Hubungan Antara
Self Esteem
dengan Kemandirian
Narapidana Pengedar Narkoba Wanita di LP Wanita
Tangerang
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi
•••
111
_ _ _ _ _
⦅LLLMMセュイゥイゥセョN@. . __
MMMセセᄋMBBQ@ d .ri ,r1t ...
1 ... ,,,,,-,-,,
Oleh:
NOVITASARI
105070002343
セセGNGゥョ、オォ@
:ZqZゥIjᄋセャ{エZOャGヲjGBBBBBBG@
...
ZZャセNZQQ@...
kJasitika">i .
...
F AKUL T AS PSIKOLOGI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi
II 1111
111
MMMセセMMMMMセャAャセGイゥセョN@
. ___
MMMMセMᄋョBBQ@
d:n·l ·
Oleh:
NOVITA SARI
105070002343
r
'1. :r?,f
T ...
"Ul
... ,,,.,
Bセᄋ@
1n " :ᄋ。イョZᄋセ@
ti.:·:/llr ... "
d .. k ' .... k".'J... ... :::\; ... ::\ ... .
klasifika>-;i
...
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA
perpオウセ@ •, '\AAN UT,1\1\,ii'\ UIN SYAH1D JAKARTA
Hubungan Antara
Self Esteem
Dengan Kemandirian
Narapidana Pengedar Narkoba Wanita di LP Wanita
Tangerang
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
NOVITA SARI
105070002343
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi NIP. 150 300 679
セ@
S. Evangeline I Suaidy, M.Si, Psi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
WANITA TANGERANG telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7
Desember
2009.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta,
10
Desember2009
Sidang Munaqasyah,
Dekan/
Ketua Merangkap Anggota,
OGセ@
Jahia Umar, Ph.D
NIP. 130 885 522
Dia utiah, M. Si. Dra
Anggota
NIP. 19671029 199603 2 001
Pembimbing I
Neneng Taf.k.i.l.51.
Psi
NIP.
150 300 679
Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota,
ッセエセオNウ[@
NIP.19561223 198303 2 001
Penguji II
Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi
NIP.
150 300 679
;Jfjp;Predatin,y your8elj'i$ one you neecC tfi'e mo$t to $et
ancC acliieve ,yoa/$ in your
life
(C) Novita Sari
(D) Hubungan Antara
Self Esteem
dengan Kemandirian pada
Narapidana Pengedar Narkoba Wanita di LP Wanita
Tangerang
(E) 96 halaman + xi lampiran
(F) Dalam peredaran narkoba, keterlibatan para wanita di dalamnya sangat besar. Sindikat narkoba memanfaatkan wanita untuk memperluas pemasaran dalam bisnis ini.Kebanyakan wanita tidak bisa menolak untuk tidak terlibat dalam pengedaran narkoba yang ditawarkan oleh para sindikat. Hal ini terlihat bahwa tingkat kemandirian para wanita kurir narkoba ini sangat rendah. Segala sesuatu yang akan dijalaninya sangat didominasi oleh campur tangan dan keputusan para sindikat. Ketidakmandirian pada para kurir wanita narkoba ini sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis dari wanita itu sendiri. Bagaimana ia menilai dirinya dan menghargai segala potensi yang dimiliki tanpa harus
bergantung dengan sindikat. Faktor psikologis yang berkaitan dengan ini yaitu self esteem. Menu rut Branden ( 1994 dalam Damayanti 2006), menjelaskan bahwa self esteem yang positif atau sehat berkorelasi dengan kemandirian.
Selanjutnya, penelitian melakukan penelitan ini dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara self esteem dengan tingkat kemandirian pada narapidana pengedar narkoba wanita di LP Wanita Tangerang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional deskriptif. Sedangkan tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dengan karakteristik yaitu telah divonis dengan kasus pengedaran narkoba dan telah memasuki usia dewasa awal yang menurut Hurlock adalah berada pada usia 20-40 tahun
dengan jumlah sampel sebanyak 62 orang dan menggunakan dua buah instrument penelitian, yaitu self esteem scale dari Morris Rosenberg yang telah peneliti modifikasi dan skala kemandirian. Uji validitas digunakan dengan rumus product moment dari Pearson dan untuk perhitungan komputer dengan menggunakan program SPSS versi 13.0
Dari hasil penelitian diperoleh skor reliabilitas pada skala self esteem self esteem yaitu 0.802 sedangkan pada skala kemandirian diperoleh skor 0.786. Semenetara itu, pada pengujian validitas, aitem-aitem yang mencapai skor <0.3 maka dianggap sebagai aitem yang valid.
Untuk menguji hipotesis peneliti menggunakan tehnik statistik korelasi Spearman's rho. Dan hasil penelitian terhadap hipotesis ini
menunjukkan bahwa r hitung sebesar 0.190 sementara r tabel yaitu 0.254, jadi r hitung < r tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima.
(G)
Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara self esteem dengan kemandirian pada narapidana pengedar narkoba wanita di LP Wanita Tangerang. Saran yang diajukan yaitu diharapkan agar dilakukan kembali penelitian yang lebih spesifik dan mendalam mengenai kemandirian ini namun dikorelasikan dengan variabel-variabel lain, seperti social support, pola asuh orang tua, kebudayaan, intelegensi, yang mungkin akanberpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian pada narapidana pengedar narkoba wanita. Dan keterbatasan dari penelitian ini yaitu skala ukur kemandirian yang digunakan kurang mengukur aspek-aspek dasar kemandirian, seperti kemandirian fisiologis, dan lain-lain.
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini guna memenuhi persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak dukungan dan sumbangsih dari berbagai pihak, yaitu:
1. Pak Jahja Umar, sebagai Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah sangat berjasa dan membantu penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
2. Bu Neneng Tati Sumiati dan Bu S. Evangeline I Suaidy sebagai pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada penulis. Dan Bu Suryati sebagai Kepala Pembinaan Napi di Lapas Klas llA Wanita Tangerang yang telah membantu penulis dalam proses pengumpulan data.
3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.
5. Adik-adik tersayang, yaitu dek lki, dek Uswa dan dek lin, yang telah memberikan spirit dengan canda dan tawanya.
6. Seluruh anak kelas C angkatan 2005, yang telah bersedia berbagi suka dan duka bersama-sama, baik selama perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi.
7. Teman-teman senasib dan seperjuangan, yaitu alfi, ela, sri, hida, pira, dkk, yang telah menjadi pelipur Iara selama di perantauan bagi penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.
8. Anak-anak Si6NaL, yaitu alim, icap, nora, tadha, moel, eek hus , badri S, yasin, dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan motivasi, ide-ide cemerlang dan masukan untuk perubahan yang lebih baik kepada penulis.
9. Segenap anggota dan pengurus IMAPA (ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh) Jakarta, khususnya IMAPA Cab, Ciputat yang telah mengajari penulis tentang banyak hal selama perkuliahan di UIN Syarif Hldayatullah Jakarta.
Semoga Allah SWT membalas jasa-jasa mereka dengan pahala dan kebaikan yang berlipat. Amin.
Harapan penulis agar skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pihak yang ingin mengembangkan keilmuannya. Dan penulis juga menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi, Karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak demi
perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 1 Desember 2009
ABSTRAK... I
KATA PENGANTAR ... ··· iii
DAFT AR ISi. ... ··· ··· ··· ·· v
DAFT AR T ABEL... . . . ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFT AR LAMPIRAN... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... xi
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... .. . . 1
1.2 ldentifikasi Masalah... .. . . .. . . 7
1.3 Pembatasan Masalah... 7
1.4 Rumusan Masalah... 8
1.5 Tujuan Penelitian. .. . . 8
1.6 Manfaat Penelitian... ... .. . . .. .. . . .. .. . ... ... . .. ... ... . .. ... ... .. . ... .. 8
1. 7 Sistematika Penulisan.... .. . . .. . . .. . .. .. . . .. .. . . .. IO Bab II Kajian Teori 2.1 Kemandirian... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 12
2.1.1 Definisi . . . .. 11
2.1.3 Ciri-ciri Kemandirian... .. . ... . .. ... . .. . . . ... ... .. . . .. ... .. . ... ... 18
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian... .. 20
2.2 Self Esteem ... ··· 22
2.2.1 Definisi... 22
2.2.2 Karakter Self Esteem . . . ... . . .. . . . 25
2.3 Self Esteem dan Kemandirian dalam Perspektif Islam... 28
2.3.1 Self Esteem... 28
2.3.2 Kemandirian... ... ... 32
2.4 Dewasa Awai... 34
2.4.1 Definisi Dewasa Awai... 34
2.4.2 Karakteristik Tahap Perkembangan Dewasa Awai... 35
2.4.3 Tugas-tugas Perkembangan... ... ... 37
2.5 Masuknya Perempuan dalam Bisnis Narkoba ... 41
2.6 Kerangka Berpikir dan Hipotesis... .. . . .. . . . ... .. .. . . .. .. . . 42
2.6.1 Kerangka Berpikir. .. . . .. . . .. .. . . .. 42
2.6.2 Hipotesis... .. . . .. . . .. . . 48
Bab Ill Metodologi Penelitian 3.1 Jenis Metode Penelitian... .. . . ... . . ... . . . 49
3.2 Definisi Konsep & Opresional Konsep... 49
3.2.1 Definisi Konsep... .. . . . 49
3.2.2 Operasional Konsep... .. . . ... . .. . . .. . . .. . .. . .. .. . . .. .. . . .. 50
3.5 Tehnik Pengumpulan Data... 53
3.6 lnstrumen Penelitian... ... .. . . .. ... . .. ... .. . ... . .. ... ... ... . . . ... .. . ... . 54
3.7 Tehnik Uji lnstrumen Penelitian... ... ... .. 58
3.8 Prosedur Penelitian... .. . ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... ... ... ... 61
3.9 Tehnik Analisis Data... 62
Bab IV Presentasi & Analisa Data 4.1 Gambaran Umum Subjek... .. . . . .. . . . 65
4.4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia... 65
4.4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir.. 66
4.4.3. Gambaran Subjek Berdasarkan Asal Perolehan Narkoba ... 67
4.2Analisis Data... 68
4.2.1 Try Out... 68
4.2.1.1 Uji Validitas... .. . .. . . .. . . ... 68
4.2.1.2 Uji Reliabilitas... .. . . .. . . .. . . .. . . 70
4.3 Uji Prasyarat... ... 71
4.3.1 Uji Normalitas... .. 71
4.3.1.1 Skala Self Esteem... 72
4.4 Distribusi Penyebaran Skor... .... 77
4.4. 1 Skala Self Esteem ... ··· 77
4.4.2 Skala Kemandirian ... · · ·· 80
4.5 Uji Hipotesis ... · · · ·· 84
Bab V Kesimpulan, Saran Dan Diskusi 5.1 Kesimpulan ... · · ·. 87
5.2 Diskusi.. ... · ... · · · · 87
5.3 Saran ... ··. 95
Tabel 3.6 Blue Print Skala Kemandirian
Tabel 4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Tabel 4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenjang Pendidikan Terakhir
Tabel 4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Asal Perolehan Narkoba
Tabel 4.2.1.1 Hasil Try Out Skala Kemandirian pada Narapidana
Pengedar Narkoba Wanita
Tabel 4.3.1.1 Uji Normalitas Skala Self Esteen
Tabel 4.3.1.2 Uji Normalitas Skala Kemandirian
Tabel 4.4.1 Distribusi Penyebaran Skor Self Esteem
Tabel 4.4.1 lnterpretasi Skor Self Esteem
Tabel 4.4.2 Distribusi Penyebaran Skor Kemandirian
Tabel 4.4.2 lnterpretasi Skor Kemandirian
Tabel 4.4.2 Skor Self Esteem dan Kemandirian
Gambar 4.3.1.1 Gambar 4.3.1.2 Gambar 4.4.1 Gambar 4.4.2
DAFTAR GAMBAR
Normal Q.Q Plot of Self Esteem
Normal Q.Q Plot Skala Kemandirian Histogram Penyebaran Skor Self Esteem
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12
Permohonan lzin Penelitian Angket Try Out
Data Try Out Skala Self Esteem
Data Try Out Skala Kemandirian
Output SPSS Skala Self Esteem Output SPSS Skala Kemandirian
Blue Print Skala Kemandirian
Blue Print Skala Se;f Esteem
Angket Field Study
Data Field Study Skala Self Esteem
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peredaran narkoba secara tidak bertanggung jawab sudah semakin meluas di kalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin mengkhawatirkan. Sebagaimana yang kita ketahui, yang banyak menggunakan narkotika dan psikotropika adalah kalangan generasi muda yang merupakan harapan dan tumpuan bangsa di masa yang akan datang.
I
Saat ini perdagangan narkoba impor dan buatan lokal di masyarakat semakin merajalela. Transaksi sabu, putau, ekstasi, dan ganja berlangsung bebas di lokasi hunian, perkantoran, dan tempat hiburan malam. Sirkulasi kian luas dengan memanfaatkan kurir perempuan (Seputar Media, 2009).
Dalam melakukan peredaran narkoba, keterlibatan para wanita di dalamnya sangat besar. Para sindikat narkoba memanfaatkan wanita untuk
memperluas pemasaran dalam bisnis ini. Karena secara natural, perempuan relatif tidak mudah dicurigai polisi, cenderung patuh, dan mudah dikendalikan. Karena itu, sindikat pengedar narkoba internasional merekrut wanita
narkoba sekaligus untuk menghilangkan jejak para sindikat narkoba tersebut agar tidak bisa dilacak oleh polisi. Karena itu, Mill (dalam Sulistiani, dkk, 1999) menyimpulkan apa yang disebut sebagai kodrat wanita adalah hasil buatan dari kombinasi tekanan dan paksaan dari satu pihak, dan rangsangan yang tidak wajar dan menyesatkan di pihak lain.
Dalam mata rantai bisnis narkotika wanita telah menjadi korban maupun pelaku. Perempuan disebut sebagai korban karena perempuan telah direkrut di bawah tipu daya seperti dijadikan pacar, diajak hidup bersama sampai dengan dinikahi oleh laki-laki pengedar narkotika atau pemilik bisnis narkotika. Perempuan kemudian juga menjadi pelaku pengedar narkotika (tanpa kesadaran akan resikonya) saat ia dijadikan kurir oleh suaminya, atau dipaksa oleh suaminya untuk menjual narkotika. Ketika ia ditangkap maka dalalTJ hukum yang berlaku, perempuan tersebut dikategorikan sebagai
pembawa dan penjual narkotika, suatu contoh bagaimana hubungan personal dan ikatan kasih-cinta telah menggambarkan eksploitasi perempuan oleh laki-laki (lrianto, S., dkk., 2007).
perernpuan yang terlibat dalarn penyalahgunaan narkoba selarna ernpat tahun terakhir di 33 Provinsi di Indonesia rneningkat 100%. Pada tahun 2004 jurnlah pengedar dan pernakai narkoba sebanyak 1.060 orang, narnun
sarnpai Juni 2007 rneningkat tajarn rnencapai 10.270 perernpuan. Selarna tahun 2008, sudah 811 perernpuan yang tersangkut kasus narkoba
(Hariansib, 2008).
3
Dalarn Kornpas (3/12/2008) rnenyatakan bahwa Sadan Narkotika Nasional (BNN) dan Direktorat IV Narkotika Bareskrirn Mabes Polri selarna tahun 2008 telah berhasil rnengungkap jaringan narkoba internasional, dan menangkap 32 kurir wanita pembawa narkoba.
Segala kegiatan kurir narkoba wanita dikontrol dan dikendalikan oleh para sindikat guna menunjang profesinya. Menurut Direktur Pernasaran BPD Daerah lstirnewa Yogyakarta (DIY) Sulcha Prihasti, SE, MM, (dalam Gemari, Edisi 92frahun IX/September 2008) perempuan Indonesia sejak dulu hingga kini masih dianggap sebagai konco wingking. Hanya saja pengertian konco wingking saat ini telah berubah bukan hanya sebagai pendamping suami, tapi dianggap sebagai mitra dan rnampu mem-back up para suami.
yang akan dijalaninya sangat didominasi oleh campur tangan dan keputusan para sindikat.
Pada perkembangan psikologis dewasa awal, terdapat
perubahan-perubahan ketertarikannya terhadap personal, sosial, dan rekreasi (Hurlock, 1980). Para sindikat narkoba memanfaatkan keadaan ini dengan menjadikan mereka sebagai pacar atau istrinya. Selain itu, para wanita juga dijanjikan akan diajak jalan-jalan ke luar negeri dan dipenuhi segala kebutuhem hidupnya.
Craig (1992) menyebutkan bahwa kemandirian itu juga mencakup kapasitas seseorang dalam mengambil keputusannya sendiri dan mengatur tingkah lakunya sendiri. Demikian pula, Judith Bardwick (dalam Dawling, 1992) mengungkapkan bahwa kemandirian muncul dari proses pembelajaran, yaitu mampu mencapai atau melakukan sesuatu sendiri, dapat mengandalkan kemampuan sendiri dan dapat mempercayai diri sendiri.
rendah) dan sumber-sumber alternatif untuk mendapatkan reward jarang (yaitu, kita tidak bisa mendapatkan keuntungan dari orang lain maupun dari dari kita sendiri).
5
Faktanya adalah ketidakmandirian pada para kurir narkoba wanita ini sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis dari wanita itu sendiri. Bagaimana ia menilai dirinya dan menghargai segala potensi yang dimiliki tanpa harus bergantung dengan para sindikat, baik secara emosional, tingkah laku, nilai dan financial, dimana ia yakin akan mampu mengatur kehidupannya sendiri dengan lebih baik. Aspek psikologis yang sangat berkaitan dengan perilaku ini yaitu self esteem. Self Esteem (dalam Branden, N., 1969) adalah kunci yang sangat signifikan untuk mengetahui perilaku seseorang. Untuk
memahami individu secara psikologis, harus memahami sifat dan derajat self esteem.
ldentifikasi peran feminin memiliki kelemahan dalam tingkat self esteem.
Wanita yang memiliki feminitas yang tinggi cenderung memiliki self esteem
yang lebih rendah dibanding individu yang maskulin atau androgini (Lau, 1989 dalam Baron, R.A & Byrne, D, 2004).
Hal ini mengindikasikan bahwa para kurir wanita narkoba memiliki self esteem yang rendah sementara sindikat yang selalu mengontrol dan
dapat dengan mudah mengikuti petunjuk dan perintah dari para sindikat mengenai kegiatan peredaran narkoba karena mereka tidak mampu mempertahankan diri dan merasa tak berdaya di hadapan para sindikat.
Salah satu alasan tingginya self esteem pada pria dibandingkan wanita adalah karena dalam kebudayaan, harga diri erat kaitannya dengan ragam sifat yang secara tradisional diberi label maskulin seperti kemandirian, ketegasan, dan kecakapan (Sears, D.O, dkk., 1994).
Beberapa studi tentang kepribadian dengan sampel pada mahasiswa dan siswa SMA dan orang dewasa menunjukkan sebuah pola kecil namun perbedaaan gender sangat signifikan mengenai self esteem, anxiety, dan assertiveness. Pada pria skor tertinggi yaitu self esteem dan asertif , sementara pada wanita skor yang paling tinggi yaitu anxiety (Lips, H.M., 2003). Dalam suivey AAUW (American Association of University Women)
menunjukkan perbedaaan gender dalam berbagai grup etnik dan ras. Pada wanita di semua grup tersebut meunjukkan self esteem yang lebih rendah daripada pria. (Lips, H.M., 2003).
hubungan antara self esteem dengan kemandirian pada narapidana kurir narkoba di LP Wanita Tangerang.
1.2 ldentifikasi Masalah
Agar penelitian ini terfokus pada apa yang akan diteliti selanjutnya, maka peneliti memiliki beberapa pertanyaan terkait dengan masalah-masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
a. Apakah ada hubungan yang positif antara self esteem dengan kemandirian narapidana pengedar narkoba wanita ?.
b. Aspek kemandirian yang mana yang paling dipengaruhi oleh self esteem?.
c. Seberapa besar sumbangan self esteem dalam mempengaruhi kemandirian narapidana kurir narkoba wanita melakukan pengedaran narkoba?.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Self Esteem adalah sikap individual, baik yang positif maupun yang negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas.
c. Untuk mengetahui aspek kemandirian yang paling dipengaruhi oleh
self esteem pada kurir narkoba wanita.
d. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti sehubungan dengan korelasional antara self esteem dengan kemandirian pada kurir narkoba wanita.
Manfaat Praktis
a. Melakukan pembinaan yang sesuai di lembaga pemasyarakatan, khususnya pembinaan kemandirian, seperti memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan agar setelah keluar dari lapas para
narapidana bisa membuka usaha sehingga mereka tidak lagi terjebak dalam bisnis narkoba.
b. Melakukan serangkaian pembinaan kepribadian narapidana dalam rangka untuk meningkatkan self esteem para narapidana wanita, seperti pemberian penyuluhan kepribadian, dan lain-lain.
1. 7 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, sistematika penulisannya terdirl dari lima bab, bab pertama yaitu pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Sementara pada bab kedua membahas mengenai kajian teorl, yang terdiri dari definisi kemandirian, bentuk-bentuk kemandirian, ciri-ciri kemandirian, faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian kemandirian, definisi self esteem,
karakteristik self esteem, self esteem dan kemandirian dalam perspektif Islam, definisi dewasa awal, karakteristika tahap perkembangan dewasa awal, tugas-tugas perkmebangan, masuknya perempuan dalam bisnis narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis.
Dalam bab ketiga, membahas mengenai metodologi penelitian, yang terdiri dari jenis penelitian, definisi konsep dan operasional konsep, populasi dan sampel penelitian, tehnik sampling, tehnik pengumpulan data, instrumen penelitian dan tehnik uji instrumen penelitian, prosedur penelitian dan tehnik analisis data. Selanjutnya, pada bab keempat yaitu presentasi dan analisis data yang diperoleh, yang terdiri dari gambaran umum subjek berdasarkan usia, pendidikan terkahir, dan asal perolehan narkoba, analisis data try out
12
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 KEMANDIRIAN
2.1.1 Definisi
Menurut Martin dan Stendler (dalam Satya, Y., 2009), Kemandirian
ditunjukkan dengan kemampuan seseorang untuk berdiri di atas kaki sendiri, mengurus diri sendiri dalam semua aspek kehidupannya, ditandai dengan adanya inisiatif, kepercayaan diri dan kemampuan mempertahankan diri dan hak miliknya.
Kemandirian merupakan suatu kemampuan psikologis yang harus sudah dimiliki secara sempurna oleh individu pada masa remaja akhir dan sudah relatif menetap pada masa masa dewasa awal sehingga individu pada masa dewasa awal sudah dapat dikatakan mandiri. Hal ini seperti yang dikatakan oleh A.E Sinolungan (dalam PerfSpot, 2009), bahwa masa dewasa sudah ditandai dengan kemandirian dan kemampuan produktif.
kernandirian, seseorang rnarnpu rnernanfaatkan seoptirnal rnungkin potensi dalarn dirinya dan rnarnpu berdiri di atas kaki sendiri, rnernbuat pilihan dan rnengarnbil keputusan sendiri.
Dalarn bahasa lnggris, kernandirian dapat diartikan dengan autonomy,
indepedency, dan self reliance. Autonomy adalah suatu kernarnpuan individu untuk rnenentukan dan rnengatur dirinya sendiri. Independence rnerupakan suatu sikap yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri (Chaplin, 2004).
Erikson rnenyatakan kernandirian adalah usaha untuk rnelepaskan diri dari orang tua dengan rnaksud untuk rnenernukan dirinya dengan proses rnencari identitas ego yaitu rnerupakan perkernbangan kearah individualitas yang rnantap dan berdiri sendiri .Kernandirian biasanya ditandai dengan kernarnpuan rnenentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, bertanggung jawab, rnarnpu rnenahan diri, rnernbuat keputusan-keputusan sendiri dan rnarnpu rnengatasi masalah tanpa ada pengaruh orang lain (Monks, dkk.1989).
14
2.1.2 Bentuk-bentuk Kemandirian
Menurut Steinberg (1993) menyebutkan tiga bentuk kemandirian, yaitu:
a. Kemandirian emosional, yang mana perkembangannya lebih tergantung pada keadaan orang tua daripada individu itu sendiri. lndividu dewasa muda yang mandiri akan memiliki perasaan
individuasi yang baik dan tidak bergantung lagi kepada orang tuanya serta mampu melepaskan ketergantungan dan membentuk hubungan yang lebih dewasa, lebih bertanggung jawab, dan tidak bergantung
(less dependent) (Steinberg, 1993). Kemandirian emosional ini dapat diukur dengan empat aspek, yaitu:
melakukan de-idealisasi terhadap orang tua, yaitu individu tidak lagi melihat orang tua sebagai seseorang yang mengetahui segalanya dan memiliki kekuasaan atasa segalanya. Orang tua terkadang bisa saja membuat kesalahan.
- Nondependency, yaitu individu mampu bertindak berdasarkan dirinya sendiri. Saat individu tersebut berbuat kesalahan, ia pun mampu mengatasinya sendiri dan tidak harus meminta bantuan kepada orang tuanya.
Perasaan individuated dalam hubungannya dengan orang tua, yaitu dengan perasaan individuated, seseorang mengijinkan dirinya melepaskan diri dari ikatan dengan orang tua dan tidak
menceritakan segala pikiran dan perasaanya kepada orang tua. la mulai membiarkan terdapat hal-hal tertentu yang tidak diketahui oleh orang tua. la menjadi mampu membedakan dirinya dari orang tua, mengubah ikatan orang tua - anak yang sebelumnya, dan mampu mengembangkan rasa tanggung jawab (Blos dalam Steinberg, 1993).
17
membiarkan dirinya dikontrol dan dipengaruhi di bawah kendali individu lainnya. Segala bentuk ide, saran dan pendapat dari orang sekelilingnya akan dijadikan bahan pertimbangan bagi dirinya untuk bertindak. Namun, ia dapat mencapai kesimpulan berdasarkan keputusannya sendiri.
- Perasaan self-reliance.
Perasaan self reliance berfokus pada penilaian subjektif seseorang mengenai tingkat kemandirian yang dimilikinya (Steinberg, 1993).
c. Kemandirian dalam tata nilai, yaitu memiliki serangkaian prinsip mengenai apa yang baik dan buruk, serta apa yang penting dan tidak penting. Kemandirian ini pada masa dewasa muda didukung oleh kemampuan menalar dan pemikiran hipotesis yang sudah lebih baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Menurut Steinberg (1993), kemandirian nilai ini memiliki tiga aspek, yaitu:
Kemampuan berpikir abstrak.
Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pada masa
masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi lebih sistematika ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa (Desmita, 2005).
Lebih mendasarkan keyakinannya pada prinsip-prinsip umum yang memiliki dasar ideologis (prinsip moral).
- Menggunakan nilai-nilai individu sendiri dalam keyakinannya, bukan system nilai yang diturunkan oleh orang tua atau figure otoritas lainnya.
2.1.3 Ciri-ciri Kemandirian
Dalam Steinberg & Lerner (2009), dijelaskan bahwa kemandirian
mengandung dua makna konstruk yang memiliki karakteristik yang saling berkaitan, yaitu:
1. Konstruk yang bersifat intraindividual dimana menekankan pada
perkembangan intrapsikis individu. lndividu melihat dirinya sebagai sosok yang terpisah dengan orang tuanya dan melakukan de-idealisasi, yaitu individu mulai melihat sosok orang tua yang tidak all-knowing dan al/-powerful. Namun, bagaimana pun juga, proses intrapsikis ini
mempengaruhi konteks hubungan interpersonal individu.
perkembangan kemandirian difasilitasi oleh pola asuh orang tua dan keadaan lingkungannya.
19
Namun, kemandirian yang sehat akan dicapai oleh individu jika individu telah terjamin dapat menciptakan perspektif yang seimbang antara dirinya dan hubungannya dengan lingkungan.
Menurut Masrun (dalam Faturochman, 1989), terdapat beberapa komponen utama kemandirian, yaitu:
1. Bebas, yang ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas
kehendak yang sendiri, bukan karena orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain.
2. Progresif dan ulet, yang ditunjukkan dengan adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta
mewujudkan harapan-harapannya.
3. lnisiatif, mencakup kemampuan untuk berfikir dan bertindak seara orisinal, kreatif dan penuh inovatif.
4. Pengendalian dari dalam (internal locus of control), ditandai dengan adanya perasaan mampu untuk mengatasi masalah yang dihadapi, kemampuan mengendalikan tindakannya serta kemampuan
5. Kemantapan diri, yang mencakup aspek rasa percaya terhadap
kemampuan diri sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
2.1.4 Faktor -faktor yang mempengaruhi Kemandirian
Menurut Steinberg dan Lerner (2009), kesenangan yang tidak diperoleh oleh individu dan hubungan yang tidak produktif dengan orang tua dapat
menghambat perkembangan kemandirian pada individu tersebut. Sementara menurut Gembeck (2001), hal-hal yang dapat merusak perkembangan kemandirian yaitu perilaku orang tua yang intrusif atau orang tua yang terlalu mencampuri urusan anaknya, kurangnya dukungan menjadi individu yang mandiri, paksaaan, dan kontrol psikologis.
Kontrol perilaku dan psikologi dapat menjadi dua aspek pola asuh orang tua yang sangat penting bagi perkembangan kemandirian. Kontrol perilaku (atau biasa disebut dengan monitoring atau regulation) termasuk perilaku orang tua yang menjaga aktivitas dan ketertarikan anaknya dan bisa diajak negosiasi. Sedangkan control psikologis (atau biasa disebut dengan
mengungkapkan pendapat dan memutuskan suatu perkara (Gembeck, Z., 2001).
Menurut Tussy (2008) menyebutkan bahwa kemandirian terbentuk melalui proses yang panjang disebut juga sebagai proses sosialisasi baik dalam lingkungan keluarga maupun di luar keluarga, mulai sejak kanak-kanak sampai dewasa. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih mandiri dari pada perempuan.
Menurut Faturochman (1989), tingkat kemandirian seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal. Secara garis besar bisa dikemukakan bahwa faktor yang berpengaruh bersumber pada faktor individu yang bersangkutan, lingkungan, dan factor situasional. Ada beberapa fac
ktor objektif yang jelas terlihat antara pria dan wanita, misalnya, dalam segi fisik. Namun hal ini tidak berarti bahwa perbedaan ini akan berlangsung membawa perbedaan dalam tingkat kemandirian. Sementara menurut faktor subjektif, baik dari pengamat maupun dari individu yang bersangkutan, nampaknya lebih banyak mempengaruhi persepsi sosial. Anggapan-anggapan bahwa wanita harus berbeda dengan pria menyebabkan
2.2 Self Esteem
2.2.1 Definisi
Menu rut Morris Rosenberg (dalam Flynn, 2001) definisi self esteem adalah sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas.
Mruk (2006) menjelaskan bahwa Rosenberg telah memperkenalkan cara lain dalam mendefinisikan self esteem yaitu sebagai suatu rangkaian sikap individu tentang apa yang dipikirkan mengenai dirinya berdasarkan persepsi perasaan, yaitu suatu perasaan tentang "keberhargaan" dirinya atau sebuah nilai sebagai seseorang.
Maslow (dalam Feist, J. & Feist, G.J., 2008) menyebutkan self esteem adalah perasaan seseorang terhadap keberhargaan dan keyakinan dirinya. Harga diri ini lebih didasarkan pada kompetensi nyata dan bukan sekedar opini dari orang lain.
24
memiliki self esteem yang tinggi berpikir bahwa mereka memiliki banyak kualitas positif di dalam dirinya daripada individu yang memiliki self
esteem yang rendah.
3. Merasa Diri Berharga
Self esteem pada dasarnya yaitu merasa diri berharga dengan memiliki kemampuan-kemampuan dan yakin akan potensi dirinya sehingga yang dirasakan adalah rasa kebahagiaan dan percaya diri.
Selain itu, istilah self esteem juga mengarah pada kondisi emosional yang bersifat sementara, khususnya muncul dari ssesuatu yang dapat
mengakibatkan keadaan yang positif maupun yang negatif. Seperti dari pembicaraanya mengenai suatu pengalaman, yang dapat menunjang ataupun bahkan dapat mengancam tingkat self esteem dari individu tersebut.
Menurut Coopersmith (dalam Branden, N., 1992) self esteem adalah penilaian pribadi terhadap keberhargaan dirinya yang diekspresikan dalam sikap yang berpegang teguh pada prinsip pribadi. Self esteem
2.2.2 Karakteristik Self
Esteem
Menurut Jerry Minchinton (1995), self esteem memiliki tiga aspek, yaitu:
1. Aspek pertama: perasaan individu terhadap dirinya.
Dengan self esteem yang tinggi, individu dapat menerima dirinya dengan tanpa syarat sebagai dirinya sendiri; menghargai nilainya sebagai
manusia. Sementara individu yang memiliki self esteem yang rendah mempercayai bahwa dirinya tidak begitu berharga. lndividu meyakin nilai pribadinya terletak pada prestasi yang dimilikinya.
2. Aspek kedua: perasaan individu tentang kehidupan.
Ketika individu yang memiliki self esteem , ia dapat memikul tanggung jawab dan memiliki kontrol diri dalam kehidupan. Namun ketika individu dengan self esteem yang rendah, kehidupan dan segala perilaku yang dilakukan tidak terkontrol dengan baik.
3. Aspek ketiga: perasaan individu tentang hubungannya dengan orang lain.
Dengan self esteem yang tinggi, individu memiliki toleransi dan
26
Menurut Coopersmith (1967) self esteem memiliki beberapa tingkatan, yaitu:
1. Tingkatan tinggi, yang memiliki ciri-ciri mandiri, kreatif, yakin atas gagasan-gagasan dan pendapatnya, mempunyai kepribadian stabil, tingkat kecemasan yang rendah, dan lebih berorientasi pada
keberhasilan.
2. Tingkatan sedang, mempunyai penilaian tentang kemampuan, harapan-harapan dan kebermaknaan dirinya bersifat positif, sekalipun lebih moderat. Mereka memandang dirinya lebih baik daripada kebanyakan orang, tetapi tidak sebaik penilaian individu dengan harga diri tinggi. 3. Tingkatan rendah, pada umunya kurang percaya pada dirinya sendiri dan
enggan untuk menyatakan diri dalam suatu kelompok, terutama bila mereka mempunyai gagasan-gagasan baru dan kreatif. Mereka kurang berhasil dalam hubungan antar pribadi dan kurang aktif dalam masalah-masalah sosial.
Teori self esteem oleh Rosenberg bersandarkan pada dua faktor (dalam Flynn, 2001), yaitu:
1. Gambaran Penilaian
maka kita menjadi sadar bahwa kita adalah objek perhatian, persepsi dan evaluasi orang lain.
2. Perbandingan Sosial
Perbandingan sosial ini menekankan bahwa self esteem adalah "salah satu bagian suatu konsekuensi hasil perbandingan mereka sendiri dengan orang lain dan perolehan evaluasi diri, baik yang positif maupun yang negatif'.
Berikut adalah pandangan Morris Rosenberg terhadap dimensi self esteem
(dalam Mruk, 2006):
1. Rosenberg memulai dengan menunjukkan bahwa pemahaman self esteem sebagai fenomena suatu sikap diciptakan dengan kekuatan sosial dan kebudayaan.
2. Study mengenai self esteem ini dihadapkan pada masalah-masalah tersendiri. Salah satunya yaitu refleksitas self, yang mengandung arti bahwa evaluasi diri lebih kompleks daripada evaluasi objek-objek eksternal lain karena self terlibat dalam mengevaluasi self itu sendiri. 3. Self Esteem ini merupakan sikap yang menyangkut keberhargaan
28
イ[[[セst@
fG\aaセセ[Mゥ@
I .
UIN SYAH10 .JAKARTA_J
2.3
Self Esteem
dan Kemandirian dalam Perspektif Islam
2.3.1
Self
EsteemMenurut al-Ghazali (2004), harga diri sebenarnnya sebuah hak dan
sekaligus juga sebagai sebuah kewajiban. Termasuk harga diri adalah
seorang mukmin tidak selalu meluluskan keinginan orang yang tamak. Orang
yang merendahkan dirinya sendiri, menyebabkan agama serta harga dirinya menjadi merosot hanya disebabkan oleh salah satu dari dua perkara: rezekinya sedang dicoba oleh Allah SWT atau kesehatannya sedang diuji olehNya.
Rasulullah SAW bersabda:
"cari/ah kebutuhan ka/ian dengan tetap meme/ihara harga dirimu! Karena
sesungguhnya sega/a sesuatu akan betjalan sesuai dengan takdir Allah".
Islam mengajarkan bahwa harga diri (self esteem) itu merupakan suatu hal
yang paling utama, dan yang paling baik. Harga diri merupakan hal terpenting
dalam memperoleh kebajikan, dalam menyingkirkan kejahatan, dalam
kainginan buruk dan perbuatan-perbuatan keji dalam menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak benar (bohong), serta akhlak yang rendah. Sebagai
manifestasi harga diri seseorang, dapat dilihat pada kerelaan
memperjuangkan kebenaran, dan memberantas kezaliman, marah apabila dihina dan melawannya dengan jalan yang wajar dan rasionil (Yusuf, H.S.,
1991).
30
J-jl
JY:Jbll
セi@
.h · "'J.ylj
1 ..
,L4.:?o
y..ll
A.lli
o
y..ll
セNN^ZA@
t)ls:
l.JA
JA
cili.l)
faJ
セNャF@
ケャセ@
セ@
wl.4uJI t)J_fi..y
PLAセij@
A..or-9.J:!
セi@
.JY.-:
"Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah /ah kemuliaan
itu semuanya. KepadaNya /ah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal
yang sa/eh dinaikkanNya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan
bagi mereka adzab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur". (Q.
S. Faathir: 10)
Menurut Yusuf (1991), keberanian merupakan tameng "harga diri" yang mulia yang menjaga setiap penghinaan yang dilontarkan kepada seseorang.
Rasulullah SAW melihat seseorang yang menerima dan rela direndahkan begitu saja oleh orang lain, yang dalam Islam dilarang, kemudian Rasulullah bersabda:
"Seseorang yang cita-citanya hanya untuk kepentingan kehidupan dunia
be/aka, cita-citanya itu tidak ada ni/ainya di sisi Allah SWT, barang siapa tidak mementingkan kepentingan kaum mus/imin, ia tidak tergolong da/am
orang-orang Islam. Barang siapa dirinya re/a direndahkan orang-orang Jain tanpa merasa
menangisi hilangnya kesenangan dunia yang tidak memiliki nilai seberapa. Akhirnya dia mengemis-ngemis kepada manusia untuk memohon
pertolongan. Dia rela menunggu belas kasihan orang-orang kaya agar memberikan sedikit harta miliknya (al-Ghazali, 2004).
2.3.2
Kemandirian
Salah satu ciri kemandirian adalah ketidakbergantungan kepada orang lain dan mampu bertindak dengan keputusannya sendiri. Menurut Qarni (2003), individu yang berotak cemerlang akan menjadikan orang lain bergantung kepadanya, bukan dirinya bergantung pada mereka. la tidak pernah bersikap atau mengambil keputusan dengan menggantungkannya kepada orang lain. Terkadang individu memiliki tujuan yang ingin mereka capai, namun memiliki batas-batas tertentu untuk bekerja sama dengan orang lain.
33
oi
i.:;..
<1..1セ@
•セ@
セ@
•••h";,
J'
<1.4:..
セNゥNNNNi@
セQNZゥ@
ou
ᄋセ@
セ@
liii1
3セ@
}
o\.k
1
.JL,i
)4..
_)
セBゥNLゥ@
"Demi jiwa yang berada dalam kekuasaanNya, seseorang di antara kalian
yang mencari kayu bakar, lalu ia bawa di atas pundaknya lebih baik daripada
seseorang yang meminta kepada orang tersebut, baik yang membawa kayu
bakar tersebut memberi atau menolaknya"
Al-Imam lbn al-Atsir meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW melarang
ketergantungan agar seseorang tidak lagi tergantung kepada orang lain, serta tidak mau berusaha dan bekerja. Orang Arab menggunakan kata al-Wakil
sebagai sebutan bagi orang yang bodoh, penakut, dan lemah yang
menggantungkan urusannya kepada orang lain. Ketika sifat ketergantungan ini tersebar di antara manusia, maka manusia akan tertimpa bencana yang amat besar, menyerahkan tanggung jawab kepada orang lain, kemudian menyerahkan kepada yang lainnya lagi (Asy-Syarbashi,
A,
2004)Najati (2008) juga menjelaskan bahwa Allah SWT juga mengajarkan agar Nabi Adam AS dan Hawa mengetahui sebagian adat-perilaku yang
bermanfaat dalam hidupnya, yang sesuai dengna kerangka alami
keduanya keinginan untuk berusaha dan membuat keputusan serta memikul tanggung jawab berbagai usaha yang dilakukannya dan keputusan yang diambilnya.
Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Allah SWT dan RasulNya telah mengajari manusia untuk bersikap mandiri, yang ditandai dengan kemampuan untuk mengambil keputusan, melarang untuk
ketergantungan dengan orang lain, berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan tanpa bantuan orang lain, dan menghadapi masalah yang dilalui tanpa mengandalkan orang-orang di sekitarnya (Najati, U.M., 2008).
2.4 Dewasa Awai
2.4.1 Definisi Dewasa Awai
Untuk merumuskan tentang kedewasaan tidaklah mudah, karena setiap kebudayaan berbeda-beda dalam menentukan kapan seseorang emncapai status dewasa secara formal. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status ini tercapai apabila pertumbuhan pubertas telah selesai atau setidak-tidaknya sudah mendekati se;esai dan apabila organ kelamin anak telah mencapai kematangan serta mampu berproduksi (Rochmah, 2005).
35
masyarakat bersama orang dewasa lainnya. Menurtnya, masa dewasa awal dimulai dari usia 20 sampai 40 tahun. Namun pada umumnya, psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan beroangsung sampai sekitar usia 40-45 tahun.
2.4.2 Karakteristik Tahap Perkembangan Dewasa Awai
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik, yaitu memiliki gerak-gerak reflek yang sangat cepat dan kemampuan reproduktif berada di tingkat yang paling tinggi (Desmita, 2005).
Menurut Gisela Labouvie-Vief (dalam Desmita, 2005) menyatakan bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu perubahan yang signifikan. Pemikiran orang dewasa muda menjadi lebih konkrit dan pragmatis, sesuatu yang dikatakan oleh Labouvie-Vief sebagai tanda kedewasaaan.
Santrock (2002) menyatakan bahwa ada dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa muda dan permulaan masa dewasa awal, yaitu kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan.
serta tentang gaya hidup. lndividu yang beranjak dewasa biasanya rnernbuat keputusan tentang hal-hal ini, terutarna dalarn bidang gaya hidup dan karir.
Dalarn perkernbangan sosial, rnenurut Desrnita (2005), selarna dewasa, dunia sosial dan personal dari individu rnenjadi lebih luas dan kornpleks dibandingkan dengan rnasa-rnasa sebelurnnya. Menurut Miller (1993), pada rnasa dewasa awal ini ditandai dengan perkernbangan intimacy dan
solidaritas versus isolasi. Keintirnan (intimacy) rnenurut Oesrnita (2005) adalah suatu kernarnpuan rnernperhatikan orang lain dan rnernbagi pengalarnan dengan rnereka. Orang yang tidak dapat rnenjalin hubungan intirn dengan orang lain akan terisolasi. Menurut Erikson, pernbentukan intirn ini rnerupakan tantangan utarna yang dihadapi oleh orang yang rnernasuki rnasa dewasa. Pada rnasa dewasa awal ini, individu telah siap dan ingin rnenyatukan identitasnya dengan orang lain. lndividu-individu dalarn rnasa tahap perkernbangan ini rnendarnbakan hubungan-hubungan yang intirn-akrab, dilandasi rasa persaudaraan, serta siap rnengernbangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk rnernenuhi kornitrnen-kornitrnen ini sekalipun rnungkin harus berkorban untuk itu.
37
penuh perasaan atau persahabatan. Cinta pada orang dewasa ini
dimunculkan dalam bentuk kepedulian terhadap orang lain. lndividu dewasa awal mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama, di mana mereka saling berbagi hidup dengan seorang mitra intim.
Dalam pandangan Erikson (dalam Desmita, 2005), keintiman biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada hubungan seksual denga lawan jenis yang ia cintai, yang dipandang sebagai teman berbagi suka dan duka. lni berarti bahwa hubungan intim yang terbentuk akan
mendorong individu dewasa awal untuk mengembangkan genitalitas seksual yang sesungguhnya dalam hubungan timbal balik dengan mitra yang
dicintainya. Di hampir setiap masyarakat, hubungan seksual dan keintiman pada masa dewasa awal ini diperoleh melalui lembaga pernikahan atau perkawinan
2.4.3 Tugas-tugas Perkembangan
Menurut Rochmah (2005), pada masa dewasa muda tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu adalah:
1. Memilih pasangan hidup
hidup sebagai suami istri, yang mana didasari oleh pertimbangan yang matang, tentang kesesuaian sifat, kesamaan tujuan hidup, serta berbagai kemampuan dan kesiapan melaksanakan tugas-tugas rumah tangga.
2. Belajar hidup dengan pasangan
Hidup berkeluarga dengan pasangan yang memiliki latar belakang kehidupan, sifat dan mungkin minat dan kebiasaan yang berbeda. Meskipun demikian, mereka memiliki kebutuhan yang sama, yaitu kebutuhan untuk hidup bersama.
3. Memulai hidup berkeluarga
Dalam keluarga ada aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, agaman, pendidikan, kesehatan, keamanan, etika, estetika, dan lain-lain. Suami istri dengan anak-anaknya harus mengembangkan dan menata serta mengelola aspek-aspek tersebut.
4. Memelihara dan mendidik anak
Setiap keluarga mendambakan kehadiran anak sebagai pemersatu suami istri., sebagai penerus generasi. Kehadiran anak harus dirawat, dipelihara dan dididik dengan baik.
39
Rurnah tangga ibarat suatu perusahaan atau lernbaga yang rnerniliki banyak bagian, baik antar bagian-bagiannya maupun bagian tersebut dengan bagian di luar rumah. Semua hasil tersebut perlu direncanakan dan dikelola dengan baik, sehingga dapat membentuk satu kesatuan yang harmonis.
6. Memulai kegiatan pekerjaan
Seorang dewasa muda harus mempersiapkan, memilih, serta memasuki pekerjaan yang cocok dengan kemampuan dan latar belakang
pendidikannya, untuk kemudia mengembangkan dirinya seoptimal mungkin dalam pekerjaan tersebut.
7. Bertanggungjawab sebagai warga masyarakat dan warga negara
Seorang dewasa muda harus mampu membina hubungna sosial dengan sesama warga masyarakat. la juga dituntut untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
8. Menentukan persahabatan dalam kelompok sosial.
Sedangkan menu rut Wulandari, pada masa ini banyak sekali tugas-tugas yang harus dikembangkan, dan tingkat penguasaan tugas-tugas ini akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka ketika telah berusia setengah baya. tugas perkembangannya antara lain:
1. Pekerjaan
Seorang individu diharapkan telah mendapatkan pekerjaan yang layak pada masa dewasa awal sehingga ia dianggap mampu dan mempunyai peran dan posisi dalam masyarakat.
2. Pengakuan Sosial
Masa ini adalah suatu masa dimana seseorang ingin mendapatkan legalitas dan pengakuan dari masyarakat/kelompok di sekitarnya. la menerima tanggung jawab sebagai warga negara dan akan bergabung dengan komunitas sosial yang cocok dengan dirinya.
3. Keluarga
41
2.5 Masuknya Perempuan Dalam Bisnis Narkoba
lrianto dkk (2007) menyimpulkan bahwa beberapa perempuan Indonesia menunjukkan pola yang sama. Terjebak dalam perangkap hubungan personal, berupa pacaran, perkawinan, atau terjerat hutang. Mereka yang terperangkap lewat pacaran atau perkawinan, biasanya tidak tahu bahwa mereka akan dijadikan pengedar narkoba oleh pasangannya. Pada umunya mereka terjebak dalam hubungan dengan laki-laki berkewarganegaraan asing dalam bentuk pacaran atau perkawinan. Perempuan berada dalam posisi yang tidak bisa menolak untuk memenuhi keinginan si faki-laki. Mereka mengalami kekerasan, ketakutan, dan ketidakberdayaan. Para perempuan itu sebagian besar berada di bawah tekanan.
Sebagian besar perempuan yang terjebak dalam bisnis narkoba ini didekati langsung oleh drug dealer. Salah satu strategi jebakannya adalah mendekati perempuan muda dari golongan ekonomi rendah. Mereka diberi fasilitas untuk bergaya hidup modern, dan dibawa "jalan-jafan" ke luar negeri.
Semuanya itu "dikemas" dalam bentuk pacaran, perkawinan, bahkan 'kumpul kebo'. Sebagai kompensasinya, mereka digiring ikut dalam transaksi sebagai perantara atau pembawa narkoba. Strategi melalui perkawinan adalah
orang perernpuan, tetapi beberapa perernpuan sekaligus. Maka bila yang seorang rnasuk penjara, rnasih ada yang lain untuk rnenggantikan sebagai pengedar (lrianto, 2007).
lrning-irning irnbalan yang besar dari hasil perdagangan narkoba diduga sebagai daya tarik sebagian besar pengedar narkoba. Tak sedikit ibu rurnah tangga rnenjadi penyalur barang-barang tersebut. Kasus suarni istri rnenjadi pengedar putaw juga pernah terungkap di kawasan Ancol, Jakarta Utara. Pasangan pedagang rokok itu rnenjual putaw di dalarn bungkus rokok. Belurn lagi Setelah rnenjalani rnasa tahanan, rnungkin saja para pernakai dan
pengedar narkoba kernbali ke kehidupan normal. Narnun, sernua pihak hendaknya tak rnenafikan fakta banyak wanita yang rnengalarni
ketergantungan narkobaMungkin fakta-fakta ini rnernang selalu dipandang kasuistik, hanya rnasalah kecil dari sekian rnasalah. (Kornunitas Wanita Indonesia, 2008).
2.6
Kerangka Berpikir Dan Hipotesis
2.6.1
Kerangka Berpikir44
Dari penjelasakan di atas, dapat disimpulkan bahwa segala pengambilan keputusan terhadap tindakan dan tingkah laku para kurir narkoba wanita ini sangat dikendalikan oleh para sindikat, sementara mereka tidak memiliki hak untuk melawan, menolak, memberikan ide atau saran, dan sebagainya. Hal ini mengindikasikan bahwa para kurir narkoba wanita memiliki tingkat kemandirian tingkah laku yang rendah. Demikian juga dengan kemandirian nilai, yaitu keyakinan para kurir narkoba wanita ini tidak mendasarkan pada prinsip-prinsip moral, dan tidak mampu menggunakan nilai-nilai individu sendiri dalam keyakinannya.
Kemiskinan, pendapatan, identitas pekerjaan (Wiggins, J.A., 1994) dan tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi self esteem seseorang. Pada kondisi ekonomi yang sulit ini, banyak ditemukan para wanita dengan self esteem yang rendah dan bersedia bekerja apapun asalkan menghasilkan uang yang banyak dan dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Hal yang paling nyata yang dapat kita lihat saat ini yaitu para wanita yang bersedia dijadikan kurir narkoba, padahal pekerjaan itu dapat merugikan orang lain dan dikenakan pidana hukum. Namun, konsekuensi tersebut telah diabaikan demi melepaskan diri dari kesulitan ekonomi.
bersedia melakukan pekerjaan tersebut yang dilarang oleh hukum dan beresiko besar terhadap keamanaan dirinya sendiri.
Para wanita yang berhasil direkrut sebagai kurir narkoba oleh para sindikat adalah wanita-wanita yang sering bersikap naif, merasa bahagia dengan janji-janji yang diberikan oleh para sindikat, seperti akan dibawa jalan-jalan ke luar negeri, dipenuhi segala kebutuhan hidupnya dan keluarganya, dan
merasa membutuhkan perhatian dari kaum laki-laki.
Perekrutan para kurir narkoba ini biasanya diawali dengan menjalani
hubungan khusus dengan para sindikat, lalu dinikahi atau dipacari. Sehingga para wanita yang telah dipacari atau dinikahi oleh mereka harus melakukan segala yang diperintahkan dan diatur oleh para sindikat tersebut.
Dikarenakan self esteem yang rendah, maka mereka tidak mampu menolak dan berusaha membantah para sindikat serta merasa lemah dan tidak
adekuat terhadap lelaki sehingga mereka terjebak dalam bisnis narkoba yang penuh dengan resiko dan konsekuensi jika tertangkap oleh penegak hukum negara.
46
Self Esteem Tinggi Kreatif, Mempunyai kepribadian stabil, Tingkat kecemasan yang rendah, Lebih berorientasi pada keberhasilan.
••
Kemandirian yang Tinggi Adanya inisiatif, Gigih dalam usaha, Percaya diri,Mengaktualisasikan diri secara optimal,
Internal locus of
control
Wanita
Se;f Esteem
I
••
Self Esteem Sedang
Menilai dirinya
secara positif,
Memandang dirinya lebih baik daripada
kebanyakan orang,
tetapi tidak sebaik
penilaian individu
dengan harga diri rendah.
Kemandirian yang Sedang
Membutuhkan saran dari orang terdekat dalam mengambil keputusan,
Terpengaruh dengan orang di sekitarnya, Bersedia dikontrol orang lain,
Kurang gigih dalam mencapai prestasi.
••
Self Esteem Rendah Kurang percaya diri, Enggan untuk menyatakan diri dalamsuatu kelompok, Kurang berhasil dalam hubungan antar pribadi dan kurang aktif dalam masalah-masalah sosialKemandirian yang Rendah
2.5.2 Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara self esteem dengan kemandirian narapidana pengedar narkoba wanita.
48
.. Konsep "self esteem" , yaitu sikap individual, baik positif atau negative terhadap dirinya sebagai suatu totalitas.
• Konsep "kemandirian", yaitu merasa diri sebagai individu yang bebas, mampu membuat keputusan dan memilih tindakan yang akan
dilakukan dengan bijaksana.
3.2.2 Operasionalisasi Konsep
Adapun operasional konsep untuk kedua variabel penelitian ini adalah:
• Self Esteem adalah skor yang diperoleh dari jawaban subjek atas hasil pengukuran dengan alat tes Self Esteem Scale oleh Morris Rosenberg yang telah peneliti modifikasikan, yaitu dari 10 aitem self esteem oleh Morris Rosenberg dijabarkan lagi menjadi 20 aitem.
• Tingkat kemandirian adalah skor yang diperolah dari jawaban subjek melalui angkeUkuesionair yang terdiri dari beberapa buah item yang dibuat berdasarkan indikator-indikator dari setiap aspek-aspek kemandirian menurut teori Steinberg (1993), yaitu:
a. Kemandirian Emosional
Melakukan de-idealisasi terhadap orang tua Melihat orang tua sebagai individu
- Perasaaan individuated
b. Kemandirian Tingkah Laku - Decion making
Konformitas dan tahan terhadap pengaruh orang lain - Perasaan self-reliance
c. Kemandirian Nilai
- Kemampuan berpikir abstrak
- Lebih mendasarkan keyakinannya pada prinsip-prinsip umum yang memiliki dasar ideologis (prinsip moral).
- Menggunakan nilai-nilai individu sendiri dalam keyakinannya.
3.3Populasi & Sampel
3.3.1 Populasi
51
Hasan (2002) menyatakan bahwa populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti.
3.3.2 Sampel
Hasan (2002) menyebutkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.
Dalam penelitian ini maka sampel yang diambil adalah 62 orang dari jumlah keseluruhan narapidana yang berada dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang.
3.4 Tehnik Sampling
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini hanya dikhususkan kepada narapidana yang memiliki karakteristik tertentu.
Adapun karakteristik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Telah divonis dengan kasus pengedaran narkoba/psikotropika. 2. Telah memasuki usia dewasa awal yaitu menurut Hurlock (dalam
53
3.5 Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian (Hasan, 2002)
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan metode angket, yaitu dengan menyerahkan daftar pernyataan yang harus diisi oleh semua subjek penelitian, yaitu berupa angket skala
kemandirian dan skala self esteem dari Morris Rosenberg yang telah dimodifikasi.
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan sesuai dengan jenis data yang diambil, yaitu sebagai berikut:
• Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari lapangan, yang biasanya disebut juga dengan data asli atau data baru. • Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti dari
3.6 lnstrumen Penelitian
lnstrumen penelitian adalah alat yang dilakukan dalam pengukuran, tepatnya adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini, ada dua instrumen yang digunakan, yaitu:
1. Self Esteem Scale oleh Moris Rosenberg dirnana subjek diharuskan untuk rnenjawab 10 buah aitern-aitern yang telah dirnodifikasi rnenjadi 20 aitern dengan ernpat pilihan jawaban, yaitu:
- Sangat Setuju (SS) - Setuju (S)
- Tidak Setuju (TS)
- Sangat Tidak Setuju (STS)
Untuk aitern yang ke 1, 2, 3, 4, 7, 8, 11, 12, 17 dan 18 adalah aitern yang favorabel, karena itu skoringnya adalah Sangat Setuju (SS)= 4, Setuju (S)= 3, Tidak Setuju (TS)= 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS)= 1.
55
Dari keseluruhan skor yang didapatkan dari dua puluh aitem ini, maka semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula self esteem subjek. Dan hasil skor ini, subjek akan diklasifikasikan ke dalam beberapa tingkatan sesuai dengan skor yang diperoleh, yaitu tingkat tinggi, sedang dan rendah.
Validitas Self Esteem Scafe (SES) dari Rosenberg ini yaitu 0, 72 yang dikorelasikan konstruk yang bersangkutan , yaitu dengan Lerner Self Esteem Scafe. Sementara Fleming dan Courtesy melaporkan angka reliabilitas skala ini yaitu 0,82 yang dilakukan dengan metode test-retest pada sampelnya berjumlah 259 laki-laki dan perempuan (Robinson, dkk., 1991).
Namun, skala ini akan peneliti modifikasi dan akan dilakukan ti)' out
kembali untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas yang baik agar dapat dijadikan skala yang baku.
2. Skala kemandirian berupa angket untuk mengukur tingkat kemandirian subjek. Adapun aitem-aitem yang terdapat dalam skala ini mengacu pada teori Steinberg, yaitu:
- Kemandirian emosional
- Ragu-ragu (R)
Tata cara skoringnya yaitu jika aitemnya favorabel, maka akan diberikan nilai: Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (S) = 4, Tidak Setuju (TS)= 2, Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 dan Ragu-ragu (R) = 3.
Sementara itu, untuk aitem yang unfavorabel, maka nilai yang akan diberikan sebagai berikut: Sangat Setuju (SS)
=
1, Setuju (S)=
2, Tidak Setuju (TS)=
4, Sangat Tidak Setuju (STS)=
5, dan Ragu-ragu (R)=
3Berikut adalah
blue print
skala kemandirian:Tabel 3.6
Blue Print Skala Kemandirian
INDIKATOR ITEM
FAVORABLE UNFAVORABLE KEMANDIRIAN EMOSIONAL
De-idealisasi terhadap orang tua
1, 4
2, 3
Mampu melihat dan berinteraksi dengan
5,8
6, 7
orang tua sebagai individu
Nondependency
9, 12
10, 11
[image:66.518.21.444.110.641.2]hubungannya dengan orang tua KEMANDIRIAN TINGKAH LAKU
Decision making
16, 18
17,19
Tahan terhadap pengaruh orang lain
20,22
21,23
Perasaaan self reliance
24,26
25,27
KEMANDIRIAN NILAI
Kemampuan berfikir abstrak
28,30
29, 31
Lebih mendasarkan kayakinannya pada
32, 34
33,35
prinsip-prinsip umum yang memiliki dasar ideologis (prinsip moral)
Menggunakan nilai-nilai individu sendiri
38,40
37,39
dalam keyakinannya.
TOTAL
20
20
3. 7
Tehnik Uji lnstrumen Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mencoba melakukan uji coba (tty out) untuk skala self esteem dan skala kemandirian guna mendapatkan validitas dan reliabilitas sesuai dengan persyaratan alat ukur yang baik.
X
=
skor itemY
=
skor total2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya, artinya hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran diperoleh hasil yang relatif sama. Adapun uji reliabilitas alat tes atau skala dengan rumus Alpha Cronbach
dan perhitungan menggunakan program SPSS versi 13.0:
a= 1 - [1- Si2 + S22 ]
k-1 Sx2
a : koefisien reliabilitas Alpha
k : Banyaknya belahan
S2x : Varians skor belahan
3.8 Prosedur Penelitian
Menurut Hasan (2002) prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus dilalui atau dikerjakan dalam suatu penelitian. Secara garis besar, prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu:
61
1. Tahap perencanaan penelitian, yaitu di mana sebuah penelitian dipersiapkan. Pada tahap ini, semua hal-hal yang berhubungan
dengan penelitian dipersiapkan atau diadakan, seperti pemilihan judul, perumusan masalah dan hipotesis.
2. Tahap pelaksanaan penelitian, yaitu tahap dimana sebuah penelitian sudah dilakukan. Pada tahap ini, pengumpulan data atau informasi, analisis data dan penarikan kesimpulan telah dilakukan. Proses pengumpulan data try out untuk penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-22 Agustus 2009. Sedangkan pengumpulan data untuk field study
penelitian ini dilakukan pada tanggal 13-17 Oktober 2009. 3. tahap penulisan laporan penelitian, yaitu dimana peneliti telah
3.9
Tehnik Analisis Data
Menurut Hasan (2002) analisis data pada dasarnya dapat diartikan sebagai berikut:
" Menguraikan atau memecahkan suatu keseluruhan menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih kecil, agar dapat:
Mengetahui komponen yang menonjol (memiliki nilai ekstrem),
Membandingkan antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya (dengan menggunakan angka selisih atau angka rasio).
Membandingkan salah satu atau beberapa komponen dengan keseluruhan (secara presentase).
• Memperikirakan atau besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu (beberapa) kejadian terhadap sesuatu (beberapa) kejadian lainnya, serta memperkirakan/meramalkan kejadian lainnya.
Tujuan dari analisis data ini adalah:
• Data dapat diberi arti makna yang berguna dalam memecahkan masalah-masalah penelitian.
64
n
=
jumlah subjekD
=
Beda antar rangking atau ordinal1 & 6
=
Bilangan KonstanSelanjutnya koefisien korelasi ini akan duji untuk menentukan apakah nilai koefisien tersebut signifikan atau tidak koefisien korelasi (disebut r empiric disingkat dengan re) akan dibandingkan dengan koefisien korelasi teoritik (r teoritik disingkat rt) yang terdapat dalam tabel r teroritik (Putri, L.,S &
Sulistyono, S., 2005).
Cara lain untuk menguji koefisien korelasi Spearman yaitu dengan menggunakan uji t yaitu:
r '1(n-2)
thitung ='1(1-r)
Adapun dalam penghitungan dengan menggunakan program SPSS 13.0 for Windows. Hasil penelitian akan diinterpretasikan dengan merujuk tabel koefisien korelasi nilai r Product Moment pada taraf signifikan 5 %. Dengan ketentuan jika:
r empirik > r teoritik maka korelasinya signifikan
Tabel 4.1.1
Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persentase
1 20-30 tahun 30 orang 48,39 %
2 31-40 tahun 32 orang 51,61 %
Jumlah 62 orang 100%
4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa subjek memiliki pendidikan terakhir yang berbeda, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai Strata 1 (S1 ). Jumlah subjek penelitian dengan tingkat pendidikan terakhir di jenjang SD yaitu 8 orang, SMP 12 orang, SMA 27 orang, Diploma 3 orang dan 81 12 orang. Berikut adalah gambaran umum subjek berdasarkan jenjang
67
[image:73.518.47.429.136.466.2]label 4.1.2
Gambaran Subjek Berdasarkan Jenjang Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Jumlah Persentase
Terakhir
1 SD 8 orang 12,9%
2 SMP 12 orang 19,35 %
3 SMA 27 orang 43,55 %
4 Diploma 3 orang 4,84%
5 S1 12 orang 19,36 %
Jumlah 62 orang
100 %
4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Asal Perolehan Narkoba
Tabel 4.1.3
Gambaran Subjek Berdasakan Asal Perolehan Narkoba
No Asal
1
Perantara2
3
4 5
Jumlah
4.2Analisis Data
4.2.1 Try Out
4.2.1.1. Uji Validitas
Teman Dasen
Pacar Suami
1. Skala Self Esteem
Jumlah Persentase
3 orang
4,84%42 orang 67,74 %
1 orang 1,61 %
7 orang 11,29 %
9 orang 14,52 %
100 %
Hasil try out terhadap 30 orang narapidana pengedar narkoba pada skala self esteem diperoleh 13 aitem yang valid dan 7 aitem yang gugur (lihat
[image:74.518.16.446.136.504.2]69
2. Skala Kemandirian
[image:75.518.17.445.150.648.2]Berdasarkan uji coba validitas skala kemandirian dengan tehnik korelasi product moment dari Pearson pada
30 orang narapidana pengedar narkoba
diperoleh 22 aitem yang valid dan18 aitem yang gugur. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat tabel berikut:Tabel 4.2.1.1
Hasil Try Out Skala Kemandirian pada Narapidana Pengedar Narkoba Wanita
INDIKATOR ITEM
FAVORABLE UNFAVORABLE KEMANDIRIAN EMOSIONAL
De-idealisasi terhadap orang tua 1
Mampu melihat dan berinteraksi dengan
2
3
orang tua sebagai individu
Nondependency 4
5
Perasaan individuated salam
6
7
hubungannya dengan orang tua KEMANDIRIAN TINGKAH LAKU
Tahan terhadap pengaruh orang lain
9, 11
10, 12
Perasaaan self reliance
13, 15
14, 16
KEMANDIRIAN NILA!
Kemampuan berfikir abstrak
17, 19
18
Lebih mendasarkan kayakinannya pada
20,22
prinsip-prinsip umum yang memiliki dasar ideologis (prinsip moral)
Menggunakan nilai-nilai individu sendiri
21
dalam keyakinannya.
TOTAL
10
12
4.2.1.2
Uji ReliabilitasDalam penelitian ini, setelah dilakukan uji validitas, maka dilanjutkan dengan pengujian reliabilitas pada skala self esteem dan kemandirian pada
narapidana dengan kasus pengedaran narkoba. Uji reliabilitas ini
menggunakan uji statistika Alfa Cronbach dengan menggunakan program