• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis gramatikal terjemahan al-Qur'an terbitan Depag dan PT tiga serangkai pustaka Mandiri : studi kasus surah Yasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis gramatikal terjemahan al-Qur'an terbitan Depag dan PT tiga serangkai pustaka Mandiri : studi kasus surah Yasin"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN ALQURAN

TERBITAN DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI (STUDI KASUS SURAH YASIN)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh:

ERWAN RUSTANDI NIM: 104024000834

Pembimbing,

Drs. H.D Sirojuddin AR, M.Ag.

PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN ALQURAN TERBITAN DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI (STUDI KASUS SURAH YASIN) telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 April 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 2 April 2008

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, M.A. Ahmad Syaekhuddin, M.Ag

NIP: 150 262 446 NIP: 150 303 001

Anggota,

Ahmad Syaekhuddin, M.Ag Drs. H.D Sirojuddin AR, M.Ag.

(3)

ABSTRAK

ERWAN RUSTANDI: ANALISIS GRAMATIKAL TERJAMAHAN

ALQURAN VERSI DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI (STUDI KASUS SURAH YASIN)

Tujuan penulisan skripsi ini adalah menyempurnakan terjemahan Alquran. Lalu, Penulis menganalisis kalimat dan terjemahan ayat-ayat antara versi Departemen Agama dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri yang tidak sesuai dengan Kaidah Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Selain itu, Penulis menyempurnakan terjemahannya dengan terjemahan yang sesuai menurut Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.

Penelitian ini garis besarnya terpokus pada hasil terjemahan. Maksudnya, memperbaiki kalimat terjemahan ayat-ayat Alquran yang kurang efektif. Metode yang dipandang sesuai adalah linguistik dan metode inferensial, yaitu jenis penelitian yang mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa dengan memberikan penilaian secara menyeluruh, luas, dan mendalam dari sudut pandangan ilmu yang relevan.

Data penelitian ini berupa konjungtor, kata depan, klausa, kalimat efektif dalam bahasa Indonesia, dan tanda baca.

Dari hasil analisis terjemahan ayat Alquran kedua versi, baik Departemen Agama maupun PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Penulis dapat menyimpulkan.Pertama,susunan redaksi kedua versi Alquran dan Terjemahnya tersebut sama. Penggunaan konjungtor 'dan' selalu di awal kalimat yang merupakan terjemahan dari

.

Banyak susunan kalimat dari kedua versi
(4)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, data bahasa Arab diberi transliterasi Arab-Latin berdasarkan buku Pedoman Transliterasi Arab-Latin versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Padanan Aksara Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

HURUF ARAB HURUF LATIN KETERANGAN

Tidak dilambangkan

b be

t te

ts te dan es

j je

h h dengan garis di bawah

kh k dan h

d de

dz de dan zet
(5)

z zet

s es

sy es dan ye

s es dengan garis di bawah

d de dengan garis di bawah

t te dengan garis di bawah

z zet dengan garis di bawah

‘ koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha

f ef

q ki

k ka
(6)

m em

n en

w we

ـﻫ

h ha

΄ apstrof

y ye

Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

_

َ◌

__

a Fathah

___ ِ◌

i Kasrah

_ ُ◌

(7)

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

_

َ◌

__

ai a dan i

_

َ◌

__

au a dan u

Vokal Panjang Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan denganharakat dan huruf, yaitu:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

ﺎَـ

â a dengan topi di atas

ﻲِـ

î i dengan topi di atas

ﻮُـ

û u dengan topi di atas

Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu

ﻝﺍ

(8)

maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rikâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda (

)

-,

dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan yang menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddahitu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata

ﹸﺓﺭﻭﺮﻀﻟﺍ

demikian seterusnya. arûrah, d -al melainkan arûrah d -d a ditulis tidak ah t Marbû Ta

terdapat pada kata

ah t ta marbû

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat tersebut diikuti

ah t ta marbû

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika

tersebut

ah t ta marbû

(lihat contoh 2). Namun, jika huruf

(na’t)

ata sifat oleh k

diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

NO KATA ARAB ALIH AKSARA

(9)

2.

ﺔﻴﻣﻼﺳﻻﺍ ﺔﻌﻣﺎﳉﺍ

al-jâmi’ah al-islâmiyyah

3.

ﺩﻮﺟﻮﻟﺍ ﺓﺪﺣﻭ

wahdat al-wujûd

Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri Ghazâlî

-âmid al H

Abû bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: tersebut,

Kindi). -Kindi bukan Al

-Ghazâlî dan al

-âmid Al H

bukan Abû

Beberapa ketentuan lain dalam Ejaan Yang Disempurnakan sebetulnya

juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini. Contoh, ketentuan mengenai huruf catak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judl buku itu ditulis dengan cetak miring, begitu juga dalam alih aksaranya. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Contoh, Abdussamad al-Palimbani, tidak ditulis -Dîn al -Nûr al Raniri, tidak ditulis

-ruddin al Palimbânî; Nu

-amad al S

-‘Abd al

Rânîrî.

(10)

arf) h (

maupun huruf

(ism),

kata benda

(fi’l),

Setiap kata, baik kata kerja

ditulis secara terpisah. Berikut ini adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

KATA ARAB ALIH AKSARA

ﹸﺫﺎﺘﺳﹸﺄﹾﻟﺍ ﺐﻫﹶﺫ

dzahaba al-ustâdzu

ﺮﺟﹶﺄﹾﻟﺍ ﺖﺒﹶﺛ

tsabata al-ajru

ﹸﺔﻳﹺﺮﺼﻌﻟﹾﺍ ﹸﺔﹶﻛﺮﺠﹾﻟﺍ

al-harakah al-‘asriyyah

ﷲﺍ ﹶﺎﹼﻟﹺﺇ ﻪﻟﹺﺇ ﺎﹶﻟ ﹾﻥﹶﺃ ﺪﻬﺷﹶﺃ

asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

ﺢﻟﺎﺼﻟﺍ ﻚﻠﻣ ﺎﻧﺎﹶﻟﻮﻣ

Maulânâ Malik al-Sâlih

ﷲﺍ ﻢﹸﻛﺮﱢﺛﺆﻳ

yu’atstsirukum Allâh

ﹸﺔﻴﻠﹾﻘﻌﹾﻟﺍ ﺮﻫﺎﹶﻈﻤﹾﻟﺍ

al-mazâhiral-‘aqliyyah

ﹸﺔﻴﹺﻧﻮﹶﻜﻟﹾﺍ ﺕﺎﻳﻵﺍ

al-âyât al-kauniyyah

ﻮﹸﻈﺤﻤﹾﻟﺍ ﺢﻴﹺﺒﺗ ﹸﺓﺭﻭﺮﻀﻟﺍ

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis, sehingga skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana sastra Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat Penulis selesaikan.

Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw., keluarganya, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir. Amin!

Dalam kata pengantar ini, Penulis akan mengucapkan terima kasih kepada Dr. H. Abd. Chair, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan Azizi, MA., Ketua Jurusan Tarjamah dan Ahmad Syaekhuddin, M.ag., Sekretaris Jurusan Tarjamah.

Terima kasih banyak juga Penulis ucapkan kepada pembimbing saya Drs. H.D Sirojuddin AR, M.Ag. yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya serta kesabarannya dalam bimbingan; Dr. Sukron Kamil, MA, selaku pembimbing Akademik yang telah mengarahkan, mengajarkan, dan mendidik Penulis selama menjadi mahasiswa.

Ucapan terima kasih kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan mengajarkan Penulis berbagai ilmu pengetahuan bahasa, budaya, dan terjemahan khususnya Moch. Syarif Hidyatullah, M.Hum, yang mengajarkan seluk beluk dunia terjemah. Semoga amal mereka diterima Allah Swt. Amin!

(12)

Mandiri yang telah meberikan ijin kepada Penulis untuk menganalisis Alquran dan Terjemahnya.

Ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada kedua orang tua, Udin Herdiana dan Dede Herlina yang selalu mendoakan Penulis, sehingga penysusunan skripsi ini terasa lebih ringan. Begitu juga, kepada kakak, Ai Nurleni dan adik-adik tercinta Diana Rizki dan Riswan Arif Nurilham yang menjadi penyemangat dalam menapaki dunia ini.

Kepada teman-teman Jurusan Tarjamah Semester VIII, Abdur Rahman, Hafiz, Heri, Luki, Nurikhwan, Amir, Zaki, Anna. Fina, Muna, Munay, Silvi, Nunung, dan Puput atas segala dukungan dan bantuan mereka, khususnya saudara Tatam yang memberi pinjaman buku-buku, sehingga skripsi ini dapat Penulis selesaikan.

Semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi peminat penerjemahan khususnya penerjemahan Alquran. Kurangnya ada, lebihnya pun ada. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi ini. Amin!

