i
Implementasi Program Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengantisipasi Kenakalan Siswa Di SMK Putra BangsaDepok.
Kata Kunci : Program Bimbingan Konseling, Kenakalan Siswa
Skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 Mei 2013.
Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi program bimbingan dan konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa di SMK Putra Bangsa Depok. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan januari-februari 2013 di SMK Putra Bangsa Depok. Metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu menganalisis dan menafsirkan data berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan diselesaikan apa adanya. Sumber data penelitian ini adalah guru bimbingan konseling, kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, dan sebagai pendukung data peneliti menyebarkan angket kepada siswa/i kelas XI SMK Putra Bangsa Depok dengan sampel yang diambil adalah 20% (76 orang) dari jumlah siswa 377. Peneliti mengambil sampel kelas XI karena adanya pemberian materi bimbingan konseling di kelas XI sedangkan untuk kelas X belum ada materi BK dan kelas XII sudah harus konsentrasi untuk menghadapi ujian nasional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program bimbingan dan konseling di SMK Putra Bangsa Depok telah berjalan dan diimplementasikan cukup efektif dalam mengantisipasi kenakalan siswa. Walaupun masih ada layanan program BK yang belum dapat diimplementasikan dengan baik yaitu program layanan konseling kelompok yang berkaitan dengan keterbukaan siswa di sekolah khususnya dalam berdiskusi, untuk itu perlunya guru BK aktif dalam berdiskusi kelompok di kelas sehingga siswa merasa adanya perhatian dari guru BK. Sedangkan program layanan mediasi juga belum dapat diimplementasikan dengan baik, hal ini berkaitan dengan kerjasama pihak sekolah dengan lembaga lain dalam mengatasi permasalahan siswa. Untuk itu, perlunya kerjasama yang baik antara sekolah dengan lembaga lain seperti kepolisian, psikolog guna menanggulangi kenakalan siswa. Berkaitan dengan kenakalan siswa yang dilakukan di SMK Putra Bangsa Depok masih dalam tingkatan yang wajar, sedangkan penyelesaian masalah oleh guru BK dilakukan beberapa cara yakni dengan pengarahan, pemberian motivasi, skorsing dan juga pemanggilan orang tua.
ii Alhamdulillahirobbil’alamim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T yang tak pernah
berhenti melimpahkan rahmat ridha-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
penulis selesaikan. Shalawat teriring salam penulis curahkan kepada Nabi
Muhammad S.A.W, sahabat, tabi’in, dan para pengikut beliau yang setia menjalankan ajaran-ajarannya hingga akhir zaman.
Skripsi ini merupakan kewajiban yang harus penulis tunaikan sebagai
mahasiswa untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi
Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan selesainya penulisan skripsi
ini, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
kepada penulis baik semasa penulis berkuliah maupun semasa penulis
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan dan ketulusan
hati, penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Dra.Nurlena Rifa’i, M., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs.Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil., sebagai Ketua Jurusan Kependidikan
Islam.
3. Drs.H.Mu’arif SAM, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, dan Iffah Zahriyani, S.Pd, Staf Jurusan KI-MP yang telah memberikan
layanan akademik selama penulis menempuh perkuliahan.
4. Dr. Salman Tumanggor, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan di tengah kesibukan beliau
selama penulis menjalani penulisan skripsi.
5. Dr. Asril Dt. Paduko Sindo, MA., Dosen Penasehat Akademik yang telah
iii
penulis dengan ketulusan, profesionalisme, dan dedikasi yang tinggi.
7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kepala SMK Putra Bangsa Depok Bapak Ade Kurnia, M.Pd, waka 1
Bapak Handayani, S.Pd, MM, waka 4 Ibu Eka Sulistianingsih, S.Pd dan
staff tata usaha SMK Putra Bangsa Depok yang telah memberikan izin dan
memfasilitasi serta meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam
mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.
9. Guru Bimbingan Konseling SMK Putra Bangsa Depok Bapak M. Sholeh
dalam membantu peneliti mendapatkan informasi mengenai program
bimbingan dan konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa.
10.Siswa/Siswi SMK Putra Bangsa Depok yang telah membantu peneliti
untuk mendapatkan data angket implementasi program bimbingan dan
konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa.
11. Teristimewa, Ayahanda Bapak H. Subardi dan Ibunda Siti Hasnah tercinta
yang telah mendidik penulis dari buaian hingga sekarang, yang selalu
berjuang, bekerja keras dan membantu baik moril maupun materil, hingga
penulis dapat menyelesaikan kuliah.
12.Teristimewa adik-adikku Dewi, Aji dan Alan, atas semangat dan motivasi
yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
13.Ahmad Hudori, lelaki yang senantiasa memberikan cinta kasihnya kepada
penulis serta mau bersabar dan selalu memberikan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
14.Sahabat-sahabat KI-MP B angkatan 2007 (terkhusus Imas, Yayah, Rizka,
Eflyn, Link, Upet, Qiqi, Vida, Sari, Ari, Didik, Apang, Fajri, Jojo, Vega,
iv
ini.
Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat untuk semua
pihak yang menggeluti bidang manajemen pendidikan, minimal bagi penulis.
Akhirnya hanya kepada Allah segala sesuatu penulis kembalikan.
