• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL ADOPSI INTERNET GURU SMA NEGERI (Studi Pada SMA Negeri yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL ADOPSI INTERNET GURU SMA NEGERI (Studi Pada SMA Negeri yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL ADOPSI INTERNET GURU SMA NEGERI

(Studi Pada SMA Negeri yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung)

Oleh

Susanti Sulistyorini

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menggambarkan adopsi internet oleh guru SMA Negeri di Kota Bandarlampung. (2) Mengungkapkan perbedaan model adopsi internet oleh guru SMA Negeri yang senjang secara digital di Kota Bandarlampung. Penelitian ini menggunakan teori Technology Acceptance Model (TAM) dan menggunakan metode penelitian survey dengan tipe penelitian deskriptif kuantitatif Teknik pengambilan sampel ditetapkan berdasarkan rumus Cochran dengan teknik probability sampling jenis proportionate random sampling sebesar 122 guru. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan analisis data menggunakan analisis varian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Ada perbedaan model adopsi oleh guru SMA Negeri yang senjang secara digital antara SMA Negeri 1, SMA Negeri 13 dan SMA Negeri 8. (2) SMA Negeri 8 yang masuk dalam kategori tiga dan memiliki fasilitas yang rendah memiliki tingkat adopsi lebih tinggi dibandingkan dengan SMA Negeri 1 yang masuk dalam kategori satu dan memiliki fasilitas yang tinggi/memadai. (3) Dari segi gender di tiga SMA Negeri tersebut terlihat bahwa guru laki-laki memiliki tingkat adopsi lebih tinggi dibandingkan dengan guru perempuan.

(2)

INTERNET ADOPTION MODEL PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOL TEACHERS (Studies at Public Senior High School Digital Gap in Bandarlampung)

By

Susanti Sulistyorini

ABSTRACT

The purposes of this research are: (1) To describe the adoption of the Internet by public senior high school teachers in Bandar Lampung. (2) To reveal Internet adoption model differences by public senior high school teachers that gap digitally in Bandar Lampung. This research uses the theory of Technology Acceptance Model (TAM) and survey research methods with quantitative descriptive type sampling technique defined by the formula Cochran with the type of probability sampling technique proportionate random sampling of 122 teachers. Data collection techniques using a questionnaire with data analysis using analysis of variance. The results showed that (1) There are differences in the model adopted by the public senior high school teacher digitally gap between SMAN 1, SMAN 13 and SMAN 8. (2) SMAN 8 which fall into three categories and has facilities for low-level adoption is higher than the SMAN 1 are included in the category of the facility and has a high/adequate. (3) In terms of gender in three public senior high school

is shown that male teachers have higher adoption rate than female teachers.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung, pada tanggal 1 November 1991, anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sarnyoto dan Ibu Susi Suryana. Penulis memulai pendidikan di TK Sandhy Putra Telkom pada tahun 1996. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada Perguruan Al-Kautsar dari tahun 1997 sampai dengan 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima pada jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung melalui jalur Mandiri.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (HMJ Ilmu Komunikasi) sebagai anggota Divisi Periklanan (Advertising) 2010-2011. Di tahun 2011, penulis mulai bergabung dengan Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI). Selain itu penulis juga mengikuti kegiatan mahasiswa bela diri Kempo di tingkat universitas, dan telah mengikuti kejuaraan Bupati Cup di Kalianda pada 2010.

(8)

Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan

Dan tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan

(9)

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk

orang-orang yang kusayangi :

Ayah dan Ibu tercinta, motivator terbesar dalam

hidupku yang tak pernah jemu mendo’

akan dan

menyayangiku, atas semua pengorbanan dan

kesabaran mengantarku sampai kini. Tak pernah

cukup ku membalas cinta ayah ibu padaku.

Adikku, Sandy Prasetyo.

Sahabat-sahabatku tersayang yang setia menemani,

menasihati, mendoakan, selalu berusaha berada

disampingku saat susah, sedih, maupun senang.

(10)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb...

Alhamdulillahirabbilalamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan KaruniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung. Sholawat serta salam juga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Model Adopsi Internet Guru SMA Negeri (Studi pada SMA Negeri yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung)” ini dapat diselesaikan berkat partisipasi, bantuan, dukungan dan do’a dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Ayahku dan Ibuku, kuhadiahkan karya sederhana ini untuk kedua orang tuaku tersayang, terimakasih atas do’a tulus yang selalu mengalir dalam aliran darah dan disetiap hembusan nafas.

2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(11)

4. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan masukan, arahan serta saran hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Dr. Nina Yudha Aryanti, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, teirma kasih atas segala waktu, nasihat, motivasi serta ilmu yang bermanfaat yang telah diberikan.

6. Seluruh dosen komunikasi Ibu Hestin, Ibu Wulan, Pak Riza, Ibu Nanda, Pak Firman, Pak Andy Cory, Ibu Tina, Pak Sarwoko, Pak Toni, Ibu Anna, Ibu Dhanik, Pak Agung, Ibu Andi Windah dan staff administrasi dan karyawan FISIP UNILA khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

7. Bapak Triyatmo selaku Kepala SMA Negeri 13 Bandarlampung, Bapak Joko Purwanto selaku Wakasek bid. kurikulum serta guru-guru yang telah membantu penulis dalam penelitian.

8. Bapak Parmin, S.Pd selaku Wakil Kepala bid. kurikulum SMA Negeri 8 Bandarlampung serta guru-guru yang telah membantu penulis dalam penelitian.

9. Bapak Hi.Badruzaman, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Bandarlampung serta guru-guru yang telah membantu penulis dalam penelitian.

(12)

thanks for everything sista. Segera selesaikan kewajiban terakhirmu. Semangat!!

11. Buat sahabat-sahabat cantik dari SMA, Reszetisia Intani “uni Jessie” semangat untuk menyelesaikan tesisnya semoga bisa selesai tepat waktu dan dapat pekerjaan yang sesuai keinginan. Riezka Rosalia “ika” selamat atas seminar usulnya ika, semoga bisa dipermudah untuk langkah selanjutnya, segera selesaikan skripsinya. Semangat!!

12. Buat kalian yang terbaik, Marini yang jauh disana yang ada di pulau seberang, terima kasih atas masukan-masukan yang telah diberikan. Febria “my first friend in this college” semoga dapat pekerjaan yang sesuai

keinginan, semoga bisa jadi penulis yang sesungguhnya. Indah, dirimu semakin cantik begitu menutup mahkotamu dengan hijab, semoga yang dicita-citakan bisa terwujud dan bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi. Puri, thanks for everything semoga yang dicita-citakan bisa terwujud. Nia,

Kanaya’s mom, be a good wife for your husband, be a good mom for your

daughter, and still be a good sister for us. I wish your relationship will be

eternal with Kak Asep. Mia “ismik” thanks for everything you do for me, what you do for me it’s really “memorable”. Dendi “blood-type line” thanks

for everything bro that I can’t say it one by one.

13. Teman-teman komunikasi 2009; Rani “nces”, Lola, Agis, Poppy, Aya, Desi “maruko chan”, Intan, Sofia, Jesrian, Iqbal, Aan, Fadli, Firstin, Reza, Dian,

(13)

14. Teman-teman sebimbingan skripsi; Jerry, Dwi, Deka, Dewi, Rina, Hafiz, Hesty, Esy, mba Balqis, terima kasih untuk masukan-masukan yang berharga. 15. Kakak tingkat dan adik tingkat komunikasi 2008-2014.

16. Temen-temen satu kelompok KKN Desa Balam Jaya, Way Kenanga, Tulang Bawang Barat; Nina, Martha, Nurul, Resky, Alan, Waldi, Verdy, Sujana. 17. PT. Santy Abadi Mandiri; om Triyono, mba Santi, mba Wiwid, mba Lia, Mba

Syari, bu Lina dan semua karyawan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas segalanya.

