• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAMPAH METROPOLITAN TERHADAP PERUBAHAN I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SAMPAH METROPOLITAN TERHADAP PERUBAHAN I"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

SAMPAH METROPOLITAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

Nama : Vika Sarastya Prastiwi

NIM : 1311010057

Prodi : Ekonomi Pembangunan

Mata Kuliah : Perencanaan Regional Tanggal Pengumpulan : 21 Januari 2017

(2)

ii DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... II

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

A. LATARBELAKANG ... 1

B. STUDILITERATUR ... 3

C. PEMBAHASAN ... 6

D. REKOMENDASIKEBIJAKAN ... 11

E. KESIMPULAN ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 15

(3)

1 RINGKASAN EKSEKUTIF

Sampah merupakan masalah lingkungan yang banyak dihadapi oleh kota-kota besar seperti Jakarta. Jakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk terbesar di Indonesia. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari sampah yang dihasilkan oleh aktivitas masyarakatnya.

Volume sampah Jakarta hampir mencapai 6000 ton per hari. Namun belum ditangani secara efektif, dimana sebesar 11% sampah belum terangkut akibat kekurangan armada truk sampah, selain itu kesadaran masyarakat terhadap lingkungan masihlah rendah. Masalah sampah di Jakarta saat ini belum ditangani dengan efektif oleh permerintah, masyarakat dan pihak-pihak terkait.

Ketidakefektifan pengelolaan sampah Jakarta menyebabkan dampak terhadap lingkungan maupun perekonomian. Secara ilmiah sampah dapat berkontribusi terhadap pemanasan global. Sampah-sampah organik yang tidak diolah menghasilkan CH4 atau gas

metan. Gas metan merupakan salah satu gas rumah kaca yang memiliki potensi merusak 20-30 kali lipat dibandingkan gas CO2. Dampak pemansan global telah dirasakan oleh Jakarta,

terjadinya banjir rob di Jakarta Utara yang disebabkan meluapnya permukaan air laut serta menurunnya produktivitas perikanan tangkap di Pulau Seribu.

Penanganan sampah di Jakarta dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah pemanfaatan sampah sebagai energi alternatif. Cara tersebut dapat dilakukan dengan sistem Zero to Landfill yang memerlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, yaitu dengan membiasakan memilah sampah yang dihasilkan.

A. LATAR BELAKANG

Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk telah menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Salah satu masalah lingkungan adalah sampah, setiap kegiatan manusia selalu menghasilkan sampah. Sampah menjadi salah satu masalah lingkungan yang banyak dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Permasalahan sampah khususnya di Indonesia harus mendapat perhatian lebih. Tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat yang berperilaku buruk terhadap lingkungan. Permasalahannya adalah meskipun telah disediakan tempat sampah, akan tetapi masyarakat tetap saja membuag sampah sembarangan. Pemandangan ini kerap ditemui di wilayah perkotaan seperi Jakarta.

(4)

2

Kesadaran masyarakat akan sampah masih rendah. Hal tersebut terlihat dari kebiasaan membuang sampah sembarangan. Lemahnya regulasi mengenai larangan membuang sampah membuat masyarakat belum bisa meninggalkan kebiasaan lamanya. Faktanya gunungan sampah banyak ditemui di kolong jembatan dan sungai-sungai. Sebagian besar sampah-sampah tersebut adalah sampah yang berasal dari rumah tangga.

Pengelolaan sampah dalam rumah tangga idealnya harus dipilah terlebih dahulu sebelum dibuang. Sampah yang mudah membusuk dan tidak membusuk harus dipisahkan. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses pengelolaan sampah pada tahap berikutnya. Namun kesadaran masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga sangatlah rendah. Tercermin dari indikator perilaku perduli lingkungan hidup tahun 2014, 88,65% rumah tangga di Jakarta tidak memilah sampah (Badan Pusat Statistik 2014). Sampah yang tidak diolah dengan baik akan berdampak buruk terhadap lingkungan.

Secara ilmiah sampah yang tidak diolah dapat berkontribusi terhadap pemanasan global. Sampah-sampah yang tidak diolah akan menghasilkan gas CH4 atau gas metan.

Gas metan (CH4) merupakan salah satu gas yang digolongkan dalam gas rumah kaca. Gas

metan ini berpotensi merusak lapisan atsmofer 20-30 lipat lebih kuat dari karbondioksida (CO2) (Sudarman 2010).

Kota metropolitan seperti Jakarta masih menyimpan masalah pengelolaan sampah. Oleh karenanya laporan ini untuk melihat bagaimana peran serta masyatakat, pemerintah dan institusi terkait mengenai masalah sampah di Jakarta? Dengan adanya regulasi mengenai larangan membuang sampah sembaragan melalui Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013. Apakah dengan regulasi tersebut dapat mengurangi kebiasaan buruk masyarakat? Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak ketidakefisienan pengelolaan sampah Jakarta terhadap lingkungan.

(5)

3 B. STUDI LITERATUR

1. Perubahan Iklim

Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam pola cuaca selama bertahun-tahun. Perubahan dalam keadaan iklim yang dapat diidentifikasi dan yang berlangsung selama jangka waktu yang panjang, biasanya dekade atau lebih. Hal ini dapat disebabkan secara langsung atau tidak langsung dari kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global.(IPCC 2007)

2. Gas-Gas Rumah

Terdapat beberapa gas rumah kaca, seperti karbondioksida, metan, CFC dan lain sebagainya. Gas-gas tersebut dihasilkan dari kegiatan-kegiatan manusia. Berikut adalah pengertian gas-gas rumah kaca serta penyebabnya.

a. Metana ( CH4 )

Gas Metana merupakan salah satu gas rumah kaca utama yang memiliki GWP

(Global Warming Potential) sekitar 28 kali CO2. Gas ini banyak dihasilkan dari

dekomposisi bahan organik secara anaerobik, misalnya sawah, penimbunan sampah organik dan kotoran mahluk hidup.

b. Karbondioksida (CO2 )

Karbondioksida merupaka salah satu gas rumah kaca utama dan dijadikan referensi gas rumah kaca yang lain dalam menentukan Indek GWP, sehingga GWP-nya = 1. Karbondioksida ini banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, biomassa dan alih guna lahan.

c. Klorofluorokarbon ( CFC )

Klorofluorokarbon ( CFC ) adalah senyawa kimia yang dikembangkan sebagai alternatif bahan kimia yang lebih berbahaya dalam berbagai aplikasi. CFC memiliki GWP sekitar 6630 kali CO2. CFC ini dihasilkan dari pendingin ruangan

atau AC (Air Conditioner), kulkas dan aerosol pada penyemprot rambut, pengharum, dan pembasmi serangga.

d. Dinitrogen oksida ( N2O )

(6)

4 e. Sulfur oksida (SO)

Sulfur oksida (SO) terutama disebabkan oleh dua komoponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur oksida (S02) dan sulfur trioksida (S03). Keduanya disebut

sebagai SOx. Sulfur oksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Sebagian besar emisi Nox yang dihasilkan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas alam, dan bensin.

f. Nitrogen oksida (NO)

Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer yang terdiri atas gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen oksida (N02). Walaupun bentuk

nitrogen oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini paling banyak ditemui sebagai polutan udara.

Dampak gas-gas rumah kaca terhadap pemanasan global sangat bervariasai, jumlah konsentrasi yang sama setiap gas rumah kaca pun memberikan dampak yang berbeda. Untuk mempermudah dan membandingkan dampak tiap-tiap gas rumah kaca maka digunakan maka digunakan nilai metrix gas rumah kaca untuk mengetahui potensi pemanasan global dan potensi kenaikan temperaturnya.

Tabel 2.1 Nilai Metrix Gas Rumah Kaca

Greenhouse Gas

Global Warming Potential Global Temperature Potential Cumulative

Catatan : Potensi Pemanasan Global (GWP) nilai-nilai telah diperbarui dalam laporan IPCC

berturut-turut; nilai-nilai AR5 GWP100 berbeda dari yang diadopsi pada Protokol Kyoto periode pertama yang

berasal dari Laporan Penilaian Kedua IPCC (SAR). Perhatikan bahwa untuk konsistensi, emisi CO2

ekuivalen diberikan di tempat lain. Untuk perbandingan emisi menggunakan nilai SAR dan AR5 GWP

untuk 100 tahun pada tahun 2010.

3. Pengertian Sampah (Republik Indonesia 2008)

(7)

5

4. Fakta Sampah dalam Mendukung Pemanasan Global

Meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer yang disebabkan oleh kegiatan manusia di berbagai sektor seperi energi, kehutanan, pertanian, peternakan dan sampah. Manusia dalam setiap kegiatannya hampir selalu menghasilkan sampah. Sampah memiliki pengaruh yang besar untuk emisi gas rumah kaca yaitu: gas

methane (CH4). Metan merupakan gas yang terbentuk dari proses dekomposisi

anaerob sampah organik. Sebagai salah satu penyumbang gas rumah kaca metan memiliki efek 20 – 30 kali lipat bila dibandingkan dengan gas CO2. Sumbangan pada

sektor sampah terhadap pemanasan global terjadi pada TPA dengan sistem open

dumping .

Metan diemisikan dari TPA sebagai hasil dekomposisi anaerobik sampah organik. Metan yang terbentuk berpindah secara datar dan tegak yang akhirnya ke atmosfer. TPA adalah sumber metan antropogenik (anthropogenic = kegiatan manusia) dan memberikan sumbangan secara global sebanyak 20 – 60 Tg (tetragram) metan per tahun. Sampah organik yang terurai secara anerobik akan menghasilkan: 50 – 60% CH4; 35–45% CO2 dan 0–5% gas rumah kaca lainnya. Metan berada di

atmosfer dalam jangka waktu 7–10 tahun dan dapat meningkatkan suhu sekitar 1,30C. Total produksi tergantung kepada komposisi sampah yang secara teori bahwa setiap kilogram sampah dapat memproduksi 0,5 m3 gas metan, sumbangannya terhadap pemanasan global sebanyak 15%. Diperkirakan 1 ton sampah padat dapat menghasilkan 50 kg gas methane. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, diperkirakan pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan per hari mencapai 500 kg atau 190.000 ton/tahun. (Sudarman 2010)

5. Fakta Dampak Pemanasan Global Terhadap Perekonomian

(8)

6 C. PEMBAHASAN

Jakarta merupakan ibu kota negara Republik Indonesia. Ibu kota negara ini merupakan salah satu kota metropolitan, kota pemerintahan dan perekonomian di Indonesia. Jakarta menjadi kota dengan penduduk terpadat di Indonesia. Pada tahun 2015 jumlah penduduk DKI Jakarta sebesar 10.177,9 ribu jiwa, dengan kepadatan penduduk 15.367 jiwa/Km2. Artinya setiap 1 Km2 atau 100 Ha dihuni oleh 15.367 jiwa, hal tersebut tentunya tidak terlepas dari masalah sampah yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat. 1. Fakta Sampah Jakarta

Sampah di Jakarta secara umum terdiri dari sampah organik dan anorganik. Pada tahun 2011 komposisi sampah Jakarta 53,75% terdiri dari sampah organik dan 45,26% sampah anorganik. Sampah kertas dan sampah plastik merupakan komposisi sampah anorganik terbesar. Pada tahun 2011 sampah kertas Jakarta sebesar 14,92% dan sampah plastik 14.02%. Presentase sampah kertas pada tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2005 dimana presentase sampah kertas sebesar 20,57%. Tahun 2011 sampah organik menurun meskipun tidak signifikan. Data tahun 2005 presentase sampah organik Jakarta sebesar 55,37%, menurun 1,6% pada tahun 2011 menjadi 53,75%.

