• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI EKONOMI MASYARAKAT PASCAPERENCANAAN PEMBANGUNAN KAMPUS INSTITUT TEKONOLOGI SUMATERA (Studi tentang Perubahan Sosial di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI EKONOMI MASYARAKAT PASCAPERENCANAAN PEMBANGUNAN KAMPUS INSTITUT TEKONOLOGI SUMATERA (Studi tentang Perubahan Sosial di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI EKONOMI MASYARAKAT PASCAPERENCANAAN

PEMBANGUNAN KAMPUS INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

(Studi tentang Perubahan Sosial di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang

Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh

Fahrurozi Saputra

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

STRATEGI EKONOMI MASYARAKAT PASCAPERENCANAAN

PEMBANGUNAN KAMPUS INSTITUT TEKONOLOGI SUMATERA

(Studi tentang Perubahan Sosial di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung

Bintang Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh

FAHRUROZI SAPUTRA

Penelitian ini bertujuan menggali informasi mengenai strategi ekonomi masyarakat di

Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan

pascaperencanaan pembangunan kampus Institut Teknologi Sumatera (ITERA).

Situasi pembangunan dimanfaatkan oleh masyarakat menengah atas pemilik modal

untuk meningkatkan perekonomian. Di sisi lain, strategi ekonomi dilakukan

masyarakat miskin dengan mengupayakan bertahan agar tidak termarjinalisasi, karena

diprediksi Desa Sabah Balau akan mengalami perubahan sosial yang signifikan. Hasil

penelitian menunjukkan respon masyarakat yang sangat terbuka dan menerima

pembangunan ITERA, karena yakin akan membawa perubahan yang berarti bagi

desa. Warga dari berbagai kalangan sudah menyiapkan strategi-strategi antara lain:

bagi warga yang mempunyai modal mereka (1) menjual tanah memanfaatkan situasi

pembangunan ITERA; (2) menjual tanah saat harga tanah naik; (3) menyimpan tanah

untuk usaha sendiri; dan (4) mulai membangun tempat usaha. Warga miskin yang

tidak mempunyai modal berupa tanah ataupun aset pribadi yang lain berupaya

(1)mencari pekerjaan lain, karena sudah tidak bekerja lagi sebagai buruh harian lepas

di PTPN VII; (2) mengajukan kesanggupan bekerja di pembangunan ITERA sebagai

buruh bangunan kepada stakeholder; (3) melibatkan anggota keluarga untuk bekerja;

dan (4) mengurangi kebutuhan dengan pengetatan pengeluaran.

(3)

ABSTRACT

ECONOMIC STRATEGY COMMUNITY POSTPLANNING

DEVELOPMENT SUMATERA INSTITUTE OF TECHNOLOGY

(Study of Social Change in Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang

Kabupaten Lampung Selatan)

By

FAHRUROZI SAPUTRA

Research is purposed to explore information about the community's economic

strategy in Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

Selatan postplanning Sumatera Institute of Technology (ITERA). Development

situation exploited by high society owners of capital to boost the economy. On the

other hand, do the poor economic strategy by seeking to survive in order not

marginalized, as predicted Desa Sabah Balau will experience significant social

change. The results showed that the public response is very open and accepting

ITERA development, because it sure will bring significant changes to the village.

Citizens from all walks of life have prepared strategies include: for the people who

have the capital they (1) sell the land to exploit the situation ITERA development, (2)

sell the land when land prices rise, (3) save the land for their own business, and (4)

began to build a place of business. Poor people who do not have the capital assets

such as land or other personal attempt to (1) look for another job, because it is no

longer working as casual laborers in PTPN VII, (2) submit the ability to work in

construction as a bricklayer ITERA to stakeholders; (3) involve family members to

work, and (4) reducing the need to tighten spending.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

………..

i

HALAMAN JUDUL

………..

iii

HALAMAN PENGESAHAN

………

iv

PERNYATAAN

……….

v

RIWAYAT HIDUP

………

vi

PERSEMBAHAN

………

vii

MOTO

………..

ix

SANWACANA

………

x

DAFTAR ISI

………

xiii

DAFTAR TABEL

………

xvi

DAFTAR GAMBAR

………

xvii

I.

PENDAHULUAN

………

1

A.

Latar Belakang Masalah

………

1

B.

Rumusan Masalah

………

8

C.

Tujuan Penelitian

………

8

D.

Manfaat Penelitian

………..

8

1.

Manfaat Teoritis

………..

8

2.

Manfaat Praktis

………

9

II.

TINJAUAN PUSTAKA

………

10

A.

Strategi Ekonomi Masyarakat

………

10

1.

Strategi Ekonomi Masyarakat Petani

………..

12

2.

Strategi Ekonomi Masyarakat Buruh

………..

16

B.

Perubahan Sosial

……….

18

C.

Dampak Perubahan Sosial

………..

21

D.

Perencanaan Pembangunan

………

23

E.

Tahapan-tahapan Perencanaan Pembangunan

………..

25

F.

Kerangka Pikir

………

28

(8)

III.

METODE PENELITIAN

………

31

A.

Pendekatan Penelitian

………..

31

B.

Fokus Penelitian

……….

. 33

C.

Teknik Pengumpulan Data

………..

36

1.

Teknik Penentuan Informan

……….

39

2.

Lokasi Penelitian

………...

40

3.

Teknik Analisis Data

………

42

IV.

LOKASI PENELITIAN

……….

43

A.

Kondisi Demografis

………

47

B.

Potensi Desa

………

48

1.

Sumber Daya Alam

………..

48

2.

Sumber Daya Buatan

………

56

3.

Organisasi Sosial

………..

59

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

………..

61

A.

Alih Kepemilikan dan Fungsi Lahan ITERA

……….

61

B.

Pengaruh Pembangunan ITERA terhadap Pembangunan

Desa Sabah Balau

………

70

C.

Strategi Ekonomi Masyarakat Desa Sabah Balau

………..

78

D.

Strategi Ekonomi Pemilik Lahan dan Golongan

Masyarakat Menengah Atas

………

84

1.

Menjual Tanah Memanfaatkan Situasi

………

87

2.

Menjual Tanah Saat Harga Tanah Naik

………..

90

3.

Menyimpan Tanah untuk Usaha Sendiri

……….

92

4.

Mulai Membangun Tempat Usaha

………..

94

E.

Strategi Ekonomi Masyarakat Miskin

………

99

1.

Mencari Pekerjaan Lain

………

102

2.

Mengajukan Kesanggupan Bekerja di Pembangunan ITERA

Kepada

Stakeholder

………

106

(9)

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

………..

119

A.

Kesimpulan

……….

119

B.

Saran

………

122

DAFTAR PUSTAKA

………

125

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Kabupaten Lampung Selatan

………

44

Gambar 2 Peta Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau Menurut Usia

Tahun 2008

………

50

Tabel 2 Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau Menurut Pekerjaan

Tahun 2008

………

51

Table 3 Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Tahun 2008

………

... 52

Tabel 4 Jumlah Suku Bangsa di Desa Sabah Balau

Tahun 2008

………

55

Table 5 Proposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama

di Desa Sabah Balau Tahun 2008

………

.

56

Tabel 6 Jumlah Bangunan Infrastruktur di Desa Sabah Balau

………

57

Tabel 7 Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau dalam Keterlibatan

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi Ekonomi Masyarakat

Moser dalam Daulay (2010: 77) membuat kerangka analisis yang disebut The

Asset Vulnerability Framework.1 Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan

aset, (1) aset tenaga kerja (labour assets), misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak-anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga, (2) aset modal manusia (human capital assets), misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang untuk bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan kembalian atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang dikeluarkannya, (3) aset produktif (productive assets), misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya, (4) aset relasi rumah tangga atau keluarga (household relation assets), misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja

1

(13)

dan mekanisme “uang kiriman” (remittances), dan (5) aset modal sosial

(social capital assets), misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial

lokal, dan pemberi kredit informal dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.

