• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi, dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian The Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Konsumen Rumah Tangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi, dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian The Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Konsumen Rumah Tangga"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PRODUK, HARGA, DISTRIBUSI, DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

TEH CELUP SARIWANGI.

(Studi Kasus Pada Konsumen Rumah Tangga Di Kp. MUK Cengkareng)

Disusun oleh:

Ahmad Khumaidi NIM : 208081000015

JURUSAN MANAJEMEN PEMASARAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)
(4)
(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Khumaidi

Nim : 208081000015

Jurusan : Manajemen Pemasaran

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang

merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan

merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi dianggap gugur

dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan

serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian

hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 14 Mei 2013

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Ahmad Khumaidi

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Maret 1990

3. Alamat : Jl. Daan Mogot KM 11

Kp. MUK Rt 01/ Rw 04

4. Email : Pradhiesta_19@yahoo.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. Madrasah Ibtidaiyah Al Washilah Jakarta barat.

2. SMP Al – Washilah Kembangan Jakarta Barat.

3. SMK EKA SAKTI Cengkareng Jakarta Barat.

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi

(7)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyse how big the influence of marketing mix product (X1), price (X2), distribution (X3), promotion (X4) toward purchasing decision of sariwangi tea bag by household consumer at Kp. MUK Cengkareng (Y). The data used in this research is primary data acquired from sixty consuments of sariwangi tea bag at Kp. MUK Cengkareng and some secondary data from library studies, and analized with multiple linear regression.

The result of this research is showing that there are significant influences of product, distribution and promotion toward purchasing decision. It only price variable does not significantly toward purchasing decision. Coefficient determination is 86,1%, which meant independent variable able to explain dependent variable, while the rest of 13,9% determinated by unknown variable and not included in this regression analysis.

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bauran pemasaran produk (X1), harga (X2), distribusi (X3), promosi (X4) terhadap keputusan pembelian teh celup sariwangi oleh konsumen rumah tangga di Kp. MUK Cengkareng (Y).

Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diambil dari 60 konsumen teh celup sariwangi di Kp. MUK Cengkareng dan data sekunder dari berbagai sumber pustaka serta menggunakan regresi linear berganda dalam analisisnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasannya ada pengaruh yang signifikan antara produk, distribusi, promosi terhadap keputusan pembelian, kecuali variabel harga yang mempunyai pengaruh yang negatif. Hasil koefisien determinasi 86,1% menunjukan bahwa variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, sedangkan sisanya 13,9% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam peneltian ini.

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdullilahi Rabbil’ Alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

mengkaruniakan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi, Dan

Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi. (Studi Kasus

Pada Konsumen Rumah Tangga Di Kp. MUK Cengkareng)”.

Skripsi ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya

kemampuan pengetahuan dan pengalaman penulis miliki. Namun demikian penulis

berusaha sesuai dengan kemampuan, dengan harapan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak dan kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta. Terima kasih tiada terkira atas segala nasehat, do’a,

kasih sayang, dukungan dan pengorbanan baik moril atau materil, yang telah

diberikan selama ini.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Dan berterima kasih kepada Bapak Dr. Yahya Hamja, MM sebagai pembimbing 1

dan Bapak Suhendra, S.Ag., MM sebagai pembimbing II yang telah banyak

memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan dan dengan begitu sabar

(10)

3. Segenap seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

mentransformasikan ilmunya kepada penulis selama belajar di bangku kuliah.

4. Kepada seluruh staf bagian akademik dan keuangan terima kasih atas segala

bantuannya.

5. Kawan-kawan Manajemen A dan Manajemen B angkatan 2008, dan seluruh

orang tercinta yang telah memberikan semangat, terima kasih atas doa dan

bantuannya.

6. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak

langsung, dan tidak bisa disebutkan satu persatu.

Hanya doa tulus yang dapat penulis berikan untuk setiap kebaikan yang telah

kalian berikan. “Satu kebaikan yang kalian lakukan semoga Allah membalasnya

dengan seribu kebaikan”. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat

bagi seluruh mahasiswa, khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca skripsi ini pada

umumnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 14 Mei 2013

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT... vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PEMASARAN ... 8

B. PRODUK ... 9

C. HARGA ... 14

D. DISTRIBUSI ... 19

E. PROMOSI ... 22

(12)

G. PENELITIAN TERDAHULU ... 33

H. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS ... 36

I. HIPOTESIS PENELITIAN ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38

B. Metode Penentuan Sampel ... 38

C. Metode Pengumpulan Data ... 38

D. Metode Analisis Data ... 39

E. Operasional Variabel Penelitian ... 45

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 49

B. Hasil dan Pembahasan ... 56

C. Uji Asumsi Klasik ... 77

D. Regresi Berganda ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 89

B. Implikasi ... 90

C. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Daftar Nama Perusahaan Teh Celup di Indonesia 3

3.1 Skala Likert 39

3.2 Operasional Variabel 46

4.1 Jenis Kelamin Responden 54

4.2 Usia Responden 55

4.3 Hasil Try Out Validitas Item Instrument Produk (X1)

Konsumen Teh Celup Sariwangi 56

4.4 Hasil Try Out Validitas Item Instrument Harga (X2)

Konsumen Teh Celup Sariwangi 57

4.5 Hasil Try Out Validitas Item Instrument Distribusi (X3)

Konsumen Teh Celup Sariwangi 57

4.6 Hasil Try Out Validitas Item Instrument Promosi (X4)

Konsumen Teh Celup Sariwangi 57

4.7 Hasil Try Out Validitas Item Instrument Keputusan Pembelian (Y)

Konsumen Teh Celup Sariwangi 58

4.8 Hasil Try Out Uji Reliabilitas 58

4.9 Teh Celup Sariwangi mempunyai merek yang membanggakan

dan selalu melekat pada pikiran konsumen 60

4.10 Produk Teh Celup Sariwangi sudah dikenal di masyarakat 60

4.11 Kemasan Teh Celup Sariwangi sangat menarik dan menimbulkan

(14)

4.12 Warna dari Teh Celup Sariwangi memenuhi standar kualitas

yang diinginkan konsumen 62

4.13 Aroma dari Teh Celup Sariwangi sangat harum sehingga menimbulkan

aroma kesegaran dan kesejukan 62

4.14 Rasa Teh Celup Sariwangi memenuhi rasa teh alami Indonesia 63

4.15 Membeli Teh Celup Sariwangi sesuai dengan kemampuan konsumen 64

4.16 Harga Teh Celup Sariwangi sangat terjangkau oleh konsumen 64

4.17 Teh Celup Sariwangi lebih murah dibandingkan teh celup sejenis

dari merek yang berbeda 65

4.18 Harga Teh Celup Sariwangi sesuai dengan harapan konsumen 66

4.19 Kualitas Teh Celup Sariwangi sesuai dengan harga yang ditawarkan 66

4.20 Produk Teh Celup Sariwangi banyak tersedia diwarung, toko,

dan minimarket 67

4.21 Produk Teh Celup Sariwangi mudah dijangkau oleh konsumen 68

4.22 Konsumen mengkonsumsi Teh Celup Sariwangi karena tersedia

sewaktu-waktu 68

4.23 Teh Celup Sariwangi sudah dikenal keberadaan produknya

oleh konsumen 69

4.24 Teh Celup Sariwangi terdistribusinya sampai wilayah terpencil

di Indonesia 70

4.25 Konsumen memperoleh informasi produk Teh Celup Sariwangi

(15)