Ciputat, 24 Mei 2013
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Tujuan Penelitian ... 8
BAB II : KAJIAN TEORI A. Kenakalan Siswa ... 9
1. Pengertian Remaja ... 10
2. Pengertian Kenakalan Siswa ... 16
3. Sebab-sebab Kenakalan Siswa ... 17
4. Jenis-jenis Kenakalan Siswa ... 19
5. Cara-cara Penanggulangan Kenakalan Siswa ... 20
B. Bimbingan Dan Konseling Sebagai Upaya Penanggulangan Kenakalan Siswa ... 21
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 22
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 24
3. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling ... 27
4. Teknik Bimbingan dan Konseling ... 28
vi
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38
B. Metode Penelitian ... 39
C. Sumber Data ... 39
D. Instrumen Penelitian ... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ... 41
F. Teknik Analisa Data ... 42
BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK Putra Bangsa Depok ... 43
1. Sejarah Berdirinya ... 43
2. Visi dan Misi SMK Putra Bangsa Depok ... 44
3. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa, Sarana dan Prasarana Sekolah serta Struktur Organisasi Sekolah ... 45
B. Deskripsi Data dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 54
1. Deskripsi Data ... 54
2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 85
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 91
vii Tabel
3.1 : Kegiatan Penelitian ... 41
3.2 : Kisi-kisi Intrumen Penelitian ... 43
4.1 : Data Tenaga Kerja dan Pendidik (Guru) ... 50
4.2 : Keadaan Siswa SMK Putra Bangsa Depok ... 52
4.3 : Sarana dan Prasarana Sekolah ... 54
4.4 : Adaptasi Lingkungan Sekolah ... 58
4.5 : Orientasi Kelas di Awal Tahun Ajaran Baru ... 59
4.6 : Informasi Jenjang Pendidika Perguruan Tinggi ... 60
4.7 : Informasi Dunia Pekerjaan ... 60
4.8 : Membantu Menemukan dan Memahami Potensi-potensi Siswa .... 61
4.9 : Pemilihan Jurusan ... 62
4.10: Guru BK Bekerja Sama dengan Guru Bidang Study ... 62
4.11: Membimbing Siswa disaat Siswa Mendapat Kesulitan Belajar ... 63
4.12: Penyelesaian Masalah Siswa Secara Individu ... 64
4.13: Pemaggilan Siswa ke Ruang BK ... 65
4.14: Penyelesaian Masalah Bersama dengan Siswa Lainnya ... 66
4.15: Memberikan Materi Bimbingan dan Konseling secara Kelompok di Kelas ... 67
4.16: Guru BK Mengadakan Diskusi dengan Para Siswa secara Terbuka di Sekolah ... 67
4.17: Membimbing dan Membantu Siswa dalam Menyusun Jadwal Belajar ... 68
4.18: Kunjungan ke Rumah Siswa dalam Membantu Masalah Siswa .... 69
4.19: Layanan Konsultasi Rutin dalam Seminggu Sekali ... 70
4.20: Mendatangkan Lembaga Kepolisian dan Psikolog ... 70
4.21: Mendatangkan Narasumber (polisi, dokter) tentang Bahaya Narkoba dan Pergaulan Bebas ... 71
viii
4.25: Siswa Mentaati Perintah Guru ... 75
4.26: Siswa Tidak Masuk Kelas Tanpa Keterangan ... 75
4.27: Siswa Datang Terlambat ke Sekolah ... 76
4.28: Siswa Melakukan Bolos Sekolah ... 77
4.29: Siswa Merusak Sarana dan Prasarana ... 77
4.30: Siswa Suka Mencoret-coret Tembok ... 78
4.31: Suka Memeras (memalak) Teman di Sekolah ... 79
4.32: Siswa Berkata Kotor di Sekolah ... 79
4.33: Membawa Senjata Tajam ke Sekolah ... 80
4.34: Siswa Berkelahi dengan Teman di Sekolah ... 80
4.35: Siswa Melakukan Tawuran ... 81
4.36: Siswa Membawa Buku-buku Porno ke Sekolah ... 82
4.37: Siswa Membaca Buku-buku Porno ... 82
4.38: Siswa Merokok di Sekolah ... 83
4.39: Siswa Meminum-minuman Keras ... 84
4.40: Siswa Menonton Film Porno ... 84
4.41: Siswa ke Kantin Sekolah saat Pelajaran Berlangsung ... 85
4.42: Siswa Tidak Mengikuti Pelajaran Sampai Selesai ... 86
4.43: Siswa Menggunakan Obat-obatan Terlarang ... 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat
mencapai taraf hidup yang lebih baik. Segala tindakan, ucapan juga tingkah
laku manusia selalu dipengaruhi oleh suatu proses pendidikan. Untuk itu,
proses pendidikan dapat terjadi di manapun, kapanpun manusia berada.
Sekolah merupakan satu-satunya pendidikan formal yang ditunjuk
dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan pendidikan, berarti berhubungan
dengan upaya mengembangkan potensi peserta didik. Salah satu upaya yang
perlu dilakukan adalah menerapkan program bimbingan dan konseling di
sekolah.
Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu
yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan
teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai
kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi lingkungannya1.
1
Agar proses pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dialaminya
berjalan dengan semestinya dan segala potensi yang terdapat di dalam diri
individu bisa tersalurkan tanpa mengalami hambatan-hambatan yang berarti,
maka setiap individu yang sedang dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan senantiasa membutuhkan bantuan dari seseorang yang telah
mengerti serta memahami tentang berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
induvidu. Dengan demikian terlahir induvidu yang matang dan siap
menghadapi berbagai persoalan kehidupan pribadinya maupun masyarakat.
Bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diberikan kepada
peserta didik (student service) untuk membantu mengoptimalkan
perkembangannya. Layanan bimbingan dan konseling dapat difokuskan pada
pengembangan pribadi dan sosial, pendidikan dan pembelajaran serta
berkenaan dengan masalah karir. Aspek pribadi dan sosial berkenaan dengan
pemahaman dan pengembangan karakteristik, potensi dan
kecakapan-kecakapan yang dimilikinya, baik intelektualnya, sosial, fisik motorik maupun
afektif emosional. Aspek pendidikan dan pembelajaran berkenaan dengan
perencanaan dan upaya-upaya penyesuaian diri dalam berbagai kegiatan
pendidikan dan pembelajaran. Aspek pengembangan karir menyangkut
perencanaan dan persiapan-persiapan untuk memasuki dunia kerja2. Adapun pelaksanaannya di SMK Putra Bangsa Depok belum secara maksimal
diterapkan, karena keterbatasan guru BK yang terdapat di SMK Putra Bangsa
Depok, serta kurangnya keikutsertaan orang tua dan masyarakat sekitar dalam
melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling.
Pelayananan bimbingan merupakan bagian integral di lembaga
pendidikan, melalui pelayanan bimbingan ini diharapkan siswa mampu
bertindak dan bertingkahlaku sesuai dengan tuntutan lingkungannya, baik
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
2
Bimbingan dan konseling berpengaruh besar bagi pertumbuhan dan
perkembangan siswa. Alasan ini yang menjadi pijakan bahwa bimbingan
konseling perlu mendapatkan tempat khusus dalam sebuah pendidikan.
Pada perkembangannya BK diperuntukkan sebagai sarana bagi peserta
didik untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Hal tersebut
menjadikan bimbingan dan konseling tempat untuk menumpahkan segala
problematika yang dialami peserta didik di sekolah sehingga dapat
menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.
Anak-anak yang berusia 12 atau 13 sampai dengan 19 tahun sedang
berada dalam masa pertumbuhan, dan bila ditinjau dari segi perkembangan
biologis yang dimaksud remaja ialah mereka yang berusia 12 sampai dengan
21 tahun.3
Pada rentang usia tersebut, manusia berada dalam masa remaja. Masa
ini juga yang membuat seorang remaja mengalami berbagai kondisi yang
membuatnya labil. Proses peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,
tentu membutuhkan penyesuaian dan berlangsung dalam jangka waktu yang
cukup lama. Peralihan tersebut bisa mempunyai dampak yang baik dan
sebaliknya bisa juga mempunyai dampak yang buruk. Proses peralihan atau
pubertas dianggap baik bila remaja tidak melakukan berbagai tindakan yang
dapat menggangu orang lain maupun dirinya sendiri. Selain itu juga seorang
remaja melakukan berbagai aktivitas yang dapat berguna baik untuk dirinya
sendiri maupun orang lain. Sebaliknya jika proses peralihan tersebut
berlangsung tidak baik, maka akan timbul hal-hal yang berkenaan dengan
kenakalan remaja seperti tawuran, pergaulan bebas, tindak kriminal, dan lain
sebagainya. Karenannya setiap individu perlu membentengi diri dari
tindakan-tindakan negatif tersebut.