Menurut Scott dalam Daulay (2010: 77), kelompok masyarakat miskin melakukan upaya-upaya strategi ekonomi untuk bisa bertahan, dengan cara: pertama, mereka dapat mengikat sabuk lebih kencang dengan mengurangi frekuensi makan dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah. Kedua, menggunakan alternatif subsistem yaitu swadaya yang mencakup kegiatan-kegiatan seperti berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang, buruh lepas atau melakukan migrasi. Ketiga, menggunakan jaringan sosial yang berfungsi sebagai peredam kejut selama masa krisis ekonomi.

(14)

Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa bentuk strategi ekonomi bertahan hidup keluarga miskin dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, peningkatan aset dengan cara melibatkan lebih banyak anggota keluarga untuk bekerja, memulai usaha kecil-kecilan, memulung barang-barang bekas, menyewakan kamar, menggadaikan barang, meminjam uang di bank atau lintah darat. Kedua, pengontrolan konsumsi dan pengeluaran hal ini dilakukan dengan cara mengurangi jenis dan pola makan, membeli barang-barang murah, mengurangi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan, mengurangi kunjungan ke desa, memperbaiki rumah atau alat-alat rumah tangga sendiri. Ketiga, pengubahan komposisi keluarga yaitu migrasi ke desa atau ke kota lain, meningkatkan jumlah anggota rumah tangga untuk memaksimalkan pendapatan, menitipkan anak kekerabat atau keluarga lain baik secara temporer maupun permanen.

1. Strategi Ekonomi Masyarakat Petani

Clifford Geertz ahli antropologi Amerika Serikat, yang melakukan penelitian di Jawa pada 1957-1963, menciptakan konsep Involusi Pertanian2 pada masyarakat petani. Dalam buku Antropologi Sosial Budaya karangan Fedyani Saifuddin (2011: 97), Geertz mengkaji perdesaan Mojokuto, Jawa Timur, menemukan fragmentasi lahan pertanian yang semakin serius. Sebidang sawah dibagi menjadi semakin kecil ketika diwariskan kepada generasi berikutnya. Sebagai contoh, jika

2

(15)

seorang petani memiliki dua orang anak, maka sawah yang dimilikinya akan dibagi dua. Berlanjut ketika anak-anaknya kelak berkeluarga dan mempunyai empat anak, maka setiap bagian tadi dibagi lagi menjadi empat bagian, akhirnya luas lahan semakin lama semakin kecil. Yang menarik dan perlu diperhatikan dari konsep involusi pertanian ini adalah bahwa ada kemampuan dari petani untuk dapat bertahan dan terus memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun lahan yang dimiliki semain lama semakin kecil.

Konsep involusi pertanian ini bagi Geertz bukanlah proses berkurangnya lahan pertanian itu sendiri, melainkan apa yang disebutnya sebagai proses berfikir, keyakinan, nilai-nilai, dan aturan-aturan yang menjadi pedoman bagi petani dalam mengambil keputusan dalam kehidupannya. Dari konsep involusi pertanian yang Geertz paparkan tersebut secara tidak langsung merupakan rangkaian strategi masyarakat petani untuk terus memenuhi kebutuhan, walaupun mereka menyadari bahwa hal itu sebagai bagian dari kebiasaan-kebiasaan yang lazim mereka lakukan.

(16)

maka ada juga yang mencoba melakukan coping3 dengan cara strategi

dual ealner atau pola nafkah ganda dimana pada saat yang sama bekerja

di bidang lain misalnya sebagai tukang, berjualan kecil-kecilan, dan sebagainya.

Sunarti dan Khomsan (2007: 6) menjelaskan strategi coping keluarga petani miskin untuk memperoleh ketahanan pangan dilakukan sesuai tahapan tekanan ekonomi yang dihadapi. Pertama mereka akan mengurangi pangan sumber protein yang harganya mahal, kemudian mengurangi frekuensi makan dan mencari bahan pangan konvensional yang dalam situasi normal jarang dimakan. Sesuai teori Maslow, maka upaya memenuhi kebutuhan fisiologis (pangan) adalah yang pertama kali harus dilakukan untuk mempertahankan hidup. Selanjutnya, anggota keluarga yang selama ini tidak mencari nafkah (anak-anak, orang tua, dan kaum perempuan) bekerja apa saja untuk mendapatkan upah tunai. Bila hal ini masih tidak memecahkan masalah, maka mereka mulai menjual aset yang dimilikinya, dan langkah terakhir adalah sebagian anggota keluarga akan melakukan migrasi mencari nafkah ke luar daerah. Mekanisme coping untuk mengatasi rawan pangan seperti ini tampaknya bersifat universal dan dapat terjadi di mana saja.

3

(17)

Dalam penelitian Sutaryono tentang Marjinalisasi Petani di Daerah Istimewa Yogyakarta (2012: 14), temuan di lapangan menunjukkan bahwa rasionalitas dan kecerdasan petani diwujudkan melalui berbagai respon terhadap tekanan perkembangan wilayah dan ekspansi kapital di perdesaan. Respon yang dilakukan bervariasi tergantung pada mindset dan sumberdaya yang dimiliki petani, seperti: (a) petani dengan lahan luas akan cenderung menjual sebagian lahan pertanian yang harganya tinggi (aksesibilitas tinggi), kemudian membeli lahan pertanian yang harganya rendah di daerah lebih ke dalam (ke arah desa) dengan luas yang lebih besar; (b) menjual sebagain lahan pertanian untuk modal usaha lain; (c) petani pinggiran kota yang lahannya terbatas akan cenderung meningkatkan daya tawarnya dengan mempertahankan lahan pertaniannya meskipun lahan pertanian di sekelilingnya telah berubah fungsi. Hal ini dilakukan agar harga lahannya semakin tinggi; (d) petani menyewakan lahannya, kemudian ia beralif profesi menjadi pekerja di luar lahan miliknya; dan (e) petani menjual lahan pertanian hasilnya untuk modal usaha dan ia beralih profesi.

(18)

dapat dicontohkan: petani menghindari risiko dan memusatkan perhatian pada kemungkinan penurunan panen, bukan pada usaha memaksimalkan keuntungan. Profesi lain yang berkembang adalah menjadi pengrajin (anyaman bambu, tukang kayu). Kegiatan ini seperti menjadi kegiatan sampingan karena dilakukan di sela-sela aktivitas pertanian.

2. Strategi Ekonomi Masyarakat Buruh

Dhini (2009: 74), dalam penelitiannya tentang Strategi Survive Buruh Bangunan di Desa Sambirejo Kabupaten Sleman Yogyakarta, memaparkan strategi keluarga buruh kontrak dalam menghadapi permasalahan keluarga, merupakan salah satu indikator variabel potensi mereka. Dalam konteks ini kemiskinan tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang statis, tetapi mempunyai dinamika sesuai dengan tantangan dan perubahan sosial. Keluarga buruh kontrak mempunyai potensi untuk survive dalam berbagai kondisi. Dinamika dan mobilitas mereka dalam pekerjaan relatif tinggi. Dalam rangka menanggapi goncangan dan tekanan (shock and stress), pada dasarnya mereka mempunyai mereka mempunyai strategi yang cukup handal. Bentuk-bentuk strategi dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Strategi aktif atau optimalisasi sumber daya manusia (SDM).

(19)

Berbagai bentuk strategi yang dibangun oleh keluarga buruh kontrak antara lain: melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, serta memanfaatkan atau mengerahakan anggota keluarga untuk memperoleh penghasilan.

b. Strategi pasif atau penekanan/pengetatan pengeluaran

Penekanan/pengetatan pengeluaran merupakan strategi yang bersifat pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, biaya sosial, transportasi, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

c. Strategi Pemanfaatan Jaringan

Strategi pemanfaatan jaringan merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh keluarga buruh dalam mengatasi masalah keluarga. Jaringan yang dimaksud adalah relasi sosial4 mereka, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan. Pemanfaatan jaringan ini terlihat jelas dalam mengatasi masalah ekonomi dengan pinjam uang kepada tetangga dan warung terdekat. Kondisi ini menunjukkan, bahwa di antara mereka mempunyai solidaritas yang kuat dan saling percaya. Tampaknya teman merupakan tumpuan untuk memperoleh pertolongan dan sebagai tempat pertama yang akan dituju apabila mereka mengalami masalah. Relasi mereka tidak hanya sebatas di bidang ekonomi, tetapi mencakup bidang-bidang yang lain, misalnya

4

Anwar dan Adang (2013: 194), relasi sosial dapat dibangun melalui interaksi yang baik, interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud bisa hubungan individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan

(20)

dalam peningkatan mental spiritual. Kegiatan ini merupakan strategi yang bersifat aktif untuk memperoleh dukungan emosional.