4.26 Tayangan iklan Teh Celup Sariwangi di televisi menarik

minat konsumen 71

4.27 Tayangan iklan Teh Celup Sariwangi di televisi mudah diingat

oleh konsumen 72

4.28 Konsumen mengetahui manfaat dan kualitas Teh Celup Sariwangi

dari iklan 73

4.29 Konsumen mengenal Teh Celup Sariwangi dari pedagang atau penjual

secara langsung 73

4.30 Konsumen membeli Teh Celup Sariwangi karena sudah

sering memakainya 74

4.31 Konsumen mencari informasi terlebih dahulu sebelum membeli 75

4.32 Konsumen mengevaluasi produk Teh Celup Sariwangi sebelum

melakukan keputusan pembelian 75

4.33 Konsumen melakukan keputusan pembelian setelah mengetahui

kelebihan produk Teh Celup Sariwangi 76

4.34 Konsumen merasa senang memakainya, sehingga kecendrungan

pembelian ulang Teh Celup Sariwangi 76

4.35 Hasil Uji Multikolinieritas 78

4.36 Koefisien Determinasi 80

4.37 Pengujian t Hitung 81

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Proses Pengambilan Keputusan 20

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis 36

4.1 Uji Normalitas Data 77

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Budaya minum teh sudah sangat umum di Indonesia. Teh Celup Sariwangi

yang diproduksi oleh PT Unilever Indonesia, juga tidak kalah dalam melakukan

perbaikan-perbaikan produk dan strategi dalam pemasarannya agar tetap bertahan

dalam era persaingan saat ini. Merk inilah yang pertama kali memperkenalkan

konsep teh celup di Indonesia dan dikenal masyarakat sebagai minuman yang

menciptakan kebersamaan dengan mengumpulkan keluarga dan menciptakan

komunikasi yang harmonis. Hal ini dapat dilihat dalam iklan Teh Celup Sariwangi

yang selalu menyinggung tentang kebersamaan. Berbagai varian cita rasa teh

diciptakan, dari varian jahe, lemon, madu, susu, dan teh hijau hingga Golden Black,

Golden Jasmine, Golden Vanilla, Golden Apple, Golden Orange dan Golden Green.

Salah satu strategi yang dilakukan Sariwangi dalam rangkaian kampanye Sariwangi

Mari Bicara adalah program Sariwangi Mobil Mudik. (www.unilever.co.id).

Teh merupakan minuman kesehatan yang dipercaya memiliki beberapa

manfaat yang baik bagi tubuh, sehingga banyak masyarakat yang mengkonsumsi.

Total konsumsi teh masyarakat Indonesia mengalami peningkatan dalam kurun waktu

3 tahun terakhir. Pada tahun 2009 dan 2010 konsumsi teh masyarakat Indonesia

hanya mencapai 0,2 dan 0,3 kg per tahun. Sedangkan pada tahun 2011 meningkat

(18)

dikarenakan adanya kesadaran masyarakat tentang manfaat dari mengkonsumsi teh,

bagi kesehatan jasmani dan rohani. Beberapa kalangan masyarakat bahkan

menganggap dengan meminum teh dengan merek atau jenis tertentu, menempatkan

posisi status sosial mereka lebih tinggi di dalam masyarakat umum. Tahun 2011 total

produksi teh kering Indonesia mencapai 171.000 ton, meningkat sebesar 9% dari

tahun 2010 yang hanya mencapai 157.000 ton. Pasar untuk teh kering nasional pada

tahun 2010 hanya sebesar 35% dari total produksi, dan sisanya 65% di ekspor ke

berbagai negara. Sedangkan untuk tahun 2011 terjadi peningkatan permintaan teh

untuk pasar lokal sebesar 5% menjadi 40%. (Sirojul Muttaqien, 2011).

Investasi komunikasi PT. Unilever telah memberi Teh Sariwangi identitas

sebagai merek teh celup Indonesia dengan citra aspiratif dan premium. Teh Sariwangi

telah berhasil meremajakan pasar teh daun Indonesia yang mengalami kemerosotan.

Segmen teh celup mengalami peningkatan pangsa pasar dalam 4 tahun terakhir

khususnya karena dorongan konversi yang sangat agresif yang dilakukan oleh

Sariwangi dari teh bungkus ke teh celup. Sejumlah kegiatan dilakukan untuk

meningkatkan penggunaan Teh Sariwangi dengan meningkatkan konsumsi melalui

saat-saat bersama teh, resep, kampanye teh dan kesehatan, dan kegiatan lainnya. Teh

Sariwangi adalah satu-satunya merek teh yang menyatukan kepulauan Indonesia, dan

secara konsisten mengkomunikasikan kehangatan kebersamaan. Salah satu

kegiatannya adalah “Sariwangi lebih dekat lebih hangat” pada tahun 2005. Tahun

(19)

membina keakraban antara anggota keluarga melalui komunikasi yang lebih baik

selama persiapan dan perjalanan mudik dengan fasilitas Mobil Mudik Sariwangi.

Tahun 2006 & 2007 Teh Sariwangi memperoleh ICSA Award (Indonesia Customer

Satisfaction Award) yang diselenggarakan oleh majalah SWA dan Frontier. Tahun

2006 Teh Sariwangi memperoleh penghargaan Packaging Consumer Branding

Award (kategori “emas”) yang diadakan oleh majalah SWA, majalah Mix, Landor,

DM Associates, dan Imago School of Modern Advertising. (www.unilever.co.id).

Tabel 1.1

Daftar Nama Perusahaan Teh Celup di Indonesia

No Nama Perusahaan Merek

Sumber : Marketing dan SWA, 2009 (data diolah)

Dari Tabel 1.1 terlihat, bahwa produsen teh di Indonesia, didominasi oleh

perusahaan besar, yang telah berpengalaman dalam bidang industri teh celup. Selain

itu tingkat persaingan oleh perusahaan-perusahaan relatif cukup kompetitif.

(20)

produksi maupun pemasarannya. Dalam tingkat persaingan yang kompetitif tersebut,

salah satu perusahaan yang dapat mempertahankan eksistensinya adalah PT Unilever

Indonesia, dengan merek dagang Teh Celup Sariwangi. Hal tersebut telah dibuktikan

dengan perolehan peringkat pertama dalam survei ICSA Index tahun 2009, dengan

nilai TSS (hasil jawaban konsumen dalam survei ICSA Index tahun 2009) sebesar

4,478, disusul oleh pesaing utamanya yaitu PT Sinar Sosro dan merek dagang Teh

Sosro, dengan nilai TSS 3,725. Dengan penetapan target dan potensi pasar yang ada,

terlihat bahwa persaingan usaha dalam industri teh celup ini akan kian pesat dan

menuntut perusahaan untuk terus inovatif dan kreatif dalam menarik minat

konsumennya. Selain itu dengan mengetahui tingkat persaingan antar perusahaan teh

celup tersebut, akan memberikan gambaran bagaimana sikap dan kepuasan para

konsumen teh celup dalam memilih produk yang dibeli. Setelah mengetahui sikap

para konsumen dalam proses pembelian produk teh celup, maka informasi tersebut

dapat digunakan perusahaan untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat bagi

produk yang dihasilkannya. (Supriadi, 2009)

PT.Unilever Indonesia Tbk, telah melakukan sejumlah kegiatan untuk

meningkatkan penggunaan Teh Celup Sariwangi dengan meningkatkan konsumsi

melalui kegiatan saat-saat bersama teh, memberikan resep disetiap kemasan,

kampanye teh dan kesehatan di media baik cetak maupun elektronik. Salah satu

(21)

pembelian Teh Celup Sariwangi adalah penggunaan strategi bauran pemasaran yang

meliputi produk, harga, saluran distribusi, dan promosi.

Strategi pemasaran Teh Celup Sariwangi yang dilakukan oleh PT.Unilever

Indonesia Tbk. Akan dipersepsikan oleh konsumen melalui variabel strategi bauran

pemasaran yang terdiri dari produk, seperti kualitas yang ditawarkan rasa, aroma,

warna, merek, dan kemasan produk dengan harga yang relatif murah dan bersaing

antar produsen teh dan strategi distribusi yang mampu menjangkau masyarakat

diseluruh tempat serta didukung komunikasi bisnis dengan konsumen melalui

iklan-iklan pilihan yang mampu menyambungkan komunikasi dengan konsumen secara

efisien.

Di dalam penelitian ini mengambil daerah penelitian di Kp. MUK

Cengkareng. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dalam hal ini

perlu adanya penelitian mengenai: “Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi,

dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi”. Dengan

adanya penelitian ini diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dan pernyataan

mengenai pengaruh produk, harga, distribusi, dan promosi terhadap keputusan

(22)

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah, perumusan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Apakah ada pengaruh produk terhadap keputusan pembelian?

2. Apakah ada pengaruh harga terhadap keputusan pembelian?

3. Apakah ada pengaruh distribusi terhadap keputusan pembelian?

4. Apakah ada pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian?

5. Apakah ada pengaruh produk, harga, distribusi, dan promosi terhadap keputusan

pembelian?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh produk,

harga, distribusi dan promosi terhadap keputusan pembelian Teh Celup Sariwangi

pada konsumen rumah tangga di Kp. MUK Cengkareng.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Untuk peneliti, sebagai sarana untuk menambah wawasan pengetahuan

mengenai pengaruh produk, harga, distribusi dan promosi terhadap keputusan

pembelian.

2. Untuk program study Manajemen jurusan Pemasaran, sebagai tambahan

masukan dalam proses belajar mengajar mengenai produk, harga, distribusi dan

(23)

3. Untuk mahasiswa UIN Jakarta, sebagai tambahan dan masukan wawasan

mengenai pengaruh produk, harga, distribusi dan promosi terhadap keputusan

pembelian.

4. Untuk produsen Teh Celup Sariwangi, sebagai sumber referensi tambahan dalam

rangka meningkatkan dan mengembangkan perusahaan dalam upaya

peningkatan produk, harga, distribusi dan promosi yang berdampak pada

peningkatan keputusan pembelian.

5. Untuk perpustakaan, sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian

selanjutnya mengenai pengaruh produk, harga, distribusi dan promosi terhadap

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PEMASARAN

1. Definisi Pemasaran

Pemasaran menurut Kotler (2007:6). Adalah suatu fungsi organisasi dan

seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan

nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang

menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.

Menurut Mahmud Machfoedz (2010:140). Pemasaran adalah suatu proses

yang diterapkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen

dengan menyediakan produk yaitu barang atau jasa. Konsumen tertentu yang

merupakan sasaran upaya pemasaran disebut pasar sasaran. Sarana pemasaran

yang digunakan meliputi produk, harga produk, dan tempat menjual produk.

Disamping itu, pemasaran juga mencakup metode untuk mengkomunikasikan

informasi ini kepada konsumen yang disebut sebagai komunikasi pemasaran.

Secara kolektif keempat sarana tersebut dijadikan rujukan dan disebut bauran

pemasaran.

2. Bauran Pemasaran

Menurut Mahmud Machfoedz (2010:61). Bauran pemasaran adalah sarana

pemasaran taktis meliputi produk, harga, tempat, dan promosi yang dibaurkan

(25)

dikomunikasikan dengan pasar melalui harga, kemasan dan merek. Untuk

mengkomunikasikan ketiga unsur yang terlekat pada produk tersebut diperlukan

strategi yang tepat agar dapat diterima oleh pasar.

Menurut Kotler (2007:23). Bauran pemasaran adalah perangkat alat

pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya.

Alat-alat ini ada empat kelompok, yaitu: produk (product), harga (price), tempat

(place), dan promosi (promotion).

B. Produk

1. Definisi Produk

Menurut Mahmud Machfoedz (2010:62). Produk adalah barang atau jasa yang

mencerminkan potensi untuk memenuhi rentang kebutuhan konsumen, baik yang

disadari maupun yang tidak disadari. Produk terdiri dari suatu kombinasi fisik dan

elemen jasa atau pelayanan dan keseimbangan antara keduanya secara bervariasi.

Menurut Kotler (2007:4). Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan

ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang

dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat,

properti, organisasi, dan gagasan.

Menurut Kotler (2007:23). Komponen produk dalam bauran pemasaran

adalah: kekeragaman produk, kualitas produk, desain produk, ciri produk, nama

(26)

2. Klasifikasi Produk

Menurut Kotler (2007:6). Daya tahan dan wujud produk dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut daya tahan dan wujudnya yaitu:

a. Barang yang tidak tahan lama.

Adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu

atau beberapa kali penggunaan. Contohnya: Sabun, karena barang-barang ini

dikonsumsi dengan cepat dan sering dibeli, strategi yang tepat adalah

menyediakannya di berbagai lokasi.

b. Barang tahan lama.

Adalah barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah

digunakan berkali-kali. Contohnya: Lemari es, peralatan mesin. Produk tahan

lama biasanya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi,

mempunyai marjin yang lebih tinggi, dan memerlukan lebih banyak garansi

dari penjual.

c. Jasa.

Adalah produk-produk yang tidak berwujud, tidak terpisahkan, dan

mudah habis. Akibatnya, produk ini biasanya memerlukan pengendalian

mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian yang lebih tinggi.