18. My Lovely ELF chingu; Puput “hyuk chagi”, Linda “lindung”, Ifah. Kalian yang selalu menghiasi hari-hariku dengan candaan yang “fresh” untuk menghilangkan kepenatan. Buat Ifah yang sekarang jadi juniorku semangat terus untuk kuliahnya.

19. LDH, thank you for being my inspiration and motivation.

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak, semoga Allah SWT memberi RahmatNya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalam...

Bandar Lampung, 20 Oktober 2014 Penulis

(14)

DAFTAR ISI 2.1 Kesenjangan Digital dan Perkembangannya ... 5

2.2 Difusi Inovasi dan Adopsi ... 7

2.3 Adopsi Internet untuk Kegiatan Belajar Mengajar ... 10

2.4 Tinjauan tentang Guru ... 11

2.5 Landasan Teori ... 12

2.5.1 Technology Acceptance Model (TAM) ... 12

2.5.2 Perkembangan dan Riset-Riset Mengenai TAM ... 16

2.5.3 Kritik Terhadap Teori TAM ... 19

3.9 Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 32

(15)

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 33

3.10 Teknik Analisis Data ... 34

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum SMA ... 35

4.2 Profil Sekolah Sampel ... 35

4.2.1 Profil SMA Negeri 1 Bandarlampung ... 36

4.2.1.1 Visi dan Misi Sekolah ... 36

4.2.1.2 Daftar Guru SMA Negeri 1 Bandarlampung ... 37

4.2.1.3 Fasilitas Internet SMA Negeri 1 Bandarlampung ... 38

4.2.2 Profil SMA Negeri 13 Bandarlampung ... 38

4.2.2.1 Visi dan Misi Sekolah ... 38

4.2.2.2 Daftar Guru SMA Negeri 13 Bandarlampung ... 39

4.2.2.3 Fasilitas Internet SMA Negeri 13 Bandarlampung ... 40

4.2.3 Profil SMA Negeri 8 Bandarlampung ... 40

4.2.3.1 Visi dan Misi Sekolah ... 40

4.2.3.2 Daftar Guru SMA Negeri 8 Bandarlampung ... 42

4.2.3.3 Fasilitas Internet SMA Negeri 8 Bandarlampung ... 42

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Responden ... 43

5.1.1 Menentukan Besaran Sampel Penelitian ... 43

5.1.2 Gambaran Karakteristik Responden ... 45

5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47

5.2.1 Uji Validitas Variabel Model Adopsi ... 47

(16)

DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN DIAGRAM

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan IT ... 15

Tabel 2. Ukuran Kemantapan Alpha ... 34

Tabel 3. Daftar guru SMA Negeri 1 Bandarlampung ... 37

Tabel 4. Fasilitas Internet SMA Negeri 1 Bandarlampung ... 38

Tabel 5. Daftar guru SMA Negeri 13 Bandarlampung ... 39

Tabel 6. Fasilitas Internet SMA Negeri 13 Bandarlampung ... 40

Tabel 7. Daftar guru SMA Negeri 8 Bandarlampung ... 42

Tabel 8. Fasilitas Internet SMA Negeri 8 Bandarlampung ... 42

Tabel 9. Jumlah guru ditiga SMA Negeri Bandarlampung ... 43

Tabel 10. Proporsi guru sesuai jenis kelamin di tiga SMA Negeri ... 47

Tabel 11. Hasil Validitas Kuesioner ... 48

Tabel 12. Hasil Reliabilitas ... 49

Tabel 13. Hasil Normalitas ... 50

Tabel 14. Uji Homogenitas ... 51

Tabel 15. Jumlah hari menggunakan internet ... 51

Tabel 16. Lama tahun menggunakan internet ... 52

Tabel 17. Lama internetan dalam sehari ... 53

Tabel 18. Rata-rata lama mengakses internet per hari ... 54

Tabel 19. Menggunakan email ... 55

Tabel 20. Menggunakan instant messenger ... 56

Tabel 21. Member suatu milis ... 56

Tabel 27. Mengunduh gambar dari internet ... 60

Tabel 28. Mengunduh musik dari internet ... 60

Tabel 29. Mengunduh video/film ... 61

Tabel 30. Mengunggah gambar ... 61

Tabel 31. Mengunggah musik ... 62

Tabel 32. Mengunggah video ... 62

Tabel 33. Mengunduh software/games ... 62

Tabel 34. Belanja online ... 63

Tabel 35. Komputer dan internet sangat membantu pekerjaan saya sebagai guru ... 64

Tabel 36. Komputer memudahkan saya menyampaikan materi pengajaran ... 65

(17)

Tabel 38. Di internet banyak bahan mengajar, jadi sangat bermanfaat ... 67

Tabel 39. Saya selalu mencoba fitur baru jika fitur tersebut dapat menyelesaikan tugas-tugas saya ... 68

Tabel 40. Saya akan selalu menggunakan internet baik untuk kepentingan professional maupun pribadi ... 70

Tabel 41. Saya akan membelajarkan pengalaman di internet kepada siswa saya ... 71

Tabel 42. Saya lancar menggunakan program word ... 72

Tabel 43. Saya dapat mengirim dan membaca e-mail ... 74

Tabel 44. Saya mampu mengirim dan menerima attachment/lampiran lewat e-mail ... 75

Tabel 45. Saya mampu melakukan browsing internet ... 76

Tabel 46. Saya mampu bernavigasi di suatu website untuk mendapatkan informasi yang diinginkan ... 78

Tabel 47. Saya mampu melakukan bookmark website yang saya anggap bermanfaat ... 79

Tabel 48. Saya familiar dengan milis dan kelompok diskusi online ... 81

Tabel 49. Saya pernah berpartisipasi dalam online chat ... 82

Tabel 50. Saya selalu memergunakan program excel untuk mengolah hasil penilaian terhadap siswa saya ... 83

Tabel 51. Saya selalu memergunakan program powerpoint untuk menyampaikan pembelajaran di kelas saya ... 85

Tabel 52. Saya memerkaya bahan pembelajaran saya dengan materi yang relevan yang saya dapat dari akses dinternet ... 87

Tabel 53. Saya memastikan siswa saya memanfaatkan ms.word dalam melakukan tugas untuk mata pelajaran saya ... 88

Tabel 54. Saya memastikan siswa saya memanfaatkan excel dalam melakukan tugas untuk mata pelajaran saya ... 90

Tabel 55. Saya memastikan siswa saya memanfaatkan powerpoint dalam melakukan tugas untuk mata pelajaran saya ... 91

Tabel 56. Saya memastikan siswa saya mencari materi dengan memanfaatkan internet untuk melakukan tugas mata pelajaran saya ... 92

Tabel 57. Saya memastikan siswa saya memanfaatkan peralatan audio video untuk melakukan tugas mata pelajaran saya ... 94

Tabel 58. Siswa saya sudah mampu membuat presentasi tugas dalam bentuk mutimedia ... 95

Tabel 59. Kemampuan guru dalam menggunakan komputer dan internet untuk memermudah pekerjaan ... 96

Tabel 60. Keterampilan guru dalam menggunakan program-program (software) di komputer ... 97

Tabel 61. Keterampilan guru dalam menggunakan internet ... 98

Tabel 62. Kemampuan guru dalam membelajarkan komputer dan internet kepada siswa ... 100

Tabel 63. Hasil Oneway ANOVA ... 111

Tabel 64. Kriteria kategori sekolah ... 113

(18)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Lima adopter ... 9

Bagan 2. Skema teori TRA (Theory Reasoned Action) ... 13

Bagan 3. Skema teori TAM (Technology Acceptance Model) ... 13

Bagan 4. Kerangka pikir penelitian ... 24

Bagan 5. Model Adopsi Guru SMAN 1 Bandarlampung ... 104

Bagan 6. Model Adopsi Guru SMAN 13 Bandarlampung ... 106

Bagan 7. Model Adopsi Guru SMAN 8 Bandarlampung ... 108

DAFTAR DIAGRAM Diagram 1. Kemampuan guru dalam menggunakan komputer dan internet untuk memermudah pekerjaan ... 96