B. Perubahan Sosial

Davis dalam Martono (2011:4) mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Pandangan serupa dikemukakan oleh Moore dalam Nanang Martono (2011:4), yang memandang perubahan sosial sebagai perubahan struktur sosial5, pola perilaku dan interakasi sosial.

Soemardjan dalam Anwar dan Adang (2013:246) menuliskan perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyrakat.

Hawley dalam Sztompka (2008:3) menganalisis perubahan sosial sebagai setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan. Dalam pengertian ini konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan: (1) perbedaan; (2) pada waktu yang berbeda; (3) di antara keadaan sistem sosial yang sama.

5

(21)

Menurut Sztompka (2008:5), bila dilihat contoh definisi perubahan sosial yang terdapat dalam buku ajar sosiologi, terlihat bahwa berbagai pakar meletakkan tekanan pada jenis perubahan yang berbeda. Namun sebagian besar mereka memandang penting perubahan struktural dalam hubungan, organisasi, dan ikatan antara unsur-unsur masyarakat:

a. Perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu (Macionis, 1987:638),

b. Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam pengorganisasian masyarakat (Persell, 1987:586),

c. Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antarindividu, kelompok, organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu (Ritzer, et.al, 1987:560),

d. Perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu (Farley, 1990:626).

Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin dalam Anwar dan Adang (2013:246), dianggap sebagai suatu variasi cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

(22)

masyarakat, sistem itu dikenal dengan sistem sosial. Sistem sosial masyarakat dikaji dalam studi Sosiologi, oleh karena itu perubahan sosial merupakan inti dari studi Sosiologi. Karena sosiologi merupakan studi mengenai masyarakat dalam suatu sistem sosial.

Perubahan sosial merupakan salah satu konsep dari pembangunan. Pembangunan merupakan perubahan sosial positif yang direncanakan, terarah dan dilakukan dengan sadar/disengaja. Disisi lain pembangunan juga mempunyai berbagai masalah.Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks, dan tidak berkutat pada masalah ekonomi semata, tetapi juga menyangkut aspek perubahan sosial.

Todaro dalam Sztompka (2008: 86) menjelaskan bahwa pembangunan haruslah ditinjau dari perspektif yang lebih luas, yaitu dalam konteks sistem sosial yaitu hubungan interdependen antara faktor-faktor ekonomis dan nonekonomis. Faktor-faktor nonekonomis ini diantaranya sikap-sikap masyarakat menghadapi kehidupan, pekerjaan dan kekuasaan, struktur administratif dan birokrasi pemerintah ataupun swasata, pola-pola pertalian keluarga dan keagamaan, tradisi-tradisi kultural, sistem-sistem pemakaian tanah/lahan, otoritas dan integritas badan-badan pemerintah, tingkat peran serta dalam keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatan pembangunan.

(23)

dampak sebaliknya yaitu dampak negatif. Oleh karena itu pembangunan kampus Institut Teknologi Sumatera akan membawa perubahan sosial bagi masyarakat sekitar baik sebelum dibangun (proses perencanaan) maupun setelah pembangunannya. Perubahan sosial yang mungkin akan terjadi adalah perubahan dalam berbagai aspek seperti aspek ekonomi, pendidikan, dan rencana tata ruang wilayah Provinsi Lampung, terlebih adalah adanya perubahan kebudayaan, karena perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan6.

C. Dampak Perubahan Sosial

Menurut Anwar dan Adang (2013: 250), arah perubahan sosial meliputi beberapa orientasi, antara lain:

a. Perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial yang harus ditinggalkan atau di ubah. b. Perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang

bentuk atau unsur baru; suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau pada masa lampau.

Dampak yang ditimbulkan akibat dari perubahan sosial yang terjadi bisa positif, juga negatif. Masyarakat harus bisa memilih apakah mereka mengikuti perubahan yang terjadi atau sebaliknya. Semua pihak tentu

6

(24)

berharap yang timbul dari perubahan tersebut adalah kebaikan bagi mereka, masyarakat harus menerima konsekuensi dari perubahan yang terjadi. Masyarakat mungkin menyadari proses perubahan sosial yang terjadi, menduga arahnya dan mengharapkan dampak khususnya namun dugaan itu ternyata keliru sama sekali. Proses yang terjadi justru berlawanan dengan harapan mereka dan menimbulkan hasil yang sama sekali berlawanan dengan yang diharapkan semula.

(25)

D. Perencanaan Pembangunan

Menurut Reksoproetranto (1992:46), perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber daya alam, manusia, keuangan, yang terbatas adanya, serta unsur-unsur sosial budaya untuk mencapai tujuan-tujuan pembagunan, melalui kebijakan pemerintah. Perencanaan pembangunan merupakan persiapan untuk merumuskan kebijaksanaan pemerintah, serta proyek pembangunan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah dipilihnya dan disetujui oleh rakyat suatu negara.

Sjafrizal (2009:14) menjelaskan bahwa perencanaan pembangunan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan pembangunan secara tepat, terarah dan efisien sesuai dengan kondisi negara dan daerah yang bersangkutan. Seorang ahli perencanaan pembangunan bangsa India M.L. Jhingan dalam Sjafrizal (2009:14), memberikan definisi kongkrit tentang perencanaan pembangunan. Menurutnya, perencanaan pembangunan merupakan pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja oleh suatu penguasa (pemerintah) pusat untuk mencapai tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula.

(26)

dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

Serangkaian definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembangunan berarti segala sesuatu yang dipersiapkan dengan matang yang dalam proses perumusannya mempertimbangkan dampak baik dan buruknya, memungkinkan memilih cara yang terbaik dalam pembangunannya dan yang terpenting hasil dari pembangunannya menguntungkan atau tidak. Semuanya dapat terukur melalui usaha yang kuat dari berbagai pihak terutama pemerintah sebagai subyek pembangunan dan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah dipilihnya disetujui oleh rakyat sebagai obyek pembangunannya.

Tjokroamidjojo dalam Reksopoetranto (1992:46) menjelaskan mengenai pentingnya perencanaan dalam kegiatan pembangunan dari segi alat/cara mencapai tujuansebagai berikut:

(1) Perencanaan memberikan pengarahan kegiatan, serta pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan;

(2) Perencanaan mengusahakan agar ketidakpastian keadaan dapat dikurangi, melalui pemikiran (forecasting) mengenai potensi-potensi dan prospek perkembangan, serta pula mengenai hambatan-hambatan dan kemungkinan kegagalan;

(27)

(4) Dengan perencanaan, dapat disusun daftar urutan pentingnya sasaran dan kegiatan usaha;

(5) Sebuah rencana merupakan alat pengukur untuk pengawasan dan penilaian;

(6) Peningkatan efisiensi (daya guna) dalam alokasi sumber-sumber daya yang langka dan terbatas untuk kegiatan pembangunan;

(7) Memantapkan perkembangan ekonomi;

(8) Lebih tahan dalam menghadapi turun naiknya keadaan ekonomi dunia.

E. Tahapan-tahapan Perencanaan Pembangunan

Menurut Sjafrizal (2009: 38), secara umum terdapat empat tahap dalam proses pembangunan. Tahap pertama adalah penyusunan rencana, tahap kedua penetapan rencana, tahap ketiga pengendalian pelaksanaan rencana dan tahap keempat evaluasi keberhasilan pelaksanaan rencana. Keempat tahap ini berkaitan satu sama lainnya sehingga perlu dijaga konsistensi antara satu sama lainnya.