(27)

3. Diferensiasi Produk

Menurut Kotler (2007:9). Supaya dapat diberi merek, produk harus

didiferensiasikan. Produk-produk fisik bervariasi dalam potensi mereka untuk

diferensiasi.

a. Bentuk.

Banyak produk dapat didiferensiasi berdasarkan bentuk, ukuran,

model, atau struktur fisik produk.

b. Fitur.

Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan fitur yang

berbeda-beda yang melengkapi fungsi dasar produk.

c. Mutu Kinerja.

Sebagian besar produk dibangun menurut salah satu dari empat level

kinerja: rendah, rata-rata, tinggi, dan unggul. Mutu kinerja adalah level

berlakunya karakteristik dasar produk.

d. Mutu Kesesuaian.

Pembeli mengharapkan produk memiliki mutu kesesuaian yaitu

tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang diproduksi terhadap

spesifikasi sasaran yang dijanjikan.

e. Daya Tahan.

Ukuran usia yang diharapkan atas beroperasinya produk dalam kondisi

(28)

f. Keandalan.

Pembeli umumnya akan membayar lebih untuk mendapatkan produk

yang lebih andal. Keandalan adalah ukuran probabilitas bahwa produk

tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu.

g. Mudah diperbaiki.

Pembeli memilih produk yang mudah diperbaiki. Kemudahan

diperbaiki adalah ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk ketika

produk itu rusak atau gagal.

h. Gaya.

Menggambarkan penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh

produk itu bagi pembeli. Gaya memiliki keunggulan karena menciptakan

kekhasan yang sulit ditiru.

4. Pengembangan Manfaat Produk

Pengembangan suatu produk meliputi penetapan manfaat yang akan

ditawarkannya. Manfaat ini dikomunikasikan dan disampaikan melalui

karakteristik produk seperti kualitas, ciri, dan desain. Keputusan tentang ciri-ciri

tersebut sangat berpengaruh pada reaksi konsumen terhadap suatu produk

(Mahmud Machfoedz, 2010:62).

a. Kualitas Produk.

Kualitas produk merupakan salah satu sarana positioning penting bagi

(29)

di pasar sasaran. Dalam hal ini, kualitas produk berarti kemampuan suatu

produk untuk melakukan fungsinya, yang meliputi daya tahan, keandalan,

presisi, kemudahan penggunaan, dan perbaikan, serta ciri-ciri lain yang

menunjukkan nilainya. Meskipun beberapa ciri tersebut dapat diukur secara

obyektif, dari sudut pandang pemasaran, kualitas harus diukur menurut

persyaratan persepsi konsumen (Mahmud Machfoedz, 2010:62).

b. Ciri Produk.

Suatu produk dapat ditawarkan dengan berbagai ciri atau

karakteristik. Model sederhana tanpa variasi merupakan titik permulaan.

Perusahaan dapat menciptakan model yang lebih menarik dengan

penambahan beberapa karakteristik. Karakteristik merupakan sarana

kompetitif untuk membedakan produk sebuah perusahaan dari produk buatan

perusahaan lain yang menjadi pesaing. Menjadi produsen pertama yang

memperkenalkan karakteristik baru merupakan suatu cara yang paling efektif

untuk bersaing (Mahmud Machfoedz, 2010:63).

c. Desain Produk.

Cara lain untuk menjadikan suatu produk tampak lebih menarik dapat

dilakukan melalui desain. Desain merupakan konsep yang lebih penting dari

pada bentuk. Bentuk semata mengungkapkan sifat fisik produk yang dapat

dilihat. Bentuk yang mengagumkan dapat menarik perhatian, tapi ini tidak

(30)

digunakan, desainer yang baik di samping mempertimbangkan sifat fisik

produk yang menarik juga menjadikannya mudah digunakan, aman, tidak

mahal untuk penggunaan dan perbaikan, dan sederhana serta ekonomis dalam

biaya produksi dan distribusi (Mahmud Machfoedz, 2010:63).

C. Harga

1. Definisi Harga

Menurut Kotler (2007:77). Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran

yang menghasilkan pendapatan. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang

dimaksudkan perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk atau mereknya.

Sebuah produk yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat menentukan

premium harga dan mendapatkan laba besar.

Menurut Mahmud Machfoedz (2010:69). Harga adalah jumlah uang yang

dikenakan pada produk atau jasa. Definisi harga secara luas ialah jumlah nilai

yang ditukar oleh konsumen untuk memperoleh manfaat kepemilikan atau

penggunaan suatu produk atau jasa. Harga merupakan satu-satunya elemen

bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur lainnya mencerminkan

biaya. Harga juga merupakan salah satu unsur bauran pemasaran yang paling

mudah disesuaikan, harga dapat diubah dengan cepat, pada waktu yang

bersamaan.

Menurut Kotler (2007:23). Komponen harga dalam bauran pemasaran adalah:

(31)

2. Menetapkan Harga

Menurut Kotler (2007:84). Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk

pertama kalinya ketika mengembangkan produk baru. Enam langkah penetapan

harga:

a. Memilih tujuan penetapan harga.

Perusahaan tersebut memutuskan di mana ingin memposisikan

tawaran pasarnya. Makin jelas tujuan suatu perusahaan, makin mudah

menetapkan harga.

b. Menentukan permintaan.

Setiap harga akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda dan

karena itu mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tujuan pemasaran

suatu perusahaan.

c. Memperkirakan biaya.

Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan

perusahaan untuk produknya.

d. Menganalisis biaya, harga dan tawaran pesaing.

Dalam rentang kemungkinan-kemungkinan harga yang ditentukan

permintaan pasar dan biaya perusahaan, perusahaan tersebut harus

memperhitungkan biaya, harga, dan kemungkinan reaksi harga pesaing.

e. Memilih metode penetapan harga.

(32)

f. Memilih harga akhir.

Metode-metode penetapan harga mempersempit ruang gerak yang

harus digunakan perusahaan untuk memilih harga akhirnya. Dalam memilih

harga akhir ini perusahaan tersebut harus mempertimbangkan faktor-faktor

tambahan yang meliputi dampak dari kegiatan pemasaran lain, kebijakan

penetapan harga perusahaan, penetapan harga yang berbagi laba dan resiko,

dan dampak harga terhadap pihak lain.

3. Strategi Penyesuaian Harga

Menurut Kotler (2007:102). Perusahaan-perusahaan biasanya tidak

menetapkan hanya satu harga, melainkan struktur penetapan harga yang

mencerminkan perbedaan dalam permintaan dan biaya geografis, tuntutan segmen

pasar, waktu pembelian, tingkat pemesanan, frekuensi pengiriman, jaminan,

kontrak perbaikan. Berikut strategi penyesuaian harga:

a. Penetapan harga geografis.

Penetapan harga geografis melibatkan perusahaan tersebut

memutuskan bagaimana cara menetapkan harga produknya untuk pelanggan

yang berbeda di lokasi dan negara yang berbeda.

b. Diskon dan potongan harga.

Kebanyakan perusahaan akan menyesuaikan daftar harganya dan

memberikan diskon dan potongan harga untuk pembayaran yang lebih cepat,

(33)

c. Penetapan harga promosi.

