• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penggunaan Polisemi Pada Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Penggunaan Polisemi Pada Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN POLISEMI

PADA HARIAN MEDAN BISNIS EDISI AGUSTUS 2007

1

Marini Nova Siska Naibaho dan Dardanila

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Abstract

This paper aimed to make an analysis of polysemic matter found on August 2007 edition of daily Medan Medan Bisnis. The purposes to be maintained mainly are: to know about polysemic matter found and to describe the polysemic types found in the above mentioned Newspaper. The data collected by using observation method, while in data analysing it was distributional method. The theory was by following Abdul Chaerconcepts for semantics, polysemy, and types of words. The achievement lastly from this analysis is that there are three kinds of polysemy found in the above mentioned newspaper. They arepolysemic verbs (46,7%), polysemic nouns (33,3%), and polysemic adjectives (20%). So it was a tendency in daily Medan Bisnis, August 2007 to use verbs in usage.

Key words: semantics, polysemy, types of words

1. PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Pemakaian bahasa diwujudkan di dalam bentuk kata – kata dan kalimat. Manusialah yang menggunakan kata, kalimat dan manusia yang menambah kosakata sesuai dengan kebutuhan.

“Bahasa dan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling berkaitan karena bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri” (Kridalaksana 1982 : 2). Maksud sistem lambang bunyi yang arbitrer yakni tidak ada hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai, berwujud kata atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai yaitu referensi dari kata atau leksem tersebut.

“Kearbitreran lambang bahasa dapat menyebabkan orang dalam sejarah linguistik menelantarkan penelitian mengenai makna” (Chaer 1995 : 1). Namun, mengenai makna menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari studi linguistik lainnya. Hal itu terjadi karena orang mulai menyadari bahwa kegiatan berbahasa sesungguhnya adalah kegiatan mengekspresikan lambang dua bahasa untuk menyampaikan makna – makna yang ada pada lambang tersebut, kepada lawan bicara (dalam berkomunikasi lisan) atau pembaca (dalam komunikasi tulis).

Dalam kehidupan sehari–hari kita harus berkomunikasi dengan baik. Alat komunikasi yang kita gunakan adalah bahasa. Bahasa yang kita sampaikan akan lancar jika bahasa tersebut berupa kata–kata yang memiliki makna yang jelas. Oleh karena itu, bahasa merupakan alat pemersatu antara seseorang dengan yang lainnya.

“Salah satu bahasa yang ada hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya adalah polisemi atau kegandaan makna” (Chaer 1995: 101).

Menurut Aminuddin (200: 123) polisemi adalah hubungan antara bentuk kebahasaan dengan perangkat makna. Misalnya, kata berjalan dapat mengandung makna (1) terlaksana, (2) berlangsung, dan (3) dengan alat. Makna tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut:

(1) Ali pergi ke sekolah berjalan kaki. Makna kata berjalan adalah dengan alat. (2) Acara itu telah berjalan dengan sukses. Makna kata berjalan adalah terlaksana. (3) Pesta adat itu berjalan hingga pukul 18.00 WIB.

Makna kata berjalan adalah berlangsung..

Pada kalimat (1) terkandung makna aslinya, sedangkan pada kalimat (2) dan kalimat (3) kata berjalan berubah maknanya tetapi masih mempunyai pertalian dengan makna aslinya walaupun sedikit dan dapat disebut sebagai polisemi.

(2)

sumber informasi yang penting, surat kabar memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa yang digunakan haruslah bahasa lugas yang dapat dipahami dengan baik sehingga informasi yang disampaikan kepada pembaca sesuai dengan apa yang diharapkan penulis. Informasi yang jelas dan akurat akan diperoleh dari pemilihan kata dan kalimat yang tepat

2. TEORI

2.1 Semantik

Chaer (1995: 2) menyatakan bahwa kata semantik

dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani “ Sema “ (kata benda) yang berarti “ tanda “ atau “ lambang “. Kata kerjanya adalah semaino

yang berarti “ menandai “ atau “ melambangkan “. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang sebagai padanan kata “ sema ” adalah tanda linguistik. Kata semantik yakni sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda – tanda linguistik dengan hal – hal yang ditandainya atau bidang studi linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Semantik juga dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti. Oleh karena itu, makna merupakan objek semantik.