(a) Tahap Penyusunan Rencana

(28)

perencana yang terdapat pada badan perencana tidak mencukupi. Namun demikian, bila dimungkinkan sebaiknya penyusunan rencana dilakukan sendiri oleh badan perencana sendiri dengan memanfaatkan tenaga-tenaga ahli tambahan dari instansi dan badan lainnya yang terkait. Hal ini sangat operasional dengan menjaga antara keterkaitan dengan pelaksanaannya. (b) Tahap Penetapan Rencana

Rancangan rencana pembangunan yang telah selesai baru akan berlaku secara resmi bila telah mendapat pengesahan dari pihak yang berwenang. Sesuai ketentuan yang berlaku, RPJP perlu mendapat pengesahan dari DPRD setempat, sedangkan RPJM dan RKPD cukup mendapat pengesahan dari kepala daerah. Pada tahap kedua ini kegiatan badan perencana adalah melakukan proses untuk mendapatkan pengesahan tersebut.

(c) Tahap Pengendalian Pelaksanaan Rencana

(29)

(d) Tahap Evaluasi Keberhasilan Pelaksanaan Rencana

Setelah pelaksanaan kegiatan pembangunan selesai, bedan perencana masih mempunyai tanggungjawab terakhir yaitu melakukan evaluasi terhadap kinerja dari kegiatan pembangunan tesebut. Sasaran utama kegiatan evaluasi ini adalah untuk mengatahui apakah kegiatan dan objek pembangunan yang telah selesai dilaksanakan tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Selanjutnya perlu pula dievaluasi, bagaimana kegiatan dan objek pembangunan yang sudah dimanfaatkan tersebut dapat memberikan hasil (out-come) sesuai dengan yang direncanakan semula. Sesuai dengan PP No. 8 tahun 2006, evaluasi harus dilakukan dengan menggunakan Metode Evaluasi Kinerja yang paling kurang didasarkan pada 3 unsur evaluasi utama yaitu unsur masukan

(input) terutama dana, keluaran (output) dan hasil (outcome). Sedangkan

kriteria evaluasi secara lengkap mencakup 6 unsur dengan tambahan menyangkut dengan evaluasi proses, manfaat (benefit) dan dampak

(impact). Di samping itu, evaluasi ini juga mencakup faktor-faktor utama

(30)

F. Kerangka Pikir

Kampus Institut Teknologi Sumatera (ITERA) oleh pemerinah telah direncanakan pembangunannya di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung dianggap tepat sebagai tempat pembangunan kampus Nasional ini karena tempatnya yang strategis mudah dijangkau dan paling dekat dengan pulau Jawa. Pembangunan kampus ITERA akan banyak memunculkan pengaruh dan dampak-dampak bagi masyarakat Provinsi Lampung terlebih masyarakat di sekitar lokasi pembangunan kampus ini.

Pembangunan kampus ITERA menyebabkan terjadinya perubahan sosial yang terencana dan diharapkan. Karena pembangunannya meliputi berbagai dimensi untuk mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi, modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan dan bahkan peningkatan kualitas manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya, maka yang menjadi tujuan pembangunan ini adalah untuk membangun sumberdaya manusia. Di sisi lain perlu diperhatikan juga bahwa bagi pihak-pihak tertentu, pembangunan tidak selalu memberikan kesejahteraan. Dalam konteks perubahan sosial, pembangunan juga justru membuat terkikisnya nilai-nilai lokal. Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks. Pembangunan tidak saja mencakup masalah ekonomi, tetapi memiliki andil dalam perubahan sosial.

(31)

mengoptimalkan faedah pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat lokal. Perlu ada strategi-strategi yang dilakukan masyarakat lokal agar terhindar dari bentuk marginalisasi untuk bertahan dalam persaingan bahkan bisa memanfaatkan peluang dengan adanya pembangunan kampus ITERA untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(32)

G. Skema Kerangka Berfikir

TAHAPAN PEMBANGUNAN

Pembangunan ITERA MONITORING DAN EVALUASI

PROSES PERENCANAAN

KesejahteraanHidup (Welfare Being) KesejahteraanMasyarakat (Welfare Society)

EfekPerubahan

Regres Progres

Budaya

Sosial

Tata Ruang/Wilayah

Pendidikan

Dan lain-lain Ekonomi

PERUBAHAN

(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

(34)

Noor (2009: 34), penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, mengetahui makna yang tersembunyi, memahami interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, dan menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Creswell (2010: 20) menerangkan bahwa metodologi kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan antara lain: penelitian partisipatoris, analisis wacana, etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi, dan naratif.

(35)

dapat juga dipergunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil seperti keluarga, sekolah, kelompok-kelompok “geng” anak muda.

Tujuan penggunaan penelitian studi kasus menurut Yin (2011: 2) adalah untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut terjadi. Penelitian studi kasus bukan sekedar menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why).

Yin (2011: 25) membagi proses peneltian menjadi dua jenis yaitu proses penelitian studi kasus tunggal dan proses penelitian studi kasus jamak. Perbedaannya adalah pada jumlah kasus pada studi kasus jamak lebih dari satu. Artinya, membutuhkan replikatif proses yang lebih panjang untuk mengintegrasikan hasil- hasil kajian dari tiap-tiap kasus.

Studi kasus digunakan dalam penelitian ini karena studi kasus merupakan salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Selain studi kasus masih ada beberapa metode yang lain seperti eksperimen, survei, historis dan analisis informasi dokumenter (seperti dalam studi-studi ekonomi).

B. Fokus Penelitian

(36)

ditentukan oleh fokus penelitian. Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah penelitian, sehingga memudahkan peneliti untuk menentukan data yang terkait dengan tema penelitiannya. Tanpa adanya fokus penelitian ini, peneliti akan terjebak oleh banyaknya data yang diperoleh ketika terjun ke lapangan, sehingga dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah: Strategi-strategi ekonomi masyarakat Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan yang dilakukan dalam rangka menghadapi perubahan sosial pascaperencanaan pembangunan kampus ITERA.

Strategi ekonomi masyarakat menurut peneliti merupakan bagian dari perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan sosial yang di maksud adalah perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat Desa Sabah Balau. Adanya pembangunan ITERA membuat masyarakat lokal yang semula apatis terhadap perekonomian keluarga, kini mulai peduli dengan hal itu. Mereka akan mulai membangun tempat-tempat usaha, mereka akan mulai menjual aset untuk mendapatkan modal usaha. Selain itu masyarakat yang tidak lagi bekerja di PTPN VII sebagai buruh harian lepas harus bisa mengubah gaya hidup mereka dengan cara melakukan penghematan pengeluaran keluarga.

(37)

sosialnya termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyrakat. Sedangkan Penelitian ini menggiring pembaca untuk memahami proses perubahan sosial itu karena penelitian ini berkonsentrasi pada perubahan sosial. Oleh karena itu, untuk membatasi ruang dan cakupan permasalah agar tidak terlalu luas, maka perlu ada batasan-batasan dalam penelitian. Sehingga yang di kaji dalam penelitiannya hanya pada strategi ekonomi masyarakat untuk bertahan dan meningkatkan perekonomiannya.

(38)

Berbeda dengan masyarakat menengah ke atas, masyarakat menengah ke bawah lebih mengutamakan pada strategi mereka untuk survive atau bertahan menghadapi perubahan sosial. Dampak negatif dapat ditimbulkan dari pembangunan, karena pembangunan yang tidak bisa mengakomodir masyarakat lokal di sekitar pembangunan tersebut. Upaya masyarakat selangkah lebih maju untuk bertahan merupakan hal positif lebih baik ketimbang berpangku tangan hanya menunggu uluran tangan stakeholder yang belum tentu bisa mengakomodir kebutuhan masyarakat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Yin (2011), pelaksanaan pengumpulan data terdapat enam sumber yaitu: dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, observasi partisipan, dan perangkat-perangkat fisik. Proses penelitian studi kasus menurut Yin (2011) adalah:

a. Mendefinisikan dan merancang penelitian. Peneliti melakukan kajian pengembangan teori atau konsep untuk menentukan kasus atau kasus-kasus danmerancang protokol pengumpulan data.

b. Menyiapkan, mengumpulkan, dan menganalisis data. Peneliti melakukan persiapan, pengumpulan,dan analisis data berdasarkan protokol penelitian yangtelah dirancang sebelumnya.