Setiap siswa yang berada di lingkungan sekolah mempunyai latar
belakang pendidikan keluarga yang sangat beraneka ragam. Secara tidak
langsung siswa telah melakukan suatu tindakan yang sifatnya sebagai mahluk
3
sosial, yaitu berinteraksi dengan lingkungan sekolah baik dengan sesama
siswa di sekolah maupun dengan nilai serta norma yang berlaku di sekolah
yang biasanya dikenal dengan istilah tata tertib sekolah. Untuk itu, siswa
seyogianya dapat menjalankan segenap peraturan yang terdapat di sekolah dan
mematuhi peraturan tersebut dengan penuh tanggung jawab. Namun sangat
disayangkan dalam praktiknya banyak siswa yang melakukan
tindakan-tindakan yang berlawanan dengan peraturan-peraturan sekolah. Adanya jenis
kenakalan yang dilakukan siswa di sekolah seperti keluar kelas tanpa
sepengetahuan guru pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung,
meninggalkan sekolah sebelum waktunya, kurang bersimpati kepada guru dan
tindakan-tindakan menyimpang lainnya yang merupakan kenyataan dari
adanya kenakalan yang masih hidup di lingkungan sekolah.
Kenakalan anak dapat terjadi karena kurangnya perhatian dan kasih
sayang orang tua, guru dan lingkungan masyarakat yang kurang
memperhatikan pendidikan, terutama pendidikan agama untuk kepentingan
hidup anak. Orang tua sering kali lebih mementingkan pekerjaannya dan
terlalu sibuk hingga akhirnya tidak dapat membimbing dan mengawasi
anak-anaknya dalam pergaulan mereka.
Lingkungan pergaulan yang terlalu bebas atau lebih mengarah kepada
hal-hal yang negatif juga dapat mempengaruhi perilaku siswa. Jika anak
bergaul dengan teman-teman yang malas dan terpengaruh oleh bujuk rayu
temannya untuk melakukan hal yang negatif maka dapat berdampak pada
pendidikan dan juga masa depannya. Oleh karena itu, perlunya pengawasan
lebih dari orang tua, guru serta masyarakat dalam memperhatikan pergaulan
siswa.
Timbulnya permasalahan-permasalahan tersebut dapat disebabkan
karena belum maksimalnya pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah. Masih banyak sekolah yang tidak terlalu mementingkan program
bimbingan dan konseling dan hanya menjadikan program bimbingan dan
konseling itu sebagai pelengkap saja yang tidak perlu penanganan yang lebih.
penting dalam penentu keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh
karena itu, perlu adanya metode-metode penerapan program bimbingan dan
konseling yang efektif sehingga dapat berjalan lancar dalam mendukung
proses belajar mengajar di sekolah.
Salah satu bentuk usaha sekolah dalam memberikan pengawasan dan
juga bimbingan kepada para siswa adalah dengan menempatkan guru BK yang
mempunyai kompetensi dibidangnya. Guru ini diharapkan dapat memberikan
bimbingan kepada para siswa dalam mengatasi permasalah yang dihadapi oleh
siswa. Keberadaan guru BK memang sangat penting, terutama dengan kondisi
para siswa yang mempunyai banyak permasalahan seiring dengan kemajuan
zaman. Mulai dari masalah kesulitan dalam memahami pelajaran, masalah
pergaulan dalam lingkup sekolah, masalah dalam pergaulan lingkungan
rumah, masalah keluarga, dan lain sebagainya. Berbagai masalah tersebut jika
dibiarkan terus-menerus akan mempengaruhi siswa dalam belajar, sehingga
tidak dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu saja akan menghasilkan para
siswa yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan lembaga pendidikan
itu sendiri.
Agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar,
diperlukan adanya program bimbingan dan konseling yang baik. Salah satu
aspek program layanan bimbingan dan konseling adalah perencanaan program
dan pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan dan konseling. Yang dimaksud
dengan perencanaan adalah suatu proses yang terus menerus, yaitu dengan
cara mengantisipasi dan menyiapkan berbagai kemungkinan atau usaha untuk
menentukan dan mengontrol kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.4 Berbagai masalah yang dihadapi oleh sebagian besar siswa tidak
semuanya dapat dilayani oleh guru-guru yang mengajarinya, karena belum
maksimalnya layanan terhadap siswa dalam program bimbingan dan konseling
di sekolah. Guru-guru sudah banyak tugas dalam mengajar sehingga kurang
mampu dalam melayani semua permasalahan siswa, demikian juga denga
4
orang tua siswa yang setiap harinya sibuk dengan pekerjaannya
masing-masing, serta kurangnya guru bimbingan dan konseling yang ada di sekolah..
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan melalui
wawancara dengan guru bimbingan dan konseling, bahwa ada beberapa
permasalahan yang terjadi di SMK Putra Bangsa seperti, absensi sekolah,
keterlambatan, memakai seragam tidak sesuai dengan jadwal yang diberikan
sekolah dan pelanggaran tata tertib sekolah serta perilaku siswa yang
menyimpang akibat pergaulan bebas ataupun pengaruh dari kondisi ekonomi
serta keluarga. Belum terlaksana dengan baik program penyuluhan di
masing-masing kelas karena kurangnya guru bimbingan dan konseling, idealnya 1
guru bimbingan konseling menangani 150-225 orang siswa,5 namun di SMK Putra Bangsa hanya terdapat 4 guru bimbingan konseling dengan jumlah siswa
1.032 orang siswa.
Dalam hal ini seorang guru pembimbing harus bertanggung jawab
dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa untuk
menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi, dan membantu
mereka dalam memilih perbuatan baik dan buruk disekitar masyarakat yang
sedang menghadapi kemerosotan moral, sehingga mereka tidak menyimpang
dari berbagai faktor negatif dalam kehidupan sosial. Dari latar belakang inilah
penulis tertarik untuk membahas kedalam judul skripsi: “IMPLEMENTASI
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
MENGANTISIPASI KENAKALAN SISWA DI SMK PUTRA BANGSA DEPOK”.
5
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat di identifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Jenis kenakalan yang dilakukan siswa SMK Putra Bangsa Depok
2. Kurangnya perhatian dari orang tua, guru dan masyarakat dalam pergaulan
siswa
3. Lingkungan pergaulan yang berpengaruh negatif bagi siswa
4. Belum maksimalnya implementasi program bimbingan dan konseling di
sekolah
5. Belum maksimalnya layanan terhadap siswa dalam program bimbingan dan
konseling.
C.
Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan masalah dalam skripsi
ini, dan agar pembahasannya lebih terarah, maka penulis memberikan batasan
masalah kepada “Implementasi program bimbingan dan konseling dalam
mengantisipasi kenakalan siswa”
D.
Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis, maka
masalah yang dapat dirumuskan yaitu: “Bagaimana implementasi program
bimbingan dan konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa di SMK
Putra Bangsa Depok?”