Diagram 2. Keterampilan guru dalam menggunakan program-program (software) di komputer ... 98

Diagram 3. Keterampilan guru dalam menggunakan internet ... 99

Diagram 4. Kemampuan guru dalam membelajarakan komputer dan internet kepada siswa ... 101

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Laporan United Nations Development Program (UNDP) 2014 menunjukkan bahwa Indeks Pengembangan Manusia (IPM) yaitu kombinasi dari indikator-indikator seperti kesehatan, kekayaan dan pendidikan, peringkat Indonesia tidak berubah pada peringkat 108 dari 187 negara dari tahun sebelumnya. Dengan pengecualian dari Singapura (9), Brunei Darussalam (30), Malaysia (62), dan Thailand (89). Negara-negara anggota ASEAN lainnya menempati peringkat lebih rendah dengan Myanmar (150), Laos (139), Kamboja (136), Vietnam (121) dan Filipina (117) (Sumber: http://unic-jakarta.org/2014/07/25/laporan-pembangunan-manusia-2014-peluncuran-global-implikasi-lokal/ tanggal akses 27 Oktober 2014).

(20)

2

Sejak tahun 1994, TIK menjadi mata ajar wajib dalam kurikulum sekolah mulai dari SD sampai SLTA yang mengajarkan keterampilan komputer dan internet (ICT Literacy). Kemudian TIK juga diimplementasikan dalam sistem sekolah termasuk dalam proses belajar mengajar. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan sangat beragam. Ada sekolah-sekolah yang berhasil mengimplementasikan dengan baik, ada juga yang banyak mengalami kendala, seperti sekolah tidak memiliki laboratorium komputer, koneksitas ke internet, ketidaksiapan guru baik karena rendahnya ICT Literacy (dalam hal ini internet) maupun mispersepsi, ketiadaan kepemimpinan teknologi, dan sejumlah barrier lainnya (Nurhaida dkk, 2011).

Kesiapan guru dalam menggunakan teknologi baru yaitu internet merupakan hal yang sangat penting dalam mengimplementasikan TIK di sekolah. Karena itu, jika TIK diimplementasikan sebagai bagian dari pengajaran, guru harus dapat mengembangkan metode pengajaran yang berbasis TIK. Pengajaran didesain tidak hanya memanfaatkan kelebihan internet tetapi juga program preventif terhadap sisi negatif internet tersebut. Jika tidak siswa hanya akan mendapatkan beban tugas tambahan sebagai metode klasikal plus; yang sumber-sumbernya harus berasal dari internet. Guru juga perlu mengadopsi peran-peran baru sebagai pengguna teknologi (Butcher, 2011) (Dalam Kerangka Kerja Kompetensi Guru Kemendikbud 2012). Guru bertanggung jawab untuk menciptakan ruang bagi siswa untuk berkembang menjadi manusia Indonesia yang berkarakter dengan memanfaatkan TIK.

(21)

3

penerapan pembelajaran aktif (DBE 2 USAID, 2010) (Dalam Kerangka Kerja Kompetensi Guru Kemendikbud 2012). Kapasitas guru untuk memanfaatkan TIK secara efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi krusial. Pentingnya guru dalam mengadopsi TIK di sekolah akan berdampak pada peningkatan kualitas guru untuk peningkatan proses pembelajaran di kelas, dengan diikuti oleh peningkatan prestasi dan keterampilan siswa.

Demikian juga di Kota Bandarlampung yang memiliki 17 SMA Negeri, sejalan dengan kebijakan nasional telah menerapkan TIK dalam kurikulum dan mengintegrasikan dalam proses belajar mengajar, namun dalam pelaksanaannya sangat beragam, ada sekolah telah memiliki laboratorium dan terkoneksi ke internet dan mengintegrasikan dalam proses belajar mengajar, ada laboratorium tapi tidak terkoneksi ke internet bahkan tidak memiliki laboratorium sama sekali. Padahal agar dapat mengadopsi internet harus tersedia sarana dan prasarananya, maka diduga terdapat keragaman adopsi internet oleh guru dan mengimplementasikan TIK dalam pengajarannya. Namun sampai saat ini mengukur kesiapan guru mengimplementasikan TIK dengan mengungkapkan literasi internetnya belum pernah dilakukan di Kota Bandarlampung (Nurhaida dkk, 2011).

1.2Rumusan Masalah

Secara rinci masalah yang akan diungkapkan melalui penelitian ini adalah:

(22)

4

2. Apakah ada perbedaan model adopsi internet oleh guru berdasarkan kesenjangan digital sekolah.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menggambarkan adopsi internet oleh guru SMA Negeri di Kota Bandarlampung.

2. Mengungkapkan perbedaan model adopsi internet oleh guru SMA Negeri yang senjang secara digital di Kota Bandarlampung.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu:

1. Secara teoritis penemuan penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu komunikasi dibidang Komunikasi Pembangunan, khususnya Komunikasi Inovasi dibidang TIK.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesenjangan Digital (Digital Divide) dan Perkembangannya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, senjang berarti dalam keadaan yang tidak simetris atau tidak sama bagian atau berlainan sekali. Sedangkan kesenjangan adalah perihal senjang atau ketidakseimbangan atau ketidaksimetrisan (kbbi.web.id/senjang). Sedangkan menurut Kamus Komputer dan Teknologi Informasi digital divide yaitu istilah yang digunakan untuk menerangkan jurang perbedaan antara mereka yang mempunyai kemampuan dalam hal akses, dan pengetahuan dalam penggunaan teknologi modern, dengan mereka yang tidak berpeluang menikmati teknologi tersebut.

Kesenjangan digital di era teknologi informasi saat ini menjadi perhatian penting di berbagai negara untuk mewujudkan pemerataan pembangunan di bidang teknologi informasi, salah satunya yaitu di Indonesia. Menurut OECD (2001) (Dalam Zulkarimen Nasution, 2007), kesenjangan digital (digital divide) merupakan jurang antara individu, rumah tangga, kawasan bisnis dan geografis pada berbagai tingkatan sosio-ekonomik dalam hal kesempatan mengakses TIK dan menggunakan internet untuk bermacam kegiatan. Beberapa faktor yang diidentifikasi berpengaruh terhadap kesenjangan digital antara lain:

(24)

6

2. Akses ke internet

3. Pencapaian pendidikan juga menjelaskan perbedaan akses 4. Bahasa (hampir 90% isi internet dalam bahasa Inggris) 5. Akses di kawasan kota lebih baik daripada desa

Akses ke teknologi informasi merupakan kunci pembuka pintu untuk memasuki era ekonomi berbasis pengetahuan. Begitu pula dengan akses internet, masyarakat dapat memeroleh segala informasi yang mereka butuhkan yang dapat menjadi peluang untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka. (Zulkarimen Nasution, 2007).

Masalah kesenjangan digital (digital divide) di Indonesia sebenarnya banyak dipengaruhi oleh tidak meratanya pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi dan regulasi di berbagai daerah. Sebagai contoh, adanya perbedaan pola hidup antara masyarakat perkotaan dan pedesaan di daerah-daerah yang sudah maju. Masyarakat perkotaan di daerah yang sudah maju mempunyai kemampuan dan wawasan yang lebih tinggi akan teknologi informasi dibandingkan masyarakat perkotaan yang hidup di daerah kurang maju. Demikian pula, masyarakat pedesaan di daerah yang sudah maju, mereka akan mempunyai pengetahuan yang sedikit lebih tinggi untuk mengenal teknologi informasi dibanding masyarakat pedesaan di daerah yang kurang maju (bahkan tidak terjangkau jaringan komunikasi sama sekali).

(25)

7

menggunakan sarana digital. Masih banyak masyarakat yang merasa gugup, takut sehingga enggan menggunakan sarana digital seperti komputer atau laptop. Sebagian mereka masih tidak ingin menanggung resiko kerusakan dari sarana digital yang tergolong mahal sehingga bila rusak tentunya akan menghabiskan uang yang banyak pula bila rusak. Bila diperhatikan lebih dalam lagi berarti hal yang mempengaruhi skill SDM dalam menggunakan sarana digital bisa datang dari kesenjangan ekonomi dan kurangnya sosialisasi atau pemberian pemahaman kepada masyarakat tentang penggunaan sarana digital.

Bila diperhatikan saat ini sudah banyak memang mereka yang menggunakan sarana TIK untuk melakukan berbagai hal, namun banyak pula diantaranya masih terlihat keganjilan-kegajilan seperti contoh kasusnya adalah banyak sekali saat ini anak-anak yang berhasil mengerti cara menggunakan komputer dan penggunaan internet dan hubungan jaringan LAN dengan pahamnya mereka menggunakan jejaring sosial dan bermain game online, tetapi, hanya itu yang bisa mereka lakukan, sementara untuk pemanfaatan lain masih belum bisa diperhitungkan.

2.2 Difusi Inovasi dan Adopsi

Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain.

Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah “an idea, practice, or object perceived as

(26)

8

dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Dapat dikatakan bahwa difusi inovasi merupakan satu bentuk komunikasi yang berhubungan dengan suatu pemikiran baru.

Difusi mengacu pada menyebarnya informasi baru, inovasi, atau proses baru keseluruh masyarakat. Inovasi ini dapat bermacam-macam, misalnya lensa kontak, komputer, food processor, sasaran keperilakuan dalam pengajaaran, belajar melalui pengalaman, atau pengajaran multimedia. Adopsi mengacu pada reaksi positif orang terhadap inovasi dan pemanfaatannya. Dalam proses adopsi, William McEwen (1975) ( Dalam Joseph A. Devito, 1997) mengidentifikasikan tiga tahap umum: 1. Pada tahap akuisisi informasi, orang memeroleh dan memahami informasi tentang

inovasi. Misalnya, seorang guru belajar tentang ancangan baru untuk memberikan kuliah di kelas besar.

2. Pada tahap evaluasi informasi, orang mengevaluasi informasi tentang inovasi. Misalnya, guru tadi menyadari bahwa metode yang baru itu lebih efektif daripada metode lama.

3. Pada tahap adopsi atau penolakan, orang mengadopsi (melaksanakan) atau menolak inovasi. Misalnya, guru tersebut mulai mengajar dengan menggunakan metode baru ini.

(27)

9

Jelas bahwa orang tidak memilih untuk mengadopsi atau menolak inovasi pada waktu yang bersamaan. Periset dalam bidang difusi informasi membedakan lima tipe adopter (Bagan 1):

Innovator, mereka yang pertama-tama mengadopsi inovasi, belum tentu adalah pencetus gagasan baru ini, tetapi merekalah yang memerkenalkannya secara cukup luas. Adopter awal, kadang-kadang dimana “pembawa pengaruh” melegitimasi gagasan dan membuatnya diterima oleh masyarakat pada umumnya. Mayoritas awal mengikuti pembawa pengaruh dan melegitimasi lebih jauh inovasi ini. Mayoritas akhir mengadopsi inovasi agak belakangan. Orang-orang dalam kelompok ini mungkin mengikuti pembawa pengaruh atau mayoritas awal. Akhirnya, kelompok yang tertinggal (laggards), kelompok terakhir yang mengadopsi inovasi, mungkin mengikuti jejak orang-orang dari ketiga kelompok terdahulu.

Bagan 1. Lima Tipe Adopter (Sumber: Google.com)

(28)

10

mau menggunakan teknik pengajaran yang baru dan seterusnya. Ada beberapa situasi dimana tidak terdapat kelompok kepala batu. Misalnya, seorang guru mungkin ingin terus menggunakan buku teks tertentu. Tetapi jika buku ini tidak dicetak lagi, ia terpaksa berubah dan bergabung dengan kelompok yang tertinggal (laggards).

Pada umumnya, adopter awal – inovator jika dibandingkan dengan kelompok tertinggal – berusia lebih muda ketimbang adopter akhir dan berstatus sosioekonomi lebih tinggi pula. Mereka memiliki pekerjaan yang bersifat lebih spesialis, lebih empatik, dan kurang dogmatik. Mereka lebih terbuka terhadap perubahan dan lebih banyak memanfaatkan informasi yang ada. Mereka memunyai orientasi yang lebih kosmopolitan dan pada umumnya merupakan pemuka masyarakat. (Joseph A.Devito, 1997).

2.3 Adopsi Internet untuk Kegiatan Belajar Mengajar

Adopsi internet saat ini sudah berkembang di lembaga pendidikan sebagai bentuk memajukan kegiatan belajar mengajar. Salah satu adopsi yang digunakan adalah model TAM yang dapat mempermudah seseorang dalam mendapatkan informasi. Menurut Schiller (2007 : 120), dalam mengadopsi teknologi memiliki karakteristik tertentu seperti tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, pengalaman pendidikan, dan kemakhiran dalam menggunakan komputer di bidang pendidikan.

(29)

11

informasi yang berkaitan dengan pendidikan. Proses adopsi internet dalam kegiatan belajar mengajar merupakan inovasi yang baru, dimana guru harus memiliki keterampilan dalam menguasai teknologi komputer dan aplikasinya. Untuk mencapai keberhasilan suatu inovasi baru dalam pendidikan, dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menyampaikan materi tersebut yang dapat mudah diserap oleh murid. Semakin mudah teknologi itu digunakan maka semakin bermanfaat teknologi tersebut.

Dalam mengadopsi suatu teknologi, guru akan megintegrasikan teknologi dengan materi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah, murid dan kemampuan guru itu sendiri. Oleh sebab itu sikap seorang guru dapat mempengaruhi kualitas mutu pembelajaran yang diberikan. Sehingga guru dituntut untuk selalu mengadopsi informasi terbaru dalam bidang teknologi khususnya internet. Internet merupakan teknologi yang dapat bermanfaat dan mudah dalam mendapatkan informasi.

2.4 Tinjauan tentang Guru

(30)

12

Menurut Moh.Uzer Usman (2002) (Dalam Muhammad Gesandika 2012:30) guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu, apalagi sebagai guru yang professional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra-jabatan.

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

2.5 Landasan Teori

2.5.1 Technology Acceptance Model (TAM)

(31)

13

Bagan 2. Skema Teori TRA (Theory Reasoned Action) (Dalam Neila Ramdhani, 2007)

Dalam TRA ini, Ajzen (1980) (Dalam Neila Ramdhani, 2007) menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms). Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA ini dengan keyakinan (beliefs). Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs).

(32)

14

Menurut Davis perilaku menggunakan Information Technology (IT) diawali oleh adanya persepsi mengenai manfaat (usefulness) dan persepsi mengenai kemudahan menggunakan IT (ease of use). Kedua komponen ini bila dikaitkan dengan TRA adalah bagian dari Belief. Davis mendefinisikan persepsi mengenai kegunaan (usefulness) ini berdasarkan definisi dari kata useful yaitu capable of being used advantageously, atau dapat digunakan untuk tujuan yang menguntungkan. Persepsi terhadap usefulness adalah manfaat yang diyakini individu dapat diperolehnya apabila menggunakan IT. Dalam konteks organisasi, kegunaan ini tentu saja dikaitkan dengan peningkatan kinerja individu yang secara langsung atau tidak langsung berdampak pada kesempatan memperoleh keuntungan-keuntungan baik yang bersifat fisik atau materi maupun non materi.

Agak berbeda dengan persepsi individu terhadap kegunaan IT ini, variabel lain yang dikemukakan Davis mempengaruhi kecenderungan individu menggunakan IT adalah persepsi terhadap kemudahan dalam menggunakan IT. Kemudahan (ease) bermakna tanpa kesulitan atau terbebaskan dari kesulitan atau tidak perlu berusaha keras. Dengan demikian persepsi mengenai kemudahan menggunakan ini merujuk pada keyakinan individu bahwa sistem IT yang akan digunakan tidak merepotkan atau tidak membutuhkan usaha yang besar, pada saat digunakan.

(33)

15

berniat untuk menggunakan IT (Intention). Niat untuk menggunakan IT akan menentukan apakah orang akan menggunakan IT (Behavior). Dalam TAM, Davis (1986) (Dalam Neila Ramdhani, 2007) menemukan bahwa persepsi terhadap manfaat IT juga mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan IT tetapi tidak berlaku sebaliknya. Dengan demikian, selama individu merasa bahwa IT bermanfaat dalam tugas-tugasnya, ia akan berniat untuk menggunakannya terlepas apakah IT itu mudah atau tidak mudah digunakan.

Untuk mengungkap lebih jauh mengenai saling hubungan antara persepsi terhadap manfaat dan persepsi kemudahan menggunakan IT ini, Davis (1989) (Dalam Neila Ramdhani, 2007) melakukan riset dengan cara menyajikan masing-masing 6 item (tabel 1).

Tabel 1. Faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan IT No Kegunaan (usefulness) Kemudahan (ease of use)

1 Bekerja lebih cepat Mudah dipelajari 2 Kinerja Dapat dikontrol

3 Produktivitas Meningkat Jelas dan mudah dipahami

4 Efektif Fleksibel

(34)

16

Analisis Davis terhadap riset tersebut menunjukkan bahwa persepsi individu terhadap kemudahan dalam menggunakan IT berkorelasi dengan penggunaan IT saat ini dan keinginan untuk menggunakannya di masa yang akan datang. Persepsi terhadap kemudahan dalam menggunakan IT ini juga merupakan anteseden bagi persepsi individu mengenai manfaat IT dalam kehidupan individu.

2.5.2 Perkembangan dan Riset-Riset Mengenai Technology Acceptance Model

(TAM)

Beberapa riset telah dilakukan untuk menguji model TAM ini sebagai alat untuk memprediksi perilaku menggunakan IT. Lee (2003) (Dalam Neila Ramdhani, 2007) mengemukakan bahwa TAM merupakan salah satu teori penerimaan teknologi yang sangat berpengaruh. Sampai tahun 2000, TAM sudah dirujuk oleh tidak kurang dari 424 penelitian. Sedangkan Social Science Citation Index (SSCI) mencantumkan bahwa hingga tahun 2003, TAM sudah dirujuk oleh 698 penelitian. Mengikuti perkembangan TAM, Lee (2003) (Dalam Neila Ramdhani, 2007) mengemukakan pada dasarnya riset tentang TAM dapat diklasifikasikan ke dalam empat periode, yaitu periode pengenalan TAM, periode validasi model, periode ekstensi (extended) model TAM, dan periode elaborasi.

(35)

sehari-17

hari. Baik persepsi manfaat maupun persepsi kemudahan menggunakan komputer menentukan sikap terhadap penggunaan komputer dalam mengerjakan tugas sehari-hari. Sedangkan sikap ini menentukan niat kemudian perilaku menggunakan komputer. Hasil serupa jugadilaporkan oleh Szajna (1994) (Dalam Neila Ramdhani, 2007) yang menginvestigasi validitas prediktif TAM. Dengan menggunakan 47 orang sampel mahasiswa MBA, Sjana melaporkan bahwa persepsi manfaat IT dan kemudahan dalam menggunakan IT dapat digunakan untuk memprediksi perilaku ke depan dari pengguna IT.

Selanjutnya pada 1996, Sjana secara spesifik memvalidasi model TAM yang sudah diekstensi ini pada pengguna email dan Morris & Dillon (1997) (Dalam Neila Ramdhani, 2007) melakukan riset serupa dengan subjek pengguna web browser, telemedicine (Hu, Chau, Sheng, & Tam, 1999), websites (Koufaris, 2002), dan sistem perkuliahan berbasis web (Gao, 2005), dan Kiraz & Ozdemir (2006) yang menguji model TAM pada para guru. Dalam risetnya, Gao melaporkan bahwa TAM dapat digunakan untuk memprediksi pemanfaatan perkuliahan online berbasis web. Persepsi individu terhadap manfaat (perceived usefulness) dan kemudahan (perceive of ease) dalam menggunakan teknologi secara signifikan mempengaruhi niat untuk menggunakan metode perkuliahan berbasis website.

(36)

18

Neila Ramdhani, 2007) mulai membandingkan Technology Acceptance Model (TAM) ini dengan Theory of Reasoned Action (TRA). Dalam riset ini, Davis melaporkan bahwa TAM lebih baik dalam menjelaskan keinginan seseorang untuk menerima teknologi dibandingkan dengan TRA.

Perbandingan antara TAM dan TPB juga dilakukan oleh Mathieson (1991) (Dalam Neila Ramdhani, 2007), diperoleh hasil bahwa TAM lebih baik dalam menjelaskan sikap daripada TPB. Lebih lanjut, Mathieson mengemukakan bahwa walaupun secara umum model satu tidak dapat begitu saja dikatakan lebih baik daripada model lainnya tetapi Hubona & Cheney (1994) (Dalam Neila Ramdhani, 2007) menyatakan bahwa TAM lebih mudah menggunakannya dan sederhana untuk menjelaskan penerimaan teknologi.

(37)

19

Periode terakhir yang dilakukan sepanjang perjalanan riset TAM, adalah periode elaborasi model. Banyaknya penelitian TAM yang sudah dipublikasikan merupakan salah satu pendorong dilakukannya meta analisis terhadap dari hasil riset tersebut. Lee (2003) (Dalam Neila Ramdhani, 2007) melakukan meta analisis terhadap 101 penelitian, menghasilkan model yang lebih lengkap dengan variabel penentu perilaku lainnya, misalnya aksesabilitas, kecemasan, kompatibelitas, perceived enjoyment dll. Sedangkan Hooff (2005) (Dalam Neila Ramdhani, 2007) melaporkan hasil metaanalisis yang dilakukan bahwa secara garis besar, konstruk yang menentukan perilaku penerimaan IT adalah pengguna (users), karakteristik tugas (task), lingkungan tugas, dan media.

2.5.3 Kritik terhadap Teori Technology Acceptance Model (TAM)

Kritisi terhadap teori yang sudah ada sangat berguna untuk pengembangan teori tersebut dalam rangka menjelaskan saling hubungan antara variabel penentu perilaku. Dengan mempertimbangkan perkembangan TRA (cek gambar 2) dan TPB (Theory of Planned Behavior) yang menjadi dasar acuan TAM, dikemukakan bahwa peranan disekitar individu dalam menentukan perilaku dan peranan perbedaan. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

(38)

20

seseorang sangat dipengaruhi oleh perilaku dan kehadiran orang lain. Miner (2002) (Dalam Neila Ramdhani, 2007) mengutip teori perilaku yang sangat populer di kalangan psikologi, yaitu Field Theory dari Kurt Lewin.

Menurut Lewin, perilaku manusia ditentukan oleh dua variabel besar yang saling berinteraksi, yaitu variabel yang berada di dalam diri seseorang (Organism) dan variabel yang berada di luar diri (Environment). Faktor di dalam diri antara lain adalah sifat kepribadian (personality traits), motivasi, nilai hidup (values), dan sikap (attitude). Sedangkan variabel di luar diri (Environment) adalah stimulus dari luar yang membuat orang melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Lewin menggunakan formula B = f (O,E) di dalam menggambarkan interaksi dari kedua variabel tersebut. B adalah Behavior (perilaku), f adalah function (fungsi), O adalah Organism (segala sesuatu yang merupakan ciri diri seseorang), dan E adalah Environment (Lingkungan) segala jenis stimulus di luar diri seseorang yang memicu orang tersebut untuk berperilaku.

(39)

21

mendukung kalau seseorang menggunakan IT atau apakah orang lain juga menggunakan IT dalam pekerjaannya. Oleh karena itu dalam model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model) seharusnya komponen persepsi individu terhadap perilaku dan sikap orang lain dalam penggunaan IT harus pula diperhitungkan.

2. Adanya perbedaan individu dalam berperilaku (individual differences). Dalam Ilmu psikologi sifat individu terbukti sangat menentukan perilaku seseorang. Kehadiran tes psikologi (kognitif dan kepribadian) dan penerapannya dalam kehidupan merupakan bukti dari perbedaan individu. Perbedaan itu dapat berasal dari perbedaan kemampuan kognitif, sifat kepribadian dan tata-nilai yang dianutnya. Sejalan dengan Field Theory yang dikemukan oleh Kurt Lewin di point-1 di atas, maka terwujud suatu perilaku ditentukan oleh sifat kepribadian seseorang. Upaya memahami perilaku individu mendorong para ahli psikologi untuk mengungkap lebih lanjut mengenai karakteristik individual. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengelompokkan individu berdasarkan ciri-ciri tertentu. Greenberg (2003) (Dalam Neila Ramdhani, 2007) menyebutkan istilah kepribadian sebagai pola perilaku, pikiran, dan emosi yang unik dan relatif stabil terdapat dalam diri seseorang. Keunikan inilah yang menyebabkan kepribadian menjadi variable yang sering digunakan untuk menggambarkan diri individu yang berbeda dengan individu lainnya.

(40)

22

sementara dosen lainnya tidak sering? Model kepribadian yang banyak dikaitkan dengan penggunaan IT adalah extraversion, neuroticism, dan openness to experience. Ramdhani (2007) melakukan meta analisis terhadap hubungan kepribadian dengan pengggunaan IT. Meta analisis yang dilakukan terhadap 11 penelitian menunjukkan bahwa kepribadian extraversion, neuroticism, dan openness to experience secara signifikan menentukan frekuensi penggunaan IT.

3. Teori TAM tidak mempertimbangkan peranan dari kemampuan orang untuk merealisasikan setiap keinginannya. Seseorang akan menggunakan sesuatu produk (teknologi atau lainnya) sangat ditentukan apakah ia mampu untuk memperoleh teknologi itu. Kalau keinginan untuk menggunakan sangat tinggi tetapi tidak ada teknologi yang tersedia, atau teknologinya tersedia tetapi individu tidak mampu membelinya, maka tidak mungkin akan terwujud dalam perilaku menggunakan teknologi itu.

2.6 Kerangka Pikir

(41)

23

(a) Sekolah tempatnya mengajar memiliki Laboratorium Komputer yang memadai dan terkoneksi internet

(b) Sekolah tempatnya mengajar memiliki Laboratorium Komputer yang cukup memadai dan terkoneksi internet

(c) Sekolah tempatnya mengajar belum memiliki Laboratorium Komputer atau sudah memiliki tetapi tidak memadai untuk digunakan dan tidak terkoneksi internet

Internet sebagai media baru untuk saat ini memiliki semua karakteristik media massa bahkan media personal. Internet menyediakan jutaan informasi, hiburan, media interaksi dan lainnya. Karakteristik yang serba ada tersebut mampu bermanfaat bagi siapa saja yang memanfaatkannya termasuk guru SMA sebagai tenaga pendidik.

(42)

24

Bagan 4. Kerangka Pikir Penelitian

2.7 Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta maupun kondisi yang sedang diamati sebagai petunjuk dan langkah penelitian selanjutnya. Berdasarkan kerangka pikir diatas maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban sementara penelitian sebagai berikut:

Ha : Ada perbedaan model adopsi pada guru SMA Negeri yang senjang secara digital di Bandarlampung.

Ho : Tidak ada perbedaan model adopsi pada guru SMA Negeri yang senjang secara digital di Bandarlampung.

INTERNET

SMAN 1

SMAN 13

Adopsi Guru

Kesenjangan Digital

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang model adopsi internet oleh guru SMA Negeri. Karena itu, tipe penelitian ini termasuk pada penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Dengan metode deskriptif, kita menghimpun data, menyusun secara sistematis, faktual dan cermat (Rakhmat, 1995: 22,27).

3.2 Metode Penelitian

(44)

26

3.3 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang. Definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Model

Model adalah pola (contoh, acuan, ragam dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dihasilkan atau dibuat.

2. Adopsi

Adopsi merupakan proses penerimaan pesan atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective) maupun keterampilan ( psycho-motoric) pada diri seseorang.

3. Internet

Internet adalah hubungan (koneksi) satu komputer ke komputer lainnya diseluruh dunia melalui server dan router terdedikasi. Ketika dua komputer terhubung lewat internet, mereka bisa saling kirim dan terima informasi seperti teks, grafik (gambar), suara, video dan program komputer berupa software dan aplikasi. 4. Guru

(45)

27

3.4 Definisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2001: 123), definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksana bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang digunakan untuk membantu penelitian lain apabila ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995: 46). Adapun indikator dari definisi operasional dalam penelitian ini adalah aktivitas menggunakan internet berupa: 1. Model adopsi

Model adopsi yang dimaksud adalah pola atau cara yang diambil oleh setiap guru tentang penting atau tidaknya internet untuk kepentingan pembelajaran.

2. Frekuensi

Frekuensi yang dimaksud adalah jumlah hari dalam tiap minggu yang digunakan untuk mengakses internet oleh guru.

3. Intensitas waktu online

Intensitas yang dimaksud adalah lamanya waktu yang digunakan guru dalam mengakses internet oleh guru.

4. Lokasi online

Lokasi atau tempat yang biasa digunakan oleh guru pada penggunaan internet. 5. Tujuan online

(46)

28

6. Jenis web dan aplikasi yang paling sering diakses.

7. Aktivitas partisipasi di Internet yaitu penggunaan bahan yang ada di internet untuk kepentingan pembelajaran maupun individual.

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2007) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi diartikan sebagai kumpulan elemen yang mempunyai karakteristik tertentu yang sama dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Menurut Nanang Martono (2012) populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah guru di 17 SMA Negeri di Bandarlampung yang memiliki kesenjangan digital (Daftar sekolah SMA Negeri terdapat pada lampiran).

3.5.2 Sampel

(47)

29

laboratorium dan koneksitas internet dari 17 SMA Negeri akan dipilih 3 sekolah yang senjang secara digital. Dengan melalui tahapan-tahapan:

1. Tahap I adalah mengklarifikasi sekolah berdasarkan keadaan kesenjangan digital yaitu keadaan laboratorium dan koneksitas sekolah.

2. Tahap II merupakan jumlah klasifikasi tahap I ditetapkan 3 sampel SMA Negeri yang masing-masing mewakili katagori dalam kesenjangan digital:

2.1 SMA Negeri yang memiliki Laboratorium Komputer yang memadai, terkoneksi internet, sekaligus bandwidth (kecepatan koneksi internet).

2.2 SMA Negeri yang memiliki Laboratorium Komputer cukup memadai dan belum atau tidak terkoneksi internet.

2.3 SMA Negeri yang tidak atau belum memiliki Laboratorium Komputer maupun koneksitas internet. (Penjelasan mengenai penentuan sampel terdapat pada lampiran).

3. Tahap III merupakan menentukan besar sampel yang terdiri dari tiga SMA Negeri di Bandarlampung yang senjang secara digital. Untuk menentukan besar sampel akan menggunakan rumus Cochran. Adapun rumus tersebut dinyatakan sebagai berikut (Cochran dalam Sudarmanto 2009):

(48)

30

Keterangan:

n : jumlah sampel minimal N : ukuran populasi

t : tingkat kepercayaan (digunakan 0,95 sehingga nilai t = 1,96) d : taraf kekeliruan (digunakan 0,05)

p : proporsi dari karakteristik tertentu (golongan) q : 1 – p

1 : Bilangan Konstan

p : q :1- p (proporsi untuk guru perempuan)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut: 1. Kuesioner

Sampel akan diberi kuesioner berkenaan dengan masalah penelitian. 2. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung ke lokasi objek penelitian.

