• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Stres Ujian Dengan Perubahan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) Angkatan 2008 Pada Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Stres Ujian Dengan Perubahan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) Angkatan 2008 Pada Tahun 2010"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STRES UJIAN DENGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (FK USU) ANGKATAN 2008 PADA TAHUN 2010

Oleh :

Kavitha Kandasamy 070100286

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN STRES UJIAN DENGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (FK USU) ANGKATAN 2008 PADA TAHUN 2010

Karya Tulis Ilmiah

Oleh :

KAVITHA KANDASAMY 070100286

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN STRES UJIAN DENGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (FK USU) ANGKATAN 2008 PADA TAHUN 2010

Nama : KAVITHA KANDASAMY NIM : 070100286

Pembimbing

(dr. Soegiarto Gani, SpPD)

Penguji

(dr. Johny Marpaung, SpOG)

(dr. Lita Feriyawati, M.Kes.) Medan, 15 Desember 2010

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh menganggu

equilibrium (homeostasis) fisiologi normal. Beberapa penelitian menunjukkan

bahawa stres ujian mempengaruhi perubahan hematologi. Desain penelitian ini adalah penelitian cohort study. Penelitian dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008.Teknik sampling yang digunakan adalah teknik random sampling yang menepati kriteria inklusif dan eksklusif. Tekanan darah sistol dan diastol diukur pada sampel (n=85) sebelum dan semasa ujian dengan menggunakan sphygmomanometer raksa. Tahap stres diukur dengan kuesioner DASS 21 yang diberi semasa periode ujian. Data dianalisa dengan menggunakan table frekuensi, cross tabulation dan uji t dependen.Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh stres ujian terhadap perubahan tekanan darah di kalangan mahasiswa FK USU angkatan 2008.Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat perubahan tekanan darah sistol dan diastol sebelum ujian dan selepas ujian yang signifikan (p ≤ 0.05). 85% mahasiswa dengan stres ujian mengalami peningkatan tekanan darah sistol dan 90% mahasiswa dengan stres ujian mengalami peningkatan tekanan darah diastol. Uji korelasi menunjukkan hubungan yang kuat, signifikan dan searah bagi tahap stres dan perubahan tekanan darah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mungkin perubahan gaya hidup semasa ujian menyebabkan stres dan perubahan tekanan darah yang dipicu oleh respon fight or flight.

(5)

ABSTRACT

Stress is an forced human body reaction, which interferes with the normal physiological process (homeostasis). Researches show that examination stress could cause hematologic changes. The design of this reasearch is cohort study. The reserach was held on USU Medical Faculty students from batch 2008. The sample was picked by random samplings, who meet the exclusive and inclusive criteria. The blood pressure of medical students (n=85) was measured using a mercury sphygmomanometer during a casual period and during the period of their block examination. The stress level was measured using DASS 21 questionnaire. Data were analysed in SPSS version 17.0 using frequency table, cross tabulation and dependent

t-test. The objective is to assess the effect of examination stress on blood pressure

alteration in USU Medical Faculty students of batch 2008. The result was in the period of examination the blood pressure, both systole and diastole has a significant rise (p ≤ 0.05). 85% of students with examination stress has increased systole pressure and 90% of the students with examination stress have increasd diastole pressure. Correlation analyse shows that the stress level and the change in blood pressure has a strong, significance and one way relation. The aforesaid result may be due to the lifestyle changes during examination period whish causes stress and alters the blood pressure which was induced by fight or flight response.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan atas rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Stres Ujian Dengan Perubahan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) Angkatan 2008” ini.

Proposal penelitian ini merupakan bagian dari proses pembelajaran Community Research Program (CRP) di Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia. Selain itu, proses pembelajaran ini adalah untuk mencapai Standar Kompetensi Pendidikan Kedokteran Dasar Indonesia (KIPDI III).

Pada penelitian ini saya akan mengkaji hubungan stres ujian dan perubahan tekanan darah. Stres boleh memberi efek pada fungsi kardiovaskuler atau tekanan darah. Maka, tekanan darah diamati pada mahasiswa kedokteran USU semasa ujian dan sebelum ujian untuk meneliti pengaruh dan hubungan stres ujian terhadap perubahan tekanan darah.

Dalam kesempatan ini dengan segenap kebesaran hati, perkenankanlah saya menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada dosen pembimbing saya, Dr. Soegiarto Gani, SpPD dalam memberi banyak saran dan bimbingan untuk mempersiapkan proposal penelitian ini.

Selama penulisan proposal penelitian ini saya mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Kepada semua saya ucapkan terima kasih. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR KATA ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Stres ... 5

2.1.1 Definisi... 5

2.1.2 Kajian mengenai stres ... 5

2.1.3 Jenis-jenis stres... 7

2.1.4 Sumber stres... 7

(8)

2.1.6 Gejala stres... 9

2.1.7 Penentuan tahap stres... 10

2.1.8 Stres pada mahasiswa... 11

2.2 Tekanan Darah ... 13

2.2.1 Pengertian tekanan darah ... 13

2.2.2 Mekanisme kerja jantung ... 13

2.2.3 Langkah penentuan tekanan darah ... 14

2.2.4 Pengaturan tekanan darah ... 15

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah ... 16

2.3 Hubungan Stress Ujian dengan Tekanan Darah ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 21

3.3 Hipotesis ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1 Rancangan Penelitian ... 24

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26

4.5 Metode Analisis Data ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……... 29

5.1 Hasil Penelitian ... 29

(9)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel ...

29

5.1.3 Hasil Analisa Data ... 32

5.1.3.1 Analisa tahap stres ujian pada mahasiswa ... 32

5.1.3.2 Analisa tekanan darah mahasiswa sebelum ujian ... 37

5.1.3.3 Analisa tekanan darah mahasiswa semasa ujian 38 5.1.3.4 Uji T (dependent T test) untuk mengkaji perubahan tekanan darah ... 39

5.1.3.5 Hubungan stres ujian dengan perubahan tekanan darah ... 40

5.1.3.6 Analisa korelasi Spearman untuk menilai hubungan stres ujian dengan perubahan tekanan darah ... 42

5.2 Pembahasan ... 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

6.1 Kesimpulan ... 45

6.2 Saran ... 45

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Alur mekanisme respons tubuh terhadap stres... 8

2.2 Hubungan cardiac output dengan tekanan darah ……… 15

3.1 Kerangka konsep ………...……… 21

5.1 Tahap stres berdasarkan skor DASS 21 x 2 ... 34

5.2 Gambaran tekanan darah sistol (mmHg) sebelum ujian ... 37

5.3 Gambaran tekanan darah sistol (mmHg) sebelum ujian ... 37

5.4 Gambaran tekanan darah sistol (mmHg) semasa ujian ... 38

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

5.1 Karakteristik jantina responden yang mengikuti penelitian ... 30

5.2 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian ... 30

5.3 Karakteristik suku responden yang mengikuti penelitian ... 31

5.4 Gambaran jawaban bagi 21 pertanyaan di kuesioner ... 32

5.5 Min, median dan modus skor DASS pada mahasiswa ... 35

5.6 Hubungan jenis kelamin dan stres ujian ... 36

5.7 Uji T (dependent T test) bagi tekanan darah sistol dan diastol sebelum ujian dan semasa ujian ... 39

5.8 Hubungan tahap stres dengan perubahan tekanan darah sistol ... 40

5.9 Hubungan tahap stres dengan perubahan tekanan darah diastol ... 41

(12)

DAFTAR SINGKATAN

n Jumlah/ frekuensi

DASS Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stress Scale

p Nilai signifikan uji t r Nilai koefisien korelasi

CRP Community Resarch Program

FK USU Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara KIPDI III Kompetensi Pendidikan Kedokteran Dasar Indonesia