E.
Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan peneliti tentang bimbingan dan konseling untuk
bekal dikemudian hari sebagai tenaga pengajar yang peduli terhadap
kebutuhan siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Untuk menambah sumber bacaan tentang bimbingan dan konseling di
3. Dapat digunakan sebagai masukan untuk pengembangan sekolah, yang
meliputi pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap siswa.
4. Menambah sumber pengetahuan tentang mengatasi kenakalan siswa di
lingkungan sekolah.
F.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui:
1. Kenakalan apa saja yang dilakukan siswa SMK Putra Bangsa Depok
2. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling
3. Implementasi program bimbingan dan konseling dalam mengatisipasi
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kenakalan Siswa
Permasalahan kehidupan dan dinamika remaja tidak akan berhenti,
karena berkaitan dengan dinamika hidup manusia di dunia ini. Kehidupan
remaja saat ini sering dihadapkan pada berbagai masalah yang amat kompleks
yang tentunya sangat perlu mendapat perhtian kita semua.
Salah satu masalah tersebut adalah semakin menurunnya tatakrama
kehidupan sosial dan etika moral remaja dalam praktik kehidupan, baik di
rumah, di sekolah, maupun lingkungan sekitarnya, yang mengakibatkan
timbulnya sejumlah efek negatif di masyarakat yang akhir-akhir ini makin
merisaukan. Efek tersebut misalnya, semakin maraknya penyimpangan
diberbagai norma kehidupan yang terwujud dalam bentuk-bentuk perilaku anti
sosial seperti tawuran, penganiayaan, perusakan fasilitas umum, pencurian,
serta perbuatan amoral lainnya.1
Sebelum penulis membahas lebih jauh tentang berbagai penyimpangan
yang dilakukan oleh remaja atau yang lebih dikenal dengan kenakalan remaja,
maka penulis akan terlebih dahulu memberikan suatu pengertian tentang apa
yang dimaksud dengan remaja dan bagaimana karakteristik yang
sesungguhnya terdapat pada diri remaja itu sendiri.
1
1.
Pengertian Remaja
Remaja adalah sosok manusia yang unik yang berbeda dengan yang
lainnya, karena keunikannya itu maka banyak para psikolog yang mencoba
meneliti sosok remaja dari berbagai aspek kehidupannya. Dari penelitian itu
para ilmuwan mencoba mendefinisikan remaja itu dengan berbagai versi
sesuai dengan bidangnya. Oleh sebab itu, sampai saat ini belum ada kata
sepakat untuk mendefinisikan istilah remaja ini. Disini penulis akan coba
mengemukakan beberapa pengertian remaja yang dirasa cukup mewakili dan
mendeskripsikan hakikat remaja.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, pengertian remaja
adalah mulai dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin.2 Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa anak
kemasa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa.3
Istilah adolescent atau remaja itu sendiri berasal dari bahasa latin
adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescent seperti
yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup
kemantapan mental, emosional, sosial dan fisik. Secara psikologi masa remaja
adalah usia pada saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia
dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya
mengenai hak.4
Masa remaja menurut M. Alisuf Sabri adalah “suatu periode peralihan, yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, suatu masa perubahan sikap dan perilakunya, usia bermasalah yang sering terjadi dan sulit diatasi oleh remaja, karena disebabkan mereka merasa dirinya mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, masa dimana remaja tidak realistik karena mereka cenderung untuk memandang kehidupan atau melihat
2
Daniel Haryono & Desi Damayanti, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta: Media Pustaka Phoenix, 2008), cet. Ke- 3, h. 713.
3
Singgih D. Gunarsa dan Ny, Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1983), h. 16-17.
4
dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya.5
Masa ini sering disebut juga sebagai masa “strum and drang” karena anak itu emosinya timbul dengan cepat, sehingga menimbulkan
kemauan-kemauan yang keras. Ia mulai sadar tentang dirinya sendiri dan ingin
melepaskan dirinya dari segala bentuk kekangan dan berontak terhadap
norma-norma yang berlaku yang kiranya tak dikehendakinya.6
Sarlito Wirawan mendeskripsikan tentang permulaan remaja sebagai
berikut: “permulaan masa remaja ditandai dengan kematangan seksual, dalam
arti organ-organ seksualnya sudah dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengembangkan keturunan. Pada remaja putri tandanya mulai mengalami
menstruasi, sedangkan pada remaja putra air maninya sudah cukup matang.7 Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
remaja adalah mahluk yang akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi
dewasa dengan segala bentuk perubahan baik dari segi fisik, mental psikologi,
emosional maupun perkembangan pribadi dan sosialnya menuju perubahan
yang berarti bagi dirinya dan bagi lingkungan masyarakatnya pada masa yang
akan dating. Sedangkan untuk batas usia seseorang yang dikatakan remaja
yaitu antara 13-21 tahun.
a.
Ciri-ciri Remaja
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa masa remaja adalah
masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Dalam kondisi seperti inilah terlihat bahwa remaja itu masih labil.
5
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu, 1997), cet. Ke-2, h. 160-162.
6
Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja,
(Jakarta: Kalam Mulia, 1999), cet. Ke-1, h. 64. 7
Keadaan labil ini yang biasa terlihat dari ciri-ciri khas remaja itu
sendiri yang membedakan mereka dari kanak-kanak dan orang dewasa.
Ciri-ciri khas remaja antara lain:
1) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa strom & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.
2) Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3) Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.
4) Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa. 5) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan
yang terjadi. Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab ini.8
b.
Karakteristik Perkembangan Remaja
Sejak di dalam kandungan hingga lahir, seorang individu tumbuh
menjadi anak remaja atau dewasa. Hal ini berarti terjadi proses perubahan
pada diri setiap individu. Aspek-aspek perubahan yang dialami oleh setiap
individu meliputi fisik, kognitif maupun psikososialnya.
Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan
individu, antara lain:
1) Faktor-faktor dalam diri individu sendiri meliputi faktor-faktor endogen, faktor endogen ini sudah ada sejak saat kelahiran, bahkan sejak permulaan pertumbuhan benih menjadi janin, sehingga disebut
8
faktor hereditas (keturunan) yang langsung diwarisi anak dari orang tua, dan juga faktor konstitusi.
2) Faktor-faktor berasal dari luar individu meliputi faktor-faktor eksogen, yang terdiri dari faktor lingkungan, makanan, dan belajar.9
Masa remaja merupakan salah satu diantara masa rentangan
kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat.
Dalam jangka 3-4 tahun sosok remaja tumbuh sehingga tinggi badannya
menyamai tinggi badan orang tuanya. Namun pertumbuhan fisik yang
terjadi tidak stabil, semua pertumbuhan jasmani yang cepat itu dapat
menimbulkan kegoncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran. Bahkan
kepercayaan kepada agama yang telah tumbuh pada masa sebelumnya
mungkin pula mengalami kegoncangan karena merasa kecewa pada
dirinya.
Pada masa ini mulai timbul dorongan-dorongan dan
keinginan-keinginan untuk memuaskan seksual. Seiring dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat maupun agama mereka tidak dapat secara langsung
memuaskan dorongan serta keinginannya diluar perkawinan, oleh karena
itu mereka mencari jalan lain seperti berkhayal, menonton film porno dan
sebagainya.
Pertumbuhan fisik yang cepat terjadi pada remaja awal lambat laun
menurun ketika memasuki remaja akhir. Hurlock mengemukakan bahwa
anak laki-laki memulai pertumbuhan pesatnya lebih lambat daripada anak
perempuan, pertumbuhan laki-laki berlangsung lebih lama, sehingga pada
saat matang biasanya laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.10
Diantara pertumbuhan-pertumbuhan fisik itu, yang terbesar
pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan
tubuh, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi, dan tanda-tanda seksual
sekunder yang tumbuh, yakni mulai terlihatnya penonjolan pada otot-otot
dada, tumbuhnya jakun, serta mulai tumbuhnya bulu di sekitar kemaluan
9
Panuut Panuju & Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999), cet. Ke-1, h. 69-73.
10
dan ketiak. Sedangkan pada wanita mulai tumbuh payudara, pinggul serta
tumbuh bulu di sekitar kemaluan dan ketiak.
Secara kognitif, tingkat kecerdasan remaja berkembang pesat dan
telah dapat berpikir abstrak dan membuat hipotesis. Ia sudah dapat
memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan dapat
mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan. Menurut Piaget, tahap
perkembangan kognisi telah mencapai tahapan formal operational. Oleh
sebab itu, remaja sudah dapat berpikir secara abstrak tentang keadaan
dilingkungannya dan dapat juga memprediksikan kehidupannya di masa
yang akan datang. Dalam tahapan perkembangan ini, kognisi remaja
dipengarihi oleh faktor skema dan adaptif. Skema adalah pola yang teratur
yang melatarbelakangi suatu tingkah laku. Sedangkan adaptif adalah
penyesuaian terhadap lingkungan yang berhubungan dengan tujuan dan
perjuangan hidup.11
Perubahan fisik terutama organ-organ seksual dan pertumbuhan
kelenjar yang terjadi pada usia remaja serta tekanan sosial yang tinggi
menimbulkan intensitas emosi remaja meninggi, bahkan dapat dikatakan
puncak emosional. Pada masa remaja awal, perkembangan emosinya
menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang kuat terhadap berbagai
peristiwa atau situasi. Emosinya bersifat negatif dan temperamental seperti
mudah tersinggung dan marah serta mudah murung dan sedih. Walaupun
demikian, pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi kematangan perilaku
emosional. Dan pada masa remaja akhir dapat mengendalikan emosinya
serta mencapai kematangan emosi. Ciri-ciri kematangan emosi yang
terjadi pada remaja diantaranya adalah penilaian secara kritis terhadap
situasi lebih didahulukan sebelum bereaksi secara emosional. Untuk itu,
remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat
menimbulkan reaksi emosional.
11
Luapan-luapan emosi yang tinggi pada masa remaja, jika tidak
terkendali dapat menimbulkan tingkah laku yang melanggar nilai-nilai
agama dan moral yang merupakan salah satu sumber kenakalan remaja.
Oleh sebab itu dimensi moral dan agama sangat penting dalam jiwa
remaja. Nilai-nilai moral dan agama dapat tumbuh dan berkembang
melalui pengalaman dan interaksi sosial dengan orang tua, guru, orang
yang lebih dewasa ataupun teman sebayanya.
c.
Kebutuhan dan Tugas Perkembangan Remaja
Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang mendorong untuk
berbuat atau bertingkah laku. Bentuk kebutuhan itu diantaranya adalah
kebutuhan biologis, kebutuhan religious, dan kebutuhan individual.
Kebutuhan-kebutuhan ini menuntut untuk untuk dipenuhi, jika tidak
terpenuhi akan timbul kebutuhan lain yang menciptakan tingkah laku yang
agresif dalam pemenuhannya.
Pemenuhan kebutuhan biologis seperti makan minum, bernafas dan
sebagainya itu penting, sebab tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut
mengakibatkan kematian. Selain itu pemenuhan kebutuhan
psikologis-sosiologis akan menimbulkan hilangnya keinginan untuk hidup dan akan
mempercepat kematian.
Kebutuhan remaja sebagaimana kebutuhan manusia lainnya dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu:
1) Kebutuhan fisik jasmaniah, merupakan kebutuhan pertama yang disebut juga dengan kebutuhan primer, seperti makan dan minum, seks dan sebagainya. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akan hilang keseimbangan fisiknya.
kebutuhan akan pengendalian diri, kebutuhan akan penerimaan sosial.12
Selain kebutuhan-kebutuhan remaja, mereka pun mempunyai tugas
perkembangan yang harus mereka penuhi. Menurut Havirghurst, tugas
perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode
tertentu dalam kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa
bahagia dan akan membawa ke arah keberhasilan dalam menjalankan
tugas-tugas perkembangan berikutnya. Akan tetapi kalau gagal akan menimbulkan
rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menbghadapi tugas-tugas berikutnya.13
2.
Pengertian Kenakalan Siswa
Salah satu masalah pendidikan yang sulit pemecahannya dewasa ini
adalah masalah kenakalan remaja, sebabnya adalah karena masalah itu amat
kompleks sehingga sukar untuk dianalisis dari salah satu segi saja. Masalah
kenakalan remaja erat hubungannya dengan keadaan rumah tangga,
lingkungan masyarakat, dan bahkan keadaan sekolah yang tidak teratur dapat
pula menjadi sumber kenakalan itu.
Menurut Sarlito, bahwa “kenakalan remaja adalah perilaku yang
menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hukum”.14
Kenakalan remaja adalah remaja yang sering berkelompok yang
menyebabkan terganggunya orang yang tinggal disekelilingnya baik pada
siang hari maupun malam hari sewaktu orang sedang istirahat, menimbulkan
keributan yang mengganggu ketenangan suasana dan melanggar tata
kesopanan bertetangga.15
Berbeda dengan definisi tersebut, B. Simanjuntak yang memberikan
tinjauan secara sosiokultural tentang arti juvenile delinquency yaitu “suatu
12
Panut Panuju & Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999), cet. Ke-1, h. 27-39.
13
Elizabet B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 9.
14
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. Ke-15, h. 256.
15
perbuatan disebut delinquent, apabila perbuatan-perbuatan tersebut
bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia
hidup, atau suatu perbuatan yang anti-sosial dimana di dalamnya terkandung
unsur-unsur arti-normatif”.16
Definisi di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Fuad
Hasan, yaitu “perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh remaja tersebut
menjadi dua bagian, yaitu kenakalan sosiologis dan kenakalan individual”.
Apabila anak memusuhi seluruh konteks kemasyarakatan kecuali konteks
kemasyarakatannya sendiri dapat dipandang sebagai kenakalan sosiologis.
Dalam kondisi tersebut kebanyakan anak tidak merasa bersalah bila
merugikan orang lain, yang penting tidak merugikan kelompoknya sendiri.
Sedangkan bentuk kenakalan individual adalah anak memusuhi semua orang,
baik tetangga, kawan, maupun saudara, bahkan termasuk orang tuanya
sendiri.17
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kenakalan
remaja adalah perbuatan yang dilakukan oleh remaja yang bertentangan
dengan norma-norma, baik norma agama, susila, atau norma yang berlaku
dalam masyarakat dan dapat merugikan dirinya serta orang lain. Jika
perbuatan melanggar hukum itu dilakukan oleh orang dewasa, maka
dinamakan kejahatan, namun apabila dilakukan oleh anak-anak itu tidak
termasuk tindakan melanggar hukum sehingga tidak dikenakan sangsi hukum
secara formal, tetapi tindakannya disebut dengan kenakalan.
3.
Sebab-sebab Kenakalan Siswa
Ada beberapa faktor yang memyebabkan kenakalan remaja, selain
faktor pribadi karena adanya perkembangan fisik yang membuat jiwa remaja
terguncang, faktor lingkungan tempat tinggalnya pun memiliki pengaruh yang
16
Sudarsono, Kenakalan Remaja; Prevensi, Rehabilitasi, dan Reosialisasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-4, h. 10.
17
sangat besar terhadap perilaku remaja. Pada dasarnya kenakalan siswa
dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
a. Factor internal adalah hal-hal yang bersifat dari dalam diri siswa itu
sendiri, baik sebagai akibat dari perkembangan atau pertumbuhan maupun
akibat dari suatu jenis penyakit mental/kejiwaan yang ada dalam diri siswa
itu sendiri.
b. Factor eksternal adalah factor yang bersumber dari luar diri pribadi siswa
yang bersangkutan, antara lain:
a. Keadaan Keluarga
Sebagian besar anak dibesarkan oleh keluarga, disamping itu
kenyataan menunjukkan bahwa di dalam keluargalah anak mendapatkan
pendidikan dan pembinaan pertama kali. Karena itu, perilaku orang tua
sangat berpengaruh terhadap perkembangan si anak. Tindakan criminal
yang dilakukan oleh orang tua atau salah satu anggota keluarga dapat
memperngaruhi jiwa anak.
b. Keadaan Sekolah
Ajang pendidikan kedua bagi anak-anak setalah keluarga adalah
sekolah. Selama dalam proses pembinaan, penggemblengan dan
pendidikan sekolah biasanya terjadi interaksi antara sesama siswa, dan
antara siswa dengan pendidik. Proses interaksi tersebut dalam
kenyataannya bukan hanya memiliki aspek sosiologi yang positif saja,
akan tetapi juga membawa akibat lain yang juga memberi dorongan bagi
anak remaja di sekolah untuk menjadi nakal.
c. Keadaan Masyarakat
Keadaan masyarakat dan kondisi lingkungan dalam berbagai corak
dan bentuk akan berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung
terhadap anak-anak remaja, dimana mereka hidup berkelompok.
diri dan kontrol sosial yang semakin melemah, dapat mempercepat
pertumbuhan gang anak delinkuen.18
4.
Jenis-jenis Kenakalan Siswa
Pada umumnya kenakalan siswa dapat digolongkan dalam dua
kelompok yang besar, sesuai kaitannya dengan norma hukum, yakni:
a. Kenakalan yang bersifat a-moral dan tidak diatur dalam Undang-Undang
sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran umum.
b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai
dengan Undang-Undang dan hukum yang berlaku dengan perbuatan
melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.19
Kenakalan siswa di sekolah merupakan salah satu bentuk dari dua
golongan tersebut, yaitu kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial tidak
diatur dalam Undang-Undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan
pelanggaran hukum, dari pengumpulan kasus mengenai kenakalan yang
dilakukan oleh remaja dan pengamatan murid disekolah lanjutan maupun
mereka yang sudah putus sekolah dapat dilihat adanya gejala:
a. Berbohong, memutarbalikan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan.
b. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
c. Kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orang atau menentang keinginan orang tua.
d. Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, dan mudah menimbulkan perbuatan iseng yang negatif.
e. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain. f. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk.
g. Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan.
h. Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan mempergunakan bahasa yang tidak sopan.
i. Secara berkelompok makan di rumah makan, tanpa membayar atau naik bis tanpa membeli karcis.
18
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (PT Raja Grafindo Persada 2005), cet. Ke-6, h. 78.
19
j. Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan kesulitan ekonomi maupun tujuan lainnya.
k. Berpakaian tidak pantasdan minum-minuman keras atau menghisap ganja sehingga merusak dirinya maupun orang lain.20
5.
Cara-cara penanggulangan Kenakalan Siswa
Adapun cara yang dilakukan dalam upaya mengatasi kenakalan remaja
sebagaimana yang dikemukakan oleh seorang kriminologi, Soedjono
Dirdjosisworo, S.H., yang dikutip Sudarsono dalam bukunya “Kenakalan
Remaja”, mengemukakan bahwa asas umum dalam pengulangan kejahatan yang banyak dipakai oleh Negara-negara maju, yaitu:
a. Cara moralistik, dilaksanakan dengan penyebaran ajaran agama dan moral,
perundang-undangan yang baik dan sarana-sarana lain yang dapat
mengekan nafsu untuk berbuat kejahatan.
b. Cara abolisionistik, berusaha memberantas, mengurangi kejahatan dengan
memberantas sebab musababnya, umpamanya diketahui bahwa factor
tekanan ekonomi (kemelaratan) merupakan salah satu penyebab kejahatan,
maka usaha untuk mencapai kesejahteraan untuk mengurangi kejahatan
yang disebabkan oleh faktor ekonomi merupakan cara abolisionistik.21
Prioritas utama dalam mengatasi kenakalan remaja adalah mencegah
dengan cara memadai dan imprehensif. Adapun cara mencegah kenakalan
remaja dengan melakukan tindak-tindak preventif dan penanggulangan secara
kuratif.
a. Tindakan Preventif, yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulannya kenakalan-kenakalan. Tindakan preventif yang dilakukan
antara lain berupa meningkatkan kesejahteraan keluarga, perbaikan
lingkungan, membentuk badan kesejahteraan anak-anak.
20
Ibid., h. 31-32. 21
b. Tindakan Kuratif, yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal, terutama induvidu yang telah melakukan perbuatan tersebut. Tindakan kuratif bagi
usaha penyembuhan anak delinkuen berupa memberiakan latihan bagi para
remaja untuk hidup teratur, memperbanyak lembaga latihan kerja dengan
program kegiatan pembangunan.22
Menurut hemat penulis problem kenakalan remaja dapat diminimalisir
dengan memberikan ruang gerak kepada remaja dalam mengikutsertakan atau
menyalurkan mereka dalam aktivitas-aktivitas yang bernilai positif.
B.
Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Penanggulangan
Kenakalan Siswa
Setiap individu yang sedang mengalami proses perkembangan menuju
arah kematangan, senantiasa didalam hidupnya selalu memiliki permasalahan
yang secara alamiah dihadapi oleh setiap individu, hal tersebut karena ia
dibekali potensi dalam dirinya yang telah siap untuk menuju kematangan.
Namun ada sebagian individu yang mengalami permasalahan dan sulit untuk
dapat mengatasinya, oleh karena itu dibutuhkan bimbingan yang dapat
menuntunnya dalam bersikap serta menghadapi setiap permasalahan tersebut.
Dalam bersikap individu tersebut membutuhkan bimbingan dari orang
yang lebih mengetahui permasalahan yang dihadapinya, maka dalam hal ini
setiap individu memerlukan pembimbing yang mengerti akan dirinya. Apabila
terjadi kesalahan dalam bertindak maka individu tersebut membutuhkan
konselor yang dapat menyelesaikan permasalahannya.
22
1.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
a.
Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya
tergandung beberapa makna yaitu menunjukkan, membimbing, menuntun
ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan
dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian
tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan.
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s Book of
Education 1955 yang menyatakan bahwa, bimbingan adalah suatu proses
membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial.23
Menurut Tolbert, bimbingan adalah seluruh program atau semua
kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan pada
membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana
serta melalukan penyesuain diri dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari.
Bimbingan merupakan layanan khusus yang berbeda dengan bidang
pendidikan lainnya.24
Sedangkan menurut Rachman Natawidjaja sebagaimana dikutip oleh
Syamsu Yusuf, mengartikan bimbingan sebagai:
Suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan masyarakat dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.25
23
A.Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), cet. Ke-3, h. 3. 24
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), cet. Ke-1, h. 1.
25
Dari definisi-definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara
berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah
mendapat latihan khusus, dimaksudkan agar individu dapat memahami
dirinya, lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara
optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat pada
umumnya.
b.
Pengertian Konseling
Konseling merupakan inti dalam bimbingan, ada yang menyatakan
bahwa konseling merupakan “jantungnya” bimbingan. Sebagai kegiatan inti
atau jantungnya bimbingan, praktik bimbingan bisa dianggap belum ada
apabila tidak dilakukan konseling.
Istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di
dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan
(to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti
pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaran dengan bertukar pikiran.26
Sedangkan konseling menurut Feltham dan Dryden sebagaimana
dikutip oleh John Mcleod adalah
Sebuah profesi yang dicari oleh orang yang berada dalam tekanan atau dalam kebingungan, yang berhasrat berdiskusi dan memecahkan semua itu dalam sebuah hubungan yang lebih baik terkontrol dan lebih pribadi dibandingkan pertemanan, dan mungkin lebih simpatik/tidak memberikan cap tertentu dibandingkan dengan hubungan pertolongan dalam praktik medis tradisional atau setting psikiatrik.27
26
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah; Berbasis Integrasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 21-22.
27
Adapun konseling menurut Donald G. Mortenson dan Alan M.
Schmuller adalah suatu proses hubungan seorang dengan seorang, dimana
yang seorang dibantu oleh orang lainnya untuk meningkatkan pengertian dan
kemampuannya dalam menghadapi masalahnya.28
Berdasarkan pengertian konseling tersebut, dapat dipahami bahwa
konseling merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh konselor yang
dilakukan secara khusus dengan cara tatap tatap muka dengan konseling guna
mengatasi masalah yang dihadapinya.
2.
Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling
Pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat
dilihat dari beberapa fungsi bimbingan dan konseling bagi perkembangan
pribadi siswa sebagai mahluk sosial yang senantiasa brsosialisasi dengan
masyarakat baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Fungsi bimbingan dan konseling itu sendiri yaitu menempati bidang
pelayanan siswa dalam keseluruhan proses kegiatan pendidikan. Dalam
hubungan ini, bimbingan dan konseling berfungsi memberikan layanan pada
siswa agar dapat berkembang menjadi pribadi mandiri. Dan dalam
pelaksanaannya, bimbingan dan konseling memiliki berbagai fungsi.
Menurut Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan
mengemukakan bahwa Bimbingan dan Konseling dalam membantu individu
memiliki fungsi Pemahaman, Preventif (pencegahan), Pengembangan,
Perbaikan (penyembuhan), Penyaluran, Adaptasi, dan Penyesuaian.29
28
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling; Suatu Uraian Ringkas, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), cet. Ke-2, h. 12.
29
Wardati, M.Pd dan Mohammad Jauhar, S.Pd lebih lanjut menjelaskan
bimbingan dan konseling di sekolah memiliki beberapa fungsi antara lain:
a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya. b. Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor
untuk mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh konseli.
c. Fungsi penuntasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang mengahasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
d. Fungsi pengembangan atau pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan terpeliharanya dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
e. Fungsi kuratif, yakni membantu para peserta didik agar mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
f. Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah.
g. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. h. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,
kepala sekolah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan konseli.
i. Fungsi penyesuian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
j. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak.
k. Fungsi fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
l. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.30
30
Melalui fungsi-fungsi yang telah dijabarkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa fungsi bimbingan dan konseling adalah untuk membantu
siswa dalam menjalani proses perkembangan yang kadang kala muncul
permasalahan-permasalahan baru yang belum pernah dihadapi oleh siswa.
Tidak jarang siswa merasa kebingungan dan membutuhkan bantuan dari
orang yang lebih tahu cara penyelesaian masalah yang dihadapi tersebut. Jika
fungsi tersebut telah terlaksana dengan baik, maka siswa akan mampu
berkembang secara wajar dan mantap menuju aktualisasi diri secara optimal.
Sedangkan tujuan bimbingan dan konseling sebenarnya sudah dapat
dilihat dari pengertian bimbingan konseling itu sendiri, yaitu untuk
membantu siswa memahami dirinya sendiri sehingga sanggup mengarahkan
diri dan bertingkah laku yang wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Menurut Syahril dan Riska Ahmad, yang dikutip oleh Zikri Neni Iska,
ada lima hal yang akan dicapai dalam usaha bimbingan dan konseling di
sekolah, yaitu:
a. Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungan, hal ini dapat dilakukan dengan mengenal konsep diri dalam menghadapi permasalahan pribadi dan lingkungan, sehingga dapat terbentuk pribadi yang mampu mengenal kemampuan dirinya yang berupa kekuatan dan kelemahannya.
b. Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, artinya diharapkan peserta didik dapat menerima dirinya dalam keadaan apa adanya yang ada pada dirinya sendiri dengan ikhlas dan menjadi keadaan diri yang diterimanya itu sebagai diri yang dapat dikembangkan.
c. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri, artinya apabila seseorang telah dapat mengenali dirinya dan menerima keadaannya, maka ia mampu untuk mengambil sebuah keputusan yang efektif dan bertanggung jawab dalam menghadapi sesuatu atau sesuatu yang terjadi pada dirinya.
d. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri, artinya pribadi seseorang dapat mengarahkan dirinya sendiri sesuai dengan bakat dan minat setelah mampu mengenal dirinya sendiri dan mampu menerima keadaannya. e. Untuk dapat mewujudnkan diri sendiri, mewujudkan diri dapat juga
mewujudkan diri tersebut akan mampu untuk meraih prestasi dan bersikap terhadap lingkungannya.31
Sedangkan menurut H. Prayitno dan Erman Amti, yang dikutip oleh
Hamdani bahwa bimbingan dan konseling memiliki dua tujuan, yakni terdiri
atas tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah membantu siswa agar mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, minat, dan nilai-nilai, serta terpecahkannya masalah yang dihadapinya.
b. Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait pada arah perkembangan klien dan masalah-masalah yang dihadapi, baik menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.32
Dari beberapa tujuan bimbingan dan konseling yang dikemukakan di
atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan dan konseling pada
hakekatnya adalah untuk membantu individu agar dapat mencapai
perkembangan yang lebih optimal di dalam kehidupannya dan tidak salah
langkah dalam mengambil keputusan serta dalam proses perkembangan yang
sedang dialaminya.
3.
Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling
Kegiatan penyusunan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah
perlu dipersiapkan dengan baik. Persiapan penyusunan program bimbingan
dan penyuluhan di sekolah adalah merupakan seperangkat kegiatan yang
dilakukan melalui berbagai bentuk survei untuk mengidentifikasi tujuan,
kebutuhan, kemampuan sekolah serta persiapan sekolah untuk melaksanakan
program bimbingan.
31
Zikri Neni Iska, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: KIZI Brothers, 2011), cet. Ke-1, h. 20-22.
32
Dalam bimbingan dan konseling di sekolah terdapat beberapa jenis
program yang ada, yaitu:
a. Program tahunan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah dan
madrasah.
b. Program semesteran, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
c. Program bulanan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh
kegiatan satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
d. Program mingguan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
e. Program harian, yaitu program pelayanan konseling yang dilaksanakan
pada hari-hari tertentu dalam satu minggu, program harian merupakan
jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLA)
dan satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) konseling.33
4.
Teknik Bimbingan dan Konseling
Menurut I.Djumhur dan Moh.Surya dalam bukunya bimbingan dan
penyuluhan di sekolah mengatakan bahwa teknik bimbingan memerlukan
pendekatan-pendekatan yaitu pendekatan secara kelompok dan pendekatan
secara individu. Pendekatan secara kelompok disebut juga group guidance dan
pendekatan secra individu disebut individu counseling. 34
a.
Bimbingan Kelompok
Teknik ini dipergunakan dalam membantu siswa atau sekelompok
murid dalam memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan
kelompok. Masalah yang dihadapi mungkin bersifat kelompok, yaitu yang
dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual sebagai anggota
kelompok.
33
Wardati dan Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbuingan & Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011), cet. Ke-1, h. 107. 34
Beberapa bentuk bimbingan kelompok menurut I.Djumhur dan
Moh.Surya dalam bukunya bimbingan dan penyuluhan di sekolah:
1) Home Room Program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
2) Field Trip (Karya Wisata)
Karya wisata atau field trip berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau metode mengajar, selain itu juga berfungsi sebagai salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Dengan karya wisata murid mendapat kesempatan meninjau obyek-obyek yang menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari obyek itu. Disamping itu murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi, kerjasama, tanggung jawab, mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada.
3) Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akan mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama -sama. Setiap murid mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.
4) Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok dapat merupakan teknik yang baik dala m bimbingan karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih jika dilakukan dalam kelompok. Unt u k mengembangkan bakat-bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan dapat dilakukan melalui kegiatan kelompok. Dengan kegiatan ini setiap anak mendapat
kesempatan untuk menyumbangkan pikirannya juga dapat
mengembangkan rasa tanggung jawab. 5) Organisasi Murid
Organisasi murid baik dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah, dapat merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. melalui organisasi ini banyak masalah-masalah yang sifatnya individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dala m o rganisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenai berbagai aspek kehidupan social.
6) Sosiodrama
Dalam kesempatan ini individu akan menghayati secara langsung situasi masalah yang dihadapinya, dari pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya.
7) Psikodrama
psikis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindarkan. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya suatu ketegangan psikis yang dialami oleh individu. Kemudian murid-murid diminta untuk memainkan di muka kelas, bagi murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu dapat mengurangi ketegangannya.
8) Remedial Teaching
Remedial teaching atau pengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran yang diberikan kepada seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Remedial ini mungkin berbentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid. Cara ini merupakan salah satu teknik memberikan bimbingan yang dapat diberikan secara kelompok atau individual tergantung kesulitannya. Jika kesulit an itu dirasakan o leh suatu kelompok maka diberikan secara kelompok, sedangkan jika hanya dialami oleh seorang murid saja maka diberikan secara individuil. 35
b.
Bimbingan Individu
Konseling atau penyuluhan merupakan salah satu teknik pemberian
bantuan secara individual dan secara langsung berkomunikasi. Dalam teknik
ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubunganya yang bersifat face to
face relationship atau hubungan empat mat a yang dilaksanakan
dengan wawancara antara ko nselor dengan kasus Masalah yang
dipecahkan melalui teknik counseling ini ialah masalah-masalah yang sifatnya
pribadi.
Dalam konseling hendaknya counselor bersikap penuh simpati dan
empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang
sedang dirasakan oleh kasus (counselee). Dan empati artinya berusaha
menempatkan diri dalam situasi diri counselee dengan segala
masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini counselee akan memberikan
kepercayaan yang sepenuhnya kepada counselor. Dan ini sangat membantu
keberhasilan dalam counseling.
35
Pada umumnya menurut I. Djumhur dan Moh. Surya dikenal ada tiga
teknik khusus dalam konseling, yaitu :
1) Directive Counseling, yaitu teknik ko nseling dimana yang paling berperan ialah konselor, ko nselor berusaha mengarahkan konseli sesuai dengan masalahnya.
2) Con-directive Counseling, teknik ini kebalikannya dari teknik di atas, yaitu semuanya berpusat pada konseli. konselor hanya menampung pembicaraa, yang berperanan ialah konseli. konseli bebas bicara sedangkan konselor menampung dan. mengarahkan.
3) Elective Counseling, yaitu campuran dari kedua teknik diatas.
Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dalarn counseling ialah: a) Menentukan masalah.
b) Pengumpulan data. c) Analisa data.
d) Diagnosa atau menetapkan latar belakang masalah.
e) Prognosa atau menetapkan langkah bantuan yang akan diambil. f) Terapi yaitu pelaksanaan bantuan.
g) Dan evaluasi dan follow-up, yaitu untuk melihat hasil yang telah ditempuh.36
5.
Komponen (Struktur) Program Bimbingan dan Konseling
Struktur program bimbingan dan konseling dikategorikan dalam empat
komponen program, yaitu layanan dasar, layanan responsif, layanan