(39)

Dalam pengambilan data dilaksanakan dalam dua model yaitu pengambilan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data yang diperoleh bukan dari instansi, melainkan berasal dari observasi langsung ke lapangan. Pengumpulan data sekunder didapatkan dari instansi-instansi terkait dengan obyek penelitian. Data primer diperoleh dengan cara:

a. Wawancara mendalam (indepth interview).

Wawancara mendalam merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi dari para informan dengan cara tatap muka atau bertemu langsung. Pedoman wawancara disusun terlebih dahulu dan dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan di lapangan. Penunjukan informan dengan prosedur purposif yaitu menentukan kelompok peserta yang mejadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu, (Bungin 2007: 107). Seseorang diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Teknik ini memberikan kemudahan kepada peneliti untuk menentukan informan yang akan diwawancarai sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Pengamatan langsung ke lapangan.

(40)

yang akan di teliti. Pengamatan bisa begitu berharga sehingga peneliti bahkan bisa mengambil foto-foto pada situs studi kasus. Observasi atau pengamatan langsung dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat kondisi terkini lingkungan sosial pada masyarakat di Desa Sabah Balau pascaperencanaan pembangunan kampus ITERA. Dengan demikian akan terlihat secara langsung perubahan-perubahan yang terjadi. Hasil pengamatan ini selanjutnya dideskripsikan melalui tabulasi dan visualisasi foto untuk kepentingan penelitian.

Data sekunder diperoleh dengan cara: a. Survei instansi

(41)

b. Studi kepustakaan/literatur. Survei ini berkaitan dengan usaha mendapatkan informasi tentang pembangunan kampus ITERA dari buku teks, internet, kliping koran, laporan kegiatan, dan lain-lain.

1. Teknik Penentuan Informan

Penunjukan informan dengan prosedur purposif yaitu menentukan kelompok peserta yang mejadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu, (Bungin 2007: 107). Menurut Bungin (2007: 78), informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Memiliki informasi dalam artian memiliki pengetahuan, pengalaman, dan memahami permasalahan. Teknik ini memberikan kemudahan kepada peneliti untuk menentukan informan yang akan diwawancarai sesuai dengan tujuan penelitian. Informan yang diwawancara dalam penelitian ini adalah:

(42)

ini untuk mendapatkan informasi mengenai perubahan sosial karena adanya perencanaan pembangunan kampus ITERA.

b. Perencana ITERA di Provinsi Lampung. Informan dimaksud tentu sangat mengetahui seluk-beluk perencanaan berdirinya kampus ITERA. Tokoh tersebut bertugas di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Lampung.

c. Masyarakat Desa Sabah Balau diwawancara untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana strategi ekonomi yang mereka lakukan untuk bisa bertahan dan tetap mempunyai pekerjaan, bahkan bisa memanfaatkan peluang agar ekonomi masyarakat Desa Sabah Balau bisa lebih baik dengan adanya pembangunan kampus ITERA. Pemilihan informan dari masyarakat didasarkan pada potensi pemahaman yang dimiliki masyarakat akan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan kampus ITERA.

2. Lokasi Penelitian

(43)

Kabupaten Lampung Selatan dengan mempertimbangkan beberapa alasan:

(1) Desa Sabah Balau merupakan tempat pembangunan kampus Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Pembangunan kampus ITERA akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat lokal sekitar kampus sehingga menimbulkan perubahan sosial di masyarakat terutama masyarakat Desa Sabah Balau.

(2) Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang berbatasan dengan Kecamatan Jati Agung sebagai lokasi pembangunan megaproyek Kota Baru. Artinya, akan ada banyak pembangunan di daerah ini sehingga bisa juga dijadikan faktor penyebab perubahan sosial masyarakat, di luar perencanaan pembangunan kampus ITERA.

(3) Dengan mencuatnya informasi rencana pembangunan kampus ITERA ternyata sudah banyak masyarakat menjual tanahnya di sekitar lokasi pembangunan kampus ITERA. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat lokal sudah mulai menjual tanah milik mereka untuk digunakan membangun rumah kontrakan/kos, ruko, dan lain-lain kepada warga di luar desa atau masyarakat lokal. (4) Desa Sabah Balau merupakan daerah yang berbatasan langsung

(44)

3. Teknik Analisis Data

Taknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis sebagai berikut:

a. Analisis deskriptif yaitu dengan menggambarkan strategi ekonomi masyarakat Desa Sabah Balau pascaperencanaan pembangunan kampus ITERA.

(45)

IV. LOKASI PENELITIAN

Desa Sabah Balau terletak di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 1050 14’ sampai dengan 1050 45’ Bujur Timur dan 50 15’ sampai dengan 60 Lintang Selatan. Letak yang demikian ini, maka daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia menunjukkan sebagai daerah tropis. (Pokja Sanitasi Kabupaten Lampung Selatan 2012)

(46)

selanjutnya terdiri dari desa-desa dan kelurahan sebanyak 248 desa dan 3 kelurahan. Letak administratif Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kab. Lampung Tengah dan Lampung Timur, Sebelah Selatan : Selat Sunda,

Sebelah Barat : Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran, Sebelah Timur : Laut Jawa.

Letak administratif Kabupaten Lampung Selatan lebih jelas dapat dilihat pada peta Kabupaten Lampung Selatan berikut ini:

Sumber: Pokja Sanitasi Kabupaten Lampung Selatan Gambar 1

[image:46.612.87.562.369.674.2]
(47)

Kabupaten Lampung Selatan adalah daerah yang dilalui oleh arus lalu lintas pulau Sumatera dan Jawa. Badan Perencana dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Lampung tahun 2012 menyatakan, setiap hari 30.000 ton batu bara dari Bukit Asam dikirim dari pelabuhan Tarahan ke PLTU Suryalaya dan belum termasuk yang melalui angkutan mobil barang, rata-rata lebih dari 4.900 kendaraan yang melalui penyeberangan Bakauheni - Merak per hari, dan setiap hari rata-rata 800 ton hasil pertanian, perkebunan dan kebutuhan pokok dari Sumatera dikirim ke Jakarta (dan beberapa daerah di Jawa) melalui penyeberangan Bakauheni Lampung Selatan (Bappeda Provinsi Lampung 2012).

Kecamatan Tanjung Bintang merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan ini terbentuk berdasarkan peraturan pemerintah (PP No. 3) Tahun 1982 tanggal 23 Juni 1982, diresmikan oleh Bupati Lampung Selatan. Batas-batas kecamatan ini adalah:

• Sebelah Utara : Kecamatan Jati Agung • Sebelah Selatan : Kecamatan Merbau Mataram • Sebelah Timur : Kecamatan Tanjung Sari

• Sebelah Barat : Kecamatan Sukarame dan Tanjung Karang Timur

Luas Kecamatan ini adalah 36.707.62 Ha dan berjarak 60 Km dari pusat pemetintahan Kabupaten Lampung Selatan, berjarak 25 Km dari pusat Ibukota provinsi.

(48)

terdiri dari 16 desa, 117 dusun, 478 RT, desa-desa tersebut adalah sebagai berikut: Desa Jatibaru, Desa Jati Indah, Desa Serdang, Desa Budi Lestari, Desa Sinar Ogan, Desa Galih Lunik, Desa Kaliasin, Desa Lematang, Desa Way Galih, Desa Sukanegara, Desa Sindang Sari, Desa Rejo Mulyo, Desa Srikaton, Desa Trimulyo, Desa Purwodadi Simpang dan Desa Sabah Balau.

Kecamatan Tanjung Bintang memiliki berbagai potensi seperti perdagangan dan industri. Tercatat ada 13 perusahaan-perusahaan besar berskala nasional dan 20 perusahaan menengah. Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak pada pengelolaan hasil bumi di produksi untuk kebutuhan di negeri sendiri maupun di ekspor ke luar negeri. Selain dalam di bidang perdagangan dan industri, potensi lain yang dimiliki Kecamatan Tanjung Bintang adalah pertanian dan perkebunan. PT. Perkebunan Nusantara VII (PTPN) yang mempunyai wilayah operasi meliputi Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Provinsi Lampung letak wilayah operasinya berada di Kecamatan Tanjung Bintang dan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

(49)

A. Kondisi Demograf

Desa Sabah Balau Wilayah administra 1. Sebelah Utara b 2. Sebelah Selatan 3. Sebelah Barat b 4. Sebelah Timur b

Untuk lebih jelas Tanjung Bintang be

Sumber: Balai Desa Sab Peta D

afis

lau memiliki luas administrasi lahan sebesar trasi Desa Sabah Balau berbatasan dengan:

berbatasan dengan Desa Way Hui an berbatasan dengan Desa Lematang t berbatasan dengan Kelurahan Sukarame

r berbatasan dengan Desa Way Galih

s bisa dilihat pada peta Desa Sabah Balau K berikut ini:

abah Balau

Gambar 2

Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan

r 1600 Ha.

(50)

Secara administrasi, Desa Sabah Balau merupakan bagian dari Kecamatan Tanjung Bintang. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 17 Km, jarak dari Ibukota kabupaten 75 Km dan jarak dari Ibukota provinsi 12 Km. Letak desa yang berada di perbatasan Kabupaten Lampung Selatan dengan Kota Bandar Lampung menjadikan Desa Sabah Balau lebih dekat dengan pusat pemerintahan Provinsi Lampung. Penduduk Desa Sabah Balau mayoritas terdiri dari berbagai etnis yaitu Jawa, Ogan, dan Banten yang mayoritas Buruh Tani dan Pedagang ternak.

B. Potensi Desa

1. Sumber Daya Alam

(51)

(Persero) di Provinsi Bengkulu. Perkebunan milik PTPN VII wilayah perseroannya meliputi meliputi 3 (tiga) Provinsi yang terdiri dari 10 Unit Usaha di Provinsi Lampung, 14 Unit Usaha di Provinsi Sumatera Selatan, dan 3 Unit Usaha di Provinsi Bengkulu.

PTPN VII yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Bintang Desa Sabah Balau merupakan perusahaan yang menjalankan usaha di bidang agribisnis dan agroindustri, dengan komoditi utama karet. Perseroan didirikan guna melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya serta sub-sektor perkebunan pada khususnya. Ini semua bertujuan untuk menjalankan usaha di bidang agribisnis dan agroindustri, serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mendapatkan/mengejar keuntungan dalam rangka meningkatkan nilai Perseroan melalui prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

2. Sumber Daya Manusia

(52)
[image:52.612.161.489.192.363.2]

termasuk dalam kategori desa dengan jumlah penduduk yang besar. Berikut ini jumlah penduduk menurut usia.

Tabel 1

Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau Menurut Usia Tahun 2008

No

Kelompok Pendidikan Kelompok Tenaga Kerja Umur (Th) Jumlah

(jiwa) Umur (Th)

Jumlah (jiwa)

1 00-03 295 10-14 -

2 04-06 229 15-19 399

3 07-12 426 20-26 490

4 13-15 214 27-40 933

5 16-18 212 41-56 649

6 19> 2624 57< 153

Sumber: Monografi dan Profil Desa Sabah Balau per Juli 2008

Kelompok pendidikan adalah mereka yang berusia 3-19 tahun yang belum bekerja. Sedangkan yang masuk ke dalam kategori kelompok tenaga kerja ialah mereka yang masuk usia angkatan kerja1 dan telah atau sedang dalam mencari pekerjaan karena tidak lagi mengenyam pendidikan (putus sekolah). Perbedaan jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan di Desa Sabah Balau tidak terlalu signifikan, artinya hal tersebut memberikan implikasi terhadap jenis pekerjaan yang ditekuni. Kesetaraan gender di Desa Sabah Balau bisa terlihat melalui pekerjaan sebagai buruh tani. Pekerjaan ini bisa dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan. Berikut sajian jumlah penduduk menurut pekerjaannya.

1

(53)
[image:53.612.193.477.129.426.2]

Tabel 2

Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau Menurut Pekerjaan Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa)

1 Petani 168

2 Buruh Tani 280

3 Buruh/Swasta 220

4 Pegawai Negeri 64

5 TNI/Polri 16

6 Pedagang 152

7 Buruh Bangunan 112

8 Nelayan 1

9 Pensiunan 78

10 Pemulung 3

11 Jasa 14

Jumlah 1.108

Sumber: Monografi dan Profil Desa Sabah Balau per Juli 2008

(54)

asumsi bahwa seluruh penduduk berpartisipasi untuk meningkatkan perokonomian keluarga agar lebih baik.

[image:54.612.161.497.451.655.2]

Buruh tani dan buruh swasta adalah bidang pekerjaan yang paling banyak dilakoni masyarakat Desa Sabah Balau. Bidang pekerjaan yang seperti ini yang sering mendominasi desa-desa yang ada di Indonesia tidak hanya Desa Sabah Balau, karena di desa sistem mata pencahariannya tidak seperti di perkotaan yang sering dilekatkan pada bidang industri yang modern. Bidang pekerjaan yang dilakoni masyarakat tidak terlepas dari bidang pendidikan yang mereka tempuh. Berdasarkan tingkat pendidikannya, penduduk Desa Sabah Balau sangat beraram seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2008

No. Lulusan Pendidikan Umum Lulusan Pendidikan Khusus Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

1 TK 16 Pondok

Pesantren -

2 SD 1.278 Madrasah 43

3 SMP/SLTP 1.079 Pend.

Keagamaan -

4 SMA/SLTA 999 SLB -

5 Akademi/D1-

D3 244 Kursus 17

6 Strata (S1-S3) 30 Lain-lain 358

(55)

Tabel 3 menyajikan data bahwa mayoritas warga Desa Sabah Balau berlatar belakang lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu berjumlah 1.278 jiwa. Pada tingkat ini diasumsikan bahwa penduduk sudah dianggap melek huruf sehingga bisa menyerap informasi melalui media massa seperti koran. Jumlah penduduk yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP semakin sedikit yaitu berjumlah 1.079 jiwa dan semakin kecil pada tingkat SMA yaitu 999 jiwa. Permasalahan ketidakmampuan masyarakat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi sudah menjadi rahasia umum, yaitu disebabkan oleh kemiskinan. Ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses fasilitas pendidikan merupakan masalah sosial yang terus menerus muncul. Ketidakmampuan masyarakat diperkuat dengan minimnya sarana pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Akibatnya masyarakat miskin tetap berkutat pada kemiskinan akibat tidak memiliki pendidikan yang cukup.

(56)

motivasi tersendiri bagi masyarakat desa untuk bisa menyekolahkan anaknya dan meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(57)
[image:57.612.191.444.181.358.2]

Bedasarkan suku bangsa dan agama yang ada di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel 4. dan 5

Tabel 4

Jumlah Suku Bangsa di Desa Sabah Balau Tahun 2008

No Suku Bangsa Jumlah (jiwa)

1 Jawa 2.372

2 Ogan 1.007

3 Banten 617

Jumlah 3.996

Sumber: Monografi dan Profil Desa Sabah Balau per Juli 2008

(58)
[image:58.612.194.444.215.438.2]

Mayoritas penduduk Desa Sabah Balau menganut agama Islam. Sebagian lain memeluk agama Kristen, Katolik, dan Budha. Berikut disajikan data jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut:

Tabel 5

Proposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama di Desa Sabah Balau Tahun 2008

No Agama Jumlah (jiwa)

1 Islam 3.726

2 Kristen 206

3 Katholik 60

4 Hindu -

5 Budha 4

6 Kepercayaan -

Jumlah 3.996

Sumber: Monografi dan Profil Desa Sabah Balau per Juli 2008

3. Sumber Daya Buatan

(59)

Lampung, maka pembangunan infrastrkutur terus dilakukan. Terlebih desa ini merupakan lalu-lintas jalan utama menuju rencana pembangunan Kota Baru Lampung di Jati Agung dan tempat dibangunnya kampus ITERA, maka aksesibilitas menuju Desa Sabah Balau terus ditingkatkan.