WHO World Health Organization

PSS Perceived Stres Scale

POMS Profile Mood States

BMR Basal Metabolism Rate

ACTH Adrenocorticotrophic hormone

ADH Antidiuretic hormone

CRF Corticotropin releasing hormone

TRF Thyrotropin releasing factor

Alpha value

m Mean

Sig Significance

tobt Obtained t value

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Persetujuan Komisi Etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan 2 Lembar penjelasan

3 Surat persetujuan (Informed Consent) 4 Kuesioner penelitian (DASS 21)

5 Uji validitas dan reliabilitas DASS di Indonesia 6 Data masukan

(14)

ABSTRAK

Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh menganggu

equilibrium (homeostasis) fisiologi normal. Beberapa penelitian menunjukkan

bahawa stres ujian mempengaruhi perubahan hematologi. Desain penelitian ini adalah penelitian cohort study. Penelitian dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008.Teknik sampling yang digunakan adalah teknik random sampling yang menepati kriteria inklusif dan eksklusif. Tekanan darah sistol dan diastol diukur pada sampel (n=85) sebelum dan semasa ujian dengan menggunakan sphygmomanometer raksa. Tahap stres diukur dengan kuesioner DASS 21 yang diberi semasa periode ujian. Data dianalisa dengan menggunakan table frekuensi, cross tabulation dan uji t dependen.Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh stres ujian terhadap perubahan tekanan darah di kalangan mahasiswa FK USU angkatan 2008.Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat perubahan tekanan darah sistol dan diastol sebelum ujian dan selepas ujian yang signifikan (p ≤ 0.05). 85% mahasiswa dengan stres ujian mengalami peningkatan tekanan darah sistol dan 90% mahasiswa dengan stres ujian mengalami peningkatan tekanan darah diastol. Uji korelasi menunjukkan hubungan yang kuat, signifikan dan searah bagi tahap stres dan perubahan tekanan darah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mungkin perubahan gaya hidup semasa ujian menyebabkan stres dan perubahan tekanan darah yang dipicu oleh respon fight or flight.

(15)

ABSTRACT

Stress is an forced human body reaction, which interferes with the normal physiological process (homeostasis). Researches show that examination stress could cause hematologic changes. The design of this reasearch is cohort study. The reserach was held on USU Medical Faculty students from batch 2008. The sample was picked by random samplings, who meet the exclusive and inclusive criteria. The blood pressure of medical students (n=85) was measured using a mercury sphygmomanometer during a casual period and during the period of their block examination. The stress level was measured using DASS 21 questionnaire. Data were analysed in SPSS version 17.0 using frequency table, cross tabulation and dependent

t-test. The objective is to assess the effect of examination stress on blood pressure

alteration in USU Medical Faculty students of batch 2008. The result was in the period of examination the blood pressure, both systole and diastole has a significant rise (p ≤ 0.05). 85% of students with examination stress has increased systole pressure and 90% of the students with examination stress have increasd diastole pressure. Correlation analyse shows that the stress level and the change in blood pressure has a strong, significance and one way relation. The aforesaid result may be due to the lifestyle changes during examination period whish causes stress and alters the blood pressure which was induced by fight or flight response.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada zaman sekarang, masyarakat menghadapi masalah yang semakin beragam sebagai akibat modernisasi dan perkembangan dunia. Masalah hubungan sosial dan tuntutan lingkungan seiring harapan untuk meningkatkan pencapaian diri, ketidaksanggupan pribadi untuk memenuhi tuntutan tersebut boleh menimbulkan stres dalam diri seseorang. Beberapa faktor penyebab umum dari stres antara lain: masalah pekerjaan, ujian, problem rumah tangga, sakit, kurang tidur, dan banyak lainnya.

Penelitian menunjukkan bahwa stres memberi kontribusi 50 sampai 70 persen terhadap timbulnya sebagian besar penyakit seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, kanker, penyakit kulit, infeksi, penyakit metabolik dan hormon, serta lain sebagainya. Ketika seseorang mengalami stres yang berat, akan memperlihatkan tanda-tanda mudah lelah, sakit kepala, hilang nafsu, mudah lupa, bingung, gugup, kehilangan gairah seksual, kelainan pencernaan dan tekanan darah tinggi (Mastura, 2007).

Penelitian dengan subyek mahasiswi Fakultas Kedokteran di Pakistan pada tahun 2002 menghasilkan perubahan yang kurang bermakna pada jumlah sel darah merah, dan peningkatan platelet dan netrofil serta terjadinya penurunan jumlah eosinofil, limfosit dan monosit dan 88% subjek menunjukkan peningkatan tekanan darah semasa ujian. Banyak stresor melibatkan aktivitas fisik, namun pada manusia sebagian besar penyebabnya adalah aspek psikologis, contohnya; frustasi, kebosanan, tekanan, trauma, konflik dan perubahan sosial. Salah satu respon individu dalam menghadapi stres adalah perasaan cemas (Qureshi.F, 2002).

(17)

adanya peningkatan pada tekanan darah diastolic and mean tekanan darah pada laki-laki dan perempuan (P<0.05). Kesimpulan penelitian itu mengatakan bahawa peningkatan ini disebabkan oleh reflex vestibule-sympathetic akibat postur mahasiswa semasa membaca (T.Pramanik, 2005).

Seterusnya, penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa pada waktu ujian menunjukkan bahawa pemaparan minimal 3-20 minit kepada stresor boleh menimbulkan perubahan hematologi dan stres ujian bisa menimbulkan perubahan hematologi (Maes.M, 1998).

Penelitian yang dilakukan di Norway pada mahasiswa untuk mengkaji efek stres ujian terhadap perubahan fisiologi dan hormon menunjukkan perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik serta tahap anxietas (Olav.V, 1986).

Suatu penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Indonesia menunjukkan bahawa tahap stres pelajar adalah sederhana. Faktor kerjaya merupakan penyebab utama stres di kalangan pelajar, diikuti oleh faktor akademik dan faktor lingkungan. Menurut penelitian ini didapati bahawa pelajar merupakan golongan yang mudah terpapar kepada stres dalam melaksanakan tanggungjawab dan peranan mereka di universitas (Mastura, 2007).

Stres yang bersifat konstan dan terus menerus mempengaruhi kerja kelenjar adrenal dan tiroid dalam memproduksi hormon. Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormon utama stres akan meningkat jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada sistem homeostasis. Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf simpatis berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung, dan tekanan darah. Tiroksin selain meningkatkan Basal Metabolism Rate (BMR), juga menaikkan denyut jantung dan frekuensi nafas (Mastura, 2007).

(18)

Perubahan gaya hidup mahasiswa semasa periode ujian disebabkan oleh stres dan perubahan gaya hidup ini juga boleh menyebabkan stres. Antaranya adalah kekurangan tidur, kurangnya bersenam, pola makan yang berubah, rasa takut menghadapi ujian dan sebagainya. Selain itu, rasa takut dan anxietas semasa ujian juga bisa menyebabkan stres pada mahasiswa. Stres ini memicu respons fight or flight pada tubuh. Ini akan menyebabkan sistem simpatik bekerja. Aktivasi sistem simpatik akan menyebabkan vasokonstriksi supaya darah dipam lebih banyak dalam masa sesaat, di mana curah jantungnya meningkat langsung meningkatkan tekanan darah.

Maka, perlu diteliti lebih lanjut hubungan stres ujian dengan perubahan tekanan darah pada mahasiswa kedokteran.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan suatu penelitian evaluatif terhadap perubahan tekanan darah sebelum ujian dan semasa ujian untuk menjawab pertanyaan penelitian: “Apakah ada hubungan antara stres ujian dengan perubahan tekanan darah di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2008?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan stres ujian dengan perubahan tekanan darah di kalangan mahasiswa FK USU angkatan 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

(19)

4. Untuk mengetahui perubahan tekanan darah sebelum dan semasa ujian. 1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan para pembaca terutama mengenai hubungan antara stres ujian dengan perubahan tekanan darah pada mahasiswa kedokteran.