3. Studi Pustaka

Pengumpulan data dari berbagai literatur pendukung.

3.7 Teknik Pengolahan Data

(49)

31

1. Editing

Editing adalah proses pemeriksaan dan penyelesaian kembali data yang telah diisi atau dijawab oleh responden.

2. Koding

Koding merupakan tahap dimana jawaban responden diklasifikasikan menurut jenis pertanyaan dengan jalan member tanda pada tiap-tiap data termasuk dalam katagori yang sama.

3. Tabulasi

Tabulasi adalah mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa secara teratur dan sistematis untuk kemudian dihitung berapa banyak yang masuk ke dalam suatu katagori yaitu membuat tabel tunggal dan tabel silang.

3.8 Teknik Pemberian Skor

Setiap pertanyaan dalam kuesioner akan diberi empat alternatif jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Penentuan skor untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut:

1. Skor 4 merupakan nilai yang sangat diharapkan yang menunjukan kontinum yang sangat tinggi.

2. Skor 3 merupakan nilai yang diharapkan yang menunjukan kontinum yang tinggi. 3. Skor 2 merupakan nilai yang tidak diharapkan yang menunjukan kontinum rendah. 4. Skor 1 merupakan nilai yang sangat tidak diharapkan yang menunjukan kontinum

(50)

32

3.9 Teknik Pengujian Instrumen Penelitian 3.9.1 Uji Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran itu mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun, 1995: 124). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas butir, dimana setiap pertanyaan dicari nilai indeks validitasnya dengan menggunakan rumus pearson product moment correlation. Jika nilai indeks validitas butir ≤ 0,05, maka butir pertanyaan tersebut valid. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

r = Angka kolerasi N = Jumlah responden

X = Skor pertanyaan atau pernyataan Y = Skor total sub variabel

Kemudian berdasarkan korelasi ini akan dikonsultasikan pada kriteria Guildford sebagai berikut :

(51)

33

3.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Dengan kata lain reliabilitas menunjukan konsisten suatu alat pengukuran di dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun, 1995:140). Untuk mengukur tingkat reliabilitas instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunkan metode Alfa – Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel atau tidaknya suatu instrument penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach, maka nilai r hitung diwakili oleh nilai Alpha.

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

α = [

Keterangan :

α : Nilai reliabilitas

(52)

34

Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala 0 sampai dengan 1 (Triton, 248:2006). Ukuran kemantapan Alpha dapat diinterpretasi pada tabel berikut :

Tabel 2. Ukuran Kemantapan Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d 0,20 >0,20 s.d 0,40 >0,40 s.d 0,60 >0,60 s.d 0,80 >0,80 s.d 1,00

Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel Reliabel

Sangat Reliabel

3.10 Teknik Analisis Data

(53)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum SMA

Sekolah menengah atas (SMA) merupakan lanjutan dari jenjang pendidikan dasar. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 18 diatur tentang pendidikan menengah yaitu:

1. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

2. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.

3. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

4. Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah

4.2 Profil Sekolah Sampel

(54)

36

Negeri 1 Bandarlampung, SMA Negeri 13 Bandarlampung, dan SMA Negeri 8 Bandarlampung yang masing-masing mewakili sekolah.

4.2.1 Profil SMA Negeri 1 Bandarlampung

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Bandarlampung

Alamat : Jalan Jenderal Soedirman nomor 41 Pahoman Bandarlampung 35152

Telepon : (0721) 252190 NSS : 301126005001 Akreditasi Sekolah : A

Situs Web : www.smansa-bdl.sch.id Email : info@smansa-bdl.sch.id

4.2.1.1 Visi dan Misi Sekolah

Visi Sekolah : Menjadi sekolah yang berwibawa, bertaqwa, terampil, dan bermutu menuju prestasi.

Misi Sekolah :

1. Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Meningkatkan kedisiplinan guru, karyawan, dan siswa.

3. Menciptakan situasi belajar yang kondusif, efektif, dan inovatif.

4. Mencukupi sarana/prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar. 5. Meningkatkan perolehan nilai UN rata-rata 0,5 per tahun.

6. Meningkatkan kerjasama dengan masyarakat, komite sekolah, pengusaha, tenaga professional, dan instansi terkait.

(55)

37

8. Mewujudkan siswa mampu mengoperasikan komputer dan pemanfaatan internet.

4.2.1.2 Daftar Guru SMA Negeri 1 Bandarlampung

Tabel 3. Guru SMA Negeri 1 Bandarlampung

No Bidang Studi Jenis Kelamin Jumlah

(56)

38

4.2.1.3 Fasilitas Internet SMA Negeri 1 Bandarlampung Tabel 4. Fasilitas Internet SMA Negeri 1 Bandarlampung

L

4.2.2 Profil SMA Negeri 13 Bandarlampung

Nama Sekolah : SMA Negeri 13 Bandarlampung

Alamat : Jalan Padat Karya Sinar Harapan Rajabasa Bandarlampung 35144

Telepon : (0721) 7690304 NSS : 30112810044 Akreditasi Sekolah : B

Blog Sekolah : sman13bandarlampung.blogspot.com Email : galaz13bdl@yahoo.co.id

4.2.2.1 Visi dan Misi Sekolah

Visi Sekolah : SMA Negeri 13 Bandarlampung berprestasi dengan mengedepankan Imtaq, Iptek, dan Seni.

Misi Sekolah :

1. Meningkatkan profesionalisme tenaga pemikiran.

2. Melengkapi, memanfaatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana secara optimal.

(57)

39

4. Meningkatkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut untuk menjadikan masyarakat sekolah beriman dan bertaqwa.

5. Meningkatkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam pendidikan.

6. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan melaksanakan kegiatan remedial teaching.

4.2.2.2 Daftar Guru SMA Negeri 13 Bandarlampung

Tabel 5. Guru SMA Negeri 13 Bandarlampung

No Bidang Studi Jenis Kelamin Jumlah

(58)

40

4.2.2.3 Fasilitas Internet SMA Negeri 13 Bandarlampung Tabel 6. Fasilitas Internet SMA Negeri 13 Bandarlampung

LAN Koneksi

4.2.3 Profil SMA Negeri 8 Bandarlampung

Nama Sekolah : SMA Negeri 8 Bandarlampung

Alamat : Jalan Laksamana Malahayati nomor 10 Teluk Betung Bandarlampung 35229

Telepon : (0721) 484453 Akreditasi Sekolah : B

4.2.3.1 Visi dan Misi Sekolah

Visi Sekolah : Baik dalam citra unggul dalam prestasi dan berwawasan global. 1. Terdepan dalam pencapaian selisih UN

2. Terdepan dalam lomba karya ilmiah remaja 3. Terdepan dalam lomba Bahasa Inggris 4. Terdepan dalam kreativitas

5. Terdepan dalam disiplin

6. Terdepan dalam kepedulian sosial 7. Terdepan dalam aktivitas keagamaan

(59)

41

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki 2. Membentuk dan membangun kebiasaan belajar siswa yang baik, dan

memperbaiki persepsi siswa terhadap belajar dan pencapaian hasil belajar 3. Menjadikan siswa sebagai individu yang berprestasi khususnya dalam

pelajaran/ kemampuan akademik seperti :

 peningkatan prestasi belajar rata-rata setiap semester siswa dengan

kemampuan lebih diberikan proporsi yang baik siswa yang belum berprestasi diupayakan agar dapat mengejar ketinggalannya

 Peningkatan perolehan nilai ujian nasional

 Peningkatan Kemampuan Bahasa Asing yang baik

 Meningkatan jumlah siswa yang masuk perguruan tinggi melalui tes SPMB

dan non SPMB (PMKA,USMI, dsb)

 Menciptakan sekolah sebagai tempat belajar dengan sarana dan prasarana

yang lengkap dan memadai sebagai tempat mengolah prestasi dengan basis dasar TIK

 Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga

budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

 Menuju Tewujudnya Sekolah Mandiri

(60)

42

Tabel 7. Guru SMA Negeri 8 Bandarlampung

No Bidang Studi Jenis Kelamin Jumlah

Status

4.2.3.3 Fasilitas Internet SMA Negeri 8 Bandarlampung Tabel 8. Fasilitas Internet SMA Negeri 8 Bandarlampung

(61)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil sensus, analisis tabel tunggal, uji hipotesis, dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sekolah kategori satu, SMA Negeri 1 Bandarlampung memiliki fasilitas yang tinggi, sekolah kategori dua SMA Negeri 13 memiliki fasilitas yang sedang dan sekolah kategori tiga SMA Negeri 8 memiliki fasilitas yang rendah. 2. Ada perbedaan model adopsi oleh guru SMA Negeri di Bandarlampung yang

senjang secara digital antara SMA Negeri 1, SMA Negeri 13, dan SMA Negeri 8. Melalui perhitungan uji perbandingan Oneway Anova dengan bantuan software SPSS 19, antara SMA Negeri 1 dengan SMA Negeri 13 dan SMA Negeri 1 dengan SMA Negeri 8 memiliki perbedaan yang signifikan. SMA Negeri 13 dengan SMA Negeri 8 tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

3. Sekolah yang masuk pada kategori satu (SMAN 1) tidak lebih baik adopsi internetnya dibandingkan dengan sekolah yang masuk dalam kategori dua (SMAN 13) dan sekolah yang masuk dalam kategori tiga (SMAN 8).

(62)

118

92,85% dan keterampilan guru dalam menggunakan program-program di komputer dengan persentase 82,14% diungguli oleh SMA Negeri 13.

5. Pada kelompok adopsi keterampilan guru dalam menggunakan internet dengan persentase 71,27% dan kemampuan guru dalam membelajarkan komputer dan internet kepada siswa dengan persentase 70,82% diungguli oleh SMA Negeri 8.

6. SMA Negeri 8 yang masuk dalam kategori tiga dan memiliki fasilitas yang rendah memiliki tingkat adopsi lebih tinggi dibandingkan dengan SMA Negeri 1 yang masuk dalam kategori satu dan memiliki fasilitas yang tinggi/memadai.

7. Dari segi gender di tiga SMA Negeri tersebut terlihat bahwa guru laki-laki memiliki tingkat adopsi lebih tinggi dibandingkan dengan guru perempuan.

6.2 Saran

(63)

119

kemajuan akan sekolah demi meningkatkan model adopsi internet di kalangan guru sehingga tidak terjadi kesenjangan antar sekolah dan guru di SMA Negeri Bandar Lampung yaitu :

1. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin dalam memberikan fasilitas sekolah di bidang teknologi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan tidak membedakan dalam memberikan dukungan fasilitas komputer dan internet terhadap guru laki–laki maupun perempuan, sehingga tidak terjadi kesenjangan gender dalam mengadopsi internet.

2. Pemerintah harus lebih optimal dalam hal pemerataan fasilitas sekolah dan akses internet yang memadai dan memberikan pelatihan-pelatihan khusus tentang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang merata keseluruh guru SMA Negeri yang ada di Bandarlampung.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Shenia & Irwan Rouf. 2010. Buku Pintar Menguasai Ms. Office 2007. Jakarta: Mediakita.

Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Surabaya: Yayasan Kampusina.

Davis, C., Schiller, M. Dan Wheeler, K. 2007. IT Auditing: Using Controls to Protect Information Assets. New-York. McGraw-Hill.

DeVito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books Nasution. Zulkarimen. 2007. Komunikasi Pembangunan, Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Nurhaida, Ida, dkk. 2011. Pengembangan Model Pengukuran e-Readiness Institusi Pendidikan SLTA di Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Prawira Budi, Triton. 2006. SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: CV. ANDI Offset.

Purwanto, Dr, Petra Wiyakti Bodrogini,dkk. 2012. Kerangka Kerja Guru Naskah Akademik. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Teknologi dan Informasi Untuk Pendidikan.

Rakhmat, Jalaluddin. 1995. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

(65)

SKRIPSI:

Gesandika, Muhammad. 2012. “Analisis Persepsi Guru Terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Adopsinya”.Skripsi. Bandarlampung

SUMBER LAIN:

http://newjoesafirablog.blogspot.com/2012/06/kesenjangan-digital-di-era-teknologi.html

Diakses pada tanggal 25 April 2013

http://kesenjangandigitalbppn.blogspot.com/2009/07/pengertian-digital-devide.html Diakses pada tanggal 25 April 2013

http://pendidikanluarsekolahupi.wordpress.com/makalah/ Diakses pada tanggal 5 Juni 2013

http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2008/02/neila buletin-tsm.pdf

Ramdhani, Neila. Model Perilaku Penggunaan IT “NR-2007”, Perkembangan dari Technology Acceptance Model (TAM)

Diakses pada tanggal 7 Juni 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/Guru Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013

http://staff.unila.ac.id/radengunawan/files/2011/08/Penentuan-Besarnya-Sampel-Menggunakan-Rumus-Cochran.pdf (Sudarmanto, R. Gunawan. 2009. Pengaruh Pembiayaan Pendidikan terhadap Kualitas Pelaksanaan Pembelajaran dan prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Ekonomi di Bandar Lampung. Disertasi tidak diterbitkan. Malang. Program Pascasarjana UM Malang.)

Diakses pada tanggal 27 Januari 2014

Purnama, Pupung Budi. 2004. Layout dan Metode Navigasi Web. Diambil dari: http://designmagz.com/usability/layout-dan-metode-navigasi-web.html

Diakses pada tanggal 5 Juni 2014

http://www.crosstechno.com/blog/2012/08/7-tips-membuat-navigasi-website-yang-baik/#sthash.QBsVGvup.dpuf

Diakses pada tanggal 5 Juni 2014 Kbbi.web.id/senjang

Gambar

Gambaran Umum SMA .............................................................
Tabel 1. Faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan IT
Tabel 2. Ukuran Kemantapan Alpha
Tabel 3. Guru SMA Negeri 1 Bandarlampung
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menyediakan 2 ( dua ) buah mobil ( Inova/Avanza) atau 1 ( satu ) minibus ber AC dengan kapasitas 20 seats dan pengemudi untuk penjemputan rombongan dari base camp ADERA ke venue

False positive adalah kesalahan yang terjadi jika suatu elemen bukan merupakan anggota dari himpunan namun pemeriksaan pada Bloom Filter menghasilkan bahwa elemen tersebut

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan pengajuan pertanyaan langsung oleh peneliti kepada narasumber atau informan penelitian yang merupakan aktor- aktor yang

Problem posing (pemaparan masalah). Problem posing yang dilakukan aktivis dengan mengelompokkan dan menentukan masalah-masalah serta persoalan-persoalan yang dihadapi

Secara molekuler, TPNR hasil dari melt physical blending memiliki ikatan antara karet alam dengan material termoplastik yang lebih lemah dibandingkan dengan TPNR

SMK Pertanian Pendukung Ketahanan Pangan disimpan sesuai dengan ketentuan pada penerima bantuan untuk kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat

(6) penurunan Fertilitas tidak perlu nyata- kohort generasi fenomena, namun dapat terjadi tiba-tiba sebagai di-semua-usia fenomena kelompok yang membawa tentang infertilitas

Kertas bekas dihancurkan dulu dengan cara dipotong-potong kecil atau dirobek-robek lalu direndam air biasa biarkan 1 atau 2 malam, jangan lupa mengganti air bekas rendaman agar kertas