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...…i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………...…………..ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN..………...………….iii

KATA PENGANTAR………...….iv

ABSTRAK...vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN...vii

DAFTAR ISI………...viii

BAB I PENDAHULUAN………...…..1

A. Latar Belakang Masalah………...….1

B. Batasan dan Rumusan Masalah………...6

C. Tujuan Penelitian………...……6

D. Manfaat Penelitian…….………...…..7

E. Tinjauan Pustaka………...….7

F. Metodologi Penelitian………...…….10

G. Sistematika Penulisan………...….11

BAB II KERANGKA TEORI………...12

A. Huruf Arab dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia...…………...12

B. Kaidah-kaidah Bahasa Arab Dalam Menerjemahkan Alquran...14

C. Proses Penerjemahan Nas Keagamaan...18

D. Penggunaan Kata Penghubung 'dan'...20

E. Huruf dan Tanda Baca Bahasa Indonesia...24

F. Penulisan Kata...29

G. Diksi Dalam Bahasa Indonesia...34

BAB III SETTING PENELITIAN...………...46

A. Alquran dan Terjemahnya Departemen Agama RI...46

B. Alquran dan Terjemahnya Terbitan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri...47

C.Sekitar Surah Yasin...47

BAB IV ANALISI GRAMATIKAL TERJEMAHAN ALQURAN TERBITAN DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI (STUDI KASUS SURAH YASIN)...51

A. Terjemahan 'waw' di Awal Kalimat...51

B. Terjemahan Innamâ, Laqod, dan Inna...66

C. Evaluasi Alquran dan Terjemahnya Depag dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri...74

D. Alternatif Terjemahan...76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...……….77

A. Kesimpulan...……...….77

B. Saran-saran………...80

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Alquran yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui Jibril merupakan surah kiriman Allah Swt. kepada seluruh umat manusia. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya sebagai berikut:1

ﻙﺭﺎﺒﺗ

ﹰﺍﺮﻳﺬﻧ ﻦﻴِﹶﳌﺎﻌﹾﻠﻟ ﹶﻥﻮﹸﻜﻴﻟ ﻩﺪﺒﻋ ﻰﹶﻠﻋ ﹶﻥﹶﺎﻗﺮﹸﻔﹾﻟﺍ ﹶﻝﺰﻧ ﻯﺬﱠﻟﺍ

"Mahasuci Allah yang telah menurunkan Alfurqan (Alquran) kepada

hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,” (Q.S

al-Furqan [125]: 1)

Dalam penelitian ini Penulis membahas surah Yasin, karena surah inilah yang sering kali dijadikan surah istimewa dan bacaan(tahlil)setiap malam Jumat oleh masyarakat. Karena itu, setelah meneliti dan menelaah bahasa terjemahan versi Indonesia yang terdapat di dalamnya, banyak sekali Penulis temukan tata bahasa Indonesia dalam terjemahan tersebut yang kurang tepat menurut Kaidah Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Mengapa, Penulis mengkritik Alquran dan Terjemahnya yang bersertifikat berbahasa Arab nomor:P.VI/1/TL.02.1/171/2007 terbitan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri dan Alquran dan Terjemahnya yang bersertifikat berbahasa Arab nomor:P.VI/1/TL.02.1/285/2007 terbitan Lajnah Pentashih Mushaf Alquran Departemen Agama RI ?Pertama,kedua Alquran dan Terjemahnya edisi tersebut

1

(15)

baru. Kedua, tanda pengesahan Alquran dan Terjemahnya terbitan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri adalah 13 Agustus 2007 sedangkan terbitan Lajnah Pentashih Mushaf Alquran yang merupakan pusat penyempurnaan Alquran 9 November 2007. Ini berarti ada perbedaan waktu tiga bulan dalam pengeluaran Mushaf Alquran dan Terjemahnya. Oleh karena itu, apakah Lajnah Pentashih Mushaf Alquran menyontek secara redaksi dari Alquran dan Terjemahnya PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri atau sebaliknya. Bahkan, mungkin Alquran dan Terjemahnya PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri ilegal (tidak melalui Pentashih Mushaf Alquran Depag)?

Kita kembali ke masalah surah Yasin. Menurut Dr. Asep Usman Ismail, MA surah Yasin merupakan salah satu surah yang sangat istimewa. Ia disebut sebagai jantung Alquran. Disebut demikian karena surah ini mencakup hampir seluruh isi Alquran. Selain itu, surah ini termasuk surahMakkiyyah2, terdiri dari 83 ayat yang bercerita tentang dua hal.Pertama,menjelaskan manusia, khususnya akhir perjalanan menjelang kematian. Sehingga tak salah, jika surah Yasin diidentikkan dengan kematian.Kedua,berbicara kerasulan atau tugas rasul dalam menghadapi manusia yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang berkarakter membuka diri, ragu, hingga apriori.3

Kata Nabi, sebaik-baik manusia adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya. Alquran sebagai kitab suci telah memberi banyak hal kepada manusia. Alquran telah memberi petunjuk tentang hidup, mengisi ruang kosong di otak dengan ilmu, mengisi ruang hampa dalam kalbu dengan keyakinan yang teguh, dan menawarkan solusi atas problematika kehidupan.

2

maksudnya: diturunkan di Mekah. 3

(16)

Namun, untuk memberi makna bagi hidup dan kehidupan, seseorang tidak cukup dengan membaca Alquran atau menamatkannya berkali-kali. Alquran harus dipahami isinya, pesannya, kandungannya, dan isyarat-isyaratnya. Apabila seseorang salah memahami Alquran dari segala makna yang terdapat di dalamnya maka Alquran sering disalahgunakan untuk berbagai kepentingan.4

Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai masyarakat Islam terbanyak antara negara-negara di dunia. Sekitar 178 juta penduduk, hampir 90% adalah pemeluk agama Islam. Oleh karena itu, kita melihat perhatian pemerintah banyak diarahkan kepada upaya-upaya pembangunan masyarakat untuk mencapai kesejahteraanruhanikeagamaan di samping kesejahteraan lahiriah.

Meskipun warga Negara Indonesia mayoritas memeluk Islam. Namun, tidak seluruhnya mereka mampu membaca tulisan Arab. Oleh karena itu, dalam hal ini mereka selalu menggunakan Alquran dan Terjemahnya dalam memahami isi dan kandungannya.

Kita melihat di toko-toko buku sekarang ini berbagai macam bentuk terjemahan Alquran yang diterbitkan guna membantu orang yang belum bisa membaca Alquran. Orang yang bisa membaca Alquran pun belum tentu mampu memahami isi dan kandungannya. Oleh sebab itu, mereka juga selalu menggunakan Alquran dan Terjemahnya.

Namun, ironisnya banyak penerbit-penerbit yang liar yang menerbitkan Alquran dan Terjemahnya tidak melalui Pentashih Mushaf Alquran5Departemen Agama sehingga banyak hasil terjemahan yang kurang tepat dalam kaidah penulisan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Penulis menemukan Pentashih

4

Didin Saefuddin Buchari,Pedoman Memahami Kandungan Alquran, (Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005), h. 13

5

(17)

Mushaf Alquran pun banyak yang kurang tepat dalam bahasa sasaran (Bahasa

Indonesia) yang disempurnakan khususnya pemakaian kata depan, kata

sambung, dan tanda baca serta redaksi yang berlebihan.

Bagi mereka yang awam dalam bahasa Arab, adanya terjemahan jelas sangat membantu sekali dalam memahami makna dan maksud Alquran. Namun, pertanyaan yang kemudian muncul, "Apakah banyaknya terjemahan Alquran dengan berbagai penerbit sudah baik atau masih janggal dalam pengalihannya ke bahasa sasaran sehingga pembaca (hasil wawancara bersama mahsiswa UIN)

Alquran bukannya mengerti akan kandungan dan makna Alquran itu sendiri. Akan tetapi, malah membingungkan?

Kalimat terjemahan ayat-ayat Alquran di bawah ini pun kurang efektif karena adanya perbedaan-perbedaan dalam bahasa sasaran. Penulis akan sebutkan beberapa contoh kalimat terjemahan yang kurang tepat dalam bahasa sasaran, di antaranya: terjemahan 'waw' (dan) yang tidak sesuai dengan Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia

ﺎﻨﹾﻠﻌﺟﻭ

ﻦﻣ

ﻦﻴﺑ

ﻢﹺﻬﻳﺪﻳﹶﺃ

ﺍﺪﺳ

ﻭ

ﻦﻣ

ﻢﹺﻬﻔﹾﻠﺧ

ﺍﺪﺳ

ﻢﻫﺎﻨﻴﺸﹾﻏﹶﺄﹶﻓ

ﻢﻬﹶﻓ

ﺎﹶﻟ

ﺼﺒﻳ

ﹶﻥﻭﺮ

Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat

melihat.(PT Tiga Serangkai)

Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat

(18)

Dari contoh ayat di atas baik PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri maupun Departemen Agama sama-sama meletakan konjungtor 'dan'dari terjemahan

di

awal kalimat,padahal dalam Tata Baku Bahasa Indonesia konjungtor 'dan'tidak boleh di awal kalimat. Apabila penerjemah membuang kata-kata dalam bahasa sumber (Bsu) tidak mengurangi makna ketika dialihkan ke dalam bahasa sasaran (Bsa) maka itu boleh.

