ANALISA KANDUNGAN KADMIUM DALAM BERAS YANG BERASAL DARI TANAMAN PADI (Oryza sativa) DI SEKITAR TPA
NAMO BINTANG KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH :
VIVI NURHAMIDA HRP 071000004
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISA KANDUNGAN KADMIUM DALAM BERAS YANG BERASAL DARI TANAMAN PADI (Oryza sativa) DI SEKITAR TPA
NAMO BINTANG KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
VIVI NURHAMIDA HRP 071000004
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan mengakibatkan pencemaran tanah. Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriftif yang bertujuan untuk mengetahui kadar kadmium dalam beras yang berasal dari tanaman padi yang di areal persawahan sekitar Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Pengumpulan data dilakukan secara observasi, kemudian sampel dipersiapkan menggunakan Kjehdal apparatus di Laboratorium Anorganik FMIPA USU, kemudian untuk mengetahui kadar kadmium dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) di Laboratorium Farmasi USU .
Berdasarkan hasil penelitian yang diamati secara kualitatif menunjukan kandungan kadmium dengan kadar tertinggi pada beras yang berjarak 100 meter dari TPA yaitu sebanyak 0,354 mg/kg dan terendah pada beras yang berjarak 500 meter dari TPA yaitu sebanyak 0,007 mg/kg.
Berdasarkan secara kuantitatif menunjukan bahwa kandungan kadmium pada beras masih di bawah ambang batas yang ditetapkan SNI No.7387 tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran logam dalam pangan yaitu sebesar 0,4 mg/kg.
Perlunya diinformasikan kepada konsumen tentang adanya kandungan kadmium dalam beras yang diperiksa. Selain itu, masyarakat juga masih diperbolehkan mengonsumsi beras dari yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang.
ABSTRACT
Soil is part of a cycle of heavy metals. Waste disposal to land if the land exceeds the ability to digest the waste would resulted in soil contamination. Cadmium is a heavy metal kind of dangerous because these elements are at high risk for blood vessels. Cadmium effect on humans in the long term and could accumulated in the body, especially the liver and kidneys.
This research was a descriptive analysis to determine the levels of cadmium in rice derived from rice plants grown in paddy fields around the landfill waste (landfill) Namo Bintang District Pancur Batu regency Deli Serdang. data collection was done by observational, then the sample was prepared using the apparatus in the Laboratory of Inorganic Kjehdal USU Faculty, and then to determined cadmium levels examined using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) in Pharmaceutical Laboratory USU.
Based on the observed results qualitatively show the highest levels of cadmium content in rice within 100 m of the landfill that is as much as 0.354 mg / kg and the lowest rice within 500 m of the landfill that is as much as 0,007 mg / kg .
Based on the observed results quantitatively showed that the cadmium content in rice is still below the threshold set SNI No.7387 of 2009 concerning the maximum limits of metal contamination in food is equal to 0.4 mg / kg .
The need to inform consumers about the content of cadmium in rice were examined . In addition , people are still allowed to consume rice from Landfill ( Landfill ) Namo Bintang .
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Vivi Nuhamida Harahap
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat & Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 8 Desember 1988
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Anak ke : 1 (pertama) dari 4 (empat) bersaudara
Alamat Rumah : Jln K.H. Wahid Hasyim 13 Padangsidimpuan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 1995 – 2001 : SD Negeri 12 Padangsidimpuan
2. Tahun 2001 – 2004 : SMP Negeri 1 Padangsidimpuan
3. Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 2 Padangsidimpuan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisa Kandungan
Kadmium Dalam Beras yang Berasal dari Tanaman Padi (Oryza Sativa) di Sekitar TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013”.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua, Ayahanda tercinta
Burhanuddin Harahap dan Ibunda tercinta Ida Kherawati Lubis yang telah
membesarkan, mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kasih sayang.
Terima kasih kepada adinda terkasih Riandi Aulia Imron Harahap, Angga Aulia
Harahap dan Anggi Aulia Harahap atas dukungan, nasehat dan doa yang selalu
diberikan kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan materil
dan moral dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Surya Utama, Drs, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen Penasehat Akademik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen pembimbing I yang telah
3. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes selaku dosen pembimbing II dan Ketua Departemen
Kesehatan Lingkungan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah banyak
memberi saran dan penyempurnaan penulisan skripsi ini.
5. Ibu Ir. Indra Chahaya, M.Si selaku dosen penguji II yang telah banyak memberi
saran dan penyempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Departemen Kesehatan Lingkungan dan staf pengajar di FKM
USU yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Terkhusus untuk Abangnda Muhammad Khadafi yang senantiasa menemani,
menemani, memotivasi, memberikan semngat dan dukungan serta mendoakan
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Sahabat terkasih Arnold Maruli SKM, Pramayana SKM, Raisya Hehemia SKM,
Ramzi, Rezky Putri Raudah SKM dan Vidya Purnama Sari Lubis SKM yang
telah banyak memberikan motivasi dan mendoakan penulis.
9. Kakanda senior Mansyur Syah SKM dan adik adik tersayang Fauzi Ariansyah
Simbolon, Dikri Abdilanov SKM, Dipo Satrio SKM,Herianto SKM, Ikhsan
Ibrahim Harahap SKM , Nia Rahmadaniaty SKM dan Voni Yolanda SKM yang
telah memotivasi dan mendoakan penulis.
10.Semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran pembuatan
skripsi penulis, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
Alllah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta
diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasaan kemampuan,
pengetahuan, dan pengalaman penulis miliki.
Medan, November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar ... xii
Daftar Lampiran ... xiii
BAB I Pendahuluan ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II Tinjauan Pustaka ... 8
2.1 Pencemaran tanah... 8
2.2 Pencemaran Logam Berat... 10
2.3 Kadmium ... 11
2.3.1 Karakteristik kadmium ... 11
2.3.2 Kegunaan Kadmium ... 12
2.3.3 Metabolisme (Absorpsi, distribusi dan ekskresi) Kadmium dalam tubuh ... 13
2.3.4 Jalur Pemajanan Kadmium ... 15
2.3.5 Waktu paruh dalam tubuh ... 17
2.3.6 Penilaian Resiko Kadmium ... 17
2.3.7 Efek Kadmium ... 18
2.3.8 Kadmium dalam Lingkungan ... 21
2.4 Padi ... 22
2.4.1 Pengertian Padi ... 22
2.4.2 Beras ... 23
2.5 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah ... 26
2.5.1 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah ... 26
2.5.2 Metode Pengolahan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ... 26
2.5.3.Persyaratan Lokasi TPA ... 28
2.6 Air Lindi ... 29
2.6.1 Pengertian Air Lindi ... 29
2.6.2 MekanismeMasuknya Air Lindi ke Dalam Air Tanah ... 30
2.6.3 Komponen Air LindiPadaTempatPembuanganakhirsampah ... 31
2.7 KerangkaKonsep ... 32
BAB III Metode Penelitian ... 33
3.1 Jenis penelitian ... 33
3.2 Lokasi dan waktu penelitian ... 33
3.2.1 Lokasi penelitian ... 33
3.2.2 Waktu penelitian ... 34
3.3 Objek penelitian ... 34
3.4 Pengambilan Sampel ... 34
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 35
3.5.1 Data Primer ... 35
3.5.2 Data Skunder ... 35
3.6 Pelaksanaan Penelitian ... 35
3.6.1 Pengambilan dan Pengiriman Sampel ke Laboratorium ... 35
3.6.2 Pemeriksaan Sampel di Laboratorium ... 36
3.7 Cara kerja ... 37
3.7.1 Preparasi Sampel Beras ... 37
3.7.2 Analisis Kadar Kadmium dengan Alat SSA ... 37
3.8 Analisis Data ... 39
3.9 Definisi Operasional ... 39
BAB IV Hasil Penelitian ... 41
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41
4.1.1 Keadaan Geografis... 41
4.1.2 Gambaran Kependudukan... 42
4.2 Hasil Pemeriksaan Kandungan Kadmium pada Beras ... 44
4.2.2 Hasil Pemeriksaan Kandungan Kadmium pada Beras Secara
Kuantitatif ... 45
BAB V Pembahasan ... 47
5.1 Kondisi Tanah PadaTempatPembuanganAkhir (TPA) Sampah ... 47
5.2 HasilPemeriksaanKandunganKadmiumPadaBeras ... 48
5.2.1 Hasil Pemeriksaan Kandungan Kadmium pada Beras Secara Kualitatif ... 48
5.2.2 Hasil Pemeriksaan Kandungan Kadmium pada Beras Secara Kuantitatif ... 50
BAB VI Kesimpulan dan Saran ... 55
6.1 Kesimpulan ... 55
6.2 Saran ... 55
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Luas Wilayah Desa Namo Bintang ... 41 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 42 Tabel 4.3 Distribusi Penyakit Terbesar di Puskesmas Kecamatan Pancur Batu
Tahun 2012 ... 42 Tabel 4.4 Kondisi dan Situasi TPA Namo Bintang Tahun 2010 ... 43
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Kandungan Kadmium Pada Beras Secara Kualitatif 44 Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Kandungan Kadmium Pada Beras Secara
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 2. Lembaran Hasil Pengujian
Lampiran 3. Batasan Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Lampiran 4. Skema Daerah Tempat Pengambilan Sampel
ABSTRAK
Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan mengakibatkan pencemaran tanah. Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriftif yang bertujuan untuk mengetahui kadar kadmium dalam beras yang berasal dari tanaman padi yang di areal persawahan sekitar Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Pengumpulan data dilakukan secara observasi, kemudian sampel dipersiapkan menggunakan Kjehdal apparatus di Laboratorium Anorganik FMIPA USU, kemudian untuk mengetahui kadar kadmium dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) di Laboratorium Farmasi USU .
Berdasarkan hasil penelitian yang diamati secara kualitatif menunjukan kandungan kadmium dengan kadar tertinggi pada beras yang berjarak 100 meter dari TPA yaitu sebanyak 0,354 mg/kg dan terendah pada beras yang berjarak 500 meter dari TPA yaitu sebanyak 0,007 mg/kg.
Berdasarkan secara kuantitatif menunjukan bahwa kandungan kadmium pada beras masih di bawah ambang batas yang ditetapkan SNI No.7387 tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran logam dalam pangan yaitu sebesar 0,4 mg/kg.
Perlunya diinformasikan kepada konsumen tentang adanya kandungan kadmium dalam beras yang diperiksa. Selain itu, masyarakat juga masih diperbolehkan mengonsumsi beras dari yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang.
ABSTRACT
Soil is part of a cycle of heavy metals. Waste disposal to land if the land exceeds the ability to digest the waste would resulted in soil contamination. Cadmium is a heavy metal kind of dangerous because these elements are at high risk for blood vessels. Cadmium effect on humans in the long term and could accumulated in the body, especially the liver and kidneys.
This research was a descriptive analysis to determine the levels of cadmium in rice derived from rice plants grown in paddy fields around the landfill waste (landfill) Namo Bintang District Pancur Batu regency Deli Serdang. data collection was done by observational, then the sample was prepared using the apparatus in the Laboratory of Inorganic Kjehdal USU Faculty, and then to determined cadmium levels examined using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) in Pharmaceutical Laboratory USU.
Based on the observed results qualitatively show the highest levels of cadmium content in rice within 100 m of the landfill that is as much as 0.354 mg / kg and the lowest rice within 500 m of the landfill that is as much as 0,007 mg / kg .
Based on the observed results quantitatively showed that the cadmium content in rice is still below the threshold set SNI No.7387 of 2009 concerning the maximum limits of metal contamination in food is equal to 0.4 mg / kg .
The need to inform consumers about the content of cadmium in rice were examined . In addition , people are still allowed to consume rice from Landfill ( Landfill ) Namo Bintang .
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke
tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan
mengakibatkan pencemaran tanah. Jenis limbah yang potensial merusak lingkungan
hidup adalah limbah yang termasuk dalam bahan beracun berbahaya (B3) yang di
dalamnya terdapat logam berat. Menurut Arnold (1990) dan Subowo et al (1995)
dalam Charlena (2004), logam berat adalah unsur yang mempunyai massa jenis lebih
besar dari 5 gr/cm3, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn dan Ni. Logam berat Cd, Hg dan Pb
dinamakan sebagai logam non-esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam
beracun bagi mahluk hidup (Charlena, 2004).
Kadmium sendiri merupakan unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang Cd dan nomor atom 48. Kadmium merupakan salah satu jenis
logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh
darah. Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan
dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal.
Tentunya keberadaan kadmium dalam tanah tidak dapat kita toleransi karena
akibat yang ditimbulkan bagi mahluk hidup khususnya manusia. Dimana kadmium
memiliki kemampuan berakumulasi dalam tubuh manusia dan sangat susah untuk
dikeluarkan, sehingga dapat mengganggu kinerja dari tubuh manusia itu sendiri.
Lebih jauh pencemaran kadmium pada tanah serta bagaimana proses
nantinya di kemudian hari kita dapat lebih bijaksana dalam membuang dan
mengendalikan limbah logam berat khususnya kadmium ke dalam tanah.
Salah satu efek utama yang ditimbulkan dari keracunan kadmium adalah
lemah dan rapuh tulang. Umumnya tulang belakang dan kaki sakit dan gaya berjalan
pincang karena cacat tulang. Komplikasi lain yang terjadi adalah batuk, kanker,
anemia, gagal ginjal dan kemudian menyebabkan kematian (Palar, 2008).
Pencemaran oleh kadmium telah menimbulkan dampak negatif terhadap
ekosistem dan kehidupan manusia. Seperti kasus epidemik keracunan akibat
mengkonsumsi beras yang tercemar logam kadmium telah terjadi di sekitar Sungai
Jinzu Kota Toyama Pulau Honsyu Jepang pada tahun 1960. Penderita mengalami
pelunakkan seluruh kerangka tubuh yang diikuti kematian akibat gagal ginjal.
Penyakit ini dikenal dengan nama Itai-itai Disease. Sebelum Perang Dunia II
pertambangan, dikendalikan oleh Mitsui Mining dan Smelting Co, Ltd, meningkat
untuk memenuhi permintaan masa perang. Hal ini kemudian meningkatkan
pencemaran Sungai Jinzū dan anak sungainya. Kadmium dan logam berat lainnya
terakumulasi di bagian bawah sungai dan di air sungai. Air ini kemudian digunakan
untuk mengairi sawah. Pada tahun 1968 Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
mengeluarkan pernyataan tentang gejala penyakit itai-itai yang disebabkan oleh
keracunan kadmium.( Wardhana, 2001).
Kadmium masuk ke dalam jaringan tanaman dari tanah yang diabsorpsi
melalui akar yang kemudian ditimbun dalam daun, sedangkan kadmium dari udara
tertahan pada permukaan daun, yang jumlahnya cukup besar pada daun yang
tanaman sangat bervariasi, bergantung pada spesies tanaman. Kadmium yang diserap
dari dalam tanah, yang kemudian tertimbun di dalam biji jumlahnya lebih besar
daripada dalam daun. Kandungan kadmium dalam beras secara normal adalah sekitar
0,029 ppm, sedangkan pada beras yang berasal dari daerah tercemar dapat mencapai
0,72-4,17 ppm (Winter, 1982).
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) selain sebagai upaya untuk mengatasi
sampah, juga memilki dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak dari
pencemaran TPA adalah tercemarnya lingkungan. Adanya perembesan air lindi
(cairan yang timbul akibat pembusukan sampah) melalui kapiler kapiler air dalam
tanah dapa tmencemari sumber air tanah, terlebih di musim hujan yang kemudian
masuk ke dalam akar-akar tanaman. Air lindi pada umumnya mengandung
senyawa-senyawa organik dan anorganik seperti kadmium (Mahardika, 2010).
Hasil penelitian tentang Analisa Kandungan Kadmium Air Sumur Gali
Masyarakat di Sekitar TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
Serdang menunjukkan bahwa semua sampel air sumur gali mengandung kadmium.
Dari hasil pengamatan karakteristik fisik air sumur gali terdapat 16 sumur yang
memenuhi syarat kesehatan dan ada 14 air sumur gali yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
Dari hasil pemeriksaan laboraturium ditemukan bahwa 30 sampel air sumur
gali mengandung kadmium melebihi baku mutu yang ditetapkan berdasarkan
PerMenkes No 416/Menkes/Per/IX1990 yaitu 0,005 mg/L. Rata-rata kandungan pada
air sumur gali yang berjarak<200 m adalah 0,374 ppm dan kandungan kadmium pada
Air lindi dari TPA dapat merembes masuk ke dalam tanah dan bercampur
dengan air tanah sampai pada jarak 200 meter, ataupun mengalir di permukaan tanah
dan bermuara pada aliran air sungai. Secara langsung air tanah atau air sungai
tersebut akan tercemar (Mahardika, 2010).
Berdasarkan profil TPA Namo Bintang daerah Desa Namo Bintang ini
memiliki luas seluruhnya sebesar 495,2 hektare yang terdiridari 50 hektare daerah
pemukiman, 35 hektare daerah pertanian sawah, 200 hektare daerah perladangan dan
150 hektare daerah perkebunan serta 60,2 hektare untuk fasilitas umum seperti tempat
pembuangan akhir (TPA) sekitar 25 hektare.
Berdasarkan survey pendahuluan, masyarakat di sekitar TPA Namo Bintang
banyak yang berpropesi sebagai petani, sebagian besar masyarakat bertani padi
sedangkan jenis padi yang ditanam adalah padi jenis serang yang ditanam di lahan
pertanian yang bertekstur liat. Hasil pengolahan padi sebagian besar dikonsumsi
sendiri dan dijual kemasyarakat sekitarnya. Rata-rata masyarakat bertani dengan jarak
kurang lebih 30 meter dari TPA.
Sehubungan dengan itu dikhawatirkan beras di daerah TPA Namo Bintang
tercemar kadmium dari air lindi yang mengandung kadmium ataupun logam berat
lainnya, yang akan berdampak pada kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi hasil
pertanian dari daerah tersebut. Dampak kesehatan yang akan ditimbulkan apabila
tanaman mengandung kadmium melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan sesuai
SNI No. 7387 Tahun 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam pangan
desa Namo Bintang sebagai bahan pangan yang mereka konsumsi dalam kehidupan
sehari-hari.
Bahaya kadmium bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi dalam kadar yang
tinggi yang terdapat dalam bahan pangan, maka penulis tertarik melakukan penelitian
“Analisis Kandungan Kadmium Dalam Beras (Oryza sativa) di Sekitar TPA Namo
Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012”.
1.2 Perumusan Masalah
Terjadinya penumpukan sampah dalam jumlah sangat besar di TPA
berpotensi mencemari tanaman padi di areal persawahan masyarakat, yang pada
umumnya dimanfaatkan sebagai bahan pangan utama. Pencemaran oleh kadmium
diduga berpengaruh cukup besar terhadap penurunan kualitas padi, sehingga perlu
diadakan pemeriksaan kandungan kadmium pada beras dari persawahan masyarakat
di sekitar TPA Namo Bintang.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kandungan kadmium yang terdapat pada tanaman padi dari
areal persawahan masyarakat di sekitar TPA Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu,
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran umum areal persawahan di lokasi penelitian.
2. Untuk mengetahui kandungan kadmium yang terdapat dalam beras yang
berasal dari tanaman padi di areal persawahan masyarakat yang berjarak 30
meter, 100 meter, 200 meter, 300 meter dan 500 meter dari TPA Namo
Bintang.
3. Untuk mengetahui apakah kadar kadmium dalam beras yang berasal dari
tanaman padi di areal persawahan masyarakat yang berjarak 30 meter, 100
meter, 200 meter, 300 meter dan 500 meter dari TPA Namo Bintang melebihi
Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan yaitu 0,4 mg/kg (SNI 7387
: 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Pangan).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai dampak pencemaran kadmium
di TPA Namo Bintang.
2. Sebagai informasi bagi konsumen untuk mengetahui keamanan mengonsumsi
beras yang berasal dari pertanian sekitar TPA Namo Bintang.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat yang bercocok tanam di TPA
Namo Bintang.
4. Sebagai informasi bagi pemerintah atau instansi yang terkait agar
meningkatkan upaya pengelolaan sampah dan melakukan pengawasan di TPA
5. Untuk menambah pengetahuan dan informasi penulis mengenai TPA Namo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Tanah
Tanah sangatlah penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup
lainnya dengan fungsi yang tidak akan dapat digantikan dengan yang lainnya. Hampir
seluruh kegiatan yang dilakukan manusia dilakukan diatas tanah , mulai dari tempat
tinggal, pertanian, industri dan aktivitas-aktivitas lainnya (Achmad, 2004).
Menurut Palar (2008), Pencemaran adalah suatu kondisi yang telah berubah
dari kondisi asal ke kondisi yang lebih buruk sebagai akibat masukan dari
bahan-bahan pencemar atau polutan.
Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi
perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya,
sebagai akibat masuk dan atau dimasukkannya suatu zat atau benda asing ke dalam
tatanan lingkungan. Perubahan ini memberikan dampak buruk terhadap organisme
yang hidup dalam tatanan tersebut. Pada tingkat lanjut, perubahan ini juga dapat
membunuh bahkan menghapuskan satu atau lebih organisme.
Menurut keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No.02/MENKLH/I/1988 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran tanah adalah
masuk dan dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam tanah dan atau berubahnya tatanan (komposisi) oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga kualitas kualitas tanah menurun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan tanah menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan
Bahan pencemar yang masuk kedalam tanah biasanya merupakan limbah
dari suatu aktivitas manusia. Menurut sumbernya, limbah sebagai bahan pencemar
dibedakan (Fardiaz, 1992) sebagai brikut:
a. Limbah domestik (limbah rumah tangga, perkantoran, pasar dan pusat
perdagangan)
b. Limbah industri, pertambangan dan transportasi
c. Limbah laboratorium dan rumah sakit
d. Limbah pertanian dan peternakan
e. Limbah pariwisata
Menurut bentuknya, limbah dibedakan menjadi limbah padat, cair, gas dan
campuran dari limbah tersebut. Sedangkan jenis limbah menurut susunan kimianya
terdiri dari limbah organik dan anorganik. Menurut Fardiaz (1992), sumber
pencemaran tanah dapat dibagi menjadi sembilan kelompok, yaitu:
a. Padatan
b. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen
c. Mikroorganisme dalam tanah
d. Komponen organik sintetik
e. Nutrien tanaman
f. Minyak
g. Senyawa anorganik dan mineral
h. Bahan radioaktif
Tanah yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi
manusia. Kerugian ini dapat berupa air menjadi tidak bermanfaat lagi untuk
keperluan industri dan pertanian. Selain itu, tanah yang tercemar dapat menjadi
penyebab timbulnya penyakit baik penyakit menular maupun tidak menular
(Wardhana, 2001).
2.2 Pencemaran Logam Berat
Menurut Connell dan Miller (1995) dalam palar (2008), logam berat adalah
suatu logam dengan berat jenis lebih besar. Logam ini memiliki karakter seperti
berkilau, lunak atau dapat ditempa, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang
tinggi serta bersifat kimiawi, yaitu sebagai dasar pembentukan reaksi dengan asam.
Selain itu, logam berat adalah unsur yang mempunyai nomor atom lebih besar dari 21
dan terdapat di bagian tengah daftar periodik.
Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok
logam dan metaloid dengan densitas lebih besar dari 5 g/cm3, terutama pada unsur
seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn. Berbeda dengan logam biasa, logam berat
biasanya menimbulkan efek khusus pada makhluk hidup.
Logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk
hidup, tetapi beberapa jenis logam masih dibutuhkan oleh makhluk hidup, walaupun
dalam jumlah yang sedikit (Palar, 2008). Pencemaran logam berat terhadap
lingkungan terjadi karena adanya proses yang erat hubungannya dengan penggunaan
logam tersebut dalam kegiatan manusia, dan secara sengaja maupun tidak sengaja
Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung pada
spesies, lokasi, umur (fase siklus hidup), daya tahan (detoksikasi) dan kemampuan
individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Toksisitas pada spesies
biota dibedakan menurut kriteria sebagai berikut : biota air, biota darat, dan biota
laboratorium. Sedangkan toksisitas menurut lokasi dibagi menurut kondisi tempat
mereka hidup, yaitu daerah pencemaran berat, sedang, dan daerah nonpolusi.
Umur biota juga sangat berpengaruh terhadap daya toksisitas logam, dalam
hal ini yang umurnya muda lebih peka. Daya tahan makhluk hidup terhadap toksisitas
logam juga bergantung pada daya detoksikasi individu yang bersangkutan, dan faktor
kesehatan sangat mempengaruhi (Palar, 2008).
2.3 Kadmium (Cd)
Logam Kadmium (Cd) mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam.
Hanya ada satu jenis mineral kadmium yaitu greennockite (CdS) yang selalu
ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Mineral greennockite sangat
jarang ditemukan di alam , sehingga dalam ekspolitasi logam kadmium, biasanya
merupakan hasil sampingan dari peristiwa peleburan dan refining bijih-bijih seng
(Zn). Pada konsentrat bijih seng terdapat 0,2-0,3% logam kadmium. Artinya seng
menjadi sumber utama dari logam kadmium (Palar, 2008).
2.3.1 Karakteristik Kadmium (Cd)
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, lentur, tahan terhadap
tekanan, mengkilap, tidak larut dalam basa, mudah bereaksi dan menghasilkan
dengan klor (Cd klorida) atau belerang (Cd sulfid). Kadmium dapat membentuk ion
Cd2+ yang bersifat tidak stabil. Kadmium memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4
g/mol: titik leleh 3210C dan titik didih 7670C (Widowati, 2008).
Karakteristik kadmium yang lainnya adalah bila dimasukkan ke dalam larutan
yang mengandung ion OH- , ion ion Cd2+ akan mengalami pengendapan. Endapan
yang terbentuk biasanya dalam bentuk senyawa terhidratasi yanng berwarna putih.
Bila logam kadmium digabungkan dengan senyawa karbonat, posfat, arsenat dan
oksalat-ferro sianat maka akan terbentuk senyawa berwarna kuning (Palar, 2008).
2.3.2 Kegunaan Kadmium (Cd)
Kadmium merupakan logam yang sangat penting dan banyak kegunaannya,
khususnya untuk electroplating (pelapisan elektrik) serta galvanisasi karena kadmium
memiliki keistimewaan nonkorosif. Kadmium banyak digunakan dalam pembuatan
alloy, pigmen warna pada cat, keramik, plastik, stabilizer plastik, katoda untuk Ni-Cd
pada baterai, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, karet, sabun, kembang api,
percetakan tekstil, dan pigmen untuk gelas dan email gigi (Widowati, 2008).
Pemanfaatan kadmium dan persenyawaannya meliputi:
a. Senyawa CdS dan CdSeS yang banyak digunakan sebagai zat warna.
b. Senyawa Cd sulfat (CdSO4) yang digunakan dalam industri baterai yang
berfungsi sebagai pembuatan sel wseton karena memiliki potensial voltase
stabil.
c. Senyawa Cd-bromida dan Cd-ionida yang digunakan untuk fotografi.
e. Senyawa Cd-stearat untuk perindustrian polivinilkorida sebagai bahan
untuk stabilizer.
Kadmium dalam konsentrasi rendah banyak digunakan dalam industri pada
proses pengolahan roti, pengolahan ikan, pengolahan minuman serta industri tekstil.
2.3.3 Metabolisme (Absorbsi, Distribusi dan Ekskresi) Kadmium dalam Tubuh
Keracunan akut yang disebabkan oleh kadmium ini dapat terjadi pada
pekerja di industri-industri yang berkaitan dengan logam ini. Keracunan akut terjadi
karena pada pekerja terkena paparan uap logam kadmium (Cd) atau kadmium oksida
(CdO). Keracunan bersifat kronis yang disebabkan oleh daya racun yang dibawa oleh
logam kadmium, terjadi dalam selang waktu yang sangat pajan. Peristiwa ini terjadi
karena kadmium masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang kecil sehingga dapat
ditolerir tubuh pada saat tersebut (Palar, 2008).
Kadmium dapat masuk ke dalam tubuh hewan atau manusia melalui
berbagai cara, yaitu:
a. Dari udara yang tercemar, misalnya asap rokok dan asap pembakaran batu
bara
b. Melalui wadah/tempat berlapis kadmium yang digunakan untuk tempat
makanan atau minuman
c. Melalui kontaminasi perairan dan hasil perairan yang tercemar Kadmium
d. Melalui rantai makanan
e. Melalui konsumsi daging yang diberi obat anthelminthes yang
Absorpsi kadmium melalui gastrointestinal lebih rendah dibandingkan
absorpsi melalui respirasi, yaitu sekitar 5-8%. Absorpsi kadmium meningkat bila
terjadi defisiensi kalsium (Ca), besi (Fe) dan rendah protein dalam makanan.
Defisiensi kalsium akan merangsang sintesis ikatan Ca-protein sehingga akan
meningkatkan absorpsi kadmium, sedangkan kecukupan seng dalam makanan dapat
menurunkan absorpsi kadmium. Hal ini diduga karena seng merangsang produksi
metalotionin (Widowati,2008).
Kadmium ditransformasikan dalam darah yang berikatan dengan sel darah
merah yang memilki protein berat molekul rendah, yaitu metalotionin (MT) yang
memilki berat molekul 6000, banyak mengandung sulfhidril, dan dapat mengikat
11% kadmium dan seng. Metalotionin (MT) memiliki daya ikat yang sama terhadap
beberapa jenis logam berat sehingga kandungan logam berat bebas dalam jaringan
berkurang. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas kadmium disebabkan oleh
interaksi antara kadmium dan protein tersebut sehingga memunculkan hambatan
terhadap aktivitas kerja enzim.
Metalotionin merupakan protein yang sangat peka dan akurat sebagai
indikator pencemaran. Hal itu didasarkan pada suatu fenomena alam dimana
logam-logam bisa terikat di dalam jaringan tubuh organisme karena adanya protein
(polipeptida) yang 26-33% mengandung sistein.
Setelah toksik memasuki darah, toksik didistribusikan dengan cepat ke
seluruh tubuh. Pengikat oksigen dalam jaringan bisa menyebabkan lebih tingginya
kadar toksikan dalam jaringan tersebut. Kadmium memilki afinitas yang kuat
pada kadar total kadmium dalam tubuh. Apabila metalotionin (MT) hepar dan ginjal
tidak mampu lagi melakukan detoksifikasi, maka akan terjadi kerusakan hati dan
ginjal (Widowati, 2008).
Kadmium memiliki afinitas yang kuat terhadap ginjal dan hati. Pada
umumnya, sekitar 50-75% kadmium dalam tubuh terdapat pada kedua organ tersebut.
Kadmium dalam tubuh akan dibuang melalui feces sekitar 3-4 minggu setelah
terpapar kadmium dan melalui urin. Pada manusia, sebagian besar kadmium
diekskresikan melalui urin, sedangkan pada hewan sebagian besar kadmium
diekskresikan melalui feces (Widowati, 2008).
2.3.4 Jalur Pemajanan Kadmium A. Inhalasi
Paparan melalui inhalasi terutama terjadi di tempat kerja. Senyawa kadmium
yang terhirup sebagai partikel baik sebagai asap dengan ukuran sangat kecil atau
sebagai debu. Setelah paparan inhalasi, penyerapan senyawa kadmium sangat
bervariasi dan tergantung ukuran partikel dan kelarutan kadmium tersebut. Besar
partikel, debu (> 10 um diameter) cendrung masuk dan menembus ke dalam alveoli.
Sementara senyawa kadmium terlarut (CdCl2 dan CdSO4 ) dapat mengalami
penyerapan terbatas disbanding dengan partikel. Hanya sekitar 5% dari partikel 10
µm akan disimpan dalam alveoli dan akan diserap. Ukuran partikel merupakan
penentu utama penyebab kadmium dalam paru-paru. (ATSDR, 2010)
Pada manusia , 10-30% debu kadmium akan diserap, 25-50% akan diserap
diendapkan pada mukosa nasofaring, trakea, bronkus kemudian akan masuk lagi ke
alveoli dan alveoli akan diserap oleh darah (widiowati, 2008).
B. Oral
Penyerapan kadmium melalui makanan pada asupan makan dan status zat besi
dalam tubuh. Di eropa dan amerika penyerapan kadmium secara oral rata-rata 1,2-25
ug/hari. Penyerapan kadmium dari saluran pencernaan biasanya sekitar 5%.
Penyerapan dipengaruhi faktor yaitu :
1. Umur
Pada dewasa 2 kali lebih cepat dari anak-anak. Sebagai racun kumulatif,
kadmium meningkatkan beban tubuh.
2. Jenis Kelamin
Perempuan memiliki kandungan kadmium lebih tinggi dari laki-laki.
3. Merokok
Perokok memiliki kadar kadmium lebih tinggi dari bukan perokok karena: Rokok berisi 2,0 mg kadmium, 2-10% dari yang ditransfer asap utama
Kadmium asap rokok utama , hampir 50% diserap paru-paru ke sirkulasi
sistemik selama merokok aktif.
Perokok biasanya memiliki darah kadmium dan beban tubuh lebih dari dua
kali lipat yang tidak merokok
4. Status Gizi
Status gizi lebih rendah lebih mudah terpapar setelah pemaparan oral
C. Kulit
Penyerapan kadmium melalui kulit sangat rendah sekitar 0.5%. kontak dengan
kulit akan semakin parah bila terpapar selama beberapa jam atau lebih (ATSDR)
2.3.5 Waktu Paruh dalam Tubuh
Kadmium memiliki banyak efek diantaranya kerusakan ginjal dan
karsiogenik pada hewan yang menyebabkan tumor pada testis. Akumulasi logam
kadmium dalam ginjal membentuk komplek dengan protein. Waktu paruh dari
kadmium dalam lingkungan adalah 10-30 tahun sedangkan waktu paruh kadmium
dalam tubuh 7-30 tahun dan menembus ginjal terutama setelah terjadi kerusakan.
Kadmium bisa juga menyebabkan kekacauan pada metabolisme kalsium
yang pada akhirnya mengalami kekurangan kalsium pada tubuh dan menyebabkan
penyakit osteomalacia (rasa sakit pada persendian tulang belakang, tulang kaki) dan
bittlebones (kerusakan tulang) (Lentech, 2010).
2.3.6 Penilaian Resiko Kadmium
Pajanan zat kimia tidak dapat dihindari sepenuhnya oleh manusia sehingga
harus dilakukan penilaian terhadap banyaknya zat kimia untuk menentukan tingkat
pajanan yang tidak akan menimbulkan resiko terhadap kesehatan.
Beberapa badan ahli memakai istilah Acceptable Daily Intake (asupan harian
yang dapat diterima) untuk menilai toksikologi zat kimia dalam makanan dan air
sebagai dasar untuk menentukan tingkat kadar logam yang diperbolehkan.
Adapun batas kandungan logam kadmium yang direkomendasikan untuk
Additive) yaitu sebesar 400-500 µg per minggu untuk orang dewasa atau 7 µg per kg
berat badan per hari (Suwirma, 2000).
Dalam penentuan batas konsumsi harian (Acceptable Daily Intake = ADI)
dilakukan perhitungan berdasarkan aturan FAO/WHO, dengan rumus (Suwirma,
2000):
Keterangan:
[Cd] = konsentrasi Cd pada padi(Oryza Sativa) ( g/g)
w = berat padi(Oryza Sativa)(g/individu)
2.3.7 Efek Kadmium (Cd)
A. Efek kadmium (Cd) Terhadap Tumbuhan dan Hewan
Kadmium aliran limbah dari industri terutama berakhir di tanah dan badan air.
Hal ini dapat berasal dari produksi misalnya seng, implikasi bijih fosfat dan pupuk.
Kadmium juga terdapat di udara melalui pembakaran sampah rumah tangga dan
pembakaran bahan bakar fosil.
Sumber lain yang penting dari emisi kadmium adalah produksi pupuk fosfat
buatan. Bagian dari kadmium yang berakhir di tanah setelah pupuk diterapkan pada
lahan pertanian dan sisanya dari kadmium yang berakhir di permukaan air ketika
limbah dari produksi pupuk dibuang oleh perusahaan produksi. Kadmium dapat
diangkut melalui jarak yang jauh ketika diserap oleh lumpur. Lumpur ini kaya
Kadmium dapat terserap untuk bahan organik dalam tanah. Ketika kadmium
hadir di tanah itu bisa sangat berbahaya, karena serapan melalui makanan akan
meningkat. Tanah yang diasamkan meningkatkan serapan kadmium oleh tanaman.
Hal ini merupakan potensi bahaya binatang yang tergantung pada tanaman untuk
bertahan hidup.
Kadmium dapat terakumulasi dalam tubuh bintang tersebut, terutama ketika
makan beberapa tanaman. Sapi mungkin memiliki jumlah besar kadmium dalam
ginjalnya karena ini. Cacing tanah dan organisme tanah penting lainnya sangat rentan
untuk keracunan kadmium. Cacing bisa mati pada konsentrasi sangat rendah dan
memiliki konsekuensi bagi struktur tanah. Ketika konsentrasi kadmium di tanah
tinggi mereka dapat mempengaruhi proses mikroorganisme tanah dan ancaman
ekosistem seluruh tanah (Darmono, 2001).
B. Efek kadmium (Cd) Terhadap Kesehatan Manusia
Menurut darmono (2001), efek kadmium terhadap kesehatan manusia dapat
bersifat akut dan kronis. Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan melalui saluran
pernapasan, misalnya menghisap debu dan asap kadmium terutama kadmium oksida
(CdO).
Gejala yang timbul berupa gangguan saluran pernapasan, mual, muntah,
kepala pusing dan sakit pinggang. Akibat dari keracunan akut ini dapat menimbulkan
penyakit paru-paru yang akut dan kematian. Efek kronis terjadi dalam selang waktu
yang sangat panjang. Peristiwa ini terjadi karena kadmium yang masuk ke dalam
Efek akan muncul saat daya racun yang dibawa kadmium tidak dapat lagi
ditolerir tubuh karena adanya akumulasi kadmium dalam tubuh. Efek kronis dapat
dikelompokkan menjadi lima kelompok (Palar, 2008), yaitu:
a) Efek Kadmium Terhadap Ginjal
Ginjal merupakan organ utama dari dari sistem urinaria hewan tingkat
tinggi dan manusia. Pada organ ini terjadi peristiwa akumulasi dari
bermacam-macam bahan termasuk logam kadmium. Kadmium dapat
menimbulkan gangguan dan bahkan kerusakan pada sistem kerja ginjal
terutama ekskresi protein. Kerusakan ini dapat dideteksi dari tingkat atau
kandungan protein yang terdapat dalam urin. Petunjuk lain berupa adanya
asam amino dan glukosa dalam urin, ketidaknormalan kandungan asam
urat serta Ca dan Protein dalam urin.
b) Efek Kadmium Terhadap Paru-paru
Keracunan yang disebabkan oleh kadmium lebih tinggi bila terinhalasi
melalui saluran pernapasan daripada saluran pencernaan. Efek kronis
kadmium akan muncul setelah 20 tahun terpapar kadmium. Akan muncul
pembengkakan paru-paru (pulmonary emphysema) dengan gejala awal
gangguan saluran napas, mual, muntah dan kepala pusing.
c) Efek Kadmium Terhadap Tulang
Serangan yang paling hebat karena kadmium adalah kerapuhan tulang.
Efek ini telah menggoncangkan dunia internasional sehingga setiap orang
dilanda rasa takut terhadap pencemaran. Efek ini timbul akibat
fungsi kalsium darah digantikan oleh logam kadmium yang ada. Pada
akhirnya kerapuhan pada tulang-tulang penderita yang dinamakan itai-itai
disease.
d) Efek Kadmium Terhadap Darah dan Jantung
Efek kronis kadmium dapat pula menimbulkan anemia karena CdO.
Penyakit ini karena adanya hubungan antara kandungan kadmium yang
tinggi dalam darah dengan rendahnya hemoglobin.
e) Efek Kadmium Terhadap Sistem Reproduksi
Daya racun yang dimiliki oleh kadmium juga mempengaruhi sistem
reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi tertentu kadmium dapat
mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar
bahwa akibat terpapar uap logam kadmium dapat mengakibatkan
impotensi. Impotensi yang terjadi dapat dibuktikan dengan rendahnya
kadar testoteron dalam darah.
2.3.8 Kadmium (Cd) dalam Lingkungan
Logam kadmium dan bentuk-bentuk persenyawaannya dapat masuk ke
lingkungan, terutama sekali merupakan efek samping dari aktivitas yang dilakukan
manusia. Dapat dikatakan bahwa semua industri yang melibatkan kadmium dalam
proses operasional industrinya menjadi sumber pencemaran kadmium. Selain itu
kadmium juga berasal dari pembakaran sampah rumah tangga dan pembakaran bahan
bakar fosil karena secara alami bahan bakar mengandung kadmium, penggunaan
Dalam strata lingkungan, kadmium dan persenyawaannya ditemukan dalam
banyak lapisan. Secara sederhana dapat diketahui bahwa kandungan kadmium akan
dapat dijumpai di daerah-daerah penimbunan sampah dan aliran hujan, selain dalam
air buangan (Palar, 2008).
Kadmium akan mengalami biotransformasi dan bioakumulasi dalam
organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Dalam tubuh biota perairan
jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan dengan adanya
proses biomagnifikasi di badan air. Di samping itu, tingkatan biota dalam sistem
rantai makanan turut menentukan jumlah kadmium yang terakumulasi. Dimana pada
biota yang lebih tinggi stratanya akan ditemukan akumulasi kadmium yang lebih
banyak( Widowati,2008).
2.4 TanamanPadi
2.4.1 Pengertian TanamanPadi
Tanaman Padi (Oryza Sativa) merupakan salah satu tanaman budidaya
terpenting dalam peradaban. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk
ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500
SM.
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia,
setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat
utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae (graminae atau
glumiflorae). Terna semusim, berakar serabut, batang sangat pendek, struktur serupa
batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun sempurna
dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua,
berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bagian bunga
tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret yang terletak
pada satu spikelet yang duduk pada panikula, tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak
dapat dibedakan mana buah dan bijinya,bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran
3mm hingga 15mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari
disebut sekam, struktur dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis
enduspermium (Estiasih, Teti Ahmadi,2009).
Padi adalah komoditas tanaman pangan di Indonesia. Kecukupan beras
merupakan usaha strategi pemerintah dalam memantapkan ketahanan pangan,
ekonomi dan stabilitas politik nasional. Sebagian masyarakat menghendaki adanya
pasokan dan harga beras yang stabil, berkualitas baik tersedia sepanjang waktu,
tersalur secara merata, dengan harga terjangkau (Auliana, 2002).
2.4.2 Beras
Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekamnya) yang
menjadi dedak kasar (Sediotama, 1989). Beras adalah gabah yang bagian kulitnya
sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan
Kebiasaan makan beras dalam bentuk nasi terbentuk melalui sejarah yang
panjang. Beras berasal dari kata weas dalam bahasa Jawa Kuno. Beras dipilih
menjadi pangan pokok karena sumber daya alam lingkungan mendukung
penyediaannya dalam jumlah yang cukup, mudah dan, cepat pengolahannya,
memberi kenikmatan pada saat menyantap, dan aman dari segi kesehatan.
Sesungguhnya rasa lapar dapat dipuaskan dengan memakan makanan apa
saja, terutama makanan sumber pati atau lazimnya disebut karbohidrat. Namun perlu
diperhatikan, dalam konsep makan, terdapat dua unsur yang dianut oleh kebanyakan
orang yaitu kenyang dan nikmat. Makanan disenangi jika memberikan kesan nikmat
pada indra penglihatan mengenai warna, bentuk, dan ketampakan lainnya seperti
indera pembau, pengecap, peraba di mulut mengenai tekstur, dan bila mungkin juga
indera pendengaran pada saat penyajian dan penyantapannya (Haryadi, 2006).
Komposisi terbesar yang terkandung dalam beras adalah karbohidrat
sebesar 79%, Energi sebesar 365 kalori perhari.Beras juga mengandung protein,
vitamin, mineral, dan air.
Secara biologi anatomi beras adalah bagian biji padi yang terdiri dari :
1. Aleuron adalah lapis terluar yang sering kali ikut terbuang pada proses
pemisahan kulit.
2. Endosperma adalah tempat sebagian besar pati dan protein beras berada.
3. Embrio yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat
tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultu jaringan).
Beras sebagai bahan pangan disusun oleh pati, dan unsur lain seperti lemak
seperti protein, lemak, serat, abu, pentosa,dan lignin sedangkan bagian endosperm
kaya pati (Haryadi, 2006).
Secara umum, mutu beras dapat dikategorikan ke dalam empat kelompok,
yaitu mutu giling, mutu tanak, mutu gizi dan standarspesifik untuk penampakan dan
kemurnian biji (misalnya besar dan bentuk beras, kebeningan dan beras chalky)
(Haryadi, 2006).
Pemutuan beras didasarkan pada aturan SNI 01-6128 : 2008 membagi
beras dalam lima kelas mutu I, II, III, IV dan V. Syarat umum beras adalah :
(a) bebas hama dan penyakit
(b) bebas bau apek, asam, atau bau asing lainnya
(c) bebas dari campuran dedak dan bekatul
(d) bebas dari bahan kimia yang membahayakan konsumen (Haryadi, 2006).
2.4.3 Pengolahan Padi Menjadi Beras
Pegolahan padi di pabrik adalah proses menggiling menjadi beras. Gabah
digiling untuk dibebaskan dari sekamnya yang menjadi dedak kasar dan beras yang
dihasilkan disebut beras pecah kulit. Beras pecah kulit digiling lebih lanjut untuk
membuang lembaga dan lapisan-lapisan permukaan biji. Hasilnya adalah beras giling
dan dedak halus. Dedak halus merupakan limbah yang sangat kaya akan berbagai
vitamin, lemak, protein dan mineral. Beras giling yang bersih dari lapisan-lapisan luar
biji dan dari lembaga disebut beras giling sempurna. Untuk lebih menarik lagi, beras
giling sempurna dapat digosok sehingga menjadi lebih mengkilap dan dapat juga
Derajat giling beras dinyatakan dengan efesiensi hasil gilingnya. Bila hasil
beras giling 72 % dari beras asal gabahnya, dikatakan bahwa derajat giling beras
tersebut 72 % atau derajat ekstraksinya 72 %. Teoritis derajat giling beras maksimal
adalah 80 % karena kulit gabah merupakan 20 % dari berat seluruh biji. Jadi beras
pecah kulit mempunyai derajat ekstraksi maksimal adalah 80 %. Semakin tinggi
derajat ekstraksi beras akan semakin kaya beras tersebut akan zat-zat gizi, terutama
berbagai jenis vitamin. Semakin tinggi derajat ekstraksi beras, semakin tinggi pula
nilai gizinya tetapi sebaliknya beras demikian akan semakin mudah rusak diserang
hama mikroba dan serangga karena zat-zat gizi yang tersedia akan merupakan tempat
tumbuh yang subur, memberikan zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan hama tersebut (Haryadi, 2006).
2.5 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
2.5.1 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah
mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,
pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA
merupakan tempat sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan sekitarnya.
Di TPA, sampah masih mengalami praoses penguraian secara alamiah
dengan rangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat,
sementara yang lain lebih lambat, bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak
bahwa setelah TPA selesai digunakan pun masih ada proses yang berlangsung dan
menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih
diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup (Royadi, 2006).
2.5.2 Metode Pengolahan Sampah Di Pembuangan Akhir (TPA)
Pembuangan akhir sampah adalah upaya untuk memusnahkan sampah di
tempat tertentu yang disebut tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Menurut
Suryanto 1988 (Royadi 2006), dalam pembuangan akhir sampah terdapat beberapa
metode yaitu:
a. Open Dumping
Metode open dumping adalah cara pembuangan akhir dengan hanya menumpuk
sampah begitu saja tanpa ada perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan
gangguan terhadap lingkungan.
b. Controlled Landfill
Adalah sistem open dumping yang diperbaiki atau ditingkatkan, merupakan peralihan
antara teknik open dumping dan sanitary landfill. Pada cara ini penutupan sampah
dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh dengan timbunan sampah yang
dipadatkan setelah mencapai tahap tertentu.
c. Sanitary Landfill
Pada sistem ini sampah ditimbun dalam tanah yang luas kemudian dipadatkan dan
ditutup dengan tanah penutup harian pada setiap hari dan akhir operasi.
Resiko yang tidak dapat dihindarkan dari pembuangan sampah di landfill
adalah terbentuknya gas dan lindi yang dipengaruhi oleh dekomposisi dari mikroba
gas dan lindi dari landfill ke lingkungan sekitarnya menyebabkan dampak yang serius
pada lingkungan, selain berdampak buruk terhadap kesehatan juga menyebabkan
kebakaran dan peledakan, kerusakan pada tanaman, bau yang tidak sedap, masalah
setelah penutupan landfill, pencemaran air tanah, udara dan pencemaran global
(Royadi, 2006).
Sampah yang dibuang ke TPA-TPA di kota Medan berasal dari rumah tangga,
kompleks perumahan, perguruan tinggi/sekolah, perkantoran, plaza, hotel,
restoran/rumah makan, rumah sakit, dan lain-lain. Komposisi sampah terdiri dari
sampah organik (48,2%) yang terdiri dari daun-daunan 32% dan makanan 16,2%, dan
sampah anorganik sebanyak 51,8% terdiri dari kertas 17,5%, plastik 3,5% dan
lain-lain. TPA Namo Bintang, pada prinsipnya merupakan suatu landfill yang
mnggunakan metode open dumping dimana seluruh sampah yang dibuang,
dipadatkan dengan alat berat kemudian dibiarkan menumpuk begitu saja tanpa ada
perlakuan khusus.
2.5.3 Persyaratan Lokasi TPA
Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan
hati-hati. Hal ini ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi TPA seperti
tercantum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Pemilihan
Tempaat Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, yang diantaranya dalam kriteria
regional dicantumkan :
1. Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan longsor, rawan
2. Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman
air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat
dengan sumber air (dalam hal tidak terpenuhi harus dilakukan masukan
teknologi)
3. Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20%).
4. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di bandara (jarak
minimal 1,5-3km)
5. Bukan daerah/kawasan yang dilindungi (Damanhuri, 1995)
Sumber pencemaran kadmium pada tempat pembuangan akhir sampah
(TPA) bersasal dari pelindihan sampah dan air hujan. Sampah-sampah seperti
pelastik, bekas baterai, dan bekas alat elektronik jika mengalami dekomposisi dari
bercampur dengan air hujan, juga dapat masuk ke dalam tanah dan mencemari air
tanah (BLH Kota Bengkulu,2011).
Meskipun begitu, metode pembuangan sampah ini banyak dilakukan di
Indonesia, seperti halnya Kota Medan yang menggunakan metode open dumping.
Metode ini memungkinkan adanya perembesan air lindi (cairan yang timbul akibat
pembusukan sampah) melalui kapiler-kapiler air dalam tanah hingga mencemari
sumber air tanah, terlebih di musim hujan.Efek pencemaran bisa berakumulasi jangka
panjang dan pemulihannya bisa membutuhkan puluhan tahun. Metode ini sudah tidak
populer karena selain sudah tidak akan diperbolehkan lagi juga berpotensi pada
2.6 Air Lindi
2.6.1 Pengertian Air Lindi
Sampah di TPA akan mengalami proses penguraian secara kimia dan
biokimia. Masalah akan timbul ketika air hujan dan air permukaan meresap ke dalam
timbunan sampah. Ditambah lagi dengan penguraian sampah secara kimia dan
biokimia, akan menimbulkan cairan rembesan dengan kandungan padatan dan
kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang kemudian bercampur dengan air hujan,
disebut juga denganlindi (Martono, 1996).
Air lindi membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk
dari degradasi sampah. Komposisi air lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah TPA dan kondisi spesifik
tempat pembuangan tersebut.
Air lindi pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik dan
anorganik yang tinggi. Selayaknya benda cair, air lindi akan mengalir ke tempat yang
lebih rendah. Air lindi ini dapat merembes masuk ke dalam tanah dan bercampur
dengan air tanah sampai pada jarak 200 meter, ataupun mengalir di permukaan tanah
dan bermuara pada aliran air sungai. Secara langsung air tanah atau air sungai
tersebut akan tercemar. Air lindi juga dapat mencemari sumber air minum pada jarak
100 dari sumber pencemaran (Mahardika 2010).
2.6.2 Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Dalam Air Tanah
Mekanisme masuknya air lindi masuk ke lapisan air tanah, terutama air
1. Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai open dumping,
yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah.
2. Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera
permukaan tanah dijenuhi air.
3. Akibat adanya faktor seperti air hujan, mempercepat air lindi masuk ke lapisan
tanah yaitu zona aerasi yang mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan
tanah.
4. Lalu akibat banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke
lapisan air tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh.
5. Dan di lapisan tanah jenuh tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi
dimana di air tanah dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui
sumur-sumur dangkal (Mahardika, 2010).
Potensi gravitasi sangat penting dalam tanah-tanah yang jenuh air. Hal ini
diperhitungkan terutama untuk gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada
umumnya bergerak dari elevasi tinggi ke elevasi rendah. Biasanya air tanah yang
diperhatikan mempunyai elevasi yang lebih tinggi daripada sumber air bersih tertentu.
Gerakan air lindi ke dalam tanah mengikuti gerakan air tanah, yang merupakan
gerakan air dari tanah melalui evaporasi dan atau drainase (dari tanah basah ke tanah
kering) dan dari tanah ke dalam akar-akar tanaman (Mahardika, 2010).
2.6.3 Komponen Air Lindi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Air lindi pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik
(hidrokarbon, asam humat, fulfat, tanat dan galat) dan anorganik (natrium, kalium,
yang tinggi. Konsentrasi dari komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa
mencapai 1000 sampai 5000 kali lebih tinggi daripada konsentrasi dalam air tanah.
Berdasarkan penelitian Astuti (2008), bahwa komponen air lindi di TPA Putri Cempo
Mojosongo Surakarta adalah NO3 (900 mg/l), Cd (0,36 mg/l), Mn (3,10 mg/l), NO2
(27 mg/l), Cl (873 mg/l), Cl2 (1,41 mg/l), H2S (0,096 mg/l), minyak dan lemak (1016
2.7 Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Kerangka konsep penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dilihat analisis kadar kadmium
pada beras yang berasal dari areal persawahan masyarakat sekitar TPA Namo
Bintang.
Sampel beras yang berasal dari areal persawahan masyarakat yang berjarak 30m, 100m, 200m, 300m dan 500m dari TPA Namo Bintang
Hasil pengukuran kadar Kadmium dalam beras secara kualitatif
Hasil pengukuran kadar Kadmium dalam beras secara kuantitatif
(>0,4mg/kg sesuai SNI 7387 : 2009)
Memenuhi syarat
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, untuk
mengetahui gambaran hasil pemeriksaan kadar kadmium dalam beras yang berasal
dari tanaman padi yang ditanam di areal daerah sekitar Tempat Pembuangan Akhir
sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di areal persawahan di Dusun I Namo Bintang Desa
Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, adapun alasan
dipilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian adalah karena :
a. Desa Namo bintang letaknya sangat dekat dengan TPA
b. Belum pernah ada penelitian tentang kandungan kadmium pada beras
masyarakat Namo Bintang
c. Masyarakat di sekitar TPA umumnya menggunakan beras yang dihasilkan
sawah di sekitar TPA untuk dikonsumsi sendiri.
Lokasi pemeriksaan sampel beras dilakukan di Laboratorium Anorganik
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012- Juli 2013.
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah tanaman padi yang ditanam di
areal persawahan sekitar TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kab. Deli
Serdang. Sedangkan sampel yang dijadikan pada penelitian ini adalah hasil
pengolahan padi berupa beras yang ditanam di areal persawahan sekitar TPA Namo
Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
3.4 Pengambilan Sampel
Sampel beras dari tanaman padi diambil menggunakan metode non random
sampling yaitu secara purposive sampling, sampel diambil sebanyak 10 titik
berdasarkan jarak areal persawahan dengan Tempat Pembuangan Akhir di Desa
Namo Bintang yaitu 30m, 100m, 200m, 300m dan 500m. Dari tiap jarak di ambil 2
titik sampel tanaman padi dimana jarak antara kedua titik pengambilan sejauh 6 - 8
meter.
Tanaman padi yang diambil kemudian digiling hingga menjadi dedak kasar
dan beras. Beras yang dihasilkan disebut beras pecah kulit. Beras pecah kulit digiling
lebih lanjut untuk membuang lembaga dan lapisan-lapisan permukaan biji. Hasilnya
adalah beras giling dan dedak halus. Beras giling tersebut kemudian dibawa ke
3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung ke areal sawah di
sekitar TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang,
kemudian sampel dipersiapkan menggunakan Kjehdal apparatus di Laboratorium
Anorganik FMIPA USU, kemudian untuk mengetahui kadar kadmium dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) di
Laboratorium Farmasi USU .
3.5.2 Data Skunder
Data- data yang digunakan yaitu :
a. Data demografi desa Namo Bintang diperoleh dari Kecamatan Pancur Batu
tahun 2011.
b. Profil TPA Namo Bintang diperoleh dari kantor tata usaha TPA Namo
Bintang
c. Data kesehatan dari puskesmas Pancur Batu
3.6 Pelaksanaan Penelitian
3.6.1 Pengambilan dan Pengiriman Sampel (Padi) ke Laboratorium 1. Persiapkan plastik sebagai wadah sampel
2. Sampel diambil sebanyak 100 gr kemudian dimasukkan kedalam plastik
3.6.2 Pemeriksaan Sampel di Laboratorium A. Alat yang digunakan
1. Kjehdal Aparatus
2. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
3. Neraca analitik kapasitas 200g, ketinggian 0,1
4. Baeker glass
5. Gelas ukur
6. Labu Kjehdal
7. Labu ukur 50 ml
8. Pipet tetes
9. Spatula
B. Bahan yang digunakan 1. Padi
2. Aduadest
3. Asam sulfat (H2SO4) p.a
4. Asam nitrat (HNO3) p.a
3.7 Cara Kerja
3.7.1 Preparasi Sampel beras (Standar Nasional Indonesia 01-4866-1998)
Sebelum dilakukan pemeriksaan kadar kadmium pada beras, maka terlebih
dahulu dengan proses destruksi yang dilakukan oleh peneliti dibantu laboran. Adapun
prosedur kerja yang dilakukan yaitu :
1. Timbang 3 gr sampel beras dalam labu kjehdal.
2. Tambah 20 ml H2SO4 dan 15 ml HNO3
3. Setelah reaksi selesai, panaskan dan tambahkan lagi HNO3 p.a sedikit demi
sedikit, panaskan hingga sampel berwarna coklat atau kehitaman.
4. Tambahkan 10 ml HClO4 sedikit demi sedikit, panaskan lagi hingga larutan
menjadi jernih atau berwarna kuning (jika terjadi pengarangan setelah
penambahan HClO4 tambahkan lagi HNO3).
5. Masukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan himpitkan dengan air suling.
6. Setelah dingin masukkan larutan destruksi ke dalam labu ukur 50 ml dan
himpitkan dengan air suling.
3.7.2 Analisis Kadar Kadmium dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu metode pengukuran
kuantitatif suatu unsur yang terdapat dalam suatu cuplikan berdasarkan penerapan
cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh atom-atom bentuk gas dalam keadaan
dasar. Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan, nyala yang
mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap
berada dalam nyala. Metode ini digunakan untuk penetapan sejumlah unsur,
kebanyakan logam, dan berbagai sampel.
A. Pembuatan larutan standar unsur Kadmium ( Cd )
1. Pembuatan larutan standar unsur Kadmium ( Cd ) 100 mg/L
Sebanyak 10 ml larutan induk unsur Kadmium 1000 mg/L dimasukkan dalam
labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan
dihomogenkan.
2. Pembuatan larutan standar unsur Kadmium ( Cd ) 10 mg/L
Sebanyak 10 ml larutan induk unsur Kadmium 100 mg/L dimasukkan dalam
labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan
dihomogenkan.
3. Pembuatan larutan standar unsur Kadmium ( Cd ) 1 mg/L
Sebanyak 10 ml larutan standar unsur Kadmium 10 mg/L dimasukkan dalam
labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan
dihomogenkan.
4. Pembuatan larutan seri standar unsur Kadmium ( Cd ) 0,0; 0,01; 0,02; 0,03; 0,04; dan 0,05 mg/L
Sebanyak 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 ml larutan standar unsur Kadmium 1
mg/L dimasukkan dalam labu takar 50 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer
5. Pembuatan kurva standar unsur Kadmium ( Cd )
Larutan seri standar unsur Kadmium 0,0 mg/L diukur absorbansinya dengan
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada spesifik 228,8 nm. Perlakuan
dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar unsur
Kadmium 0,01; 0,02; 0,03; 0,04; dan 0,05 mg/L.
3.8 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium diolah secara
manual dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan pembahasan dilakukan secara
deskriptif.
3.9 Definisi Operasional
1. Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya, digunakan
masyarakat sebagai bahan pangan utama serta dihasilkan oleh sawah yang
berjarak 30 meter, 100 meter, 200 meter, 300 meter dan 500 meter dari TPA
Namo Bintang.
2. Pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif
parameter kimia pada padi di Laboratorium Anorganik FMIPA dan
Laboratorium Farmasi USU untuk mengetahui kadar kadmium dalam beras.
a. Memenuhi syarat adalah jika kadar kadmium dalam beras tidak
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan yaitu 0,4 mg/kg
(SNI 7387 : 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam
b. Tidak memenuhi syarat adalah jika kadar kadmium dalam beras
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkanyaitu 0,4 mg/kg
(SNI 7387 : 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam
Pangan).
3. Kadar kadmium adalah banyaknya kadmium yang ditemukan dalam sampel
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Namo Bintang yang berada di Kecamatan
Pancur Batu dengan luas wilayah ± 495,2 Ha. Desa Namo Bintang berada ± 2 Km
atau memerlukan waktu ± 10 menit ke Ibukota Kecamatan Pancur Batu. Dengan
Topografi ± 92% datar dan ± 8% landai dan merupakan jalur penghubung antara
Kecamatan Pancur Batu dengan Kecamatan Deli Tua (Profil Desa Namo Bintang
Tahun 2011).
Desa Namo Bintang dibagi menjadi 5 ( lima ) dusun, yaitu :
Dusun I : Namo Bintang – Namo Bintang Kuta ± 75 Ha
Dusun II : Sumberingin – Kloni IV ± 95,2 Ha
Dusun III : Ujung Jawi – Rumah Mbacang ± 125 Ha
Dusun IV : Simpang Gardu – Simpang Kongsi ± 56 Ha
Dusun V : GRT Tahap I – GRT Tahap II, III ± 144 Ha
4.1.1 Keadaan Geografi
Desa Namo Bintang berada pada ketinggian yang relatif rendah (± 60 meter
di atas permukaan laut.
Tabel 4.1 Distribusi Luas Wilayah Desa Namo Bintang
No Jenis Lahan Luas
1 Pemukiman + 50 Ha
2 Pertanian + 35 Ha
3 Perladangan + 200 Ha
4 Perkebunan + 150 Ha
5 Umum + 60 Ha
Sumber : Profil Desa Namo Bintang Tahun 2011
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Medan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Namo Simpur
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Durin Tonggal
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Baru
4.1.2 Gambaran Kependudukan
Dari data yang diperoleh dari kantor Kepala Desa Namo Bintang yaitu
[image:60.595.115.510.306.407.2]pekerjaan masyarakat adalah s