Manfaat teoritis

a. Bagi Peneliti Manfaat praktis

Bagi peneliti, penelitian ini merupakan kegiatan yang dapat menambah pengetahuan dan pengalaman.

b. Bagi bidang akademik

Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi dunia pendidikan tentang efek stres ujian terhadap perubahan tekanan darah.

c. Bagi masyarakat ilmiah

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stres

2.1.1. Definisi

Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh menganggu

equilibrium (homeostasis) fisiologi normal (Julie K., 2005).

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003).

Menurut Morgan dan King, “…as an internal state which can be caused by

physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and social situations which are evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping” (Morgan

& King, 1986). Jadi stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (AAT Sriati, 2007).

2.1.2. Kajian mengenai stres

(21)

atau kekuatan eksternal yang mengubah keseimbangan internal harus bereaksi dan mengkompensasi supaya organisme dapat bertahan hidup. Contoh kekuatan eksternal adalah seperti suhu, konsentrasi oksigen di udara, pengeluaran energi, dan keberadaan predator. Selain itu, penyakit juga stres yang mengancam keseimbangan lingkungan internal tubuh (Nasution I. K., 2007).

Ahli saraf Walter Cannon menciptakan istilah homeostasis untuk lebih menentukan keseimbangan dinamis yang telah dijelaskan Bernard. Dia juga adalah yang pertama untuk memperkenalkan bahwa stresors dapat berupa emosional maupun fisik. Melalui eksperimen, dia menunjukkan respons "fight or flight" yang timbul pada manusia dan binatang ketika terancam. Selanjutnya, Cannon juga mengatakan bahawa reaksi ini juga disebabkan oleh pelepasan neurotransmitters (neurotransmiter adalah bahan kimia dalam tubuh yang membawa pesan ke dan dari saraf) dari kelenjar adrenal, medula. Medula adrenal mengeluarkan dua jenis neurotransmiter, yait (noradrenalin), dalam respon terhadap stres. Pelepasan neurotransmiter menyebabkan efek fisiologis terlihat pada respon "fight or flight", misalnya, denyut jantung yang cepat, peningkatan kewaspadaan, dan lain-lain. (Nasution I. K., 2007)

Seterusnya, Hans Selye, seorang ilmuwan awal yang mempelajari stres, melanjut pengamatan Cannon. Beliau mengatakan bahawa selain daripada respons tubuh, semasa stres kelenjar pituitary juga memainkan peranan. Dia menggambarkan kontrol oleh kelenjar sekresi hormon (misalnya, fisiologis terhadap stres dengan bagian lain dari kelenjar adrenal yang dikenal sebagai korteks. Selain itu, Selye sebenarnya memperkenalkan istilah tegangan dari fisika dan rekayasa dan didefinisikan sebagai "respons bersama yang terjadi di setiap bagian tubuh, fisik atau psikologis." (Nasution I. K., 2007)

(22)

proses ini adaptif, penyesuaian yang sesuai dan normal untuk organisme dalam menangkal stres. Proses adaptif yang berlebihan, dapat merusak tubuh. Overstres, bisa berbahaya. (Nasution I. K., 2007)

2.1.3. Jenis-jenis stres

Quick dan Quick (1984) dan Hans Selye dalam Girdano (2005) mengatakan bahwa terdapat dua jenis stres, yaitu eustres dan distres.

Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan

konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Ini adalah semua bentuk stres yang mendorong tubuh untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Ketika tubuh mampu menggunakan stres yang dialami untuk membantu melewati sebuah hambatan dan meningkatkan performa, stres tersebut bersifat positif, sehat, dan menantang (Walker.J, 2002).

Di sisi lain, distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu terhadap penyakit sistemik dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian. Distres adalah semua bentuk stres yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya, membebani tubuh, dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis. Ketika seseorang mengalami distres, orang tersebut akan cenderung bereaksi secara berlebihan, bingung, dan tidak dapat berperforma secara maksimal (Walker.J, 2002).

2.1.4. Sumber stres

(23)

biasanya yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan (anxiety), rasa bersalah, kuatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Banyak stresor sosial yang bersifat

traumatic yang tak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan

pekerjaan, pension, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan lain-lain. (Nasution I. K., 2007).

2.1.5. Mekanisme stres

Empat variabel psikologik yang mempengaruhi mekanisme respons stres: 1) Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stresor yang

mengurangi intensitas respons stres.

2) Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi.

3) Persepsi: pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respons stres.

(24)

Gambar 2.1 Alur mekanisme respons tubuh terhadap stres

Secara fisiologi, situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight (Nasution I. K., 2007).

2.1.6. Gejala stres

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis stres : kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung, perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian), sensitif dan hyperreactivity, memendam perasaan, penarikan diri depresi, komunikasi yang tidak efektif, perasaan terkucil dan terasing, kebosanan dan ketidakpuasan kerja, kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas serta menurunnya rasa percaya diri.

(25)

gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung), meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan, kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome), gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada, gangguan pada kulit, sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot, gangguan tidur, rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker.

Gejala-gejala perilaku dari stres adalah: menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan, perilaku sabotaj dalam pekerjaan, perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan), mengarah ke obesitas, perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi, meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi, meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas, menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman serta kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

Pengalaman stres sangat individual. Stres yang luar biasa untuk satu orang tidak semestinya dianggap sebagai stres oleh yang lain. Demikian pula, gejala dan tanda-tanda stres akan berbeda pada setiap individu (AAT Sriati, 2007).

2.1.7. Penentuan tahap stres

Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang. Tingkatan stres ini bisa diukur dengan banyak skala. Antaranya adalah dengan menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) oleh Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42

(DASS) terdiri dari 42 item dan Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari 21 item.

(26)

untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian (Lovibond & Lovibond, 1995).

Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42

(DASS) terdiri dari 42 item, mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis,

dan perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal); 30-59 (ringan); 60-89 (sedang); 90-119 (berat); >120 (Sangat berat) (Lovibond & Lovibond, 1995).

Selain itu, ada juga skala-skala lain yang bisa digunakan seperti Perceived

Stres Scale(PSS) atau Profile Mood States(POMS). Alat-alat ini digunakan sebagai

instrument untuk mendeteksi stres dan tahap stres dan bukannya sebagai alat untuk mendiagnosa (Cohen, 1983).

2.1.8. Stres pada mahasiswa

Fenomena stres di kalangan pelajar universitas merupakan satu topik yang sering menjadi bahan kajian kebanyakan pengkaji. Terdapat banyak faktor yang boleh menyebabkan seseorang pelajar mengalami stres seperti lingkungan, akademik, persaingan kerjaya, hubungan interpersonal dan cara pemikiran pelajar juga boleh menyumbang stres kepada pelajar. Justeru, stres masih tidak boleh dipisahkan dengan kehidupan pelajar dalam kesibukan mereka menuntut ilmu dan memperolehi pelbagai kemahiran di universitas. Perbedaan stres di kalangan pelajar juga adalah berbeza. Terdapat pelajar yang berupaya berhadapan dengan stres tanpa mengalami apa-apa kesan fizikal, mental atau emosi yang negatif serta boleh memotivasikan diri.

(27)

stres akan dialami dalam pelbagai keadaan seperti rasa kesunyian, kurang tidur, keresahan, kebimbangan yang tinggi serta simptom-simptom fisiologi yang ditunjukkan kesan daripada sesuatu peristiwa yang dialami (Wright, 1967). Oleh yang demikian, stres boleh menyebabkan kehidupan dan pergaulan seharian seseorang pelajar terjejas sehingga memberi dampak negatif terhadap tahap kesihatan, personaliti, interaksi sosial dan pencapaian akademik mereka. Menurut Campbell dan Svenson (1992), apabila stres dilihat dari aspek negatif atau tekanan yang terlalu tinggi, ia boleh mendatangkan kesan negatif terhadap kesihatan dan pencapaian akademik seseorang pelajar (Mastura, 2007).