Pengertian makna berbeda dengan arti di dalam semantik. Makna adalah pertautan yang ada diantara unsur – unsur bahasa itu sendiri (terutama kata–kata). Lyons (1977: 204) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan – hubungan makna yang dibuat kata tersebut berbeda dari kata – kata lain. Arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal dari kata itu sendiri yang cenderung terdapat di dalam kamus sebagai leksem.

Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pengguna bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Untuk menyusun kalimat yang dapat dimengerti, sebagian pengguna bahasa dituntut agar menaati kaidah gramatikal dan tunduk pada kaidah pilihan kata menurut leksikal yang berlaku di dalam suatu bahasa.

Makna sebuah kalimat sering tidak bergantung pada sistem gramatikal dan leksikal saja tetapi bergantung pada kaidah wacana. Makna sebuah kalimat yang baik pilihan katanya dan susunan gramatikalnya sering tidak dapat dipahami tanpa memperhatikan hubungannya dengan kalimat lain dalam sebuah wacana.

Contoh: “ terima kasih “ bermakna “ tidak mau “ dalam situasi jamuan makan atau minum, bila kita ditawari sesuatu pada jamuan itu.

Kata laki – laki secara leksikal memiliki makna sama dengan pria. Maknanya akan berbeda bila dilihat hubungannya dengan unsur lain secara gramatikal.

(4) Laki – laki itu suaminya. (5) Ih, dasar laki – laki !

Pada ekspresi (4) bermakna kebapaan, sedangkan kata laki – laki pada ekspresi (5) memiliki makna tamak, rakus, tidak sesuai dengan kodrat kebapaan (makna konotatif).

Semantik juga bermanfaat bagi kita. Manfaat semantik itu tergantung dari bidang apa yang kita geluti dalam tugas sehari – hari.

1. Bagi seorang wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik. Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum.

2. Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis kepadanya untuk dapat menganalisis bahasa atau bahasa-bahasa yang sedang dipelajarinya. Pengetahuan teori harus dapat dipahami dan dimiliki secara memadai. Tanpa pengetahuan teori, tidak akan dapat dengan tepat menjelaskan perbedaan dan persamaan semantis antara dua bentuk kata serta bagaimana menggunakan kedua bentuk kata yang mirip itu dengan benar.

3. Bagi orang awam pada umumnya pengetahuan yang luas tentang teori semantik tidaklah diperlukan. Tetapi penggunaan dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia di sekelilingnya yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan.

2.2 Polisemi

Djajasudarma (1993 : 43) menyatakan bahwa polisemi merupakan suatu kata memiliki lebih dari satu makna. Misalnya, kata jalan yang berarti “tempat berjalan” dan “kegiatan berjalan“. Makna tersebut dapat dilihat dari kalimat berikut:

(6) Jalan ke rumah si Tuti rusak (7) Jalan dulu, saya menyusul

Kata jalan pada kedua contoh tersebut dikatakan polisemi karena memiliki makna ganda. Pada kalimat (6) kata jalan bermakna “tempat berjalan” sedangkan kalimat (7) kata jalan

(3)

menyatakan bahwa polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Misalnya, kata mata dalam bahasa Indonesia yang memiliki makna yang banyak.

1. Mata manusia yang bermakna bagian organ tubuh untuk melihat.

2. Mata air yang bermakna sumber keluarnya air. 3. Mata pencaharian yang bermakna pekerjaan

yang menghasilkan.

4. Mata angin yang bermakna arah letaknya angin.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam bahasa kata mata setidaknya mengacu kepada 4 buah makna.

Contoh lain pada kata tangan yang memiliki komponen makna, antara lain:

(8) Anggota tubuh manusia, seperti tangan Lulu terkilir.

(9) Kegiatan mencuci tangan setelah bekerja atau makan, seperti cuci tanganmu setelah makan supaya tidak kotor.

(10)Berfungsi untuk memberi dan menerima sesuatu, seperti pada frase tangan kanan.

Komponen makna (8) adalah makna asal yang sesuai dengan referen, atau juga makna leksikal dari kata itu. Komponen makna (9) berkembang menjadi makna tersendiri untuk menyatakan kegiatan mencuci tangan. Komponen makna (10) juga berkembang menjadi makna sendiri untuk menyatakan bagian dari segala sesuatu yang berfungsi untuk memberi dan menerima.

Jika kita perhatikan kata mata dan kata

tangan yang memiliki berbagai macam makna, dapat dinyatakan bahwa makna - makna yang banyak dari sebuah kata yang berbentuk polisemi masih ada sangkut pautnya dengan makna asal karena dijabarkan dari komponen makna yang ada pada makna asal kata tersebut.

Di dalam meneliti penggunaan polisemi, peneliti harus memiliki kosakata yang besar jumlahnya karena pengertian yang akan digunakan berbeda-beda satu dengan yang lain. Namun, hal itu bukan persyaratan mutlak. Pada perkembangan pemikiran manusia, secara bergelombang makna dasar suatu kata berkembang, bertambah atau berubah akibat pola pikir pengguna bahasa yang berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Hal ini dapat juga menggambarkan perkembangan bentuk polisemi dalam bahasa.

Makna ganda dapat membuat pendengar atau pembaca ragu – ragu dalam menafsirkan makna atau kalimat yang didengar atau dibaca. Misalnya, jika kita mendengarkan orang

mengatakan pukul kita menjadi ragu – ragu. Apakah yang dimaksud adalah (1) jam (pukul delapan mereka berangkat), dan (2) kegiatan memukul (pukul saja kalau memang berani). Kesalahpahaman sering terjadi jika kita tidak melihat konteks kalimat lebih dahulu.

Selain pendapat Chaer dan Djajasudarma mengenai polisemi, ada beberapa pandangan mengenai polisemi sebagai berikut:

1. Gorys (2006: 36) mendefinisikan bahwa polisemi ialah satu bentuk mempunyai beberapa makna.

2. Parera (2004: 81) mendefinisikan bahwa polisemi ialah satu ujaran dalam bentuk kata yang mempunyai makna berbeda – beda tetapi masih ada hubungan dan kaitan antara makna-makna yang berlainan tersebut.

3. Usman (dalam Bandana 2002: 42) mengatakan bahwa polisemi berarti suatu bentuk yang memiliki makna lebih dari satu.

Dari pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa polisemi adalah makna ganda yang saling berhubungan, berkaitan baik berupa denotasi maupun konotasi, seperti contoh di bawah ini:

(11) Tidak ada rezeki kita memancing hari ini. (12) Sudah 3 tahun berumah tangga mereka belum

mendapat rezeki.

Kata rezeki pada (11) mempunyai arti yang sebenarnya yaitu mempunyai rezeki, tetapi pada (12) maknanya adalah makna kiasan yaitu mempunyai anak karena anak merupakan rezeki dari Tuhan, seperti juga harta, jabatan, dan lain-lain.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, penelitian ini menggunakan pendapat Chaer dan Djajasudarma mengenai polisemi.

Menurut Ullman (dalam Aminuddin), terdapat beberapa unsur penyebab polisemi. Unsur-unsur tersebut meliputi:

1. Spesifikasi dalam ilmu pengetahuan.

Misalnya: kata bentuk dalam bidang kebahasaan, arsitektur, maupun seni rupa memiliki maknanya sendiri-sendiri.

2. Spesialisasi penggunaan dalam kehidupan sosial – masyarakat yang beraneka ragam, sehingga kata jalan oleh para sopir diartikan “bekerja“, oleh para pedagang diartikan “berlangsung“.

3. Penggunaan dalam gaya bahasa.

Misalnya: puisi, sehingga kata darah dan beku

(4)

4. Dalam tuturan lisan maupun tulisan yang salah, bentuk seperti kelapangan dapat mengandung makna

“sesuatu yang lapang“ dan “pergi ke lapangan“.

Polisemi, selain dapat berakibat negatif juga merupakan unsur positif. Disebut berakibat negatif karena dapat menimbulkan kesalahan penerimaan informasi. Disebut positif karena memperkaya kandungan makna suatu bentuk kebahasaan sehingga lebih jelas digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda. Oleh karena itu, pengguna bahasa harus menghapal, mengingat, dan menguasai banyak kata. Untuk memudahkan beban ingatan pengguna bahasa, kata– kata seharusnya:

1. Ditambah unsurnya, baik ditambah di sebelah kiri atau ditambah di sebelah kanan, misalnya kata kemeja. Jika. ditambah di sebelah kiri terdapat urutan kata tangan kemeja yang maknanya berbeda dengan makna kemeja. Jika ditambah di sebelah kanan terdapat urutan kata kemeja biru yang maknanya berbeda dengan makna kata kemeja.

2. Leksem diberi imbuhan, misalnya leksem datang menjadi berdatangan, didatangi, mendatangi yang tentu saja maknanya tidak sama lagi dengan makna datang.

3. Penggunaannya diperluas, misalnya kata

mengudara dapat digunakan di lingkungan penerbangan dan di lingkungan siaran radio.

2.3 Jenis Kata

Kata merupakan masalah yang sering dihadapi oleh para linguis dalam linguistik. Para pengguna bahasa yang awam dengan mudah membentuk kalimat-kalimat dengan kata dan dapat memisah-misahkan kalimat terhadap kata-kata. Begitu juga terhadap orang pandai dapat menuliskan kalimat-kalimat dan dengan mudah memisahkan kata-kata antar sesamanya dalam tulisan mereka.

Adapun ciri-ciri kata yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti:

1. Bloomfield (dalam Pateda 2001 : 134) menggunakan kebebasan berdiri sendiri di dalam ujaran sebagai ciri kata.

2. Hockett (dalam Pateda 2001 : 134) menggunakan jeda dan dapat diisolasi.

3. Reichling (dalam Pateda 2001 : 134) menggunakan ciri-ciri sebagai momen bahasa, dapat dipisahkan, dapat dipindahkan, dan dapat ditukar.

4. de Groot (dalam Pateda, 2001 : 134) berpendapat ciri kata adalah berdiri sendiri dan bermakna.

Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, kata adalah satuan ujaran yang

berdiri sendiri dalam kalimat, dapat dipisahkan, dapat ditukar, dapat dipindahkan dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi.

Di dalam KBBI (Depdikbud 1993 : 451) kata bermakna sebagai berikut:

1. Unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.

2. Ujar, bicara.

3. Morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.

4. Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem.

Adapun penggolongan kata yang dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut:

Alwi (dalam Bandana 2002: 78-79) membagi kelas kata ke dalam empat kelompok kata yaitu:

1. Verba (kata kerja), yaitu kata yang berfungsi sebagai predikat dalam tataran klausa atau kalimat. Misalnya: mandi, makan.

2. Nomina (kata benda), yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, konsep, atau pengertian. Misalnya: pedagang, tikus, buku, dan komputer.

3. Adjektiva (kata sifat), yaitu:

a. Kata yang dapat bergabung dengan partikel sekali, tidak, sangat seperti tidak jahat.

b. Kata yang dapat mendampingi nomina, seperti: guru baik, anak malas.

c. Kata yang dapat didampingi partikel sekali, seperti: jelek sekali, hancur sekali.

4. Adverbia (kata keterangan).

Berdasarkan ciri bentuk dan kelompok kata, Keraf (dalam Ramlan 1985: 44-46) menggolongkan kata-kata menjadi empat golongan, yaitu:

1. Kata benda.

(5)

2. Kata Kerja.

Berdasarkan bentuknya, semua kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, -kan, -i, di- dicalonkan sebagai kata kerja. Berdasarkan kelompok kata, semua jenis kata dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat termasuk golongan kata kerja. Misalnya, kata

berjalan, menyanyi, tidur, mendengar, memperbaiki, dan sebagainya.

3. Kata Sifat.

Berdasarkan bentuknya, semua kata dapat menggunakan se + reduplikasi kata dasar + nya

dicalonkan sebagai kata sifat, misalnya kata

setinggi –tingginya. Berdasarkan kelompok kata semua kata sifat dapat diterangkan oleh kata

paling,lebih, sekali. Kata bilangan merupakan sub golongan kata sifat.

4. Kata Tugas

Berdasarkan bentuknya kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk. Misalnya: kata dengan, telah, dan, tetapi. Ada juga yang dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya kata

tidak, sudah.

Berdasarkan kelompok kata, kata tugas hanya mempunyai tugas untuk memperluas transformasi kalimat. Kata tugas tidak dapat menduduki fungsi – fungsi pokok dalam sebuah kalimat dan tidak dapat membentuk kalimat meskipun ada juga kata tugas yang dapat membentuk kalimat. Misalnya: sudah, belum, tidak, bukan.

Berdasarkan empat kategori kata yang dikemukakan oleh Alwi (dalam Bandana, 2002) dan Gorys Keraf (dalam Ramlan 1985 : 44 – 46) peneliti menggunakan teori Alwi dan Gorys Keraf berdasarkan kelas kata verba (kata kerja), nomina (kata benda), dan adjektiva (kata sifat) dalam penelitian ini.

3.

POLISEMI DALAM HARIAN

MEDAN BISNIS EDISI AGUSTUS

2007

Berdasarkan kategori kata polisemi dalam harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu (1) Polisemi Verba, (2) Polisemi Nomina, (3) Polisemi Adjektiva. Kalimat yang mengandung polisemi yang terdapat dalam harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 adalah sebagai berikut:

(13) Akhirnya Amandemen ke – 5 UUD 1945 diusulkan akhirnya kandas ditengah jalan. (14) Aturan obligasi perbankan segera terbit

dengan dikeluarkannya aturan dari Bank Indonesia.

(15) Akhirnya Inter Milan berhasil tendang AC Milan dari posisi puncak.

(16) Tahun 2008 cadangan devisa tembus US$ 66 miliar.

(17) Pemerintah ancam pangkas anggaran dana alokasi umum jika masih disimpan di SBI. PT Danareksa mendorong investor domestik untuk terjun dalam transaksi saham dipasar modal agar persentase investor dalam negeri semakin besar dalam pasar modal.

(18) Dalam upaya menyukseskan program ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan, aparat fiskus akan aktif menyisir pusat bisnis mengikuti pusat perbelanjaan dan pertokoan, termasuk di kota Medan.

(19) Rudd mengatakan ia sudah menduga rating pribadinya akan rontok sebagai akibatnya. (20) Stiker Jerman Miroslav Klose

menyelamatkan muka Bayern Munich Senin dengan mencetak gol untuk menyamakan atas klub papan bawah Wacker Burghausan ketika klubnya itu akhirnya menang 4 – 3 dalam adu tendangan penalti pada putaran kedua piala Jerman.

(21) Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Gabungan Elektronika (Gabel) Rahmat Gobel dalam workshop fasilitas pengembangan iklim usaha elektronika.

(22) Namun, aneh bila kini elit Golkar bereaksi negatif karena perbedaan kacamata yang sangat tajam padahal itu merupakan sebuah proses demokrasi.

(23) Kegagalan meraih nilai penuh di laga pertama harus dijadikan cambuk oleh Manchester United.

(24) Saya rasa, faktor nonteknis yang menjadi

kunci sukses tim kami menjadi juara.

(25) Sridhar tampil gemilang dan berhasil menyamakan kedudukan dan bahkan sempat memaksa deuce.

(26) Saat dikonfirmasi, Gading sempat membantah, “Ah, tidak mungkin papa bilang semacam itu. Aku masih yakin dengan agamaku, “ tuturnya dengan mulus.

(27) Pengalaman pahit masa lalu dijanjikan tidak lagi terulang.

3.1 Jenis Kata yang Polisemi dalam Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007

3.1.1 Polisemi Verba (Kata Kerja)

Secara sintaksis, verba berfungsi sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam tataran klausa atau kalimat yang berupa perbuatan dan keadaan yang tidak dapat diawali kata

ter-(paling). Berdasarkan bentuknya, semua kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, -kan,-I,

(6)

polisemi verba yang terdapat dalam harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 adalah sebagai berikut: (28) a. Akhirnya Amandemen ke – 5 UUD 1945

diusulkan akhirnya kandas di tengah jalan. b. Kapal itu kandas di tepi pelabuhan. Dari contoh di atas makna kandas pada (a) adalah gagal, tidak berhasil. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah terlanggar pada dasar laut. Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

(29) a. Aturan obligasi perbankan segera terbit

dengan dikeluarkannya aturan dari Bank Indonesia.

b. Matahari yang terbit di timur selalu menjadi pemandangan yang sangat indah di pulau Dewata.

Dari contoh di atas makna terbit pada (a) adalah dibuat, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah timbul, naik, keluar sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

(30) a. Akhirnya Inter Milan berhasil tendang AC Milan dari posisi puncak.

b. Nenek tua yang sedang berjalan kena

tendang bola.

Dari contoh di atas makna tendang pada (a) adalah menggeser. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah sepak, terjang. Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

(31) a. Tahun 2008 cadangan devisa tembus US$ 66 miliar.

b. Peluru yang ditembak ke dadanya tembus

sampai ke tulangnya.

Dari contoh di atas makna tembus pada (a) adalah mencapai. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah masuk sampai (keluar). Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

(32) a. Pemerintah ancam pangkas anggaran dana alokasi umum jika masih disimpan di SBI. b. Akibat tidak pernah pangkas, sekarang

rambutnya bertambah panjang.

Dari contoh di atas makna pangkas pada (a) adalah memperkecil. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah bergunting (rambut). Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

33) a. Dalam upaya menyukseskan program ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan, aparat fiskus akan aktif menyisir pusat bisnis mengikuti pusat perbelanjaan dan pertokoan, termasuk di kota Medan. b. Wanita cantik itu menyisir rambut dari

ujung rambut.

Dari contoh di atas makna menyisir pada (a) adalah menertibkan. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah merapikan dengan sisir. Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

(34) a. Rudd mengatakan ia sudah menduga rating pribadinya akan rontok sebagai akibatnya.

b. Musim kemarau telah membuat daun pepohonan rontok.

Dari contoh di atas makna rontok pada (a) adalah menurun. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah gugur.Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

3.1.2 Polisemi Nomina (Kata Benda)

Kata benda yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, konsep, atau pengertian. Dalam kalimat yang predikatnya verba cenderung menempati fungsi subjek, objek, atau pelengkap. Kata benda juga dapat diikuti oleh adjektiva. Semua kata mengandung morfem terikat atau imbuhan ke – an, pe – an, pe-, -an, ke- merupakan calon kata benda. Contoh kata – kata polisemi nomina yang terdpat dalam harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 adalah sebagai berikut:

(35) a. Stiker Jerman Miroslav Klose menyelamatkan

muka Bayern Munich Senin dengan mencetak gol untuk menyamakan atas klub papan bawah Wacker Burghausan ketika klubnya itu akhirnya menang 4 – 3 dalam adu tendangan penalti pada putaran kedua piala Jerman.

b. Setiap pagi ia membasuh muka dengan air hangat.

Makna muka pada (a) adalah harga diri, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah bagian depan kepala, dari dahi atas sampai ke dagu dan dari telinga yang satu ke telinga yang lain sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

(36) a. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Gabungan Elektronika (Gabel) Rahmat Gobel dalam workshop fasilitas pengembangan iklim usaha elektronika. b. Indonesia merupakan negara yang

mempunyai iklim tropis.

Makna iklim pada (a) adalah suasana, keadaan, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah keadaan hawa (suhu, kelembapan) sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

(37) a. Namun, aneh bila kini elit Golkar bereaksi negatif karena perbedaan kacamata yang sangat tajam padahal itu merupakan sebuah proses demokrasi.

(7)

Makna kacamata pada (a) adalah pandangan seseorang terhadap suatu hal ditinjau dari sudut tertentu, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah lensa tipis untuk mata guna menormalkan dan mempertajam penglihatan sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

(38) a. Kegagalan meraih nilai penuh di laga pertama harus dijadikan cambuk oleh Manchester United.

b. Pennjahat yang tertangkap kemarin dikenai cambuk oleh polisi.

Makna cambuk pada (a) adalah sesuatu yang dapat menimbulkan dorongan untuk maju (lebih baik), sedangkan makna leksikal pada (b) adalah cemeti yang besar sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

(39) a. Saya rasa, faktor nonteknis yang menjadi

kunci sukses tim kami menjadi juara. b. Kunci pintu depan hilang di tengah jalan. Makna kunci pada (a) adalah sesuatu yang dipakai untuk menentukan kalah menang, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah alat yang terbuat dari logam untuk membuka atau mengancing pintu dengan cara memasukkan ke dalam lubang sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

3.1.2Polisemi Adjektiva (Kata Sifat)

Kata sifat adalah kategori yang ditandai dengan

1. bergabung dengan partikel tidak. 2. mendampingi nomina.

3. di dampingi partikel sekali.

Semua kata yang dapat menggunakan se

+ reduplikasi kata dasar + nya dicalonkan sebagai kata sifat.

Contoh kata-kata polisemi adjektiva dalam harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 adalah sebagai berikut:

(40) a. Sridhar tampil gemilang dan berhasil menyamakan kedudukan dan bahkan sempat memaksa deuce.

b. Karirnya semakin gemilang sejak ia membuka usaha restoran di sekitar kampus.

Makna gemilang pada (a) adalah bagus, baik sekali, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah bersinar sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

(41) a. Saat dikonfirmasi, Gading sempat membantah, “Ah, tidak mungkin papa bilang semacam itu. Aku masih yakin dengan agamaku,“ tuturnya dengan

mulus.

b. Kulit tubuhnya kelihatan mulus tanpa ada noda.

Dari contoh di atas makna mulus pada (a) adalah jujur, tulus. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah halus. Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

(42) a. Pengalaman pahit masa lalu dijanjikan tidak lagi terulang.

b. Setelah diminum ternyata kopi itu terasa

pahit.

Makna pahit pada (a) adalah sedih, tidak menyenangkan hati, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah rasa tidak sedap sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

4. SIMPULAN

Setelah melihat keterangan di atas, dapat dinyatakan bahwa harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 memiliki tiga kelas kata polisemi yakni polisemi verba (kata kerja) sebanyak 46,7%, polisemi nomina (kata benda) sebanyak 33,3%, polisemi adjektiva (kata sifat) sebanyak 20%. Oleh karena itu, polisemi pada harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 lebih cenderung menggunakan kata kerja.

--- Catatan:

1

Artikel ini merupakan ringkasan dari skripsi yang telah dipertahankan di hadapan dewan penguji pada 28 Desember 2007 di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU dengan pembimbing utama Drs. Kabar Bangun dan pembimbing pendamping Dra. Dardanila, M.Hum.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2001. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru.

Bandana, dkk. 2002. Polisemi dalam Bahasa Bali. Jakarta: Pusat Bahasa.

Chaer Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 1.

Pengantar Ke arah Ilmu Makna. Bandung: Refika.

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

(8)

Lyons, John. 1077. Semantics 1. Cambridge: Cambridge University Press.

Parera, Daniel Jos. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Ramlan, M. 1985. Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana.

Sumber Data:

Referensi

Dokumen terkait

Ketersediaan pelayanan konsultasi gizi Tersedia 5 Pelayanan rekam medik Input Pemberi pelayanan rekam medis Sesuai standar. Proses Waktu penyediaan dokumen rekam medis

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada

Pekerjaan pemasangan rambu-rambu tambang yang harus dikerjakan oleh pihak kontraktor ataupun perusahaan yang meliputi : papan blok, pita elevasi, pita batas lahan, pita

11.Disini keadaan yang rumit..banyak trader akan terperangkap dengan bear CS..seolah olah sudah berlaku ending trend...seperti yang saya bagi tahu..keputusan kita adalah terletak

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

Dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, perilaku yang dimunculkan akan berbeda dalam menghadapi sesuatu, untuk melakukan kebutuhan secara riligius membutuhkan niat

Oleh karena itu, pada pengerjaan proyek akhir ini diusulkan aplikasi yang diharapkan dapat membantu warga dalam menyalurkan pengajuan izin kegiatannya, membantu