Oleh karena itu, penerjemah dituntut untuk memahami kaidah-kaidah penulisan bahasa sumber dan bahasa sasaran. Menerjemahkan bukan memindahkan atau mengganti kata demi kata, melainkan memindahkan pesan, pikiran atau amanat. 6 Az-Zarqaniy mendefinisikan penerjemahan sebagai "memindahkan kalimat bahasa sumber ke bahasa penerima"7

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi dasar dalam melakukan penelitian ini ialah penerjemahan dalam pengertian pemindahan makna dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) sebagai cara yang dapat diandalkan, bukan penerjemahan kata demi kata. Untuk memindahkan makna tersebut dibutuhkan kalimat-kalimat terjemahan efektif dalam bahasa sasaran.

Berdasarkan pemikiran di atas, Penulis membahas skripsi ini dengan judul: Analisis Gramatikal Terjemahan Alquran Terbitan Depag dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri (Studi Kasus Surah Yasin)

6

Ismail Lubis,Op.cit., hal 27

7

(19)

B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Agar penelitian dapat terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan hasil terjemahan Alquran maka Penulis dalam membandingkan hasil terjemahan Alquran terbitan Depag RI dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri hanya sebatas pada hasil terjemahannya (bahasa Indonesia) saja bukan teks Arabnya, karena menurut Penulis dalam kedua penerbit tersebut ada kaidah-kaidah bahasa sasaran yang kurang tepat penggunaannya.

Dengan demikian, Penulis merumuskan masalah ini dengan bentuk pertanyaan yang akan dijawab setelah melalui telaah mendalam. Bentuk pertanyaanya adalah:

1. Dilihat dari sisi gramatikal kedua Alquran dan Terjemahnya tersebut, manakah yang paling sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan?

2. Kalau kedua Alquran dan Terjemahnya tersebut tidak ada yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan, perlukah Alquran dan Terjemahnya yang sekarang direvisi bahasa sasarannya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tanpa ada tujuan yang jelas, penelitian akan sia-sia. Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui 'Alquran dan Terjemahnya' terbitan manakah yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan.

(20)

D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bertujuan:

1. Memperbaiki penerjemahan yang salah menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang terdapat dalam Alquran dan Terjemahnya terbitan Lajnah Pentashih Mushaf Alquran dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri;

2. Untuk menggugah para penerjemah Alquran akan pentingnya penguasaan bahasa Indonesia dalam kegiatan penerjemahan Alquran ke bahasa Indonesia;

3. Agar dapat dijadikan suatu gambaran sebagai bahan penerjemahan yang menyangkut keahlian dalam memilih kata yang tepat dan cocok dari segi maksud;

4. Untuk disadari bahwa dalam menerjemahkan susunan kalimat bahasa sasaran (BSa) tidak harus sama dengan susunan kalimat bahasa sumber (BSu). Sebisa mungkin bahasa sasaran lebih sempurna dibandingkan dengan bahasa sumber sehingga akan terasa bukan lagi sebagai hasil terjemahan. Sekiranya pendapat ini bisa diterima sebagai suatu hal yang harus diterapkan dalam karya terjemahan. Selain itu, Penulis mengharapkan agar pendapat ini dapat dipertimbangkan dan menjadi kerangka teori penerjemahan Alquran.

E. TINJAUAN PUSTAKA

(21)

Adapun sumber-sumber buku yang Penulis gunakan adalah sebagai berikut: 1) Sumber primer, meliputi:

a) Buku-buku yang khusus membahas penerjemahan Alquran dan penafsirannya, seperti Pedoman Memahami Alquran oleh Didin Saefuddin Buchari, Alquran dari Masa ke Masa oleh H. Munawar Chalil, Alquran Kitab Sastra Terbesar oleh Dr. phil. M. Nur Kholis Setiwan, The History of The Quranic Text From Revelation To

Compilationoleh Prof. Dr. M.M. Al-A'zami.

b) Buku-buku khusus tentang penerjemahan, seperti Pedoman Bagi

Penerjemah oleh Rochayah Machali, Learn The Language of The

Holy Qur'an oleh Dr. Abdullah Abbas Nadwi, Panduan Terjemahan

oleh Drs. Moh. Mansyur dan Kustiawan S.Ag., Menjadi Penerjemah,

(metode dan wawasan menerjemah teks Arab) oleh Ibnu Burdah,

Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia 1 dan 2 oleh Dr. H. Rofi'i,

Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan oleh Moch. Syarif

Hidayatullah, M. Hum.

c) Buku-buku tata bahasa arab, sepertiMulakhkhas Qawâid Lugah

al-Arabiah oleh Fuad Ni'mah,Jâmi'u ad-Durus al-Arabiaholeh Mustafa

al-Galayeiniy, Jadwal as-Shrof oleh Hasyim Ismai, Jadwal al-Huruf

oleh Hasyim Ismai,an-Nahwu al-Asasioleh Dr. Muhammad Hamasah Abdul Latif, dkk, al-Balâghah al-Wâdhihah oleh Ali Al-Jarim dan Musthafa Usman,Ilmu al-DilâlahDr. Ahmad Mukhtar Umar.

d) Buku-buku tata bahasa Indonesia, seperti Pesona Bahasa (langkah

(22)

oleh Prof. Dr. Gorys Keraf,Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakanpenerbit CV. Pustaka Setia,Tata Bahasa Praktis

Bahasa Indonesia oleh Abdul Chaer, Menulis Secara Populer oleh

Ismail Marahimin, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, penyunting Anton M. Moeliono, Diksi dan Gaya Bahasa oleh Gorys Keraf, Seni

Memilih Kata oleh Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.,Kajian Wacana

oleh Mulyana, M.Hum.,Dimensi-dimensi Kebahasaan (aneka masalah

bahasa Indonesia terkini) oleh Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum,

Pengajaran Gaya Bahasa oleh Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan,

Agrumentasi dan Narasioleh Goyrs Keraf.

e) Buku-buku kamus, seperti Mu'jam al-Musthalahât al-Ilmiah oleh Mahmud Abdul ar-Rahman al-Bari, dkk, Al-Maurid: A Modern

English-Arabic oleh Ba'albakiy, Kamus al-Munawwir

(Arab-Indonesia) oleh Ahmad Warson Almunawwir, Kamus Kontemporer

Arab-Indonesia oleh Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdlor, A Dictionary

of Modern Written Arabic oleh Hans Wehr, Kamus Mufrad-Jama'

(Arab-Indonesia)oleh Romdoni Muslim, S.Ag., Kamus Besar Bahasa

Indonesia oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, Tesaurus Bahasa Indonesia oleh Eko Endarmoko, Kamus Linguistikoleh Harimurti Kridaklasana.

2) Sumber sekunder, meliputi:

(23)

Terjemahnya 2007 penerbit PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,

Alquran dan Terjemahnya2007 Lajnah Pentashih Mushaf Alquran

Buku-buku teknik penulisan ilmiah, sepertiPedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, Tesis, dan Disertasi) oleh Hamid Nasuhi, dkk, Pengantar

Metodologi Penelitian, Buku Panduan Mahasiswa oleh Drs. Hermawan

Wasito.

F. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini garis besarnya terfokus pada hasil terjemahan. Maksudnya, memperbaiki kalimat terjemahan ayat-ayat Alquran yang kurang efektif. Metode yang dipandang sesuai adalah linguistik dan metode inferensial, yaitu jenis penelitian yang mengungkapkan suatu maslah, keadaan atau peristiwa dengan memberikan penilaian secara menyeluruh, luas, dan mendalam dari sudut pandang ilmu yang relevan.8Penetapan unsur-unsur kalimat terjemahan efektif didasarkan atas buku "Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia", kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan, dan telaah bahasa secara ilmiah.