[image:59.612.161.490.290.676.2]

Berikut ditampilkan tabel tentang jumlah bangunan infrastruktur di Desa Sabah Balau:

Tabel 6

Jumlah Bangunan Infrastruktur di Desa Sabah Balau Tahun 2008

No. Jenis Bangunan Infrastruktur Jumlah

1 Jalan aspal 4,7 Km

2 Jembatan beton 3

3 Lapangan sepak bola, voli, dan bulu tangkis 6

4 Sumur gali 850

5 Mata air 5

7 Posyandu 3

8 Pos kamling 25

9 Balai pekon 1

10 TPA 1

11 TK 1

12 SD/sederajat 3

13 SMP/sederajat -

14 SMA/sederajat -

15 Masjid 8

16 Musholla 4

17 Lembaga Pendidikan Agama (Pesantren) 1

18 Gereja 2

(60)

Adanya sarana infrastrktur yang memadai di Desa Sabah Balau memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat desa untuk meningkatkan perekonomian. Desa Sabah Balau memiliki jalan aspal yang dijadikan sebagai jalur penghubung utama antara proyek perencanaan pembangunan Kota Baru di Jati Agung dan Kota Bandar Lampung. Saat ini Kota Baru Lampung yang dicanangkan sebagai pusat pemerintahan provinsi yang baru sedang dalam tahap pembangunan. Jalan-jalan menuju Kota Baru yang melewati Desa Sabah Balau juga dalam pengerjaan dan telah diaspal dengan dua jalur yang memiliki lebar jalan 13 meter. Di Desa Sabah Balau juga tengah dibangun Tugu Mekhanai sebagai simbol selamat datang di Kota Baru berciri khas kan Lampung. Tugu tersebut berdiri megah mempunyai tinggi 15 meter dengan patung seorang perempuan yang memakai baju adat Lampung dan Siger sebagai ciri khas provinsi ini berdiri di atas perahu. Rencananya tugu ini berfungsi seperti Tugu Gajah di jantung Kota Bandar Lampung.

(61)

4. Organisasi Sosial

[image:61.612.159.475.453.678.2]

Organisasi sosial merupakan merupakan salah satu unsur kebudayaan dan menjadi sebuah kekuatan dalam membangun keharmonisan suatu wilayah. Interaksi antaranggota masyarakat dapat terbangun dengan baik melalui organisasi sosial. Kegotongroyongan masyarakat dapat dilihat dari perilaku masyarakat dalam sebuah organisasi sosial. Desa Sabah Balau memiliki sejumlah organisasi sosial sebagai wadah bagi anggota masyarakat untuk saling berinteraksi dan melakukan kegiatan sesuai program yang telah ditentukan. Organisasi sosial di Desa Sabah Balau ada yang berbasis pekerjaan, perempuan, pemuda, agama, dan lain-lain. Untuk lebih lengkapnya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7

Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau dalam Keterlibatan di Organisasi Sosial Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

(orang)

1 PKK 200

2 Kelompok Tani 60

3 Kelompok Pengajian Bapak-bapak 200 4 Majelis taklim (pengajian Ibu-ibu) 64

5 Karang Taruna 10

6 Remaja Islam Masjid 10

7 Kelompok Gotong Royong 1.109

8 LPM 12

9 Kelompok Arisan 20

10 Babinsa/Babinkamtimbas 12

(62)

Pelibatan seluruh anggota masyarakat dalam berbagai kelompok organisasi sosial merupakan sebuah nilai positif bagi perkembangan Desa Sabah Balau. Dalam organisasi sosial seluruh anggota memiliki kewenangan yang sama dalam menyampaikan pendapat tanpa takut terpasung haknya. Organisasi sosial juga menjadi sarana bagi para anggotanya untuk berbagi berbagai pengetahuan dan perkembangan desa. Terlebih Desa Sabah Balau diperkirakan akan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Jika pembangunan ITERA dilaksanakan tentu hasilnya akan dirasakan masyarakat terlebih warga Desa Sabah Balau. Salah satu yang pasti akan muncul adalah banyaknya mahasiswa yang akan tinggal di Desa Sabah Balau dengan mengontrak (kost).

(63)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(64)

Pembangunan seringkali kehilangan faedah optimal karena tidak memperhatikan aspek keberlanjutan. Aspek keberlanjutan pembangunan harus melihat lingkungan alam dan lingkungan sosial untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu pembangunan kampus ITERA harus bersinergi dan dirasakan manfaatnya terutama bagi masyarakat sekitar pembangunan kampus ITERA. Namun masyarakat juga harus sadar bahwa hanya dengan berpangku tangan kepada pembangunan ITERA tidak dapat merubah nasib mereka, maka strategi diperlukan untuk bertahan.

Strategi ekonomi masyarakat desa dibagi menjadi dua. Pertama, strategi ekonomi pemilik lahan dan masyarakat menengah ke atas untuk meningkatkan perekonomian keluarga dengan cara membangun usaha memanfaatkan aset tanah pribadi. Kedua, strategi bertahan keluarga miskin buruh harian lepas petani karet PTPN VII yang tidak lagi bekerja karena pengalihfungsian lahan PTPN VII menjadi ITERA.

Strategi ekonomi yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian antaralain:

(65)

2. Menjual tanah jika harga tinggi. Harus ada kejelian dari masyarakat desa dengan membaca situasi yang terjadi, jika pembangunan sudah mendekati selesai dan mahasiswa juga sudah pada berdatangan maka tanah akan dijual. Tujuannya tetap sama tanah dijual untuk keperluan modal usaha. 3. Tidak menjual tanah, tetapi digunakan untuk tempat usaha keluarga

sendiri. Strategi semacam ini dilakukan oleh masyarakat yang mempunyai lahan terbatas, tanah sebagai aset keluarga tidak dijual walaupun dengan harga tinggi. Ada kekhawatiran warga jika di jual maka akan habis oleh keinginan sendiri bukan untuk modal usaha dan pada akhirnya keluarga tidak lagi mempunyai aset tanah untuk anak dan cucu mereka kelak. Lebih baik tanah di gunanakan untuk tempat membangun usaha sendiri dengan modal yang terjangkau.

4. Mulai membangun usaha saat ini guna dapat bersaing dengan masyarakat nonlokal. Strategi ini juga merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat lokal agar kelak ketika membutuhkan tenaga maka SDM berasal dari warga desa setempat yaitu Desa Sabah Balau.

Strategi bertahan yang dilakukan masyarakat miskin eks buruh PTPN VII adalah:

(66)

2. Mengajukan kesanggupan bekerja di pembangunan ITERA kepada

stakeholder. Upaya ini mendapat respon positif dari Pemerintah Daerah

dan akan mengupayakan apa yang menjadi kebutuhan warga setelah aparatur desa bekerja sama dengan tokoh masyarakat menyalurkan aspirasi warga.

3. Memanfaatkan anggota keluarga untuk bekerja. Jika pekerjaan Bapak sebagai kepala dengan pekerjaan serabutannya tetap tidak mencukupi kebutuhan keluarga, maka anak-anak dan istri tidak lagi mengandalkan kepala keluarga. Mereka juga bekerja, jika anak-anak bekerja sebagai buruh bangunan maka istri buruh tani atau berjualan di warung sederhana miliknya.

4. Pengetatan pengeluaran. Walaupun aktifitas penghematan sudah dilakukan saat kepala keluarga masih bekerja tetap. Namun penghematan biaya kebutuhan sehari-hari dilakukan lebih, saat sudah tidak lagi bekerja tetap. Penghematan pengeluaran sebagai upaya bertahan agar tetap tercukupi kebutuhan, dari pada melakukan pinjam-meminjam memanfaatkan relasi sosial (modal sosial) kepada keluarga, kerabat terdekat, ataupun tetangga.

B. Saran

(67)

pihak tak terkecuali masyarakat Desa Sabah Balau yang terkena dampak langsung pembanguan sehingga asumsi pembangunan yang seringkali diidentikkan dengan marginalisasi masyarakat sekitar pembangunan tidak terjadi pada pembangunan ITERA. Oleh karena itu ada beberapa saran yang harus menjadi perhatian:

1. Desa Sabah Balau yang akan terkena dampak pembangunan kampus ITERA harus diberdayakan oleh pemerintah daerah. Dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan kewirausahaan berbasis UKM. Karena saat ini masih minimnya pengetahuan warga desa akan keunggulan membangun usaha ketimbang menjual tanahnya yang terbatas tapi tidak dijadikan modal usaha.

2. Pemerintah Daerah seharusnya menerjunkan peneliti dan akademisi untuk melihat lebih jauh dampak yang akan ditimbulkan. Jangan sampai pembangunan yang bersifat elitis keatas tanpa memperhatikan kaum bawah yang rentang termarginalisasi seperti warga Desa Sabah Balau yang tidak berdaya secara pemikiran dan ekonomi berkemungkinan mereka hanya menjadi penonton keberhasilan pembangunan tanpa merasakannya.

(68)

perguruan tinggi dan nama baik provinsi. Informasi berupa sosialisasi agar diberlakukan jam kunjungan malam, pemisahan kontrakan laki-laki dan perempuan, ataupun pemberlakuan jam belajar malam menjadi penting. Terlebih kawasan Sukarame yang berbatasan dengan Sabah Balau merupakan kawasan pendidikan dengan banyak berdirinya sekolah dan kampus. Oleh karena itu bisa diprediksi daerah ini akan menjadi pusat pendidikan ke dua setelah Universitas Lampung, bahkan lebih besar.

4. Pemerintah Daerah harus memberikan masukkan kepada ITB selaku pemegang penuh pembangunan ITERA, agar masyarakat Desa Sabah Balau yang tidak mempunyai pekerjaan tetap bisa berpartisipasi dalam pembangunan untuk menjadi pekerja bangunan. Karena pembangunan yang baik bukan hanya pembangunan yang menjadikan masyarakat sebagai objek pembangunannya tapi juga subjek pembangunannya. 5. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam aspek ketajaman

analisis dalam pembahasannya, terutama mengenai pembahasan mengenai perubahan sosialnya. Seperti yang peneliti ungkapkan pada bagian batasan masalah bahwa perubahan sosial mempunyai sifat yang luas. Jika di kaji secara luas dan lebih mendalam maka akan sangat banyak sekali data-data yang harus dikumpulkan. Oleh karena itu peneliti menyarankan agar penelitian-penelitian seperti ini bisa dilanjutkan di masa yang akan datang. Agar informasi lebih luas didapatkan.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Adisasmita, R. 2008. Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori. Graha Ilmu. Yogyakarya.

Anonim. 2008. Monografi dan Profil Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung

Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008-2010. Desa Sabah Balau

Anonim. 2012. Laporan Akhir Perencanaan Master Plan dan Detailed

Engineering Design (DED) Kampus Insitut Teknologi Bandung di Sumatera.

Tim Master Plan Kampus ITERA. Jakarta.

Anonim, 2012. Buku Putih SanitasiProgram Percepatan Pembangunan Sanitasi

Permukiman. Tim Penyusunan Pokja Sanitasi Kabupaten Lampung Selatan

Pemda Kabupaten Lampung Selatan. Lampung Selatan.

Cresswell, Jhon W. 2010. ResearchDesign Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed. Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh: Ahmad Fawaid Pustaka Pelajar.

Yogyakarta

Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,

dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana. Jakarta.

Fakih, M. 2001. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Insists Press. Yogyakarta

Fedyani Saifuddin, A. 2011. Catatan Reflektif Antropologi Sosial Budaya. Institut Antropologi Indonesia. Jakarta

Indrus, M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah Perpektif

(70)

Mantra, Ida B. 2000. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Martono, N. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Rajagrafindo Persada. Jakarta Noor, J. 2009. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah.

Kencana. Jakarta

Ranjabar, J. 2013. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Alfabeta. Bandung

Reksopoetranto, S. 1992. Manajemen Proyek Pembangunan. FE UI. Jakarta Safi’i, H.M. 2009. Perencanaan Pembangunan Daerah. Averroes Press. Malang Scott, J. 2011. Sociologi The Key Concepts. Edisi ke-1. Diterjemahkan oleh:

Labsos FISIP Unsoed. Rajawali Pers. Jakarta

Sjafrizal. 2009. Teknik Praktis Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah. Baduose Media. Jakarta

Sztompka, P. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Edisi ke-1. Diterjemahkan oleh: Alimandan. Prenada. Jakarta

Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara. Jakarta

Yesmil Anwar dan Adang. 2013. Sosiologi untuk Universitas. Revika Aditama. Bandung

Yin, R. K. 2011. Studi Kasus: Desain dan Metode. Edisi ke-1. Diterjemahkan oleh: M. Djauzi Mudzakir.Rajagrafindo Persada. Jakarta

Sumber Desertasi

(71)

Sumber Tesis

Ikhsan Muharma, P. 2008. Marginalisasi Rumah Tangga Miskin dalam Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. (Tesis). Universitas Andalas.

Padang. Sumber Skripsi

Dhini, S. 2009. Strategi Bertahan Buruh Kontrak dalam Memenuhi Kebutuhan Pokok: Studi Kasus Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Kontrak di CV. Belawan

Indah. (Skripsi).Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara. Medan. Sumber Jurnal

Daulay, P. 2010. Survival Mechanism Victim Houshold of Lumpur Lampindo in

Sidoarjo. Jurnal Organisasi dan Manajemen. UPBJJ-UT. Surabaya.

Sugihardjo, dkk. 2012. Strategi Bertahan dan Strategi Adaptasi Petani Samin

Terhadap Dunia Luar. Jurnal Seva. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Sunarti, E dan Khomsan, A. 2007. Kesejahteraan Petani mengapa Sulit

diwujudkan?. Jurnal Kesejahteraan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Sumber Makalah dan Artikel

Suharto, E.2002. Coping Strategies dan Keberfungsian Sosial: Mengembangkan

Pendekatan Pekerjaan Sosial dalam Mengkaji dan Menangani Kemiskinan.

Makalah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sumber Internet

Websiter Resmi BAPPENAS. 2012. Percepatan Pembangunan Sanitasi

Permukiman (PPSP). Di unduh pada tanggal 31 Oktober 2013 dari

Gambar

Gambar  1   Peta Kabupaten Lampung Selatan
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana kita tau pasar adalah sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang

Itu sudah struktural ada dalam undang-undang yang sekarang 1n1 ada, dan ini pada hemat kam~, pada yayasan-yayasan yang mempunyai kepentingan umum, sumber-sumber

Menunjukkan bahwa terdapat 13 responden yang mengalami beban berat dan memiliki kemampuan tidak baik dalam merawat pasien perilaku kekerasan.. Hasil uji

Apabila dibandingkan, terdapat kesesuaian antara hasil analisis dengan skor kesukaan tekstur, yaitu bahwa pembentukan kompleks pada penambahan 20% tapioka menyebabkan

Apakah terdapat pengaruh ukuran bank, profitabilitas, jumlah kepemilikan saham publik, jumlah anggota dewan komisaris, jumlah rapat dewan komisaris dan komisaris

Kemudian apabila ada bangunan atau gedung sekolah yang rusak, maka kami segera menganggarkan untuk malkukan perbaikan atau rehab sedang maupun rehab berat." " selanjutnya yang

Simpulan Dalam mejalankan roda organisasi memang penuh dengan tantangan terutama perguruan tinggi Islam sebab banyak didalamnya orang-orang yang cerdas, maka dalam upaya untuk

Selanjutnya Ornstein, (1990) dalam (Mulyasa, 2007) merekomen- dasikan bahwa untuk membuat RPP yang efektif harus berdasarkan pengetahuan terhadap: tujuan umum sekolah,