• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara konflik peran ganda wanita dengan kepuasan pernikahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara konflik peran ganda wanita dengan kepuasan pernikahan"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

?.D/

f7J/

/-?

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA

WANITA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN

Oleh :

SITI MUFUCHAH

イᄋᄋセN@ l

,f NIM

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKUL T AS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi

syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

_・ュ「ゥュ「ゥョセj@ I

Oleh

SITI MUFLICHAH

NIM : 102070025931

Dibawah Bimbingan

D@1;L

forlbii,:

ULLLLQBGQセ@

L'

$i

NIP. 150 215 283

Pembirnbing 11,

(

セQャヲヲゥOセ@

Ora. aヲゥ」ャ。N「j|GQ。ウセセNセljP⦅N@ Qセ」Q@

NIP 1so·22s

ns

FAKULTAS PSll<OLOG\

UNIVERSITAS \SLAM NEGERI SYARIF HIDAY1\TU\_L)\H

JAl<ARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA WANITA

DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN telah diujikan pada sidang Munaqosyah

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 20 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 20 November 2006

Sidang Munaqosyah

!

Ketua Panitia Merangkap Anggota

Ii

...

キセN@

\, . '"-.

i \

Ora. Netty\Hartati M.Si

NIP. 150 215 938

'

Pe/nguji I

'

.

\v;,: ....

. / I

Ora.

nセエエyGセ。イエ。エゥL@

M.Si

NIP.1502'15938

\_i

Pembimbing I

Anggota

Ora. Hj Fadhilah Suralaga, M. Si

NIP.150215283

Sekertaris Mer.a.i:ii:Jkap Anggota

NIP. 150 238

Pembimb1ng II

"

MMMTNaᄋᄋB[Lセ@

r/

セBGORGOGケ@ LNLLLセN@

(4)

Bila didunia ini ada neraka,

Neraka itu adalah pernikahan yang gagal"

(5)
(6)

(C) Siti Muflichah (0) x + 78 Hal

(E) Pernikahan adalah dasar pertama bagi pertahanan suatu rumah tangga dalam masyarakat. Pernikahan itu sendiri memiliki makna yang tinggi baik secara agama maupun kultural, terutama pada masyarakat Indonesia yang sampai saat ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kebudayaan dan adat istiadat ketimuran. Dalam suatu hubungan tali pernikahan dibutuhkan banyak sekali penyesuaian yang harus dilakukan suami maupun istri agar mereka dapat memperoleh kepuasan dalam pernikahan. Salah satu penyesuaian yang harus dilakukan adalah pembagian peran, yang terkadang menjadi lebih su\it dilakukan karena peran ganda yang dijalani oleh istri. \bu bekerja

memliki peran ganda yang harus dijalaninya didua lingkungan kehidupannya. Mereka harus memenuhi tuntutan dan harapan terhadap masing-masing tugas peran yang mereka tempati baik sebagai seorang istri, ibu yang mengurus rumah tangga, ibu dari anak-anak maupun sebagai pekerja. Tuntutan dan harapan peran tersebutlah yang berpeluang dapat membuat konflik bagi para ibu bekerja. Karena suatu konflik terjadi ketika seseorang menempati dua atau lebih peran secara bersamaan dan ketika sa\ah satu harapan peran bertentangan dengan harapan peran yang lainnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat korelasi antara konflik peran ganda wanita dengan kepuasan pernikahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dan subyek penelitian ada\ah ibu bekerja yang tinggal di Asrama POLRI ci\eduk sebanyak 36 orang. Teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sampling. lnstrumen yang digunakan adalah

skala konflik peran ganda dan skala kepuasan pernikahan.

Berdasarkan hasil analisa data, terlihat bahwa hubungan variabel konflik peran ganda wanita dengan variabel kepuasan pernikahan memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0, 127. Hal ini menunjukkan arah hubungan negatif dan lemah. Nilai signifikansinya ada\ah 0,459>0,05. Sehingga dapat

disimpulkan tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konflik peran ganda wanita dengan kepuasan pernikahan.

(7)

KATA PENGANTAR

Pada tahta kebesaran-Mu Ya Rabb, kami anyam kata-kata pujian alas ni'mat yang tetap mengguyur meski kami masih belajar taat pada-Mu. Maka izinkanlah penulis untuk mengucapkan Hamdalah, dengan pujian kepada Allah 'Azza wa Jal/a karena alas berkah, rahmah, taufiq, hidayah dan inayah-Nya maka

selesailah karya sederhana ini. Seraya menundukkan hati sejenak mengucapkan shalawat salam yang dirangkaikan dipusara agung Rasulullah SAW berikut keluarganya yang suci, sahabatnya yang terpilih hingga umatnya yang sabar terutama para ulama selaku pewaris pusaka Islam rahmatan

Iii- 'ala min.

Hanya karena kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Wanita dengan Kepuasan Pernikahan". Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu prasyarat dalam menempuh ujian Sarjana Strata satu pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terwujud berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si selaku Oekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Para PUOEK Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ora. Hj. Fadhilah Suralaga, M.Si. Pembimbing I, terimakasih alas arahan dan bimbingannya yang menyenangkan.

4. Ora. Afidah Mas'ud, M.Pd. Pembimbing

11,

terimakasih alas bimbingan dan koreksinya yang sangat detail.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah dengan ikhlas mentransfer pengetahuan, mengembangkan wawasan dan turut serta mewarnai pola pikir dan pola laku penulis.

6. Orang tuaku, salam ta'zhim untuk ibu dan bapakku alas kasih, do' a, kesabaran serta dukungan moril serta materiil yang telah diberikan. 7. Kakakku tercinta, Lies dan keluarga (k' Rustam juga sicantik Ayya kecil).

(8)

9. Para karyawan dan staf akademik Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih alas pelayanan akademik yang telah diberikan selama ini:

10. Para responden, terimakasih atas kesediaannya membantu dalam proses penelilian ini.

11. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Karena sedemikian banyaknya orang yang melebarkan ketulusannya dan memberikan bantuan dalam proses penelitian ini.

Penulis hanya berharap semoga semuanya mendapatkan balasan terbaik dan

terindah dari Allah Yang Maharahman dan Maharahim.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih bayak kekurangan dan kelemahan, oleh karenanya penulis dengan senang hati dan terbuka untuk menerima saran-saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari semua pihak. Akhirnya, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 19 Oktober 200b

Penulis

(9)

DAFTAR ISi

HALAMAN JUDUL

HALAMANPERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

MOTTO iv

DEDIKASI v

ABSTRAKSI vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISi viii

DAFT AR T ABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN '(

BAB 1 PENDAHULUAN 1-10

1.1 Latar Belakang Penelitian ... . . ... 1

"·.2 ldentifikasi Masalah ... .

... 6

1. 3 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1 Pembatasan Masalah ... .

. ... 6

1.3.2 Perumusan Masalah ... .

. ... 7

1.4 Tujuan Penelitian... .. . .. . .. . . . ... . . ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... . ..8

(10)

2.1.2 Tujuan Pernikahan ... 13

2.1.3 Kepuasan Pernikahan ... 17

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Pernikahan ... . ... 19

2.2 Konflik Peran Ganda Wanita 2.2.1 Pengertian Pe ran ... . . ... 22

2.2.2 Konflik Peran ... ... . ... 23

2.2.3 Peran Ganda Wanita... . .. 28

2.2.4 Wanita Bekerja ... 30

2.2.5 Wanita Bekerja dalam Perspektif Islam ... 33

2.3 Kerangka Berfikir ... 35

2.4 Hipotesis ... 37

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 38-53 3.1 Pendekatan dan Metodologi penelitian ... . . ... 38

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... . . ... 38

3.3 Pengambilan Sampel 3.3.1 Populasi dan Sampel ... .41

(11)

3.4 lnstrumen Pengumpul Data

3.4.1 Skala Kanflik Pe ran Ganda ... .42

3.4.2 Skala Kepuasan Pernikahan ... .44

3.5 Teknik Uji lnstrumen 3.5.1 Uji Validitas ... .46

3.5.2 Uji Relicibilitas ... .47

3.6 Uji lnstrumen Penelitian 3.6.1 Skala Kanflik Peran Ganda... .. . . . .. .47

3.6.2 Skala Kepuasan Pernikahan.... .. .. . . .. . . .. . . .. .49

3.7 Teknik Analisa Data... . ... 51

3.8 Prosedur Penelitian ... . . ... 52

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA 54-71 4.1 Gamba ran Um um Respanden ... 54

4.2 Presentasi Data 4.2.1 Deskripsi Statistik ... 56

4.2.2 Kategarisasi Skar Penelitian 4.2.2.1 Kategarisasi Skar Tingkat Kanflik Peran Ganda Wanita ... 57

(12)

Pernikahan Berdasarkan Usia ... . . ... 62

4.2.2.3 K.ategari Skar Tingkat Kanflik Peran Berdasarkan Lama Bekerja ... 63

4.2.2.4 Kategari Skar Tingkat Kepuasan Pernikahan Berdasarkan Lama Bekerja ... 64

4.2.2.5 Kategari Skar Tingkat Kanflik Peran Ganda Wanita Berdasarkan Jumlah Anak ... 66

4.2.2.6 Kategari Skar Tingkat Kepuasan Pernikahan Berdasarkan Jumlah Anak ... . 4.2.3 Uji Prasyarat ... . ... 67

. ... 68

4.2.4 Pengujian Hipatesis ... 70

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran 72-75 5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Diskusi. ... 73

5.3 Saran ... .

... ... 74

DAFT AR PUSTAKA ... 76

LAMPI RAN

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL

Halaman

1. Karakteristik-karakteristik yang kondusif terhadap

tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi... 19

2. Blue print skala konflik peran ganda (pra try out)... ... ... ... 43

3. Skor item ska la konflik peran ganda... 44

4. Blue print ska la kepuasan pernikahan (pra try out)... 45

5. Skor item ska la kepuasan pernikahan... .... .. ... .. .. .... .... .. .. .... 46

6. Blue print ska la konflik peran gand a (pa sea try out)... 48

7. Blue print skala kepuasan pernikahan (pasca try out)... 50

8. Responden berdasarkan usia... .... .... .. .. .... .. .. ... .. .. .. . .. .. ... .... 54

9. Responden berdasarkan lama bekerja... ... ... ... ... ... ... ... 55

10. Respond en berdasarkan jumlah anak.. .... .... .. .... .. ... .... .. ... .... .. 56

11. Statistik deskriptif... . . . 57

12. Penyebaran skor respon konflik peran ganda ... 59

13. Penyebaran skor respon kepuasan pernikahan. .. .. . . .. . . .. .. . . 60

14. Tingkat konflik peran ganda berdasarkan usia... ... ... 61

15. Tingkat kepuasan pernikahan berdasarkan usia ... 62

16. Tingkat konflik peran ganda berdasarkan lama bekerja... .... .. .. .. 63

17. Tingkat kepuasan pernikahan berdasarkan lama bekerja ... 65

[image:13.518.57.456.161.553.2]
(14)
(15)

DAFTAR

LAMPIRAN

1. Data penelitian.

2. Has ii out put validitas skala konflik peran ganda (SPSS versi 11.0 for

windows).

3. Hasil out put validitas skala kepuasan pernikahan (SPSS versi 11.0 for

windows).

4. 1-\asil out put reliabilitas skala konflik peran ganda (SPSS versi 11.0 for

windows).

5. Hasil out put reliabilitas skala kepuasan pernikahan (SPSS versi 11.0 for

windows).

6. Kategori skor responden.

7. Hasi! out put analisis deskriptif (SPSS versi 11.0 for windows)

8. Has ii out put uji norrnalitas (SPSS versi 11.0 for windows)

9. Has ii out put uji korelasi (SPSS versi 11.0 for windows)

10. Surat izin penelitian

(16)

1.1

Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan salah satu kejadian penting yang akan dihadapi oleh

manusia da!am perjalanan hidupnya. Pernikahan itu sendiri memiliki makna

yang tinggi baik secara agama maupun kultural, terutama pada masyarakat

Indonesia yang sampai saat ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur

kebudayaan dan adat istiadat ketimuran. Pernikahan juga salah satu kejadian

yang diharapkan oleh individu pada saat dewasa karena dengan pernikahan

banyak )<ebutuhan yang dapat terpenuhi seperti kebutuhan biologis, finansial,

psikologis dan emosional.

Sebagaimana layaknya suatu hubungan, mereka yang terikat tali pernil<ahan

tentu mengharapkan kepuasan dalarn pernikahannya. Proses pencapaian

kepuasan pernikahan bukanlah hal yang mudah karena hidup bersama

dalam ikatan pernikahan membutuhkan banyak sekali penyesuaian. Salah

satu penyesuaian yang harus dilakukan adalah pembagian peran, yang

terkacang pada masa sekarang menjadi lebih sulit dilakukan karena peran

(17)

2

Kemajua11 zama11 dan perubaha11-perubahan dalam tatanan nilai masyarakat

telah membuka kesempatan pada wa11ita Indonesia khususnya yang tinggal

dikota-kota besar untuk maju dan berkembang. Sehingga, peluang wa11ita

untuk memperoleh pendidikan maupun membina karir semakin terbuka lebar.

Partisipasi wanita di lapangan pekerjaanpun telah banyak dijumpai dalam

berbagai bidang pekerjaa11 baik yang secara tradisional dianggap sesuai

dengan ciri-ciri feminin wanita maupun dibidang non tradisional yang lebih

banyak didominasi o!eh pria. Banyak wanita memilih untuk-berkarya diluar

rumah alas dasar keinginan sendiri dan bukan karena terpaksa dengan

tujuan yang beragam pula seperti untuk mengaktualisasikan diri, kebutuhan

fi11a11sial, mencari pengalaman, memanfaatkan ilmu, memanfaatkan waktu

luang, menambah rasa percaya diri dan lain sebagainya.

Di Indonesia, sebagaimana terjadi dise/uruh dunia, semakin banyak wanita

yang bekerja diruang publik. Simajuntak dalam program Seri Loka Karya

Kesehatan Perempuan mengungkapkan bahwa Tingkat Partisipasi Kerja

(TPK) perempuan terus meningkat dari 29,3% pada tahun 1961 menjadi

32,2% ditahun 1980 dan menjadi 40,5% pada tahun 2000 dan terus

(18)

Bagi wanita yang telah menikah, peran ganda yang dilakoninya dapat

menimbulkan masalah seperti konflik antar peran yang dijalaninya sehingga

dimungkinkan akan 111eni111bulkan konflik dalam pernikahannya akibat

l<elebihan beban tanggung jawab yang harus dipikulnya. Disatu pihak wanita

dituntut untiJk rnenjadi istri da'n ibu rumah tangga yang mengurus segala hal

yang berkaitan dengan rumah, sesuai dengan norma dan harapan

masyarakat dan dipihak lain ia juga dituntut dan diharapkan untuk

111ena111pilkan unjuk kerja yang baik sesuai dengan tuntutan tempat dimana ia

bekerja. Belum lagi tuntutan dirinya sebagai individu yang ingin memenuhi

keinginan pribadinya.

Seorang wanita yang berperan sebagai istri, ibu rumah tangga, ibu dari

anak-anak dan pekerja memiliki harapan-harapan peran pada masing-masing

perannya. Harapan-harapan peran tersebut sering harus ditampilkan pada

saat yang bersamaan. Maka pad a situasi seperti tersebut diatas, wanita

berperan ganda sering mengalami konflik peran. Karena konflik peran terjadi

ketil<a seseorang menempati dua atau lebih peran secara bersamaan dan

ketika salah satu harapan peran bertentangan dengan harapan peran yang

lainnya (Sarbin dan Allen dalam Linzey & Aronson, 1968).

Tuntutan dan harapan peran tersebutlah yang dapat membuat konflik bagi

(19)

(dalam Frieze, dkk., 1978) yang mengatakan bahwa bertambahnya peran

bagi wanita akan memperbesar munculnya konflik dalam hidupnya.

4

Blumstein dan Schwartz dalam Strong & De Vault (1989) mengatakan bahwa

wanita yang_memutuskan untuk bekerja diluar rumah berarti dapat

mengurangi kualitas peran dalam pernikahan dan mengurangi waktu untuk

bersama keluarga yang kemudian pada akhirnya akan berpengaruh terhadap

kualitas pernikahannya.

Banyak persoalan dalam penikahan yang dialami oleh para ibu rumah tangga

yang bekerja di luar rumah, seperti bagaimana mengatur waktu dengan

suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik.

Ada yang dapat menikmati peran gandanya, namun ada yang merasa

kesulitan hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit dalam rumah tangga

kian berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu ada pula tekanan

yang timb.ul sebagai akibat dari pelaksanaan peran ganda itu sendiri.

Memang, kemampuan "manajemen waktu dan rumah tangga" merupakan

salah satu kesulitan yang paling sering dihadapi oleh para ibu bekerja.

Pekerjaanpun, dapat menjadi sumber ketegangan dan sires yang besar bagi

para ibu bekerja. Mulai dari peraturan kerja yang kaku, atasan atau pimpinan

(20)

ditempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang sangat

panjang, atau pun ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari

problem·sosial-politis di tempat kerja. Situasi demikian akan membuat sang

ibu menjadi amat lelah, ウ・ュ・ョエ。イセ@ kehadirannya masih sangat dinantikan

oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis dan fisiklah yang sering membuat

mereka sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak maupun terhadap

suami. Keadaan ini biasanya makin intens, kala situasi dirumah tidak

mendukung - dalam arti, suami dan anak-anak yang sudah besar kurang bisa

bekerja >ama untuk sekedar meringankan pekerjaan rumah tangga.

Sehingga, konflik peran yang dialami oleh ibu bekerja dapat menghambat

kepu<isan dalam hidupnya (Jacinta, 2002).

Untuk dapat menjalankan peran gandanya, diperlukan koordinasi dan

l<omun1kasi yang efektif dengan suami dan anak-anak agar tidak terjadi

l<ebingungan dan konflik dalam diri wanita berperan ganda. Bila tidak pandai

menentukan prioritas serta kurang mampu mengkoordinasikan peran-peran

yang dimilikinya, maka akan dapat menimbulkan masalah. Situasi tersebut

dapat berpeluang besar mengakibatkan kehidupan rumah tangga menjadi

terasa tidak memuaskan karena konflik-konflik yang muncul dalam diri wanita

(21)

Bertolak dari pemikiran diatas, maka penulis dalam penelitian ini tertarik

untuk membuat penelitian yang berjudul Hubungan Antara Kemampuan

Mengatasi Konflik Peran Ganda Wanita dengan Kepuasan Pernikahan.

1.2

ldentifikasi Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang permasalahan diatas, dapat

diidentifikasi beberapa masalah yang dapat muncul, yaitu:

6

1. Apakah bekerjanya istri diluar rumah dapat menjadi sumber konflik utama

dalam rumah tangga?

2. Seberapa besar kontribusi konflik peran yang dihadapi wanita berperan

ganda terhadap ketidakpuasan dalam suatu pernikahan?

3. Apakah konflik peran ganda wanita memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kepuasan pernikahan?

4. Apakah ada hubungan antara konflik peran ganda wanita dengan

kepuasan pernikahan?

1.3

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis memberikan hatasan permasalahan dengan

tujuan untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas.

(22)

1. l<onflik peran ganda yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan

kesulitan yang dialami seseorang karena menjalani dua atau \ebih

harapan atau tuntutan peran yang saling bertentangan satu sama lain.

Peran-peran tersebut adalah pernn yang dijalani ibu bekerja yang

memiliki aktivitas didalam dua lingkungan kehidupan yaitu lingkungan

keluarga (ruang domestik) sebagai istri, sebagai ibu rumah tangga,

sebagai ibu dan lingkungan pekerjaan (ruang publik) sebagai pekerja.

2. l<epuasan pernikahan adalah perasaan subyektif akan kebahagiaan,

kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami oleh

masing-masing pasangan suami istri dengan mempertimbangkan

keseluruhan aspek dalam pernikahan. Aspek-aspek kepuasan

pernikahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu afeksi,

kepercayaan, equalitarian, komunikasi, seks, kehidupan sosial, tempat

tinggal dan keuangan keluarga.

3. Subyek dalam penelitian ini adalah adalah wanita berkeluarga dan

bekerja yang tinggal di Asrama POLRI Cileduk-Tangerang.

1.3.2 Perumusan Masalah

Agar tidak terjadi perbedaan interpretasi dan pemahaman masalah yang

(23)

sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara konflik peran ganda wanita

dengan kepuasan pernikahan?

1.4

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang hubungan

antara konflik peran ganda wanita dengan kepuasan pernikahan.

8

1.5

Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi

perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi wanita dan dapat menjadi

sumber data tambahan bagi pengembangan studi tentang ibu bekerja,

sebuah kelompok yang semakin meningkat jumlahnya didalam masyarakat

yang memiliki karakteristik dan tanggung jawab peran yang kompleks.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi ibu rumah tangga yang bekerja untuk meningkatkan kepuasan dalam

pernikahannya dan juga untuk membantu mengidentifikasi masalah-masalah

(24)

1.6

Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan

APA style. Kaidah penulisan yang didasarkan dan mengacu pada pedoman

penyusunan dan penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2004).

Untuk mempermudah pembahasan dan agar penulisan skripsi ini lebih

terfokus dan sistematis, maka penulis mengklasifikasikan permasalahan

dalarn beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BABI Pendahuluan yang memberikan gambaran secara umum dan

menyeluruh tentang skripsi ini dengan menguraikan tentang latar

belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian juga

kaidah penulisan.

BAB II , Merupakan kerangka konsep penulisan yaitu tinjauan kepustakaan

yang membahas tentang pernikahan, konflik peran ganda wanita,

juga membahas tentang kerangka berfikir dan terakhir yaitu

hipotesa.

BAB Ill Metodologi penelitian yang membahas tentang pendekatan dan

metode penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional,

(25)

IO

instrumen, uji instrumen penelitian, teknik analisa data dan terakhir

membahas mengenai prosedur penelitian.

BAB IV Merupakan pokok bahasan dalam skripsi ini, yaitu gambaran umum

responden dan presentasi data.

BAB V Merupakan bagian paling akhir dalam skripsi ini yang terdiri dari

(26)

BJ\B 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pernikahan

2.1.1 Pengertian Pernikahan

Pernikahan merupakan pola yang normal bagi kehidupan orang dewasa.

Menurul Tumanggor, dkk (2004) kata "pernikahan" berasal dari bahasa Arab

yaitu "nakaha-nikahan" yang berarti

lazawwaj

(berpasangan), sehingga kata

ini memiliki arti yang sama dengan kata

a/-Zawaj.

Dua kata-ini banyak dipakai

oleh al-Qur'an dan al-Hadits. Meskipun dua kata tersebut dianggap memiliki

kesamaan makna, tampaknya terdapat perbedaan persepsi dikalangan para

fuqaha. Mereka sependapat bahwa kata

zawaj

hanya digunakan untuk akad

saja; berbeda halnya dengan kata nikah, orang Arab mempergunakan kata

nikah untuk tiga makna; akad, hubungan intim dan kumpul saling menyatu.

Didalam bc.b I pasal 1 Undang-undang No 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan

(UUP), merumuskan pengertian perkawinan atau pernikahan yaitu sebagai

"ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami

(27)

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" (Departemen Agama,

2004).

12

Pernikal1an bukan hanya hubung_an yang sah dimata Tuhan, tetapi sah juga

dimata 1i1asyarakat dan sah menurut hukum negara. Menurut Duvall & Miller

(1985) perrikahan adalah salah satu bentuk interaksi antara pria dan wanita

yang sifatnya paling intim. Pernikahan sebagai suatu hubungan antara pria

dan wanita yang diakui dalam masyarakat dalam peranannya sebagai suami

istri. Didalam pernikahan hubungan seksual disahkan dan dimiliki pula

kesempatan untuk melahirkan, mengasuh dan membesarkan anak secara

bertanggung jawab serta memantapkan pembagian tugas dalam pasangan

terse but.

Berdasarkan dari pengertian-pengertian pernikahan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa pernikahan adalah hubungan antara pria dan wanita yang

diakui dan diatur oleh seperangkat pranata sosial dan agama yang

mencerminkan hak dan kewajiban antara pasangan yang terlibat dalam

(28)

2.1.2 Tujuan Pernikahan

Pernikahan bukan sekedar saling cint<.1 mencintai antara dua insan manusia,

bukan pula tuntutan kebutuhan biologis seksual semata. Dahulu tujuan

pernikahan adalah untuk meneruskan adat istiadat dan nilai-nilai yang dianut

oleh masyarakat. Tetapi dengan sejalannya waktu, maka hal tersebut

bergeser pada rasa ingin berbagi dari pasangan yang memiliki ikatan kasih

sayang secara timbal balik dan peran dalam pernikahan juga semakin

berubah dan tidak sekaku sebelumnya, sehingga kebahagiaan pernikahan

dapat tercapai (Nevids & Rath us dalam Fajar, 2001 ). Meski demikian,

kebahagiaan ini tentunya bersifat relatif dan subyektif. Jelasnya, suatu hal

yang dapat menjadi kebahagiaan seseorang belum tentu menjadi

kebahagiaan orang lain.

Abdullah Nasikh Ulwan (1983) menerangkan bahwa tujuan dari sebuah

pernikahan adalah:

1. Melestarikan keturunan

Sebagaimana Allah telah mensiratkan dalam al-Qur'an surat an-Nisa :

ayat 1;

G..,j' j' .. セ\Z@

US,

iGNGLᄋセ@

·

(29)

Arti: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Allah

menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah

memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyal< ... "

DisiJ1i terlihat bahwa Allah SWT memberi sinyal dan tanda bahwa

manusia diciptakan oleh Allah untuk berpasang-pasangan dan dengan

adanya pasangan tersebut kita memiliki keturunan dan diharapkan

dengan adanya keturunan tersebut kita dapat mempertahankan

kelangsungan kehidupan berikutnya.

14

Rasulullah saw juga sangat mencintai dan bangga terhadap umatnya

yang berketurunan banyak. Terlebih bila dilahirkan dari benih suami yang

sha)ih dan istri yang shalihah, yang akan menambah jumlah populasi

orang mu'min di dunia.

2. Memelihara nasab

Pernikahan mempunyai makna tersendiri bagi seseorang, yakni dalam

pengakuan sosial alas eksistensi dan status dirinya. Karena

bagaimanapun juga seseorang manusia didalam pergaulan sosialnya

dengan orang lain membutuhkan status keturunannya. Secara

(30)

merasa malu dan tertekan aib yang diembannya. Disinilah pernikahan

bertujuan untuk memelihara nasab yang nantinya berdampak pada

psikologis maupun sosiologis.

3. Menyelamatkan masyarakat dari dekadensi moral

Dekadensi moral yang terjadi pada dewasa ini sudah sedemikian

kompleksnya, dimana-mana sering kita temukan pergaulan bebas tanpa

batas yang secara norma positif maupun norma agama sudah tidal< dapat

dibenarkan lagi. lronisnya lagi dekadensi moral sudah mewabah dinegara

kita yang secara kalkulasi merupakan umat Islam terbesar didunia yang

seharusnya memiliki tatanan nilai yang baik bagi pergaulan sosialnya.

Oleh karena itu, 14 abad yang lalu Rasullah SAW telah mengingatkan

para pemuda-pemudi untuk senantiasa menjaga dirinya dari segala fitnah

rnelalui jalan pernikahan, ini dilakukan dalam rangka menghindari

dekadensi moral tersebut.

4. Sebagai media pernbentukan rurnah tangga ideal dan pendidikan anak

Pernikahan juga digunakan sebagai ajang pernbentukan rurnah tangga

ideaL dan pendidikan anak. Karena ketika seseorang telah berikrar dalam

sebuah ikatan pernikahan, maka tujuan selanjutnya adalah membentuk

(31)

JG

tanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak

keturunan mereka.

5. Membebaskan masyarakat dari berbagai penyakit

Rahasia dibalik pernikahan adalah menjaga dan memelihara manusia dari

perbuatan seperti binatang yang menyalurkan kebutuhan biologis

seks.ualnya semaunya tanpa ada aturan dan batasan. Dengan menikah,

secara tidak langsung akan menyebabkan seseorang terhindar dan

memiliki rasa aman dari berbagai penyakit kelamin, karena dengan

menikah seseorang tetah secara sah untuk berhubungan seksual dengan

lawan jenisnya dan dengan begitu, diharapkan dia tidak akan

berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual dan terhindar dari

penyakit-penyakit kelamin.

6. Kete}langan jiwa dan spiritual

Selain itu, tujuan pernikahan adalah memberikan rasa ketenangan jiwa

dan spiritual. Pernikahan dapat memenuhi kebutuhan fitrah manusia

untuk saling melengkapi antara suami dan istri sehingga dapat

menumbuhkan ketentraman dan ketenangan jiwa. Betapa tidal< jika kita

telah melakukan per:iikahan, maka bukan mustahil adanya sebuah

kerjasama antar suami dan istri. Salah satu kerjasama adalah dengan

(32)

dan istri akan mengalami ketenangan jiwa dan spiritual karena adanya

kasih sayang dan saling memahami satu sama lain.

7. Menuml::uhkan kasih sayang o!ang tua kepada anak

Bagi mereka yang berakal, tentu meyal<ini benar bahwa perasaan psikis

tersebut memiliki efek mendalam dan positif dalam proses pemelil1araan

dan pendidikan anak yang juga merupakan kontrol sekaligus sebagai

pembangkit mereka kearah hidup mulia serta masa depan yang cerah.

2.1.3 Kepuasan Pernikahan

Seperti selayaknya berada dalam suatu hubungan, tiap-tiap individu yang

berada dalam hubungan pernikahan juga menginginkan adanya kepuasan

dalam hubungan mereka. Duvall

&

Miller (1985) mengatakan bahwa jilrn

pernikahan berjalan dengan baik, maka kepuasan yang diberikannya lebih

besar dibandingkan dengan kepuasan yang diberikan oleh dimensi--dimensi

lain dalam kehidupan.

l<epuasan pernikahan in'1 tampaknya memiliki arti yang agak berbeda bagi

suami dan istri. Bagi suami, umumnya kepuasan pernikahan ini berarti

terpenuhinya perasaan dihargai, kesetiaan dan perjanjian terhadap masa

(33)

berarti terpenuhinya rasa arnan secara ernosional, kornunikasi dan

terbinanya intirnasi (Duvall & Miller, 1985).

18

Sedangkan rnenurut Gray little & Burks (1983) kepuasan pernikahan

merupakan perasaan subyektif yang dialami oleh pasangan suarni istri

terhadap pernikahan mereka secara keseluruhan maupun terhadap

aspek-aspek yang spesifik dalarn hubungan pernikahannya. Mengingat bahwa

kepuasan pernikahan ini bersifat subyektif, maka hal-hal yang rnernbuat satu

pasangan bahagia, belum tentu mernbuat pasangan lain juga rnerasa

bahagia.

Adapun definisi tentang kepuasan penikahan yang dipakai dalarn peneiitian

ini adalah teori yang dikemukakan oleh Hawkins seperti dikutip oleh Olson &

Harnilto.i (1983) yaitu, kepuasan pernikahan merupakan perasaan subyektif

akan kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami

oleh masing-masing pasangan dengan mempertimbangkan keseluruhan

aspek dalam pernikahan tersebut. la menambahkan bahwa kepuasan

pernikahan ini bergerak pada sebuah kontinum dari sangat puas sampai

(34)

Baik suami maupun istri, mengembangkan karakteristik yang kondusif

terhadap tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi atau rendah sebelum

mereka menikah. Namun seperti juga terhadap faktor kepribadian yang tidak

dapat 、ゥオ「。⦅セᄋ@ tidak ada yang dap?t dilakukan untuk mengu[)ah apa yang

telah terjadi dimasa lalu kecuali berusaha memahami dan menyesuaikan diri.

l<arakteristik pernil<ahan saat inilah yang merupakan dasar yang kuat bagi

kepuasan pernikahan.

Bell (1971) menjelaskan sejumlah faktor-faktor yang berkaitan dengan

kepuasan pernikahan, yaitu:

1. Kepuasan didapat karena adanya kesesuaian antara peran diri dan peran

pasangan yang mereka jalankan dalam pernikahan.

Seseorang yang menikah akan dihadapkan pada peran-peran yang

mengandung sejumlah alternatif tingkah laku yang telah ditentukan

(budaya setempat). Bila ia mempu berperan sesuai dengan

harapan-harapan atau ketentuan-ketentuan yang ada, maka ia tidak akan

menghadapi banyak masalah. Tetapi, masalah akan timbul bila keinginan

pribaciinya tidak sesuai dengan harapan-harapan dan

ketentuan-ketentuan yang ada atau tidak sesuai dengan keinginan pasangannya.

2. Setiap pihak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan kepribadian

(35)

21

Pernikahan cenderung menekankan peran sebagai pasangan dan bu:,an

sebagai individu. Kesamaan dan kesepakatan diantara pasangan

merupakan hal penting, namun demikian individualitas masing-masing

pihak juga merupakan hal.yang penting. ,

.

3. Masing-masing pihak merupakan sumber afeksi bagi pihak yang lain.

Melalui cinta dan afeksi, pasangan dapat melestarikan perasaan saling

membutuhkan dan sifat timbal balik dalam hubungan cinta. Hal tersebut

dapat memuaskan kebutuhan ego masing-masing pihak. Bila seseorang

melihat pasangannya bul<an sebagai orang yang dapat memberi dan

diberi·afeksi, maka kel1idupan pernil<al1an akan terasa hampa.

4. Masing-masing pihak mendapatkan kepuasan dari adanya hubungan

antar peran-peran yang mereka jalani.

Bukan hanya ekspresi individual yang diperlukan, tetapi pasangan juga

perlu untuk berinteraksi dalam menjalankan peran-peran mereka sebagai

suami istri.

Kepuasan pernikahan juga dipengaruhi oleh terpenuhinya harapan yang

dimiliki masing-masing pasangan tentang pemikahan yang mereka jalani.

Bila harapan itu bersifat terlalu ideal, namun pada kenyataannya jauh

berbeda dari harapan tersebut, maka akan dapat timbul ketidakpuasan

(36)

2.2

Konflik Peran Ganda Wanita

2.2.1 Pengertian Peran

Berbagai ahli telah mendefinisikan peran, diantaranya adalah Myers (1988)

yang mendefinisikan peran sebagai: .

..

'

.

" .... a

set of norms that defines how people in a given social position

ought to behave" (hal 192).

Sedangkan definisi peran menurut Shaw & Costanzo (1982) adalah:

" .. the function a person performs when occupying a particular characteristic (positions) within a particular social context" (hal 296).

Dari kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa yang 9imaksud dengan

peran adalah suatu pola tingkah laku yang dimiliki individu sebagai pernilik

posisi tertentu dalam masyarakat.

Dalam sebuah peran terdapat sejumlah harapan-harapan dari masyarakat

yang berlaku untuk peran terse but yang disebut jug a sebagai role expectation

atau harapan peran. Sehubur1gan dengan harapan peran, Sarlito (2003)

mengemukakan bahwa harapan peran adalah harapan-harapan orang lain

(pada umumnya) tentang perilaku yang pantas, yang seyogyanya ditunjukkan

oleh seorang yang memiliki peran tertentu.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa suatu harapan peran merupakan

harapan masyarakat terhadap seorang pemegang peran untuk menampilkan

(37)

yang bersamaan, baik dari individu sendiri maupun dari lingkungan, tetapi

bersifat bertentangan.

24

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konflik

peran merupakan kesulitan yang dialami seseorang karena _menjalani dua

atau lebih harapan atau tuntutan peran yang saling bertentangan satu sama

lain.

Myers (1988) membagi konflik peran menjadi tiga, yaitu:

1. Konflik antara individu dengan peran

Pertentangan antara kepribadian atau sikap individu dengan harapan atau

tuntutan dari perannya, misal: seorang polisi harus menangkap seorang

pencuri yang ternyata adalah keponakannya. Polisi ini akan mengalami

konflik peran antara membantu keponakannya atau menjalankan tugas.

2. Konflik antar peran (intrarole conflict)

Ketegangan yang ditimbulkan oleh tuntutan atau harapan yang

bertentangan mengenai bagaimana suatu peran harus dilakukan. Salah

satu contohnya adalah seorang anak yang dituntut untuk selalu

membantu adiknya oleh ibunya, sedangkan ayahnya melarang ia

membantu adiknya supaya adiknya menjadi mandiri. Hal ini akan

(38)

3. Konflik dalam peran (interrole conflict)

Ketegangan atau konflik yang terjadi karena tuntutan dari dua peran yang

berbeda yang harus dilakukan secara bersamaan, misalnya: konflik yang

dialami ibu yang bekerja, pad<;t saat yang sama ia harus berperan sebagai

pekerja dan ibu rumah tangga.

Dari uraian diatas, konflik peran yang dialami wanita berperan ganda adaiah

jenis interrole conflict, dimana tekanan dari peran pekerjaan tidak sesuai

dengan tekanan dari peran keluarga.

Menurut Frieze, dkk,. (1978) wanita yang berperan ganda sering menghadapi

banyak masaiah seperti :

1. Role conflict, yaitu konflik antara perannya sebagai pekerja dan sebagai

ibu rumah tangga.

2. Role overload, yaitu kesulitan mengatur waktu karena peran-peran yang

dimilikinya menuntut waktu yang tidak sedikit (akibat beban kerja yang

terlalu banyak).

3. Role discontinuity, yaitu adanya peran yang tidak berkesinambungan,

dimana kehidupan wanita berubah sepanjang waktu dan pergantian

tuntutan perannya membutuhkan penyesuaian yang tidak mudah

(39)

26

Setiap ibu yang bekerja sangat mungkin mengalami ketiga hal tersebut

diatas. Untuk menjalani satu peran saja, seseorang mungkin mengalami role

overload (kelebihan beban karena satu peran), misalnya karena tuntutan

peran tersebut terlalu banyak. Sedangkan seseorang tidak mungkin hidup

ha·nya dengan satu peran saja, sehing;ia kemungkinan terjadinya konflik

peran juga selalu ada. Terlebih lagi kehidupan seseorang selalu berubah

sejalan bertambahnya usia, sehingga tentu saja perannya juga selalu

berubal 1. Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa ibu bekerja memang

memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk mengalami konflik peran.

Kerch G' a/ (dalam Linzey & Aronson, 1968) mengemukakan bahwa setiap

orang pada satu waktu atau saat yang sama menjalani suatu posisi dalam

suatl' sistem yang berbeda-beda sesuai apa yang ditetapkan lingkungannya.

Dengan kata lain, setiap orang menjalani beberapa posisi yang berbeda

sehingga harus melakukan penyesuaian terhadap peran yang berbeda

tersebut. Apabila terdapat kesulitan dalam menyesuaikan tuntutan antara

peran yang dimiliki seorang ibu bekerja, maka ia memerlukan cara untuk

clapat mengorganisir peran-peran tersebut, sehingga dapa! mengurangi atau

(40)

Linton (dalam Linzey & Aronson, 1968) mengajukan beberapa cara

mengorganisir peran ganda:

1. f<adang-kadang hanya satu peran yang aktif dibawakan pada saat

tertentu, sedangkan ー・イ。ョセー・GN。ョ@ lainnya menjadi peran yang latent.

Misalnya seorang ibu rumah tangga adalah seorang karyawan ketika ia

berada dikantor, sedangkan perannya sebagai ibu rumah tangga menjadi

pera,n yang latent.

2. Mungkin saja terjadi penggabungan dua peran atau lebih. Misalnya

seseorang mengatakan:" sebagai seorang l<aryawan, saran saya .... tetapi

sebagai seorang ibu saya menganjurkan ... ". Penggabungan dua peran

ini disebut Sarbin sebagai fenomena role-casting.

3. Multiperan mungkin dibawakan secara bergantian pada suatu periode

tanpa adanya kata-kata yang menunjukkan pergantian peran secara

eksplisit. Contohnya adalah seorang dokter memberikan saran sebagai

エ・ュセョ@ dan pada saat berikutnya memberi saran sebagai seorang dokter,

tanpa adanya kata-kata yang menunjukkan terjadinya pergantian peran.

f<emampuan memecahkan konflik peran berhubungan dengan penyesuaian

diri seseorang. Bila orang tersebut dapat menempatkan diri dalam berbagai

lingkun9an maka tingkah perannya disebut efisien, Jayak dan tepat. Menurut

Sarbin (dalam Linzey & Aronson, 1968) pemecahan konflik peran yang

(41)

28

berbagai lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah

kejadian-kejadian yang menimbulkan input yang kemudian memungkinkan seseorang

menyimoulkan status yang dimilikinya dan peran apa yang ia bawakan.

2.2.3 PERAN GANDA WANITA

Lewis (dalam Frieze, dkk., 1978) menjelaskan mengenai beberapa peran

utarna yang dimiliki oleh wanita berperan ganda yaitu ibu bekerja yang

memiliki aktivitas didalarn dua lingkungan kehidupan yaitu lingkungan

keluarga (ruang domestik) dan lingkungan pekerjaan (ruang publik), yaitu:

1. Peran sebagai istri

Peran sebagai istri diperoleh ketika seorang wanita secara sah mengikat

diri dengan seorang laki-laki melalui ikatan pernikahan. Bagi kebanyakan

pasangan, pernikahan ditandai de11gan adanya saling berbagi

pengetahuan, perhatian secara fisik dan ernosional, kepernilikan hal-ha!

yang bersifat material, tempat tinggal bersama dan tanggung jawab

terl1adap anak-anak yang mereka miliki.

Sebagai seorang istri, wanita harus memiliki sikap hidup yang mantap. la

l1arus bisa mendampingi suami dalam situasi bagaimanapun jug8 dan

disertai dengan rasa kasih sayang, kecintaan, loyalitas dan kesetiaan

pada partner hidupnya. Juga dapat menclorong suami untuk berl\arir

(42)

Peran ini dianggap mewakili peran individu sebagai wanita dewasa yang

berkaitan dengan peran-peran lainnya sebagai pengurus rumah tangga

dan ibu dari anak-anak.

2 .. Peran sebagai ibu rumah "tangga

Wanita yang te/ah menikah diharapkan untuk melakukan tugas-tugas

rumah tangga atas dasar cinta serta atas dasar suatu tugas dan

kewajiban yang harus dilaksanakan.

Menu rut Kartini (1992) dalam ha/ ini terdapat re/asi-relasi form a! dan

semacam pembagian kerja. Dimana suami terutama sekali bertindak

sebagai pencari nafkah dan sebagai istri, wanita berfungsi sebagai

pengurus rumah tangga. Tetapi, acapkali juga istri berperan sebagai

pencari nafkah.Yang terpenting ada/ah kemampuan seorang perempuan

membagi waktu dan tenaga agar sega/a urusan rumah tangga dapat

berjalan dengan baik.

3. Peran sebagai ibu

Peran sebagai seorang ibu merupal<an ha/ yang unik bagi wanita karena

merupakan suatu "peristiwa biologis" yang hanya bisa dialami o/eh

wanita yaitu melahirkan anak. Seorang ibu bertanggung jawab untuk

(43)

ana1<-anaknya. mampu menciptakan iklim psikis yang gembira, bahagia dan

bebas. Sehingga suasana rumah tangga menjadi semarak dan bisa

mernberi rasa aman.

4. Peran sebagai pekerja

30

Sebagai pekerja, wanita akan dituntut untuk mernenuhi kewajiban

perannya sebagai pekerja sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan

melakukan seluruh tugas-tugasnya dengan baik sesuai dengan jam kerja

yang telah ditentukan.

2.2.4 Wanita Bekerja

Dewasa, ini, wanita mendapat kesempatan yang rnakin besar untuk

memperolel1 pendidikan tinggi dan sejalan dengan itu kesempatan untuk

bekerjapun semakin terbuka lebar. Wanita Indonesia saat ini lebih berani

untuk bersuara dan juga bersikap untuk menunjukkan kemampuan

terbaiknya demi tercapainya keadaan yang lebih baik.

Kedengarannya memang idealis, tetapi wanita juga mempunyai keinginan

untuk mengembangkan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya. Hal ini bisa

di!akukan dengan bekerja, baik itu bekerja di luar rumah atau berkantor di

(44)

ibu bekerja mengingat makin meningkatnya kebutuhan keluarga terutarna

biaya untuk anak.

Banyak hal_ya.ng dijadikan alasan bagi wanita untuk masuk kedalam dunia

kerja Jacinta (2002) men(lemukakan beberapa alasan mengapa wanita

termotivasi untuk bekerja, yaitu:

1. Kebutuhan finansial

Seringkali kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak,

membuat suami dan istri harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan

sehari-hari. Kondisi tersebut membuat sang istri tidak punya pilihan lain

keCL,ali ikut mencari pekerjaan di luar rumah, meskipun "hati" nya tidal<

ingin bekerja. Kepuasan akan penghasilan yang diperoleh serta

kebutuhan finansial dalam keluarga berperan dalam memotivasi wanita

untu'( bekerja.

2. Kebutuhan sosial-relasional

Ada pula ibu-ibu yang tetap memilih untuk bekerja, !<arena mempunyai

kebutuhan sosial-relasional yang tinggi dan tempat kerja rnereka sangat

mencukupi kebutuhan mereka tersebut. Dalam diri mereka iersimpan

suatu kebutuhan akan penerimaan sosial, akan adanya identitas sosial

yang diperoleh melalui komunitas kerja. Bergaul dengan re!\an-rekan di

(45)

32

dirumah. Faktor psikologis seseorang serta keadaan internal keluarga,

turut mempengaruhi seorang ibu untuk tetap mempertahankan

pekerjaannya.

,

3. Kebutuhan aktualisasi diri

Abraham Maslow pada tahun

1960

mengembangkan teori hierarki

kebutuhan, yang salah satunya mengungkapkan bahwa manusia

mempunyai kebutuhan akan aktualisasi diri dan menemukan makna

hidupnya melalui aktivitas yang dijalaninya.

Bekerja adalah salah satu sarana atau jalan yang dapat dipergunakan

oleh manusia dalam menemukan makna hidupnya. Dengan berkarya,

berkreasi, mencipta, mengekspresikan diri, mengembangkan cliri clan

oran1 lain, membagikan ilmu dan pengalaman, menemukan sesuatu,

menghasilkan sesuatu, serta menclapatkan penghargaan, penerimaan,

prestasi adalah bagian dari proses penemuan dan pencapaian

kepenuhan diri.

Kebutuhan akan aktualisasi diri melalui profesi ataupun karir, merupal,an

salah satu pilihan yang banyak diambil oleh para wanita di zarnan

sekarang ini. Terutama clengan makin terbukanya kesempatan yang sama

(46)

4. Lain-lai•1

Pada beberapa kasus, ada pula ibu bekerja yang memang jauh lebih

menyukai dunia kerja ketimbang hidup dalam keluarga. Mereka merasa

lebih rile.ks dan nyaman jika ウセ、。ョァ@ bekerja dari pada di rumah sendiri.

Dan pada kenyataannya, mereka bekerja agar dapat pergi dan

menghindar dari keluarga. Kasus ini memang dilandasi oleh persoalan

psikologis yang lebih mendalam, baik terjadi di dalam diri orang yang

bersangkutan maupun dalam hubungan antar anggota keluarga.

2.2.5 Wanita Bekerja dalam Perspektif Islam

Wanita merupakan bagian potensial dan memiliki peranan penting da!am

kehidupan. Tugas wanita yang paling utama dan tidak ada pertentangannya

adalah mendidik generasi penerus bangsa yang telah dipersiapkan oleh Allah

baik secara fisik maupun jiwa. Dengan alasan apapun seperti materi atau

modernisasi, wanita wajib untuk tidak melupakan tugas mulia ini.

Dr. Qar<;lhawi (2002) mengatakan bahwa wanita bekerja atau melakukan

aktivitas diluar rumah dibolehkan Uaiz). Diantara aktivitas wanita iaiah

memePhara rumah tangganya, membahagiakan suami dan membenluk

keluarga yang tentram, damai, penuh cinta dan kasih sayang. Namun

demikian, tidak berarti bahwa wanita bekerja di luar rumah itu diharamkan

(47)

34

adanya nash syara' yang sahih periwayatannya dan sharih Uelas)

petunjuknya.

Islam lelah menetapkan urusan mencari nafkah adalah kewajiban laki-laki

bukan kewajiban wanita. Tetapi jika si wanila menghendakinya, makil

diperbolel1kan bekerja jika diizinkan oleh suaminya atau ayahnya jika belum

menikah.

Menurut Dr. Qardhawi (2002), terdapat beberapa kewajiban bagi wanita yang

bekerja diluar rumah menurut ajaran Islam, yaitu sebagai セ・イゥォオエZ@

1. Hendaklah pekerjaannya itu sendiri disyari'alkan. Artinya pel<erjaannya itu

tidak haram atau bisa mendatangkan sesuatu yang haram. Seper ti wanita

yang bekerja untuk melayani lelaki bujang, wanita yang menjadi sekertaris ,

khusus bagi seorang direktur yang karena alasan kegiatan rnereka sering

berkhaiwat (berduaan) atau menjadi penari yang merangsang nafsu atau

bekerja di bar-bar untuk menghidangkan minuman keras dan pekerjaan

yang semisal demikian diatas.

2. Memenuili adab wanita muslimah ketika diluar rumail dalam berpakaian,

berjalan, berbicara dan melakukan gerak-gerik. Seperti beberapa Firman

(48)

·' ' ·· ,., · · . ' u· ' ' . "

w\ ,.,,_.,,

.l..w NMNセMNN@ ·• • Mセᄋᄋ@

-- ' , .

j ᄋBセ@ '"""'-"

-·1 . . . · '· ' - -

ca,,::,.J WU.<l 1 ' '· ' o.o..\J • " •

'"Jll'·

' ....,,..--,,) O:!." j ....,,,...,..j.,,- " u:".J ". LJ:A 0 " ' ' ,, ' J

Arti :"Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, "hendaklah mereka

· menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah

mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak

daripadanya ... " (an-Nur: 31)

Nセ@

'.' ,,. -

'()1§'

, . '' '

Gセ@

.

BGQᄋセMᄋ@ jセGN@

" ...

QQセG@

C:lj Njセ@ BGセ@ W セ@"• • j • v-....r-;.. <LI u. 'U.l.::l セBMゥヲAセ@. • .-.lJ .. '-' ..

U'

1 a '> • '-"" ... .

Arti: " ... maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga

「・イォセゥョァゥョ。ョャ。ィ@ orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang bail<" (al-Ahzab 32).

3. Janganlah pekerjaan atau tugasnya diluar rumah mengabaikan

kewajiban-kewajibannya dalam rumah tangga, seperti kewajibannya

terhadap suami atau anak-anaknya yang merupakan kewajiban dan turias

utamanya sebagai seorang istri.

2.2

f<erangka Berfikir

Pernika[1an adalah dasar pertama bagi pertahanan suatu rumah tangga

dalam masyarakat. Pasangan suami istri yang bersangkutan tentu

menginginkan pernikahan yang langgeng seumur hidup dan memperoleh

(49)

pernikahan tidak akan muncul dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan

dan diciptakan oleh kedua individu tersebut.

36

Dalam suatu l1ubungan tali pernik_ahan dibutuhkan banyak sekali

penyesuaian yang harus dilakukan suami maupun istri agar mereka dapat

memperoleh kebahagiaan dalam pernikahan. Salah satu penyesuaian yang

harus dliakukan adalah pembagian peran, yang terkadang menjadi lebih sulit

dilakukan karena peran ganda yang dijalani oleh istri.

Wanita sebagai ibu rumah tangga yang bekerja dituntut memberikan

keterlibatan yang penuh dalam menjalankan perannya sebagai istri, ibu

rumah tangga dan ibu dari anak-anaknya. Tuntutan peran sebagai ibu rumah

tangga yang dapat saja bertubrukan dengan tuntutan perannya sebagai

pekerja tidak jarang menuntut enersi maupun waktu dan pikirannya. Keadaan

tersebuf diperkirakan akan menimbulkan masalah baru yaitu konflik peran

yang secara langsung akan turut mempengaruhi kondisi pernikahan dan

keluarga mereka.

Kehidupan wanita yang berperan ganda menuntut gerak yang serba terburu-·

buru dan sibuk. Dimana hal tersebut menimbulkan suatu pola hidup yang

serba kompleks dan membutuhkan adanya keseimbangan, penyesuaian dan

(50)

tercapai dapat mengakibatkan berkurangnya perasaan puas terhadap

pernikal1an, keluarga dan kehidupan rumal1 tangga yang tidak hanya

dirasakan oleh wanita tetapi juga dirasakan oleh suami dan mungkin juga

oleh seluruh anggota keluarga (Hurlock, 1980).

Bekerja bagi seorang ibu memberikan pengaruh yang kontradiktif dalam

kehidupan yang ia jalani. Disatu pihak dapat meningkatkan kualitasnya

sebagai manusia dan dipihak lain bekerja dapat menjadi sumber konflik

dalam kehidupan pernikahannya yang dapat menyebabkan timbulnya rasa

ketidakpuasan dalam kehidupan pernikahannya.

2.5

Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis diatas, penulis merumuskan hipotesis

penelitian dalam bentuk pernyataan yaitu:

H Ada hubungan negatif yang signifikan antara konf/ik peran ganda

wanita dengan kepuasan pernikahan.

H 0 : Tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara konflik peran ganda

(51)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Pendekatan dan Metode penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Penelitian kuantitatif secara tipikal dikaitkan dengan proses induksi

enumeratif, yaitu menarik kesimpulan berdasarkan angka dan melakukan

abstraksi berdasarkan generalisasi (Creswell dalam Alsa, 2003)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang

meliputi kegiatan pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau

menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang

berjalan dari suatu penelitian.Dan jenis penelitian yang digunakan adalah

jenis penelitian korelasional untuk menentukan tingkat hubungan

variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla, dkk., 1993).

3.2

Variabel Penelitian dan Definisi

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Yang merupakan

variabel bebas adalah konflik peran ganda wanita dan variabel terikat clalam

(52)

Adapun definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah:

-1 _ Konflik Peran Ganda

Konflik peran ganda yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan

kesulitan yang dialami seseorang karena menjalani dua atau lebih

· harapan atau tuntutan peran yang saling bertentangan satu sama lain.

Peran-peran tersebut adalah peran yang dijalani ibu bekerja yang memiliki

aktivitas didalam dua lingkungan kehidupan yaitu lingkungan keluarga

(ruang domestik) sebagai istri, sebagai ibu rumah tangga, sebagai ibu dan

lingkungan pekerjaan (ruang publik) sebagai pekerja,

Penyusunan skala pengukuran konflik peran ganda wanita dalam

penelitian ini diadaptasi dari skala konflik peran ganda yang disusun oleh

Imelda Luki Arinta (1993) (dalam Saifuddin, 2004), Ska]a ini

diklasifikasikan berdasarkan teori Lewis tentang peran utama yang dimiliki

oleh wanita berperan ganda,

Aspek-aspek yang akan diukur adalah 1) peran sebagai istri dan

diturunkan menjadi dua indikator yaitu komunikasi dan interaksi dengan

suami juga pandangan suami terhadap peran ganda wanita: 2) peran

sebagai ibu rumah tangga dan diturunkan menjadi dua indikator yaitu

(53)

3) peran sebagai ibu dan diturunkan. menjadi dua indikator yaitu

pengasuhan anak dan komunikasi dan interaksi dengan anak; 4) peran

sebagai pekerja dan diturunkan menjadi dua indikator yaitu menentukan

prioritas dan tekanan karir dan_keluarga.

---

... ._

2. Kepuasan Pernikahan

KepLnsan pernikahan adalah perasaan subyektif akan f;ebahagiaan,

kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami oleh

masing-masing pasangan suami istri dengan mempertimbangkan keseluruhan

aspel< dalam pernikahan.

40

Skala kepuasan pernikahan dalam penelitian ini disusun oleh penulis dan

bersandar pada teori Duvall & Miller tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan pernikahan karakter pada masa kini. Menurut

Duvall & Miller, kepuasan pernikahan dapat dilihat dari beberapa aspek

yaitu afeksi, kepercayaan, equalitarian, komunikasi, seks, kehidupan

(54)

3.3

Pengambilan Sampel

3.3.1 Populasi dan Sampel

Gay (1976) mendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana peneliti akan

ュ・ョァァ・ョ・イYjェY セウゥォ。ョ@ hasil penelitiannya (dalam Sevilla, dkk., 1993). Populasi dalam penelitian ini sebanyak 102 orang dan mereka adalah wanita

berkeluarga dan bekerja yang tinggal di Asrama POLRI Cileduk -Tangerang.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang. Jumlah sampel

penelitian ini dianggap memenuhi syarat penelitian, karena menurut Gay

(1976) (dalam Sevilla, dkk.,1993) untuk tipe penelitian korelasi ukuran

minimum yang dapat diterima adalah tidak l<urang dari 30 orang yang

merupakan jumlah minimal sampel untuk dapat melakukan perhitungan

statistil< yang akurat.

3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Menurut Suharsimi (2003), metode Purposive sampling yaitu cara

pengambilan subyek atau sampel didasarkan alas tujuan tertentu dengan

syarat pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau

(55)

42

Kriteria yang diberikan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. War')a Asrama POLRI Ciledug Rt. 002/Rw. 02, Rt.004/Rw.02 dan

Rt.005/Rw.02.

2. Beragama Islam.

3. · Wanita yang tel ah bekerja dan berkeluarga.

4. Memiliki pasangan/suami yang juga bekerja diluar rumah.

5. Bekerja diluar rumah secara tetap.

6. Memiliki minimcil satu anak.

7. Pendidikan minimal SMU/sederajat.

3.4

lnstrumen Pengumpul Data

3.4.1 Skala Konflik Peran Ganda

Skala konflik peran ganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

yang diadaptasi dari sl<ala konflil< peran ganda yang disusun oleh Imelda Luki

Arinta (1993) (dalam Saifuddin, 2004).

Penulis menyusun skala konflik peran ganda berdasarkan teori Lewis tentang

peran utama yang dimiliki oleh wanita yang berperan ganda. Untuk

(56)

Tabel 3.1

Blue print Skala Konflik Peran Ganda (Pra Try Out)

,-

Item

I

Aspek lndikator Favorable Unfavorable clmlh

- - - --·

->

Komunikasi·dan

interaksi dengan 24,30,27

42,53,49 6

I

suami.

I

,

1

1.Peran

-I

sebagai istri

>

Pandangan suami

terhadap peran

19,35,6, 17 56,21,33,8 8

ganda wanita.

- -

----2. Peran

>

Bantu an

pekerjaan rumah. 5,12,2 31,34,60

MMセMj@

sebagai ibu

rum ah - - - · - - ·

>

Waktu untuk

I

tangga keluarga. 32,37,3,47 7,51,45,23 8

---

->

Pengasuhan anak. 9,48,43,44 39,25,46,29

8

3. Per an

->

Komunikasi dan

sebagai ibu 28,38, 15,

interaksi dengan 59,'16,10,13

8

I

57 anak.

-I

>

Menentukan

MXセ@

4. Pe·an 54,4,58,55 36,50, 14,20

sebagai prioritas.

---·-·->

Tekanan karir dan

pekerja 52,40,41, 1

I

26.22.18.11 8

I

tekanan keluarga.

- - - -

---Jumlah 30

[image:56.518.67.467.141.655.2]
(57)

'14

Skala ini menggunakan 4 alternatif jawaban dengan meniadakan jawabar,

netral (N), Hal ini untuk menghindari subyek melakukan proteksi dengan

'

selalu memberikan jawaban netral. Skor akhir sampel adalah skor total dari

jawaban pada setiap pernyataan. Yaitu Selalu (SL), Sering (SR),

Kadang-kadang (KO), Tidak Pernah (TP).

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari

pemyataan-pernyataan kuisioner diberi skor berdasarkan pada label 3.2 dibawah ini :

Tabel 3.2

Skor Item Skala Konfiik Peran Ganda

Skala Favorable Unvaforab le

- - - · · - - - ·

-Selalu (SL) 4 1

Sering (SR) 3 2

--· -· ᄋMMMセᄋMᄋ@

Kadang-kadang (KO) 2 3

Tidak Pernah (TP) 1 4

- - ·---·

3.4.2 Skala Kepuasan Pernikahan

Skala kepuasan pernikanan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

yang disusun oleh penulis. Adapun untuk skala kepuasan pernikahan,

disandarkan berdasarkan teori Duvall

&

Miller tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan pernikahan karakter pada masa kini. Untuk

[image:57.518.64.445.172.513.2]
(58)
[image:58.518.64.458.116.511.2]

Tabel 3.3

Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan (Pra Try Out)

Item

Aspek Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Afeksi 5, 19,6,52, 10 3,31,37,14,57 10

' .---··"-·

..

2: Kepercayaan 1,32,29,47 24,8,33,59 8

-· 3. Equalitarian 2,58,35,39 45,7,51,20 8

4. Komunikasi 42,23,55, 18,27 4,38,49, 11,61 10

5. Seksual 36,46,25 56, 16,30 6

-6. Kehidupan sosial 9,34,13,50 44,54,22,43 8

-

---···-7. Tempat tinggal 12,41,60 53,28,48 6

-···-

---·-··-8. Keu1ngan keluarga 15,26,62 21,17,40 6

·

-Jumlah 31 31 62

I

Skala ini menggunakan 4 alternatif jawaban dengan meniadakan jawaban

netral (N), Hal ini untuk menghindari subyek melakukan proteksi dengan

selalu memberikan jawaban netral. Skor akhir sampel adalah skor total dari

jawaoan pada setiap pernyataan. Yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),

Tidal< Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari

(59)
[image:59.518.63.462.118.615.2]

46

Tabel 3.4

Skar Item Skala Kepuasan pernikahan

--Skala Favorable Unvaforable

·-·"

-··---Sangat Sesuai (SS) 4

1

Sesuai (S) 3 2

-"Tidak Sesuai (TS)

.

2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS)

1

4

3_5

Teknik Uji lnstrumen

3.5.1 Uji validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu skala psikologi

mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai clengan tujuan ukurnya. ,

Validitas skala psikologi banyak yang clisanclarkan pacla relevansi isi

pernyataan yang clisusun berdasarkan rancangan yang tepat. Dalam

penelitian ini, pengujian kualitas item clilakukan clengan menggunakan

formula Pearson (Saifucldin, 2004) clengan rumus :

f<eterangan

i : skor item

x : skor skala

(60)

3.5.2 Uji reliabilitas

Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran diperoleh hasil

yang relatif sama. Untuk menguji reliabilitas alat pengumpul data dalam

penelithn ini menggunakan analisa c.ari Alfa Cronbach (Saifuddin, 2004)

dengan rumus :

a= [ - -K

J[

1 - - -

I/u']

K-1 S/

Keterangan :

a

= Realibilitas

K = Jumlah belah tes

Sj2 = Vari ans belahan j; j =1,2 ... k

Sx2 = Varians skor tes

3.6

Uji lnstrumen Penelitian

3.6.1 Skala Konflik Peran Ganda

Item dari skala konflik peran ganda sejumlah 60 buah diujicobakan pada

sampel ibu bekerja (n=36). Dari has ii analisis tern ya ta 27 item gugur a tau

(61)

49

----·

·----·· 1·---1

>-

Menentukan *54,4, 36,50,

3 5

4. Pe ran prioritas. *58,55 *14,20

sebagai

>-

Tekanan karir

*52,*40, 26,22,

pekerja dan tekanan 4 4

I

41,*1 *18, 11

keluarga.

.

.

.

MMMMセ@ .... ·

-.

Jumlah 30 30 33 27

Ket : *Valid pada taraf signifikansi pada level 0,05

Pengujian reliabilitas skala konflik peran ganda ini menggunakan analisis ,

Alpha Cronbach. Hasilnya menunjukkan koefisien realibilitas Alpha sebesar

0,854.

3.6.2 Skala Kepuasan Pernikahan

Item dari skala konflik peran ganda sejumlah 62 buah diujicobakan pada

sampel ibu bekerja (n=36).

Dari hasil analisis ternyata 25 item gugur atau tidak valid yaitu:

4,7,9, 13, 15, 16, 19,25,27,28,29,35,40,42,46,47,50,52,53,55,56,58,59,60,62.

Dan diperoleh 37 item valid yaitu:

1,2,3,5,6,8, 10, 11, 12, 14, 17, 18,20,21,22,23,24,26,30,31,32,

Gambar

TABEL Halaman
Tabel 3.1 ,-Aspek Blue print Skala Konflik Peran Ganda lndikator
Tabel 3.2 Skor Item Skala Konfiik Peran Ganda
Blue Print Tabel 3.3 Skala Kepuasan Pernikahan (Pra Try Out)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada wanita bekerja. Berdasarkan hasil analisis

Ketidakmampuan wanita karir dalam menyelesaikan konflik peran ganda tersebut dapat menyebabkan mereka menampilkan sikap kerja yang negatif misalnya kurang termotivasi dalam

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA

BAB I PENDAHULUAN ... Latar Belakang Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Konflik Peran Ganda ... Pengertian Konflik ... Pengertian peran ganda ....

Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja pada Wanita Bekerja.. Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ada dua yaitu hipotesis yang pertama ada hubungan negatif yang signifikan antara konflik peran ganda keluarga

adanya hubungan negatif yang tidak signifikan antara dukungan sosial suami dengan konflik.. peran ganda (r = -0,184 p

Ada hubungan negatif antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada wanita bekerja yang berprofesi sebagai guru.Semakin tinggi tingkat konflik peran ganda yang