Nonbasis 0.24 30.06 2.67 3.37 > III Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

Nonbasis 2.18 287.08 -85.47 30.99 > III Jasa Pendidikan Basis 3.22 416.53 23.21 103.09 > I Jasa Kesehatan

dan Kegiatan Sosial

Nonbasis 0.38 46.65 9.51 16.55 > III Jasa lainnya NonBasis 1.24 153.72 -14.72 102.46 > III

Sumber: Analisis data sekunder, 2020

a. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan perikanan

Merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 31,56%. Memiliki nilai bauran industri negatif namun memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sebagai sektor unggulan.

(13)

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 8,35%. Memiliki nilai bauran industri positif namun tidak memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang lambat dan tergolong sektor maju tapi tertekan.

c. Sektor Industri Pengolahan

Merupakan sektor non basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 11,57%. Memiliki nilai bauran industri positif dan memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor potensial.

d. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas

Merupakan sektor non basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,06%. Memiliki nilai bauran industri negatif namun memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor potensial.

e. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Merupakan sektor non basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,07%. Memiliki nilai bauran industri negatif dan tidak memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang lambat dan tergolong sektor relatif tertinggal.

f. Sektor Konstruksi

Merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 11,85%. Memiliki nilai bauran industri positif dan memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor unggulan.

g. Sektor perdagangan besar dan eceran ; Reparasi mobil dan sepeda motor

Merupakan sektor non basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 15,11%. Memiliki nilai bauran industri positif dan memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor maju tapi tertekan.

(14)

Merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 2,95%. Memiliki nilai bauran industri positif dan memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor unggulan.

i. Sektor penyediaan akomodasi makan dan minum

Merupakan sektor non basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 2,51%. Memiliki nilai bauran industri positif dan memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor potensial.

j. Sektor informasi dan komunikasi

Merupakan sektor non basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 5,29%. Memiliki nilai bauran industri positif dan memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor potensial.

k. Sektor jasa keuangan dan asuransi

Merupakan sektor non basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 1,79%. Memiliki nilai bauran industri negatif namun memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor potensial.

l. Sektor real estate

Merupakan sektor non basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 1,56%. Memiliki nilai bauran industri negatif namun memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepatdan tergolong sektor potensial.

m. Sektor jasa perusahaan

Merupakan sektor non basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,24%. Memiliki nilai bauran industri negatif namun memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor potensial.

(15)

Merupakan sektor non basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 2,18%. Memiliki nilai bauran industri negatif namun memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor potensial.

o. Sektor jasa Pendidikan

Merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 3,22%. Memiliki nilai bauran industri positif dan memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor unggulan.

p. Sektor jasa Kesehatan dan kegiatan sosial

Merupakan sektor non basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,38%. Memiliki nilai bauran industri positif dan tidak memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor potensial.

q. Sektor jasa lainnya

Merupakan sektor non basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Banyuwangi sebesar 1.24%. Memiliki nilai bauran industri negatif namun memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sektor potensial.

E. PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini yang bertujuan untuk mengenali sektor unggulan dan karakteristik perekonomian di Kabupaten Banyuwangi, maka terdapat beberapa hal yang bisa disimpulkan dari penelitian ini. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dari hasil perhitungan menggunakan alat analisis location quotient (LQ), dapat diketahui sektor ekonomi yang dapat digolongkan sebagai sektor basis maupun nonbasis. Sektor-sektor di Kabupaten Banyuwangi adalah: 1) Sektor-sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2) sektor pertambangan dan penggalian, 3) sektor konstruksi, 4) sektor transportasi dan pergudangan, 5) sektor jasa Pendidikan. Artinya, kelima sektor tersebut dapat memenuhi permintaan di Kabupaten Banyuwangi dan memiliki kemampuan untuk dapat melakukan ekspor.

2. Dari hasil perhitungan analisis shift share, telah diketahui sektor ekonomi apa saja di Kabupaten Malang yang merupakan sektor dengan daya saing lokasional yang baik sekaligus merupakan sektor yang sedang mengalami pertumbuhan cepat di Jawa Timur. Sektor-sektor yang memiliki kedua keunggulan tersebut adalah: 1) sektor industri

(16)

pengolahan, 2) sektor konstruksi, 3) sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, 4) sektor transportasi dan pergudangan, 5) sektor penyediaan akomodasi makan dan minum, 6) sektor informasi dan komunikasi, 7) sektor jasa perusahaan, 8) sektor jasa Pendidikan, 9) sektor jasa Kesehatan dan kegiatan sosial.

3. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan alat analisis kontribusi sektoral, dapat diketahui lima sektor ekonomi dengan presentase kontribusi terbesar terhadap total nilai PDRB Kabupaten Banyuwangi. Kelima sektor yang dengan kontribusi terbesar terhadap total PDRB Kabupaten Banyuwangi adalah: 1) sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2) sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, 3) sektor kontruksi, 4) sektor industri pengolahan, 5) sektor pertambangan dan penggalian.

4. Dari hasil klasifikasi menggunakan alat analisis tipologi klassen yang merupakan gabungan dari hasil dua alat analisis yaitu location quotient dan model rasio pertumbuhan, maka diperoleh sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Banyuwangi yang terklasifikasi sebagai sektor unggulan, yaitu sektor yang maju dan sedang tumbuh cepat. Sektor-sektor tersebut adalah: 1) sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2) sektor transportasi dan pergudangan, 3) sektor konstruksi, 4) sektor jasa Pendidikan. Sektor- sektor tersebut merupakan sektor yang patut dikembangkan dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi.

Saran

Berdasarkan penulisan diatas, maka terdapat beberapa hal yang bisa dijadikan saran untuk pihak-pihak yang terkait. Saran-saran yang dapat peneliti berikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam upaya mempercepat proses pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan ekonomi, pemerintah Kabupaten Banyuwangi dapat menambah alokasi dana kepada sektor-sektor yang terklasifikasi kedalam kategori sektor ekonomi unggulan agar dapat meningkatkan hasil produksi. Dukungan dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi berupa infrastruktur yang berkaitan dengan aktifitas ekonomi juga akan membantu dalam upaya mempercepat pertumbuhan sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

2. Dalam upaya memeratakan dan mempercepat pertumbuhan di Kabupaten Banyuwangi, pemerintah dapat mencoba untuk mensinergikan sektor unggulan dengan sektor-sektor lain yang berhubungan. Dengan upaya ini maka sektor-sektor yang disinergikan akan saling mendorong dalam proses mempercepat dan memeratakan pertumbuhan ekonomi.

3. Karena keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lima alat analisis, kepada peneliti lainnya disarankan untuk melakukan penelitian ini dengan menggunakan tambahan alat analisis lainnya. dengan menambah alat analisis pada penelitian di waktu yang akan datang, maka penelitian yang dilakukan dapat memberikan hasil yang lebih berkualitas.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Afan, A. A. (2014). ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN BANYUWANGI. Jurnal

Ekonomi Pembangunan, 12, 2–15.

Alhowaish, A. K. (2015). Location Quotient Technique and Economy Analysis of Regions: Tabuk Province of Saudi Arabia as a Case Study. International Journal of Science and Research

(IJSR), 4(12), 1756–1761. https://doi.org/10.21275/v4i12.nov152375

Anisah, L. (2018). LQ, MRP AND KLASSEN ANALYSIS TO DETERMINE LEADING AND

POTENTIAL SECTORS IN SEMARANG CITY. Statistics Indonesia, November.

https://doi.org/10.13140/RG.2.2.36817.79203

Arsyad, L. (2004). Ekonomi Pembangunan (Keempat). UPP STIE YKPN.

Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan: Vol. Kelima (kelima). UPP STIE YKPN.

Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi. (2015). Peningkatan Daya Saing

Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi.

http//bappeda.banyuwangikab.go.id

Badan Pusat Statistik. (2019a). Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik.

http//www.bps.go.id

Badan Pusat Statistik. (2019b). Provinsi Jawa Timur Dalam Angka. Badan Pusat Statistik.

http//www.bps.go.id

Badan Pusat Statistik Banyuwangi. (2020). Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka.

Gaffar, J. (2018). ANALYSIS ON THE ECONOMIC POTENTIAL AND COMPETITIVE

ADVANTAGES OF SOUTH TANGERANG CITY IN BANTEN PROVINCE IN THE PERIOD

OF 2012 – 2016.

Hassan, M. K. H., Rashid, Z. A., & Hamid, K. A. (2011). East coast economic region from the perspective of shift-share analysis. International Journal of Business and Society, 12(1), 79–

88.

(18)

Propinsi Jawa Timur berdasarkan Potensi Daerahnya. Jurnal Teknik POMITS, 3(2), 81–86.

https://doi.org/10.12962/j23373539.v3i2.7207

Jhingan, M. L. (2000). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada.

Mangilaleng, E. J., Rotinsulu, D., & Rompas, W. (2015). Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 15(04), 193–205.

Porter, M. E. (1990). The Competitiveness Advantage of Nations. New York: Free press.

Silalahi, S. (2011). Analisa Penentuan Sektor Prioritas Dalam Pembangunan Perekonomian

Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. 1–94.

Sukirno, S. (2011). Makro ekonomi teori pengantar edisi ketiga. In Jakarta: Raja Grafindo Persada

(Ketiga). Rajawali.

sun’an, M. (2015). Ekonomi Pembangunan. Mitra Wacana Media.

Suryabrata, S. (2009). Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada.

Tarigan, R. (2005). Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. PT Bumi Aksara.

Todaro, M., & Smith. (2011). Ekonomi Pembangunan. Erlangga.

Yusuf, M. (1999). “Model Rasio Pertumbuhan (0MRP)” sebagai Salah Satu Alat Analisis Alternatif dalam Perencanaan Wilayah dan Kota(Aplikasi Model: Wilayah Bangka-Belitung).

Gambar

Tabel 1: Wilayah Dengan Kontribusi PDRB Tertinggi Terhadap Jawa Timur (persen)
Tabel 3: Rekapan Hasil Analisis LQ, Shift-Share, MRP, Kontribusi Sektoral, Tipologi Klassen   Sektor Lapangan  Usaha  Basis/  Nonbasis  Kontribusi Sektoral  Shift Share  RPs &gt;/&lt;  RPr  Tipologi Klassen National  Share  Proportional Shift  Differential

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan suhu lingkungan dan lama thawing yang berbeda terhadap kualitas semen beku (motilitas, persen hidup

Dari enam indikator sasaran strategis, sumbangan terbesar indikator yang capaian kinerjanya melebihi target berturut-turut adalah indikator Jumlah Pegawai yang

Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Qardh, Istishna, dan Ijarah pada dua.. bank umum syariah

Masa kerja dimulai baik sejak menjadi guru honorer atau guru bantu maupun ketika diangkat langsung menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, dan (3) variabel terikat

sepak takraw putra Unit Kegiatan Mahasiswa UNESA dan Asian Games 2018, karena dalam beberapa tahun terakhir tim sepak takraw UKM UNESA berhasil meraih beberapa

Pasca Operasi Pembebasan Irak (Operation Iraqi Freedom/OIF) yang terjadi pada pertengahan 2003, Amerika Serikat dan koalisinya serta berbagai bantuan organisasi

Pada awal berdirinya masjid ini diberi nama Jami’ul Kahhirah (Kairo) karena mengambil nama tempat universitas tersebut didirikan, Belakangan, namanya diubah menjadi

a) Apakah dengan merek Toyota yang dikenal sebagai produk mobil berkualitas memberikan penjualan signifikan yang tinggi terhadap angka penjualan New Avanza. b) Apakah karena