Tabel 2.1

Data Komposisi Sampah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005 dan 2011 (Dalam Persen )

Komposisi 2005 2011

Organik 55,37 53,75

Anorganik 44,64 46,26

Kertas 20,57 14,92

Plastik 13,25 14,02

Kayu 0,07 0,87

Kain/tekstil 0,61 1,11

Karet/kulit/tiruan kulit 0,19 0,52

Logam/metal 1,06 1,82

Gelas/kaca 1,91 2,45

Sampah bongkaran 0,81 0,01

Sampah B3 1,52 0,56

Lain-lain 4,65 9,98

(9)

7

Produksi sampah Jakarta mencapai 5.824.05 Ton/hari. Secara kumulatif tahun 2014 produksi sampah Jakarta mencapai 2.096.658,25 (Lihat Tabel 2.2) yang bersumber dari beberapa suku dinas di Jakarta serta sumber-sumber sampah lain seperti sampah pasar, pesisir pantai dan lain-lain. Jakarta Barat merupakan wilayah penghasil sampah terbesar bila dibandingkan dengan wilayah lainnya ( Lihat Tabel 2.3). Sebanyak 1.528,03 ton sampah diproduksi per harinya. Namun sampah tersebut belum ditangani secara maksimal.

Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Jakarta belum ditangani secara maksimal. Data Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2014 mencatat produksi sampah sebesar 5.597,87 ton/hari dengan jumlah terangkut sebesar 4.986,31 ton (Lihat Tabel 2.3). Artinya sebesar 11% sampah Jakarta belum terangkut atau belum tertangani dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya armada pengangkut sampah serta pengangkutan sampah yang belum dilakukan secara rutin.

Grafik 2.1

Presentase Sampah Terangkut dan Tidak Terangkut Perhari Tahun 2011

Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah

Armada pengangkut sampah Jakarta tahun 2011 sebanyak 848. Namun armada pengangkut sampah tersebut belum beroperasi secara maksimal. Data Dinas Kebersihan 2013 dari total 732 kendaraan truk pengangkut sampah, sekitar 506 truk berusia 10-30 tahun. Kekurangan truk pengangkut merupakan imbas model pengelolaan sampah beberapa tahun lalu.

Terangkut 89% Sisa

(10)

8 Tabel 2.4

Jumlah Armada Truk Pengangkut Sampah Tahun 2011

Suku Dinas Jumlah Armada

Jakarta Selatan 138

Jakarta Timur 164

Jakarta Pusat 152

Jakarta Barat 177

Jakarta Utara 142

DKI Jakarta 75

Total 848

Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah

Kekurangan armada pengangkut sampah ini terjadi karena penanganan lebih memberi porsi besar kepada swasta. Akibatnya pemerintah bergantung pada swasta. Karena model pengelolaan sampah tersebut tidak mengupayakan peremajaan armada truk yang dimiliki. Awal tahun 2014 Pemprov DKI Jakarta melakukan pemutusan kontrak kerja dengan swasta, namun hal ini justru membuat semakin berkurangnya armada pengangkut sampah.

Sejak masa kontrak swasta berakhir tahun 2014. Produksi sampah cenderung meningkat namun armada pengangkut sampah justru berkurang karena truk-truk swasta tidak beroperasi lagi. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan penambahan armada pengangkut sampah. Tahun 2013 Pemprov DKI melakukan penambahan sebesar 92 truk dan tahun 2014 melakukan pengadaan truk sampah sebanyak 149 truk. Selain masalah armada pengangkut sampah, masalah lain adalah kapasitas tempat penampungan (depo) sampah.

Kapasitas tempat penampungan sementara sampah (TPS) di Jakarta terbatas. Tahun 2013 total terdapat 7.707 Rukun Warga (RW), sedangkan jumlah TPS hanya 191. Akibatnya seringkali terjadi penumpukan sampah yang menggunung di TPS-TPS tersebut dengan rata-rata 140 ton sampah per TPS-TPS. Selain itu, konsep pembangunan TPS tersebut tidak sesuai standar karena tidak ada buffer zone, pengolahan lindi/licid, serta tidak ada penyemprot bau. Saat ini Dinas Kebersihan tengah mengupayakan menambah jumlah TPS. Namun, terkendala lahan yang akan digunakan.

(11)

9

petugas kebersihan. Untuk itu diperlukan peran serta dari masyarakat dalam mengatasi masalah sampah dengan berperilaku pro lingkungan.

Peran serta masyarakat dalam mengurangi sampah yang dihasilkan dapat dilakukan dengan memilahnya terlebih dahulu. Pengelolaan sampah dalam rumah tangga idealnya harus dipilah terlebih dahulu sebelum dibuang. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses pengelolaan sampah pada tahap berikutnya. Namun kesadaran masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga sangatlah rendah. Tercermin dari indikator perilaku perduli lingkungan hidup tahun 2014, 88,65% rumah tangga di Jakarta tidak memilah sampah rumah tangganya (Badan Pusat Statistik 2014). Sedangkan 3,39% rumah tangga memilah sampahnya lalu dimanfaatkan dan sisanya 7,95% rumah tangga memilah sampahnya lalu di buang (Lihat Grafik 2.2). Tingginya presentase rumah tangga yang tidak memilah sampah ini memiliki beberapa alasan.

Terdapat beberapa alasan masyarakat tidak memilah sampah rumah tangganya. Alasan utama adalah malas, tidak tahu, tidak ada gunanya, tidak ada fasilitas dan tidak ada peraturan. Berdasarkan data indikator perilaku perduli lingkungan hidup tahun 2014, 51,95 % masyarakat Jakarta tidak memilah sampah rumah tangganya karena malas atau tidak ada waktu (Badan Pusat Statistik 2014). Keadaan ini mendorong masyarakat untuk langsung membuang sampahnya, bahkan banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan.

3. Regulasi Pengelolaan Sampah Jakarta terhadap Perilaku Masyarakat

Kesadaran masyarakat Jakarta terhadap permasalahan sampah masih rendah. Meskipun telah disediakan tempat sampah namun sebagian besar masyarakat malas membuang sampah pada tempatnya. Akibatnya masyarakat masih membuang sampahnya secara sembarangan. Regulasi yang berkaitan dengan masalah sampah di Jakarta cukup banyak. Namun aturan yang ada tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

(12)

10

Akibatnya terjadi banjir disetiap musim hujan tiba. Selain itu sampah-sampah yang tertumpuk menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal tersebut di sebabkan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat serta belum ada pengawasan yang dilakukan oleh dinas terkait.

4. Dampak Ketidakefektifan Pengelolaan Sampah Jakarta terhadap Lingkungan Saat ini pengelolaan sampah Jakarta dipusatkan di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. TPST Bantargebang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat dengan luas 110,3 Ha. Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang menampung sampah yang berasal dari DKI Jakarta (lima zona pembuangan) dan sampah yang berasal dari Kota Bekasi (satu zona pembuangan). Sampah yang masuk ke TPST Bantargebang, belum dikelola secara efektif.

Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Kebersihan belum efektif dalam melakukan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Teknologi pengelolaan sampah modern, ramah lingkungan dan peralatan yang ada saat ini masih jauh dari harapan ideal. Minimnya alat berat membuat pengelolaan sampah menjadi terhambat. Jumlah armada pengangkut sampah Jakarta yang masuk ke TPST Bantargebang mencapai ratusan jumlahnya, namun tidak seimbang dengan jumlah alat berat yang hanya 20 unit. Sampah yang berasal dari Jakarta yang masuk ke TPST Bantargebang mencapai 6.500 ton (Tahun 2016). Selain penumpukan sampah di TPST Bantargebang, penumpukan sampah juga terjadi di TPS-TPS lain di Jakarta.

Penumpukan sampah yang terjadi di TPST Bantargebang dan TPS-TPS lain di Jakarta menyebabkan sampah organik yang tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerobik, proses itu menghasilkan gas methana (CH4). Gas methana (CH4) yang

dihasilkan pada timbunan sampah telah menyumbang 20-30 kali lebih besar daripada karbon dioksida (CO2) yang merupakan pembentuk emisi gas rumah kaca.

Sampah menghasilkan gas metana (CH4) dengan komposisi rata-rata tiap 1 ton

(13)

11 Tabel 2.5

Perhitungan Gas Metan dari Sampah Jakarta

Produksi sampah organik per hari Gas metan yang dihasilkan 6.000 ton

53 % x 6.000 = 3.180 ton

3.180 ton x 50 kg = 159 ton / hari atau 159 x 365 hari = 58.035 ton / tahun

Kenaikan permukaan air laut telah dirasakan di Jakarta. Jakarta Utara berada di kawasan yang lebih rendah dibandingkan permukaan air laut. Akibatnya ketika musim hujan air laut semakin tinggi dan menyebabkan terjadinya banjir rob (tidal

flood). Selain bencana banjir pemanasan global secara tidak langsung berdampak

terhadap perekonomian.

Secara tidak langsung pemanasan global berdampak kepada perekonomian . Dampak pemanasan global salah satunya adalah naiknya suhu air laut. Kenaikan suhu air laut mengakibatkan rusaknya terumbu karang . Hal tersebut berdampak pada masyarakat pesisir. Dampak lainnya yaitu meningkatnya suhu permukaan air laut, yang akan berpengaruh terhadap produktivitas perikanan.

Tabel 2.6

Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya Tahun 2012-2014

Tahun Perikanan Tangkap

Perikanan Budidaya

Total Laut Tambak Kolam

2012 1.786 774 - - 2.560

2013 1.555 822 - - 2.377

2014 - - - - -

Sumber : (Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu 2015)

Produksi perikanan di Kepulauan Seribu cenderung menurun. Produksi ikan tangkap Kepulauan Seribu 2013 menurun 7,15% dari produksi ikan tahun sebelumnya. Produksi ikan pada 2012 sebesar 2.560 ton menurun menjadi 2.377 ton pada tahun 2013. Penurunan terjadi pada produksi ikan tangkap sebesar 12,9%.

D. REKOMENDASI KEBIJAKAN

1. Penambahan Lokasi TPA dengan Sistem Sanitary Landfill

(14)

12

dihasilkan oleh sampah. Proses degradasi anaerob (tanpa oksigen) akan menghasilkan gas metan. Gas metan ini kemudian dialirkan ke mesin untuk perolehan listrik. Saat ini TPST Bantar Gebang telah menghasilkan listrik 1220 - 2000 kW. Di Indonesia hanya terdapat dua lokasi yang memiliki alat ini yaitu di TPST Bantar Gebang dan di Bali.

2. Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga Sebagai Energi Mandiri.

Sampah-sampah organik dapat digunakan sebagai energi alternatif yaitu biogas. Sampah organik dapat menghasilkan gas yang mudah terbakar. Pembuatan biogas dari sampah orgnaik rumah tangga ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar yang disediakan oleh pemerintah. Biogas timbul dari hasil proses fermentasi sampah organik rumah tangga oleh bakteri anaerob yang hidup tanpa udara. Biogas antara lain terdiri dari: Metana sebesar 60%, karbondioksida 38%, dan 2% O2, H2, N2 dan H2S. Biogas ini dapat terbakar seperti

gas elpiji, bahkan dalam skala besar bisa digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik.

3. Pengolahan Sampah dengan Sistem Zero to Landfill

(15)

13 4. Gerakan Pilah Sampah

Perilaku memilah sampah perlu diterapkan di Jakarta. Karena hal tersebut akan memudahkan proses sampah pada tahap berikutnya. Di Jepang perilaku memilah sampah telah berhasil diterapkan. Perilaku ini tidak muncul dalam waktu yang singkat.

Keperdulian masyarakat Jepang terhadap lingkungan yang telah menjadi gaya hidup, tidak muncul dalam waktu yang singkat. Perilaku perduli lingkungan diterapkan di Jepang akibat tragedi minamata yang terjadi pada tahun 1956 yang terjadi akibat tingginya konsumsi merkuri dari limbah merkuri. Sejak tragedi tersebut kampanye besar-besaran untuk menanamkan cinta lingkungan digalakan. Misi kampanye ini mengajak masyarakat untuk tidak membuang sesuatu yang masih dapat digunakan sehingga meminimalisir sampah. Di Kamiktsu sampah dipilah hingga 34 jenis agar mudah didaur ulang sehingga tidak ada sisa yang terbuang. Selain itu di Jepang terdapat jadwal yang mengatur jenis sampah apa yang dapat dibuang. Petugas akan mengambil sampah setiap hari sesuai dengan jadwal dan jenis sampahnya. Jika sampah yang dibuang tidak sesuai dengan peraturan maka sampah tidak akan diangkut. Sampah mungkin dianggap racun bagi lingkungan, tetapi apabila sampah dapat difungsikan kembali dengan cara pengolahan kembali tentunya akan menguntungkan bagi kehidupan seperti apa yang dilakukan oleh pabrik pembakar sampah di Maishima.

E. KESIMPULAN

Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia. Sebagai kota dengan jumlah kepadatan penduduk terbesar di Indonesia. Kota Jakarta tidak terlepas dari masalah sampah yang dihasilkan oleh masyarakatnya setiap hari.

Sampah merupakan salah satu masalah yang belum terurai di Jakarta. Produksi sampah Jakarta hampir mencapai 6000 ton/hari. Setiap harinya terdapat 11 % sampah yang belum terangkut akibat kekurangan armada pengangkut sampah, selain itu perilaku masyarakat Jakarta terhadap lingkungan sangatlah rendah. Meskipun telah disediakan tempat sampah dan regulasi larangan membuang sampah sembarangan, namun masyarakat belum meninggalkan kebiasaan buruknya, hal in terjadi akibat tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait.

(16)

14

dirasakan oleh Jakarta adalah peningkatan suhu air laut yang menyebabkan banjir rob dan penurunan produktivitas perikanan. Penanganan sampah saat ini masih dibebankan kepada pemerintah.

Penanganan sampah di Jakarta seharusnya menjadi tanggungjawab semua pihak. Salah satu pengelolaan sampah yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan sampah menjadi energi alternatif, dengan salah satu cara yang dapat diterapkan yaitu sitem Zero

to Landfill. Pengolahan sampah ini memisahkan antara sampah organik dan anorganik.

(17)

15

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2014. Indikator Perilaku Lingkungan Hidup 2014, Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu, 2015. Kepulauan Seribu Dalam Angka 2015, Kepulauan Seribu.

Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, 2015a. Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Jumlah

Tonase Sampah Tahun 2014. Available at: http://data.jakarta.go.id [Accessed October

15, 2016].

Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, 2015b. Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Komposisi

Sampah Tahun 2005 dan 2011. Available at: http://data.jakarta.go.id [Accessed October

15, 2016].

IPCC, 2007. Intergovernmental Panel on Climate Change. Climate Change 2007 : Synthesis

Report. Available at: https://www.ipcc.ch [Accessed October 21, 2016].

IPCC, 2015. Intergovernmental Panel on Climate Change. Climate Change 2014 Synthesis

Report. Available at: https://www.ipcc.ch [Accessed October 22, 2016].

Perdana, T.A., 2015. Dampak Pemanasan Global Terhadap Nelayan Tangkap ( Studi Empiris

di Pesisir Utara Kota Semarang ). Universitas Diponegoro.

Republik Indonesia, 2008. Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta.

Sudarman, 2010. Meminimalkan Daya Dukung Sampah Terhadap Pemanasan Global.

(18)

16 LAMPIRAN

Tabel 2.2

Jumlah Tonase Sampah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014

Sumber Sampah Tonase Sampah

Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat 93.184,48 Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara 87.680,74 Suku Dinas Kebersihan Jakarta Barat 76.131,83 Suku Dinas Kebersihan Jakarta Selatan 149.768,42 Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur 186.537,92 Swakelola Dinas Kebersihan 641.999,10

SPA Sunter 121.814,22

Bidang P & PK 11.134,02 UPK Badan Air, Taman & Jalur Hijau 65.103,52 UPK Pantai & Pesisir 1.626,50 Kendaraan Bantuan 5 Wilayah Jakarta 90.070,32

Swasta Umum 38.044,00

Asosiasi Jakarta Bersih 29.123,10

Sampah Pasar 22.235,60

Kendaraan Sewa Sarana Wilayah 482.204,48

TOTAL 2.096.658,25

Produksi Perhari 5.824,05

Sumber : (Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015) data diolah Tabel 2.3

Jumlah Produksi Sampah dan yang Terangkut Perhari Menurut Kota administrasi Tahun 2011 (Ton)

Nama Kota Produksi Terangkut Sisa Residual

Jakarta Selatan 742,81 739,95 2,86

Jakarta Timur 1.487,23 1097,4 389,83

Jakarta Pusat 780,53 774,4 6,13

Jakarta Barat 1.503,94 1.363,14 140,8

Jakarta Utara 996,65 994,75 1,9

Pesisir Pantai dan Pantai 86,71 16,67 70,4

Jumlah 5.597,87 4.986,31 611,92

(19)

17 Grafik 2.2

Persentase Rumah Tangga dengan Perilaku Pemilahan Sampah Mudah Membusuk dan Tidak Mudah Membusuk Menurut Provinsi

Sumber : (Badan Pusat Statistik 2014) 20,37

Gambar

Tabel 2.1 Nilai Metrix Gas Rumah Kaca
Tabel 2.1
Tabel 2.4 Jumlah Armada Truk Pengangkut Sampah
Tabel 2.6 Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kejelasan dan kepastian dalam pelayanan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi masyarakat. Oleh Karen itu, aparat pelaksana pelayanan diharapkan dapat

RINGKASAN AND1

In final project, the writer discusses about Improving Speaking Skill by using Games for the Third Grade Students of SDN Jagalan No.81 Jebres, Surakarta.. The writer

Padahal beberapa penelitian sebelumnya menginformasikan keunggulan pendekatan konstruktivistik, beberapa diantaranya: (1) Putra (2008) menyatakan bahwa pembelajaran

Hasil simulasi transformasi gelombang dari laut lepas ke garis pantai dengan menggabungkan efek shoaling dan refraksi gelombang Transpormasi Gelombang di Sepanjang

1) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP, dilaksanakan melalui: a) pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP, b) rekrutmen dan pelatihan bagi

Kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan suatu pelabuhan tersebut diwujudkan dalam suatu Rencana Induk Pelabuhan yang menjadi bagian dari tata ruang wilayah

Kesimpulan yang diperoleh dengan adanya Aplikasi Menetukan Kemiripan Situs Web Pada Sistem Temu Balik Informasi Berbasis Web Menggunakan Metode TF-IDF ( Term