Sedangkan dalam pencarian data, Penulis melakukannya dengan membaca dan menelaah surah Yasin, baik Alquran dan Terjemahnya terbitan Lajnah Pentashih Mushaf Alquran maupun PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Selain itu, Penulis menggunakan sumber-sumber sekunder, yaitu wawancara dengan pakar, majalah, surat kabar, internet, dan lain-lain. Penulis menggunakan kajian pustaka (library reseach). Secara teknis penulisan ini didasarkan pada buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi, UIN Syarif Hidayatullah

8

(24)

Jakarta, 2007. Sedangkan dalam penulisan kata serapan, Penulis merujuk pada

Kamus Besar Bahasa Indonesia Terbitan Balai Pustaka edisi III.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Agar penulisan dapat terarah dan sistematis, langkah-langkah yang Penulis tempuh adalah sebagai berikut:

Bab I:Pendahuluan. Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II: Kerangka Teori. Bab ini membahas Huruf Arab dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia, Kaidah-kaidah Bahasa Arab Dalam Menerjemahkan Alquran, Proses Penerjemahan Nas Alquran, Penggunaan Kata Penghubung 'dan', Huruf dan Tanda Baca Bahasa Indonesia, Penulisan Kata, dan Diksi Dalam Bahasa Indonesia.

Bab III: Setting Penelitian. Dalam bab ini Penulis menerangkan Alquran dan Terjemahnya Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya Terbitan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, dan Sekitar Surah Yasin.

Bab IV: Kritik Gramatikal Terjemahan Alquran Terbitan Depag dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri (Studi Kasus Surah Yasin), Terjemahan 'waw' di Awal Kalimat, Evaluasi Alquran dan Terjemahnya Depag dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, dan Alternatif Terjemahan.

(25)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. HURUF ARAB DAN PADANANYA DALAM BAHASA INDONESIA Sebagai landasan untuk melangkah ke bab VI, yaitu Kritik Gramatikal Alquran dan Terjemahnya versi Depag dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri studi kasus surah Yasin Penulis akan menguraikan tabel yang memuat huruf-huruf Arab dan padananya dalam bahasa Indonesia. Antara lain:

Tabel: 1(

ﻒﻄﻋ ﻑﺮﺣ

/ kata sambung)

HURUF ARAB FUNGSI PADANANNYA DALAM

BAHASA INDONESIA

kata sambung

dengan, dan, sedangkan, tak ada padanannya.

kata sambung kemudian

kata sambung lalu, kemudian, selanjutnya.

ﻭﺃ

kata sambung atau

ﻡﺃ

idem atau, padahal

ﻞﺑ

idem,

pengingkaran

sedangkan, tapi, tidak (negatif)

ﻦﻜﻟ

kata sambung, pengingkaran, kata

penghubung

[image:25.612.133.541.164.695.2]
(26)

kata sambung negatif

tidak, bukan

Sumber: Diktat Teori dan Permasalahan Terjemahan, karya: Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum

Tabel: 2 (

ﺮﳉﺍ ﻑﻭﺮﺣ

)

HURUF ARAB PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

di, dengan, bersama, sebagian, di atas, kata penguat demi (sumpah)

ﻦﻣ

dari (kata pembatas tempat, waktu) sebagian, di antara, karena dari (keterangan tambahan), kata penguat berarti

ada, menggantikan, di, sebab, karena, tentang.

ﱃﺇ

(kata pembatas tujuan) sampai, bersama, bagi atau

untuk

ﱴﺣ

pembatas tujuan: sampai, hingga

ﻦﻋ

dari, sesudah, di atas, sebab atau alasan (kata pengganti)

ﻰﻠﻋ

di atas, di saat, alasan atau sebab, bersamaan, dari, namun, dengan

di (tempat, waktu) karena, bersama dengan, sampai

seperti (perumpamaan), sebab, di atas (kata penguat) [image:26.612.134.551.37.715.2]
(27)

menjadikan, waktu yang lewat, di, bersama, unutk membuat kalimat perintah, kalimat jawab

+

kata-kata sumpah, demi

ﺬﻨﻣ

+

ﺬﻣ

dari, sejak

ﺏﺭ

sering kali, jarang sekali, boleh jadi

ﻰﻛ

alasan, sebab

Sumber: Diktat Teori dan Permasalahan Terjemahan, karya: Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum

Dalam dua tabel di atas ada beberapa huruf dalam bahasa Arab, ketika

dipadankan dalam bahasa Indonesia menjadi banyak ragamnya. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus pintar dalam menentukan istilah yang dipilih yang sesuai dengan konteks dan melihat kata sebelum dan sesudahnya. Misalnya, huruf

ﻦﻣ

bisa berarti'dari'bisa juga karena dan lain-lain.

B. KAIDAH-KAIDAH BAHASA ARAB DALAM MENERJEMAHKAN ALQURAN

Seorang penerjemah khusunya penerjamah Alquran harus pintar, pandai, dan cermat menguasai kaidah-kaidah bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam menerjamahkan teks suci. Oleh karena itu, ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh seorang penerjemah.

8.1. Redaksi yang bersifat umum (

ﻡﺎﻋ

(28)

مﺎﻋ

adalah lafadz yang mencakup semua anggotanya tanpa ada pembatasan.

Makna umum sendiri mempunyai bentuk kata tertentu sebagai berikut: 8.1.1

ﻞﻛ

(setiap). Contoh,

ﻞﻛ

ﺕﻮﳌﺍ ﺔﻘﺋﺍﺫ ﺲﻔﺗ

(setiap makhuk hidup akan

merasakan kematian). 8.1.2.Lafaz-lafazyang dima'rifahkan dengan'al'

ﻝﺍ

yang bukan

ﺪﻬﻌﻠﻟ ﻝﺍ

('al'untuk menunjukkan bahwa hal tersebut telah disebut). Contoh,

ﻰﻔﻟ ﻥﺎﺴﻧﻹﺍ ﻥﺇ

ﺮﺴﺧ

(Sungguh, manusia berada dalam kerugian)

8.1.3. Isim nakirahdalam konteks,nafyi, nahyi,dansyarat.Contoh,

ﻼـﻓ

ﺞﳊﺍ ﰱ ﻝﺍﺪﺟ ﻻﻭ ﻕﻮﺴﻓ ﻻﻭ ﺚﻓﺭ

/

ﻑﺃ ﺎﻤﳍ ﻞﻘﺗ ﻼﻓ

8.1.4.Isim maushul, seperti

ﺎﻤﻜﻟ ﻑﺃ ﻪﻳﺪﻟﺍﻮﻟ ﻝﺎﻗ ﻯﺬﻟﺍﻭ

8.1.5.Isim syarat,seperti

ﺎﻤ ﻑﻮﻄﻳ ﻥﺃ ﻪﻴﻠﻋ ﺡﺎﻨﺟ ﻼﻓ ﺮﻤﺘﻋﺍ ﻭﺃ ﺖﻴﺒﻟﺍ ﺞﺣ ﻦﻤﻓ

8.1.6. Isim jenisyangdiidhafatkankeisim ma'rifah, seperti

ﻦﻳﺬـﻟﺍ ﺭﺬﺤﻴﻠﻓ

(29)

8.2. Macam-macam 'Amm

8.3.KhasdanMukhasshish

Khas (

ﺹﺎﺧ

) adalah lawan kata 'Amm, karena ia tidak mungkin menghabiskan

semua yang pantas baginya tanpa pembatasan.9 Sedangkan, mukhasshis adalah yang mengkhususkan sesuatu yang umum. Mukhasshis terbagi menjadi dua, (1)

muttasildanmunfasil. Mukhasshis muttasildibagi menjadi empat macam:

8.3.1.Istisna(

ﺀﺎﻨﺜﺘﺳﺍ

),

ﻥﻮﻘﺳﺎﻔﻟﺍ ﻢﻫ ﻚﺌﻟﻭﺃﻭ

;

8.3.2.Sifat(

ﺔﻔﺻ

),

ﻦ ﻢﺘﻠﺧﺩ ﻰﺗﻼﻟﺍ ﻢﻜﺋﺎﺴﻧ ﻦﻣ ﻢﻛﺭﻮﺠﺣ ﰱ ﻰﺗﻼﻟﺍ ﻢﻜﺒﺋﺎﺑﺭﻭ

;

8.3.3.Ghayah(

ﺔﻳﺎﻏ

), /batasa akhir,

ﻥﺮﻬﻄﻳ ﱴﺣ ﻦﻫﻮﺑﺮﻘﺗ ﻻﻭ

;

8.3.4. Badal ba'di min kul(

ﻦﻣ ﺾﻌﺑ ﻝﺪﺑ

ﻞـﻛ

), / kata yang menunjukkan

sebagiannya,

ﻼﻴﺒﺳ ﻪﻴﻟﺇ ﻉﺎﻄﺘﺳﺍ ﻦﻣ ﺖﻴﺒﻟﺍ ﺞﺣ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﷲﻭ

;

9

al-Qattan, 2004: 319 dalamDiktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan,karya Moch. Syarif Hidyatullah

Tiga Macam 'Amm

(30)

Adapun Mukhasshis Munfasil adalah Mukhasshis yang terdapat pada tempat lain baik berupa ayat, hadis, ijma, dan qias. Contoh, ayat

ﻦﺼﺑﺮﺘﻳ ﺕﺎﻘﻠﻄﳌﺍﻭ

ﻦﻬﺴﻔﻧﺄﺑ

ditakhshisoleh ayat

ﻦﻬﻠﲪ ﻦﻌﻀﻳ ﻥﺃ ﻦﻬﻠﺟﺃ ﻝﺎﲪﻷﺍ ﺕﻻﻭﺃﻭ

.

8.4. Dhamir (kata ganti)

Dhamirmemiliki kaidah-kaidah kebahasaan tersendiri yang disimpulkan oleh ahli

bahasa Alquran, hadis nabawi, sumber-sumber asli bahasa Arab, dan perkataan orang Arab yang dapat dijadikan landasan, baik berupa puisi atau prosa. Pada dasarnya dhamir bertujuan untuk memperisngkat perkataan. Menurut Al-Qattan,

dhamir berfungsi untuk menggantikan penyebutan kata-kata yang banyak serta menempati kata-kata itu dengan sempurna tanpa berubah makna yang dimaksud. Kata ganti orang ke tiga memerlukan penjelas, yaitu kata-kata yang

digantikannya. Oleh karena itu, referen harus mendahuluinya agar apa yang dimaksud dapat diketahui lebih dulu. Marji' dhamir adalah lafadz yang telah disebutkan sebelumnya dan harus sesuai dengannya, seperti

ﻪﻨﺑﺍ ﺡﻮﻧ ﻯﺩﺎﻧﻭ

Selain itu, bisa juga yang mendahuluinya mengandung apa yang dimaksud

olehdhamir.Contoh,

ﻯﻮـﻘﺘﻠﻟ ﺏﺮـﻗﺍ ﻮـﻫ ﺍﻮﻟﺪﻋﺍ

.Marji' dhamirkadang-kadang

terletak pada: 8.4.1. Sesudah dhamir itu sendiri dalam pengucapannya bukan

(31)

8.4.2. Sesudah dhamir dalam pengucapannya maupun kedudukannya, seperti dalamdhamir sya'n, dhamir qishah, dhamir ni'madanbi'sa.Contoh,

ﻞـﻗ

ﺪﺣﺃ ﷲﺍ ﻮﻫ

.

.

8.4.3.Marji'bisa dipahami dari konteks kalimat, seperti

ﻥﺎﻓ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﻦﻣ ﻞﻛ

.

8.4.4. Dhamir terkadang kembali kepada lafazd bukan makna, seperti

ﺎﻣﻭ

ﺏﺎﺘﻛ ﰱ ﻻﺇ ﻩﺮﻤﻋ ﻦﻣ ﺺﻘﻨﻳ ﻻﻭ ﺮﻤﻌﻣ ﻦﻣ ﺮﻤﻌﻳ

8.4.5. Kembali ke maknanya, seperti

ﻦﻋ ﻢﻜﻟ ﱭﻃ ﻥﺈﻓ ﺔﻠﳓ ﻦﺎﻗﺪﺻ ﺀﺎﺴﻨﻟﺍﺍﻮﺗﺍﺀ

ﺎﺌﻳﺮﻣ ﺎﺌﻴﻨﻫ ﻩﻮﻠﻜﻓ ﺎﺴﻔﻧ ﻪﻨﻣ ﺀﻲﺷ

C. PROSES PENERJEMAHAN NAS KEAGAMAAN

Proses penerjemahan merupakan rangkaian tindakan oleh penerjemah berdasarkan kualifikasinya dalam mengalihkan makna dan maksud nas sumber ke nas penerima untuk memperoleh terjemahan yang berkualitas. Pada umumnya proses penerjemahan dilakukan melalui empat tahap,

yaitu:10

Pertama,analisis dan pemahaman. Struktur dan pesan dalam nas sumber

dianalisis menurut hubungan struktural dan hubungan semantis antara unsur-unsur sintaksis.

10

(32)

Kedua,transfer. Bahan yang sudah dianalisis dan dipahami diolah secara

mentalistik, lalu dialihkan ke bahasa penerima.

Ketiga, restrukturisasi. Bahan yang sudah diolah disusun kembali agar

makna atau pesan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan gaya bahasa penerima.

Keempat, evaluasi dan revisi. Semua hasil terjemahan dievaluasi. Jika

terdapat kesalahan atau kekeliruan maka perlu dilakukan revisi. Selain itu, R.H. Bathgate(Yunus, 1989: 287-303) mengemukakan tujuh

langkah proses penerjemahan, yaitu:

Pertama, pengakraban. Penerjemah menelusuri hal-hal yang berkaitan

dengan identitas nas yang akan diterjemahkan, seperti pengarang, penerbit, tahun terbit, dan masalah yang dibicarakan di dalamnya.

Kedua, analisis. Penerjemah menganalisis unit-unit yang berbentuk

kalimat, klausa, frase, dan kata.

Ketiga,pemahaman. Penerjemah memahami unit-unit terjemahan dengan

lebih tuntas, menyeluruh, dan rinci.

Keempat, perumusan istilah. Penerjemah mencari istilah-istilah yang

sesuai dengan bahasa penerima, sehingga hasil terjemahan seperti bukan terjemahan.

Kelima,restrukturisasi. Inilah tahap penerjemahan yang paling penting dan

(33)

Keenam, pengecekan. Penerjemah memeriksa kembali hasil

terjemahannya. Pengecekan ini terkait dengan isi, struktur bahasa, tanda baca, dan ejaan.

Ketujuh, pembahasan. Sebelum dipublikasikan, sebaiknya penerjemah

mendiskusikan terlebih dahulu hasil terjemahannya dengan pakar dalam masalah yang diterjemahkan dan pakar bahasa penerima. D. PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG ‘DAN’

Penulis akan menguraikan dengan jelas dan ringkas penggunaan kata penghubung

'dan'yang sesuai dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Masyarakat Indonesia yang terpelajar sering melihat dan mendengar seseorang menuliskan atau mengucapkan kata dan, serta,danatau. Bentuk dan

termasuk kelompok kata hubung atau konjungtor.11Selain itu, bentukdandipakai untuk menyatakan hubungan yang bersifat kesetaraan. Oleh karena itu, bentuk

dan disebut konjungtor koordinatif.12 Konjungtor dan digunakan untuk menyatakan hubungan penambahan. Kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat disebut kata penghubung.13 Contoh,

katadan, karena,danketikadalam kalimat: - Ibudanayah pergi ke Jakarta. - Dia tidak datangkarenatidak diundang. - Negara Republik Indonesia diproklamasikanketikaayah masih kecil. Dilihat dari fungsinya ada dua macam kata penghubung, yaitu:

11

Suroso, dkk., Pernik-pernik Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka, 2006), h. 47 12

ibid.,

13

(34)

D.1. Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara. Kata penghubung setara ini dapat dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang: D.1.1. menggabungkan biasa, yaitu kata penghubungdan, dengan,

serta.

D.1.2. menggabungkan pemilihan, yaitu kata penghubungatau.

D.1.3. menggabungkan pertentangan, yaitu tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya.

D.1.4. menggabungkan pembetulan, yaitu kata penghubung

melinkan, hanya.

D.1.5. menggabungkan penegasan, yaitu kata penghubungbahwa, malah (malahan), lagipula, apalagi, jangankan.

D.1.6. menggabungkan pembatasan, kata penghubung kecuali,

hanya.

D.1.7. menggabungkan pengurutan, yaitu kata penghubung lalu, kemudian, selanjutnya.

D.1.8. menggabungkan penyamaan, yaitu kata penghubung yaitu, yakni, bahwa, adalah, ialah.

D.1.9. menggabungkan penyimpulan, yaitu kata penghubung jadi, karena itu, oleh sebab itu.

D.2. Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang

(35)

D.2.1. menyatakan sebab, yaitu kata penghubung sebab dan

karena.

D.2.2. menyatakan syarat, yaitu kata penghubung kalau, jikalau, jika, bila, apabila,danasal.

D.2.3. menyatakan tujuan, yaitu kata penghubung agar, dan

supaya.

D.2.4. menyatakan waktu, yaitu kata penghubungketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.

D.2.5. menyatakan akibat, yaitu kata penghubungsampai, hingga,

dansehingga.

D.2.6. menyatakan sasaran, yaitu kata penghubunguntukdanguna.

D.2.7. menyatakan perbandingan, yaitu kata penghubung seperti, sebagai,danlaksana.

D.2.8. menyatakan tempat, yaitu kata penghubungtempat.(Rumah

tempatmereka berjudi digerebek polisi)

HURUF ARAB FUNGSI

PADANANNYA DALAM BAHASA

INDONESIA

،ﻻ ،ﻥﺇ ،ﺎـﻣ ،ﻦﻟ ،ﺎﳌ ،ﱂ

ﺕﻻ

Negatif

Belum, tidak akan, tidak

،ﲑﺟ ،ﻞﺟﺃ ،ﻯﺃ ،ﻰﻠﺑ ،ﻢﻌﻧ

،ﻻ ،ﻥﺇ

ﻼﻛ

Harus jawab

(36)

،ﻱﺃ

ﻥﺃ

Huruf penjelas kata sebelumnya

Adapun, bahwa

،ﺎﻣﻮﻟ ،ﻻﻮﻟ ،ﻮﻟ ،ﺎﻣﺫﺇ ،ﻥﺇ

،ﺎﻣﺇ

ﺎﳌ

Huruf syarat

Kalau, jika, andai, kalau tidak, adapun,

sedangkan, ketika, saat.

ﻻﺃ ،ﻻﻮﻟ ،ﺎﻣﻮﻟ ،ﻻﺇ ،ﻼﻫ

Anjuran dan penyesalan Mengapa kamu tidak, apakah kamu tidak

ﻮﻟ ،ﺎﻣﺃ ،ﻻﺃ

Permohonan halus

Alangkah baiknya, sebaiknya, coba

(…mampir)

ﻥ ،ﺪـــﻴﻛﻮﺗ ﻝ ،ﻥﺃ ،ﻥﺇ

،ﺪﻴﻛﻮﺗ

ﺪﻗ

Kata penguat

Sungguh, benar-benar, niscaya, pasti, tentu,

sangat, sekali

+

ﻞﻫ

Introgatif Apakah; apa;

sudahkan

،ﻮﻟ ،ﺖﻴﻟ

ﻞﻫ

Pengandaian Andaikan, jika saja,

kalau saja,

،ﻞﻌﻟ

ﻰﺴﻋ

Harapan Semoga,

mudah-mudahan, mungkin

،ﻙ

ﻥﺎﻛ

Perumpamaan Seperti, bagaikan,
(37)

،ﺎﻳﺍ ،ﺍ ،ﺄﻳ ،ﻯﺃ ،ﺎﻳﺃ

ﺄﻴﻫ

ﺍﻭ

Kata seru/panggil Hai, wahai, ay

Sumber: Diktat Teori dan Permasalahan Terjemahan, karya: Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum

E. HURUF DAN TANDA BACA BAHASA INDONESIA

Dalam hal kesalahan berbahasa ilmiah, kesalahan huruf dan tanda baca sering muncul. Bukan hanya semata-mata salah ketik, kesahan itu, antara lain salah tulis huruf atau salah tulis kata14. Oleh karena itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia

menjadi sumber yang tidak kering-keringnya untuk dapat memastikan huruf atau kata yang benar. Contoh, hakikat bukan hakekat, mengubah bukan merubah, risikobukan resiko,diskriminasibukan deskriminasi, jadwalbukan jadual, jumat

bukanjum'at,dan masih banyak lagi contoh-contoh lain. Sebelum Penulis menguraikan lebih dalam tentang huruf dan tanda baca

dalam bahasa Indonesia, terlebih dahulu Penulis membawa pembaca memahami definisi huruf dan tanda baca. Huruf adalah tanda aksara dl tata tulis yang merupakan anggota abjad

yang melambangkan bunyi bahasa; aksara15. Pengertian huruf sering disamakan dengan pengertian fonem, padahal keduanya berbeda. Huruf adalah gambar atau lambang bunyi (bahasa), sedangkan fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang membedakan makna16.

14

Sugihastuti,Editor Bahasa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 28 15

Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 413

16

(38)

E.1. Penulisan Huruf

Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu, (1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan (2) penulisan huruf miring. e.1.1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital

Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berleku. Kaidah penulisan huruf capital itu adalah sebagai berikut.17 e.1.1.1. sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh, Dia

mengantuk,Apa maksudnya? e.1.1.2. sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh, Adik bertanya,

"Kapan kita pulang?" e.1.1.3. sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan

nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misanya, Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih. Quran, Alkitab, Weda, Islam, dan Kristen. e.1.1.4. sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan

keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh, Mahaputra Yamin, Sultan Hasanudin,Haji Agus Salim,Imam Syafi'I,Nabi Ibrahim. e.1.1.5. sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang

diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Wakil Presiden Yusuf Kala, Profesor Supomo,Gubernur Jakarta. 17

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

(39)

e.1.1.6. sebagau huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh, Amir

Hamzah,DewiSartika,WageRudolf Supratman. e.1.1.7. sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Contoh, bangsaIndonesia, sukuSunda, bahasaArab. e.1.1.8. sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan

peristiwa sejarah. Contoh, tahunHijriah, tarikhMasehi, bulanJuli, bulan Maulid, hariJumat, hariGalungan, hariLebaran,ProklamasiKemerdekaanIndonesia. e.1.1.9. sebagai huruf pertama nama geografi. Contoh, Asia Tenggara,

Banyuwangi,Jakarta,DanauToba,GunungSemeru,JalanDiponegoro. e.1.1.10. sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga

pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti

dan.Contoh,RepublikIndonesia,MajelisPermusyawaratanRakyat,Departemen Agama,Ibu danAnak,Nomor 57,Tahun 2008. e.1.1.11. sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang

terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, PerserikatanBangsa-Bangsa, YayasanIlmu-Ilmu social, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. e.1.1.12. sebagau huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata

ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk,yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh, Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

(40)

e.1.1.13. sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan

sapaan. Contoh, Dr. doctor, M.A master of arts, S.S. sarjana sastra, Tn. tuan e.1.1.14. sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan

seperti bapak, ibu, saudara, kakak, asik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Contoh, "KapanBapak berangkat?" tanya Harto. e.1.1.15. sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Contoh, SudahkahAnda

tahu? SuratAnda telah kami terima. E.2. Pemakain Tanda Baca

ﺀﺎﻄﺧﻷﺍ ﻦﻋ ﺎﻫﺮﺘﻣ ﲔﻟﺎﺘﺳ ﻥﻮﻜﻳ ﻻ ﺎﲟﺭ

(1) Memang Stalin tidak luput dari kesalahan

ﺐﺼﻌﺘﻟﺎﺑ ﻪﻣﺎﺍ ﻰﻠﻋ ﺲﻤﻴﺘﻟﺍ ﺓﺪﻳﺮﺟ ﻞﺳﺍﺮﻣ ﻯﺭﻮﳚﺮﺟ ﺎﻣ ﻯﺪﻟ ﰊﺮﻋ ﺞﺘﺣﺍ

(2) Orang Arab itu berdalih di depan M. Gregory, koresponden surat kabar

Times,yang menuduhnya fanatik.

ﺔﻴﻌﻴﺒﻄﻟﺍ ﺮﻫﺎﻈﳌﺍ ﻦﻣ ﲑﺜﻜﻟﺍ ﺮﻤﻘﻟﺍ ﺭﺰﺟ ﱃﺎﻌﺗ ﷲﺍ ﺐﻫﻭ ﺪﻘﻟ

(3) Sungguh, Allah Swt. menganugrahkan fenomena alam yang melimpah kepada kepulauan Komoro

Selain itu, yang perlu diperhatikan oleh penerjemah adalah tanda baca,

seperti pemakaian huruf kapital, tanda koma, huruf miring, tanda tanya, tanda petik, dan seterusnya. Tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital. Huruf pertama kata yang

(41)

mengawali kalimat, dan sebagainya ditulis dengan huruf yang ukurannya sama dengan huruf lainnya. Pada terjemahan nomor satu, dua, dan tiga tampak bahwa huruf kapital digunakan pada huruf pertama kata yang mengawali kalimat, nama orang, judul surat kabar, nama Tuhan, dan nama geografi. Dalam contoh nomor satu terlihat bahwa tanda koma digunakan untuk

mengapit keterangan tambahan atau aposisi. Tanda ini pun digunakan untuk merinci suatu pernyataan. Dalam bahasa Arab, rincian ini dirangkaikan dengan huruf wawu. Huruf ini cukup dipadanankan dengan tanda koma saja, jangan digunakan katadan secara terus menerus. Wawu ataufa’isti’nafjuga tidak perlu diterjemahkan karena keduanya tidak bermakna. Kedua huruf ini digunakan hanya

littaladzudz (kenikmatan) dalam bertutur dan menulis. Begitu juag dengan

susunan gramatikal Alquran. Sementara itu, pemakaian huruf miring terlihat pada nomor dua. Huruf ini

digunakan untuk mengutip judul buku, majalah, dan surat kabar serta menunjukkan istilah, kata asing, dan kata yang diperkatakan. Pada terjemahan Alquran, hal ini sering diabaikan. Istilah-istilah agama yang belum dikenal ditulis dengan huruf biasa, tidak dibedakan dengan huruf lain. Begitu juag tanda petik digunakan pada petikan langsung. Namun,

sebelumnya perlu diberi tanda koma, bukan tanda titik dua (:) seperti yang tampak pada terjemahan Alquran. Nas bahasa Arab klasik jarang sekali menggunakan tanda baca, sehingga

(42)

lisânil ‘arab yang diterjemahkan dengan dan pada tuturan orang Arab

dikemukakan…,padahallisânil ‘arab merupakan judl kamus sehingga tidak perlu

diterjemahkan, tetapi dialihkan. Kelangkaan tanda baca dan tidak adanya perbedaan huruf membuat

penerjemahan bahasa Arab lebih sulit daripada penerjemahan bahasa lain yang ditulis dengan huruf latin. Dari uraian di atas dapat Penulis simpulkan bahwa masalah penerjemahan

Arab-Indonesia yang lazim dijumpai adalah berkenaan dengan adanya gejala interferensi pada terjemahan, kenisbian dan keterbatasan teori penerjemahan, kesulitan dalam mencari padanan makna bagi kosa kata agama dan kebudayaan, keragaman pedoman transliterasi Arab-Indonesia, dan perbedaan grafologis antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Akan tetapi, masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggali teori,

menguasai bahasa Indonesia, berdiskusi dengan pakar terjemah, dan berlatih menerjemahkan nas dengan berbagai topik dan jenis secara sungguh-sungguh. F. PENULISAN KATA

Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata ulang, dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya mendapat awalan atau akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan saja.18 Contohnya,

18

(43)

BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU

di didik didik

ke sampingkan kesampingkan

bertandatangan bertanda tangan

Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata

turunannya harus dituliskan serangkai. Contohnya,

BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU

menghancur leburkan menghancurleburkan

dianak-tirikan dianaktirikan

kesimpang siuran kesimpangsiuran

Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Oleh karena itu, kata ulang tidak hanya berupa pengulangan kata dasar dan sebagian lagi kata turunan, mungkin pula pengulangan kata itu sekaligus mendapat awalan dan akhiran. Kemungkinan yang lain, salah satu bagiannya adalah bentuk yang dianggap berasal dari kata dasar yang sama dengan ubahan bunyi. Mungkin pula, bagian itu sudah agak jauh berbeda dari bentuk dasar. Namun, apabila ditinjau dari maknanya, keseluruhan itu menyatakan perulangan.19

19

(44)

Contoh,

BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU

jalan2 jalan-jalan

di-besar2-kan dibesar-besarkan

berkejar kejaran berkejar-kejaran

Gabungan kata termasuk yang lazim disebut kata majemuk

bagian-bagiannya dituliskan terpisah. Contohnya,

BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU

tatabahasa tata bahasa

kerjasama kerja sama

rumahsakit umum rumah sakit umum

keretaapicepat kereta api cepat

orangtua orang tua

Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai. Contohnya,

BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU

mana kala manakala

barang kali barangkali

halal bihalal halalbihalal

(45)

sapu tanagn saputangan

Namun, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu

kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu harus dituliskan serangkai dengan unsur lainnya.

Contohnya,

BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU

a moral amoral

ekstra kurikuler ekstrakurikuler

antar warga antar warga

non migas nonmigas

semi final semifinal

Catatan:20  Bila bentuk tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di

antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya, non-RRC pan-Islamisme

 Unsurmahadanperidalam gabungan kata ditulis serangkai dengan unsur berikutnya, yang berupa kata dasar. Akan tetapi, jika diikuti kata berimbuhan, kata maha dan peri itu ditulis terpisah. Sementara itu, ada ketentuan khusus, yaitu kata maha yang diikuti oleh esa ditulis terpisah walaupun diikuti kata dasar.

Misalnya,

20

(46)

•SemogaYang Mahakuasamerahmati kita semua.

•Jika Tuhan Yang Maha Esa mengizinkan, saya akan ujian sarjana bulan depan.

•Segala tindakan kita harus berdasarkanperikemanusiaandanperi keadilan.

Kata ganti kudan kau -yang ada hubungannya denagnakudan engkau–

ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kata ganti ku, mu, dan nya -yang ada hubungannya dengan aku, kamu, dan dia – ditulis serangkai dengan yang mendahulinya.

Misalnya,

•Pikiranmudan kata-katamuberguna unutk memajukan negeri ini.

•Apa yangkulakukan bolehkaukritik.

Kata depan, di, ke, dandari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali jika berupa gabungan kata yang sudah diangkap padu benar, sepertikepadadandaripada.

Misalnya,

•Saya pergikeperpustakaan untuk membaca buku.

•Semoga perekonomian kita pada masa yang akan datang lebih cerah

daripadakeadaan tahun-tahun yang lalu.

(47)

maupun, meskipun, sekalipun, (yang berarti walaupun), sungguhpun, dan

walaupun.

Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari

bagian-bagian kalimat yang mendampinginya. Misalnya,

•Harga kain itu Rp 10.000,-permeter.

•Semua orang yang diduga mengetahui peristiwa itu dipanggil satupersatu. G. DIKSI DALAM BAHASA INDONESIA

Kata menjungjung dalam butir ketiga Sumpah Pemuda yang telah Penulis paparkan dalam sejarah bahasa Indonesia merupakan pengakuan yang tidak main-main. Berbeda dengan butir kedua Sumpah Pemuda yang memakai kata mengakui, pemakaian kata menjungjung memiliki makna menghargai bahasa Indonesia setinggi-tinggi. Tentunya, sikap penghargaan itu tidak lahir secara tiba-tiba dan tanpa alasan. Pada saat itu, tentunya, semua pihak mengakui dan memadang betapa penting arti dan sumbangan bahasa Indonesia dalam menggalang kesatuan nasional. Oleh karena itu, dari peristiwa dan penelitian Penulis, peranan bahasa Indonesia terhadap terciptanya kesatuan dan persatuan Indonesia ketika itu tidak dapat dipungkiri. Hingga saat ini pun, bahasa Indonesia dipandang sebagai elemen penting dalam menjaga dan memelihara kesatuan dan persatuan Indonesia. Jadi, pemakain dan penempatan bahasa Indonesia yang benar dan baik

(48)

G.1. Pemakainbahkan, jadi,danselanjutnya Katabahkantergolong dalam kelompok konjungtor atau kata hubung. selain itu, katabahkantergolong kata hubung antarkalimat, bukan kata hubung intrakalimat. Oleh sebab itu, sebagai kata hubung antarkalimat, katabahkanberposisi di awal kalimat kedua. Sementara itu, kata bahkan menyatakan penguatan atas keadaan yang telah dinyatakan sebelumnya (pada kalimat sebelumnya). Begitu juga, kata jadidanselanjutnyaberposisi sebagai kata hubung antarkalimat. Oleh karena itu, kata jadi dan selanjutnya, berposisi pada awal kalimat yang memiliki kaitan dengan informasi dalam kalimat berikutnya. Kata jadi menyatakan kesimpulan dari informasi yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Sementara itu, kata selanjutnyamenyatakan langkah-langkah lanjutan dari keadaan atau situasi yang dinyatakan dalam kalimat-kalimat sebelumnya. Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah status kedua kata itu—yakni kata jadi danselanjutnya—selaku kata hubung antarkalimat21. Jadi, ketiga kata tersebut merupakan kata hubung antarkalimat, kata

bahkan, jadi, dan selanjutnya haruslah diikuti dengan tanda koma. Selama Penulis meneliti dan memperhatikan kesalahan besar yang dilakukan oleh pamakai bahasa Indonesia adalah kekurangcermatan dalam menggunakan tanda baca koma dalam kaitan pemakaian kata hubung antarkalimat tersebut. Misalnya,

•Ia bersikukuh tidak melakukan pelanggaran.Bahkan,dia bersedia disumpah pocong.

21

(49)

Bahkan,hal itu telah disetujui oleh pimpinan sehingga tinggal dilaksanakan saja.

Jadi,kami masih percaya soal anggaran karena pasti akan diusahakan

Selanjutnya, sekitar pertengahan Desember 2007, Erwan pulang ke Indonesia.

G.2. Pemakain katabahwa

Dalam berbahasa lisan maupun tulis, kita sering memakai kata bahwa. Tidak terkecuali, kita sering mendengarkan ucapan dan melihat tulisan dari orang lain yang memanfaatkan kata bahwa. Akan tetapi, pemakaian kata bahwa tersebut sering kurang tepat sesuai dengan makna kata bahwa yang semestinya. Maksudnya, kata bahwa yang seharusnya digunakan dalam kaitan kalimat yang menyatakan penegasan atau penjelasan itu belum dimanfaatkan semestinya. Oleh Karena itu, dari pengamatan yang dilakukan, Penulis menyimpulkan adanya simpang siur dan tumpang tindih antara pemakaian katabahwa denganagaratau supaya.Padahal, kedua kata tersebut memiliki muatan makna yang berbeda. Kata bahwa digunakan dalam konstruksi kalimat yang menyatakan penegasan atau penjelasan. Sementara itu, kata agar atau supaya seharusnya dipakai dalam konstruksi kalimat yang menyatakan harapan atau tujuan, bukan penegasan. Penulis akan menyebutkan beberapa contoh, baik yang benar maupun yang salah sebagai berikut:

•Dia memintabahwawarga kampungnya tidak suka sengketa. (kurang tepat)

(50)

Kalimat (1) tidak mewakili makna penegasan atau penjelasan. Jadi, antara

klausa induk yang berbunyi Dia meminta tidak mengharapkan adanya ketegasan dari klausa anak yang berbunyi warga kampungnya tidak suka sengketa. Oleh sebab itu, kata bahwa dalam kalimat (1) kurang tepat. Sebenarnya, kalimat (1) mewakili adanya hubungan harapan. Atau, setidaknya, klausa anak itu sebagai keterangan dari semua komunitas yang bernama warga kampungnya dari si subjek. Dengan demikian, konjungtor yang tapt digunakan adalah kata agaratau supaya,bukan konjungtorbahwa22. Kalimat (2) merupakan kalimat baik. Pemakaian konjungtoragar dalam

kalimat tersebut benar. Konjungtor agar digunakan secara benar untuk menyatakan hubungan harapan antara klausa induk dengan klausa anak. Oleh karena itu, contoh kalimat tersebut dapat diterima karena klausa induk yang berupa Ketua PKK meminta diikuti dengan harapan yang menyatakan seluruh warga untuk waspada terhadap demam berdarah. Jadi, dari korelasi makna antar klausa induk dengan klausa anak tersebut

memuncukan spesifikasi pemakaian kata kerja yang menyatakan tindakan dari subjek dalam klausa induk. Secara mudah dapat dipahami bahwa kata

menganjurkan, mengharapkan, dan menghimbau, dapat digabungkan dengan

pemakaian konjungtor agar atau supaya. Oleh karena itu, kita dapat menyusun kalimat yang menyatakan makna A menghimbau agar B, dan seterusnya. Sementara itu, konjungtorbahwayang memiliki makna dalam korelasi penegasan lebih dekat dengan pemakaian kata kerja meminta, mengatakan, menyatakan,

22

(51)
[image:51.612.128.554.74.431.2]

mengutarakan, memutuskan,dan sejenis. Kata kerja itu menuntut hadirnya situasi gambaran keadaan yang bersifat tegas. Misalnya,

•Saya menganjurkanagarkamu tidak menempuh jalan cerai.

•Wartawan itu melaporkan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh kelalaian pengemudi.

G.3. Pemakain katadan, sertadanatau

Bentukdan termasuk kelompok kata hubung atau konjungtor yang dipakai untuk menyatakan hubungan yang bersifat kesetaraan. Oleh karena itu, bentuk dan disebut sebagai konjungtor koordinatif. Selain itu, konjungtor dan digunakan untuk menyatakan hubungan penambahan atau penjumlahan. Sementara itu, bentuk atau tergolong juga kelompok kata konjungtor yang menyatakan hubungan kepemilihan. Akan tetapi, di samping menyatakan hubunganpemilihan,

konjungtorataudigunakan untuk menyatakan hubungan penambahan. Kadang-kadang kedua konjungtor tersebut—yakni bentuk dan serta

atau—digunakan secara bersama-sama sehingga ditulisdan atau.Pada dasarnya, kedua bentuk itu dapat digunakan untuk mengungkapkan dua hubungan sekaligus23. Hal itu, karena ada korelasi makna antara hubungan yang dinyatakan oleh bentukdandenganatau, yakni hubunganpenambahan.

Jadi, bentuk konjungtor dan itu dapat digunakan untuk menyatakan

hubungan penambahan. Sementara itu, konjungtor atau juga ada yang menyatakan hubungan penambahan. Dengan demikian, keduanya memiliki persamaan dalam mengungkapkan hubungan maknapenambahan.Contohnya,

23

(52)

•Ayah dan anak gadisnya itu nekat meninggalkan kampung halamannya karena rumahnya tergenang air.

•Erwan atauTatam yang akan kamu izinkan menggantikan kedudukan ketua itu?

•Para Gubernur dan atau Bupati se-Indonesia mengikuti rapat koordinasi di Depdagri.

Kalimat (1) mengandung makna adanya ayah dan anak gadisnya pergi

meninggalkan kampungnya karena rumahnya terendam air. Kalimat (2) mengandung pertanyaan yang meminta jawaban siapa yang akan mengganti kedudukan ketua. Jadi, jawaban dari pertanyaan itu hanya ada dua, Erwan atau

Tatam. Hal ini, karena untuk menyatakan pemilihan, tidak mungkin konjungtor ataumenuntut jawaban yang menggantikan ketua ituErwandanTatam.

Sementara itu, kalimat (3) menyatakan bahwa yang mengikuti rapat

koordinasi itugubernurdanbupatise-Indonesia. jadi, tidak bermakna yang hadir dalam rapat koordinasi itu hanya gubernur ataubupati saja, melainkan gubernur

danbupatiseluruh Indonesia. Jadi, Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa setelah memahami makna bentuk-bentuk konjungtor—atau kata hubung—dalam bahasa Indonesia, kita dapat lebih cermat lagi dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tertulis. Oleh karena itu, berdasarkan muatan makna bentu dan serta atau di atas, kita dapat menulis dan mengucapkandan atauseperti pada contoh-contoh di atas.

G.4. Pemakaindariataudaripada

(53)

saling dipertukarkan satu dengan yang lainnya24. Oleh karena itu, Penulis akan menjelaskan terlebih dahulu muatan makna kata dari dandaripada tersebut. Hal ini penting agar seseorang dapat memfungsikan kedua kata itu secara cermat dalam kalimat yang disusun atau diucapkannya.

Pertama, kata dari memiliki makna untuk menyatakan milik atau arah.

Oleh karena itu, kata daritidak berfungsi sebagai kata hubung yang menyatakan perbandingan atau perlawanan. Karena fungsinya unutk menyatakan milik dan arah, katadariharuslah diposisikan dalam kerangka mengungkapkan makna milik atau arah. Kedua, berbeda dengan kata dari, kata daripada memiliki posisi dan fungsi yang berbeda dengan kata dari. Oleh sebab itu, kata daripada memiliki makna dalam kaitannya dengan hubungan perbandingan. Dengan demikian, kata daripada tidak tepat digunakan dalam kalimat yang menyatakan hubungan arah. Marilah kita mencermati contoh-contoh di bawah ini.

•Jarak daripada Jakarta-Garut dapat ditempuh dalam waktu 4 jam dengan kecepatan 100/jam. (kurang tepat)

•Masalah daripada penduduk di Indonesia ini harus dipandang sebagai masalah bangsa. (kurang tepat)

Apabila dicermati, kalimat (1) semestinya ditulisJarakdariJakarta-Garut

dapat ditempuh dalam waktu 4 jam dengan kecepatan 100/jam. Sedangkan,

kalimat (2) dimaksudkan untuk menyatakan bahwa masalah penduduk itu menjadi masalah bangsa. Oleh sebab itu, seharusnya tidak digunakan memakai kata daripada.Bahkan, seharusnya ditulis tanpa memakai katadari.

24

(54)

Untuk lebih menimbulkan kesan mendalam dalam pemahaman kata dari dandaripada, Penulis akan cantumkan beberapa kalimat yang menggunakan kata dari yang menyatakan hubungan milik atau arah dan pemakaian kata daripada untuk menyatakan hubung

Gambar

Tabel: 1(PADANANNYA DALAM
��������Tabel: 2 (HURUF ARAB)PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA
gambaran keadaan yang bersifat tegas. Misalnya,

Referensi

Dokumen terkait

Kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui, jika pelanggan tidak puas dia akan menghentikan bisnis atau hubungan, sehingga

Sampel dalam penelitian ini adalah 100 risalah putusan sidang pada kasus banding Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tahun putusan 2013, yang terakhir dipublikasikan oleh

Adapun implikasi dalam penelitian ini menguatkan bahwa relasi suami istri jama’ah t abliq dan suami istri secara umum sangat berbeda dari segi pemenuhan nafkah

Dari hasil penelitian ini dapat tergambar hampir seluruh dari responden yaitu 28 mahasiswi (93,6%) dengan olahraga tidak baik yang mengalami Nyeri haid primere, hal ini

Fasilitas yang dimiliki sistem informasi geografis ini adalah (1) dapat melakukan update data regional, cluster, site dan pengguna; (2) dapat menampilkan pemetaan

[r]

"Evaluation of Biological Control Traits in Some Isolates of Fluorescent Pseudomonads and flavobacterium", Journal of Agricultural Science,

Memperluas kesempatan kerja dan peluang usaha di bidang perikanan, mengembangkan dan memanfaatkan IPTEK bidang perikanan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan