MADRASAH ALIYAH (MA) DAARUL FALAHIYYAH
KAMPUNG PANGGANG, KECAMATAN CISOKA,
KABUPATEN TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
SITI MUNAWAROH NIM : 1811013000024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X” ( Studi di Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, Tangerang).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh lingkungan sekolah terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia pada siswa kelas X Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, Tangerang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode random sampling (acak), yaitu dengan cara mengumpulkan data atau informasi tentang keadaan yang apa adanya ketika penelitian dilakukan. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket, wawancara dan observasi. Sedangkan yang menjadi populasi penelitian ini sebanyak 49 siswa.
ii
Segala puji bagi allah SWT yang memberikan taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Dengan pertolongan Allah SWT dan usaha yang sungguh-sungguh penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Lingkkungan Sekolah
Terhadap Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah, Panggang, Cisoka, Tangerang “.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Nurlela Rifa’I MA.Ph.D. Selaku Dekan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Hindun, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dona Aji Kurnia Putra, MA Selaku Sekretaris Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd, sebagai pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan sepenuh hati, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. H. A. Uwes Al-Qurni S.Ag,M.Si, selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, Tangerang, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Guru-guru Daarul Falahiyyah yang selalu memberikan motovasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
iii
10.Keluarga Besar Pondok pesantren Daarul Falahiyyah yang telah memberikan dukungan moral untuk menyelesaikan skripsi ini.
11.Siswa kelas X Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, Tangerang, yang telah membantu dalam penelitian penulis.
Akhirnya, penulis hanya bisa berharap semoga tulisan ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan skripsi ini.
Jakarta, Juli 2014 Peneliti/penulis
Siti Munawaroh
iv LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYTAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitisn ... 6
BAB II. KAJIAN TEORI A. Lingkungan Sekolah... ... 7
1. Pengertian Lingkungan Sekolah ... 7
2. Tujuan Lingkungan Sekolah ... 8
3. Fungsi Lingkungan Sekolah ... 9
4. Jenis – Jenis Lingkungan Belajar ... 10
5. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 13
6. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 14
v BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
B. Populasi dan Sampel ... 23
C. Metodw Penelitian ... 24
D. Teknik Pengumpulan Data ... 24
1. Angket dan Daftar Pertanyaan (Variabel X) ... 24
2. Observasi ... 25
3. Wawancara ... 25
E. Teknik Analisis Data (Variabel X dan Veriabel Y) ... 26
F.Hipotesis Penelitian... ... 27
BAB IV. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Analisis Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa Bahasa Indonesia ... 28
B. Analisis Data Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 35
C. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 41
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 47
B. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
vii
Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, Tangerang.
2. Struktur Organisasi Sekolah Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, Tangerang.
3. Angket Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa
4. Angket Pembelajaran Bahasa Indonesia
5. Skor Pembelajaran Bahasa Indonesia (Variabel Y)
6. Sebaran Angket
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tidak mungkin terlepas dari pengaruh lingkungan, sementara lingkungan terdiri dari gejala-gejala yang saling mempengaruhi. Dalam psikologi field theory (teori medan)diasumsikan bahwa tingkah laku dan atau proses-proses kognitif adalah suatu fungsi banyak variabel yang adanya secara simulasi (serempak) dan suatu perubahan sesuatu dari dalam mereka akan berakibat mengubah hasil keseluruhan. Pendapat ini memfokuskan pada lingkungan yang memiliki daya kemampuan memengaruhi individu manusia yang pada gilirannya akan memengaruhi dalam tingkah laku dan atau proses-proses kognitif dalam pendidikan.
Pendidikan adalah upaya yang sengaja untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan murid. Untuk mewujudkan upaya itu, proses belajar menjadi hal yang penting. Dalam pengertian ini merupakan proses aktif belajar mengonstruksi baik teks, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses ini sangat membutuhkan lingkungan pendidikan yang mendukung peserta
didik untuk mengontruksi, mengasimilasi, dan menghubungkan
pengalaman.
Lingkungan pendidikan merupakan tempat manusia berinteraksi timbal balik sehingga kemampuannya dapat terus dikembangkan kearah yang lebih baik lagi. Terdapat tiga, yang paling utama, jenis lingkungan pendidikan yang paling besar memberikan pengaruh terhadap kemampuan dan pengalaman manusia, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat (biasa disebut sebagai tri pusat pendidikan). Ketiganya merupakan media bagi manusia untuk melakukan sosialisasi. Dalam sosialisasi individu manusia
mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam keluarga, sekolah dan masyarakat1
Seiring dengan perkembangan teknologi yang maju pesat dan era globalisasi yang melanda seluruh dunia, sangat erat kaitannya antara sumber daya manusia yang dihasilkan dengan kualitas yang diharapkan, terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk salah satu diantaranya negara Indondesia.
Untuk meningkatkan sumber daya manusia terutama di Indonesia, maka perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan terus dilaksanakan. Dengan adanya perubahan-perubahan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan politik, maka dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Hal seperti yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal3, menyatakan bahwa:
Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab2.
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 tersebut, maka pendidikan menekankan pada pengembangan sumber daya manusia yang menguasai ilmu dan teknologi sebagai dasar dan
merupakan faktor utama penentu keberhasilan pendidikan yang
berkesinambungan, salah satu komponen keberhasilan pendidikan adalah guru atau tenaga pendidik yang diharapkan dapat membantu dan meningkatkan motivasi belajar siswa, dan lebih kreatif lagi dalam komunikasi antar siswa dengan guru agar siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menyiapkan diri menghadapi masa depan yang serba berubah.
Sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu dan perkembangan tekonologi, seperti apa yang dikemukakan oleh Ridwan bahwa:
1
Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) 2
Sekolah sebagai suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan yang amat penting dalam usaha mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna. Sekolah turut pula bertanggung jawab atas anggota masyarakat yang dihasilkan3.
Disekolah yang merupakan sebuah lembaga pendidikan mempunyai tujuan institusional yang tidak lain adalah rumusan tingkah laku yang dimiliki siswa, setelah menyelesaikan program pendidikan di lembaga pendidikan tersebut. Tingkah laku inilah (pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan) pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan.
Sumber daya manusia mulai berkembang kepribadiannya, perilakunya ataupun nalarnya suatu sekolah dengan tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu di Sekolah Dasar (SD) kemudian ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kemudian Perguruan Tinggi (PT), begitu juga dengan keadaan lingkungan sosialnya.
Dewasa ini bahasaIndonesia mengalami kemajuan yang sangat cepat, baik didalam dunia pendidikan maupun diluar dunia pendidikan. Sejalan dengan itu sekolah-sekolah juga mengalami hal yang sama. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari bahasa, sebab dengan bahasalah manusia dapat menyampaikan pikiran, perasaan dan kehendaknya, baik secara lisan maupun tulisan, karena tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi dengan baik.
Sebagaimana tercantum dalam kurikulum 1994 bahwa bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (komunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan untuk meningkatkan intelektual. Dengan bahasa manusia bisa mengembangkan kepribadian, kecerdasan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sosial budaya ketingkat yang lebih tinggi dari yang dimilikinya.
Kemajuan yang dicapai tampak baik sekali, terutama dalam perbendaharaan kata dan penggunaan struktur kalimat. Dengan adanya
3
kemajuan tersebut, bahasa Indonesiatelah mampu menjadi alat komunikasi, dari komunikasi sehari-hari sampai pada komunikasi ilmiah. Selain itu bahasaIndonesia pun telah mampu mengimbangi kemajuan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan tekonologi.
Namun pada kenyataannya masalah pelajaran bahasaIndonesiakurang mendapat perhatian. Sehingga, memotivasi penulis untuk mengadakan penelitian. Sedangkan menurut Sudarno dan Eman A. Rahmat berpendapat bahwa: Masyarakat mengetahui bahwa pada waktu manusia dilahirkan tidak langsung bisa berbahasa. Manusia bisa berbahasakarena belajar. Hal itu dapat
dibedakan dengan manusia bisa bernafas. Orang yang sejak dilahirkan tidak pernah diajar berbahasa. Tetapi ia akan dapat bernafas sekalipun tidak diajari4.
Selama manusia hidup dan kebudayaan berkembang, selama itu pula manuasia harus belajar bahasa. Jika tidak, manusia tertinggal oleh kebudayaan. Tiap waktu muncul hal–hal baru yang tidak manusia ketahui sebelumnya.
Disadari bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dinamis. Masyarakat harus dikuasai dan dikembangkannya supaya bahasa dapat memenuhi fungsinya dalam arti yang luas.
Orang yang bangga karena sudah mahir berbahasa asing, walau tidak mampu ber bahasa nasional, adalah salah satu warisan penjajah yang tidak menyatukan bangsa. Ingatlah pada masa Indonesia dibelenggu penjajah! Orang berusaha dapat semahir – mahirnya berbahasa Belanda. Sebab kalau tidak, ia akan termasuk orang yang tidak berhargadi dalam masyarakat. Siapa yang tidak mampu berbahasa Belanda. Akan termasuk kelompok inlander,
golongan budak yang tidak bernilai.
Sekarang Indonesia/negara sudah merdeka. Sepatutnya sikap tidak menghargai bahasa sendiri harus dibuang sejauh–jauhnya. Dan sekarang boleh bangga kalau Indonesia mahir berbahasa nasional sekurang–kurangnya
4
Indonesia sejajarkan dengan semangat untuk mampu berbahasa Arab, bahasa Inggris, atau bahasa asing lainnya.
Kemampuan berbahasa hanya bisa diperoleh dengan cara belajar dan berlatih. Karena itu hendaknya Indonesia selalu belajar dan berlatih menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan anjuran pemerintah, baik melalui radio, TV-RI, ataupun media lainya. Hal itu pun dilakukan sebagai tanda terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa5.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk dapat meneliti dan mengkaji sejauh mana pengaplikasian hasil belajar siswa para siswa Madrasah Aliyah Daarul Falahiyyah dalam pelajaran bahasa Indonesia melalui lingkungan siswa yang dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Di Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang Cisoka Kabupaten Tangerang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian dapat diidentifikasikan sabagai berikut:
1. Siswa kurang mengenal lingkungan sekolah
2. Siswa menganggap mudah pelajaran bahasa Indonesia C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas maka agar dalam pembahasan masalah tidak meluas, perlu adanya pembatasan lingkup masalah. Dalam hal ini penulis membatasi lingkup masalah pada “Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Siswa dalam Pembelajaran bahasa Indonesia Kelas X Semester Genap 2013/2014 di Madrasah Aliyah Daarul Falahiyyah, Kp. Panggang, Cisoka, Tangerang”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dibawah ini adalah “Bagaimana Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X di Madrasah Aliyah Daarul Falahiyyah Panggang Cisoka Kabupaten Tangerang?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X di Madrasah Aliyah Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, Kabupaten Tangerang”.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah: 1. Manfaat Bagi Penulis
a. Dapat menambah wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
yang penulis miliki dan memperoleh gambaran tentang hasil yang diteliti.
b. Dapat memberikan pengalaman yang cukup baik bagi penulis
2. Manfaat Bagi Siswa
a. Sebagai upaya memotifasi belajar siswa mengenai lingkungan sekolah
b. Sebagai bahan pemicu siswa untuk meningkatkan minat dan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Lingkungan Sekolah
1. Pengertian Lingkungan Sekolah
Pengertian lingkungan sekolah adalah sebagai pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia menjadi individu, warga masyarakat , negara dan
dunia masa depan. Lingkungan sekolah diharapkan mampu
mengembangkan potensi anak, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia dalam mencapai tujuan nasional.
Salah satu lembaga pendidikan yang memegang peranan penting dalam proses sosialisasi anak setelah memiliki pengalaman hidup di keluarga. Anak mengalami perubahan dan perkembangan dalam perilaku sosialnya setelah masuk ke sekolah.
Sekolah merupakan tempat atau institusi/ lembaga secara khusus didirikan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar atau pendidikan. Sekolah sebagai komponen fungsi merupakan tempat untuk mengajar para siswa, tempat untuk melatih dan memberi instruksi – instruksi tentang suatu lapangan keilmuan dan keterampilan tertentu kepada siswa. Sekolah sebagai komponen fisik merupakan satu kompleks bangunan, laboratorium, fasilitas fisik yang disediakan sebagai pusat kegiatan belajar dan mengajar6.
Teguh Triwiyanto menyatakan bahwa:
“sekolah diharapkan memberikan seperangkat pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik. Namun pengetahuan dan keterampilan tersebut akan terbentuk perilaku-perilaku terdidik. Perilaku terdidik akan memberikan koridor bagaimana bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang ada. Manakala setiap individu dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang ada, intergasi sosial yang didambakan akan terjadi”7
6
Nanang Purwanto,Pengantar Pendidikan,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 77 7
Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan,(Jakarta: PT. Bumi Aksara), h. 77
2. Tujuan Lingkungan Sekolah
Tujuan lingkungan sekolah adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Cita-cita tersebut didasarkan pada landasan sosial dan budaya masyarakat. Tujuan pendidikan terbagi atas 2 fungsi, yaitu:
a. Memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan.
Pemberian arah sama halnya dengan tujuan yang dicanangkan di dalam pendidikan. Salah satu tujuan pendidikan adalah membentuk dasar masyarakat. Hal ini berkaitan dalam pertumbuhan ekonomi, sosial, politik dan perkembangan masyarakat pada umumnya. Pendidikan menanamkan pengetahuan yang memungkinkan untuk penemuan dan menerapkannya untuk kemajuan masyarakat, sehingga pertumbuhan masyarakat juga tergantung pada kualitas pendidikan yang disampaikan. b. Sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
perubahan. Itu membuat orang rasional, menanamkan dalam dirinya kemampuan untuk berpikir dan bertanya8.
3. Fungsi Lingkungan Sekolah
Sekolah selain meneruskan pembinaanyang telah di lakukan oleh keluarga,juga mengembangkan potensi anak.lebih detail tentang pungsi-pungsi sekolah di paparkan sebagai berikut:
1) Mengembangkan kecerdasan otak dan memberikan pengetahuan
fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat di samakan dengan
fungsi keluarga dalam pendidikan moral.peningkatan
kecerdasan,keterampilan dan sikap sebagai modal penting untuk pembangunan.selain itu dengan pengalaman belajar,segala tindakan yang di lakukan akan berdasarkan ilmu.hal ini yang akan dapat membuat hidup lebih bermutu.
2) Spesialisasi
Penerapan system sekolah di maksudkan untuk memberikan kompetensi-kompetensi jenis keahlian dalam lahan pekerjaan yang terbentang luas kompleksitasnya.siswa menamatkan sekolah di harapkan sanggup melakukan pekerjaan sesuai dengan spesialisnya dan kebutuhan dunia pekerjaan atau setidaknya mempunyai modal untuk mencari nafkah.
3) Efisiensi
Menjelaskan bahwa sekolah sebagai lembaga social yang berspesialisasi di bidang pendidikan dan pengajaran,maka pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien,sebab: (1) apabila tidak ada sekolah dan pekerjaan mendidik hanya harus di pikul oleh keluarga,maka hal ini tidak akan efisien,karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya,serta banyak orang tua tidak mampu melaksanakan pendidikan di maksud, (2) karena pendidikan sekolah di laksanakan dalam program yang tertentu dan sistematis, dan (3) di sekolah dapat dididik sejumlah besar anak secara sekaligus.
4) Sosialisasi
Proses sosialisasi,yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk social,makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat.proses sosialisasi di dalam masyarakatyang bersifat heterogen dan prularistik,merupakan fungsi yang cukup penting karena tugas pendidikan sekolah adalah mensosialisasikan pentingnya persatuan melalui beberapa macam mata pelajaran.
5) Konservasi dan transmisi cultural
Menjelaskan tentang fungsi lain dari sekolah adalah memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tadi (transmisi cultural) kepada generasi muda,dalam hal ini tentunya adalah anak didik.
6) Transisi dari rumah ke masyarakat
Ketika berada di keluarga,kehidupan anak serba menggantungkan diri pada orang tua,maka memasuki sekolah ia mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.
7) Kontrol sosial pendidikan
System pengendalian social tercakup segala proses ,baik yang di rencanakan maupun tidak,yang bersifat mendidik,mengajak atau bahkan memaksa warga-warga masyarakat (warga sekolah) agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai social yang berlaku.secara mendasar pengendalian social bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas denga perubahan - perubahan dalam masyarakat atau suatu system pengendalian bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan.
4. Jenis – Jenis Lingkungan Belajar
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang membeikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga9.
Ada sejumlah faktor dari dalam keluarga yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima, dan kebebasan untuk menyatakan diri. Rasa aman meliputi perasaan aman secara material dan secara mental. Perasaan aman secara material berarti pemenuhan oleh orang tua tentang pakaian, makanan, mainan, dan sarana lain yang di perlukan sejauh tidak berlebihan dan tidak berada diluar kemampuan orang tua berupa perlindungan emosional, menjauhkan ketegangan, membantu dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, dan memberikan bantuan untuk kestabilan emosionalnya10.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan sebuah lambaga pendidikan yang mempunyai tujuan institusional yang lain adalah rumusan tingkah laku yang dimiliki siswa, setelah menyelesaikan program pendidikan dilembaga pendidikan tersebut. Tingkah laku inilah (pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan) pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan.
9
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) h.131
10
Sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu dan perkembangan teknologi, seperti apa yang di kemukakan oleh Mohammad Asrori bahwa:
“Kehadiran di sekolah merupakan perluasan lingkungan sosial individu dalam rangka perkembangan kemampuan hubungan sosialnya dan sekaligus merupakan faktor lingkungan baru yang sangat menantang atau bahkan mencemaskan bagi dirinya. Para guru daan teman-teman sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi semacam lingkungan norma baru11.
c. Lingkungan masyarakat
Salah satu yang dialami oleh remaja dalam proses pengembangan hubungan sosialnya adalah bahwa tidak jarang masyarakat bersikap tidak konsisten terhadap remaja. Di satu sisi remaja dianggap sudah besar, tetapi kenyataannya di sisi lain mereka tidak diberikan kesempatan atau peran sebagaimana orang yang sudah dewasa. Untuk masalah-masalah yang dipandang penting dan menentukan,remaja masih sering dianggap anak kecil atau dianggap belum mampu sehingga sering menimbulkan kekecewaan atau kejengkelan pada remaja. Keadaan semacam ini seringkali menjadi penghambat perkembangan hubungan sosial remaja.
Sebagaimana dalam lingkugan keluarga dan sekolah, maka iklim kehidupan dalam masyarakat yang kondusif juga sangat diharapkan kemunculannya bagi perkembangan hubungan sosial remaja. Remaja tengah mengarungi perjalanan masa mencari jati diri sehingga faktor keteledanan dan kekonsistenan sistem nilai dan norma dalam masyarakat juga menjadi sesuatu yang amat penting. Masa remaja adalah masa untuk menentukan identitas dan arah kehidupan yang jelas dan kokoh sehingga seringkali penuh kesulitan. Namun demikian, masa yang sulit ini akan menjadi bertambah sulit oleh adanya kontradiksi-kontradiksi dalam masyarakat. Justru dalam periode remaja yang sedang mencari
11Ibid
identitas dan penuh kesulitan inilah diperlukan norma dan pegangan yang jelas dan sederhana. Kebudayaan kita indonesia menyimpan potensi melegitimasi anggota masyarakat untuk menampilkan perilaku sosial yang kurang baik dengan berbagai dalih, yang Syah maupun yang tak terelakan’’. Dengan demikian, iklim kehidupan masyarakat memberikan sumbaangan penting bagi variasi perkembangan hubungan sosial remaja. Apabila, remaja senantiasa ingin selalu seiring sejalan dengan trend yang sedang berkembang dalam masyarakat agar tetap selalu merasa dipandang trendy’’12.
5. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kehadiran pembelajaran bahasa Indonesia di tengah-tengah
masyarakat Indonesia pada dasarnya berwajah ganda, yaitu sebagian/alat pendidikan nasional disatu pihak dan sebagai salah satu media pembelajaran bahasa Indonesia dipihak lain. Sebagai bagian/alat
pendidikan nasional, pembelajaran bahasa Indonesia bertugas
membimbing siswa belajar bahasa Indonesia agar mereka (1) memiliki pengetahuan yang benar tentang bahasa Indonesia; (2) terampil menggunakan bahasa Indonesia; dan (3) memiliki sikaf mental positif (bangga, hormat, setia dan perihatin) terhadap bahasa Indonesia. Adapun sebagai salah satu media pembina yang lain-lainnya berkewajiban (1) mempertahankan keutamaan kepribadian bahasa Indonesia sebagai satu bahasa; (2) menyebarlulaskan bahasa Indonesia ke dalam berbagai bidang kegiatan hidup; (3) ikut serta mematangkan dan mengarahkan pertumbuhan/perkembangan bahasa Indonesisa. Hal ini dipertegas oleh Muslich Mansyur bahwa membimbing terampil menggunakan bahasa Indonesia.
Ruang lingkup jangkauan tugas pembelajaran bahasa Indonesia seperti yang digambarkan diatas ternyata mencakup masalah yang sangat luas.Pembelajaran bahasa Indonesia bukan hanya berurusan dengan masalah-masalah siswa dalam mempelajari bahasa Indonesia, melainkan
12Ibid
juga ikut menangani kerumitan masalah bahasa Indonesia sendiri dan pemakaiannya dalam berbagai kegiatan hidup. Dalam penggarapan masalah-masalah ini, pembelajaran bahasa indonesia harus pula mempertimbangkan ketentuan-ketentuan politik pembangunan nasional.Singkatnya, masalah-masalah yang dihadapi pembelajaran bahasa Indonesia beraneka ragam dan rumit pula keadaannya.
6. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tujuan pembelajaran adalah sejumlah hasil belajar yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah melakukan aktivitas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,ketrampilan dan sikap-sikap yang baru.Tujuan merupakan komponen yang penting dalam pembelajaran. Semua aktivitas guru dan siswa diarahkan untuk pencapaian tujuan tersebut dan menjadi pedoman dalam mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran.Untuk itu,langkah awal dalam merancang pembelajaran adalah merumuskan tujuan dengan jelas,tepat dan mudah dipahami.
Menurut Helmiati adalah perumusan tujuan yang jelas dalam pembelajaran menjadi sangat penting disebabkan beberapa alasan,antara lain13:
a. Rumusan tujuan dapat digunakan untuk melakukan kegiatan evaluasi terhadap epektifitas keberhasilan kegiatan pembelajaran.Suatu proses dikatakan berhasil apabila siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. b. Tujuan pembelajaran dapat dijadikan sebagai pedoman dan panduan
kegiatan belajar siswa. Guru dapat merancang tindakan-tindakan yang dapat membantu siswa belajar.
c. Tujuan pembelajaran dapat membantu guru mendisain sistem
pembelajaran,seperti menentukan materi, metode, strategi, alat, media dan sumber belajar, juga merancang alat evaluasi.
d. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran serta menentukan daya serasp siswa dan kualitas institusi itu sendiri14.
13
Sedangkan menurut Ninik M. Kuntoro adalah bahasa Indonesia sebagai sarana pembangunan keperibadian,diharapkan pembelajaran bahasa Indonesia ini dapat dijadikan salah satu sarana pengembangan keperibadian siswa menuju terbentuknya insane terpelajar yang mahir berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang santun15.
7. Fungsi Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Diatas telah dibicarakan tentang pembelajaran bahasa Indonesia dan pengembangan bahasa Indonesia. Pada bagian ini akan dibicarakan tentang fungsi guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam pembicaraan ini,sebagaimana dimaksud di atas, akan lebih ditekankan pada pembelajaran bahasa Indonesia dari pada pengembangan bahasa Indonesia. Tetapi meskipun demikian dalam pembelajaran ini pengembangan bahasa Indonesia tidak di singgung pula karena pada dasarnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia16.
Guru atau seorang guru pada dasarnya pada umumnya adalah seorang pengajar yang mengajarkan sesuatu ilmu pada orang lain,sedang pengertian guru dalam pembicaraan ini meliputi:(1)guru formal, (2)guru informal, dan (3) guru nonformal. Ketiga pengertian tersebut diatas diberikan batasan sebagai berikut.
1) Guru formal adalah guru atau pengajar (yang mengajarkan suatu ilmu) yang diangkat secara resmi baik oleh pemerintah maupun lembaga swasta dari tingkat yang terendah sampai tingkat tertinggi. Guru formal ini selanjutnya dapat dipilah sbb:
1. Guru bahasa :
a) guru bahasa Indonesia b) guru bahasa daerah c) guru bahasa asing 2. Guru non bahasa
14Ibid., h.7 15
Niknik M. Kuntoro, Cermat dalam Berbahasa Tertib dalam Berfikir, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010), h.
16
2) Guru informal adalah para pemimpin formal dan pejabat dalam pemerintah (departmen dan non departmen) dari tingkat rendah (kepala kampung/desa) sampai mentri-mentri, kepala negara dan dalam hal ini termasauk anggota dan ketua MPR dan DPR .
3) Guru nonformal adalah para pemimpin partai,organisasi,lembaga sosial, pemuka masyarakat dipusat dan di daerah,di kota dan kampung/desa diseluruh negara17.
Dalam pelaksanaan fungsi dan peranan tersebut perlu sikap yang positif, dan tidak seorangpun yang boleh menghindarkan tugas yang di bebankan kepadanya. Peranan guru ini sangat penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa ini perlu usaha dalam menanggulangi tiga macam kebutaan yang membahayakan kelangsungan kehidupan bangsa. ketiga macam kebutaan yang dimaksud adalah: (1) buta aksara latin (2)buta bahasa Indonesia (3) buta pengetahuan umum. Ketiga macam kebutuhan ini saling berhubungan, dan diantara ketiga macam kebutaan tersebut kebutaan yang pertama dan kedua harus lebih dahulu ditanggulangi sebelum dapat menanggulangi kebutaan yang ketiga. Kebutaan yang pertama dan kedua lebih mendasar dari kebutaan yang ketiga18.
Sebagaimana dikemukaan di atas, jelas bahwa pembelajaran bahasa Indonesia bukanlah kewajiban atau tugas para ahli bahasa, penulis tata bahasa atau guru bahasa Indonesia saja, melainkan adalah kewajiban atau tugas setiap warga negara. Kewajiban atau tugas setiap warga negara dalam pembinaan bahasa Indonesia tentu berbeda-beda, dapat berjenjang naik atau benjenjang turun, sesuai dengan kedudukan jabatan atau kedudukan sosialnya dalam ruang lingkup pemerintahan dan masyarakat. Kedudukan yang dimiliki seseorang dikehendaki pula sesuai dengan fungsi dan peranannya. Dengan demikian makin tinggi atau makin besar kedudukan seseorang makin besar pula tanggung jawab dan peranannya dalam
17Ibid., h. 78 18Ibid.,
pembinaan bahasa Indonesia. Dalam hubungan ini hendaknya disadari bahwa bahasa Indonesia bukanlah bahasa golongan elite atau bahasa golongan terpelajar dan ilmuwan saja, tetapi adalah bahasa seluruh warga negara atau rakyat yang mengantarkannya ke alam demokrasi, yang sesuai dengan yang dikehendaki dalam “Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan dalam Batang Tubuhnya (pasal 36)”, yang kemudian dijabarkan dalam “politik bahasa nasional”19
.
8. Pokok –Pokok Pikiran Untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia sebagai pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya bertolak dari dua landasan, yaitu(1) landasan institusional dan (2) landasan akademis. Setiap landasan berupa ketentuan-ketentuan yang kait-berkait mewarnai keseluruhan proses pembelajaran bahasa Indonesia itu. Landasan institusional termasuk:
1) Undang-undang Dasar1945 Republik Indosesia, terutama pasal 36 menyatakan: “Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia”.Istilah bahasa Negara dalam hubungan ini dapat diartikan bahasa Nasional dan bahasa
Resmi.Sebagai bahasa Nasional,bahasa Indonesia berfungsi
mempersatukan bangsa Indonesia dalam satu mewadahi seluruh kegiatan pemerintah (legislatif,eksekutif,dan yudikatif) dan kegiatan-kegiatan yanga lain bersipat resmi.
2) Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), terutama yang tersurat dalam Iia, IIb,dan IIe telah menggariskan bentuk,isi,dan tujuan pendidikan nasional dalam era pembangunan kedalam pendidikan nasional ini termasuk kedalam pengajaran bahasa nasional,sebagai bagain dan alat pendidikan nasional tersebut.
3) Politik Bahasa Nasional yang berupa kebijaksanaan dalam bidang
kebahasaan dibidang kebahasaan bagi kepentingan keseluruhan
pembangunan nasional (Politik Bahasa Nasional),laporan praseminar 29-31 oktober 1974, termasuk kedalam jangkauan Politik Bahasa Nasional ini adalah kebijaksanaan dibidang pembelajaran bahasa Indonesia.
Landasan institusional seperti tersebut diatas ini tidak perlu dipersoalkan lagi, karena landasan ini telah memberikan dasar-dasar dan pengarahan yng kokoh kepada pembelajaran bahasa Indonesia20.
9. Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional; kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa darah. Selain itu, didalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa Bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah Bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928; kedua, Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 194521.
Menuut E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar didalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai didalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk kedalam kegiatan-kegiatan itu adalah penulisan dokumen-dokumen dan putusan-putusan serta surat-surat
20
Masnur Muslich, Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 2
21
yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan22.
Didalam kedudukannya, sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah, Bahasa Indonesia berperan sangat penting. Beberapa kosakata bahasa Indonesia ternyata dapat memperkaya khasanah bahasa daerah, dalam hal bahasa daerah tidak memiliki kata untuk sebuah konsep.
Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra Indonesia dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia internasional23.
10. Fungsi bahasa indonesia
Dalam hidup sehari-hari masyarakat senantiasa berbahasa. Dengan bahasa, masyarakat menyatakan pikiran, perasaan, dan kemauan. Jika tidak ada bahasa, sulit masyarakat mengemukakan kesan-kesan batin sendiri, mengetahui isi batin orang lian, dan mengadakan hubungan dalam masyarakat.
Bahasa mula-mula timbul sebagai alat pelahir kesan batin. Kemudian terasa sekali pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan alat untuk berpikir. Bahasa memungkinkan manusia hidup bermasyarakat dan melahirkan kebudayaan. Orang menyadari bahwa hubungan timbal balik dan sgala kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.24
Menurut Sudarno dan Eman A. Rahman didalam kedudukannya seabgai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antarwarga, antar daerah, dan antar budaya, dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
22
Ibid., h. 14 23Ibid.,
h. 15 24
Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan Indonesia. Atas dasar kebangsaan ini, bahasa Indonesia harus dipelihara dan dikembangkan serta rasa kebanggaan pemakainya.25
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung disamping bendera dan lambang negara Indonesia. Didalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan negara yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain.
Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga, sebagai bahasa nasional adalah sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa. Berkat adanya bahasa nasional masyarakat dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.
Fungsi bahasa Indonesia yang keempat kedudukannya sebagai bahasa nasional, adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai-bagai suku bangsa yang memiliki latar balakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu kita
dapat meletakan kepentingan nasional jauh di atas kepentingan daerah atau golongan26.
Akhirnya, didalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sheingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia digunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional negara Indonesia.
Disamping itu, sekarang ini fungsi bahasa Indonesia telah pula bertambah besar. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media massa. Media massa cetak dan elektronik, baik visual, audio, mapun radio visual harus memakai Bahasa Indonsia. Media masa menjadi tumpuan kita didalam menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
B. Penelitian yang Relevan
Suryani. 2013. Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang yang skripsinya berjudul’’ Pangaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Tanjung pinang Tahun Pelajaran 2012/2013’’. Hasil yang di dapat adalah melakukan Analisis data dengan menggunakan koefisien product moment, hal ini berarti bahwa pengaruh lingkungan sekolah terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia bisa meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X Menengah Atas Negeri 4 Tanjung Pinang.
Riris Purnowati (2006) meneliti tentang Pengaruh Lingkungan Sekolah
Terhadap Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMK Teuku
Umar Semarang tahun ajaran 2005/2006. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Kelas X SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2005/2006 termasuk
dalam kategori baik, motivasi belajar siswa dalam kategori baik.
Nurul Aini (2001) dengan judul Pengaruh lngkungan sekolah terhadap
siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas dua catur wulan satu SMU
Negeri 3 Klaten tahun pelajaran 2000/2001. Relevansi penelitian yang di lakukan
yaitu sama-sama meneliti lingkungan sekolah dalam pembelajaran bahasa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode untuk memudahkan dalam pencarian data dan pengelolaan data yang objektif. Langkah - langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah kampung Panggang, kecamatan Cisoka, kabupaten Tangerang. Beralamatkan di Jl. Raya Cangkudu - Cisoka No. 55 Kampung Panggang RT. 03/03 Ds. Selapajang Kec. Cisoka Kab. Tangerang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni tahun 2014, dari mulai observasi sampai selesai untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian pada penelitian ini populasinya adalah siswa Kelas X yang berada di Madrasah Aliyah (MA)Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, kabupaten Tangerang
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, kabupaten Tangerang yang berjumlah 49 siswa.
Teknik penetapan sampel yang penulis gunakan adalah teknik Random Sampling (sampel acak) yaitu: “Menentukan sampel dengan
pertimbangan tertentu yang dipandang dengan memberikan data secara maksimal”.
Menyikapi pendapat di atas dapat diartikan bahwa sumber data mempunyai inti dari sebuah penelitian dan mempunyai peranan yang sangat pentingdalam kaitannya berhasil tidaknya penelitian.
Sugiyono yang menyatakan bahwa: “Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam menggunakan datanya, maka sumber data disebut responden27
C. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data peneliti untuk mngumpulkan data penelitian, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif, karena untuk mengangkat fakta dan pemecahan masalah yang terjadi pada saat sekarang ini, dan menyajikannya sesuai dengan data secara statistik deskriftif kuantitatif infrensial yang diperoleh dari tempat penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, observasi dan wawancara.
1. Angket dan Daftar Pertanyaan (Variabel X)
Angket adalah alat pengumpul data, untuk memperoleh data yang akurat dan jumlahnya cukup banyak dari siswa yang beragam.
Sugiyono menyatakan bahwa angket adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawabnya28
Sedangkan Darwyan Syah, Djazimi, dan Supardi menyatakan bahwa angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden)29.
27
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, CV-1 20CV-12), h. 20
28
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, CV-1 20CV-12), h. 20
29
Dalam pengumpulan data Variabel X peneliti melakukan penyebaran angket dengan 20 item (soal) kepada 49 responden (siswa). Selanjutnya jawab angket tersebut penulis beri skor dengan menggunakan skala likert, yaitu masing masing pertanyaan di beri alternatif 5(lima) jawaban yang bernilai a=5, b=4, c=3, d=2 dan e=1.
2. Observasi
Maksud dan tujuan diadakan observasi atau pengamatan adalah penulis ingin mengetahui tentang pengaruh lingkungan sekolah pembelajaran bahasa Indonesia dalam pencegahan kenakalan siswa kelas X di Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah, Panggang, Cisoka, kabupaten Tangerang,yang dalam pengamatan penulis memfokuskan pada pengambilan tentang keadaan sekolah, lingkungan sekolah, fasilitas yang ada, yang kesemuanya sangat erat hubungannya dengan pembentukan jawaban siswa di sekolah.
Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa observasi adalah suatu tehnik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis30.
Hasil observasi secara keseluruhan, merupakan data yang dapat melengkapi data yang didapat dari angket.
3. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpul data yang sangat praktis dan sistematis karena wawancara sebelumnya telah direncanakan dan dipersiapkan sebelum wawancara dilakukan. Wawancara merupakan dua pihak yang menempati kedudukan yang berbeda, yang satu sebagai pengejar berita sedangkang pihak yang lain pemberi informasi dan berkomunikasi secara berhadapan secara fisik langsung.
Darwyan Syah, Djazimi dan Supardi, wawancara adalah sebagai berikut:
30
“Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapat jawaban dari responden (peserta didik) dengan jalan tanya jawab sepihak”31.
E. Teknik Analisis Data (Variabel X dan Veriabel Y)
Teknik data yang dibutuhkan terkumpul, maka data tersebut diolah menjadi suatu jawaban bagi permasalahan yang diteliti. Pengelolaan data tersebut menggunakan statistik.
Adapun langka langkahnya sebagai berikut:
a. Mengurutkan data nilai hasil angket kerjasama Wali Kelas dengan guru Bimbingan Konseling (X) dengan problem emosional anak (Y).
b. Menentukan rentang skor (R) dengan rumus: R = (H-L) + 132
H = Nilai Terbesar L = Nilai Terkecil
c. Menentukan kelas dengan rumus : K = l + (3,3) log n
N = Number banyaknya hal yang dipersoalkan d. Menentukan panjang kelas Interval (P) dengan rumus :
e. Membuat tabel distribusi frekuensi dan rata – rata masing – masing variabel.
f. Menentukan ukuran gejala pusat atau analisis tendensi sentral dengan cara :
1. Menghitung Mean, dengan rumus :
∑ 33
31
Darwyan Syah, Djazimi dan Supardi, Pengembangan Evaluasi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Diadit Media, 2009) h. 67
32
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan.(Jakarta: Grafindo Persada, 2011), h. 52 33
2. Menghitung Median, dengan rumus :
Md = { }
34
3. Menghitung Modus, dengan rumus :
{ }
g. Menentukan Standar devisi dengan rumus:
√
h. Makalah uji normalisilitas.
a. Menentukan nilai Z dengan, rumus :
b. Menghitung regresi linear dengan rumus : Y = a + bX i. Menghitung regresi linear, dengan rumus : Y = a + bX j. Analisis korelasi (produk moment) dengan rumus :
∑ ∑ ∑ √{ ∑ ∑ } {∑ }
35
k. menetapkan penafsiran korelasi sebagai berikut: l. menguji hipotesis dengan rumus t, dengan rumus :
√
m. menghitung besarnya kontribusi variabel X terhadap Y (Cofesien Determinasi) dengan rumus:
F. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini diarahkan kepada analisa terhadap dua variabel, yaitu pengaruh lingkungan sekolah terhadap siswa (Variabel X) dalam pembelajaran bahasa Indonesia (Variabel Y), maka secara statistik hubungan kedua variabel dapat di ajukan hipotesisnya dengan sebagai berikut:
34
Anas Sudjana, OP-Cit, h. 99 35
Ha : rxy = 0 tidak ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap Siwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Analisis Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa Bahasa Indonesia
Untuk mengetahui tentang pengaruh lingkungan sekolah terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, penulis menyebarkan angket kepada 49 orang responden. Selanjutnya jawaban angket tersebut beri skor dengan menggunakan “Skala Likers”, masing - masing pernyataan diberi alternative 5 jawaban, jawaban tersebut bernilai masing masing a = 5, b=4, c=3, d = 2, e = 1.
Dari hasil perhitungan jawaban angket variabel X, maka dibuat tabulasi data (tabulasi data terlampir), maka diperoleh nilai yang bervariasi, yang mana nilai tersebut penulis urutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi sebagai berikut.
Mengurutkan data dari nilai yang terendah sampai nilai yang tertinggi.
58 60 60 60 62 62 62 645 64 64
64 64 66 66 66 66 66 67 67 68
68 68 68 68 68 68 70 70 70 70
70 70 70 73 73 73 73 73 73 73
76 76 76 76 76 76 81 81 81
Berdasarkan data di atas dapat diindentifikasikan bahwa nilai terendah adalah 58 dan nilai yang tertinggi 81, maka selanjutnya disusun distribusi frekuensi dengan langkah - langkah sebagai berikut :
1. Menentukan Rentangan Nilai (R), dengan rumus :
2. Menentukan banyaknya kelas (K) dengan rumus:
(diambil 6)
3. Menentukan panjang kelas (interval) dengan rumus:
[image:41.595.107.525.110.593.2]
4. Menentukan Distribusi Frekuensi Variabel X. Tabel 1
Distribusi Frekuensi Variabel X
Skor F FXi
58-61 4 59
62-65 8 63
66-69 13 67
70-73 11 71
74-77 8 75
78-81 5 79
∑
5. Membuat Grafik Histogram Dan Polygon
Grafik 1
Dari grafik histogram dan polygon diatas, dapat diketahui bahwa pengaruh lingkungan sekolah terhadap siswa termasuk dalam kategori sedang atau cukup. Hal ini berdasarkan nilai angket pengaruh lingkungan terhadap siswa (variabel X) yang telah penulis lakukan pada 49 siswa dan hasilnya terdapat 4 siswa yang memperoleh nilai antara 59, 5 – 61,5, 8 siswa dengan nilai 63,5-65,5, 13 siswa dengan nilai 67,5-69,5 , 11 siswa dengan nilai 71,5-73,5 , 8 siswa dengan nilai 75,5-77,5 dan 5 siswa dengan nilai 79,5-81,5. Jadi frekuensi terbesar berada pada kisaran nilai 67,5-69,5.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi untuk mencapai Mean, Median dan Modus.
Skor F X FX Fkb
58-61 62-65 66-69 70-73 74-77 78-81
4 8 13 11 8 5
59 63 67 71 75 79
236 504 871 781 600 395
4 12 25 36 44 49 3387
0 2 4 6 8 10 12 14
59.5 63.5 67.5 71.5 75.5 79.5
a. Menghitung Mean , dengan rumus : _
X ∑
b. Menghitung Median, dengan rumus :
{ }
{ }
c. Menentukan modus , dengan rumus: { }
{ }
Tabel 3
Perhitungan Standar Deviasi
Skor F X X2 FX FX2
58-61 62-65 66-69 70-73 74-77 78-81
4 8 13 11 8 5
59 63 67 71 75 79
3418 3969 4489 5041 5625 6241
236 504 871 781 600 395
11924 31752 58357 55451 45000 31205
3387 233689
Selanjutnya menentukan standar deviasi, dengan rumus :
√∑ {∑ }
√ { }
√ √
Selanjutnya untuk menguji normalitas dilakukan langkah langkah sebagai berikut:
a. Mencari harga Z, dengan rumus :
b. Membuat tabel distribusi frekuensi observasi dan ekspektasi variabel x Tabel 4
Distribusi ekspektasi observasi dan ekspektasi
Skor
Batas Kelas (X)
Z Hitung Z Tabel Li Ei Oi
57,5 -3,43 0,4997
58-61 0,0027 0,2 4
61,5 -2,75 0,4970
62-65 0,9207 94,1 8
65,5 -1,39 0,4177
66-69 2,4017 7,6 13
69,5 0,04 0,0160
70-73 0,3889 -19,0 11
73,5 1,31 0,4049
74-77 0,0913 -4,5 8
77,5 2,67 0,4962
78-81 0,00377 -0,1 5
81,5 4,02 0,49997
c. Menghitung Chi kuadra (X2) dengan rumus : ∑
d. Menghitung derajat kebenaran (Dk), dengan rumus :
= 6-3 = 3
= (1-0,05)(3) = (0,95)(3) =7,81
[image:46.595.107.530.82.714.2]Berdasarkan perhitungan diatas bahwa uji normalitas untuk mengetahui data dalam sebaran normal atau tidak, maka diperlukan pengujian normalitas terhadap pengaruh lingkungan siswa (variabel X) kepada 49 siswa dengan menggunakan rumus X2 (chi kuadrat). Untuk menguji normalitas data dengan rumus X2 diketahui X2hitung = 2,95 dari
tabel harga kritik X2 diketahui dk = k-3 jadi (6-3 = 3), harga X2 dalam taraf signifikasi 5%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa X2hitung = (2.95)) < X2tabel = 70,81, dengan demikian bahwa data kerjasama wali kelas dengan guru bimbingan konseling (variabel X) pada sampel penelitian berasal dan populasi berdistribusi normal.
B. Analisis Data Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Skor yang diperoleh mengenai problem emosional anak (variabel Y) dengan jumlah responden 49 siswa.
Data problem emosional anak (variabel Y) besar nilai responden , jika diurutkan mulai dari nilai terendah sampai nilai terbesar.
Hasil dari persentasi data distribusi variabel Y dari semua angket pada setiap itemnya, penulis melakukan analisis pada variabel Y sehingga dapat diketahui skor terendah 28 sampai skor yang tertinggi adalah 43.
28 30 31 32 32 32 32 32 31 33
36 36 36 36 36 36 36 37 37 37
38 38 38 39 39 38 39 39 39 39
40 40 41 41 41 41 42 42 42 42
42 42 43 43 43 43 43 43 43
1. Mencari Rentangan Nilai ( R) , dengan rumus: R= (H – L) +1
= 15+1 =16
2. Menentukan banyak nya kelas (K) dengan rumus : K = 1 + 3,3 (log n)
= 1 + 3,3 (log 49) = 1 + 3,3 (1,69) = 1 + 5,77
= 6,577 (diambil 6)
3. Menentukan interval (i) dengan rumus:
(dibulatkan 3)
Jadi, diketahui Range (Rentangan nilai)= 16, banyaknya kelas = 6, dan panjang kelas (Interval) = 3.
[image:47.595.104.529.96.651.2]4. Menentukan tabel distribusi frekuensi Tabel 5
Daftar frekuensi variabel X
Skor F X
28 – 30 2 2
31 – 33 5 7
34 - 36 9 16
37 - 39 4 20
38 – 42 10 30
5. Membuat grafik histogram dan polygon Grafik 2
Histogram dan polygon dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Langkah berikutnya menghitung mean, median dan modus. Tabel 6
Distribusi frekuensi untuk mencari Mean , Median dan Modus
Skor F X FY Fkb
28 – 30 31 – 33 34 - 36 37 – 39 38 – 42 43 - 45
2 7 8 12 13 7
29 32 35 38 41 41
58 224 280 456 533 308
1 7 17 35 42 49 1859
a. Menghitung mean , dengan rumus : ∑
0 2 4 6 8 10 12 14
29.5 32.5 35.5 38.5 41.5 44.5
Polygon
b. Menghitung median, dengan rumus :
{ }
{ }
c. Menghitung modus, dengan rumus:
{ }
{ }
[image:49.595.105.526.112.702.2]
Jadi hasil dari perhitungan rumus Mean 37,93, Median 37,37 dan Modus 38,33
Tabel 7
Perhitungan standar devisi
Skor F Y X2 FY FX2
28 – 30 31 – 33 34 - 36 37 – 39 38 – 42 43 - 45
2 7 8 12 13 7
29 32 35 38 41 41
841 1024 1225 1444 1681 1936
58 224 280 456 533 308
1682 7168 9800 17328 21853 13552
1859 71383
√∑ ∑
√
√ √
Selanjutnya untuk menguji normalitas dilakukan langkah - langkah sebagai berikut :
a. Mencari harga Z dengan rumus:
[image:50.595.107.522.102.760.2]
b. Membuat tabel distribusi frekuensi observasi dan ekspektasi variabel X
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Observasi Dan Ekspektasi
Skor
Batas Kelas (X)
Z Hitung Z Tabel Li Ei Oi
27,5 2,50 0,4938
28 – 30 0,0313 1,6 2
30,5 1,78 0,4625
31 – 33 0,4386 21,5 7
33,5 0,06 0,0239
34 – 36 0,1092 5,35 8
36,5 0,34 0,1331
37 – 39 0,2774 13,5 12
38 – 42 0,0848 4,2 13
42,5 1,09 0,3621
43 - 45 0,2178 10,7 7
45,5 1,81 0,4649
c. Menghitung Chi kuadrat (x2) dengan rumus: ∑
d. Menghitung derajat kebenaran (Dk) dengan rumus: Dk = k – 3
= 6 – 3 = 3
e. Menghitung Chi kuadrat tabel dengan taraf signifikansi 5% DK – 3
X2tabel = (1-5%)(dk) = (1-0,05)(3) = (0,95)(3) =7,81
Jadi dapat disimpulkan bahwa X2hitung = 5,35 dan X2 tabel = 7,81 menentukan uji normalitas data variabel yang berdistribusi normal.
C. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Analisis ini dimaksud untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhapad siswa (variabel X) dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ( variabel Y) adapun langkah langkah penulis tempuh ialah sebagai berikut :
[image:52.595.104.525.110.756.2]1. Menyusun Data Variabel X dan Y Tabel 9
Uji Korelasi Antara Variabel X Dan Variabel Y
No X Y X2 Y2 XY
1 81 30 6561 900 2430
2 70 40 4900 1600 2800
3 70 28 4900 784 1960
4 76 31 5776 961 2356
5 70 32 4900 1024 2240
6 68 32 4624 1024 2176
7 66 39 4356 1521 2574
8 58 32 3364 1024 1856
9 66 43 4356 1849 2838
10 66 4 4356 16 264
11 81 43 6561 1849 3483
12 81 43 6561 1849 3483
13 76 35 5776 1225 2660
15 78 39 6084 1521 3042
16 73 36 5329 1296 2628
17 73 40 5329 1600 2920
18 70 41 4900 1681 2870
19 70 39 4900 1521 2730
20 76 36 5776 1296 2736
21 66 36 4356 1296 2376
22 76 39 5776 1521 2964
23 64 36 4096 1296 2304
24 68 32 4624 1024 2176
25 68 39 4624 1521 2652
26 73 36 5329 1296 2628
27 64 42 4096 1764 2688
28 64 39 4096 1521 2496
29 64 42 4096 1764 2688
30 68 36 4624 1296 2448
31 62 38 3844 1444 2356
32 64 42 4096 1764 2688
33 74 32 5476 1024 2368
34 74 39 5476 1521 2886
35 68 37 4624 1369 2516
36 60 33 3600 1089 1980
37 67 36 4489 1296 2412
39 66 43 4356 1849 2838
40 68 38 4624 1444 2584
41 68 37 4624 1369 2516
42 62 42 3844 1764 2604
43 62 53 3844 2809 3286
44 73 42 5329 1764 3066
45 70 37 4900 1369 2590
46 74 43 5476 1849 3182
47 66 41 4356 1681 2706
48 66 43 4356 1849 2838
49 70 41 4900 1681 2870
Jml
Dari data diatas diperoleh : ∑
∑
∑
∑
∑
2. Analisi regresi
A. (∑ ) ∑ ∑ ∑
∑ ∑
B. ∑ ∑ ∑
∑ ∑
Jadi, persamaan regresinya adalah y = 33,8 + 0,06 x, artinya apabila terjadi perubahan setiap satu pada variabel dari x 0,06, maka akan terjadi perubahan pada pariabel y sebesar 33,8 .
3. Menentukan koefisien korelasi, dengan rumus :
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
√{ }{ }
√{ }{ }
√ √
Setelah di ketahui regresinya tidak linear dan signifikan maka untuk menghitung korelasinya menggunakan product moment adapun perhitungannya sebagai berikut:
Untuk menginterpretasikan nilai tersebut, maka penulis
Interprestasi nilai koefesien korelasi “r” product moment Besar “r”
Product Moment
Interpretasi
0,0 – 0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu di abaikan ( dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y
0,20 – 0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang rendah atau lemah
0,40 – 0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup
0,70 – 0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan diatas , maka diperoleh rxy = 0,06 dengan ini dapat dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikasi 5% dan db 47, rtabel 0,433 jadi thitung < rtabel 0,433
4. Menentukan uji signifikansi korelasi a. Menentukan thitung dengan rumus :
√ √
√ √
√ √
b. Menentukan derajat kebebasan Db = n – 2
= 49-2 = 47
c. Menentukan distribusi t tabel dengan taraf signifikasi 5% sab db 47
Oleh karena itu thitung = 0,35 dan ttabel =2,01 dimana thitung < ttabel, maka dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima sedangkan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Kesimpulannya terdapat korelasi positif yang signifikan antara pengaruh lingkungan sekolah terhadap siswa ( Variabel X) dalam pembelajaran bahasa indonesia (Variabel Y)
d. Menentukan besarnyakontribusi variabel x terhadap variabel y dengan menggunakan koefesien deternimasi.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab IV, maka dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Madrasah Aliyah Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, Tangerang berada pada kategori baik, dari hasil perhitungan x2 hitung (2,95) < X2tabel (7,81) dan X2hitung (5,35) <X2tabel (7,81) yang didukung oleh hasil perolehan angket.
2. Adapun pengaruh lingkungan sekolah terhadap siswa (variabel X) dalam pembelajaran bahasa Indonesia (variabel Y) tersebut dikategorikan pada korelasi yang sangat rendah / lemah, artinya tidak ada keterkaitan antara dua variabel penelitian. Sedangkan bentuk Korelasi Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa (variabel X) dalam pembelajaran bahasa indonesia (variabel Y) tidak memiliki pengaruh 17,64 % sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain 83,36% baik faktor internal maupun faktoreksternal yang dapat diketahui lebih lanjut.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penelitian menunjukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Hasil angket berada pada kategori baik dan rendah, maka penelitian menyarankan untuk menambah tenaga pengajar dalam bidang bahasa Indonesia.
2. Sebaiknya guru bahasa Indonesia meningkatkan kompetensi keilmuan dan mengenalkan lingkungan sekolah.
[image:58.595.103.524.98.543.2]48
Bahasa Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu, 1981.
Arifin E. Zaenal, S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indone