• Tidak ada hasil yang ditemukan

MITIGASI PERUBAHAN IKLIM IPCC Working Gr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MITIGASI PERUBAHAN IKLIM IPCC Working Gr"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MITIGASI PERUBAHAN IKLIM (IPCC Working Group III) Oleh: Yanelis Prasenja (1406597721)

1. Pendahuluan

Iklim adalah rata-rata kondisi cuaca yang merupakan interaksi yang kompleks antara proses-proses fisik, kimia, biologi yang mencerminkan interaksi antara geosfer, biosfer yang terjadi pada atmosfer bumi. Karena itu iklim suatu tempat atau wilayah merupakan deskripsi statistik tentang kondisi atmosfer dalam jangka waktu yang panjang sehingga menggambarkan rata-rata variabel cuaca (Murdiyarso, 1999).

[image:1.595.145.462.438.648.2]

Menurut laporan IPCC (2001), sistem iklim merupakan sistem yang saling berinteraksi dari kelima komponen sistem yang terdapat di planet bumi. Sistem iklim yang terjadi di planet bumi merupakan sistem yang kompleks yang melibatkan interaksi dari atmosphere dengan berbagai komponen sistem iklim yang lain. Komponen sistem iklim yang lain terdiri dari lima komponen utama yaitu atmosphere, hidrosfer, Kriosfer, permukaan tanah dan biosfer (Gambar 1).

(2)

Cuaca berubah sepanjang waktu, iklim biasanya akan sama berabad-abad jika tidak diganggu. Tetapi, bumi tidak dibiarkan sendirian. Manusia melakukan aktivitas yang signifikan sehingga merubah bumi dan iklimnya. Perubahan iklim disebabkan oleh efek gas rumah kaca (GRK), yaitu gas-gas hasil emisi yang terakumulasi di stratosfer.

Sumber; IPCC, 2007

Gambar 2. Suplai CO2 dari Bumi bagi Gas Rumah Kaca

Konsepsi perubahan iklim yang digunakan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) merujuk pada “setiap perubahan dalam iklim pada suatu selang waktu tertentu, apakah diakibatkan oleh variasi alamiah atau karena aktivitas manusia” (anthropogenic) (IPCC, 2001). Perubahan iklim global saat ini jelas akibat meningkatnya suhu rata-rata udara dan laut, mencairnya salju dan es, serta meningkatnya permukaan air laut (IPCC, 2007).

(3)

Upaya pengurangan emisi CO2 dilakukan dengan cara mitigasi.

Mitigasi perubahan iklim adalah berbagai tindakan aktif yang dilakukan oleh manusia untuk mengurangi sumber gas rumah kaca (GRK) atau meningkatkan pengurangan GRK di atmosfir dan penyimpanan GRK.

Pendekatan yang dipakai untuk melakukan mitigasi perubahan iklim adalah

(IPCC, 2014):

1. Pembangunan berkelanjutan dan keadilan adalah dasar untuk penilaian kebijakan iklim dan resiko perubahan iklim. Pembatasan dampak negatif perubahan iklim penting untuk pencapaian pembangunan berkelanjutan dan keadilan termasuk pemberantasan kemiskinan.

(4)

3. Isu keadilan, keadilan sosial, dan kewajaran meningkat dengan saling menghargai untuk melakukan mitigasi dan adaptasi. Negara-negara memiliki kontribusi pada masa lalu dan masa depan terhadap akumulasi GRK secara berbeda dan menghadapi berbagai tantangan dan memiliki kemampuan yang berbeda untuk melakukan mitigasi dan adaptasi. Bukti menunjukkan bahwa hasil dengan hak yang sesuai dapat membuat kerjasama semakin efektif.

4. Banyak kebijakan iklim membuat keterlibatan penilaian terhadap nilai dan mempertimbangkan hal yang pantas.

5. Diantara metode yang lain, evaluasi ekonomi umum digunakan untuk menginformasikan desain kebijakan iklim.

6. Kebijakan iklim berpotongan dengan tujuan sosial sehingga memungkinkan terjadinya kerjasama yang baik ataupun merugikan. Perpotongan ini jika dikelola dengan baik dapat memperkuat dasar untuk melakukan tindakan terkait perubahan iklim. Mitigasi dan adaptasi dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap tujuan sosial.

7. Kebijakan iklim mungkin dapat diberitahukan dengan mempertimbangkan bermacam-macam resiko dan ketidakpastian, dan beberapa sulit untuk diukur khususnya yang memiliki kemungkinan kecil tetapi memiliki dampak yang signifikan jika terjadi.

8. Desain kebijakan iklim dipengaruhi bagaimana individu dan organisasi mampu menerima resiko dan ketidakpastian.

Emisi GRK antropogenik semakin meningkat sejak tahun 1970 sampai 2010 dengan nilai yang semakin besar dibandingan dekade sebelumnya. Peningkatan rata-rata tahunan emisi GRK dari tahun 2000 ke 2010 sebesar

1 GtCO2e lebih besar daripada peningkatan rata-rata tahunan

dari tahun

1970 – 2000 sebesar 0,4 GtCO2e. Total emisi GRK antropogenik

(5)

yang tertinggi dalam sejarah umat manusia sejak tahun 2000 – 2010 yang mencapai 49 GtCO2e. Emisi CO2 dari pembakaran

bahan bakar fosil dan proses industri berkontribusi sebesar 78% dari total emisi GRK yang mengalami peningkatan dari tahun 1970–2000. Emisi GRK antropogenik tahunan meningkat sebesar 10 GtCO2e pada tahun 2000–2010. Tanpa adanya upaya

tambahan yang melebihi dari saat ini untuk mengurangi emisi GRK, maka pertumbuhan emisi diperkirakan akan tetap berlangsung sesuai dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan aktifitas ekonomi. Skenario dasar tanpa adanya upaya mitigasi tambahan maka terjadi peningkatan temperatur di tahun 2100 dari 3,7oC menjadi 4,8oC dibandingkan dengan temperatur pada

masa sebelum adanya industri. Nicholas Stern (Lovell, J., 2006) menyatakan bahwa upaya menurunkan emisi CO2 saat ini pada tingkat sebelum tahun 1990 akan berbiaya sebesar 1% dari total output ekonomi dunia. Namun, penundaan terhadap tindakan tersebut akan membawa konsekuensi sebesar 20% dari total output dunia.

2.

Pembahasan

Mitigasi; adalah usaha menekan penyebab perubahan iklim, seperti gas rumah kaca dan lainnya agar resiko terjadinya perubahan iklim dapat diminimalisir atau dicegah. Upaya mitigasi dalam bidang energi di Indonesia, misalnya dapat dilakukan dengan cara melakukan efisiensi dan konservasi energi, mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan, seperti biofuels, energi matahari, energi angin dan energi panas bumi, efisiensi penggunaan energi minyak bumi melalui pengurangan subsidi dan mengoptimalkan energi pengganti minyak bumi, dan penggunaan energi Nuklir.

(6)

Mekanisme Kyoto yang meliputi perdagangan emisi, mekanisme pembangunan bersih (CDM) dan join implementation.

Bulan Agustus tahun 1994 Indonesia meratifikasi Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC) dengan UU No. 6 tahun 1994 tentang Pengesahan UNFCCC. Pada bulan Juli 2004 Indonesia meratifikasi Protokol Kyoto dengan UU No. 17 tahun 2004 tentang Pengesahan Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim. Dengan meratifikasi Protokol Kyoto Indonesia berkomitmen untuk berpartisipasi dalam program mitigasi perubahan iklim. Menurut Protokol Kyoto Indonesia belum memiliki kewajiban menurunkan emisi GRK, tetapi Indonesia memiliki kepentingan untuk melakukan mitigasi karena kerentanan terhadap dampak perubahan iklim.

Tahun 2005 Indonesia membentuk Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 206 tahun 2005. Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih memiliki tugas untuk mengkoordinir

penerapan Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean

Development Mechanism- CDM) di Indonesia serta memberikan persetujuan nasional terhadap usulan kegiatan

proyek CDM yang memenuhi kriteria pembangunan

berkelanjutan. Potensi CDM di Indonesia untuk sektor energi sekitar 25,2 juta ton CO2 per tahun, pilihan kegiatan mitigasi

yang paling memungkinkan antara lain energi panas bumi, gas flaring, integrated combined cycle, penggantian bahan bakar, cogeneration dan sistem pemanas. Sektor kehutanan memiliki potensi CDM sebesar 2,75 giga ton CO2 yang dapat diserap

melalui kegatan aforestasi dan reforestasi (IGES,2005). Pada tahun 2005 – 2007 Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih telah menyetujui 24 proyek CDM dan 10 diantaranya teregistrasi secara internasional di Badan Eksekutif UNFCCC (KLH, 2007)

(7)

dijadikan pedoman oleh berbagai instansi dalam melaksanakan upaya-upaya terkoordinasi dan terintegrasi untuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim (KLH,

2007). Latar belakang pembuatan RAN-PI adalah hasil kajian IPCC (2007) menunjukkan bahwa 11 dari 12 tahun terpanas sejak tahun 1850 terjadi dalam waktu kurun 12 tahun terakhir. Kenaikan temperatur total dari tahun

1850-1899 sampai dengan tahun 2001-2005 adalah 0,76oC.

Muka air laut

rata-rata global telah meningkat dengan laju rata-rata 1,8 mm per-tahun dalam rentang waktu antara tahun 1961 sampai 2003. Kenaikan total muka air laut yang berhasil dicatat pada abad ke-20 diperkirakan 0,17 m. Laporan IPCC juga menyatakan bahwa kegiatan manusia ikut berperan dalam pemanasan global sejak pertengahan abad ke-20. Pemanasan global akan terus meningkat dengan percepatan yang lebih tinggi pada abad ke-21 apabila tidak ada upaya penanggulangannya.

Dalam Rencana Aksi Nasional dalam Menghadapi Perubahan Iklim (RAN-PI)

2007, upaya mitigasi perubahan iklim dilakukan pada sektor energi, sektor Land Use,Land Use Change and Forestry (LULUCF) dan sektor kelautan dan perikanan. Pada sektor energi mitigasi dilakukan dengan cara :

1. Diversifikasi energi untuk meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan,

2. Konservasi energi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi,

3. Penerapan teknologi bersih (carbon capture and storage). Kegiatan mitigasi sektor LULUCF dilakukan dengan cara:

1. Penanggulangan illegal logging,

2. Rehabilitasi hutan dan lahan serta konservasi, 3. Restrukturisasi sektor kehutanan,

(8)

6. Mekanisme insentif dan disinsentif bagi pemerintah daerah melalui program Menuju Indonesia Hijau (MIH), 7. Penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan, 8. Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan.

Pada sektor kelautan dan perikanan kegiatan mitigasi yang dilakukan adalah:

1. Penanaman mangrove dan vegetasi pantai dengan pelibatan masyarakat sekaligus meningkatkan

pendapatannya,

2. Rehabilitasi terumbu karang melalui transplantasi dan terumbu buatan,

3. Menambah luas wilayah konservasi laut.

Pada tahun 2011 diterbitkan Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 tentang

(9)

digunakan untuk menindaklanjuti kesepakatan Bali Action Plan pada COP

13 di Bali, hasil COP 15 di Copenhagen, dan hasil COP 16 di Cancun, serta memenuhi komitmen Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26% dengan usaha sendiri dan mencapai

41% jika mendapat bantuan internasional pada tahun 2020. Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) adalah dokumen rencana kerja untuk menurunkan emisi GRK sesuai target pembangunan nasional. Selain itu kepada pemerintah daerah diwajibkan untuk membuat Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) yang digunakan sebagai dokumen rencana kerja untuk menurunkan emisi GRK sesuai target pembangunan daerah.

Sesuai dengan pasal 2 dari Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011, RAN- GRK terdiri dari kegiatan inti dan kegiatan pendukung. Kegiatan RAN-GRK meliputi bidang: Pertanian; Kehutanan dan lahan gambut; Energi dan transportasi; Industri; Pengelolaan limbah; Kegiatan pendukung lain. Target penurunan emisi GRK untuk 6 (enam) bidang dapat dilihat dalam Tabel 1. Perlu dicatat bahwa target angka penurunan dan kegiatan untuk penurunan emisi GRK ini dapat dikaji ulang sesuai dengan metodologi, data dan informasi yang lebih baik di masa mendatang.

Tabel 1. Target Penurunan Emisi GRK per Bidang

90 Universitas

(10)
[image:10.596.108.489.56.320.2]

Sumber : Bappenas 2011

Tabel 2. Kebijakan dan Strategi Penurunan Emisi GRK per Bidang

1 Bidang

Pertanian Target Penurunan Emisi 26% : 0,008 Gigaton CO2e

Target Penurunan Emisi 41% : 0,011 Giga ton

Kebijakan:

1. Pemantapan ketahanan pangan nasional dan peningkatan produksi pertanian dengan emisi GRK yang rendah.

2. Peningkatan fungsi dan pemeliharaan sistem irigasi. Strategi:

1. Mengoptimalisasikan sumber daya lahan dan air.

2. Menerapkan teknologi pengelolaan lahan dan budidaya pertanian dengan emisi GRK serendah mungkin dan mengabsorbsi CO2 secara optimal.

3. Menstabilkan elevasi muka air dan memperlancar sirkulasi air pada jaringan irigasi.

2 Bidang

Kehutanan dan

Lahan Gambut

Target Penurunan Emisi 26% : 0,672 Giga ton

CO2e

Target Penurunan Emisi 41% : 1,039 Giga ton

Kebijakan:

91 Universitas

(11)

1. Penurunan emisi GRK sekaligus meningkatkan kenyamanan lingkungan, mencegah

bencana,menyerap tenaga kerja, dan

menambah pendapatan masyarakat serta negara. 2. Pengelolaan sistem jaringan dan tata air pada

rawa.

3. Pemeliharaan jaringan reklamasi rawa (termasuk lahan bergambut yang sudah ada).

4. Peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi pertanian pada lahan gambut dengan emisi Strategi:

1. Menekan laju deforestasi dan degradasi hutan untuk menurunkan emisi GRK.

2. Meningkatkan penanaman untuk meningkatkan penyerapan

GRK.

3. Meningkatkan upaya pengamanan kawasan hutan dari kebakaran dan pembalakan liar dan penerapan Sustainable Forest Management.

4. Melakukan perbaikan tata air (jaringan) dan blok-blok pembagi, serta menstabilkan elevasi muka air pada jaringan tata air rawa.

5. Mengoptimalisasikan sumberdaya lahan dan air tanpa melakukan deforestasi.

6. Menerapkan teknologi pengolahan lahan dan budidaya pertanian

3 Bidang Energi dan Transportasi

Target Penurunan Emisi 26% : 0,038 Giga ton

CO2e

Target Penurunan Emisi 41% : 0,056 Giga ton

Kebijakan:

1. Peningkatan penghematan energi.

2. Penggunaan bahan bakar yang lebih bersih (fuel switching).

3. Peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan. 4. Pemanfaatan teknologi bersih baik untuk pembangkit

listrik, dan sarana transportasi.

5. Pengembangan transportasi masal nasional yang rendah emisi, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Strategi:

1. Menghemat penggunaan energi final baik melalui penggunaan teknologi yang lebih bersih dan efisien maupun pengurangan konsumsienergi tak terbarukan (fosil).

2. Mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan skala kecil dan menengah.

3. Mengurangi kebutuhan akan perjalanan terutama daerah perkotaan melalui penatagunaan lahan mengurangi perjalanan

92 Universitas

(12)

4. Menggeser pola penggunaan kendaraan pribadi (sarana transportasi dengan konsumsi energi yang tinggi) ke pola

transportasi rendah karbon seperti sarana transportasi tidak

bermotor, transportasi publik, transportasi air. 5. Meningkatkan efisiensi energi dan pengurangan 4 Bidang Industri Target Penurunan Emisi 26% : 0,001 Giga

ton CO2e

Target Penurunan Emisi 41% : 0,005 Giga ton

Kebijakan:

1. Peningkatan pertumbuhan industridengan mengoptimalkan pemakaian energi.

Strategi:

1. Melaksanakan audit energi khususnya pada industri-industri yang padat energi.

2. Memberikan insentif pada program efisiensi energi.

5 Bidang

Pengelolaan Limbah

Target Penurunan Emisi 26% : 0,048 Giga ton

CO2e

Target Penurunan Emisi 41% : 0,078 Giga ton

Kebijakan:

1. Meningkatkan pengelolaan sampah dan air limbah domestik.

Strategi:

1. Peningkatan kapsitas kelembagaan dan peraturan di daerah.

2. Peningkatan pengelolaan air limbah di perkotaan.

3. Pengurangan timbulan sampah melalui 3R (reduce, reuse, recycle).

4. Perbaikan proses pengelolaan sampah di Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA).

5. Peningkatan/pembangunan/rehabilitasi TPA.

6. Pemanfaatan limbah/sampah menjadi produksi Sumber : Peraturan Presiden, 2011

93 Universitas

(13)
[image:13.596.110.487.136.411.2]

Tabel 3. Tugas dan Tanggung Jawab Lembaga Terkait RAN GRK

Sumber : Bappenas 2011

Nationally Appropriate Mitigation Actions (NAMAs) diperkenalkan sejak COP

(14)
(15)

(Bappenas,2013). UNFCCC mengakui dua kategori NAMAs dari 3 kategori yang ada yaitu:

1. Unilateral NAMAs adalah aksi mitigasi yang dilakukan negara berkembang secara mandiri untuk mencapai tingkat penurunan emisi GRK tertentu tanpa dukungan internasional (negara lain) berdasarkan kerangka kerja UNFCCC. Pembiayaan NAMAs jenis ini berasal dari sumber keuangan dalam negeri dan menitikberatkan kepada penghematan biaya dan pelaksanaan langkah mitigasi dengan biaya murah untuk per-ton karbon

2. Supported NAMAs adaah aksi mitigasi negara berkembang dengan dukungan langsung dari negara maju sebagai aksi mitigasi yang didukung secara internasional berdasarkan kerangka kerja UNFCCC. Supported NAMAs terdiri dari pilihan aksi mitigasi yang membutuhkan biaya sedang hingga biaya tinggi. Akan tetapi, hasil dari aksi penurunan emisi tersebut tidak dapat diperdagangkan di pasar karbon dengan negara lainnya untuk memenuhi komitmen mereka.

3. Credited NAMAs adalah aksi mitigasi negara berkembang yang menghasilkan kredit karbon untuk dijual di pasar karbon yang akan digunakan sebagai kompensasi (offset) untuk penurunan emisi GRK di negara maju. Kategori ini belum diakui secara resmi oleh UNFCCC, tapi secara umum dimengerti sebagai NAMAs yang menghasilkan kompensasi (of set) untuk penurunan emisi GRK dinegara maju dan dapat diperdagangkan di pasar karbon internasional. Contoh Credited NAMAs adalah mekanisme pembangunan bersih / CDM, proyek pasar carbon dan mekanisme kompensasi bilateral.

(16)
(17)

1. Sektor berbasis lahan (kehutanan dan lahan gambut,pertanian),

2. Sektor energi (energi, transportasi dan industri),

3. Sektor

limbah.

Peraturan Presiden No. 71 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional menjadi landasan hukum untuk koordinasi dan pelaksanaan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional dan penyusunan laporan komunikasi nasional untuk UNFCCC. Inventarisasi GRK bertujuan untuk memberikan informasi mengenai tingkat, status dan tren perubahan emisi dan serapan GRK; termasuk simpanan karbon di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; serta informasi mengenai penurunan emisi GRK dari aksi mitigasi. Peraturan Presiden No. 71 tahun

2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional

telah mengamanatkan dilakukannya verifikasi atas proses dan hasil inventarisasi GRK, termasuk pencapaian penurunan emisi dari aksi-aksi mitigasi. Kemudian untuk mengatur pelaksanaan MRV diterbitkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 15 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan MRV (Monitoring, Reporting, Verifikasi)

(18)
(19)

Daftar Referensi

Bappenas, 2011. Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas

Rumah Kaca.

Bappenas, 2013. Kerangka Kerja Indonesia untuk Nationally Appropriate

Mitigation Actions (NAMAs).

GIZ, 2014. Background Report Pengembangan Kelembagaan MRV Indonesia.

IGES, 2005. Panduan Kegiatan Mekanisme Pembangunan Bersih di Indonesia.

Kementerian Lingkungan Hidup, 2007. Rencana Aksi Nasional Dalam Menghadapi Perubahan Iklim.

IPCC, 2007. Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Cambridge University Press.

IPCC, 2014. Climate Change 2014: Mitigation of Climate Change. Cambridge

University Press.

Peraturan Presiden, 2011. Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.

Sutamihardja, RTM., 2009. Perubahan Lingkungan Global. Yayasan Pasir Luhung, Bogor.

Sutamihardja, RTM., Mulyani, M.E., 2011. Climate Change - Dokumen Penting Perubahan Iklim. Yayasan Pasir Luhung, Bogor.

United Nations, 1992. United Nations Framework Convention on Climate Change.

UNFCCC, 2004. United Nations Framework Convention on Climate Change The First Ten Years.

UNFCCC, 2006. United Nations Framework Convention on Climate Change: Handbook. Bonn, Germany: Climate Change Secretariat. UNFCCC, 2015. UNFCCC Mitigation.

ht

Gambar

Gambar 1. Komponen dan Interaksi Sistem Iklim Bumi
Tabel 2. Kebijakan dan Strategi Penurunan Emisi GRK per
Tabel 3. Tugas dan Tanggung Jawab Lembaga TerkaitRAN GRK

Referensi

Dokumen terkait

Program pendidikan Doktor tidak mudah dilakukan karena menyangkut berbagai hal: topik, waktu, kemampuan intelektual, semangat, dan dana pendukung. Berbagai hal

Program Studi S3 FK UGM berusaha mewadahi para pemikir, praktisi, peneliti yang memiliki minat sama di bidang keolahragaan dan sains dengan membentuk Klaster

Menganalisis data dan mengidentifikasi masalah kondisi koleksi serta melakukan observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai

Dari hasil analisa nilai selisih pengukuran koordinat menggunakan Totat Station Spectra Fokus 8” dengan GPS Geodetik Spectra SP80 adalah 0,009 m, selisih pengukuran

Pada fase kegiatan penyusunan dokumen teknis, divisi estimasi biaya dan divisi operasional diupayakan selalu berkoordinasi dalam membuat metode kerja, dan

Tabel Rekap Hasil Kuesioner Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Waktu Proyek Konstruksi Wilayah Belitung pada Faktor Hubungan dengan

Dalam Penyelenggaraan Pendidikan, cet.. pembuatan keputusan dan perencanaan pada berbagai macam tingkatan organisasi, dan pengaturan bagi rangkaian informasi ke dan

e) Sejalan dengan penyusunan BAU BAU baseline adalah penyusunan tingkat emisi GRK dengan skenario mitigasi, yaitu menghitung jumlah emisi yang akan dihasilkan dari suatu