Teknik penetapan harga promosi yaitu: penetapan harga pemimpin,

penetapan harga peristiwa khusus, rabat tunai, pembiayaan bunga rendah,

masa pembayaran yang lebih lama, garansi dan kontrak perbaikan, diskon

psikologis.

d. Penetapan harga diskriminatif.

Perusahaan-perusahaan sering menyesuaikan harga dasarnya untuk

mengakomodasi perbedaan pelanggan, produk, lokasi, dan seterusnya.

e. Penetapan harga bauran produk.

Versi produk yang berbeda dikenakan harga yang berbeda, tetapi tidak

sebanding dengan masing-masing biayanya.

4. Pengembangan Metode Penetapan Harga

Menurut Mahmud Machfoedz (2010:74). Metode penetapan harga

berorientasi pasar meliputi:

a. Penetapan harga berorientasi biaya.

Dalam penetapan harga berorientasi biaya, jumlah uang atau

persentase ditambahkan pada biaya produk. Dengan demikian metode ini

melibatkan kalkulasi selisih harga pokok dengan harga jual. Metode

penetapan berorientasi biaya tidak perlu memperhatikan aspek persediaan dan

permintaan, dan tidak pula memperhatikan hubungan dengan kebijaksanaan

(34)

b. Penetapan harga dengan penambahan biaya.

Dalam penetapan harga dengan penambahan biaya, biaya perusahaan

ditentukan dan kemudian sejumlah tertentu uang atau persentase biaya

ditambahkan pada biaya perusahaan untuk menentukan harga.

c. Penetapan harga yang dinaikkan (mark up).

Penjual produk eceran pada umumnya menerapkan metode penetapan

harga mark up. Dalam metode ini, harga produk dinaikkan dengan terlebih

dahulu menambahkan persentase dari biaya, disebut mark up untuk biaya

produk. Meskipun mark up di toko eceran bervariasi dari satu jenis barang ke

jenis lainnya, persentase yang sama biasanya digunakan untuk menetapkan

harga produk dalam kategori produk tunggal.

d. Penetapan harga berorientasi permintaan.

Perusahaan dapat menggunakan penetapan harga berdasarkan berdasar

tingkat permintaan produk. Metode menyebabkan harga tinggi ketika

permintaan atas produk meningkat dan pada waktu permintaan rendah harga

menjadi murah.

e. Penetapan harga berorientasi persaingan.

Perusahaan memperhitungkan biaya laba pihak pesaing. Arti metode

ini menjadi semakin penting jika produk yang bersaing relatif homogen dan

perusahaan melayani pasar yang di dalamnya harga merupakan variabel utama

(35)

D. Distribusi

1. Definisi Distribusi

Menurut Boyd (2000:32). Distribusi adalah himpunan organisasi yang saling

bergantung yang terlibat dalam proses untuk membuat produk atau jasa yang siap

untuk dikonsumsi atau digunakan oleh konsumen atau pengguna industrial.

Menurut Mahmud Machfoedz (2010:86). Distribusi adalah membawa produk

ke pasar sasaran. Membawa produk ke pasar memerlukan serangkaian aktivitas,

aktivitas tersebut adalah penjualan dan pengiriman barang dari produsen ke

konsumen akhir. Saluran distribusi pada umumnya mempunyai perantara

pemasaran, yakni perusahaan penyedia jasa yang secara langsung berhubungan

dengan pembelian atau penjualan produk dari produsen kepada konsumen.

Menurut Kotler (2007:23). Komponen distribusi dalam bauran pemasaran

adalah: Saluran pemasaran, cakupan pasar, pengelompokkan, lokasi, persediaan,

transportasi.

2. Lembaga Saluran Distribusi

Menurut Boyd (2000:36). Terdapat empat kategori besar lembaga saluran

distribusi yaitu:

a. Grosir barang dagang.

Mengambil posisi sebagai pemilik atas barang yang mereka tangani,

terutama menjual kepada pedagang (atau pengecer), konsumen industrial atau

(36)

b. Perantara agen.

Meliputi perwakilan manufaktur dan pialang, juga menjual kepada

pedagang, konsumen industrial dan komersial, tetapi tidak mengambil posisi

sebagai pemilik untuk barang tersebut. Biasanya mengkhususkan diri pada

fungsi penjualan serta mewakili klien perusahaan manufaktur atas dasar

komisi.

c. Pengecer.

Menjual barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir

untuk penggunaan pribadi, bukan bisnis. Biasanya mengambil posisi sebagai

pemilik untuk barang-barang yang mereka tangani, mendapatkan laba dari

perbedaan harga yang dibayar untuk barang tersebut dengan harga yang

diterima dari konsumen.

d. Agen pendukung.

Meliputi agen periklanan, perusahaan riset pemasaran, agen

penagihan, perusahaan pengangkut, mengkhususkan pada satu atau lebih

fungsi pemasaran, bekerja atas dasar bayaran atas jasa untuk membantu

kliennya menjalankan fungsi tersebut secara lebih efektif dan efisien.

3. Tujuan Saluran Distribusi

Menurut Boyd (2000:42). Tujuan saluran distribusi memiliki beberapa tujuan

(37)

a. Menyediakan produk: Salah satu tujuan saluran distribusi adalah menyediakan

produk dipasaran sehingga memudahkan konsumen mendapatkan produk

yang akan dibelinya.

b. Menjamin upaya distribusi yang memadai: Upaya distribusi dilakukan untuk

mendapatkan dukungan distribusi dari anggota-anggota saluran untuk produk

perusahaan, meliputi penggunaan media lokal, penataan dalam toko, serta

kerjasama dalam peristiwa distribusi tertentu.

c. Menyajikan pelayanan konsumen tingkat tinggi: Agar anggota saluran juga

memainkan peran yang sangat penting dalam menyajikan pelayanan pasca

penjualan.

d. Mendapatkan informasi pasar: Informasi pasar sangat dibutuhkan untuk

mendapatkan informasi umpan balik yang cepat dan akurat untuk hal-hal

seperti trend penjualan, tingkat persediaan, serta tindakan pesaing.

e. Efektifitas biaya: Saluran distribusi harus dirancang untuk meminimalkan

biaya yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran perusahaan.

4. Strategi Dasar Saluran Distibusi

Menurut Boyd (2000:45). Untuk barang dan jasa konsumen, pencapaian

tingkat ketersediaan produk yang diinginkan merupakan masalah pemilihan dan

mendapatkan kerjasama dari jumlah outlet eceran yang tepat. Ada tiga strategi,

(38)

a. Distribusi Insentif: Strategi ini menggunakan jumlah pengecer maksimum dan

yang paling tepat untuk produk-produk dengan keterlibatan rendah dan sering

dibeli, seperti permen, minuman ringan, deodoran, dan pisau cukur.

b. Distribusi Eksklusif: Strategi ini hanya mengandalkan satu pengecer atau

penyalur di setiap wilayah geografis tertentu. Cara ini paling tepat ketika

produk merupakan barang khusus atau belanja dengan keterlibatan tinggi.

c. Distribusi Selektif: Yaitu cara ini merupakan penengah dari kedua cara di atas

karena menggunakan lebih dari satu namun tidak semua pengecer di dalam

wilayah geografis tertentu. Strategi ini lebih tepat digunakan untuk

barang-barang belanja. Kebanyakan merek mobil didistribusikan dengan cara ini.

E. Promosi

1. Definisi Promosi

Menurut Kotler (2007:266). Promosi adalah berbagai kumpulan alat-alat

insentif yang sebagian besar berjangka pendek, yang dirancang untuk pembelian

produk atau jasa tertentu dengan lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen atau

pedagang.

Menurut Morissan, MA (2010:16). Promosi adalah kordinasi dari seluruh

upaya yang dimulai dari pihak penjual untuk membangun berbagai saluran

informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu

gagasan.

(39)

penjual atau produsen, yang dapat mengkomunikasikan informasi yang menarik

tentang produk yang ditawarkan penjual atau produsen, baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Menurut Kotler (2007:23). Komponen promosi dalam bauran pemasaran

adalah: Promosi penjualan, periklanan, tenaga penjual, kehumasan atau public

relation, dan pemasaran langsung.

2. Bauran Promosi

Menurut Morissan, MA (2010:17). Bauran promosi mencakup lima elemen,

yaitu: periklanan, pemasaran langsung, promosi penjualan, hubungan masyarakat,

penjualan personal.

a. Periklanan.

Periklanan adalah setiap bentuk komunikasi media masa (TV, radio,

majalah, koran) yang dapat mengirimkan pesan kepada sejumlah besar

kelompok individu pada saat bersamaan, mengenai suatu organisasi, produk,

servis, atau ide.

b. Pemasaran Langsung.

Pemasaran langsung adalah upaya perusahaan atau organisasi untuk

berkomunikasi secara langsung dengan calon pelanggan sasaran dengan

maksud untuk menimbulkan tanggapan atau transaksi penjualan, (Morissan,

(40)

c. Promosi Penjualan.

Promosi penjualan yaitu kegiatan pemasaran yang memberikan nilai

tambah atau insentif kepada tenaga penjualan, distributor, atau konsumen

yang diharapkan dapat meningkatkan penjualan. (Morissan, MA, 2010:25).

d. Hubungan Masyarakat.

Hubungan masyarakat adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan

komunikasi terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar antara suatu

organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Pada intinya senantiasa

berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan

melalui kegiatan-kegiatan yang diharapkan akan muncul suatu dampak yakni

perubahan yang positif. (Morissan, MA, 2010:27).

e. Penjualan Personal.

Penjualan personal adalah suatu bentuk komunikasi langsung antara

seorang penjual dengan calon pembelinya. Dalam hal ini penjual berupaya

untuk membantu atau membujuk calon pembeli untuk membeli produk yang

ditawarkan. (Morissan, MA, 2010:34).

3. Keputusan Utama Promosi

Menurut Kotler (2007:268). Dalam menggunakan promosi, perusahaan harus

(41)

a. Menetapkan tujuan.

Tujuan-tujuan promosi diperoleh dari tujuan promosi yang lebih luas,

yang diperoleh dari tujuan pemasaran yang lebih mendasar yang

dikembangkan untuk produk tersebut.

b. Memilih alat promosi konsumen.

Perencanaan promosi seharusnya memperhitungkan jenis pasar, tujuan

promosi, kondisi persaingan, dan efektivitas biaya. Alat promosi yaitu:

sampel, kupon, paket harga, premium, program frekuensi, hadiah, imbalan

berlangganan, pengujian gratis, garansi produk, promosi bersama, promosi

silang, pajangan dan peragaan.

c. Memilih alat promosi perdagangan.

Produsen menggunakan sejumlah alat promosi perdagangan yaitu:

potongan harga, tunjangan dana, barang gratis.

d. Memilih alat promosi bisnis dan promosi penjualan.

Perusahaan menggunakan alat promosi bisnis dan promosi penjualan,

alat tersebut digunakan untuk mengumpulkan petunjuk bisnis, membuat

pelanggan terkesan dan memberi imbalan kepada mereka, dan memotivasi

tenaga penjualan.

e. Mengembangkan program.

Dalam merencanakan program promosi, pemasar makin

(42)

kondisi agar orang berpartisipasi. Ketiga, memutuskan lamanya promosi.

Keempat, pemasar tersebut harus memilih sarana distribusi.

f. Evaluasi program.

Produsen dapat menggunakan tiga metode, data penjualan, survei

konsumen, dan eksperimen.

4. Fungsi Promosi Dalam Pemasaran

Menurut Mahmud Machfoedz (2010:35). Promosi dapat memenuhi tujuan

komunikasi tertentu yang tidak dapat dicapai dengan teknik lain yaitu:

a. Strategi promosi.

Promosi dapat membuat konsumen yang tidak mengenal suatu produk

jadi mencobanya, dan membujuknya untuk membeli. Demikian fungsi

promosi untuk menarik prospek sehingga menjadi konsumen. Promosi dapat

mendorong produk melalui saluran distribusi dengan menciptakan merek yang

dikenal luas oleh konsumen sepanjang saluran rangkaian pembelian. Tujuan

promosi merupakan tindakan yang menuntut pokok perhatian yaitu dengan

menunjukkan tiga tujuan:

1) Meningkatkan permintaan oleh konsumen rumah tangga atau industri.

2) Meningkatkan volume pemasaran oleh penyalur.

3) Melengkapi dan mengkordinir aktivitas periklanan, personal selling, dan

(43)

b. Tujuan promosi.

Promosi dimaksudkan untuk mengubah perilaku konsumen, yaitu:

1) Membangun citra merek.

Membangun citra produk melalui merek memerlukan jangka waktu

yang panjang. Promosi, dalam bentuk harga obral, premi, kupon, atau

dalam bentuk insentif lain yang saling berhubungan, lebih cepat dari pada

periklanan. Setiap ide promosi harus dipertimbangkan bukan hanya untuk

meningkatkan titik awal, melainkan membangun hubungan dan

menunjukkan ciri khas merek.

2) Pengenalan produk baru.

Periklanan dan promosi dapat diterapkan bersama-sama pada

pengenalan produk dan jasa baru. Untuk menunjukkan strategi promosi

dalam pengenalan produk baru, tantangan pertama adalah menumbuhkan

kepercayaan kepada produk. Tantangan tersebut diperlukan kekuatan

periklanan yang nyata. Tindakan tersebut akan lebih sempurna apabila

periklanan dipadukan promosi yang sesuai, agar merek yang

diperkenalkan jadi lebih menarik. Selain diperkenalkan, produk baru harus

ditawarkan keunggulannya dibandingkan produk pesaing, untuk membuka

(44)

F. Keputusan Pembelian

1. Faktor-faktor Dalam Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2007:214). Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh

faktor-faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Yang mempunyai pengaruh

paling luas dan paling dalam adalah faktor-faktor budaya.

a. Faktor budaya.

Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku

pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar.

Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah

geografis. Ketika subkultur menjadi besar dan cukup makmur, perusahaan

sering merancang program pemasaran secara khusus untuk melayani mereka.

Pemasaran lintas budaya muncul dari riset pemasaran yang cermat, yang

menyingkap bahwa relung etnis dan demografik yang berbeda tidak selalu

menanggapi dengan baik iklan pasar massal.

b. Faktor sosial.

Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh

faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.

(Kotler, 2007:217).

1) Kelompok acuan.

Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang

(45)

dinamakan kelompok keanggotaan, seperti keluarga, teman, tetangga, dan

rekan kerja yang berinteraksi secara terus menerus. Kelompok tidak

langsung seperti keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan, yang

membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin.

2) Keluarga.

Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling

penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok

acuan primer yang paling berpengaruh. Keluarga orientasi terdiri dari

orang tua dan saudara kandung yang mendapatkan orientasi atas agama,

politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri, dan cinta. Pengaruh

yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah

keluarga prokreasi yaitu, pasangan dan anak seseorang. (Kotler,

2007:219).

3) Peran dan status sosial.

Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya,

keluarga, klub, organisasi. Kedudukan orang itu di masing-masing

kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran

meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang,

masing-masing peran menghasilkan status. (Kotler, 2007:221).

c. Faktor pribadi.

(46)

keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta nilai dan gaya hidup

pembeli. (Kotler, 2007:222).

d. Faktor psikologis.

Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik

konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan pembelian. Tugas

pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen

antara datangnya rangsangan pemasaran luar dan keputusan pembelian akhir.

Empat proses psikologis penting yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, dan

memori, secara fundamental memengaruhi tanggapan konsumen terhadap

berbagai rangsangan pemasaran. (Kotler, 2007:226).

2. Proses Pembelian Konsumen.

Proses psikologis dasar ini memainkan peran penting dalam memahami

bagaimana konsumen secara aktual mengambil keputusan pembelian. (Kotler,

2007:234).

Gambar 2.1

Proses Pengambilan Keputusan

a. Pengenalan masalah.

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau

(47)

eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu

kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah

konsumen. (Kotler, 2007:235).

b. Pencarian informasi.

Konsumen yang terangsang akan kebutuhannya akan terdorong untuk

mencari informasi yang lebih banyak. Ada dua level rangsangan. Situasi

pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada

level ini orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada

level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif mencari informasi, mencari

bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari

produk tertentu. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat

kelompok berikut ini: (Kotler, 2007:235).

1) Sumber pribadi: Keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2) Sumber komersial: Iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan ditoko.

3) Sumber publik: Media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.

4) Sumber pengalaman: Penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.

c. Mengevaluasi alternatif.

Beberapa konsep dasar dalam memahami proses evaluasi konsumen:

pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen

mencari manfaat tertentu dari solusi produk atau jasa. Ketiga, konsumen

(48)

kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan

untuk memuaskan kebutuhan itu. (Kotler, 2007:237).

d. Keputusan Pembelian.

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas

merek-merek yang ada didalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga

membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Namun dua faktor

berikut dapat berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor

pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain, mengurangi

alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu:

1) Intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai

konsumen.

2) Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin gencar

sikap negatif orang lain, konsumen akan semakin mengubah niat

pembeliannya, keadaan sebaliknya juga berlaku. (Kotler, 2007:242).

e. Perilaku Pasca Pembelian.

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan

atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika

produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian,

tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian. (Kotler,

(49)

G. Penelitian Terdahulu

Menurut Praba Sulistyawati (Tahun 2009) yang berjudul : Analisis Pengaruh

Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Laptop Merek

Acer Di Kota Semarang.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Variabel kualitas produk memiliki pengaruh lebih besar terhadap keputusan

pembelian konsumen dibandingkan variabel citra merek dengan hasil regresi

sebesar 0,559. Selanjutnya pengaruh variabel lainnya citra merek adalah sebesar

0,250.

2. Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa citra merek (X1) berpengaruh

positif terhadap keputusan pembelian (Y), telah terbukti kebenarannya. Hal ini

berarti citra merek merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong konsumen

untuk melakukan pembelian produk laptop merek Acer.

3. Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa kualitas produk (X2) berpengaruh

positif terhadap keputusan pembelian (Y), telah terbukti kebenarannya. Hal ini

berarti kualitas produk merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong

konsumen untuk melakukan pembelian produk laptop merek Acer.

Menurut I Gusti Ngurah Jaya Agung Widagda K. (Tahun 2006) yang

berjudul: Analisis Orientasi Perusahaan Dan Strategi Bauran Pemasaran Eksportir Di

(50)

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Strategi produk, telah memiliki divisi quality controll dan bagian riset dan

pengembangan R/D sendiri yang mampu mendesain, warna yang menarik, dan

sesuai dengan trend di negara pasar sasarannya.

2. Strategi harga, mampu menetapkan harga premium di atas harga pesaing akibat

kualitas produk yang tinggi dan pembungkusan/packaging yang sangat baik.

3. Strategi distribusi, langsung ke buyer di luar negeri atau melalui broker dan

retailer besar yang memiliki jaringan toko-toko yang cukup luas.

4. Strategi promosi dengan membuat atau mengirim katalog bergambar, brosur,

iklan, pameran, dan pemasaran lewat internet. Hal itu merupakan suatu usaha

untuk maju yang sangat signifikan.

Menurut I Gusti Ayu Ketut Sri Ardani (Tahun 2007) yang berjudul : Pengaruh

Strategi Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Pada Toko Cendera

Mata Di Objek Wisata Tanah Lot, Kabupaten Tabanan.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Secara individual terdapat tiga variabel X yang menunjukkan adanya korelasi

yang nyata terhadap variabel penjualan suvenir (Y), yaitu variabel produk (X1),

(51)

2. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara simultan

keempat variabel X berpengaruh signifikan terhadap variabel (Y) dengan nilai F

hitung sebesar 6,67.

3. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel produk (X1),

harga (X2), dan promosi (X4), secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

(52)

H. Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat

disusun sebuah kerangka pemikiran teoritis seperti yang disaji dalam gambar berikut:

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Teoritis

Produk (X1) Harga (X2) Distribusi (X3) Promosi (X4)

Keputusan Pembelian (Y)

Uji Validitas dan Reliabilitas

Analisis Regresi Berganda

(53)

I. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel produk, harga,

distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian secara parsial.

2. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel produk, harga, distribusi,

dan promosi terhadap keputusan pembelian secara parsial.

3. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel produk, harga,

distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian secara simultan.

4. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel produk, harga, distribusi,

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Obyek penelitian ini adalah para konsumen Teh Celup Sariwangi di Kp. MUK

Cengkareng, tujuannya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh produk, harga,

distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian. Waktu penelitian dilaksanakan

selama 5 (lima) bulan, dimulai dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Mei

2013.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik

convenience sampling yaitu sampel berdasarkan kemudahan dan metode ini dapat

memilih dari elemen populasi yang datanya berlimpah, tidak terbatas, dan mudah

diperoleh oleh peneliti, sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel

yang paling cepat, mudah, dan murah. (Rosady Ruslan, 2003:158).

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat penelitian ini menggunakan dua macam

data yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer.

Menurut Rosady Ruslan, (2003:29). Data primer merupakan data yang

diperoleh secara langsung dari obyek penelitian perseorangan, kelompok, dan

(55)

Menurut Rosady Ruslan, (2003:23). Kuesioner merupakan pengumpulan data,

pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dilakukan dengan bentuk

kuesioner lembaran tertulis atau tercetak.

2. Data Sekunder.

Menurut Rosady Ruslan, (2003:30). Data sekunder adalah memperoleh data

dalam bentuk yang sudah jadi melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan

di berbagai organisasi, perusahaan, majalah jurnal, dan perpustakaan.

D. Metode Analisis Data

Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert.

Skala yang sering dipakai dalam penyusunan kuesioner adalah Skala Ordinal atau

sering disebut Skala Likert, yaitu skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban

dengan pilihan sebagai berikut: 1 = Sangat Tidak Setuju. 2 = Tidak Setuju. 3 =

Ragu-ragu atau Netral. 4 = Setuju. 5 = Sangat Setuju. (Ghozali, 2006:41).

Tabel 3.1 Skala Likert

Sangat setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak

Setuju

5 4 3 2 1

1. Uji Validitas dan Reliabilitas.

a. Uji Validitas.

(56)

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini

menggunakan dengan cara menghitung korelasi antar skor masing-masing

butir pertanyaan dengan total skor. Uji validitas ini menggunakan program

SPSS Ver 17.0. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka

butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas.

Menurut Ghozali, (2006:42). Instrumen dikatakan reliabel apabila

terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas digunakan untuk

mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan

sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Uji

reliabilitas ini menggunakan program SPSS Ver 17.0 dengan uji statistik

Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Cronbach Alpha(α) > 0,60.

2. Uji Asumsi Klasik.

a. Uji Normalitas.

Menurut Ghozali, (2006:110). Uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

(57)

uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara

untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu

dengan analisis grafik dan uji statistik. Salah satu cara termudah untuk melihat

normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang

membandingkan antara data observasi dengan distribusi normal. Metode yang

lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal

akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan

dibandingkan dengan garis diagonal. Jika ditribusi data residual normal, maka

garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonalnya.

b. Uji Multikolinieritas.

Menurut Ghozali, (2006:91). Uji multikolinieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel

bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi

diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi,

maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel

independen yang nilai korelasi antara sesama variabel independen sama

dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam

(58)

1) Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat

tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang

tidak mempengaruhi variabel dependen.

2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar

variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas

0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.

3) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan Variance

Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur variabel independen yang terpilih yang tidak

dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai Tolerance yang rendah

sama nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerance). Nilai yang umum

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai

Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus

menentukan tingkat kolinieritas yang masih dapat ditolerir. Misal nilai

Tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95.

c. Uji heteroskedastisitas.

Menurut Ghozali, (2006:105). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu

(59)

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada cara untuk

mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, jika ada pola tertentu,

seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu dan teratur seperti

bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah

terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan jika tidak ada pola yang jelas dan

titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3. Analisis Regresi Berganda.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis regresi berganda, penelitian ini di rancang untuk meneliti

variabel-variabel yang mempengaruhi dari variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat.

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui adakah pengaruh produk, harga,

distribusi, promosi terhadap keputusan pembelian.

Perumusan model analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + €

Keterangan:

Y = Variabel dependen yang diprediksikan (keputusan pembelian).

a = Konstanta.

b1 = koefisien regresi produk.

b2 = koefisien regresi harga.

(60)

X1 = produk.

X2 = harga.

X3 = distribusi.

X4 = promosi.

€ = standar eror.

a. Uji Hipotesis.

1) Uji signifikan parameter individual / parsial (uji statistik t).

Menurut Ghozali, (2006:84). Uji statistik t pada dasarnya

menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Bila t hitung lebih besar dari t tabel atau nilai signifikan lebih

kecil dari 5% (a = 5% = 0,05) maka hal ini menunjukkan bahwa Ho

ditolak yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel bebas (produk, harga, distribusi, promosi) terhadap variabel

terikat (keputusan pembelian) secara parsial.

2) Uji signifikan simultan (uji statistik F).

Menurut Ghozali, (2006:84). Uji statistik F pada dasarnya

menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

Bila nilai F hitung lebih besar dari F tabel atau tingkat signifikannya lebih

(61)

variabel bebas (produk, harga, distribusi, promosi) terhadap variabel

terikat (keputusan pembelian) secara simultan.

b. Koefisien Determinasi.

Menurut Ghozali, (2006:83). Koefisien Determinasi (R²) pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.

Nilai R Square yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Pada penelitian

ini R Square yang digunakan adalah R Square yang sudah disesuaikan

Adjusted (Adjusted R²) karena disesuaikan dengan jumlah variabel yang

digunakan dalam penelitian. Nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila

satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 4 variabel bebas

(independen) yaitu variabel produk (X1), variabel harga (X2), variabel distribusi

(X3), variabel promosi (X4), dan 1 variabel terikat (dependen) variabel keputusan

(62)

Tabel 3.2 Operasional Variabel

No Variabel Sub Variabel Indikator Skala

(63)

No Variabel Sub Variabel Indikator Skala

(64)

No Variabel Sub Variabel Indikator Skala

5. Konsumen merasa senang memakainya, sehingga kecendrungan pembelian ulang Teh Celup Sariwangi.

Gambar

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis
Tabel 3.1 Skala Likert
Tabel 3.2 Operasional Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan garis regresi yang dihasilkan maka dapat dilihat bahwa dari tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang memiliki pengaruh paling besar Efektivitas

Pelatihan tersebut dilaksanakan di Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur, Strategi yang terakhir mengenai peningkatan jaringan inovasi berupa pihak-pihak pendukung

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Oleh karena itu, media sosial tidak terlalu memberikan pengaruh buruk terhadap nilai yang terkandung dalam Pancasila pada generasi Z karena media sosial digunakan

hutan.Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi pengetahuan lokal masyarakat Kerinci tentang tumbuhan dan menganalisis tingkat pengatahuan dan retensi etnobotani Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lama pemeraman mempengaruhi sifat organoleptik (rasa, warna, flavor dan kejernihan) dan fisikokimia (kadar alkohol,

 Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 2,09 persen; makanan jadi,

Orang Kristian sejati tidak teragak-agak untuk mengongsi kepercayaan mereka dengan orang lain. Kita harus meniru teladan Yesus dan mem- beritahu semua orang tentang janji-janji