• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Metode Korelasi Jenjang Spearman (Rank Correlation Method) Dalam Mencari Hubungan Antara Peringkat Kelas di Sekolah Menengah Atas (SMA) Dengan Indeks Prestasi (IP) Mahasiswa D3 Statistika FMIPA USU Angkatan 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Metode Korelasi Jenjang Spearman (Rank Correlation Method) Dalam Mencari Hubungan Antara Peringkat Kelas di Sekolah Menengah Atas (SMA) Dengan Indeks Prestasi (IP) Mahasiswa D3 Statistika FMIPA USU Angkatan 2011"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

Hasil output untuk mencari korelasi:

(2)
(3)
(4)

Format Kuisioner

Nama

:... NIM :112407... Asal Sekolah :... Rata – Rata Raport di Kelas XII : Semester 1

:... Semester 2

:... Indeks Prestasi (IP) pada Semester I :

Indeks Prestasi (IP) pada Semester II : Indeks Prestasi (IP) pada Semester III :

Untuk waktu dan data yang telah Anda isi dengan benar, Saya mengucapkan terima kasih.

(5)
(6)
(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA

Dicky Samuel, B. 2008. Pengaruh Lama Belajar, Keberadaan Orang Tua dan Jalur Masuk Terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa Program Studi D3 Statistika FMIPA USU Angkatan 2010. Tugas Akhir. Medan.

Drs. Djarwanto, Ps. Statistik Nonparametrik. Yogyakarta.

Hartono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Silalahi, U. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Soepono, Bambang. 1997. Statistik Terapan Dalam Penelitian Ilmu – Ilmu Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 1992. Metode Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Tarsito. Sudjana. 2001. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Supranto. 1998. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta.

Syani, Abdul. 1995. Pengantar Metode Statistika Nonparametrik. Jakarta: Pustaka Jaya.

(9)

BAB 3

PENGOLAHAN DATA

3.1Analisis Data

Dalam proses analisis data, penulis menggolongkan, mengurutkan, dan menyederhanakan data. Tujuan analisis data ini adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. Dalam proses analisis ini seringkali digunakan metode – metode statistik. Dengan menggunakan metode statistik ini dapat diperbandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara kebetulan, sehingga penulis mampu menguji apakah hubungan yang diamatinya memang betul – betul terjadi karena hubungan sistematis antara variabel yang diteliti atau hanya terjadi secara kebetulan.

Proses analisis data tidak berhenti sampai sekian. Hasil analisis harus dapat diinterpretasikan, artinya harus diadakan “interferensi” tentang hubungan yang diteliti. Peneliti melakukan interferensi ini dalam usaha untuk mencari makna dan impikasi yang lebih luas dari hasil – hasil penelitiannya. Interpretasi dapat dilakukan menurut pengertian yang sempit, hanya melibatkan data dan hubungan – hubungan yang diperolehnya. Interpretasi juga dapat dilakukan dalam makna yang lebih luas, penulis berupaya membandingkan hasil penelitianya dengan hasil – hasil peneliti lain serta menghubungkan kembali hasil inferensinya dengan teori.

(10)

menginterpretasikan data untuk mendapatkan informasi yang dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan yang dihadapi. Sedangkan penafsiran hasil analisis data merupakan tahap selanjutnya dari proses analisis untuk sampai kepada kesimpulan.

Dengan demikian analisis data dan interpretasi hasilnya merupakan dua macam proses yang tidak dapat dipisah – pisahkan. Oleh karena itu bobot informasi atau kesimpulan yang diperoleh sangat tergantung pada kejelian penafsiran dan ketajaman dalam menganalisis data. Atau data yang dianalisis belum memenuhi syarat yang diperlukan (tidak lengkap).

Analisa korelasi merupakan salah satu teknik statistik yang sering digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel. Korelasi diartikan sebagai hubungan analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui pola dan keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih. Dua variabel yang hendak diselidiki korelasinya biasanya dilambangkan dengan X dan Y. Perlu diingat bahwa uji korelasi tidak membedakan adanya variabel dependen dan variabel independen. Arah korelasi menunjukkan pola gerakan variabel Y terhadap gerakan variabel X. Terdapat dua arah korelasi, yaitu positive correlation, negative correlation, dan nihil correlation.

• Possitive Correlation

(11)

• Negatif Correlation

Jika kenaikan nilai X justru diiringi dengan penurunan nilai Y dan sebaliknya penurunan nilai X dibarengi dengan kenaikan nilai Y, atau dengan kata lain perubahan pada satu variabel diikuti oleh perubahan variabel yang lain secara teratur dengan arah gerakan yang berlawanan, hubungan seperti ini yang disebut sebagai negative correlation.

3.2Koefisien Korelasi

Penyelidikan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel diawali dengan usaha untuk menemukan bentuk terdekat dari hubungan tersebut dengan cara menyajikan dalam bentuk diagram pencar (scater plot). Diagram ini menggambarkan titik – titik pada bidang X dan Y, di mana setiap titik – titik ditentukan oleh pasangan nilai X dan Y. Apabila dari diagram pencar tersebut dapat ditarik garis yang sesuai dengan pola diagram pencar tersebut, berarti variabel – variabel itu memiliki hubungan yang linier. Sebaliknya jika pada diagram pencar tersebut tidak dapat ditarik garis yang mengandung pola tertentu, hubungan yang terjadi adalah hubungan non linier.

(12)

korelasi dinyatakan dengan bilangan bergerak antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. Nilai korelasi mendekati +1 atau -1 berarti terdapat hubungan yang kuat, sebaliknya korelasi yang mendekati nilai 0 berarti terdapat hubungan yang lemah. Apabila korelasi sama dengan 0, berarti antara kedua variabel tidak terdapat hubungan sama sekali. Apabila korelasi sama dengan +1 atau -1 berarti terdapat hubungan yang sempurna antara kedua variabel.

Notasi positif (+) atau negatif (-) menunjukkan arah hubungan antara kedua variabel. Notasi positif (+) berarti hubungan antara kedua variabel searah (possitive correlation), jika variabel satu naik, maka variabel yang lain juga naik. Notasi negatif (-) berarti kedua variabel berhungan terbalik (negative correlation), artinya kenaikan satu variabel akan diikuti dengan penurunan variabel lainnya. Arah dan notasi koefisien dapat dirangkum sebagai berikut:

Tabel 3.1. Arah dan notasi koefisien korelasi

Nilai Keterangan

& ,

Telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu makin besar nilai variabel Y atau makin kecil nilai variabel X makin kecil pula nilai variabel Y yang diperoleh.

' ,

(13)

Nilai Keterangan

,

Tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X dan variabel Y.

M Telah terjadi hubungan linier sempurna, berupa garis lurus.

Hal yang harus dijelaskan di sini adalah bahwa analisis korelasi hanya mengukur ko-variansi. Pengukuran ini bersifat numeric dan menunjukkan suatu korelasi yang terdapat antara dua atau lebih variabel. Pengukuran ini tidak menunjukkan adanya hubungan sebab – akibat, ini adalah suatu hal yang harus digaris bawahi. Dua variabel yang sudah terbukti mempunyai hubungan sebab – akibat, tetapi hubungan sebab – akibat pasti menunjukkan bahwa kedua variabel mempunyai hubungan. Terdapat tiga jenis pembagian korelasi, yaitu: pertama: korelasi positif dan korelasi negatif yang telah diuraikan di atas. Kedua: korelasi sederhana, parsial, dan ganda. Ketiga: korelasi linier dan non linier.

Korelasi sederhana terjadi apabila variabel yang dipelajari hanya dua buah, sedangkan untuk korelasi parsial dan ganda lebih dari dua variabel terlibat dan mempelajarinya secara bersamaan. Korelasi ganda berisi pengukuran hubungan antara salah satu variabel dependent (bebas) dan dua atau lebih variabel independent (terikat). Sedangkan dalam korelasi parsial, mengukur hubungan antara satu variabel dependent (bebas) dan satu variabel independent (terikat) dengan mengansumsikan bahwa variabel yang lainnya dalam keadaan konstan.

(14)

yang lain. Sedangkan korelasi non – linier terjadi apabila perbandingan besar perubahan yang terjadi pada satu variabel tidak sama dengan besar perubahan yang terjadi pada variabel lain. Hubungan linier – non linier dapat dilihat ketika memetakan hubungan yang ada dalam grafik, terlihat korelasi linier membentuk garis lurus sedangkan korelasi non – linier membentuk kurva. Uji hubungan melalui teknik statistik korelasi dapat dilakukan terhadap bermacam data, baik data yang berskala interval, ordinal maupun nominal.

Adapun tujuan analisis korelasional adalah untuk mengetahui apakah benar terdapat korelasi antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya berdasarkan data yang ada atau diperoleh, dan apakah korelasi antar variabel tersebut termasuk korelasi yang kuat, cukup, atau lemah, dan apakah antar variabel tersebut merupakan korelasi yang signifikan atau tidak.

Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi dengan ketentuan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2. Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi

Nilai Keterangan

0,8 s/d 1,0 Sangat tinggi

0,6 s/d 0,8 Tinggi

0,4 s/d 0,6 Cukup

0,2 s/d 0,4 Rendah

(15)

3.3 Pengertian Korelasi Tata Jenjang

Telah dijelaskan di depan bahwa teknik korelasi adalah teknik statistika yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua buah gejala. Jika gejala yang dihadapi kedua gejala itu berskala interval, maka teknik korelasi yang sesuai adalah korelasi product moment. Jika menghadapi gejala dua gejala yang masing – masing berskala ordinal, maka teknik korelasi product moment tidak tepat lagi, karena itu harus digunakan teknik korelasi yang lain yang lebih tepat, yaitu teknik korelasi tata jenjang.

Teknik korelasi tata jenjang disebut juga rank order correlation dikembangkan oleh Charles Spearman, dimaksudkan untuk menghitung dan menentukan tingkat hubungan (korelasi) antara dua gejala yang kedua – duanya berskala ordinal atau tata jenjang. Data ordinal selalu menunjukkan perbedaan besar antara variabel yang satu dengan yang lain.

Apabila peneliti memiliki data yang jenisnya interval atau rasio, maka data tersebut harus diubah dahulu ke dalam urutan ranking – ranking yang merupakan ciri dari data ordinal. Perhatikan tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3. Contoh skor dan urutan rankingnya

Skor Ranking

75 3

60 4

50 5

85 2

100 1

(16)

Cara mengubah menjadi ranking (ordinal) dilakukan dengan mengurutkan skor dari yang tinggi sampai yang terendah di mana secara berurutan mulai dari skor yang tertinggi itu diberi ranking 1, 2, 3, 4, dan seterusnya sampai skor terendah.

Permasalah pengubahan data interval ke data ordinal timbul jika ada beberapa data (skor) yang sama. Misalnya, 75, 65, 65, 60, 60, 60, 50. Jika diurutkan begitu saja, dengan ranking/urutan seperti: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, maka tentu saja ini tidak proporsional, karena skor yang sama diberi bobot tidak sama. Perhatikan tabel 3.4.

Tabel 3.4. Contoh skor dan urutan rankingnya yang tidak proporsional

Skor Ranking

75 1

65 2

65 3

60 4

60 5

60 6

50 7

(17)

Perhatikan bahwa skor yang tertinggi hanya ada satu yaitu 75, maka tidak ada masalah dan skor 75 ini ditransformasikan menjadi 1. Kemudian skor tertinggi kedua adalah dua skor yang sama yaitu 65 dan skor tertinggi ketiga ada tiga buah skor yang sama yaitu 60. Di sinilah letak permasalahan bagaimana membuat ranking secara proporsional bahwa skor yang sama harus diberi bobot/ranking yang sama. Untuk itu memberi ranking pada skor 65 yang mestinya menduduki ranking 2 dan 3 supaya proporsional, maka ranking 2 dan 3 untuk skor 65 dicari rata – ratanya , yaitu (2 + 3) : 2 = 2,5. Demikian juga untuk memberi ranking skor pada skor 60 yang mestinya menduduki ranking 4, 5, dan 6, maka diubah masing – masing menjadi (4 + 5 + 6) : 3 = 5. Sehingga urutan ranking yang proporsional untuk data tersebut adalah seperti pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Contoh skor dan urutan rankingnya yang proporsional

Skor Ranking

75 1

65 2,5

65 2,5

60 5

60 5

60 5

(18)

3.4 Penggunaan Korelasi Tata Jenjang

Hasil pengukuran dalam bidang psikologi tidak pernah memperoleh data rasio, maksimal hanya memperoleh data level interval. Bahkan sebagian orang berpendapat bahwa hasil pengukuran psikologi maksimal hanya mencapai tataran ordinal, dan tidak pernah mencapai tataran interval. Sebagai contoh hasil pengukuran sikap, misalnya, maksimal hanya dapat menunjukkan bahwa si A sikapnya lebih positif daripada si B, tetapi tidak pernah mampu menunjukkan seberapa besar lebih positifnya itu, dan korelasi tata jenjang menjadi sangat penting dalam bidang psikologi.

Penggunaan rumus:

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)

BAB 4

IMPLEMENTASI SISTEM

4.1 Pengertian

Implementasi sistem adalah prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan desain sistem yang ada dalam desain sistem yang disetujui, menginstal dan memulai sistem baru atau sistem yang diperbaiki.

Tahapan implementasi merupakan tahapan penerapan hasil desain tertulis ke dalam programming. Dalam pengolahan data pada tulisan ini penulis menggunakan perangkat lunak (software) sebagai implementasi sistem yaitu SPSS 16.0 for Windows dalam masalah memperoleh hasil perhitungan.

4.2 Statistik dan Komputer

(24)

Dalam ilmu statistik baik itu statistik deskriptif maupun statistik inferensi, pada dasarnya adalah ilmu yang ‘penuh’ puls dengan operasi perhitungan matematika. Statistik berasal dari kata ‘statistik’ yang dapat didefenisikan sebagai data yang telah terolah yang kemudian mengalami proses pengolahan data. Tentunya proses tersebut dapat berlangsung hanya dengan didasarkan pada pengolahan data yang berbasis perhitungan matematika, sesuatu yang dapat dikerjakan dengan cepat oleh komputer. Jadi, jika statistik menyediakan cara/metode pengolahan data yang ada, maka komputer menyediakan sarana pengolahan datanya. Dengan bantuan komputer, pengolahan data statistik hingga dihasilkan informasi yang relavan menjadi lebih cepat dan lebih akurat.

Untuk mengolah data, komputer mempunyai tiga keunggulan utama dibandingkan manusia yaitu kecepatan, ketepatan dan keandalan yang membuat komputer sangat dibutuhkan dalam mengolah data-data statistik. Selain mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam mengolah data-data statistik, serta menghasilkan output yang mempunyai presisi (ketepatan) tinggi, komputer juga mempunyai daya tahan yang tinggi.

4.3 SPSS dan Komputer Statistik

(25)

SPSS pertama kali dibuat tahun 1968 oleh tiga mahasiswa Stanford University, yang dioperasikan pada computer mainframe. Pada tahun 1984, SPSS pertama kali muncul dengan versi PC (dapat dipakai untuk komputer desktop) dengan nama SPSS/PC+ dan sejalan dengan mulai populernya system operasi Windows, SPSS pada tahun 1992 juga mengeluarkan versi Windows.

SPSS yang tadinya ditujukan bagi pengolahan data statistik untuk ilmu social (SPSS saat itu adalah singkatan dari Statistical Package for the Social Sciences), sekarang diperluas untuk melayani berbagai jenis user, seperti untuk proses produksi di pabrik, riset ilmu-ilmu sains dan lainnya. Sehingga sekarang kepanjangan SPSS adalah Statistical Product and Service Solutions.

4.4 Mengoperasikan SPSS

Secara umum ada tiga tahapan yang harus dilakukan dalam mengoperasikan SPSS supaya hasil yang diperoleh berdayaguna yaitu : tahap Penyiapan Data yang mencakup Pemasukan (input) data, Penyuntingan (editing) data, Penyimpanan Data, tahap Proses Analisis Data, dan Tahap Analisis Hasil.

Langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan program SPSS adalah :

1. Aktifkan program SPSS pada Windows dengan perintah Start lalu all program pilih SPSS 16.0 for Windows.

2. Pemasukan data ke SPSS

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

(26)

Pengisian

1. Name. klik ganda pada sel tersebut, dan ketik pendidikan.

2. Type. Pilih string dalam bentuk data dan pilih numeric jika dalam bentuk angka.

3. Width. Untuk keseragaman, ketik 8

4. Decimals. Oleh karena type data numeric dengan kode, maka ketik 0 yang berarti tidak ada decimal.

5. Label. Sesuai kasus, letakkan kursor dibawah label, klik kemudian ketik keterangan dari responden menjadi pendidikaan anak

6. Values. Pilihan ini untuk proses pemberian kode. Klik mouse pada sel values, dan memberikan coding pada data yang diproses, misalkan : Value. Ketik 1 lalu value label ketik SD

Value. Ketik 2 lalu value label ketik SLTP Value. Ketik 3 lalu value label ketik SLTA Value. Ketik 4 lalu value label ketik PT

(27)

Gambar 4.1: Tampilan Variable View pada SPSS

3. Menyimpan data

Data yang diisi dalam SPSS disimpan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Klik menu file, klik save data lalu tulis nama file yang hendak disimpan, klik OK atau enter.

1.5 Pengolahan Data Dengan Metode Korelasi Jenjang Sperman Dalam SPSS

1.5.1 Correlation

(28)

Gambar 4.2: Tampilan menu Analyze dalam SPSS

2. Setelah diklik akan muncul tampilan seperti dibawah ini:

Gambar 4.3: Tampilan Bivariate Correlation dalam SPSS

(29)

Gambar 4.4: Tampilan sub menu Bivariate Correlation dalam SPSS

1.5.2 Uji T

1. Dalam menu SPSS, pilih menu Analyze kemudian sub menu Compare Means, lalu pilih One – Sample T Test. Seperti gambar di bawah ini:

(30)
[image:30.612.165.504.92.279.2]

2. Setelah diklik akan muncul tampilan seperti berikut:

Gambar 4.6: Tampilan sub menu One Sample T Test dalam SPSS

[image:30.612.171.499.394.544.2]

Variable peringkat dan IP dipindah dikolom Test Variable(s), seperti gambar berikut:

Gambar 4.7: Tampilan sub menu One Sample T Test dalam SPSS

(31)
[image:31.612.171.502.79.268.2]

Gambar 4.8: Tampilan sub menu One Sample T Test Options dalam SPSS

(32)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan evaluasi, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Koefisien korelasi teoritik yang terdapat pada table nilai – nilai ] ,

dengan n = 121 pada taraf signifikan 5% menunjukkan pada angka 1,960 dan pada taraf signifikansi 1% menunjukkan angka 2,576. (Lihat pada tabel nilai t). Nilai korelasi sebesar 0,2816 menunjukkan bahwa korelasi antara peringkat kelas di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan Indeks Prestasi (IP) berkorelasi rendah.

2. Nilai uji t sebesar 3,2012 adalah lebih besar dari pada t teoritik pada taraf signikansi 5% (=1,960) dan lebih kecil dari pada t teoritik pada taraf signifikansi 1% (=2,576).

(33)

5.2 Saran

(34)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Statistik Non Parametrik

Penelitian di bidang ilmu sosial seringkali menjumpai kesulitan untuk

memperoleh data kontinu yang menyebar mengikuti distribusi normal. Data

penelitian ilmu – ilmu sosial yang diperoleh kebanyakan hanya berupa kategori

yang hanya dapat dihitung frekuensinya atau berupa data yang hanya dapat

dibedakan berdasarkan tingkatan atau rankingnya.

Menghadapi kasus data kategorikal atau data ordinal seperti itu, jelas

peneliti tidak mungkin mempergunakan metode statistik parametrik sebagai

gantinya diciptakan oleh para pakar metode statistik lain yang sesuai yaitu yang

disebut metode statisik nonparametrik.

Metode statistik nonparametrik ini sering juga disebut metode bebas

sebaran (distribution free) karena model uji statistiknya tidak menetapkan syarat –

syarat tertentu tentang bentuk distribusi parameter populasinya. Artinya bahwa

metode statistika nonparametrik ini tidak menetapkan syarat bahwa observasi –

observasinya harus ditarik dari populasi yang berdistribusi normal dan tidak

menetapkan syarat homoscedasticity. Dalam jumlah uji statistik nonparametrik

hanya menetapkan asumsi/persyaratan bahwa observasi – observasinya harus

independen dan bahwa variabel yang diteliti pada dasarnya harus memiliki

(35)

sebagai “uji ranking”, karena teknik – teknik nonparametrik ini dapat digunakan

untuk skor yang bukan skor eksak dalam pengertian keangkaan, melainkan berupa

skor yang semata – mata berupa jenjang – jenjang (rank).

Uji statistik nonparametrik atau uji bebas sebaran (distribution free)

digunakan dalam kondisi sebagai berikut:

1. Bentuk distirbusi populasinya, dari mana sampel atau sampel – sampel

penelitiannya diambil, tidak diketahui menyebar secara normal.

2. Variabel penelitiannya hanya dapat diukur dalam skala nominal

(diklasifikasikan dalam kategori dan hitung frekuensinya).

3. Variabel penelitiannya hanya dapat diukur dalam skala ordinal (disusun

dalam tingkatan dan dinyatakan dalam ranking pertama, kedua, ketiga, dan

seterusnya).

4. Ukuran sampel atau sampel – sampel penelitiannya kecil dan sifat

distribusi frekuensinya tidak diketahui secara pasti.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Statistik Nonparametrik

Manfaat atau kelebihan metode statistik nonparametrik dibanding metode statistik

parametrik, antara lain sebagai berikut:

1. Nilai probabilitas dari sebagian besar uji statistik nonparametrik diperoleh

dalam bentuk yang lebih pasti (kecuali untuk kasus sampel yang besar),

tak peduli bagaimana bentuk distribusi populasi yang merupakan induk

dari sampel – sampelnya. Ketetapan nilai probabilitas itu tidaklah

(36)

dua distribusi populasi atau lebih, dan beberapa uji yang lain menganggap

bahwa distribusi populasinya simetris. Dalam kasus – kasus uji

nonparametrik tertentu memang menganggap bahwa distribusi yang

mendasarinya adalah kontinu, suatu anggapan yang juga dibuat dalam uji

– uji parametrik.

2. Apabila sampel – sampelnya kecil atau terpaksa kecil karena sifat hakikat

sampel itu sendiri (misalnya n = 6), hanya uji statistik nonparametrik yang

dapat digunakan, kecuali jika sifat distribusi populasinya diketahui secara

pasti.

3. Uji – uji statistik nonparametrik dapat digunakan untuk mengalisis data

yang pada dasarnya merupakan jenjang atau ranking dan juga untuk data

yang skor – skor keangkaannya secara sepintas kelihatan memiliki

kekuatan ranking, dan bahkan bagi data yang hanya dapat dikategorikan

sebagai plus atau minus, lebih atau kurang, lebih baik atau lebih buruk,

dan sebagainya.

4. Uji – uji statistik nonparametrik dapat digunakan untuk menganalisis data

yang hanya merupakan klasifikasi semata, yakni data yang diukur dalam

skala nominal.

5. Tersedia uji – uji statistik nonparametrik untuk menganalisis sampel –

sampel yang terdiri dari observasi – observasi dari beberapa populasi yang

berlainan.

6. Uji – uji statistik nonparametrik sederhana perhitungannya sehingga lebih

(37)

Di samping kelebihan – kelebihan tersebut, uji – uji statistik

nonparametrik juga mempunyai kekurangan – kekurangan. Adapun kekurangan –

kekurangan yang dapat dikemukakan dari uji statistik nonparametrik adalah:

1. Apabila persyaratan – persyaratan bagi model statistik parametrik dapat

dipenuhi dan apabila pengukuran data mempunyai kekuatan seperti yang

disyaratkan, pemakaian uji statistik nonparametrik, kekuatan efisiensinya

menjadi lebih rendah.

2. Uji statistik nonparametrik tidak dapat dipergunakan untuk menguji

interaksi seperti dalam model analisis varians.

3. Metode statistik nonparametrik tidak dapat dipergunakan untuk membuat

prediksi (ramalan) seperti dalam model analisis regresi, karena asumsi

normal tidak dapat dipenuhi.

4. Macam uji statistik nonparametrik terlalu banyak sehingga menyulitkan

peneliti dalam memilih uji mana yang paling sesuai.

2.3 Pengukuran Kofisien Korelasi Nonparametrik

2.3.1 Metode Korelasi Jenjang Spearman (Rank Correlation Method)

Metode korelasi jenjang ini dikemukakan oleh Carl Spearman pada tahun 1904.

Metode ini diperlukan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel di

mana dua variabel itu tidak mempunyai joint normal distribution dan conditional

variance tidak diketahui sama. Korelasi rank dipergunakan apabila pengukuran

(38)

Untuk menghitung rank correlation coefficientnya, yang dinotasikan

dengan rs, dilakukan langkah – langkah sebgai berikut:

1. Nilai pengamatan dari dua variabel yang akan diukur hubungannya diberi

jenjang. Bila ada nilai pengamatan yang sama dihitung jenjang rata –

ratanya.

2. Setiap pasang jenjang dihitung perbedaannya.

3. Perbedaan setiap pasang jenjang tersebut dikuadratkan dan dihitung

jumlahnya.

4. Nilai rs (koefisien korelasi Spearman) dihitung dengan rumus:

Keterangan:

menunjukkan perbedaan setiap pasang rank.

menunjukkan jumlah pasangan rank.

Hipotesis nihil yang akan diuji mengatakan bahwa dua variabel yang

diteliti dengan nilai jenjangnya itu independen, tidak ada hubungan antara jenjang

variabel yang satu dengan jenjang dari variabel lainnya.

1 23 ,

(39)

Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

diterima apabila $ 2 6

% ditolak apabila & 2 6

Nilai 2 6 dapat dilihat pada tabel nilai r (lampiran 2)

Untuk n 10 dapat dipergunakan Tabel nilai t, di mana nilai t sampel dapat

dihitung dengan rumus:

diterima apabila

!" # $ $ !" #

ditolak apabila &

!" # atau ' !" #

2.3.2 Metode Korelasi Jenjang Kendall

Selain koefisien korelasi Spearman, terdapat metode pengukuran lain tentang

keeratan hubungan antara variabel random X dan Y, di mana X dan/atau Y tidak

berdistribusi normal atau tidak diketahui distribusinya. Metode ini disebut Kendall

rank Correlation Coefficient (metode ini dikemukakan untuk pertama kalinya oleh

Maurice G. Kendall pada tahun 1938). Koefisien korelasi Kendall dinotasikan

dengan 7 (huruf Junani, dibaca: tau).

Koefisien korelasi Kendall dihitung dengan rumus:

(40)

Nilai 7 ini akan bergerak berkisar antara -1 sampai +1. Untuk n yang lebih

besar dari 10, maka 7 mendekati distribusi normal, dengan mean:

9: ,

Dan standar deviasi:

;: > < =

Pengujian hipotesis nihil yang mengatakan bahwa tidak ada

korelasi/asosiasi yang nyata antara dua set pengamatan lawan hipotesis alternatif

terdapat korelasi, dengan menghitung nilai ?:

? 7 9;: : 7

-> < =

Kriteria pengambilan keputusan:

diterima apabila ? $ ? !

ditolak apabila ? & ? !

2.3.3 Koefisien Kontingensi C

Untuk mengukur derajat hubungan, asosiasi, atau dependensi dari klasifikasi –

klasifikasi dalam tabel kontingensi, digunakan koefisien kontingensi (coefficient

(41)

@ A <A

Keterangan:

A = nilai chi-square

= besar sampel

Nilai A dihitung dengan rumus:

A B B C CCD D E

F G

CD C HIHLM I N OH IC J K

2.3.4 Koefisien Cramer C

Koefisien Cramer C merupakan suatu ukuran derajat asosiasi atau hubungan

antara dua pasangan atribut atau variabel, terutama apabila salah satu kedua

variabel tersebut hanya berupa serangkaian kategori (skala nominal) yang tidak

menunjukkan tingkatan.

Koefisien Cramer dihitung dari tabel kontingensi . Tabel kontingensi

tersebut disusun berdasarkan data dari dua pasangan variabel kategorikal

yang tidak menunjukkan tingkatan. Misalnya dua variabel itu adalah A dan B.

Variabel A dengan kategori A1, A2, ... , Ak dan variabel B dengan kategori B1, B2,

(42)
[image:42.612.201.489.113.321.2]

Tabel 2.1. Tabel kontingensi

Keterangan:

Tabel dapat berupa Tabel , Tabel =, Tabel P P, Tabel Q R, dan

seterusnya.

Koefisien Cramer C dihitung dengan rumus:

@ SA

Keterangan:

A = nilai chi square

= besar sampel

(43)

2.3.5 Koefisien Phi Untuk Tabel T T

Untuk dua pasangan atribut dengan skala nominal yang terdiri dari dua kategori

(tabel kontingensi ), ukuran asosiasi, hubungan, atau dependensinya dapat

dipergunakan koefisien phi U.

Untuk menghitung koefisien phi U, variabel berskala nominal dengan dua

kategori (dikotomi atau binary), misalnya dengan kode 0 dan 1, disusun dalam

[image:43.612.143.505.325.456.2]

bentuk Tabel seperti tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2. Tabel

Variable Y Variabel X Jumlah

0 1

1

0

A

C

B

D

A+B

C+D

Jumlah A+C B+D N

Koefisien phi untuk Tabel dihitung denrgan rumus:

V WXY Z@W

8 X < Z @ < Y X < @ Z < Y

Nilai V berkisar antara nol dan satu. Signifikansi nilai koefisien phi diuji dengan

menggunakan statistik A yang dihitung dengan rumus:

(44)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Semenjak dibuka pada tahun ajaran 1993/1994, Program Studi D3 Statistika

FMIPA USU, telah banyak menghasilkan ahli madya yang profesional di bidang

pengolahan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan dari program studi,

yakni menghasilkan lulusan ahli madya yang mampu menguasai prinsip – prinsip

dasar ilmu statistika, pengolahan data, dan penerapannya dalam teknologi

informasi.

Meski kebanyakan orang menganggap hanya sebagai alternatif dari

program penerimaan untuk strata satu, dengan semakin meningkatnya kesadaran

akan kebutuhan sumber daya manusia yang mampu mengolah data dengan

menggunakan aplikasi ilmu statistika dan terbatasnya program studi yang relevan,

Program Studi D3 Statistika FMIPA USU tetap menjadi salah satu tujuan calon

mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan. Setiap tahunnya, melalui jalur

Penelusuran Minat dan Prestasi (PMP) serta Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Program Diploma (SPMPD), Program Studi D3 Statistika FMIPA USU menerima

ratusan mahasiswa dari berbagai daerah. Mahasiswa yang disaring melalui jalur

PMP kemudian mendapatkan pendidikan penyerataan yang biasanya disebut

dengan program martikulasi, agar dapat menyeragamkan dasar – dasar

(45)

Mahasiswa dalam Program Studi D3 Statistika FMIPA USU, sebagaimana

di ketahui telah menjalani pendidikan terlebih dahulu di Sekolah Menengah Atas

(SMA). Di SMA, tingkat belajar mahasiswa dapat diukur melalui peringkat kelas

yang diperoleh setiap semesternya di kelas X, XI, dan XII.

Dalam kondisi ini, penulis ingin melihat bagaimana hubungan antara

peringkat kelas di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan Indeks Prestasi (IP)

yang diperoleh mahasiswa di perguruan tinggi, khususnya mahasiswa D3

Statistika angkatan 2011 FMIPA USU. Apakah ada hubungan antara peringkat

kelas di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan Indeks Prestasi (IP), atau

sebaliknya.

Seperti telah diketahui bersama, dalam penilaian terhadap tingkat

pengetahuan mahasiswa dalam mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, telah

diterapkan sistem penilaian yang dinamakan Indeks Prestasi (IP). Sistem ini

menggunakan huruf dimulai dari huruf A untuk yang sangat baik, B untuk baik, C

untuk cukup, D untuk kurang, dan E untuk yang sangat buruk dalam menunjukkan

kemampuan mahasiswa dalam menguasai suatu materi perkuliahan.

Dari uraian di atas, penulis memilih judul “Aplikasi Metode Korelasi

Jenjang Spearman (Rank Correlation Method) Dalam Mencari Hubungan

Antara Peringkat Kelas di Sekolah Menengah Atas (SMA) Dengan Indeks

(46)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah

penelitian ini yaitu bagaimana korelasi antara peringkat kelas di Sekolah

Menengah Atas (SMA) dengan Indeks Prestasi (IP) mahasiswa D3 Statistika

FMIPA USU angkatan 2011 semester I s/d semester III.

1.3Batasan Masalah

Untuk memberikan kejelasan dan memberikan kemudahan penelitian ini agar

tidak jauh menyimpang dari sasaran yang ingin dicapai, penulis hanya meneliti

seputar peringkat kelas di SMA sebagai faktor yang mempengaruhi Indeks

Prestasi (IP) Mahasiswa D3 Statistika FMIPA USU, dalam hal ini adalah

mahasiswa D3 Statistika FMIPA USU Angkartan 2011.

Karena Mahasiswa D3 Statisika FMIPA USU Angkatan 2012 baru

menjalani dua semester dan baru sekali mendapatkan hasil penilaian atau Indeks

Prestasi (IP), yaitu pada semester 1 (Satu), maka Indeks Prestasi (IP) yang

dimaksud adalah Indeks Prestasi (IP) semester 1 (Satu) tersebut.

1.4Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris

seberapa besar hubungan antara peringkat kelas di Sekolah Menengah Atas

(SMA) dengan Indeks Prestasi (IP) Mahasiswa D3 Statistika FMIPA USU

(47)

1.5Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dan riset data dilakukan pada tanggal 18 Maret 2013 sampai dengan 30

Maret 2013 di Kampus Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara (FMIPA USU), Medan.

1.6Metodologi Penelitian

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini ialah

dengan menggunakan metode pengumpulan data primer, yaitu metode

pengumpulan data di mana orang berkepentingan atau orang yang akan memakai

data tersebut melakukan observasi langsung ke lapangan.

Data yang diperoleh penulis melalui pengisian kuisioner yang diberikan

kepada mahasiswa D3 Statistika FMIPA USU angkatan 2011.

1.6.2 Metode Pengolahan Data

1.6.2.1Penentuan variabel

Menentukan variabel pada kelompok data, seperti:

a. Variabel bebas atau independent variable sebagai

(48)

1.6.2.2Uji Jenjang Korelasi Spearman

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel di

mana dua variabel itu tidak mempunyai joint normal distribution dan conditional

variance tidak diketahui sama.

Perumusan hipotesis:

= Tidak ada hubungan antara peringkat kelas di Sekolah Menengah Atas

(SMA) dengan Indeks Prestasi (IP) Mahasiswa D3 Statistika Angkatan 2011

FMIPA USU.

= Ada hubungan antara peringkat kelas di Sekolah Menengah Atas (SMA)

dengan Indeks Prestasi (IP) Mahasiswa D3 Statistika Angkatan 2011 FMIPA

USU.

Dengan uji t, yaitu

Nilai r selalu terletak antara -1 dan 1, sehingga nilai r tersebut dapat ditulis:

Untuk r = +1, berarti ada korelasi positip sempurna antara X dan Y, sebaliknya

jika r = -1, berarti korelasi negatif sempurna antara X dan Y, sedangkan r = 0,

(49)
[image:49.612.199.495.129.340.2]

Tabel 1.1

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

R Interpretasi

0

0,01 – 0,20

0,21 – 0,40

0,41 – 0,60

0,61 – 0,80

0,81 – 0,99

1 Tidak berkorelasi Sangat rendah Rendah Agak rendah Cukup Tinggi Sangat tinggi

Kriteria pengujian:

diterima apabila

!" # $ $ !" #

% ditolak apabila & !" # atau ' !" #

1.7 Tinjauan Pustaka

Metode korelasi jenjang ini dikemukakan oleh Carl Spearman pada tahun 1904.

Metode ini diperlukan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel di

mana dua variabel itu tidak mempunyai joint normal distribution dan conditional

variance tidak diketahui sama. Korelasi rank dipergunakan apabila pengukuran

(50)

Buku Ulber Silalahi, 2009. Metode Penelitian Sosial, Bandung, Refika Aditama.

Pada halaman 280 – 291 dijelaskan tentang definisi data, jenis data, dan sumber

data. Data adalah suatu fakta – fakta tertentu sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan dalam menarik suatu keputusan.

Buku J. Supranto, 1998. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen,

Jakarta, Rineka cipta. Dalam buku ini dijelaskan tentang sampling secara umum.

Sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik

populasi. Dalam bahasa pengkuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa diukur

sesuatu yang seharusnya diukur.

Sebelum melakukan analisis data, langkah awal yang harus dilakukan

adalah melakukan pengujian terhadap anggota sampel. Pengujian ini dimaksudkan

untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dapat diterima sebagai sampel atau

tidak.

Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah data pada tingkat

kepercayaan 95% dengan tingkat kesalahan yang dapat diterima adalah sebesar

5%:

(#

) * * + ,-(

(51)

1.8 Sistematika Penulisan

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Pada Bab ini berisi tentang pengertian data, statistik non

parametrik, pengukuran koefisien korelasi non parametrik.

BAB 3 : ANALISA DATA

Pada Bab ini berisi tentang cara penggunaan rumus yang telah

ditentukan penulis.

BAB 4 : IMPLEMENTASI SISTEM

Pada Bab ini berisi tentang cara memasukkan data dan

menganalisis data pada program SPSS.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diambil penulis dari

(52)

APLIK

(RANK

HUBUN

MENENG

FAKULT

LIKASI MET

RANK CORRE

NGAN ANTA

ENGAH ATA

MAHASI

PROG

DEP

LTAS MATE

UNIV

ETODE KO

ELATION

NTARA PE

AS (SMA)

ASISWA D3

ANGK

TUG

DAYAN

1

OGRAM STU

DEPARTEM

TEMATIKA

IVERSITAS

M

ORELASI

N METHO

PERINGKA

) DENGAN

D3 STATIST

ANGKATAN 2

TUGAS AKH

ANA FRANS

102407065

STUDI D3 S

TEMEN MAT

(53)

Diaj

APLIK

(RANK

HUBUN

MENENG

ajukan Untuk

FAKULT

LIKASI MET

RANK CORRE

NGAN ANTA

ENGAH ATA

MAHASI

k Melengkapi

PROG

DEP

LTAS MATE

UNIV

ETODE KO

ELATION

NTARA PE

AS (SMA)

ASISWA D3

ANGK

TUG

pi Tugas Dan M

DAYAN

1

OGRAM STU

DEPARTEM

TEMATIKA

IVERSITAS

M

ORELASI

N METHO

PERINGKA

) DENGAN

D3 STATIST

ANGKATAN 2

TUGAS AKH

n Memenuhi S

ANA FRANS

102407065

STUDI D3 S

TEMEN MAT

A DAN ILM

ITAS SUMATE

MEDAN

2013

I JENJANG

OD) DALA

AT KELAS

AN INDEKS

TIKA FMI

N 2011

HIR

i Syarat Memp

(54)

PERSETUJUAN

Judul : Aplikasi Metode Korelasi Jenjang Spearman

(Rank Correlation Method) Dalam Mencari Hubungan Antara Peringkat Kelas di Sekolah Menengah Atas (SMA) Dengan Indeks Prestasi (IP) Mahasiswa D3 Statistika FMIPA USU Angkatan 2011

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Dayana Fransisca

Nomor Induk Mahasiswa : 102407065

Program Studi : D3 Statistika

Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Diluluskan di Medan, Juli 2013

Disetujui Oleh

Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

Prof. Dr. Tulus, M.Si. Ph.D Drs. Faigiziduhu Bu’ulölö, M.Si

(55)

PERNYATAAN

APLIKASI METODE KORELASI JENJANG SPEARMAN (RANK

CORRELATION METHOD) DALAM MENCARI HUBUNGAN

ANTARA PERINGKAT KELAS DI SEKOLAH MENENGAH

ATAS (SMA) DENGAN INDEKS PRESTASI (IP)

MAHASISWA D3 STATISTIKA FMIPA

USU ANGKATAN 2011

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali

beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2013

Dayana Fransisca

(56)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha

Penyayang dengan limpahan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul Aplikasi Metode Korelasi Jenjang

Spearman (Rank Correlation Method) Dalam Mencari Hubungan Antara

Peringkat Kelas Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Dengan Indeks Prestasi (IP)

Mahasiswa D3 Statistika FMIPA USU Angkatan 2011.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Faigiziduhu Bu’ulölö,

M.Si selaku pembimbing dan Ketua Program Studi D3 Statistika FMIPA USU

yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini. Terimakasih

kepada Bapak Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si selaku Sekretaris Program Studi D3

Statistika FMIPA USU, Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si. PhD dan Ibu Dra.

Mardiningsih, M.Si selaku Ketua Dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA

USU Medan, Bapak Dr.SutaArman M.Sc selaku Dekan FMIPA USU Medan,

seluruh Staff dan Dosen Program Studi D3 Statistika FMIPA USU, Pegawai

FMIPA USU dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Bapak

Niman, Ibu Saftiyah dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan

(57)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Daftar Isi v

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Identifikasi Masalah 3

1.3Batasan Masalah 3

1.4Tujuan dan Manfaat 3

1.5Waktu dan Lokasi Penelitian 4

1.6Metodelogi Penelitian 4

1.6.1 Metode Pengumpulan Data 4

1.6.2 Metode Pengolahan Data 4

1.6.2.1 Penentuan Variabel 4

1.6.2.2 Uji Jenjang Korelasi Spearman 5

1.7Tinjauan Pustaka 6

1.8Sistematika Penulisan 8

Bab 2 Landasan Teori 9

2.1 Statistik Non Parametrik 9

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Statistika Nonparametrik 10

2.3 Pengukuran Koefisien Korelasi Nonparametrik 12

2.3.1 Metode Korelasi Jenjang Spearman 12

(Rank Correlation Method)

2.3.2 Metode Korelasi Jenjang Kendall 14

2.3.3 Koefisien Kontingensi C 15

2.3.4 Koefisien Cramer C 16

2.3.5 Koefisien Phi untuk Tabel 18

Bab 3 Pengolahan Data 19

3.1 Analisis Data 19

3.2 Koefisien Korelasi 21

3.3 Pengertian Korelasi Tata Jenjang 25

(58)

Bab 4 Implementasi Sistem 39

4.1 Pengertian 39

4.2 Statistik Dan Komputer 39

4.3 SPSS Dan Komputer Statistik 40

4.4 Mengoperasikan SPSS 41

4.5 Pengolahan Data Dengan Metode Korelasi Jenjang 43

Spearman Dalam SPSS

4.5.1 Correlation 43

4.5.2 Uji T 45

Bab 5 Kesimpulan Dan Saran 48

5.1 Kesimpulan 48

5.2 Saran 49

Daftar Pustaka

(59)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r 6

Tabel 2.1 Tabel Kontingensi 17

Tabel 2.2 Tabel 18

Tabel 3.1 Arah dan Notasi Koefisien Korelasi 22

Tabel 3.2 Interpretasi Mengenai Besarnya Koefisien Korelasi 24

Tabel 3.3 Contoh Skor Dan Urutan Rankingnya 25

Tabel 3.4 Contoh Skor Dan Urutan Rankingnya Yang Tidak Proporsional 26

Tabel 3.5 Contoh Skor Dan Urutan Rankingnya Yang Proporsional 27

(60)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Tampilan Variabel View Pada SPSS 43

Gambar 4.2 Tampilan Menu Analyze Dalam SPSS 44

Gambar 4.3 Tampilan Bivariate Correlation Dalam SPSS 44

Gambar 4.4 Tampilan Sub Menu Bivariate Correlation Dalam SPSS 45

Gambar 4.5 Tampilan Menu Analyze Dalam SPSS 46

Gambar 4.6 Tampilan Sub Menu One Sample T Test Dalam SPSS 46

Gambar 4.7 Tampilan Sub Menu One Sample T Test Dalam SPSS 47

Gambar

Tabel 3.1.  Arah dan notasi koefisien korelasi
Tabel 3.2. Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi
Tabel 3.3. Contoh skor dan urutan rankingnya
Tabel 3.4. Contoh skor dan urutan rankingnya yang tidak proporsional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang dilakukan Meri Fazillah tahun 2014 dengan judul “ Peranan Penyuluh Pertanian Terhadap Peningkatan Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Kaway

Sodium nitrat merupakan bahan kimia intermediet (bahan antara) yang selanjutnya dapat diolah dalam pembuatan pupuk yang mengandung senyawa nitrogen, pembuatan kaca,

Tekanan pada organisasi adalah tekanan pada P 3 A yang menyebabkan ketegangan dalam P3A baik tekanan yang berasal dari dalam rnaupun dari luar P3A. Agenda

Proses perencanaan dan pengadaan yang efektif ialah dengan menjamin ketersediaan obat baik dalam hal jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan kebutuhan guna

Dimana variabel pendidikan adalah sebagai sektor hulu dari semua sektor yang berperan dalam proses bernegara, dan hal yang paling dekat dan memungkinkan untuk dilakukan,

PENERAPAN SANKSI PIDANA DAN TINDAKAN TERHADAP ANAK SETELAH BERLAKUNYA UU NOMOR 3 TAHUN 1997.. TENTANG

sehingga termotivasi meningkatkan status kesehatannya, (b) Membuat pasien kanker dan keluarga di Yayasan Kanker Indonesia Cabang Jawa Timur agar lebih produktif

Implementasi produksi film indie komersial “Aku Cinta Indonesia - Generation” diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi dalam memproduksi sinema atau film indie komersial yang