?.D/
f7J/
/-?
HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA
WANITA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN
Oleh :
SITI MUFUCHAH
イᄋᄋセN@ l,f NIM
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKUL T AS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi
syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
_・ュ「ゥュ「ゥョセj@ I
Oleh
SITI MUFLICHAH
NIM : 102070025931
Dibawah Bimbingan
D@1;L
forlbii,:
ULLLLQBGQセ@
L'
$iNIP. 150 215 283
Pembirnbing 11,
(
セQャヲヲゥOセ@
Ora. aヲゥ」ャ。N「j|GQ。ウセセNセljP⦅N@ Qセ」Q@
NIP 1so·22s
ns
FAKULTAS PSll<OLOG\
UNIVERSITAS \SLAM NEGERI SYARIF HIDAY1\TU\_L)\H
JAl<ARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA WANITA
DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN telah diujikan pada sidang Munaqosyah
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 20 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 20 November 2006
Sidang Munaqosyah
!
Ketua Panitia Merangkap Anggota
Ii
...
キセN@
\, . '"-.i \
Ora. Netty\Hartati M.Si
NIP. 150 215 938
'
Pe/nguji I
'
.
\v;,: ....
. / I
Ora.
nセエエyGセ。イエ。エゥL@
M.Si
NIP.1502'15938
\_i
Pembimbing I
Anggota
Ora. Hj Fadhilah Suralaga, M. Si
NIP.150215283
Sekertaris Mer.a.i:ii:Jkap Anggota
NIP. 150 238
Pembimb1ng II
"
MMMTNaᄋᄋB[Lセ@
r/
セBGORGOGケ@ LNLLLセN@
Bila didunia ini ada neraka,
Neraka itu adalah pernikahan yang gagal"
(C) Siti Muflichah (0) x + 78 Hal
(E) Pernikahan adalah dasar pertama bagi pertahanan suatu rumah tangga dalam masyarakat. Pernikahan itu sendiri memiliki makna yang tinggi baik secara agama maupun kultural, terutama pada masyarakat Indonesia yang sampai saat ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kebudayaan dan adat istiadat ketimuran. Dalam suatu hubungan tali pernikahan dibutuhkan banyak sekali penyesuaian yang harus dilakukan suami maupun istri agar mereka dapat memperoleh kepuasan dalam pernikahan. Salah satu penyesuaian yang harus dilakukan adalah pembagian peran, yang terkadang menjadi lebih su\it dilakukan karena peran ganda yang dijalani oleh istri. \bu bekerja
memliki peran ganda yang harus dijalaninya didua lingkungan kehidupannya. Mereka harus memenuhi tuntutan dan harapan terhadap masing-masing tugas peran yang mereka tempati baik sebagai seorang istri, ibu yang mengurus rumah tangga, ibu dari anak-anak maupun sebagai pekerja. Tuntutan dan harapan peran tersebutlah yang berpeluang dapat membuat konflik bagi para ibu bekerja. Karena suatu konflik terjadi ketika seseorang menempati dua atau lebih peran secara bersamaan dan ketika sa\ah satu harapan peran bertentangan dengan harapan peran yang lainnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat korelasi antara konflik peran ganda wanita dengan kepuasan pernikahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dan subyek penelitian ada\ah ibu bekerja yang tinggal di Asrama POLRI ci\eduk sebanyak 36 orang. Teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling. lnstrumen yang digunakan adalah
skala konflik peran ganda dan skala kepuasan pernikahan.
Berdasarkan hasil analisa data, terlihat bahwa hubungan variabel konflik peran ganda wanita dengan variabel kepuasan pernikahan memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0, 127. Hal ini menunjukkan arah hubungan negatif dan lemah. Nilai signifikansinya ada\ah 0,459>0,05. Sehingga dapat
disimpulkan tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konflik peran ganda wanita dengan kepuasan pernikahan.
KATA PENGANTAR
Pada tahta kebesaran-Mu Ya Rabb, kami anyam kata-kata pujian alas ni'mat yang tetap mengguyur meski kami masih belajar taat pada-Mu. Maka izinkanlah penulis untuk mengucapkan Hamdalah, dengan pujian kepada Allah 'Azza wa Jal/a karena alas berkah, rahmah, taufiq, hidayah dan inayah-Nya maka
selesailah karya sederhana ini. Seraya menundukkan hati sejenak mengucapkan shalawat salam yang dirangkaikan dipusara agung Rasulullah SAW berikut keluarganya yang suci, sahabatnya yang terpilih hingga umatnya yang sabar terutama para ulama selaku pewaris pusaka Islam rahmatan
Iii- 'ala min.
Hanya karena kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Wanita dengan Kepuasan Pernikahan". Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu prasyarat dalam menempuh ujian Sarjana Strata satu pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terwujud berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si selaku Oekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Para PUOEK Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ora. Hj. Fadhilah Suralaga, M.Si. Pembimbing I, terimakasih alas arahan dan bimbingannya yang menyenangkan.
4. Ora. Afidah Mas'ud, M.Pd. Pembimbing
11,
terimakasih alas bimbingan dan koreksinya yang sangat detail.5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah dengan ikhlas mentransfer pengetahuan, mengembangkan wawasan dan turut serta mewarnai pola pikir dan pola laku penulis.
6. Orang tuaku, salam ta'zhim untuk ibu dan bapakku alas kasih, do' a, kesabaran serta dukungan moril serta materiil yang telah diberikan. 7. Kakakku tercinta, Lies dan keluarga (k' Rustam juga sicantik Ayya kecil).
9. Para karyawan dan staf akademik Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih alas pelayanan akademik yang telah diberikan selama ini:
10. Para responden, terimakasih atas kesediaannya membantu dalam proses penelilian ini.
11. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Karena sedemikian banyaknya orang yang melebarkan ketulusannya dan memberikan bantuan dalam proses penelitian ini.
Penulis hanya berharap semoga semuanya mendapatkan balasan terbaik dan
terindah dari Allah Yang Maharahman dan Maharahim.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih bayak kekurangan dan kelemahan, oleh karenanya penulis dengan senang hati dan terbuka untuk menerima saran-saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari semua pihak. Akhirnya, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 19 Oktober 200b
Penulis
DAFTAR ISi
HALAMAN JUDUL
HALAMANPERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO iv
DEDIKASI v
ABSTRAKSI vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISi viii
DAFT AR T ABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN '(
BAB 1 PENDAHULUAN 1-10
1.1 Latar Belakang Penelitian ... . . ... 1
"·.2 ldentifikasi Masalah ... .
... 6
1. 3 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1 Pembatasan Masalah ... .
. ... 6
1.3.2 Perumusan Masalah ... .
. ... 7
1.4 Tujuan Penelitian... .. . .. . .. . . . ... . . ... 8
1.5 Manfaat Penelitian ... . ..8
2.1.2 Tujuan Pernikahan ... 13
2.1.3 Kepuasan Pernikahan ... 17
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Pernikahan ... . ... 19
2.2 Konflik Peran Ganda Wanita 2.2.1 Pengertian Pe ran ... . . ... 22
2.2.2 Konflik Peran ... ... . ... 23
2.2.3 Peran Ganda Wanita... . .. 28
2.2.4 Wanita Bekerja ... 30
2.2.5 Wanita Bekerja dalam Perspektif Islam ... 33
2.3 Kerangka Berfikir ... 35
2.4 Hipotesis ... 37
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 38-53 3.1 Pendekatan dan Metodologi penelitian ... . . ... 38
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... . . ... 38
3.3 Pengambilan Sampel 3.3.1 Populasi dan Sampel ... .41
3.4 lnstrumen Pengumpul Data
3.4.1 Skala Kanflik Pe ran Ganda ... .42
3.4.2 Skala Kepuasan Pernikahan ... .44
3.5 Teknik Uji lnstrumen 3.5.1 Uji Validitas ... .46
3.5.2 Uji Relicibilitas ... .47
3.6 Uji lnstrumen Penelitian 3.6.1 Skala Kanflik Peran Ganda... .. . . . .. .47
3.6.2 Skala Kepuasan Pernikahan.... .. .. . . .. . . .. . . .. .49
3.7 Teknik Analisa Data... . ... 51
3.8 Prosedur Penelitian ... . . ... 52
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA 54-71 4.1 Gamba ran Um um Respanden ... 54
4.2 Presentasi Data 4.2.1 Deskripsi Statistik ... 56
4.2.2 Kategarisasi Skar Penelitian 4.2.2.1 Kategarisasi Skar Tingkat Kanflik Peran Ganda Wanita ... 57
Pernikahan Berdasarkan Usia ... . . ... 62
4.2.2.3 K.ategari Skar Tingkat Kanflik Peran Berdasarkan Lama Bekerja ... 63
4.2.2.4 Kategari Skar Tingkat Kepuasan Pernikahan Berdasarkan Lama Bekerja ... 64
4.2.2.5 Kategari Skar Tingkat Kanflik Peran Ganda Wanita Berdasarkan Jumlah Anak ... 66
4.2.2.6 Kategari Skar Tingkat Kepuasan Pernikahan Berdasarkan Jumlah Anak ... . 4.2.3 Uji Prasyarat ... . ... 67
. ... 68
4.2.4 Pengujian Hipatesis ... 70
BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran 72-75 5.1 Kesimpulan ... 72
5.2 Diskusi. ... 73
5.3 Saran ... .
... ... 74
DAFT AR PUSTAKA ... 76
LAMPI RAN
DAFTAR TABEL
TABEL
Halaman1. Karakteristik-karakteristik yang kondusif terhadap
tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi... 19
2. Blue print skala konflik peran ganda (pra try out)... ... ... ... 43
3. Skor item ska la konflik peran ganda... 44
4. Blue print ska la kepuasan pernikahan (pra try out)... 45
5. Skor item ska la kepuasan pernikahan... .... .. ... .. .. .... .... .. .. .... 46
6. Blue print ska la konflik peran gand a (pa sea try out)... 48
7. Blue print skala kepuasan pernikahan (pasca try out)... 50
8. Responden berdasarkan usia... .... .... .. .. .... .. .. ... .. .. .. . .. .. ... .... 54
9. Responden berdasarkan lama bekerja... ... ... ... ... ... ... ... 55
10. Respond en berdasarkan jumlah anak.. .... .... .. .... .. ... .... .. ... .... .. 56
11. Statistik deskriptif... . . . 57
12. Penyebaran skor respon konflik peran ganda ... 59
13. Penyebaran skor respon kepuasan pernikahan. .. .. . . .. . . .. .. . . 60
14. Tingkat konflik peran ganda berdasarkan usia... ... ... 61
15. Tingkat kepuasan pernikahan berdasarkan usia ... 62
16. Tingkat konflik peran ganda berdasarkan lama bekerja... .... .. .. .. 63
17. Tingkat kepuasan pernikahan berdasarkan lama bekerja ... 65
[image:13.518.57.456.161.553.2]DAFTAR
LAMPIRAN
1. Data penelitian.
2. Has ii out put validitas skala konflik peran ganda (SPSS versi 11.0 for
windows).
3. Hasil out put validitas skala kepuasan pernikahan (SPSS versi 11.0 for
windows).
4. 1-\asil out put reliabilitas skala konflik peran ganda (SPSS versi 11.0 for
windows).
5. Hasil out put reliabilitas skala kepuasan pernikahan (SPSS versi 11.0 for
windows).
6. Kategori skor responden.
7. Hasi! out put analisis deskriptif (SPSS versi 11.0 for windows)
8. Has ii out put uji norrnalitas (SPSS versi 11.0 for windows)
9. Has ii out put uji korelasi (SPSS versi 11.0 for windows)
10. Surat izin penelitian
1.1
Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan salah satu kejadian penting yang akan dihadapi oleh
manusia da!am perjalanan hidupnya. Pernikahan itu sendiri memiliki makna
yang tinggi baik secara agama maupun kultural, terutama pada masyarakat
Indonesia yang sampai saat ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
kebudayaan dan adat istiadat ketimuran. Pernikahan juga salah satu kejadian
yang diharapkan oleh individu pada saat dewasa karena dengan pernikahan
banyak )<ebutuhan yang dapat terpenuhi seperti kebutuhan biologis, finansial,
psikologis dan emosional.
Sebagaimana layaknya suatu hubungan, mereka yang terikat tali pernil<ahan
tentu mengharapkan kepuasan dalarn pernikahannya. Proses pencapaian
kepuasan pernikahan bukanlah hal yang mudah karena hidup bersama
dalam ikatan pernikahan membutuhkan banyak sekali penyesuaian. Salah
satu penyesuaian yang harus dilakukan adalah pembagian peran, yang
terkacang pada masa sekarang menjadi lebih sulit dilakukan karena peran
2
Kemajua11 zama11 dan perubaha11-perubahan dalam tatanan nilai masyarakat
telah membuka kesempatan pada wa11ita Indonesia khususnya yang tinggal
dikota-kota besar untuk maju dan berkembang. Sehingga, peluang wa11ita
untuk memperoleh pendidikan maupun membina karir semakin terbuka lebar.
Partisipasi wanita di lapangan pekerjaanpun telah banyak dijumpai dalam
berbagai bidang pekerjaa11 baik yang secara tradisional dianggap sesuai
dengan ciri-ciri feminin wanita maupun dibidang non tradisional yang lebih
banyak didominasi o!eh pria. Banyak wanita memilih untuk-berkarya diluar
rumah alas dasar keinginan sendiri dan bukan karena terpaksa dengan
tujuan yang beragam pula seperti untuk mengaktualisasikan diri, kebutuhan
fi11a11sial, mencari pengalaman, memanfaatkan ilmu, memanfaatkan waktu
luang, menambah rasa percaya diri dan lain sebagainya.
Di Indonesia, sebagaimana terjadi dise/uruh dunia, semakin banyak wanita
yang bekerja diruang publik. Simajuntak dalam program Seri Loka Karya
Kesehatan Perempuan mengungkapkan bahwa Tingkat Partisipasi Kerja
(TPK) perempuan terus meningkat dari 29,3% pada tahun 1961 menjadi
32,2% ditahun 1980 dan menjadi 40,5% pada tahun 2000 dan terus
Bagi wanita yang telah menikah, peran ganda yang dilakoninya dapat
menimbulkan masalah seperti konflik antar peran yang dijalaninya sehingga
dimungkinkan akan 111eni111bulkan konflik dalam pernikahannya akibat
l<elebihan beban tanggung jawab yang harus dipikulnya. Disatu pihak wanita
dituntut untiJk rnenjadi istri da'n ibu rumah tangga yang mengurus segala hal
yang berkaitan dengan rumah, sesuai dengan norma dan harapan
masyarakat dan dipihak lain ia juga dituntut dan diharapkan untuk
111ena111pilkan unjuk kerja yang baik sesuai dengan tuntutan tempat dimana ia
bekerja. Belum lagi tuntutan dirinya sebagai individu yang ingin memenuhi
keinginan pribadinya.
Seorang wanita yang berperan sebagai istri, ibu rumah tangga, ibu dari
anak-anak dan pekerja memiliki harapan-harapan peran pada masing-masing
perannya. Harapan-harapan peran tersebut sering harus ditampilkan pada
saat yang bersamaan. Maka pad a situasi seperti tersebut diatas, wanita
berperan ganda sering mengalami konflik peran. Karena konflik peran terjadi
ketil<a seseorang menempati dua atau lebih peran secara bersamaan dan
ketika salah satu harapan peran bertentangan dengan harapan peran yang
lainnya (Sarbin dan Allen dalam Linzey & Aronson, 1968).
Tuntutan dan harapan peran tersebutlah yang dapat membuat konflik bagi
(dalam Frieze, dkk., 1978) yang mengatakan bahwa bertambahnya peran
bagi wanita akan memperbesar munculnya konflik dalam hidupnya.
4
Blumstein dan Schwartz dalam Strong & De Vault (1989) mengatakan bahwa
wanita yang_memutuskan untuk bekerja diluar rumah berarti dapat
mengurangi kualitas peran dalam pernikahan dan mengurangi waktu untuk
bersama keluarga yang kemudian pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
kualitas pernikahannya.
Banyak persoalan dalam penikahan yang dialami oleh para ibu rumah tangga
yang bekerja di luar rumah, seperti bagaimana mengatur waktu dengan
suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik.
Ada yang dapat menikmati peran gandanya, namun ada yang merasa
kesulitan hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit dalam rumah tangga
kian berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu ada pula tekanan
yang timb.ul sebagai akibat dari pelaksanaan peran ganda itu sendiri.
Memang, kemampuan "manajemen waktu dan rumah tangga" merupakan
salah satu kesulitan yang paling sering dihadapi oleh para ibu bekerja.
Pekerjaanpun, dapat menjadi sumber ketegangan dan sires yang besar bagi
para ibu bekerja. Mulai dari peraturan kerja yang kaku, atasan atau pimpinan
ditempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang sangat
panjang, atau pun ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari
problem·sosial-politis di tempat kerja. Situasi demikian akan membuat sang
ibu menjadi amat lelah, ウ・ュ・ョエ。イセ@ kehadirannya masih sangat dinantikan
oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis dan fisiklah yang sering membuat
mereka sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak maupun terhadap
suami. Keadaan ini biasanya makin intens, kala situasi dirumah tidak
mendukung - dalam arti, suami dan anak-anak yang sudah besar kurang bisa
bekerja >ama untuk sekedar meringankan pekerjaan rumah tangga.
Sehingga, konflik peran yang dialami oleh ibu bekerja dapat menghambat
kepu<isan dalam hidupnya (Jacinta, 2002).
Untuk dapat menjalankan peran gandanya, diperlukan koordinasi dan
l<omun1kasi yang efektif dengan suami dan anak-anak agar tidak terjadi
l<ebingungan dan konflik dalam diri wanita berperan ganda. Bila tidak pandai
menentukan prioritas serta kurang mampu mengkoordinasikan peran-peran
yang dimilikinya, maka akan dapat menimbulkan masalah. Situasi tersebut
dapat berpeluang besar mengakibatkan kehidupan rumah tangga menjadi
terasa tidak memuaskan karena konflik-konflik yang muncul dalam diri wanita
Bertolak dari pemikiran diatas, maka penulis dalam penelitian ini tertarik
untuk membuat penelitian yang berjudul Hubungan Antara Kemampuan
Mengatasi Konflik Peran Ganda Wanita dengan Kepuasan Pernikahan.
1.2
ldentifikasi Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang permasalahan diatas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang dapat muncul, yaitu:
6
1. Apakah bekerjanya istri diluar rumah dapat menjadi sumber konflik utama
dalam rumah tangga?
2. Seberapa besar kontribusi konflik peran yang dihadapi wanita berperan
ganda terhadap ketidakpuasan dalam suatu pernikahan?
3. Apakah konflik peran ganda wanita memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan pernikahan?
4. Apakah ada hubungan antara konflik peran ganda wanita dengan
kepuasan pernikahan?
1.3
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memberikan hatasan permasalahan dengan
tujuan untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas.
1. l<onflik peran ganda yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
kesulitan yang dialami seseorang karena menjalani dua atau \ebih
harapan atau tuntutan peran yang saling bertentangan satu sama lain.
Peran-peran tersebut adalah pernn yang dijalani ibu bekerja yang
memiliki aktivitas didalam dua lingkungan kehidupan yaitu lingkungan
keluarga (ruang domestik) sebagai istri, sebagai ibu rumah tangga,
sebagai ibu dan lingkungan pekerjaan (ruang publik) sebagai pekerja.
2. l<epuasan pernikahan adalah perasaan subyektif akan kebahagiaan,
kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami oleh
masing-masing pasangan suami istri dengan mempertimbangkan
keseluruhan aspek dalam pernikahan. Aspek-aspek kepuasan
pernikahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu afeksi,
kepercayaan, equalitarian, komunikasi, seks, kehidupan sosial, tempat
tinggal dan keuangan keluarga.
3. Subyek dalam penelitian ini adalah adalah wanita berkeluarga dan
bekerja yang tinggal di Asrama POLRI Cileduk-Tangerang.
1.3.2 Perumusan Masalah
Agar tidak terjadi perbedaan interpretasi dan pemahaman masalah yang
sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara konflik peran ganda wanita
dengan kepuasan pernikahan?
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang hubungan
antara konflik peran ganda wanita dengan kepuasan pernikahan.
8
1.5
Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi
perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi wanita dan dapat menjadi
sumber data tambahan bagi pengembangan studi tentang ibu bekerja,
sebuah kelompok yang semakin meningkat jumlahnya didalam masyarakat
yang memiliki karakteristik dan tanggung jawab peran yang kompleks.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi ibu rumah tangga yang bekerja untuk meningkatkan kepuasan dalam
pernikahannya dan juga untuk membantu mengidentifikasi masalah-masalah
1.6
Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan
APA style. Kaidah penulisan yang didasarkan dan mengacu pada pedoman
penyusunan dan penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2004).
Untuk mempermudah pembahasan dan agar penulisan skripsi ini lebih
terfokus dan sistematis, maka penulis mengklasifikasikan permasalahan
dalarn beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BABI Pendahuluan yang memberikan gambaran secara umum dan
menyeluruh tentang skripsi ini dengan menguraikan tentang latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian juga
kaidah penulisan.
BAB II , Merupakan kerangka konsep penulisan yaitu tinjauan kepustakaan
yang membahas tentang pernikahan, konflik peran ganda wanita,
juga membahas tentang kerangka berfikir dan terakhir yaitu
hipotesa.
BAB Ill Metodologi penelitian yang membahas tentang pendekatan dan
metode penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional,
IO
instrumen, uji instrumen penelitian, teknik analisa data dan terakhir
membahas mengenai prosedur penelitian.
BAB IV Merupakan pokok bahasan dalam skripsi ini, yaitu gambaran umum
responden dan presentasi data.
BAB V Merupakan bagian paling akhir dalam skripsi ini yang terdiri dari
BJ\B 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pernikahan
2.1.1 Pengertian Pernikahan
Pernikahan merupakan pola yang normal bagi kehidupan orang dewasa.
Menurul Tumanggor, dkk (2004) kata "pernikahan" berasal dari bahasa Arab
yaitu "nakaha-nikahan" yang berarti
lazawwaj
(berpasangan), sehingga kataini memiliki arti yang sama dengan kata
a/-Zawaj.
Dua kata-ini banyak dipakaioleh al-Qur'an dan al-Hadits. Meskipun dua kata tersebut dianggap memiliki
kesamaan makna, tampaknya terdapat perbedaan persepsi dikalangan para
fuqaha. Mereka sependapat bahwa kata
zawaj
hanya digunakan untuk akadsaja; berbeda halnya dengan kata nikah, orang Arab mempergunakan kata
nikah untuk tiga makna; akad, hubungan intim dan kumpul saling menyatu.
Didalam bc.b I pasal 1 Undang-undang No 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan
(UUP), merumuskan pengertian perkawinan atau pernikahan yaitu sebagai
"ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" (Departemen Agama,
2004).
12
Pernikal1an bukan hanya hubung_an yang sah dimata Tuhan, tetapi sah juga
dimata 1i1asyarakat dan sah menurut hukum negara. Menurut Duvall & Miller
(1985) perrikahan adalah salah satu bentuk interaksi antara pria dan wanita
yang sifatnya paling intim. Pernikahan sebagai suatu hubungan antara pria
dan wanita yang diakui dalam masyarakat dalam peranannya sebagai suami
istri. Didalam pernikahan hubungan seksual disahkan dan dimiliki pula
kesempatan untuk melahirkan, mengasuh dan membesarkan anak secara
bertanggung jawab serta memantapkan pembagian tugas dalam pasangan
terse but.
Berdasarkan dari pengertian-pengertian pernikahan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pernikahan adalah hubungan antara pria dan wanita yang
diakui dan diatur oleh seperangkat pranata sosial dan agama yang
mencerminkan hak dan kewajiban antara pasangan yang terlibat dalam
2.1.2 Tujuan Pernikahan
Pernikahan bukan sekedar saling cint<.1 mencintai antara dua insan manusia,
bukan pula tuntutan kebutuhan biologis seksual semata. Dahulu tujuan
pernikahan adalah untuk meneruskan adat istiadat dan nilai-nilai yang dianut
oleh masyarakat. Tetapi dengan sejalannya waktu, maka hal tersebut
bergeser pada rasa ingin berbagi dari pasangan yang memiliki ikatan kasih
sayang secara timbal balik dan peran dalam pernikahan juga semakin
berubah dan tidak sekaku sebelumnya, sehingga kebahagiaan pernikahan
dapat tercapai (Nevids & Rath us dalam Fajar, 2001 ). Meski demikian,
kebahagiaan ini tentunya bersifat relatif dan subyektif. Jelasnya, suatu hal
yang dapat menjadi kebahagiaan seseorang belum tentu menjadi
kebahagiaan orang lain.
Abdullah Nasikh Ulwan (1983) menerangkan bahwa tujuan dari sebuah
pernikahan adalah:
1. Melestarikan keturunan
Sebagaimana Allah telah mensiratkan dalam al-Qur'an surat an-Nisa :
ayat 1;
• G..,j' j' .. セ\Z@
US,
iGNGLᄋセ@·
Arti: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Allah
menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyal< ... "
DisiJ1i terlihat bahwa Allah SWT memberi sinyal dan tanda bahwa
manusia diciptakan oleh Allah untuk berpasang-pasangan dan dengan
adanya pasangan tersebut kita memiliki keturunan dan diharapkan
dengan adanya keturunan tersebut kita dapat mempertahankan
kelangsungan kehidupan berikutnya.
14
Rasulullah saw juga sangat mencintai dan bangga terhadap umatnya
yang berketurunan banyak. Terlebih bila dilahirkan dari benih suami yang
sha)ih dan istri yang shalihah, yang akan menambah jumlah populasi
orang mu'min di dunia.
2. Memelihara nasab
Pernikahan mempunyai makna tersendiri bagi seseorang, yakni dalam
pengakuan sosial alas eksistensi dan status dirinya. Karena
bagaimanapun juga seseorang manusia didalam pergaulan sosialnya
dengan orang lain membutuhkan status keturunannya. Secara
merasa malu dan tertekan aib yang diembannya. Disinilah pernikahan
bertujuan untuk memelihara nasab yang nantinya berdampak pada
psikologis maupun sosiologis.
3. Menyelamatkan masyarakat dari dekadensi moral
Dekadensi moral yang terjadi pada dewasa ini sudah sedemikian
kompleksnya, dimana-mana sering kita temukan pergaulan bebas tanpa
batas yang secara norma positif maupun norma agama sudah tidal< dapat
dibenarkan lagi. lronisnya lagi dekadensi moral sudah mewabah dinegara
kita yang secara kalkulasi merupakan umat Islam terbesar didunia yang
seharusnya memiliki tatanan nilai yang baik bagi pergaulan sosialnya.
Oleh karena itu, 14 abad yang lalu Rasullah SAW telah mengingatkan
para pemuda-pemudi untuk senantiasa menjaga dirinya dari segala fitnah
rnelalui jalan pernikahan, ini dilakukan dalam rangka menghindari
dekadensi moral tersebut.
4. Sebagai media pernbentukan rurnah tangga ideal dan pendidikan anak
Pernikahan juga digunakan sebagai ajang pernbentukan rurnah tangga
ideaL dan pendidikan anak. Karena ketika seseorang telah berikrar dalam
sebuah ikatan pernikahan, maka tujuan selanjutnya adalah membentuk
JG
tanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak
keturunan mereka.
5. Membebaskan masyarakat dari berbagai penyakit
Rahasia dibalik pernikahan adalah menjaga dan memelihara manusia dari
perbuatan seperti binatang yang menyalurkan kebutuhan biologis
seks.ualnya semaunya tanpa ada aturan dan batasan. Dengan menikah,
secara tidak langsung akan menyebabkan seseorang terhindar dan
memiliki rasa aman dari berbagai penyakit kelamin, karena dengan
menikah seseorang tetah secara sah untuk berhubungan seksual dengan
lawan jenisnya dan dengan begitu, diharapkan dia tidak akan
berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual dan terhindar dari
penyakit-penyakit kelamin.
6. Kete}langan jiwa dan spiritual
Selain itu, tujuan pernikahan adalah memberikan rasa ketenangan jiwa
dan spiritual. Pernikahan dapat memenuhi kebutuhan fitrah manusia
untuk saling melengkapi antara suami dan istri sehingga dapat
menumbuhkan ketentraman dan ketenangan jiwa. Betapa tidal< jika kita
telah melakukan per:iikahan, maka bukan mustahil adanya sebuah
kerjasama antar suami dan istri. Salah satu kerjasama adalah dengan
dan istri akan mengalami ketenangan jiwa dan spiritual karena adanya
kasih sayang dan saling memahami satu sama lain.
7. Menuml::uhkan kasih sayang o!ang tua kepada anak
Bagi mereka yang berakal, tentu meyal<ini benar bahwa perasaan psikis
tersebut memiliki efek mendalam dan positif dalam proses pemelil1araan
dan pendidikan anak yang juga merupakan kontrol sekaligus sebagai
pembangkit mereka kearah hidup mulia serta masa depan yang cerah.
2.1.3 Kepuasan Pernikahan
Seperti selayaknya berada dalam suatu hubungan, tiap-tiap individu yang
berada dalam hubungan pernikahan juga menginginkan adanya kepuasan
dalam hubungan mereka. Duvall
&
Miller (1985) mengatakan bahwa jilrnpernikahan berjalan dengan baik, maka kepuasan yang diberikannya lebih
besar dibandingkan dengan kepuasan yang diberikan oleh dimensi--dimensi
lain dalam kehidupan.
l<epuasan pernikahan in'1 tampaknya memiliki arti yang agak berbeda bagi
suami dan istri. Bagi suami, umumnya kepuasan pernikahan ini berarti
terpenuhinya perasaan dihargai, kesetiaan dan perjanjian terhadap masa
berarti terpenuhinya rasa arnan secara ernosional, kornunikasi dan
terbinanya intirnasi (Duvall & Miller, 1985).
18
Sedangkan rnenurut Gray little & Burks (1983) kepuasan pernikahan
merupakan perasaan subyektif yang dialami oleh pasangan suarni istri
terhadap pernikahan mereka secara keseluruhan maupun terhadap
aspek-aspek yang spesifik dalarn hubungan pernikahannya. Mengingat bahwa
kepuasan pernikahan ini bersifat subyektif, maka hal-hal yang rnernbuat satu
pasangan bahagia, belum tentu mernbuat pasangan lain juga rnerasa
bahagia.
Adapun definisi tentang kepuasan penikahan yang dipakai dalarn peneiitian
ini adalah teori yang dikemukakan oleh Hawkins seperti dikutip oleh Olson &
Harnilto.i (1983) yaitu, kepuasan pernikahan merupakan perasaan subyektif
akan kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami
oleh masing-masing pasangan dengan mempertimbangkan keseluruhan
aspek dalam pernikahan tersebut. la menambahkan bahwa kepuasan
pernikahan ini bergerak pada sebuah kontinum dari sangat puas sampai
Baik suami maupun istri, mengembangkan karakteristik yang kondusif
terhadap tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi atau rendah sebelum
mereka menikah. Namun seperti juga terhadap faktor kepribadian yang tidak
dapat 、ゥオ「。⦅セᄋ@ tidak ada yang dap?t dilakukan untuk mengu[)ah apa yang
telah terjadi dimasa lalu kecuali berusaha memahami dan menyesuaikan diri.
l<arakteristik pernil<ahan saat inilah yang merupakan dasar yang kuat bagi
kepuasan pernikahan.
Bell (1971) menjelaskan sejumlah faktor-faktor yang berkaitan dengan
kepuasan pernikahan, yaitu:
1. Kepuasan didapat karena adanya kesesuaian antara peran diri dan peran
pasangan yang mereka jalankan dalam pernikahan.
Seseorang yang menikah akan dihadapkan pada peran-peran yang
mengandung sejumlah alternatif tingkah laku yang telah ditentukan
(budaya setempat). Bila ia mempu berperan sesuai dengan
harapan-harapan atau ketentuan-ketentuan yang ada, maka ia tidak akan
menghadapi banyak masalah. Tetapi, masalah akan timbul bila keinginan
pribaciinya tidak sesuai dengan harapan-harapan dan
ketentuan-ketentuan yang ada atau tidak sesuai dengan keinginan pasangannya.
2. Setiap pihak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan kepribadian
21
Pernikahan cenderung menekankan peran sebagai pasangan dan bu:,an
sebagai individu. Kesamaan dan kesepakatan diantara pasangan
merupakan hal penting, namun demikian individualitas masing-masing
pihak juga merupakan hal.yang penting. ,
.
3. Masing-masing pihak merupakan sumber afeksi bagi pihak yang lain.
Melalui cinta dan afeksi, pasangan dapat melestarikan perasaan saling
membutuhkan dan sifat timbal balik dalam hubungan cinta. Hal tersebut
dapat memuaskan kebutuhan ego masing-masing pihak. Bila seseorang
melihat pasangannya bul<an sebagai orang yang dapat memberi dan
diberi·afeksi, maka kel1idupan pernil<al1an akan terasa hampa.
4. Masing-masing pihak mendapatkan kepuasan dari adanya hubungan
antar peran-peran yang mereka jalani.
Bukan hanya ekspresi individual yang diperlukan, tetapi pasangan juga
perlu untuk berinteraksi dalam menjalankan peran-peran mereka sebagai
suami istri.
Kepuasan pernikahan juga dipengaruhi oleh terpenuhinya harapan yang
dimiliki masing-masing pasangan tentang pemikahan yang mereka jalani.
Bila harapan itu bersifat terlalu ideal, namun pada kenyataannya jauh
berbeda dari harapan tersebut, maka akan dapat timbul ketidakpuasan
2.2
Konflik Peran Ganda Wanita
2.2.1 Pengertian Peran
Berbagai ahli telah mendefinisikan peran, diantaranya adalah Myers (1988)
yang mendefinisikan peran sebagai: .
..
'
.
" .... a
set of norms that defines how people in a given social positionought to behave" (hal 192).
Sedangkan definisi peran menurut Shaw & Costanzo (1982) adalah:
" .. the function a person performs when occupying a particular characteristic (positions) within a particular social context" (hal 296).
Dari kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa yang 9imaksud dengan
peran adalah suatu pola tingkah laku yang dimiliki individu sebagai pernilik
posisi tertentu dalam masyarakat.
Dalam sebuah peran terdapat sejumlah harapan-harapan dari masyarakat
yang berlaku untuk peran terse but yang disebut jug a sebagai role expectation
atau harapan peran. Sehubur1gan dengan harapan peran, Sarlito (2003)
mengemukakan bahwa harapan peran adalah harapan-harapan orang lain
(pada umumnya) tentang perilaku yang pantas, yang seyogyanya ditunjukkan
oleh seorang yang memiliki peran tertentu.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa suatu harapan peran merupakan
harapan masyarakat terhadap seorang pemegang peran untuk menampilkan
yang bersamaan, baik dari individu sendiri maupun dari lingkungan, tetapi
bersifat bertentangan.
24
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konflik
peran merupakan kesulitan yang dialami seseorang karena _menjalani dua
atau lebih harapan atau tuntutan peran yang saling bertentangan satu sama
lain.
Myers (1988) membagi konflik peran menjadi tiga, yaitu:
1. Konflik antara individu dengan peran
Pertentangan antara kepribadian atau sikap individu dengan harapan atau
tuntutan dari perannya, misal: seorang polisi harus menangkap seorang
pencuri yang ternyata adalah keponakannya. Polisi ini akan mengalami
konflik peran antara membantu keponakannya atau menjalankan tugas.
2. Konflik antar peran (intrarole conflict)
Ketegangan yang ditimbulkan oleh tuntutan atau harapan yang
bertentangan mengenai bagaimana suatu peran harus dilakukan. Salah
satu contohnya adalah seorang anak yang dituntut untuk selalu
membantu adiknya oleh ibunya, sedangkan ayahnya melarang ia
membantu adiknya supaya adiknya menjadi mandiri. Hal ini akan
3. Konflik dalam peran (interrole conflict)
Ketegangan atau konflik yang terjadi karena tuntutan dari dua peran yang
berbeda yang harus dilakukan secara bersamaan, misalnya: konflik yang
dialami ibu yang bekerja, pad<;t saat yang sama ia harus berperan sebagai
pekerja dan ibu rumah tangga.
Dari uraian diatas, konflik peran yang dialami wanita berperan ganda adaiah
jenis interrole conflict, dimana tekanan dari peran pekerjaan tidak sesuai
dengan tekanan dari peran keluarga.
Menurut Frieze, dkk,. (1978) wanita yang berperan ganda sering menghadapi
banyak masaiah seperti :
1. Role conflict, yaitu konflik antara perannya sebagai pekerja dan sebagai
ibu rumah tangga.
2. Role overload, yaitu kesulitan mengatur waktu karena peran-peran yang
dimilikinya menuntut waktu yang tidak sedikit (akibat beban kerja yang
terlalu banyak).
3. Role discontinuity, yaitu adanya peran yang tidak berkesinambungan,
dimana kehidupan wanita berubah sepanjang waktu dan pergantian
tuntutan perannya membutuhkan penyesuaian yang tidak mudah
26
Setiap ibu yang bekerja sangat mungkin mengalami ketiga hal tersebut
diatas. Untuk menjalani satu peran saja, seseorang mungkin mengalami role
overload (kelebihan beban karena satu peran), misalnya karena tuntutan
peran tersebut terlalu banyak. Sedangkan seseorang tidak mungkin hidup
ha·nya dengan satu peran saja, sehing;ia kemungkinan terjadinya konflik
peran juga selalu ada. Terlebih lagi kehidupan seseorang selalu berubah
sejalan bertambahnya usia, sehingga tentu saja perannya juga selalu
berubal 1. Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa ibu bekerja memang
memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk mengalami konflik peran.
Kerch G' a/ (dalam Linzey & Aronson, 1968) mengemukakan bahwa setiap
orang pada satu waktu atau saat yang sama menjalani suatu posisi dalam
suatl' sistem yang berbeda-beda sesuai apa yang ditetapkan lingkungannya.
Dengan kata lain, setiap orang menjalani beberapa posisi yang berbeda
sehingga harus melakukan penyesuaian terhadap peran yang berbeda
tersebut. Apabila terdapat kesulitan dalam menyesuaikan tuntutan antara
peran yang dimiliki seorang ibu bekerja, maka ia memerlukan cara untuk
clapat mengorganisir peran-peran tersebut, sehingga dapa! mengurangi atau
Linton (dalam Linzey & Aronson, 1968) mengajukan beberapa cara
mengorganisir peran ganda:
1. f<adang-kadang hanya satu peran yang aktif dibawakan pada saat
tertentu, sedangkan ー・イ。ョセー・GN。ョ@ lainnya menjadi peran yang latent.
Misalnya seorang ibu rumah tangga adalah seorang karyawan ketika ia
berada dikantor, sedangkan perannya sebagai ibu rumah tangga menjadi
pera,n yang latent.
2. Mungkin saja terjadi penggabungan dua peran atau lebih. Misalnya
seseorang mengatakan:" sebagai seorang l<aryawan, saran saya .... tetapi
sebagai seorang ibu saya menganjurkan ... ". Penggabungan dua peran
ini disebut Sarbin sebagai fenomena role-casting.
3. Multiperan mungkin dibawakan secara bergantian pada suatu periode
tanpa adanya kata-kata yang menunjukkan pergantian peran secara
eksplisit. Contohnya adalah seorang dokter memberikan saran sebagai
エ・ュセョ@ dan pada saat berikutnya memberi saran sebagai seorang dokter,
tanpa adanya kata-kata yang menunjukkan terjadinya pergantian peran.
f<emampuan memecahkan konflik peran berhubungan dengan penyesuaian
diri seseorang. Bila orang tersebut dapat menempatkan diri dalam berbagai
lingkun9an maka tingkah perannya disebut efisien, Jayak dan tepat. Menurut
Sarbin (dalam Linzey & Aronson, 1968) pemecahan konflik peran yang
28
berbagai lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah
kejadian-kejadian yang menimbulkan input yang kemudian memungkinkan seseorang
menyimoulkan status yang dimilikinya dan peran apa yang ia bawakan.
2.2.3 PERAN GANDA WANITA
Lewis (dalam Frieze, dkk., 1978) menjelaskan mengenai beberapa peran
utarna yang dimiliki oleh wanita berperan ganda yaitu ibu bekerja yang
memiliki aktivitas didalarn dua lingkungan kehidupan yaitu lingkungan
keluarga (ruang domestik) dan lingkungan pekerjaan (ruang publik), yaitu:
1. Peran sebagai istri
Peran sebagai istri diperoleh ketika seorang wanita secara sah mengikat
diri dengan seorang laki-laki melalui ikatan pernikahan. Bagi kebanyakan
pasangan, pernikahan ditandai de11gan adanya saling berbagi
pengetahuan, perhatian secara fisik dan ernosional, kepernilikan hal-ha!
yang bersifat material, tempat tinggal bersama dan tanggung jawab
terl1adap anak-anak yang mereka miliki.
Sebagai seorang istri, wanita harus memiliki sikap hidup yang mantap. la
l1arus bisa mendampingi suami dalam situasi bagaimanapun jug8 dan
disertai dengan rasa kasih sayang, kecintaan, loyalitas dan kesetiaan
pada partner hidupnya. Juga dapat menclorong suami untuk berl\arir
Peran ini dianggap mewakili peran individu sebagai wanita dewasa yang
berkaitan dengan peran-peran lainnya sebagai pengurus rumah tangga
dan ibu dari anak-anak.
2 .. Peran sebagai ibu rumah "tangga
Wanita yang te/ah menikah diharapkan untuk melakukan tugas-tugas
rumah tangga atas dasar cinta serta atas dasar suatu tugas dan
kewajiban yang harus dilaksanakan.
Menu rut Kartini (1992) dalam ha/ ini terdapat re/asi-relasi form a! dan
semacam pembagian kerja. Dimana suami terutama sekali bertindak
sebagai pencari nafkah dan sebagai istri, wanita berfungsi sebagai
pengurus rumah tangga. Tetapi, acapkali juga istri berperan sebagai
pencari nafkah.Yang terpenting ada/ah kemampuan seorang perempuan
membagi waktu dan tenaga agar sega/a urusan rumah tangga dapat
berjalan dengan baik.
3. Peran sebagai ibu
Peran sebagai seorang ibu merupal<an ha/ yang unik bagi wanita karena
merupakan suatu "peristiwa biologis" yang hanya bisa dialami o/eh
wanita yaitu melahirkan anak. Seorang ibu bertanggung jawab untuk
ana1<-anaknya. mampu menciptakan iklim psikis yang gembira, bahagia dan
bebas. Sehingga suasana rumah tangga menjadi semarak dan bisa
mernberi rasa aman.
4. Peran sebagai pekerja
30
Sebagai pekerja, wanita akan dituntut untuk mernenuhi kewajiban
perannya sebagai pekerja sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan
melakukan seluruh tugas-tugasnya dengan baik sesuai dengan jam kerja
yang telah ditentukan.
2.2.4 Wanita Bekerja
Dewasa, ini, wanita mendapat kesempatan yang rnakin besar untuk
memperolel1 pendidikan tinggi dan sejalan dengan itu kesempatan untuk
bekerjapun semakin terbuka lebar. Wanita Indonesia saat ini lebih berani
untuk bersuara dan juga bersikap untuk menunjukkan kemampuan
terbaiknya demi tercapainya keadaan yang lebih baik.
Kedengarannya memang idealis, tetapi wanita juga mempunyai keinginan
untuk mengembangkan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya. Hal ini bisa
di!akukan dengan bekerja, baik itu bekerja di luar rumah atau berkantor di
ibu bekerja mengingat makin meningkatnya kebutuhan keluarga terutarna
biaya untuk anak.
Banyak hal_ya.ng dijadikan alasan bagi wanita untuk masuk kedalam dunia
kerja Jacinta (2002) men(lemukakan beberapa alasan mengapa wanita
termotivasi untuk bekerja, yaitu:
1. Kebutuhan finansial
Seringkali kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak,
membuat suami dan istri harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Kondisi tersebut membuat sang istri tidak punya pilihan lain
keCL,ali ikut mencari pekerjaan di luar rumah, meskipun "hati" nya tidal<
ingin bekerja. Kepuasan akan penghasilan yang diperoleh serta
kebutuhan finansial dalam keluarga berperan dalam memotivasi wanita
untu'( bekerja.
2. Kebutuhan sosial-relasional
Ada pula ibu-ibu yang tetap memilih untuk bekerja, !<arena mempunyai
kebutuhan sosial-relasional yang tinggi dan tempat kerja rnereka sangat
mencukupi kebutuhan mereka tersebut. Dalam diri mereka iersimpan
suatu kebutuhan akan penerimaan sosial, akan adanya identitas sosial
yang diperoleh melalui komunitas kerja. Bergaul dengan re!\an-rekan di
32
dirumah. Faktor psikologis seseorang serta keadaan internal keluarga,
turut mempengaruhi seorang ibu untuk tetap mempertahankan
pekerjaannya.
,
3. Kebutuhan aktualisasi diri
Abraham Maslow pada tahun
1960
mengembangkan teori hierarkikebutuhan, yang salah satunya mengungkapkan bahwa manusia
mempunyai kebutuhan akan aktualisasi diri dan menemukan makna
hidupnya melalui aktivitas yang dijalaninya.
Bekerja adalah salah satu sarana atau jalan yang dapat dipergunakan
oleh manusia dalam menemukan makna hidupnya. Dengan berkarya,
berkreasi, mencipta, mengekspresikan diri, mengembangkan cliri clan
oran1 lain, membagikan ilmu dan pengalaman, menemukan sesuatu,
menghasilkan sesuatu, serta menclapatkan penghargaan, penerimaan,
prestasi adalah bagian dari proses penemuan dan pencapaian
kepenuhan diri.
Kebutuhan akan aktualisasi diri melalui profesi ataupun karir, merupal,an
salah satu pilihan yang banyak diambil oleh para wanita di zarnan
sekarang ini. Terutama clengan makin terbukanya kesempatan yang sama
4. Lain-lai•1
Pada beberapa kasus, ada pula ibu bekerja yang memang jauh lebih
menyukai dunia kerja ketimbang hidup dalam keluarga. Mereka merasa
lebih rile.ks dan nyaman jika ウセ、。ョァ@ bekerja dari pada di rumah sendiri.
Dan pada kenyataannya, mereka bekerja agar dapat pergi dan
menghindar dari keluarga. Kasus ini memang dilandasi oleh persoalan
psikologis yang lebih mendalam, baik terjadi di dalam diri orang yang
bersangkutan maupun dalam hubungan antar anggota keluarga.
2.2.5 Wanita Bekerja dalam Perspektif Islam
Wanita merupakan bagian potensial dan memiliki peranan penting da!am
kehidupan. Tugas wanita yang paling utama dan tidak ada pertentangannya
adalah mendidik generasi penerus bangsa yang telah dipersiapkan oleh Allah
baik secara fisik maupun jiwa. Dengan alasan apapun seperti materi atau
modernisasi, wanita wajib untuk tidak melupakan tugas mulia ini.
Dr. Qar<;lhawi (2002) mengatakan bahwa wanita bekerja atau melakukan
aktivitas diluar rumah dibolehkan Uaiz). Diantara aktivitas wanita iaiah
memePhara rumah tangganya, membahagiakan suami dan membenluk
keluarga yang tentram, damai, penuh cinta dan kasih sayang. Namun
demikian, tidak berarti bahwa wanita bekerja di luar rumah itu diharamkan
34
adanya nash syara' yang sahih periwayatannya dan sharih Uelas)
petunjuknya.
Islam lelah menetapkan urusan mencari nafkah adalah kewajiban laki-laki
bukan kewajiban wanita. Tetapi jika si wanila menghendakinya, makil
diperbolel1kan bekerja jika diizinkan oleh suaminya atau ayahnya jika belum
menikah.
Menurut Dr. Qardhawi (2002), terdapat beberapa kewajiban bagi wanita yang
bekerja diluar rumah menurut ajaran Islam, yaitu sebagai セ・イゥォオエZ@
1. Hendaklah pekerjaannya itu sendiri disyari'alkan. Artinya pel<erjaannya itu
tidak haram atau bisa mendatangkan sesuatu yang haram. Seper ti wanita
yang bekerja untuk melayani lelaki bujang, wanita yang menjadi sekertaris ,
khusus bagi seorang direktur yang karena alasan kegiatan rnereka sering
berkhaiwat (berduaan) atau menjadi penari yang merangsang nafsu atau
bekerja di bar-bar untuk menghidangkan minuman keras dan pekerjaan
yang semisal demikian diatas.
2. Memenuili adab wanita muslimah ketika diluar rumail dalam berpakaian,
berjalan, berbicara dan melakukan gerak-gerik. Seperti beberapa Firman
·' ' ·· ,., · · . ' u· ' ' . "
w\ ,.,,_.,,
•
.l..w NMNセMNN@ ·• • Mセᄋᄋ@-- ' , .
j ᄋBセ@ '"""'-"-·1 . . . · '· ' - -
• • ca,,::,.J WU.<l 1 ' '· ' o.o..\J • " •'"Jll'·
' ....,,..--,,) O:!." j ....,,,...,..j.,,- " u:".J ". LJ:A 0 " ' ' ,, ' J
Arti :"Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, "hendaklah mereka
· menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak
daripadanya ... " (an-Nur: 31)
Nセ@
'.' ,,. -
'()1§'
, . '' '
Gセ@.
BGQᄋセMᄋ@ jセGN@" ...
QQセG@C:lj Njセ@ BGセ@ W セ@"• • j • v-....r-;.. <LI u. 'U.l.::l セBMゥヲAセ@. • .-.lJ .. '-' ..
U'
1 a '> • '-"" ... .Arti: " ... maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
「・イォセゥョァゥョ。ョャ。ィ@ orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang bail<" (al-Ahzab 32).
3. Janganlah pekerjaan atau tugasnya diluar rumah mengabaikan
kewajiban-kewajibannya dalam rumah tangga, seperti kewajibannya
terhadap suami atau anak-anaknya yang merupakan kewajiban dan turias
utamanya sebagai seorang istri.
2.2
f<erangka Berfikir
Pernika[1an adalah dasar pertama bagi pertahanan suatu rumah tangga
dalam masyarakat. Pasangan suami istri yang bersangkutan tentu
menginginkan pernikahan yang langgeng seumur hidup dan memperoleh
pernikahan tidak akan muncul dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan
dan diciptakan oleh kedua individu tersebut.
36
Dalam suatu l1ubungan tali pernik_ahan dibutuhkan banyak sekali
penyesuaian yang harus dilakukan suami maupun istri agar mereka dapat
memperoleh kebahagiaan dalam pernikahan. Salah satu penyesuaian yang
harus dliakukan adalah pembagian peran, yang terkadang menjadi lebih sulit
dilakukan karena peran ganda yang dijalani oleh istri.
Wanita sebagai ibu rumah tangga yang bekerja dituntut memberikan
keterlibatan yang penuh dalam menjalankan perannya sebagai istri, ibu
rumah tangga dan ibu dari anak-anaknya. Tuntutan peran sebagai ibu rumah
tangga yang dapat saja bertubrukan dengan tuntutan perannya sebagai
pekerja tidak jarang menuntut enersi maupun waktu dan pikirannya. Keadaan
tersebuf diperkirakan akan menimbulkan masalah baru yaitu konflik peran
yang secara langsung akan turut mempengaruhi kondisi pernikahan dan
keluarga mereka.
Kehidupan wanita yang berperan ganda menuntut gerak yang serba terburu-·
buru dan sibuk. Dimana hal tersebut menimbulkan suatu pola hidup yang
serba kompleks dan membutuhkan adanya keseimbangan, penyesuaian dan
tercapai dapat mengakibatkan berkurangnya perasaan puas terhadap
pernikal1an, keluarga dan kehidupan rumal1 tangga yang tidak hanya
dirasakan oleh wanita tetapi juga dirasakan oleh suami dan mungkin juga
oleh seluruh anggota keluarga (Hurlock, 1980).
Bekerja bagi seorang ibu memberikan pengaruh yang kontradiktif dalam
kehidupan yang ia jalani. Disatu pihak dapat meningkatkan kualitasnya
sebagai manusia dan dipihak lain bekerja dapat menjadi sumber konflik
dalam kehidupan pernikahannya yang dapat menyebabkan timbulnya rasa
ketidakpuasan dalam kehidupan pernikahannya.
2.5
Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoritis diatas, penulis merumuskan hipotesis
penelitian dalam bentuk pernyataan yaitu:
H Ada hubungan negatif yang signifikan antara konf/ik peran ganda
wanita dengan kepuasan pernikahan.
H 0 : Tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara konflik peran ganda
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Pendekatan dan Metode penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Penelitian kuantitatif secara tipikal dikaitkan dengan proses induksi
enumeratif, yaitu menarik kesimpulan berdasarkan angka dan melakukan
abstraksi berdasarkan generalisasi (Creswell dalam Alsa, 2003)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang
meliputi kegiatan pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau
menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang
berjalan dari suatu penelitian.Dan jenis penelitian yang digunakan adalah
jenis penelitian korelasional untuk menentukan tingkat hubungan
variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla, dkk., 1993).
3.2
Variabel Penelitian dan Definisi
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Yang merupakan
variabel bebas adalah konflik peran ganda wanita dan variabel terikat clalam
Adapun definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah:
-1 _ Konflik Peran Ganda
Konflik peran ganda yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
kesulitan yang dialami seseorang karena menjalani dua atau lebih
· harapan atau tuntutan peran yang saling bertentangan satu sama lain.
Peran-peran tersebut adalah peran yang dijalani ibu bekerja yang memiliki
aktivitas didalam dua lingkungan kehidupan yaitu lingkungan keluarga
(ruang domestik) sebagai istri, sebagai ibu rumah tangga, sebagai ibu dan
lingkungan pekerjaan (ruang publik) sebagai pekerja,
Penyusunan skala pengukuran konflik peran ganda wanita dalam
penelitian ini diadaptasi dari skala konflik peran ganda yang disusun oleh
Imelda Luki Arinta (1993) (dalam Saifuddin, 2004), Ska]a ini
diklasifikasikan berdasarkan teori Lewis tentang peran utama yang dimiliki
oleh wanita berperan ganda,
Aspek-aspek yang akan diukur adalah 1) peran sebagai istri dan
diturunkan menjadi dua indikator yaitu komunikasi dan interaksi dengan
suami juga pandangan suami terhadap peran ganda wanita: 2) peran
sebagai ibu rumah tangga dan diturunkan menjadi dua indikator yaitu
3) peran sebagai ibu dan diturunkan. menjadi dua indikator yaitu
pengasuhan anak dan komunikasi dan interaksi dengan anak; 4) peran
sebagai pekerja dan diturunkan menjadi dua indikator yaitu menentukan
prioritas dan tekanan karir dan_keluarga.
---
... ._2. Kepuasan Pernikahan
KepLnsan pernikahan adalah perasaan subyektif akan f;ebahagiaan,
kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami oleh
masing-masing pasangan suami istri dengan mempertimbangkan keseluruhan
aspel< dalam pernikahan.
40
Skala kepuasan pernikahan dalam penelitian ini disusun oleh penulis dan
bersandar pada teori Duvall & Miller tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan pernikahan karakter pada masa kini. Menurut
Duvall & Miller, kepuasan pernikahan dapat dilihat dari beberapa aspek
yaitu afeksi, kepercayaan, equalitarian, komunikasi, seks, kehidupan
3.3
Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi dan Sampel
Gay (1976) mendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana peneliti akan
ュ・ョァァ・ョ・イYjェY Pセウゥォ。ョ@ hasil penelitiannya (dalam Sevilla, dkk., 1993). Populasi dalam penelitian ini sebanyak 102 orang dan mereka adalah wanita
berkeluarga dan bekerja yang tinggal di Asrama POLRI Cileduk -Tangerang.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang. Jumlah sampel
penelitian ini dianggap memenuhi syarat penelitian, karena menurut Gay
(1976) (dalam Sevilla, dkk.,1993) untuk tipe penelitian korelasi ukuran
minimum yang dapat diterima adalah tidak l<urang dari 30 orang yang
merupakan jumlah minimal sampel untuk dapat melakukan perhitungan
statistil< yang akurat.
3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Menurut Suharsimi (2003), metode Purposive sampling yaitu cara
pengambilan subyek atau sampel didasarkan alas tujuan tertentu dengan
syarat pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
42
Kriteria yang diberikan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. War')a Asrama POLRI Ciledug Rt. 002/Rw. 02, Rt.004/Rw.02 dan
Rt.005/Rw.02.
2. Beragama Islam.
3. · Wanita yang tel ah bekerja dan berkeluarga.
4. Memiliki pasangan/suami yang juga bekerja diluar rumah.
5. Bekerja diluar rumah secara tetap.
6. Memiliki minimcil satu anak.
7. Pendidikan minimal SMU/sederajat.
3.4
lnstrumen Pengumpul Data
3.4.1 Skala Konflik Peran Ganda
Skala konflik peran ganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
yang diadaptasi dari sl<ala konflil< peran ganda yang disusun oleh Imelda Luki
Arinta (1993) (dalam Saifuddin, 2004).
Penulis menyusun skala konflik peran ganda berdasarkan teori Lewis tentang
peran utama yang dimiliki oleh wanita yang berperan ganda. Untuk
Tabel 3.1
Blue print Skala Konflik Peran Ganda (Pra Try Out)
,-
ItemI
Aspek lndikator Favorable Unfavorable clmlh- - - --·
->
Komunikasi·daninteraksi dengan 24,30,27
42,53,49 6
I
suami.I
,
1
1.Peran
-I
sebagai istri>
Pandangan suamiterhadap peran
19,35,6, 17 56,21,33,8 8
ganda wanita.
- -
----2. Peran
>
Bantu anpekerjaan rumah. 5,12,2 31,34,60
MMセMj@
sebagai ibu
rum ah - - - · - - ·
>
Waktu untukI
tangga keluarga. 32,37,3,47 7,51,45,23 8
---
->
Pengasuhan anak. 9,48,43,44 39,25,46,298
3. Per an
->
Komunikasi dansebagai ibu 28,38, 15,
interaksi dengan 59,'16,10,13
8
I
57 anak.
-I
>
MenentukanMXセ@
4. Pe·an 54,4,58,55 36,50, 14,20
sebagai prioritas.
---·-·->
Tekanan karir danpekerja 52,40,41, 1
I
26.22.18.11 8I
tekanan keluarga.
- - - -
---Jumlah 30
[image:56.518.67.467.141.655.2]'14
Skala ini menggunakan 4 alternatif jawaban dengan meniadakan jawabar,
netral (N), Hal ini untuk menghindari subyek melakukan proteksi dengan
'
selalu memberikan jawaban netral. Skor akhir sampel adalah skor total dari
jawaban pada setiap pernyataan. Yaitu Selalu (SL), Sering (SR),
Kadang-kadang (KO), Tidak Pernah (TP).
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari
pemyataan-pernyataan kuisioner diberi skor berdasarkan pada label 3.2 dibawah ini :
Tabel 3.2
Skor Item Skala Konfiik Peran Ganda
Skala Favorable Unvaforab le
- - - · · - - - ·
-Selalu (SL) 4 1
Sering (SR) 3 2
--· -· ᄋMMMセᄋMᄋ@
Kadang-kadang (KO) 2 3
Tidak Pernah (TP) 1 4
- - ·---·
3.4.2 Skala Kepuasan Pernikahan
Skala kepuasan pernikanan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
yang disusun oleh penulis. Adapun untuk skala kepuasan pernikahan,
disandarkan berdasarkan teori Duvall
&
Miller tentang faktor-faktor yangmempengaruhi kepuasan pernikahan karakter pada masa kini. Untuk
[image:57.518.64.445.172.513.2]Tabel 3.3
Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan (Pra Try Out)
Item
Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Afeksi 5, 19,6,52, 10 3,31,37,14,57 10
' .---··"-·
..
2: Kepercayaan 1,32,29,47 24,8,33,59 8
-· 3. Equalitarian 2,58,35,39 45,7,51,20 8
4. Komunikasi 42,23,55, 18,27 4,38,49, 11,61 10
5. Seksual 36,46,25 56, 16,30 6
-6. Kehidupan sosial 9,34,13,50 44,54,22,43 8
-
---···-7. Tempat tinggal 12,41,60 53,28,48 6
-···-
---·-··-8. Keu1ngan keluarga 15,26,62 21,17,40 6
·
-Jumlah 31 31 62
I
Skala ini menggunakan 4 alternatif jawaban dengan meniadakan jawaban
netral (N), Hal ini untuk menghindari subyek melakukan proteksi dengan
selalu memberikan jawaban netral. Skor akhir sampel adalah skor total dari
jawaoan pada setiap pernyataan. Yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),
Tidal< Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari
46
Tabel 3.4
Skar Item Skala Kepuasan pernikahan
--Skala Favorable Unvaforable
·-·"
-··---Sangat Sesuai (SS) 4
1
Sesuai (S) 3 2
-"Tidak Sesuai (TS)
.
2 3Sangat Tidak Sesuai (STS)
1
43_5
Teknik Uji lnstrumen
3.5.1 Uji validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu skala psikologi
mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai clengan tujuan ukurnya. ,
Validitas skala psikologi banyak yang clisanclarkan pacla relevansi isi
pernyataan yang clisusun berdasarkan rancangan yang tepat. Dalam
penelitian ini, pengujian kualitas item clilakukan clengan menggunakan
formula Pearson (Saifucldin, 2004) clengan rumus :
f<eterangan
i : skor item
x : skor skala
3.5.2 Uji reliabilitas
Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran diperoleh hasil
yang relatif sama. Untuk menguji reliabilitas alat pengumpul data dalam
penelithn ini menggunakan analisa c.ari Alfa Cronbach (Saifuddin, 2004)
dengan rumus :
a= [ - -K
J[
1 - - -I/u']
K-1 S/
Keterangan :
a
= RealibilitasK = Jumlah belah tes
Sj2 = Vari ans belahan j; j =1,2 ... k
Sx2 = Varians skor tes
3.6
Uji lnstrumen Penelitian
3.6.1 Skala Konflik Peran Ganda
Item dari skala konflik peran ganda sejumlah 60 buah diujicobakan pada
sampel ibu bekerja (n=36). Dari has ii analisis tern ya ta 27 item gugur a tau
49
----·
·----·· 1·---1
>-
Menentukan *54,4, 36,50,3 5
4. Pe ran prioritas. *58,55 *14,20
sebagai
>-
Tekanan karir*52,*40, 26,22,
pekerja dan tekanan 4 4
I
41,*1 *18, 11
keluarga.
.
..
MMMMセ@ .... ·
-.
Jumlah 30 30 33 27
Ket : *Valid pada taraf signifikansi pada level 0,05
Pengujian reliabilitas skala konflik peran ganda ini menggunakan analisis ,
Alpha Cronbach. Hasilnya menunjukkan koefisien realibilitas Alpha sebesar
0,854.
3.6.2 Skala Kepuasan Pernikahan
Item dari skala konflik peran ganda sejumlah 62 buah diujicobakan pada
sampel ibu bekerja (n=36).
Dari hasil analisis ternyata 25 item gugur atau tidak valid yaitu:
4,7,9, 13, 15, 16, 19,25,27,28,29,35,40,42,46,47,50,52,53,55,56,58,59,60,62.
Dan diperoleh 37 item valid yaitu:
1,2,3,5,6,8, 10, 11, 12, 14, 17, 18,20,21,22,23,24,26,30,31,32,