Stres yang bersifat konstan dan terus menerus mempengaruhi kerja kelenjar adrenal dan tiroid dalam memproduksi hormon. Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormon utama stres akan naik jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada sistem homeostasis. Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf simpatis berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung, dan tekanan darah. Tiroksin selain meningkatkan Basal Metabolism Rate (BMR), juga menaikkan denyut jantung dan frekuensi nafas. Namun, pemaparan stres yang ringan atau sementara tidak menyebabkan penyakit sistemik. Ia hanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sebagai proses homeostasis.

(28)

2.2. Tekanan darah

2.2.1. Pengertian tekanan darah

Tekanan darah berarti tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan dinding pembuluh tersebut. Menurut D.G. Beevers (2002) tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung dapat bergerak untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. (Guyton, 1996)

2.2.2. Mekanisme kerja jantung

Dalam melakukan kerjanya jantung mempunyai tiga periode yaitu:

1. Periode Konstriksi (periode sistole)

Periode konstriksi merupakan suatu keadaan dimana jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup valvula semilinaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paruparu kiri dan kanan, sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian dialirkan ke seluruh tubuh (Lawson.R, 2007).

2. Periode dilatasi (periode diastole)

(29)

3. Periode istirahat

Peride istirahat yaitu waktu antara periode konstriksi (sistole) dan dilatasi (diastole) dimana jantung berhenti kira-kira 1/10 detik (Lawson.R, 2007).

2.2.3. Langkah penentuan tekanan darah

Untuk menentukan besarnya tekanan darah biasanya para klinisi menggunakan cara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan alat sphygmomanometer atau tensimeter. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara perabaan (palpasi) dan dengan cara pendengaran (auskultasi). Dalam penelitian ini pengukuran tekanan darah dilakukan secara tidak langsung dengan auskultasi, karena pemeriksaan ini lebih teliti dan mendekati sesungguhnya. Selain menggunakan sphygmomanometer pemeriksaan ini juga membutuhkan alat bantu pendengaran yaitu stetoskop (Qureshi.F, et al., 2002).

Fase I : Suara gelombang nadi yang pertama melalui manset menyerupai suara pertama jantung yang melemah.

Fase-fasenya

Fase II : Suara menjadi lebih keras dan diikuti oleh desingan seperti tiupan.

Fase III : Suara menjadi mksimal dan desingan mulai menghilang.

Fase IV : Sekonyong-konyong suara menjadi kurang nyata, menjadi suara tertutup (muffing sound).

Fase V : Suara hilang.

Adapun langkah-langkah penentuan tekanan darah dengan metode ini adalah sebagai berikut:

i. Mempersilakan sampel/subjek duduk.

ii. Pastikan lengan yang akan diperiksa tidak ditutupi oleh pakaian.

(30)

jantung. Pastikan lilitan cuff tidak terlalu ketat ataupun terlalu longgar. Posisikan lengan penderita sehingga sedikit fleksi pada sendi siku.

iv. Sebelum memompa cuff, buka kunci sphygmomanometer terlebih dahulu, kemudian kunci katup pompa (jangan terlalu kuat). Hadapkan sphygmomanometer ke arah pemeriksa.

v. Tetapkan tingginya tekanan cuff, perkirakan tekanan sistol dengan cara palpasi pada arteri radialis. Rasakan pulsasi arteri radialis dengan jari kedua dan ketiga tangan kiri, secara cepat pompa cuff hinga menggembung sampai pulsasi arteri radialis menghilang.

vi. Baca tekanan yang dihasilkan pada manometer, kemudian tambahkan 30mmHg. Kempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan tunggu selama 15-30 detik. vii. Pemeriksa memasang stetoskop. Kemudian, letakkan bell stetoskop di atas arteri

brachial.

viii. Pompa cuff sampai level yang telah ditetapkan tadi, kemudian kempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2-3mmHg per detik. Catat di mana terdengar suara pertama kali. Ini merupakan tekanan sistole.

ix. Lanjutkan menurunkan tekanan secara perlahan sampai suara menghilang sempurna. Ini merupakan tekanan diastole. Turunkan tekanan sampai angka 0. x. Buka cuff dengan cara menggulung, kunci sphygmomanometer, perbaiki

sampel/subjek. (Qureshi.F, et al., 2002).

2.2.4. Pengaturan tekanan darah

Tekanan darah = cardiac output x tahanan vaskular Gambar 2.2 Hubungan cardiac output dengan tekanan darah

(31)

perubahan tekanan arteri rata-rata. Tekanan arteri diatur oleh beberapa sistem yang saling berhubungan dengan melakukan fungsi-fungsi khusus, yang kesemuanya merupakan mekanisme umpan balik saraf yang mulai bereaksi dalam beberapa detik. Semua mekanisme ini menjadi aktif penuh dalam 30 menit sampai beberapa jam.

Pengaturan tekanan arteri meskipun bekerja sangat cepat dan kuat, umumnya kehilangan kemampuan setelah beberapa jam sampai beberapa hari karena reseptor tekanan saraf tersebut ”beradaptasi” atau kehilangan kepekaannya. Disamping mekanisme saraf, untuk mengatur tekanan arteri dengan cepat juga ada mekanisme hormonal dan mekanisme perpindahan cairan kapiler yang mulai bekerja dalam beberapa menit dan berfungsi penuh dalam beberapa jam (Lawson.R, 2007).

2.2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah 1. Umur

Pada usia lanjut, kondisi kardiovaskuler mengalami penurunan, hal ini menyebabkan pada usia lanjut akan lebih mudah mengalami gangguan kardiovaskuler. Hal ini dikarenakan bahwa semakin bertambahnya usia maka tekanan sistole semakin tinggi, sebagai akibat dari timbulnya arterosklerosis. Arteriosklerosis merupakan bercak yang terdiri dari timbunan jaringan lemak pada pembuluh darah yang menonjol ke dalam lumen pembuluh darah. Bercak ini sangat peka terhadap ulserasi, perdarahan, dan perkapuran yang tidak hanya menambah penyempitan, tetapi juga merupakan predisposisi bagi pembentukan trombus. (Lawson.R, 2007)

2. Jenis Kelamin

Menurut Evelyn C. Pearce, bahwa pada wanita tekanan darah lebih rendah dari pria sebesar 5 sampai 10 mmHg. (Lawson.R, 2007)

3. Kondisi kesehatan

(32)

a. Penyakit Ginjal

Pada penderita penyakit ginjal maka ekskresi natrium klorida dan cairan urine terganggu, akibatnya natrium klorida dan air yang ditambahkan pada cairan ekstraseluler jumlahnya besar. Garam dan air ini bocor dari darah masuk ke rongga interstitial, tapi sebagian masih tetap dalam darah. Hal ini akan menimbulkan efek berupa peningkatan volume interstitial yang luas (edema ekstraseluler) dan hipertensi akibat peningkatan volume darah (Guyton dan Hall, 1996).

b. Anemia

Pada penderita anemia, viskositas darah dapat turun hingga serendah 1,5 kali air, padahal normalnya kira-kira 3 kali air. Hal ini akan mengurangi tahanan terhadap aliran darah dalam pembuluh perifer, sehingga jumlah darah yang mengalir melalui jaringan dan kemudian kembali ke jantung menjadi jauh melebihi normal. Jadi, efek utama dari anemia adalah meningkatkan beban kerja jantung (Guyton dan Hall, 1996).

c. Penyakit Jantung

Penyakit jantung menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara aliran darah arterial dan kebutuhan myocardium, yang hampir selalu disebabkan oleh penyempitan arteriosklerotik. Penyakit jantung berhubungan dengan hipertensi, obesitas,

hypercholesterolemi dan merokok.

d. Arterosklerosis

Arterosklerosis disebabkan adanya kadar kolesterol serum yang tinggi, tekanan darah tinggi, infeksi virus, dan kadar besi darah yang tinggi.

4. Status Gizi

(33)

sederhana untuk memantau status gizi khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan adalah dengan Indeks Masa Tubuh (IMT).

5. 0lahraga

Menurut Dede Kusmana (2002) sejumlah studi telah menunjukkan bahwa olahraga teratur terutama olahraga yang menggunakan lengan minimal 3 kali seminggu dapat mempengaruhi kesehatan dan mengurangi resiko penyakit arteri. Olahraga juga dapat mengurangi beberapa faktor risiko terhadap penyakit jantung koroner dan stroke, termasuk hipertensi, kolesterol, darah tinggi, diabetes melitus, serta kegemukan. Olahraga juga memiliki efek yang positif terhadap stres mental (Lawson.R, 2007).

6. Merokok

Merokok merupakan faktor resiko mayor terhadap penyakit jantung koroner dan penyakit kardiovaskuler (Christopher Davidson, 2003). Zat-zat kimia dalam asap rokok terserap ke dalam aliran darah dari paru-paru lalu beredar ke seluruh tubuh dan mempengaruhi setiap sel tubuh. Zat-zat kimia ini sering membuat pembuluh darah menyempit dan membuat sel darah menjadi lebih lengket sehingga mudah membentuk gumpalan (Lawson.R, 2007).

7. Alkohol

Konsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga peluang untuk terkena hipertensi semakin tinggi (Lawson.R, 2007).

8. Kondisi Psikis

(34)

rangka dan penurunan aliran darah ke ginjal, kulit, dan saluran pencernaan. Stres akan membuat tubuh lebih banyak menghasilkan adrenalin, hal ini membuat jantung bekerja lebih kuat dan cepat (Lawson.R, 2007).

2.3. Hubungan stres ujian dengan tekanan darah

Mekanisme respon tubuh terhadap stres diawali dengan adanya rangsang yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh individu sendiri yang akan diteruskan pada sistem limbik sebagai pusat pengatur adaptasi. Sistem limbik meliputi thalamus, hipothalamus, amygdala, hippocampus dan septum. Sistem Limbik juga dapat mempengaruhi kerja dari sistem otonom. Hipothalamus memiliki efek yang sangat kuat pada hampir seluruh sistem viseral tubuh kita dikarenakan hampir semua bagian dari otak mempunyai hubungan dengannya. Oleh karena hubungan ini, maka hipothalamus dapat merespon rangsang psikologis dan emosional. Peran hipothalamus terhadap stres meliputi empat fungsi spesifik. Fungsi tersebut adalah; 1) menginisiasi aktivitas sistem saraf otonom, 2) merangsang hipofise anterior memproduksi hormon ACTH, 3) memproduksi ADH atau vasopressin, 4) merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroksin. Pemahaman empat fungsi ini sangat penting untuk mengerti tentang respons tubuh terhadap stres.

Hipothalamus saat stres akan mensekresikan CRF (corticotropin releasing

hormone) yang memacu hipofise anterior untuk memproduksi ACTH

(adrenocorticotrophic hormone) dan TRF (thyrotropin releasing factor). Pelepasan

ACTH membuat kelenjar adrenal mensekresikan beberapa hormon, meliputi glukokortikoid (kortisol), adrenalin dan noradrenalin. Pelepasan TRF akan merangsang kelenjar hipofise untuk memproduksi tirotropin yang akan mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin pada kelenjar tiroid (Pramanik.T, et al., 2005).

(35)

dan sebagainya. Selain itu, rasa takut dan anxietas semasa ujian juga boleh menyebabkan stres pada mahasiswa.

Maka, situasi stres ujian ini mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatik dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatik juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon.

Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormon utama stres akan meningkat jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada sistem homeostasis. Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf simpatik berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung, dan tekanan darah. Tiroksin selain meningkatkan Basal

Metabolism Rate (BMR), juga menaikkan denyut jantung dan frekuensi nafas.

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

[image:36.612.116.528.196.501.2]

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka konsep

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain (Notoatmodjo.S, 2002):

a. Variabel bebas atau variabel independen yaitu stres ujian.

Definisi operasional : mahasiswa yang mengalami stres ujian

Cara ukur : angket

Alat ukur : kuesioner DASS 21 Variabel Independen:

Stres ujian

Variabel Dependen: Perubahan tekanan

darah

• Umur

• Jenis kelamin • Kondisi kesehatan • Status gizi

• Merokok • Alkohol • Aktivitas fisik • Pemakaian obat • Kondisi psikis

(37)

Hasil ukur : 0-29 (normal); 30-59 (ringan); 60-89 (sedang); 90-119 (berat); >120 (Sangat berat).

Skala ukur : Nominal

b. Variabel terikat atau variabel dependen yaitu perubahan tekanan darah.

Definisi operasional : tekanan darah akhir – purata tekanan darah awal

Cara ukur : percobaan

Alat ukur : stetoskop dan sphygmomanometer

Hasil ukur : dalam ukuran mmHg dan dikirakan perubahan tekanan darah (meningkat [selisih = +], berkurang [selisih = -], tidak berkurang [selisih = 0]

Skala ukur : Nominal

c. Faktor-faktor seperti jenis kelamin, umur, kondisi kesehatan, status gizi, merokok, pemakaian obat, dan minum alkohol dan kondisi psikis awal juga dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah dalam penelitian. Faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin tidak perlu dikendalikan kerana ia tidak akan berubah mengikut masa. Manakala, faktor-faktor lain pula harus dikontrol, kerana ia mungkin berubah mengikut masa penelitian dilakukan dan faktor-faktor ini dijadikan sebagai kriteria eksklusif sampel. Variabel pengganggu pada penelitian ini harus dikendalikan agar perubahan tekanan darah semata-mata dipengaruhi oleh stres. Pemilihan responden yang menepati kriteria dilakukan dengan cara ukur wawancara.Variabel pengganggunya adalah:

i. Kondisi kesehatan dan status gizi

(38)

penyakit yang bisa mempengaruhi tekanan darah dan juga mereka dengan

normoweight).

ii. Kebiasaan merokok, minum alkohol

Pada mereka yang merokok dan minum alkohol dikhawatiri apabila tekanan darah diambil semasa stres, perubahannya itu dipengaruhi oleh rokok dan alcohol dan bukannya stres ujian. Maka, dikendalikan dengan pemilihan responden yang tidak merokok dan yang tidak minum alkohol.

iii. Pemakaian obat

Pada mereka yang memakai obat juga peningkatan tekanan darah itu boleh dipengaruhi oleh obat itu sendiri. Dikendalikan dengan pemilihan responden yang tidak mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti dekongestan hidung, obat flu dan obat supresi nafsu makan yang dapat meningkatkan tekanan darah. iv. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik semasa bisa mempengaruhi tekanan darah. Maka, ini dikendalikan dengan pengambilan tekanan darah dilakukan pada keadaan rehat dan posisi duduk.

v. Kondisi psikis awal

Pada hari-hari biasa (tanpa ujian atau awal semester) juga seseorang itu mempunyai stres. Agar stres ini tidak mempengaruhi penelitian, pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak tiga kali sebelum ujian (supaya nilai purata tekanan darah awal diperoleh).

3.3 Hipotesa

(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik yang akan menilai perubahan tekanan darah pada subjek yang mengalami stres ujian. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cohort study, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko (stres ujian) dengan efek (perubahan tekanan darah) melalui pendekatan longitudinal ke depan atau prospektif (Soekidjo Notoatmodjo, 2002).

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan dan di sekitar kawasan perumahan Jl. Dr. Mansur. Waktu penelitian direncanakan pada bulan Juli - Oktober 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi penelitian. Mengacu pada pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 sejumlah 431 orang mahasiswa.

Sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi disebut sampel penelitian. Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik random sampling (acak) yang menepati kriteria inklusif dan eksklusif.

(40)

n =

Keterangan : n = ukuran sampel

N = ukuran populasi (431)

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.1) (Notoatmodjo.S, 2002)

Sehingga didapatkan jumlah sampel sebagai berikut :

n =

n =

= 81,17 ~ 85

Maka, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 sejumlah 85 orang mahasiswa.

1. Mahasiswa yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian. Kriteria inklusi

1. Mahasiswa yang menghidapi penyakit sistemik, overweight atau underweight. Kriteria eksklusi

2. Mahasiswa yang merokok dan minum alkohol.

3. Mahasiswa yang mengkonsumsi obat-obat seperti dekongestan hidung, obat flu atau obat supresi makanan.

(41)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Adapun rincian kegiatan yang dilakukan pertahap adalah sebagai berikut:

a) Mendapatkan senarai nama mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008.

Tahap persiapan

b) Penyusunan kuesioner.

c) Mempersiapkan alat dan bahan untuk penelitian.

a) Mahasiswa dengan semua kriteria yang sesuai (sampel) dipilih dan tekanan darah awal diukur sebulan sebelum ujian blok gastrointestinal system dan dicatat. Nilai purata tekanan darah awal dihitung. Prosedur pemeriksaan tekanan darah:

Tahap pelaksanaan

i. Mempersilakan sampel/subjek duduk.

ii. Pastikan lengan yang akan diperiksa tidak ditutupi oleh pakaian.

iii. Lilitkan bagian bladder cuff di medial lengan atas, tepat di atas arteri brachialis, bagian bawah cuff berada 2,5cm proksimal fossa antecubiti, sejajar dengan letak jantung. Pastikan lilitan cuff tidak terlalu ketat ataupun terlalu longgar. Posisikan lengan penderita sehingga sedikit fleksi pada sendi siku.

iv. Sebelum memompa cuff, buka kunci sphygmomanometer terlebih dahulu, kemudian kunci katup pompa (jangan terlalu kuat). Hadapkan sphygmomanometer ke arah pemeriksa.

(42)

vi. Baca tekanan yang dihasilkan pada manometer, kemudian tambahkan 30mmHg. Kempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan tunggu selama 15-30 detik.

vii. Pemeriksa memasang stetoskop. Kemudian, letakkan bell stetoskop di atas arteri brachial.

viii. Pompa cuff sampai level yang telah ditetapkan tadi, kemudian kempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2-3mmHg per detik. Catat di mana terdengar suara pertama kali. Ini merupakan tekanan sistole.

ix. Lanjutkan menurunkan tekanan secara perlahan sampai suara menghilang sempurna. Ini merupakan tekanan diastole. Turunkan tekanan sampai angka 0.

x. Buka cuff dengan cara menggulung, kunci sphygmomanometer, dan perbaiki sampel/subjek.

b) Pada periode ujian, sehari sebelum ujian blok gastrointestinal system, pada masa yang sama dengan waktu tekanan darah awal diambil, ujicoba kuesioner DASS 21 akan diedarkan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008(sampel) dan skor DASS dihitung (skor DASS 21 x 2).

c) Pada masa yang sama, tekanan darah diukur sampai seluruh sampel terukur tekanan darahnya dan dicatat dalam bentuk tabel.

d) Seterusnya, semua data yang diperoleh (data dalam tabel dan juga data responden) dimasukkan dalam computer.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa: a)

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji kevalidan dan kereliabilitasannya untuk mendapatkan data sampel yang sesuai kriteria. Kuesioner yang digunakan adalah tipe kuesioner langsung tertutup (close ended item). Alasan dipilihnya kuesioner diasumsikan bahwa:

(43)

(1) Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

(2) Apa yang dinyatakan subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. (3) Interpretasi subyek tentang pertanyaan yang diajukan adalah sama dengan yang

dimaksud oleh peneliti. (Notoatmodjo.S, 2002)

Kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat stres adalah alat ukur DASS 21 yang dikembangkan oleh Lovibond dan Lovibond (1995), yang dijadikan alat ukur item stresnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Evelina Debora Damanik, kuesioner DASS yang ditranslasi ke Bahasa Indonesia mempunyai validitas dan reliabilitas yang cukup bagus (nilai α = .9483) untuk mengukur tingkat stres.

b)

Sphygmomanometer air raksa dan stetoskop Litmann digunakan untuk mengukur tekanan darah sampel sebelum dan semasa mengalami stres. Validitas dan reliabilitas diusahakan dengan cara semua alat dipersiapkan sebaik-baiknya sebelum digunakan dalam penelitian.

Sphygmomanometer dan stetoskop

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data dari setiap kuesioner dan tekanan darah yang diukur akan dicatat. Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Data kuesioner yang lengkap akan dimasukkan ke dalam komputer. Seterusnya, nilai tekanan darah yang diukur dan dicatat juga dimasukkan ke dalam sistem. Ini dilakukan pada awal penelitian dan juga akhir penelitian. Pada proses pemasukan data akan dilakukan pengecekan ganda. Analisis dilakukan secara analitik dengan menggunakan SPSS. Metode analisa data yang akan digunakan adalah frekuensi tabel, crosstabulation dan uji t dependen dan korelasi

(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus dan Oktober 2010 di Fakultas Kedokteran USU dan di rumah masing-masing sampel, dengan total sampel 85 orang. Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan hasil penelitian seperti dalam paparan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas negeri yang terletak di Kota Medan, Indonesia. USU adalah universitas pertama di pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteraan. Kampus USU Padang Bulan sebagai kampus utama berlokasi di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kampus ini dimulai digunakan sejak tahun 1957. Kini, Fakultas Kedokteraan USU beralamat Jl. Dr. Mansur No.5 Medan. Selain itu, penelitian juga dilakukan di kawasan sekitar Jl. Dr. Mansur, yaitu di rumah masing-masing responden.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik

random sampling (acak) yang menepati kriteria inklusi dan eksklusi. Maka, dengan

metode ini diperkirakan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 85 orang mahasiswa.

(45)
[image:45.612.107.512.140.254.2]

Tabel 5.1 Karakteristik jenis kelamin responden yang mengikuti penelitian

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, didapati bahawa dari sejumlah 85 mahasiswa 44 orang adalah perempuan (51,8%) dan 41 orang adalah lelaki (48,2%). Bilangan mahasiswa perempuan dan lelaki hampir sama.

Tabel 5.2 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

19 10 11,80

20 24 28,20

21 22 25,90

22 19 22,40

23 9 10,60

24 1 1,20

Jumlah 96 100,00

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, didapati bahawa dari sejumlah 85 mahasiswa 10 orang (11,80%) berumur 19 tahun, 24 orang berumur 20 tahun (28,20%), 22 orang (25,90%) berumur 21 tahun, 19 orang (22,40%) dengan umur 22 tahun, 9 orang Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Perempuan 44 51,80

Lelaki 41 48,20

[image:45.612.106.516.383.609.2]
(46)
[image:46.612.107.513.218.553.2]

(10,60%) dengan umur 23 tahun dan 1 orang (1,20%) dengan umur 24 tahun. Kebanyakan responden berumur 19-22 tahun.

Tabel 5.3 Karakteristik suku responden yang mengikuti penelitian

Suku Frekuensi (n) Persentase (%)

Acheh 5 5,90

Batak 9 10,60

Cina 15 17,60

Iban 4 4,70

India 16 18,80

Jawa 8 9,40

Kadazan 1 1,20

Mandailing 7 8,20

Melayu 17 20,00

Tiong hua 3 3,50

Jumlah 85 100,00

(47)

5.1.3 Hasil Analisis Data

Analisa data telah dilakukan setelah mengantri semua data yang diperoleh sepanjang pelaksanaan metode penilitian. Antara data-data yang diantri selain karakteristik responden adalah pengisisan kuesioner DASS, skor DASS 21, skor DASS dikali 2, tekanan darah diastol dan sistol sebelum ujian dan pada periode ujian.

[image:47.612.109.513.303.689.2]

5.1.3.1 Analisa tahap stres ujian pada mahasiswa

Tabel 5.4 Gambaran jawaban bagi 21 pertanyaan di kuesioner Skor/

Pertanyaan

0 1 2 3

n % n % n % n %

P1 25 29,4 37 43,5 20 23,5 3 3,5

P2 35 41,2 23 27,1 15 17,6 12 14,1

P3 32 37,6 36 42,4 17 20,0 0 0,0

P4 72 84,7 8 9,4 1 1,2 4 4,7

P5 37 43,5 32 37,6 10 11,8 6 7,1

P6 47 55,3 27 31,8 6 7,1 5 5,9

P7 47 55,3 24 28,2 12 14,1 2 2,4

P8 18 21,2 57 67,1 7 8,2 3 3,5

P9 37 43,5 23 27,1 20 23,5 5 5,9

P10 56 65,9 20 23,5 8 9,4 1 1,2

P11 31 36,5 41 48,2 11 12,9 2 2,4

(48)

P13 46 54,1 34 40,0 5 5,9 0 0,0

P14 43 50,6 33 38,8 8 9,4 1 1,2

P15 50 58,8 22 25,9 8 9,4 5 5,9

P16 56 65,9 23 27,1 6 7,1 0 0,0

P17 74 87,1 10 11,8 1 1,2 0 0,0

P18 32 37,6 38 44,7 9 10,6 6 7,1

P19 30 35,3 29 34,1 24 28,2 2 2,4

P20 44 51,8 26 30,6 14 16,5 1 1,2

P21 79 92,9 5 5,9 1 1,2 0 0,0

n = frekuensi, % = Persentase, P = pertanyaan

Kuesioner ini terdiri dari 21 pernyataan yang berkaitan dengan pengalaman mahasiswa dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:

0: Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.

1: Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang. 2: Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan

sering.

3: Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

(49)

Berdasarkan tabel 5.4, bagi pertanyaan 21, 17, 16, 15, 10 dan 4, kebanyakannya menjawab dengan skor 0. Bagi pertanyaan 8, kebanyakannya (67,1%) menjawab dengan skor 1. Jarang skornya mencapai 3.

Carta bar 5.1 Tahap stres responden berdasarkan skor DASS 21 x 2

Berdasarkan carta bar 5.1, daripada 85 responden 45 orang (52,9%) tidak mengalami stres, 36 orang (42,4%) mengalami stres ringan dan 4 orang (4.7%) mengalami stres sedang. Tiada sesiapa (0,0%) yang mengalami stres berat ataupun stres sangat berat. Tidak semua mahasiswa yang menduduki ujian mengalami stres. Hanya 40 orang (47,1%) yang mengalami stres ujian.

Tingkatan stres pada DASS 21 ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 21

(DASS) terdiri dari 21 item, mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis,

dan perilaku.

(50)
[image:50.612.188.454.217.331.2]

Skor DASS yang paling tinggi adalah 78 dan skor paling rendah adalah 0 (rujuk lampiran). Hanya 1 orang mendapat skor 78 dan hanya dua orang mendapat skor 0. Berdasarkan SPSS nilai min, median dan modus diperoleh seperti berikut :

Tabel 5.5 Min, median dan modus skor DASS pada mahasiswa Skor DASS

Mean 28,26

Median 26,00

Modus 26

(51)
[image:51.612.109.515.113.328.2]

Tabel 5.6 Hubungan jenis kelamin dan stres ujian Jenis kelamin

Tahap stres ujian

Total

Normal Ringan Sedang

Perempuan n 21 20 3 44

% 47.7 45.5 6.8 100.0

Lelaki n 24 16 1 41

% 58.5 39.0 2.4 100.0

Jumlah n 45 36 4 85

n = frekuensi, % = persentase

Analisa dibuat untuk melihat hubungan antara jenis kelamin dan stres ujian. Berdasarkan tabel di atas, bagi mahasiswa perempuan 21 orang (47,7%) tidak mengalami stres, 20 orang ( 45,5%) mengalami stres ringan dan 3 orang (6,8%) mengalami stres sedang. Bagi mahasiswa lelaki pula, 24 orang (58,5%) tidak mengalami stres, 16 orang (39,0%) mengalami stres ringan dan 1 orang (2,4%) mengalami stres sedang. Secara keseluruhannya, lebih ramai mahasiswa perempuan mengalami stres berbanding lelaki. Namun, perbedaannya sangat kecil (11%).

(52)

5.1.3.2 Analisa tekanan darah mahasiswa sebelum ujian

Carta bar 5.2 Gambaran tekanan darah sistol (mmHg) sebelum ujian

Berdasarkan carta bar di atas, rentang tekanan darah sistol sebelum ujian adalah di antara 100mmHg-120mmHg. Berdasarkan carta bar 5.3, rentang tekanan darah diastol sebelum ujian adalah di antara 60mmHg-80mmHg. Nilai min tekanan darah sistol adalah M=110mmHg. Manakala, min tekanan darah diastol adalah, M=70mmHg. Nilai median tekanan darah sistol adalah 112mmHg dan 70mmHg bagi tekanan darah diastol.

(53)

5.1.3.3 Analisa tekanan darah mahasiswa semasa ujian

Carta bar 5.4 Gambaran tekanan darah sistol (mmHg) semasa ujian

Berdasarkan carta bar di atas, rentang tekanan darah sistol semasa ujian adalah di antara 100mmHg-120mmHg. Berdasarkan carta bar 5.5, rentang tekanan darah diastol semasa ujian adalah di antara 60mmHg-80mmHg. Nilai min tekanan darah sistol adalah, M=111mmHg. Manakala, min tekanan darah diastol adalah, M=71mmHg. Nilai tengah tekanan darah sistol adalah 112mmHg dan 71mmHg bagi tekanan darah diastol.

(54)

5.1.3.4 Uji T (dependent T test) untuk mengkaji perubahan tekanan darah mahasiswa

Interpretasi dilakukan dengan membandingkan nilaI Sig. (probabilitas) dengan

a, alpha level. Jika p < a – hipotes nol ditolak. Jika p > a – hipotesa nol diterima.

Seterusnya, perbandingan dilakukan pada Nilai t statistic (tobt) dengan nilai t critical (tcv). Jika |tobt| > |tcv| – hipotes nol ditolak. Apabila |tobt| < |tcv| – hipotesa nol diterima.

Tabel 5.7 Uji T (dependent T test) bagi tekanan darah sistol dan diastol sebelum ujian dan semasa ujian

t df Sig. (2-tailed) Tekanan darah sistol semasa ujian (mmHg) -

Tekanan darah sistol sebelum ujian (mmHg) 5.782 84 0.000

Tekanan darah diastol semasa ujian (mmHg) -

Tekanan darah diastol sebelum ujian (mmHg) 5.760 84 0.000

Berdasarkan uji t dependen yang dilakukan bagi tekanan darah sistol sebelum ujian dan semasa ujian diperoleh nilai p yaitu nilai sig. adalah 0.000 dan α = 0.05. Maka, nilai p < nilai α. Seterusnya perbandingan dilakukan dengan nilai t. Di mana,

tobt = 84.00 dan tcv = 5.782. Maka, nilai tobt > tcv. Maka, hipotesa nol ditolak.

Maka, terdapat perubahan tekanan darah sistol sebelum ujian dan selepas ujian yang signifikan.

(55)

5.1.3.5 Hubungan stres ujian dengan perubahan tekanan darah

[image:55.612.110.516.262.544.2]

Perubahan tekanan darah dikirakan dengan tekanan darah sebelum ujian – tekanan darah semasa ujian, dalam ukuran mmHg (meningkat [selisih = +], berkurang [selisih = -], tidak berkurang [selisih = 0]. Tahap stres terdapat normal, ringan dan sedang.

Tabel 5.8 Hubungan tahap stres dengan perubahan tekanan darah sistol

Tahap stres

Perubahan tekanan darah sistol

Total Berkurang

Tiada perubahan

Bertambah

Normal n 6 30 9 45

% 13,3 66,7 20,0 100,00

Ringan n 2 4 30 36

% 5,6 11,1 83,3 100.0

Sedang n 0 0 4 4

% 0,0 0,0 100,0 100,0

Jumlah n 8 34 43 85

(56)
[image:56.612.110.516.233.497.2]

Daripada 40 orang mahasiswa yang mengalami stres, 34 (85%) mahasiswa mengalami peningkatan tekanan darah sistol. Hanya 6 mahasiswa (15%) yang tidak mengalami perubahan dan pengurangan tekanan darah.

Tabel 5.9 Hubungan tahap stres dengan perubahan tekanan darah diastol

Tahap stres

Perubahan tekanan darah diastol

Total Berkurang

Tiada perubahan

Bertambah

Normal n 7 29 9 45

% 15,6 64,4 20,0 100.0

Ringan n 2 2 32 36

% 5,6 5,6 88,9 100.0

Sedang n 0 0 4 4

% 0 0 100,0 100,0

Jumlah n 9 31 45 85

Berdasarkan tabel 5.11, diperhatikan pada mahasiswa dengan stres normal, seramai 29 orang (64,4%) tidak mengalami perubahan tekanan darah diastol. Bagi mahasiswa dengan stres, sama ada stres ringan atau sedang, seramai 32 orang (88,9%) dan 4 orang (100%) tekanan darahnya meningkat.

(57)

5.1.3.6 Analisa korelasi Spearman untuk menilai hubungan stres ujian dengan perubahan tekanan darah

Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi. Interpretasi berikutnya melihat signifikansi hubungan dua variabel. Interpretasi ketiga melihat arah korelasi.

Tabel 5.10 Analisa korelasi Spearman bagi stres ujian dengan perubahan tekanan darah

Stres ujian

Korelasi koefisien (r) Sig. (2-tailed)

Selisih tekanan darah sistol 0.508 0.000

Selisih tekanan darah diastol 0.518 0.000

Bagi korelasi antara stres ujian dengan selisih tekanan darah sistol menunjukkan nilai r = 0,508. Maka, hubungan antara kedua variabel adalah kuat. Nilai signifikannya adalah 0,000. Nilai p < nilai α. Maka hubungannya signifikan. Seterusnya tanda koefisien korelasinya adalah positif di mana hubungan kedua variabel adalah searah.

(58)

5.2 Pembahasan

Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh menganggu

equilibrium (homeostasis) fisiologi normal. Beberapa penelitian menunjukkan

bahawa stres ujian mempengaruhi perubahan hematologi.

Dari 85 mahasiswa 44 orang adalah perempuan (51,8%) dan 41 orang adalah lelaki (48,2%). Bilangan mahasiswa perempuan dan lelaki hampir sama. 52% perempuan mengalami stres dan 41% lelaki mengalami stres. Hasil ini sejalan dengan kajian yang dilakukan oleh KA Matthews terhadap efek kardiovaskular semasa stres terhadap pelajar. Menurut hasil penelitian beliau, tidak ada perbedaan tahap stres terhadap mahasiswa namun respons fisiologinya berbeda bagi lelaki dan perempuan semasa mengalami stres. Analisa hubungan usia dan tahap stres tidak dilakukan kerana rentang usia pada sampel sangat dekat dan kecil, yaitu umur paling muda adalah 19 tahun dan paling tua adalah 24 tahun. Analisa hubungan suku dan tahap stres juga tidak dilakukan kerana tiada dukungan teoritik.

Tidak semua mahasiswa yang menduduki ujian mengalami stres. 45 orang (52,9%) tidak mengalami stres, 36 orang (42,4%) mengalami stres ringan dan 4 orang (4.7%) mengalami stres sedang. Jumlahnya, 40 orang (47,1%) yang mengalami stres ujian. Tiada sesiapa (0,0%) yang mengalami stres berat ataupun stres sangat berat. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mastura (2007) pada mahasiswa Indonesia menunjukkan bahawa tahap stres pelajar adalah sederhana. bahawa seramai 76.7% responden mempunyai tahap stres yang sederhana. Hanya 3.3% responden sahaja mempunyai tahap stres yang tinggi dan 20% bertahap normal. Hampir lebih daripada separuh mahasiswa di penelitian tidak mengalami stres mungkin kerana stres

coping mechanism pada mahasiswa kelompok ini efektif dan bagus.

(59)

Maka, nilai p < nilai α. Seterusnya tobt = 84.00 dan tcv = 5.760. Maka, nilai tobt >

tcv. Maka, t(84) = 5.760, p ≤ 0.05. Hipotesa nol ditolak. Maka, terdapat perubahan tekanan darah diastol sebelum ujian dan selepas ujian yang signifikan. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Nepal oleh T.Pramanik (2005) terhadap mahasiswa kedokteran. Kesimpulan dari penelitian itu adalah, adanya peningkatan pada tekanan darah diastolic (P<0.05).

Daripada hasil penelitian diperhatikan bahawa terdapat 20% mahasiswa dengan tahap stres normal mengalami peningkatan tekanan darah sistol dan diastol. Ini mungkin disebabkan oleh bias yang mungkin disebabkan waktu pengisian kuesioner oleh mahasiswa. 10% mahasiswa dengan stres yang tidak mengalami perubahan tekanan darah sistol dan 5% tidak mengalami perubahan tekanan darah diastol. Hal ini mungkin didukung oleh teori bahawa sensitivitas stres pada setiap individu tidak sama. Selain itu, mungkin terdapat bias pada faktor stres dalam penelitian ini yang menyebabkan perubahan tekanan darah, di mana stres mungkin disebabkan oleh kecemasan semasa mengisi kuesioner.

Daripada 40 orang mahasiswa yang mengalami stres, 34 (85%) mahasiswa mengalami peningkatan tekanan darah sistol dan 36 (90%) mahasiswa mengalami peningkatan tekanan darah diastol.. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Qureshi.F (2002) dengan subyek mahasiswi Fakultas Kedokteran di Pakistan yang menunjukkan 88% subjek mengalami peningkatan tekanan darah sistol semasa ujian.

(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Tidak semua mahasiswa yang menduduki ujian mengalami stres. 52,9% tidak mengalami stres, 42,4% mengalami stres ringan dan 4.7% mengalami stres sedang. Jumlahnya, 47,1% yang mengalami stres ujian. Tiada sesiapa (0,0%) yang mengalami stres berat ataupun stres sangat berat.

2. Terdapat perubahan tekanan darah sistol dan diastole sebelum ujian dan selepas ujian yang signifikan. (p ≤ 0.05)

3. 85% mahasiswa yang stres mengalami peningkatan tekanan darah sistol. 90% mahasiswa dengan stres mengalami peningkatan tekanan darah diastol.

4. Hubungan antara stres ujian dengan tekanan darah kuat, signifikan dan se

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka konsep
Tabel 5.1 Karakteristik jenis kelamin responden yang mengikuti penelitian
Tabel 5.3 Karakteristik suku responden yang mengikuti penelitian
Tabel 5.4 Gambaran jawaban bagi 21 pertanyaan di kuesioner
+5

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan: Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tekanan darah antara mahasiswa yang memiliki kualitas tidur yang buruk dengan yang baik.. Kata kunci:

Simpulan: Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tekanan darah antara mahasiswa yang memiliki kualitas tidur yang buruk dengan yang baik.. Kata kunci: