• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengantisipasi Kenakalan Siswa Di SMK Putra Bangsa Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Program Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengantisipasi Kenakalan Siswa Di SMK Putra Bangsa Depok"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i

Implementasi Program Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengantisipasi Kenakalan Siswa Di SMK Putra BangsaDepok.

Kata Kunci : Program Bimbingan Konseling, Kenakalan Siswa

Skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 Mei 2013.

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi program bimbingan dan konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa di SMK Putra Bangsa Depok. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan januari-februari 2013 di SMK Putra Bangsa Depok. Metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu menganalisis dan menafsirkan data berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan diselesaikan apa adanya. Sumber data penelitian ini adalah guru bimbingan konseling, kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, dan sebagai pendukung data peneliti menyebarkan angket kepada siswa/i kelas XI SMK Putra Bangsa Depok dengan sampel yang diambil adalah 20% (76 orang) dari jumlah siswa 377. Peneliti mengambil sampel kelas XI karena adanya pemberian materi bimbingan konseling di kelas XI sedangkan untuk kelas X belum ada materi BK dan kelas XII sudah harus konsentrasi untuk menghadapi ujian nasional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program bimbingan dan konseling di SMK Putra Bangsa Depok telah berjalan dan diimplementasikan cukup efektif dalam mengantisipasi kenakalan siswa. Walaupun masih ada layanan program BK yang belum dapat diimplementasikan dengan baik yaitu program layanan konseling kelompok yang berkaitan dengan keterbukaan siswa di sekolah khususnya dalam berdiskusi, untuk itu perlunya guru BK aktif dalam berdiskusi kelompok di kelas sehingga siswa merasa adanya perhatian dari guru BK. Sedangkan program layanan mediasi juga belum dapat diimplementasikan dengan baik, hal ini berkaitan dengan kerjasama pihak sekolah dengan lembaga lain dalam mengatasi permasalahan siswa. Untuk itu, perlunya kerjasama yang baik antara sekolah dengan lembaga lain seperti kepolisian, psikolog guna menanggulangi kenakalan siswa. Berkaitan dengan kenakalan siswa yang dilakukan di SMK Putra Bangsa Depok masih dalam tingkatan yang wajar, sedangkan penyelesaian masalah oleh guru BK dilakukan beberapa cara yakni dengan pengarahan, pemberian motivasi, skorsing dan juga pemanggilan orang tua.

(8)

ii Alhamdulillahirobbil’alamim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T yang tak pernah

berhenti melimpahkan rahmat ridha-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

penulis selesaikan. Shalawat teriring salam penulis curahkan kepada Nabi

Muhammad S.A.W, sahabat, tabi’in, dan para pengikut beliau yang setia menjalankan ajaran-ajarannya hingga akhir zaman.

Skripsi ini merupakan kewajiban yang harus penulis tunaikan sebagai

mahasiswa untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi

Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan selesainya penulisan skripsi

ini, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

kepada penulis baik semasa penulis berkuliah maupun semasa penulis

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan dan ketulusan

hati, penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Dra.Nurlena Rifa’i, M., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs.Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil., sebagai Ketua Jurusan Kependidikan

Islam.

3. Drs.H.Mu’arif SAM, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, dan Iffah Zahriyani, S.Pd, Staf Jurusan KI-MP yang telah memberikan

layanan akademik selama penulis menempuh perkuliahan.

4. Dr. Salman Tumanggor, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan arahan di tengah kesibukan beliau

selama penulis menjalani penulisan skripsi.

5. Dr. Asril Dt. Paduko Sindo, MA., Dosen Penasehat Akademik yang telah

(9)

iii

penulis dengan ketulusan, profesionalisme, dan dedikasi yang tinggi.

7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Kepala SMK Putra Bangsa Depok Bapak Ade Kurnia, M.Pd, waka 1

Bapak Handayani, S.Pd, MM, waka 4 Ibu Eka Sulistianingsih, S.Pd dan

staff tata usaha SMK Putra Bangsa Depok yang telah memberikan izin dan

memfasilitasi serta meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam

mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.

9. Guru Bimbingan Konseling SMK Putra Bangsa Depok Bapak M. Sholeh

dalam membantu peneliti mendapatkan informasi mengenai program

bimbingan dan konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa.

10.Siswa/Siswi SMK Putra Bangsa Depok yang telah membantu peneliti

untuk mendapatkan data angket implementasi program bimbingan dan

konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa.

11. Teristimewa, Ayahanda Bapak H. Subardi dan Ibunda Siti Hasnah tercinta

yang telah mendidik penulis dari buaian hingga sekarang, yang selalu

berjuang, bekerja keras dan membantu baik moril maupun materil, hingga

penulis dapat menyelesaikan kuliah.

12.Teristimewa adik-adikku Dewi, Aji dan Alan, atas semangat dan motivasi

yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

13.Ahmad Hudori, lelaki yang senantiasa memberikan cinta kasihnya kepada

penulis serta mau bersabar dan selalu memberikan motivasi kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Sahabat-sahabat KI-MP B angkatan 2007 (terkhusus Imas, Yayah, Rizka,

Eflyn, Link, Upet, Qiqi, Vida, Sari, Ari, Didik, Apang, Fajri, Jojo, Vega,

(10)

iv

ini.

Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat untuk semua

pihak yang menggeluti bidang manajemen pendidikan, minimal bagi penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah segala sesuatu penulis kembalikan.

Ciputat, 24 Mei 2013

(11)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Tujuan Penelitian ... 8

BAB II : KAJIAN TEORI A. Kenakalan Siswa ... 9

1. Pengertian Remaja ... 10

2. Pengertian Kenakalan Siswa ... 16

3. Sebab-sebab Kenakalan Siswa ... 17

4. Jenis-jenis Kenakalan Siswa ... 19

5. Cara-cara Penanggulangan Kenakalan Siswa ... 20

B. Bimbingan Dan Konseling Sebagai Upaya Penanggulangan Kenakalan Siswa ... 21

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 22

2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 24

3. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling ... 27

4. Teknik Bimbingan dan Konseling ... 28

(12)

vi

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian ... 39

C. Sumber Data ... 39

D. Instrumen Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisa Data ... 42

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK Putra Bangsa Depok ... 43

1. Sejarah Berdirinya ... 43

2. Visi dan Misi SMK Putra Bangsa Depok ... 44

3. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa, Sarana dan Prasarana Sekolah serta Struktur Organisasi Sekolah ... 45

B. Deskripsi Data dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

1. Deskripsi Data ... 54

2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 85

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

(13)

vii Tabel

3.1 : Kegiatan Penelitian ... 41

3.2 : Kisi-kisi Intrumen Penelitian ... 43

4.1 : Data Tenaga Kerja dan Pendidik (Guru) ... 50

4.2 : Keadaan Siswa SMK Putra Bangsa Depok ... 52

4.3 : Sarana dan Prasarana Sekolah ... 54

4.4 : Adaptasi Lingkungan Sekolah ... 58

4.5 : Orientasi Kelas di Awal Tahun Ajaran Baru ... 59

4.6 : Informasi Jenjang Pendidika Perguruan Tinggi ... 60

4.7 : Informasi Dunia Pekerjaan ... 60

4.8 : Membantu Menemukan dan Memahami Potensi-potensi Siswa .... 61

4.9 : Pemilihan Jurusan ... 62

4.10: Guru BK Bekerja Sama dengan Guru Bidang Study ... 62

4.11: Membimbing Siswa disaat Siswa Mendapat Kesulitan Belajar ... 63

4.12: Penyelesaian Masalah Siswa Secara Individu ... 64

4.13: Pemaggilan Siswa ke Ruang BK ... 65

4.14: Penyelesaian Masalah Bersama dengan Siswa Lainnya ... 66

4.15: Memberikan Materi Bimbingan dan Konseling secara Kelompok di Kelas ... 67

4.16: Guru BK Mengadakan Diskusi dengan Para Siswa secara Terbuka di Sekolah ... 67

4.17: Membimbing dan Membantu Siswa dalam Menyusun Jadwal Belajar ... 68

4.18: Kunjungan ke Rumah Siswa dalam Membantu Masalah Siswa .... 69

4.19: Layanan Konsultasi Rutin dalam Seminggu Sekali ... 70

4.20: Mendatangkan Lembaga Kepolisian dan Psikolog ... 70

4.21: Mendatangkan Narasumber (polisi, dokter) tentang Bahaya Narkoba dan Pergaulan Bebas ... 71

(14)

viii

4.25: Siswa Mentaati Perintah Guru ... 75

4.26: Siswa Tidak Masuk Kelas Tanpa Keterangan ... 75

4.27: Siswa Datang Terlambat ke Sekolah ... 76

4.28: Siswa Melakukan Bolos Sekolah ... 77

4.29: Siswa Merusak Sarana dan Prasarana ... 77

4.30: Siswa Suka Mencoret-coret Tembok ... 78

4.31: Suka Memeras (memalak) Teman di Sekolah ... 79

4.32: Siswa Berkata Kotor di Sekolah ... 79

4.33: Membawa Senjata Tajam ke Sekolah ... 80

4.34: Siswa Berkelahi dengan Teman di Sekolah ... 80

4.35: Siswa Melakukan Tawuran ... 81

4.36: Siswa Membawa Buku-buku Porno ke Sekolah ... 82

4.37: Siswa Membaca Buku-buku Porno ... 82

4.38: Siswa Merokok di Sekolah ... 83

4.39: Siswa Meminum-minuman Keras ... 84

4.40: Siswa Menonton Film Porno ... 84

4.41: Siswa ke Kantin Sekolah saat Pelajaran Berlangsung ... 85

4.42: Siswa Tidak Mengikuti Pelajaran Sampai Selesai ... 86

4.43: Siswa Menggunakan Obat-obatan Terlarang ... 86

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

kelangsungan hidup manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat

mencapai taraf hidup yang lebih baik. Segala tindakan, ucapan juga tingkah

laku manusia selalu dipengaruhi oleh suatu proses pendidikan. Untuk itu,

proses pendidikan dapat terjadi di manapun, kapanpun manusia berada.

Sekolah merupakan satu-satunya pendidikan formal yang ditunjuk

dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan pendidikan, berarti berhubungan

dengan upaya mengembangkan potensi peserta didik. Salah satu upaya yang

perlu dilakukan adalah menerapkan program bimbingan dan konseling di

sekolah.

Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus

menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu

yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang

dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan

teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai

kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri

maupun bagi lingkungannya1.

1

(16)

Agar proses pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dialaminya

berjalan dengan semestinya dan segala potensi yang terdapat di dalam diri

individu bisa tersalurkan tanpa mengalami hambatan-hambatan yang berarti,

maka setiap individu yang sedang dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan senantiasa membutuhkan bantuan dari seseorang yang telah

mengerti serta memahami tentang berbagai permasalahan yang dihadapi oleh

induvidu. Dengan demikian terlahir induvidu yang matang dan siap

menghadapi berbagai persoalan kehidupan pribadinya maupun masyarakat.

Bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diberikan kepada

peserta didik (student service) untuk membantu mengoptimalkan

perkembangannya. Layanan bimbingan dan konseling dapat difokuskan pada

pengembangan pribadi dan sosial, pendidikan dan pembelajaran serta

berkenaan dengan masalah karir. Aspek pribadi dan sosial berkenaan dengan

pemahaman dan pengembangan karakteristik, potensi dan

kecakapan-kecakapan yang dimilikinya, baik intelektualnya, sosial, fisik motorik maupun

afektif emosional. Aspek pendidikan dan pembelajaran berkenaan dengan

perencanaan dan upaya-upaya penyesuaian diri dalam berbagai kegiatan

pendidikan dan pembelajaran. Aspek pengembangan karir menyangkut

perencanaan dan persiapan-persiapan untuk memasuki dunia kerja2. Adapun pelaksanaannya di SMK Putra Bangsa Depok belum secara maksimal

diterapkan, karena keterbatasan guru BK yang terdapat di SMK Putra Bangsa

Depok, serta kurangnya keikutsertaan orang tua dan masyarakat sekitar dalam

melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling.

Pelayananan bimbingan merupakan bagian integral di lembaga

pendidikan, melalui pelayanan bimbingan ini diharapkan siswa mampu

bertindak dan bertingkahlaku sesuai dengan tuntutan lingkungannya, baik

lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

2

(17)

Bimbingan dan konseling berpengaruh besar bagi pertumbuhan dan

perkembangan siswa. Alasan ini yang menjadi pijakan bahwa bimbingan

konseling perlu mendapatkan tempat khusus dalam sebuah pendidikan.

Pada perkembangannya BK diperuntukkan sebagai sarana bagi peserta

didik untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Hal tersebut

menjadikan bimbingan dan konseling tempat untuk menumpahkan segala

problematika yang dialami peserta didik di sekolah sehingga dapat

menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.

Anak-anak yang berusia 12 atau 13 sampai dengan 19 tahun sedang

berada dalam masa pertumbuhan, dan bila ditinjau dari segi perkembangan

biologis yang dimaksud remaja ialah mereka yang berusia 12 sampai dengan

21 tahun.3

Pada rentang usia tersebut, manusia berada dalam masa remaja. Masa

ini juga yang membuat seorang remaja mengalami berbagai kondisi yang

membuatnya labil. Proses peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,

tentu membutuhkan penyesuaian dan berlangsung dalam jangka waktu yang

cukup lama. Peralihan tersebut bisa mempunyai dampak yang baik dan

sebaliknya bisa juga mempunyai dampak yang buruk. Proses peralihan atau

pubertas dianggap baik bila remaja tidak melakukan berbagai tindakan yang

dapat menggangu orang lain maupun dirinya sendiri. Selain itu juga seorang

remaja melakukan berbagai aktivitas yang dapat berguna baik untuk dirinya

sendiri maupun orang lain. Sebaliknya jika proses peralihan tersebut

berlangsung tidak baik, maka akan timbul hal-hal yang berkenaan dengan

kenakalan remaja seperti tawuran, pergaulan bebas, tindak kriminal, dan lain

sebagainya. Karenannya setiap individu perlu membentengi diri dari

tindakan-tindakan negatif tersebut.

Setiap siswa yang berada di lingkungan sekolah mempunyai latar

belakang pendidikan keluarga yang sangat beraneka ragam. Secara tidak

langsung siswa telah melakukan suatu tindakan yang sifatnya sebagai mahluk

3

(18)

sosial, yaitu berinteraksi dengan lingkungan sekolah baik dengan sesama

siswa di sekolah maupun dengan nilai serta norma yang berlaku di sekolah

yang biasanya dikenal dengan istilah tata tertib sekolah. Untuk itu, siswa

seyogianya dapat menjalankan segenap peraturan yang terdapat di sekolah dan

mematuhi peraturan tersebut dengan penuh tanggung jawab. Namun sangat

disayangkan dalam praktiknya banyak siswa yang melakukan

tindakan-tindakan yang berlawanan dengan peraturan-peraturan sekolah. Adanya jenis

kenakalan yang dilakukan siswa di sekolah seperti keluar kelas tanpa

sepengetahuan guru pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung,

meninggalkan sekolah sebelum waktunya, kurang bersimpati kepada guru dan

tindakan-tindakan menyimpang lainnya yang merupakan kenyataan dari

adanya kenakalan yang masih hidup di lingkungan sekolah.

Kenakalan anak dapat terjadi karena kurangnya perhatian dan kasih

sayang orang tua, guru dan lingkungan masyarakat yang kurang

memperhatikan pendidikan, terutama pendidikan agama untuk kepentingan

hidup anak. Orang tua sering kali lebih mementingkan pekerjaannya dan

terlalu sibuk hingga akhirnya tidak dapat membimbing dan mengawasi

anak-anaknya dalam pergaulan mereka.

Lingkungan pergaulan yang terlalu bebas atau lebih mengarah kepada

hal-hal yang negatif juga dapat mempengaruhi perilaku siswa. Jika anak

bergaul dengan teman-teman yang malas dan terpengaruh oleh bujuk rayu

temannya untuk melakukan hal yang negatif maka dapat berdampak pada

pendidikan dan juga masa depannya. Oleh karena itu, perlunya pengawasan

lebih dari orang tua, guru serta masyarakat dalam memperhatikan pergaulan

siswa.

Timbulnya permasalahan-permasalahan tersebut dapat disebabkan

karena belum maksimalnya pelaksanaan program bimbingan dan konseling di

sekolah. Masih banyak sekolah yang tidak terlalu mementingkan program

bimbingan dan konseling dan hanya menjadikan program bimbingan dan

konseling itu sebagai pelengkap saja yang tidak perlu penanganan yang lebih.

(19)

penting dalam penentu keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh

karena itu, perlu adanya metode-metode penerapan program bimbingan dan

konseling yang efektif sehingga dapat berjalan lancar dalam mendukung

proses belajar mengajar di sekolah.

Salah satu bentuk usaha sekolah dalam memberikan pengawasan dan

juga bimbingan kepada para siswa adalah dengan menempatkan guru BK yang

mempunyai kompetensi dibidangnya. Guru ini diharapkan dapat memberikan

bimbingan kepada para siswa dalam mengatasi permasalah yang dihadapi oleh

siswa. Keberadaan guru BK memang sangat penting, terutama dengan kondisi

para siswa yang mempunyai banyak permasalahan seiring dengan kemajuan

zaman. Mulai dari masalah kesulitan dalam memahami pelajaran, masalah

pergaulan dalam lingkup sekolah, masalah dalam pergaulan lingkungan

rumah, masalah keluarga, dan lain sebagainya. Berbagai masalah tersebut jika

dibiarkan terus-menerus akan mempengaruhi siswa dalam belajar, sehingga

tidak dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu saja akan menghasilkan para

siswa yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan lembaga pendidikan

itu sendiri.

Agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar,

diperlukan adanya program bimbingan dan konseling yang baik. Salah satu

aspek program layanan bimbingan dan konseling adalah perencanaan program

dan pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan dan konseling. Yang dimaksud

dengan perencanaan adalah suatu proses yang terus menerus, yaitu dengan

cara mengantisipasi dan menyiapkan berbagai kemungkinan atau usaha untuk

menentukan dan mengontrol kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.4 Berbagai masalah yang dihadapi oleh sebagian besar siswa tidak

semuanya dapat dilayani oleh guru-guru yang mengajarinya, karena belum

maksimalnya layanan terhadap siswa dalam program bimbingan dan konseling

di sekolah. Guru-guru sudah banyak tugas dalam mengajar sehingga kurang

mampu dalam melayani semua permasalahan siswa, demikian juga denga

4

(20)

orang tua siswa yang setiap harinya sibuk dengan pekerjaannya

masing-masing, serta kurangnya guru bimbingan dan konseling yang ada di sekolah..

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan melalui

wawancara dengan guru bimbingan dan konseling, bahwa ada beberapa

permasalahan yang terjadi di SMK Putra Bangsa seperti, absensi sekolah,

keterlambatan, memakai seragam tidak sesuai dengan jadwal yang diberikan

sekolah dan pelanggaran tata tertib sekolah serta perilaku siswa yang

menyimpang akibat pergaulan bebas ataupun pengaruh dari kondisi ekonomi

serta keluarga. Belum terlaksana dengan baik program penyuluhan di

masing-masing kelas karena kurangnya guru bimbingan dan konseling, idealnya 1

guru bimbingan konseling menangani 150-225 orang siswa,5 namun di SMK Putra Bangsa hanya terdapat 4 guru bimbingan konseling dengan jumlah siswa

1.032 orang siswa.

Dalam hal ini seorang guru pembimbing harus bertanggung jawab

dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa untuk

menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi, dan membantu

mereka dalam memilih perbuatan baik dan buruk disekitar masyarakat yang

sedang menghadapi kemerosotan moral, sehingga mereka tidak menyimpang

dari berbagai faktor negatif dalam kehidupan sosial. Dari latar belakang inilah

penulis tertarik untuk membahas kedalam judul skripsi: “IMPLEMENTASI

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

MENGANTISIPASI KENAKALAN SISWA DI SMK PUTRA BANGSA DEPOK”.

5

(21)

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat di identifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Jenis kenakalan yang dilakukan siswa SMK Putra Bangsa Depok

2. Kurangnya perhatian dari orang tua, guru dan masyarakat dalam pergaulan

siswa

3. Lingkungan pergaulan yang berpengaruh negatif bagi siswa

4. Belum maksimalnya implementasi program bimbingan dan konseling di

sekolah

5. Belum maksimalnya layanan terhadap siswa dalam program bimbingan dan

konseling.

C.

Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan masalah dalam skripsi

ini, dan agar pembahasannya lebih terarah, maka penulis memberikan batasan

masalah kepada “Implementasi program bimbingan dan konseling dalam

mengantisipasi kenakalan siswa”

D.

Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis, maka

masalah yang dapat dirumuskan yaitu: “Bagaimana implementasi program

bimbingan dan konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa di SMK

Putra Bangsa Depok?”

E.

Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan peneliti tentang bimbingan dan konseling untuk

bekal dikemudian hari sebagai tenaga pengajar yang peduli terhadap

kebutuhan siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

2. Untuk menambah sumber bacaan tentang bimbingan dan konseling di

(22)

3. Dapat digunakan sebagai masukan untuk pengembangan sekolah, yang

meliputi pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap siswa.

4. Menambah sumber pengetahuan tentang mengatasi kenakalan siswa di

lingkungan sekolah.

F.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

1. Kenakalan apa saja yang dilakukan siswa SMK Putra Bangsa Depok

2. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling

3. Implementasi program bimbingan dan konseling dalam mengatisipasi

(23)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Kenakalan Siswa

Permasalahan kehidupan dan dinamika remaja tidak akan berhenti,

karena berkaitan dengan dinamika hidup manusia di dunia ini. Kehidupan

remaja saat ini sering dihadapkan pada berbagai masalah yang amat kompleks

yang tentunya sangat perlu mendapat perhtian kita semua.

Salah satu masalah tersebut adalah semakin menurunnya tatakrama

kehidupan sosial dan etika moral remaja dalam praktik kehidupan, baik di

rumah, di sekolah, maupun lingkungan sekitarnya, yang mengakibatkan

timbulnya sejumlah efek negatif di masyarakat yang akhir-akhir ini makin

merisaukan. Efek tersebut misalnya, semakin maraknya penyimpangan

diberbagai norma kehidupan yang terwujud dalam bentuk-bentuk perilaku anti

sosial seperti tawuran, penganiayaan, perusakan fasilitas umum, pencurian,

serta perbuatan amoral lainnya.1

Sebelum penulis membahas lebih jauh tentang berbagai penyimpangan

yang dilakukan oleh remaja atau yang lebih dikenal dengan kenakalan remaja,

maka penulis akan terlebih dahulu memberikan suatu pengertian tentang apa

yang dimaksud dengan remaja dan bagaimana karakteristik yang

sesungguhnya terdapat pada diri remaja itu sendiri.

1

(24)

1.

Pengertian Remaja

Remaja adalah sosok manusia yang unik yang berbeda dengan yang

lainnya, karena keunikannya itu maka banyak para psikolog yang mencoba

meneliti sosok remaja dari berbagai aspek kehidupannya. Dari penelitian itu

para ilmuwan mencoba mendefinisikan remaja itu dengan berbagai versi

sesuai dengan bidangnya. Oleh sebab itu, sampai saat ini belum ada kata

sepakat untuk mendefinisikan istilah remaja ini. Disini penulis akan coba

mengemukakan beberapa pengertian remaja yang dirasa cukup mewakili dan

mendeskripsikan hakikat remaja.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, pengertian remaja

adalah mulai dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin.2 Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa anak

kemasa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai

persiapan memasuki masa dewasa.3

Istilah adolescent atau remaja itu sendiri berasal dari bahasa latin

adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescent seperti

yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup

kemantapan mental, emosional, sosial dan fisik. Secara psikologi masa remaja

adalah usia pada saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua

melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya

mengenai hak.4

Masa remaja menurut M. Alisuf Sabri adalah “suatu periode peralihan, yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, suatu masa perubahan sikap dan perilakunya, usia bermasalah yang sering terjadi dan sulit diatasi oleh remaja, karena disebabkan mereka merasa dirinya mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, masa dimana remaja tidak realistik karena mereka cenderung untuk memandang kehidupan atau melihat

2

Daniel Haryono & Desi Damayanti, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta: Media Pustaka Phoenix, 2008), cet. Ke- 3, h. 713.

3

Singgih D. Gunarsa dan Ny, Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1983), h. 16-17.

4

(25)

dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya.5

Masa ini sering disebut juga sebagai masa “strum and drang” karena anak itu emosinya timbul dengan cepat, sehingga menimbulkan

kemauan-kemauan yang keras. Ia mulai sadar tentang dirinya sendiri dan ingin

melepaskan dirinya dari segala bentuk kekangan dan berontak terhadap

norma-norma yang berlaku yang kiranya tak dikehendakinya.6

Sarlito Wirawan mendeskripsikan tentang permulaan remaja sebagai

berikut: “permulaan masa remaja ditandai dengan kematangan seksual, dalam

arti organ-organ seksualnya sudah dapat berfungsi sepenuhnya untuk

mengembangkan keturunan. Pada remaja putri tandanya mulai mengalami

menstruasi, sedangkan pada remaja putra air maninya sudah cukup matang.7 Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

remaja adalah mahluk yang akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi

dewasa dengan segala bentuk perubahan baik dari segi fisik, mental psikologi,

emosional maupun perkembangan pribadi dan sosialnya menuju perubahan

yang berarti bagi dirinya dan bagi lingkungan masyarakatnya pada masa yang

akan dating. Sedangkan untuk batas usia seseorang yang dikatakan remaja

yaitu antara 13-21 tahun.

a.

Ciri-ciri Remaja

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa masa remaja adalah

masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Dalam kondisi seperti inilah terlihat bahwa remaja itu masih labil.

5

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu, 1997), cet. Ke-2, h. 160-162.

6

Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja,

(Jakarta: Kalam Mulia, 1999), cet. Ke-1, h. 64. 7

(26)

Keadaan labil ini yang biasa terlihat dari ciri-ciri khas remaja itu

sendiri yang membedakan mereka dari kanak-kanak dan orang dewasa.

Ciri-ciri khas remaja antara lain:

1) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa strom & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.

2) Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

3) Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.

4) Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa. 5) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan

yang terjadi. Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab ini.8

b.

Karakteristik Perkembangan Remaja

Sejak di dalam kandungan hingga lahir, seorang individu tumbuh

menjadi anak remaja atau dewasa. Hal ini berarti terjadi proses perubahan

pada diri setiap individu. Aspek-aspek perubahan yang dialami oleh setiap

individu meliputi fisik, kognitif maupun psikososialnya.

Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan

individu, antara lain:

1) Faktor-faktor dalam diri individu sendiri meliputi faktor-faktor endogen, faktor endogen ini sudah ada sejak saat kelahiran, bahkan sejak permulaan pertumbuhan benih menjadi janin, sehingga disebut

8

(27)

faktor hereditas (keturunan) yang langsung diwarisi anak dari orang tua, dan juga faktor konstitusi.

2) Faktor-faktor berasal dari luar individu meliputi faktor-faktor eksogen, yang terdiri dari faktor lingkungan, makanan, dan belajar.9

Masa remaja merupakan salah satu diantara masa rentangan

kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat.

Dalam jangka 3-4 tahun sosok remaja tumbuh sehingga tinggi badannya

menyamai tinggi badan orang tuanya. Namun pertumbuhan fisik yang

terjadi tidak stabil, semua pertumbuhan jasmani yang cepat itu dapat

menimbulkan kegoncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran. Bahkan

kepercayaan kepada agama yang telah tumbuh pada masa sebelumnya

mungkin pula mengalami kegoncangan karena merasa kecewa pada

dirinya.

Pada masa ini mulai timbul dorongan-dorongan dan

keinginan-keinginan untuk memuaskan seksual. Seiring dengan norma yang berlaku

dalam masyarakat maupun agama mereka tidak dapat secara langsung

memuaskan dorongan serta keinginannya diluar perkawinan, oleh karena

itu mereka mencari jalan lain seperti berkhayal, menonton film porno dan

sebagainya.

Pertumbuhan fisik yang cepat terjadi pada remaja awal lambat laun

menurun ketika memasuki remaja akhir. Hurlock mengemukakan bahwa

anak laki-laki memulai pertumbuhan pesatnya lebih lambat daripada anak

perempuan, pertumbuhan laki-laki berlangsung lebih lama, sehingga pada

saat matang biasanya laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.10

Diantara pertumbuhan-pertumbuhan fisik itu, yang terbesar

pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan

tubuh, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi, dan tanda-tanda seksual

sekunder yang tumbuh, yakni mulai terlihatnya penonjolan pada otot-otot

dada, tumbuhnya jakun, serta mulai tumbuhnya bulu di sekitar kemaluan

9

Panuut Panuju & Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999), cet. Ke-1, h. 69-73.

10

(28)

dan ketiak. Sedangkan pada wanita mulai tumbuh payudara, pinggul serta

tumbuh bulu di sekitar kemaluan dan ketiak.

Secara kognitif, tingkat kecerdasan remaja berkembang pesat dan

telah dapat berpikir abstrak dan membuat hipotesis. Ia sudah dapat

memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan dapat

mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan. Menurut Piaget, tahap

perkembangan kognisi telah mencapai tahapan formal operational. Oleh

sebab itu, remaja sudah dapat berpikir secara abstrak tentang keadaan

dilingkungannya dan dapat juga memprediksikan kehidupannya di masa

yang akan datang. Dalam tahapan perkembangan ini, kognisi remaja

dipengarihi oleh faktor skema dan adaptif. Skema adalah pola yang teratur

yang melatarbelakangi suatu tingkah laku. Sedangkan adaptif adalah

penyesuaian terhadap lingkungan yang berhubungan dengan tujuan dan

perjuangan hidup.11

Perubahan fisik terutama organ-organ seksual dan pertumbuhan

kelenjar yang terjadi pada usia remaja serta tekanan sosial yang tinggi

menimbulkan intensitas emosi remaja meninggi, bahkan dapat dikatakan

puncak emosional. Pada masa remaja awal, perkembangan emosinya

menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang kuat terhadap berbagai

peristiwa atau situasi. Emosinya bersifat negatif dan temperamental seperti

mudah tersinggung dan marah serta mudah murung dan sedih. Walaupun

demikian, pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi kematangan perilaku

emosional. Dan pada masa remaja akhir dapat mengendalikan emosinya

serta mencapai kematangan emosi. Ciri-ciri kematangan emosi yang

terjadi pada remaja diantaranya adalah penilaian secara kritis terhadap

situasi lebih didahulukan sebelum bereaksi secara emosional. Untuk itu,

remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat

menimbulkan reaksi emosional.

11

(29)

Luapan-luapan emosi yang tinggi pada masa remaja, jika tidak

terkendali dapat menimbulkan tingkah laku yang melanggar nilai-nilai

agama dan moral yang merupakan salah satu sumber kenakalan remaja.

Oleh sebab itu dimensi moral dan agama sangat penting dalam jiwa

remaja. Nilai-nilai moral dan agama dapat tumbuh dan berkembang

melalui pengalaman dan interaksi sosial dengan orang tua, guru, orang

yang lebih dewasa ataupun teman sebayanya.

c.

Kebutuhan dan Tugas Perkembangan Remaja

Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang mendorong untuk

berbuat atau bertingkah laku. Bentuk kebutuhan itu diantaranya adalah

kebutuhan biologis, kebutuhan religious, dan kebutuhan individual.

Kebutuhan-kebutuhan ini menuntut untuk untuk dipenuhi, jika tidak

terpenuhi akan timbul kebutuhan lain yang menciptakan tingkah laku yang

agresif dalam pemenuhannya.

Pemenuhan kebutuhan biologis seperti makan minum, bernafas dan

sebagainya itu penting, sebab tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut

mengakibatkan kematian. Selain itu pemenuhan kebutuhan

psikologis-sosiologis akan menimbulkan hilangnya keinginan untuk hidup dan akan

mempercepat kematian.

Kebutuhan remaja sebagaimana kebutuhan manusia lainnya dibagi

menjadi dua golongan besar, yaitu:

1) Kebutuhan fisik jasmaniah, merupakan kebutuhan pertama yang disebut juga dengan kebutuhan primer, seperti makan dan minum, seks dan sebagainya. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akan hilang keseimbangan fisiknya.

(30)

kebutuhan akan pengendalian diri, kebutuhan akan penerimaan sosial.12

Selain kebutuhan-kebutuhan remaja, mereka pun mempunyai tugas

perkembangan yang harus mereka penuhi. Menurut Havirghurst, tugas

perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode

tertentu dalam kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa

bahagia dan akan membawa ke arah keberhasilan dalam menjalankan

tugas-tugas perkembangan berikutnya. Akan tetapi kalau gagal akan menimbulkan

rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menbghadapi tugas-tugas berikutnya.13

2.

Pengertian Kenakalan Siswa

Salah satu masalah pendidikan yang sulit pemecahannya dewasa ini

adalah masalah kenakalan remaja, sebabnya adalah karena masalah itu amat

kompleks sehingga sukar untuk dianalisis dari salah satu segi saja. Masalah

kenakalan remaja erat hubungannya dengan keadaan rumah tangga,

lingkungan masyarakat, dan bahkan keadaan sekolah yang tidak teratur dapat

pula menjadi sumber kenakalan itu.

Menurut Sarlito, bahwa “kenakalan remaja adalah perilaku yang

menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hukum”.14

Kenakalan remaja adalah remaja yang sering berkelompok yang

menyebabkan terganggunya orang yang tinggal disekelilingnya baik pada

siang hari maupun malam hari sewaktu orang sedang istirahat, menimbulkan

keributan yang mengganggu ketenangan suasana dan melanggar tata

kesopanan bertetangga.15

Berbeda dengan definisi tersebut, B. Simanjuntak yang memberikan

tinjauan secara sosiokultural tentang arti juvenile delinquency yaitu “suatu

12

Panut Panuju & Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999), cet. Ke-1, h. 27-39.

13

Elizabet B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 9.

14

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. Ke-15, h. 256.

15

(31)

perbuatan disebut delinquent, apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia

hidup, atau suatu perbuatan yang anti-sosial dimana di dalamnya terkandung

unsur-unsur arti-normatif”.16

Definisi di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Fuad

Hasan, yaitu “perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh remaja tersebut

menjadi dua bagian, yaitu kenakalan sosiologis dan kenakalan individual”.

Apabila anak memusuhi seluruh konteks kemasyarakatan kecuali konteks

kemasyarakatannya sendiri dapat dipandang sebagai kenakalan sosiologis.

Dalam kondisi tersebut kebanyakan anak tidak merasa bersalah bila

merugikan orang lain, yang penting tidak merugikan kelompoknya sendiri.

Sedangkan bentuk kenakalan individual adalah anak memusuhi semua orang,

baik tetangga, kawan, maupun saudara, bahkan termasuk orang tuanya

sendiri.17

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kenakalan

remaja adalah perbuatan yang dilakukan oleh remaja yang bertentangan

dengan norma-norma, baik norma agama, susila, atau norma yang berlaku

dalam masyarakat dan dapat merugikan dirinya serta orang lain. Jika

perbuatan melanggar hukum itu dilakukan oleh orang dewasa, maka

dinamakan kejahatan, namun apabila dilakukan oleh anak-anak itu tidak

termasuk tindakan melanggar hukum sehingga tidak dikenakan sangsi hukum

secara formal, tetapi tindakannya disebut dengan kenakalan.

3.

Sebab-sebab Kenakalan Siswa

Ada beberapa faktor yang memyebabkan kenakalan remaja, selain

faktor pribadi karena adanya perkembangan fisik yang membuat jiwa remaja

terguncang, faktor lingkungan tempat tinggalnya pun memiliki pengaruh yang

16

Sudarsono, Kenakalan Remaja; Prevensi, Rehabilitasi, dan Reosialisasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-4, h. 10.

17

(32)

sangat besar terhadap perilaku remaja. Pada dasarnya kenakalan siswa

dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

a. Factor internal adalah hal-hal yang bersifat dari dalam diri siswa itu

sendiri, baik sebagai akibat dari perkembangan atau pertumbuhan maupun

akibat dari suatu jenis penyakit mental/kejiwaan yang ada dalam diri siswa

itu sendiri.

b. Factor eksternal adalah factor yang bersumber dari luar diri pribadi siswa

yang bersangkutan, antara lain:

a. Keadaan Keluarga

Sebagian besar anak dibesarkan oleh keluarga, disamping itu

kenyataan menunjukkan bahwa di dalam keluargalah anak mendapatkan

pendidikan dan pembinaan pertama kali. Karena itu, perilaku orang tua

sangat berpengaruh terhadap perkembangan si anak. Tindakan criminal

yang dilakukan oleh orang tua atau salah satu anggota keluarga dapat

memperngaruhi jiwa anak.

b. Keadaan Sekolah

Ajang pendidikan kedua bagi anak-anak setalah keluarga adalah

sekolah. Selama dalam proses pembinaan, penggemblengan dan

pendidikan sekolah biasanya terjadi interaksi antara sesama siswa, dan

antara siswa dengan pendidik. Proses interaksi tersebut dalam

kenyataannya bukan hanya memiliki aspek sosiologi yang positif saja,

akan tetapi juga membawa akibat lain yang juga memberi dorongan bagi

anak remaja di sekolah untuk menjadi nakal.

c. Keadaan Masyarakat

Keadaan masyarakat dan kondisi lingkungan dalam berbagai corak

dan bentuk akan berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung

terhadap anak-anak remaja, dimana mereka hidup berkelompok.

(33)

diri dan kontrol sosial yang semakin melemah, dapat mempercepat

pertumbuhan gang anak delinkuen.18

4.

Jenis-jenis Kenakalan Siswa

Pada umumnya kenakalan siswa dapat digolongkan dalam dua

kelompok yang besar, sesuai kaitannya dengan norma hukum, yakni:

a. Kenakalan yang bersifat a-moral dan tidak diatur dalam Undang-Undang

sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran umum.

b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai

dengan Undang-Undang dan hukum yang berlaku dengan perbuatan

melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.19

Kenakalan siswa di sekolah merupakan salah satu bentuk dari dua

golongan tersebut, yaitu kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial tidak

diatur dalam Undang-Undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan

pelanggaran hukum, dari pengumpulan kasus mengenai kenakalan yang

dilakukan oleh remaja dan pengamatan murid disekolah lanjutan maupun

mereka yang sudah putus sekolah dapat dilihat adanya gejala:

a. Berbohong, memutarbalikan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan.

b. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.

c. Kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orang atau menentang keinginan orang tua.

d. Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, dan mudah menimbulkan perbuatan iseng yang negatif.

e. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain. f. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk.

g. Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan.

h. Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan mempergunakan bahasa yang tidak sopan.

i. Secara berkelompok makan di rumah makan, tanpa membayar atau naik bis tanpa membeli karcis.

18

Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (PT Raja Grafindo Persada 2005), cet. Ke-6, h. 78.

19

(34)

j. Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan kesulitan ekonomi maupun tujuan lainnya.

k. Berpakaian tidak pantasdan minum-minuman keras atau menghisap ganja sehingga merusak dirinya maupun orang lain.20

5.

Cara-cara penanggulangan Kenakalan Siswa

Adapun cara yang dilakukan dalam upaya mengatasi kenakalan remaja

sebagaimana yang dikemukakan oleh seorang kriminologi, Soedjono

Dirdjosisworo, S.H., yang dikutip Sudarsono dalam bukunya “Kenakalan

Remaja”, mengemukakan bahwa asas umum dalam pengulangan kejahatan yang banyak dipakai oleh Negara-negara maju, yaitu:

a. Cara moralistik, dilaksanakan dengan penyebaran ajaran agama dan moral,

perundang-undangan yang baik dan sarana-sarana lain yang dapat

mengekan nafsu untuk berbuat kejahatan.

b. Cara abolisionistik, berusaha memberantas, mengurangi kejahatan dengan

memberantas sebab musababnya, umpamanya diketahui bahwa factor

tekanan ekonomi (kemelaratan) merupakan salah satu penyebab kejahatan,

maka usaha untuk mencapai kesejahteraan untuk mengurangi kejahatan

yang disebabkan oleh faktor ekonomi merupakan cara abolisionistik.21

Prioritas utama dalam mengatasi kenakalan remaja adalah mencegah

dengan cara memadai dan imprehensif. Adapun cara mencegah kenakalan

remaja dengan melakukan tindak-tindak preventif dan penanggulangan secara

kuratif.

a. Tindakan Preventif, yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulannya kenakalan-kenakalan. Tindakan preventif yang dilakukan

antara lain berupa meningkatkan kesejahteraan keluarga, perbaikan

lingkungan, membentuk badan kesejahteraan anak-anak.

20

Ibid., h. 31-32. 21

(35)

b. Tindakan Kuratif, yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal, terutama induvidu yang telah melakukan perbuatan tersebut. Tindakan kuratif bagi

usaha penyembuhan anak delinkuen berupa memberiakan latihan bagi para

remaja untuk hidup teratur, memperbanyak lembaga latihan kerja dengan

program kegiatan pembangunan.22

Menurut hemat penulis problem kenakalan remaja dapat diminimalisir

dengan memberikan ruang gerak kepada remaja dalam mengikutsertakan atau

menyalurkan mereka dalam aktivitas-aktivitas yang bernilai positif.

B.

Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Penanggulangan

Kenakalan Siswa

Setiap individu yang sedang mengalami proses perkembangan menuju

arah kematangan, senantiasa didalam hidupnya selalu memiliki permasalahan

yang secara alamiah dihadapi oleh setiap individu, hal tersebut karena ia

dibekali potensi dalam dirinya yang telah siap untuk menuju kematangan.

Namun ada sebagian individu yang mengalami permasalahan dan sulit untuk

dapat mengatasinya, oleh karena itu dibutuhkan bimbingan yang dapat

menuntunnya dalam bersikap serta menghadapi setiap permasalahan tersebut.

Dalam bersikap individu tersebut membutuhkan bimbingan dari orang

yang lebih mengetahui permasalahan yang dihadapinya, maka dalam hal ini

setiap individu memerlukan pembimbing yang mengerti akan dirinya. Apabila

terjadi kesalahan dalam bertindak maka individu tersebut membutuhkan

konselor yang dapat menyelesaikan permasalahannya.

22

(36)

1.

Pengertian Bimbingan dan Konseling

a.

Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya

tergandung beberapa makna yaitu menunjukkan, membimbing, menuntun

ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan

dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian

tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan.

Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s Book of

Education 1955 yang menyatakan bahwa, bimbingan adalah suatu proses

membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan

mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan

kemanfaatan sosial.23

Menurut Tolbert, bimbingan adalah seluruh program atau semua

kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan pada

membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana

serta melalukan penyesuain diri dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari.

Bimbingan merupakan layanan khusus yang berbeda dengan bidang

pendidikan lainnya.24

Sedangkan menurut Rachman Natawidjaja sebagaimana dikutip oleh

Syamsu Yusuf, mengartikan bimbingan sebagai:

Suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan masyarakat dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.25

23

A.Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), cet. Ke-3, h. 3. 24

Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), cet. Ke-1, h. 1.

25

(37)

Dari definisi-definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara

berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah

mendapat latihan khusus, dimaksudkan agar individu dapat memahami

dirinya, lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri

dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara

optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat pada

umumnya.

b.

Pengertian Konseling

Konseling merupakan inti dalam bimbingan, ada yang menyatakan

bahwa konseling merupakan “jantungnya” bimbingan. Sebagai kegiatan inti

atau jantungnya bimbingan, praktik bimbingan bisa dianggap belum ada

apabila tidak dilakukan konseling.

Istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di

dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan

(to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti

pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaran dengan bertukar pikiran.26

Sedangkan konseling menurut Feltham dan Dryden sebagaimana

dikutip oleh John Mcleod adalah

Sebuah profesi yang dicari oleh orang yang berada dalam tekanan atau dalam kebingungan, yang berhasrat berdiskusi dan memecahkan semua itu dalam sebuah hubungan yang lebih baik terkontrol dan lebih pribadi dibandingkan pertemanan, dan mungkin lebih simpatik/tidak memberikan cap tertentu dibandingkan dengan hubungan pertolongan dalam praktik medis tradisional atau setting psikiatrik.27

26

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah; Berbasis Integrasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 21-22.

27

(38)

Adapun konseling menurut Donald G. Mortenson dan Alan M.

Schmuller adalah suatu proses hubungan seorang dengan seorang, dimana

yang seorang dibantu oleh orang lainnya untuk meningkatkan pengertian dan

kemampuannya dalam menghadapi masalahnya.28

Berdasarkan pengertian konseling tersebut, dapat dipahami bahwa

konseling merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh konselor yang

dilakukan secara khusus dengan cara tatap tatap muka dengan konseling guna

mengatasi masalah yang dihadapinya.

2.

Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling

Pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat

dilihat dari beberapa fungsi bimbingan dan konseling bagi perkembangan

pribadi siswa sebagai mahluk sosial yang senantiasa brsosialisasi dengan

masyarakat baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Fungsi bimbingan dan konseling itu sendiri yaitu menempati bidang

pelayanan siswa dalam keseluruhan proses kegiatan pendidikan. Dalam

hubungan ini, bimbingan dan konseling berfungsi memberikan layanan pada

siswa agar dapat berkembang menjadi pribadi mandiri. Dan dalam

pelaksanaannya, bimbingan dan konseling memiliki berbagai fungsi.

Menurut Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan

mengemukakan bahwa Bimbingan dan Konseling dalam membantu individu

memiliki fungsi Pemahaman, Preventif (pencegahan), Pengembangan,

Perbaikan (penyembuhan), Penyaluran, Adaptasi, dan Penyesuaian.29

28

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling; Suatu Uraian Ringkas, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), cet. Ke-2, h. 12.

29

(39)

Wardati, M.Pd dan Mohammad Jauhar, S.Pd lebih lanjut menjelaskan

bimbingan dan konseling di sekolah memiliki beberapa fungsi antara lain:

a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya. b. Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor

untuk mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh konseli.

c. Fungsi penuntasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang mengahasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.

d. Fungsi pengembangan atau pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan terpeliharanya dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

e. Fungsi kuratif, yakni membantu para peserta didik agar mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

f. Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah.

g. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. h. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,

kepala sekolah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan konseli.

i. Fungsi penyesuian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

j. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak.

k. Fungsi fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

l. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.30

30

(40)

Melalui fungsi-fungsi yang telah dijabarkan di atas, dapat

disimpulkan bahwa fungsi bimbingan dan konseling adalah untuk membantu

siswa dalam menjalani proses perkembangan yang kadang kala muncul

permasalahan-permasalahan baru yang belum pernah dihadapi oleh siswa.

Tidak jarang siswa merasa kebingungan dan membutuhkan bantuan dari

orang yang lebih tahu cara penyelesaian masalah yang dihadapi tersebut. Jika

fungsi tersebut telah terlaksana dengan baik, maka siswa akan mampu

berkembang secara wajar dan mantap menuju aktualisasi diri secara optimal.

Sedangkan tujuan bimbingan dan konseling sebenarnya sudah dapat

dilihat dari pengertian bimbingan konseling itu sendiri, yaitu untuk

membantu siswa memahami dirinya sendiri sehingga sanggup mengarahkan

diri dan bertingkah laku yang wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan

lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Menurut Syahril dan Riska Ahmad, yang dikutip oleh Zikri Neni Iska,

ada lima hal yang akan dicapai dalam usaha bimbingan dan konseling di

sekolah, yaitu:

a. Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungan, hal ini dapat dilakukan dengan mengenal konsep diri dalam menghadapi permasalahan pribadi dan lingkungan, sehingga dapat terbentuk pribadi yang mampu mengenal kemampuan dirinya yang berupa kekuatan dan kelemahannya.

b. Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, artinya diharapkan peserta didik dapat menerima dirinya dalam keadaan apa adanya yang ada pada dirinya sendiri dengan ikhlas dan menjadi keadaan diri yang diterimanya itu sebagai diri yang dapat dikembangkan.

c. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri, artinya apabila seseorang telah dapat mengenali dirinya dan menerima keadaannya, maka ia mampu untuk mengambil sebuah keputusan yang efektif dan bertanggung jawab dalam menghadapi sesuatu atau sesuatu yang terjadi pada dirinya.

d. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri, artinya pribadi seseorang dapat mengarahkan dirinya sendiri sesuai dengan bakat dan minat setelah mampu mengenal dirinya sendiri dan mampu menerima keadaannya. e. Untuk dapat mewujudnkan diri sendiri, mewujudkan diri dapat juga

(41)

mewujudkan diri tersebut akan mampu untuk meraih prestasi dan bersikap terhadap lingkungannya.31

Sedangkan menurut H. Prayitno dan Erman Amti, yang dikutip oleh

Hamdani bahwa bimbingan dan konseling memiliki dua tujuan, yakni terdiri

atas tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah membantu siswa agar mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, minat, dan nilai-nilai, serta terpecahkannya masalah yang dihadapinya.

b. Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait pada arah perkembangan klien dan masalah-masalah yang dihadapi, baik menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.32

Dari beberapa tujuan bimbingan dan konseling yang dikemukakan di

atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan dan konseling pada

hakekatnya adalah untuk membantu individu agar dapat mencapai

perkembangan yang lebih optimal di dalam kehidupannya dan tidak salah

langkah dalam mengambil keputusan serta dalam proses perkembangan yang

sedang dialaminya.

3.

Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling

Kegiatan penyusunan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah

perlu dipersiapkan dengan baik. Persiapan penyusunan program bimbingan

dan penyuluhan di sekolah adalah merupakan seperangkat kegiatan yang

dilakukan melalui berbagai bentuk survei untuk mengidentifikasi tujuan,

kebutuhan, kemampuan sekolah serta persiapan sekolah untuk melaksanakan

program bimbingan.

31

Zikri Neni Iska, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: KIZI Brothers, 2011), cet. Ke-1, h. 20-22.

32

(42)

Dalam bimbingan dan konseling di sekolah terdapat beberapa jenis

program yang ada, yaitu:

a. Program tahunan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh

kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah dan

madrasah.

b. Program semesteran, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh

kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.

c. Program bulanan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh

kegiatan satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.

d. Program mingguan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh

kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.

e. Program harian, yaitu program pelayanan konseling yang dilaksanakan

pada hari-hari tertentu dalam satu minggu, program harian merupakan

jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLA)

dan satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) konseling.33

4.

Teknik Bimbingan dan Konseling

Menurut I.Djumhur dan Moh.Surya dalam bukunya bimbingan dan

penyuluhan di sekolah mengatakan bahwa teknik bimbingan memerlukan

pendekatan-pendekatan yaitu pendekatan secara kelompok dan pendekatan

secara individu. Pendekatan secara kelompok disebut juga group guidance dan

pendekatan secra individu disebut individu counseling. 34

a.

Bimbingan Kelompok

Teknik ini dipergunakan dalam membantu siswa atau sekelompok

murid dalam memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan

kelompok. Masalah yang dihadapi mungkin bersifat kelompok, yaitu yang

dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual sebagai anggota

kelompok.

33

Wardati dan Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbuingan & Konseling di Sekolah,

(Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011), cet. Ke-1, h. 107. 34

(43)

Beberapa bentuk bimbingan kelompok menurut I.Djumhur dan

Moh.Surya dalam bukunya bimbingan dan penyuluhan di sekolah:

1) Home Room Program

Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.

2) Field Trip (Karya Wisata)

Karya wisata atau field trip berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau metode mengajar, selain itu juga berfungsi sebagai salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Dengan karya wisata murid mendapat kesempatan meninjau obyek-obyek yang menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari obyek itu. Disamping itu murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi, kerjasama, tanggung jawab, mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada.

3) Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akan mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama -sama. Setiap murid mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.

4) Kegiatan Kelompok

Kegiatan kelompok dapat merupakan teknik yang baik dala m bimbingan karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih jika dilakukan dalam kelompok. Unt u k mengembangkan bakat-bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan dapat dilakukan melalui kegiatan kelompok. Dengan kegiatan ini setiap anak mendapat

kesempatan untuk menyumbangkan pikirannya juga dapat

mengembangkan rasa tanggung jawab. 5) Organisasi Murid

Organisasi murid baik dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah, dapat merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. melalui organisasi ini banyak masalah-masalah yang sifatnya individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dala m o rganisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenai berbagai aspek kehidupan social.

6) Sosiodrama

Dalam kesempatan ini individu akan menghayati secara langsung situasi masalah yang dihadapinya, dari pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya.

7) Psikodrama

(44)

psikis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindarkan. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya suatu ketegangan psikis yang dialami oleh individu. Kemudian murid-murid diminta untuk memainkan di muka kelas, bagi murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu dapat mengurangi ketegangannya.

8) Remedial Teaching

Remedial teaching atau pengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran yang diberikan kepada seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Remedial ini mungkin berbentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid. Cara ini merupakan salah satu teknik memberikan bimbingan yang dapat diberikan secara kelompok atau individual tergantung kesulitannya. Jika kesulit an itu dirasakan o leh suatu kelompok maka diberikan secara kelompok, sedangkan jika hanya dialami oleh seorang murid saja maka diberikan secara individuil. 35

b.

Bimbingan Individu

Konseling atau penyuluhan merupakan salah satu teknik pemberian

bantuan secara individual dan secara langsung berkomunikasi. Dalam teknik

ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubunganya yang bersifat face to

face relationship atau hubungan empat mat a yang dilaksanakan

dengan wawancara antara ko nselor dengan kasus Masalah yang

dipecahkan melalui teknik counseling ini ialah masalah-masalah yang sifatnya

pribadi.

Dalam konseling hendaknya counselor bersikap penuh simpati dan

empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang

sedang dirasakan oleh kasus (counselee). Dan empati artinya berusaha

menempatkan diri dalam situasi diri counselee dengan segala

masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini counselee akan memberikan

kepercayaan yang sepenuhnya kepada counselor. Dan ini sangat membantu

keberhasilan dalam counseling.

35

(45)

Pada umumnya menurut I. Djumhur dan Moh. Surya dikenal ada tiga

teknik khusus dalam konseling, yaitu :

1) Directive Counseling, yaitu teknik ko nseling dimana yang paling berperan ialah konselor, ko nselor berusaha mengarahkan konseli sesuai dengan masalahnya.

2) Con-directive Counseling, teknik ini kebalikannya dari teknik di atas, yaitu semuanya berpusat pada konseli. konselor hanya menampung pembicaraa, yang berperanan ialah konseli. konseli bebas bicara sedangkan konselor menampung dan. mengarahkan.

3) Elective Counseling, yaitu campuran dari kedua teknik diatas.

Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dalarn counseling ialah: a) Menentukan masalah.

b) Pengumpulan data. c) Analisa data.

d) Diagnosa atau menetapkan latar belakang masalah.

e) Prognosa atau menetapkan langkah bantuan yang akan diambil. f) Terapi yaitu pelaksanaan bantuan.

g) Dan evaluasi dan follow-up, yaitu untuk melihat hasil yang telah ditempuh.36

5.

Komponen (Struktur) Program Bimbingan dan Konseling

Struktur program bimbingan dan konseling dikategorikan dalam empat

komponen program, yaitu layanan dasar, layanan responsif, layanan

Gambar

Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument Penelitian
Tabel 4.1 Data Tenaga Kependidikan dan Pendidik (Guru)
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai sig value yang kurang dari 0.05 menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, pendidikan dan pelatihan serta kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan

Namun, ternyata, pada masa yang paling sulit dalam hidupku, hanya ada satu pasang jejak kaki.. Aku

Dari wawancara tersebut peneliti memperoleh data berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan yang diikuti oleh anak tunarungu terkait dengan pembimbing, metode dan media

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara hasil kegiatan ekstrakurikuler tarung derajat dengan kecerdasan emosional siswav. Metode yang digunakan

39 penggunaan prinsip yang tidak digunakan, yaitu (2) memberikan alasan pada langkah-langkah penggunaan prinsip, karena hal tersebut masih asing dan jarang dilakukan

angka kredit dalam satu tahun Pengajuan penetapan angka kredit Dokumen Penetapan Angka Kredit Jumlah Obyek Pekerjaan 15 Rata-rata jumlah pegawai fungsional

Riwayat prematur sebelumnya merupakan ibu yang pernah mengalami persalinan prematur sebelumnya pada kehamilan yang terdahulu (Hacker, 2001). Ibu yang tidak dapat melahirkan

The Provision Of Engineering, Procurement Services, Tender/ Contract Support And Construction Support Services, Detailed Engineering Services for Premier's