PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT
DI KECAMATAN PANDAN DALAM RANGKA
PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN
TAPANULI TENGAH
TESIS
Oleh
SIMAMORA DANIEL REINHARD AGUSTINO
107003045/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2012
SE K
O L
A
H
P A
S C
A S A R JA
N
PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT
DI KECAMATAN PANDAN DALAM RANGKA
PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN
TAPANULI TENGAH
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SIMAMORA DANIEL REINHARD AGUSTINO
107003045/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN PANDAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH
Nama Mahasiswa : Simamora Daniel Reinhard Agustino Nomor Pokok : 107003045
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP)
(Dr. Rujiman, SE. MA)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof.Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam,SE) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE)
Tanggal lulus : 29 Agustus 2012 Telah diuji pada
Tanggal : 29 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS:
Anggota : 1. Dr. Rujiman, SE, MA
2. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si
3. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec
4. Ir. Supriadi, MS
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh
Desentralisasi dan Pendapatan Perkapita terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya saya
sendiri dan belum dipulikasikan oleh siapa pun sebelumnya. Sumber data
daninformasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan 21 Juli 2012
Yang membuat pernyataan,
PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN PANDAN DALAM
RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH
KABUPATEN TAPANULI TENGAH
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap jumlah pengunjung fasilitas wisata di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tapanuli Tengah, dan menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap pendapatan pemilik fasilitas wisata (Hotel, Restoran dan pemilik boat).
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pandan dengan mengambil objek penelitian pemilik fasilitas wisata (pelaku usaha hotel, restoran, dan boat) dengan mengambil sampel responden 30 orang. Metode penelitian menggunakan analisis uji beda rata-rata berpasangan, analisis regresi linier sederhana, dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pengunjung fasilitas wisata hotel, restoran dan boat pada tahun 2001 adalah sebanyak 2.336 orang dan nilai rata-rata jumlah pengunjung fasilitas wisata hotel, restoran dan boat pada tahun 2009 sebanyak 2.174 orang. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan sebesar 162 orang per tahun atau mengalami peningkatan sebesar 7,45% dari Tahun 2009. Hasil ini menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan memberikan pengaruh terhadap jumlah pengunjung fasilitas wisata hotel, restauran dan boat pada tahun 2011 dan pada tahun 2009 dengan tingkat signifikansi 0.05. Kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sektor pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah, disebabkan adanya meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor jasa-jasa. Kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan pemilik fasilitas wisata restoran/rumah makan. Dimana rata-rata pendapatan tahun 2009 sebesar Rp. 40.000.000, sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi rata-rata pendapatan sebesar Rp. 53.000.000,-. Dari hasil ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pendapatan pemilik restoran sebesar rata-rata Rp. 13.000.000 dari tahun 2009 ke tahun 2011.
THE INFLUENCE OF TOURISTS’ VISIT ON THE INCREASE OF THE PEOPLE’S INCOME AT PANDAN SUBDISTRICT, IN RELATION
TO THE DEVELOPMENT OF CENTRAL TAPANULI DISTRICT
ABSTRACT
The aim of the research was to analyze the influence of tourists’ visit on the number of tourism facilities at Pandan Subdistrict, Central Tapanuli District, the influence of tourists’ visit on the PAD (Regional Budget) of Central Tapanuli District, and the influence of tourists’ visit on the income of the owners of tourism facilities (hotels, restaurants, and boats).
The research was performed at Pandan Subdistrict by using 30 owners of the tourism facilities (the business people of hotels, restaurants, and boats) as the objects of the research and the respondents of the samples. The research used mean-pair disparity test, simple linear regression analysis, and descriptive analysis.
The results of the research showed that the average number of tourists who used tourism facilities (hotels, restaurants, and boats) in 2011 was 2,336 visitors, and the average value of the number of visitors who used the tourism facilities hotels, restaurants, and boats) in 2009 was 2,174 visitors. These results showed the disparity of 162 visitors per year which indicated the increase of 7.45% from 2009. It was indicated that the tourists’ visit influenced the number of visitors who used the tourism facilities (hotels, restaurants, and boats) from 2009 to 2011 with the significance level of 0.05. The tourists’ visit had positive and significant influence on the Regional Budget in the tourism sector in Central Tapanuli District because of the increase of the contribution in the sectors of trade, hotel, and restaurant, as well as in the servicing sectors. The tourists’ visit also influenced the increase of the income of the owners of restaurants/food stalls, in which the average income in 2009 was Rp. 40,000,000 and in 2011 increased to Rp. 53,000,000. It indicated that there was the increase of the average income of the owners of restaurants Rp. 13,000,000 from 2009 to 2011.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis dengan judul “Pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap Peningkatan
Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pandan dalam Rangka Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah”. Tesis ini disusun untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Penulis dalam penyusunan tesis ini telah banyak mendapat bantuan, masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada yang terhormat Bapak
Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Dr. Rujiman, SE., MA, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penulis dari awal hingga tesis ini selesai.
Dalam kesempatan ini, penulis tidak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak dan Ibu dosen pembanding sekaligus penguji tesis yang telah
memberikan masukan-masukan yang berharga demi kesempurnaan tesis ini
4. Ayahanda (Rinto Alwi Simamora) dan Ibunda (Murniati Banjarnahor) yang
telah membesarkan, mendidik dan membimbing serta mendoakan penulis hingga dewasa.
5. Seluruh mahasiswa PWD kelas Bappeda Angkatan 2010 dan rekan-rekan satu
instansi di Bappeda Kabupaten Tapanuli Tengah serta staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.
6. Kakak (Marta Rosada Simamora, SE dan Elisabeth Tiodora Simamora, S.IP)
dan adik (Andreas Halashon Simamora, SE) yang juga turut memberikan motivasi kepada penulis.
7. Kekasih tersayang (dr. Linawaty Manullang) yang setia mendukung setiap
langkah penulis untuk segera menyelesaikan studi.
8. Seluruh rekan yang juga membantu penulis secara langsung dan tidak
Dengan rasa hormat penulis mengharapkan masukan dan koreksi dari segala pihak, agar penulisan ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah dan juga kita semua.
Medan, Oktober 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRAKCT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Pariwisata ... 10
2.2. Bentuk dan Jenis-jenis Pariwisata ... 14
2.3. Industri Pariwisata di Indonesia ... 19
2.4. Rancangan Pemerintah dalam Sektor Pariwisata ... 23
2.5. Konsumsi ... 23
2.6. Pendapatan ... 26
2.7. Pengembangan Wilayah ... 28
2.8. Penelitian Terdahulu ... 32
2.9. Kerangka Konseptual Penelitian ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1. Lokasi Penelitian ... 36
3.2. Populasi dan Sampel ... 37
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 38
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.5. Analisis Data ... 39
3.6. Definisi Operasional ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Tengah ... 44
4.2. Pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap Jumlah Pengunjung Fasilitas Wisata ... 49
4.3. Pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap PAD ... 53
4.4. Pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap Pendapatan Pemilik Fasilitas ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
5.1. Kesimpulan ... 69
5.2. Saran ... 70
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Jumlah Wisatawan Selama Tahun 2010 ………. 5
4.1. Kegiatan Pariwisata dan lokasinya di Kabupaten Tapanuli Tengah ... 48
4.2. Hasil Perhitungan Rata-rata Jumlah Pengunjung Fasilitas Wisata Tahun 2011 dan Tahun 2009 ……… 51
4.3. Jumlah Wisatawan Tahun 2007 – 2011 ……… 54
4.4. Jumlah PAD Sektor Pariwisata Tahun 2007 – 2011 ……… 55
4.5. Kolmogorov – Smirnov Test ………….. 58
4.6. Uji Glesjer ……… 59
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Model Pariwisata Sebagai Industri, Soekadijo, 2000 ... 20
2.2. Bagan Kerangka Konseptual Penelitian ……… 34
3.1. Posisi Kabupaten Tapanuli Tengah dalam Peta Propinsi
Sumatera Utara ………. 36
3.2. Peta Administratif Kabupaten Tapanuli Tengah ……….. 37
4.1. Beberapa Hotel di Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah …………. 49
4.2. Beberapa Penyewaan Boat di Pandan, Kabupaten Tapanuli
Tengah ……….. 50
4.3. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual PAD …….. 56
4.4. Histogram PAD Sektor Pariwisata ……… 57
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuisioner Penelitian ………. 74
2. Tabulasi Data Jumlah Wisatawan Tahun 2009 dan Tahun 2011 ……. 75
3. Hasil Analisis Uji T ……….. 76
4. Tabulasi Data Interpolasi Per Triwulan Jumlah Wisatawan dan
PAD Sektor Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah ……….. 77
5. Hasil Uji Asumsi Klasik ……… 78
6. Hasil Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap PAD Sektor Pariwisata Kabupaten
PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN PANDAN DALAM
RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH
KABUPATEN TAPANULI TENGAH
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap jumlah pengunjung fasilitas wisata di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tapanuli Tengah, dan menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap pendapatan pemilik fasilitas wisata (Hotel, Restoran dan pemilik boat).
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pandan dengan mengambil objek penelitian pemilik fasilitas wisata (pelaku usaha hotel, restoran, dan boat) dengan mengambil sampel responden 30 orang. Metode penelitian menggunakan analisis uji beda rata-rata berpasangan, analisis regresi linier sederhana, dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pengunjung fasilitas wisata hotel, restoran dan boat pada tahun 2001 adalah sebanyak 2.336 orang dan nilai rata-rata jumlah pengunjung fasilitas wisata hotel, restoran dan boat pada tahun 2009 sebanyak 2.174 orang. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan sebesar 162 orang per tahun atau mengalami peningkatan sebesar 7,45% dari Tahun 2009. Hasil ini menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan memberikan pengaruh terhadap jumlah pengunjung fasilitas wisata hotel, restauran dan boat pada tahun 2011 dan pada tahun 2009 dengan tingkat signifikansi 0.05. Kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sektor pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah, disebabkan adanya meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor jasa-jasa. Kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan pemilik fasilitas wisata restoran/rumah makan. Dimana rata-rata pendapatan tahun 2009 sebesar Rp. 40.000.000, sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi rata-rata pendapatan sebesar Rp. 53.000.000,-. Dari hasil ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pendapatan pemilik restoran sebesar rata-rata Rp. 13.000.000 dari tahun 2009 ke tahun 2011.
THE INFLUENCE OF TOURISTS’ VISIT ON THE INCREASE OF THE PEOPLE’S INCOME AT PANDAN SUBDISTRICT, IN RELATION
TO THE DEVELOPMENT OF CENTRAL TAPANULI DISTRICT
ABSTRACT
The aim of the research was to analyze the influence of tourists’ visit on the number of tourism facilities at Pandan Subdistrict, Central Tapanuli District, the influence of tourists’ visit on the PAD (Regional Budget) of Central Tapanuli District, and the influence of tourists’ visit on the income of the owners of tourism facilities (hotels, restaurants, and boats).
The research was performed at Pandan Subdistrict by using 30 owners of the tourism facilities (the business people of hotels, restaurants, and boats) as the objects of the research and the respondents of the samples. The research used mean-pair disparity test, simple linear regression analysis, and descriptive analysis.
The results of the research showed that the average number of tourists who used tourism facilities (hotels, restaurants, and boats) in 2011 was 2,336 visitors, and the average value of the number of visitors who used the tourism facilities hotels, restaurants, and boats) in 2009 was 2,174 visitors. These results showed the disparity of 162 visitors per year which indicated the increase of 7.45% from 2009. It was indicated that the tourists’ visit influenced the number of visitors who used the tourism facilities (hotels, restaurants, and boats) from 2009 to 2011 with the significance level of 0.05. The tourists’ visit had positive and significant influence on the Regional Budget in the tourism sector in Central Tapanuli District because of the increase of the contribution in the sectors of trade, hotel, and restaurant, as well as in the servicing sectors. The tourists’ visit also influenced the increase of the income of the owners of restaurants/food stalls, in which the average income in 2009 was Rp. 40,000,000 and in 2011 increased to Rp. 53,000,000. It indicated that there was the increase of the average income of the owners of restaurants Rp. 13,000,000 from 2009 to 2011.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada era globalisasi dan otonomi daerah sekarang ini daerah
membutuhkan kemampuan dalam memberdayakan potensi dan karakter lokal
yang mampu bersaing baik secara nasional maupun internasional. Sesuai
perkembangan yang ada maka pemenuhan akan kebutuhan pelayanan pun akan
meningkat yang mengakibatkan banyak pergeseran sosial, ekonomi dan
kebudayaan.
Pergeseran secara sosial ini nampak dari masyarakat agraris atau
pertanian ke industri yang biasanya menggantungkan hidupnya dari produksi
pertanian ke jasa atau tenaga kerja pabrik, pengangkutan dan lainnya. Penting bagi
suatu daerah maupun negara bagaimana bisa memanfaatkan perubahan dan
kecenderungan sosial ini yang positif berupa aktifitas jasa seperti kegiatan jasa
pariwisata.
Kabupaten Tapanuli Tengah memerlukan dukungan ekonomi wilayah dari
sektor jasa selain sektor pertanian, pertambangan dan industri. Sektor jasa tersebut
yang diharapkan bisa memunculkan kekuatan ekonomi baru. Sektor pariwisata
merupakan salah satu andalan penerimaan ekonomi negara berkembang pada
umumnya, karena melibatkan sektor lain di luar pariwisata dan secara tidak
langsung membuka lapangan pekerjaan.
Dalam meningkatkan devisa bagi Negara, sektor pariwisata menjadi salah
yang relatif meningkat tersebut memberikan harapan dan juga peluang bagi
negara-negara di dunia untuk ikut mengembangkan pariwisata dan menjadikannya
sebagai sumber pendapatan negara. Indonesia mempunyai sumber daya dan modal
yang besar dalam usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan, karena
bangsa Indonesia memiliki kekayaan alam, peninggalan sejarah, peninggalan
purbakala, serta seni dan budaya yang dapat dijadikan aset-aset wisata. Keadaan
ini selaras dengan isi Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan diantaranya dikemukakan bahwa keadaan alam, flora,
fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang
dimiliki Bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal yang besar nilainya
bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan.
Disamping mendatangkan devisa bagi negara dan pemasukan pendapatan
asli daerah bagi daerah kabupaten/kota, kegiatan kepariwisataan juga mampu
mendatangkan investor untuk menanamkan modalnya, keadaan ini secara
langsung akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekeliling daerah
wisata tersebut. Pembukaan lapangan pekerjaan akan semakin merangsang
penduduk sekitar daerah wisata untuk ikut serta sebagai pelaku-pelaku insan
wisata.
Signifikansi dari pariwisata nasional bahwa negara Indonesia merupakan
negara yang kaya akan keindahan alam serta kekayaan alam yang terbentang di
segenap kepulauan Indonesia. Keunggulan atau ciri khas pariwisata di Indonesia
antara lain :
1. Indonesia kaya dengan kekayaan alam, pemandangan, kebudayaan, dan
2. Pariwisata Indonesia didukung dengan the way of life atau tata cara hidup
bangsa Indonesia yang ramah dan bersahabat sehingga dapat mendukung
penyelenggaraan pariwisata.
3. Pariwisata dikembangkan dengan cara mengirimkan duta-duta pariwisata,
misalnya pengiriman grup-grup kesenian atau paket kebudayaan ke luar
negeri dengan tujuan memperkenalkan kebudayaan pariwisata Indonesia.
4. Negara Indonesia terletak di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua
Australia serta termasuk kawasan Asia Tenggara. Keberadaan Indonesia
tersebut menjndikan daerah atau negara transit sehingga menguntungkan
Indonesia yaitu dalam pemasukan pendapatan, misalnya pendapatan dari
sektor pariwisata.
5. Kurs nilai mata uang asing yang menguat terhadap nilai mata uang rupiah
Indonesia, sehingga dapat mendukung dan menarik wisatawan agar
berkunjung ke Indonesia.
Pariwisata akan mendukung kegiatan pembangunan secara luas serta
meningkatkan pendapatan daerah bahkan memperbesar perolehan devisa negara.
Di samping itu, pariwisata juga akan membuka usaha dan lapangan kerja yaitu
dengan adanya pedagang asongan dan pedagang eceran. Besar kecilnya perolehan
sumber pendapatan dari pariwisata tergantung dengan banyak sedikitnya
wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata.
Pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu
lingkungan, sebab dalam industri pariwisata, lingkungan itulah yang sebenarnya
dijual. Seperti halnya dalam industri lainnya, dalam pariwisata pun barang yang
dalam pengembangan pariwisata, asas pengelolaan lingkungan untuk melestarikan
kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan
bukanlah merupakan hal yang abstrak, melainkan benar-benar konkrit dan sering
mempunyai efek jangka pendek (Soemarwoto, 1992).
Salah satu masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah jumlah
pengangguran yang semakin meningkat, sedangkan lapangan pekerjaan yang
disediakan oleh pemerintah tidak sebanding dengan jumlah pengangguran yang
ada. Perlu disadari bahwa lapangan pekerjaan tidak harus selalu berupa/disediakan
oleh perusahaan industri, tetapi juga dapat melalui usaha sosial, pemberdayaan
sektor informal atau wiraswasta dan/atau kegiatan yang menciptakan usaha. Salah
satu contohnya adalah pariwisata dan kegiatan yang menunjang kegiatan
pariwisata. Hal inilah yang menjadi fenomena berkembangnya pariwisata di
Propinsi Sumatera Utara khususnya di Kabupaten Tapanuli Tengah, yang banyak
memfokuskan kegiatan pembangunan pada sektor pariwisata, dengan salah satu
obyek pariwisata yaitu yang terdapat di Kecamatan Pandan.
Pada saat ini Kecamatan Pandan banyak dikunjungi wisatawan domestik
dan mancanegara yang secara khusus untuk menikmati panorama alamnya.
Besarnya pengeluaran wisatawan di Pandan mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat, yang ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang memiliki
usaha di bidang pariwisata seperti penginapan, restoran, cenderamata, serta
alat-alat musik.
Wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Tapanuli Tengah khususnya
Kecamatan Pandan selama tahun 2006 – 2010 meningkat setiap tahunnya. Hal ini
melakukan renovasi sehingga semakin menarik perhatian para wisatawan baik
domestik dan mancanegara untuk berkunjung. Lebih spesifik lagi tabel dibawah
akan menunjukkan kunjungan wisatawan khusus selama tahun 2010 yang
berjumlah 11.298 orang di Kecamatan Pandan seperti tertera pada Tabel 1.1.
berikut:
Tabel 1.1. Jumlah Wisatawan Selama Tahun 2010
No. Bulan Jumlah Wisatawan Persent (%)
Rata-rata Perbulan 941 jiwa
Sumber : Kantor Kecamatan Pandan, 2010
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa wisatawan yang berkunjung ke
Kabupaten Tapanuli Tengah khususnya Kecamatan Pandan selama tahun 2010
berjumlah 11.298 jiwa dan rata-rata berjumlah 941 jiwa berkunjung setiap
bulannya. Jika diteliti lebih jauh lagi, jumlah wisatawan yang berkunjung pada
awal tahun, pertengahan tahun dan akhir tahun jauh lebih banyak dari bulan yang
lain, hal ini dikarenakan pada awal, pertengahan dan akhir tahun merupakan hari
libur, sehingga semakin banyak wisatawan yang memiliki waktu untuk
bertamasya khususnya ke Kabupaten Tapanuli Tengah.
Jika ditinjau dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar
Tengah sebesar 2.294.071,7 juta rupiah. Sektor pertanian merupakan kontributor
utama dalam pembentukan nilai PDRB yaitu mencapai 41,6%, selanjutnya diikuti
oleh sektor jasa-jasa (19,8%), industri pengolahan (13,4%), serta sektor
perdagangan, hotel dan restoran (12,2%), sedangkan sektor-sektor yang lain
hanya memberikan kontribusi dibawah 6%. Berikut disajikan PDRB Kabupaten
Tapanuli Tengah Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2010.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah, 2010
Source: BPS-Statistic of Tapanuli Tengah Regency, 2010
Dari gambar di atas terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran
yang menjadi pendukung dalam hal pariwisata menyumbang 12,2% dalam PDRB
ADHB tahun 2010. Sektor ini menjadi sektor keempat yang menjadi penyumbang
terbesar bagi PDRB Tahun 2010 Kabupaten Tapanuli Tengah setelah sektor
pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan.
42%
13% 5%
2% 20%
1%
1% 12% 4%
PDRB ADHB 2010
Pertanian Industri
Bangunan Pengangkutan & Komunikasi
Jasa-jasa Penggalian
Listrik, Gas dan Air Minum Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pariwisata di Kabupaten Tapanuli Tengah dibedakan menjadi 4(empat)
sektor, yaitu:
1. Wisata kuliner dan hotel meliputi berbagai menu makanan khas Tapanuli
Tengah yang disajikan diberbagai Restoran dan Rumah Makan serta
Pusat-pusat Jajanan yang tersebar di sekitar pesisir pantai. Selain itu, dukungan
ketersediaan Hotel yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga
dapat mendukung peningkatan arus kunjungan wisatawan nusantara (wisnu)
dan wisatawan manca negara (wisman), sehingga ke depan Kabupaten
Tapanuli Tengah akan menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang berdaya
saing.
2. Wisata alam pegunungan meliputi keindahan Air Terjun, Danau,
Sungai-sungai, Alam perbukitan Bukit Barisan dan Kawasan Hutan Lindung Batang
Toru.
3. Wisata sejarah/cagar budaya meliputi keindahan situs makam yang berhubungan
dengan masuknya agama Islam dan Kristen melalui Barus – Kabupaten Tapanuli
Tengah di Indonesia, makam Pahlawan Nasional Dr. Ferdinand Lumbantobing dan
berbagai bukti perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia di bumi
Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara.
4. Wisata bahari-pantai 25 pantai yang terbentang sepanjang pesisir Barat
Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, 30 pulau-pulau kecil
dengan keindahan pantai dan bawah lautnya, dan terumbu karang dengan
berbagai ekosistem bawah laut yang mempesona khususnya di sekitar Pulau
Mursala dan Pulau Ungge.
Pada hakekatnya, objek wisata sangat berkaitan erat dengan sosial
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Wisata alam, budaya dan minat khusus
merupakan obyek wisata andalan Kabupaten Tapanuli Tengah yang telah banyak
memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Berkembanganya objek wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah akan
merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat dan penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) juga semakin bertambah. Dampak lain yang ditimbulkannya adalah
terbukanya kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat di sekitarnya,
sektor-sektor pekerjaan lain yang berhubungan dengan objek wisata akan semakin
tumbuh dan berkembang.
Berhubungan dengan latar belakang di atas, penulis ingin mencoba
melakukan penelitian yang berjudul pengaruh kunjungan wisatawan terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat di Kecamatan Pandan dalam rangka
Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh kunjungan wisatawan terhadap jumlah pengunjung
fasilitas wisata di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.
2. Bagaimana pengaruh kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Tapanuli Tengah.
3. Bagaimana pengaruh kunjungan wisatawan terhadap pendapatan pemilik
fasilitas wisata (Hotel, Restoran dan pemilik boat).
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap jumlah pengunjung
fasilitas wisata di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.
2. Menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Tapanuli Tengah.
3. Menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap pendapatan pemilik
fasilitas wisata (Hotel, Restoran dan pemilik boat).
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah manfaat untuk :
1. Ilmu Pengetahuan : bahan masukan dalam kajian ilmiah.
2. Pemerintah : sebagai bahan masukan untuk menentukan arah kebijakan dalam
pengelolaan/pengembangan wisata daerah kabupaten/kota khususnya di
Kabupaten Tapanuli Tengah dan di Provinsi Sumatera Utara pada umumnya.
3. Masyarakat : sebagai masukan tentang pengaruh kunjungan wisatawan
terhadap pendapatan masyarakat.
4. Investor : sebagai masukan informasi dan menjadi acuan untuk menanamkan
modal di bidang usaha kepariwisatan di Kecamatan Pandan Kabupaten
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata
Pariwisata saat ini telah menjadi kebutuhan pokok sebagian besar manusia.
Istilah tersebut sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pada hakikatnya
berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih
menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah
karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial,
kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain seperti sekedar
ingin tahu, menambah pengalaman, atau pun untuk belajar (Suwantoro, 1997 : 3).
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata,
yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat
tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang
menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan
kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena
kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan.
Definisi-definisi pariwisata telah dibakukan ke dalam suatu
perundang-undangan, yaitu UU No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud
dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,
Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berbeda dengan
kegiatan sehari-harinya. Orang yang melakukan kegiatan perjalanan wisata
biasanya disebut sebagai wisatawan (tourist). Wisatawan merupakan unsur yang
penting dalam pariwisata karena tanpa wisatawan obyek wisata menjadi tidak
berfungsi.
Sedangkan menurut Suwantoro (1997 ; 17), wisatawan yang mengadakan
perjalanan wisata didorong oleh beberapa motivasi sebagai berikut :
1. Dorongan kebutuhan untuk berlibur dan berekreasi.
2. Dorongan kebutuhan pendidikan dan penelitian.
3. Dorongan kebutuhan keagamaan.
4. Dorongan kebutuhan kesehatan.
5. Dorongan atas minat terhadap kebudayaan dan kesenian.
6. Dorongan kepentingan keamanan.
7. Dorongan kepentingan hubungan keluarga.
8. Dorongan kepentingan politik.
Semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke daerah tujuan wisata,
maka daerah tersebut akan semakin mensejahterakan masyarakat sekitarnya.
Menurut Yoeti (1988) Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain,
dengan maksud bukan untuk berusaha mencari nafkah di tempat yang dikunjungi
tetapi semata-mata menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya/rekreasi
Menurut Happy (2002), Pariwisata adalah perpindahan sementara yang
dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar
dari tempat kediamannya.
Kegiatan Pariwisata adalah merupakan kegiatan multidimensional, tidak
hanya berkaitan dengan teknologi, tetapi juga sangat erat kaitannya dengan sosial,
agama, kultur, seni, keindahan, budaya dan lingkungan hidup, sehingga dalam
kegiatan pariwisata tidak hanya dibutuhkan sumber daya manusia yang tinggi
ilmu pengetahuannya dan selalu mengikuti perkembangan teknologi dengan cepat,
namun sentuhan kebutuhan dan pelestariannya perlu diperhatikan (Andika, 2003).
Menurut Soekadijo (2000) Pariwisata itu adalah segala kegiatan dalam
masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan, sedangkan wisatawan itu ialah
orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di
tempat yang didatanginya.
Penggunaan istilah pariwisata dan wisatawan dimulai dari Perancis oleh
seorang bangsawan de St Maurice dalam bukunya “The true for foreigners
traveling in France, to appreciale its beauties, learn the langue and take
exercise” yang berisikan petunjuk perjalanan untuk orang asing untuk menikmati
keindahan, dan mempelajari serta mempraktekkan bahasa Perancis (Soekadijo,
1996).
Bangsa pertama yang dianggap sebagai orang yang melakukan perjalanan
untuk tujuan bersenang-senang adalah bangsa Romawi. Pada waktu itu mereka
telah melakukan perjalanan beratus-ratus mil dengan menunggang kuda guna
melihat candi-candi dan piramid peninggalan bangsa mesir kuno. Di zaman
raya sepanjang 350 mil dari Roma ke kota Brundisium, dengan demikian rakyat
dengan mudah melakukan perjalanan dari suatu kota ke kota lainnya (Samsuridjal,
1997).
Keberhasilan pariwisata sangat ditentukan dengan daya dukung kegiatan
pariwisata tersebut, karena kegiatan pariwisata terkait langsung dengan
obyek-obyek yang akan dinikmati oleh para wisatawan.
Besarnya daya dukung lingkungan secara umum dapat diartikan sebagai
jumlah unit penggunaan dalam suatu tempat tersebut dalam menyokong rekreasi,
dan tanpa merusak pengalaman rekreasi dari pengunjung (Lawson dan Bovy,
1997).
Tinjauan ekologis terhadap prinsip daya dukung diutarakan oleh Fisher
dan Krutilla (1972) yang menyebutkan daya dukung sebagai jumlah maksimum
pengunjung yang dapat diakomodasikan oleh suatu obyek tertentu dalam kondisi
tekanan maksimum.
Dalam pembangunan pariwisata hendaknya diperhatikan seluruh aspek
yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata di lokasi pariwisata tersebut, adapun
beberapa daya dukung yang umum untuk mendukung pariwisata di suatu daerah
adalah : 1) daya dukung fisik, yang berkaitan langsung dengan kemampuan fisik
lahan atau perairan yang ada untuk menampung kegiatan, 2) daya dukung
biologis, yang berkaitan dengan adanya relasi antara sumber daya dan kegiatan
wisata, yang dapat dideteksi dari ada tidaknya kerusakan atau gangguan pada
komponen biologi yang ada dan, 3) daya dukung psikologis, merupakan aspek
yang sangat individual dan sulit ditangani, menyangkut kemampuan obyek untuk
Dengan memperhatikan daya dukung tersebut serta mengembangkannya
menjadi bahagian dari pariwisata tersebut, diharapkan kegiatan pariwisata tersebut
akan berhasil.
2.2. Bentuk dan Jenis-Jenis Pariwisata
Kegiatan pariwisata yang dilakukan masyarakat di berbagai tempat mulai
dari dasar lautan, pantai, pedesaan, kota, bukit-bukit, pegunungan, puncak
gunung, terowongan, gua bawah tanah maupun wisata antariksa secara umum
dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu :
1. Pariwisata Perorangan (Individual tourism)
Kegiatan pariwisata ini dilakukan oleh perorangan atau kelompok orang
yang melaksanakan perjalanan dengan daerah tujuan wisata sesuai dengan
pilihannya, keadaan ini memungkinkan dilakukan perubahan tujuan, waktu dan
biaya perjalanan, seluruh persiapan dan perlengkapan pariwisata disediakan oleh
yang bersangkutan atau kelompok tersebut.
2. Pariwisata Kolektif (Collective tourism)
Kegiatan pariwisata ini dilakukan dan diselenggarakan oleh suatu badan
usaha (biro perjalanan) yang menjadi leader dari pariwisata tersebut. Kegiatan
pariwisata ini sangat bergantung pada biro perjalanan yang menjual suatu
perjalanan menurut program dan jadwal waktu yang ditentukan terlebih dahulu.
Biro perjalanan ini menawarkan program wisata ini kepada setiap orang yang
berminat dengan keharusan membayar sejumlah uang yang telah ditentukan untuk
keperluan tersebut.
Perjalanan wisata adalah suatu perjalanan dengan ciri-ciri tertentu, yaitu :
2. Pelaku perjalanan hanya tinggal untuk sementara waktu;
3. Perjalanan tersebut direncanakan terlebih dahulu;
4. Ada organisasi/orang yang mengatur perjalan tersebut;
5. Terdapat unsur-unsur produk wisata;
6. Ada tujuan yang ingin dicapai dari perjalanan wisata tersebut;
7. Biaya perjalanan diperoleh dari negara asal dan;
8. Dilakukan dengan santai (Desky, 2001)
Banyak variasi dapat disaksikan mengenai cara orang mengadakan
perjalanan wisata. Dari lamanya orang mengadakan perjalanan, jaraknya yang
ditempuh, kendaraan yang digunakan, organisasi perjalanannya, dampaknya di
bidang ekonomi dan sebagainya, perjalanan wisata itu dapat diklasifikasikan
menjadi bentu-bentuk wisata. Bentuk-bentuk wisata yang terpenting adalah :
a. Wisata mancanegara (asing, internasional) dan wisata domestik (dalam
negeri) di Indonesia disebut wisata nusantara. Wisatawan mancanegara
adalah wisatawan yang dalam perjalannya memasuki daerah negara yang
bukan negaranya sendiri, jika perjalanan wisata tidak keluar dari batas-batas
negara sendiri, wisatawan ialah wisatawan nusantara (domestik). Wisatawan
nusantara sering dibedakan menjadi wisata regional dan wisata lokal.
b. Wisata reseptif (pasif) dan wisata aktif. Dilihat dari dampaknya secara
ekonomis, wisata mancanegara atau kedatangan wisatawan dari luar negeri
itu akan menghasilkan pemasukan devisa untuk negara yang bersangkutan.
c. Wisata kecil dan wisata besar, yang dimaksud dengan wisata kecil dan wisata
besar disini ialah wisata menurut lamanya waktu perjalanan. Wisata kecil
sampai beberapa hari. Kalau hanya memakan waktu satu hari disebut
ekskursi. Dalam wisata kecil ini antara lain termasuk wisata akhir pekan
(weekend tourism). Wisata besar memakan waktu beberapa minggu sampai
beberapa bulan.
d. Wisata individual dan wisata terorganisasi, seseorang atau sekelompok orang,
seperti murid-murid sekolah, penduduk sekampung atau pegawai sekantor
dan sebagainya dapat mengadakan perjalanan wisata dengan mengatur waktu
perjalanan, tempat-tempat yang dikunjungi, kendaraan yang digunakan,
makan dan minumnya, penginapannya dan sebagainya. Pariwisata rombongan
yang individual itu disebut dengan wisata sosial, yaitu wisata yang tidak
ditangani perusahaan perjalanan, dan menggunakan akomodasi khusus yang
disediakan untuk itu, seperti pesanggarahan, dusun wisata, perkemahan, dan
sebagainya, segala sesuatunya sudah diatur sebelumnya, diantaranya
termasuk liburan keluarga, perjalanan remaja (youth travel), kunjungan
keluarga, termasuk perjalanan Incentive travel yaitu perjalanan rombongan
pegawai (satu kantor).
Dalam melaksanakan kegiatan pariwisata, secara umum wisatawan
memiliki maksud dan tujuan dilakukannya kegiatan wisata tersebut, jenis-jenis
tujuan dari pariwisata dapat dibagi yaitu :
a) Pariwisata untuk menikmati perjalanan
b) Pariwisata untuk rekreasi
c) Pariwisata untuk kebudayaan
d) Pariwisata untuk olah raga
f) Pariwisata untuk berkonvensi
Demikian halnya masyarakat yang melaksanakan perjalanan pariwisata
dapat dikategorikan berdasarkan motif dan tujuannya melaksanakan kegiatan
pariwisata tersebut, mereka akan mengeluarkan pembiayaan yang tidak sedikit,
waktu serta beberapa pengorbanan lainnya untuk memperoleh manfaat dari
kegiatan pariwisata tersebut. Terdapat beberapa macam motif orang untuk
melakukan kegiatan wisata yaitu sebagai berikut:
1. Motif bersenang-senang atau tamasya;
2. Motif rekreasi;
3. Motif kebudayaan;
4. Motif olah raga;
5. Motif bisnis;
6. Motif konvensi
7. Motif spiritual;
8. Motif interpersonal;
9. Motif kesehatan;
10.Motif sosial (Soekadijo, 1996).
Menurut Happy (2002) beberapa prinsip-prinsip pariwisata yang layak,
dan dapat meningkatkan manfaat dari kegiatan pariwisata tersebut :
1. Secara aktif mendorong kelangsungan peninggalan di suatu daerah
kebudayaan, sejarah dan alam.
2. Menekankan dan menampilkan identitas daerah sebagai sesuatu yang
3. Dilakukan berdasar pada keterampilan interpretasi peninggalan yang
ada.
4. Merberdayakan masyarakat lokal untuk menginterpretasikan warisan
mereka sendiri kepada para tamu.
5. Membangun rasa bangga masyarakat lokal akan warisan mereka dan
meningkatkan hubungan dengan tamu serta keterampilan pelayanan.
6. Membantu memelihara gaya hidup dan nilai-nilai setempat.
7. Memberdayakan masyarakat lokal untuk merencanakan dan
memfasilitasi pengalaman berdimensi ganda yang otentik dan
bermakna kepada pengunjung.
8. Bersifat “antar budaya” yang berarti tamu dan tuan rumah sama-sama
menerima pengalaman yang saling memperkaya.
9. Mewakili program yang dapat diterapkan disetiap tingkat
pengembangan pariwisata dan semua kondisi pariwisata.
10.Menampilkan pendekatan “bernilai tambah” terhadap pariwisata, yang
berarti meningkatkan kedalaman dan level pelayanan yang diberi
kepada wisatawan.
11.Menampilkan suatu pendekatan kearah pengembangan pariwisata
berkelanjutan. Karena menekankan dan menghormati peninggalan
suatu daerah serta memberdayakan penduduknya sebagai basis
2.3. Industri Pariwisata di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 17.508
pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang ± 95.181 km. Negara
Indonesia memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu
merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan
dan peningkatan kepariwisataan. Modal tersebut harus dimanfaatkan secara
optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang secara umum bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 10
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, mengamanatkan bahwa daya tarik wisata
terdiri atas obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan hasil
kaya manusia. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
berwujud keadaan alam, keanekaragaman hayati, flora dan fauna, pemandangan
yang nyaman adalah merupakan suatu modal utama untuk dijadikan kawasan
yang dikelola menjadi suatu kegiatan wisata.
Sesuai dengan konteks dasar bahwa pariwisata adalah suatu gejala sosial
yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki
berbagai aspek : sosiologis, psikologis, ekonomis, ekologis, dan sebagainya.
Aspek yang mendapat perhatian paling besar dan hampir-hampir merupakan
satu-satunya aspek yang dianggap penting ialah aspek ekonomisnya (Soekadijo, 2000).
Dalam melakukan perjalanan orang harus mengeluarkan biaya, yang
atraksi, dan lain-lainnya. Keuntungan ekonomis untuk daerah yang dikunjungi
wisatawan itulah yang pertama-tama merupakan tujuan pembangunan pariwisata.
Kegiatan pariwisata secara horizontal akan meningkatkan
pergerakan/mobilitas spasial dari masyarakat, jasa dan angkutan baru berupa
transportasi, merupakan potensi wisata untuk suatu daerah. Agar pariwisata
menjadi kenyataan perlu ada kegiatan yang mengaktualisasikan perjalanan wisata,
yang bertugas untuk mempertemukan antara produk wisata dengan calon
wisatawan. Calon wisatawan harus digarap sedemikian rupa sehingga mengambil
keputusan untuk membeli. Kegiatan tersebut dituliskan Soekadijo (2000) dalam
suatu bagan seperti berikut :
Konsumen
Pemasaran Demand
Motif Kebutuhan dlm Angkutan
Perjalanan Perjalanan
Atraksi Wisata Jaya Wisata Angkutan
Wisata
Supply
Produsen
Melalui diagram tersebut dapat dijelaskan bahwa konsumen adalah
wisatawan, produsen adalah para pelaku pariwisata yang menghasilkan produk
dan jasa wisata, demand adalah kebutuhan wisatawan yang harus dipenuhi,
sedangkan supply adalah kemampuan memenuhi permintaan konsumen.
Permintaan konsumen dapat diidentifikasikan berdasarkan motivasi wisata. Secara
garis besar wisatawan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu wisatawan
yang orientasinya pada destinasi dan wisatawan yang orientasinya pada program.
Pembangunan program pariwisata di Indonesia menurut Prajogo (1979)
dimulai tahun 1947 dengan terbentuknya bagian Hotel Negara dan Tourisme yang
berada di lingkungan Kementerian Perhubungan. Selanjutnya tahun 1957
berbentuk menjadi Dewan Tourisme Indonesia.
Tahun 1960 Dewan Tourisme Indonesia berubah menjadi Dewan
Pariwisata Indonesia yang disingkat dengan DEPARI, dan pada tahun 1966
Pemerintah Republik Indonesia membentuk Departemen Pariwisata, selanjutnya
berganti lagi menjadi Lembaga Kepariwisataan Republik Indonesia (GATARI)
dan akhirnya berganti menjadi Lembaga Pariwisata Nasional.
Selaras dengan hal tersebut Nyoman (2003) mengatakan bahwa :
Pariwisata di Indonesia mulai tampil ke depan sejak dibangunnya hotel-hotel
besar di Jakarta, Bali, Yogjakarta, Pelabuhan Ratu pada awal tahun 1960-an.
Kemudian disusul dengan hotel-hotel lain diberbagai kota besar di tanah air.
Mulai terasa kebutuhan tenaga terampil dalam jumlah besar. Guna mengatasinya,
perlu tenaga-tenaga terlatih dan terdidik (formal dan non formal). Muncullah
lembaga sekolah yang bergerak dalam bidang ini untuk mengisi kebutuhan akan
Pembangunan pariwisata di Indonesia secara umum dipicu dari berbagai
keadaan di dalam negeri (berkurangnya sumber daya alam dan rendahnya sumber
daya manusia) yang sudah tidak mampu lagi untuk mendukung seluruh
pembiayaan program pembangunan bangsa yang telah direncanakan, sehingga
harus dicari alternatif lain sebagai sumber pemasukan devisa bagi negara serta
sumber pendapatan asli bagi daerah dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat.
Pengembangan pariwisata di Indonesia umumnya dipengaruhi beberapa faktor
antara lain :
1. Makin berkurangnya peranan minyak sebagai devisa jika dibandingkan
dengan waktu yang lalu.
2. Merosotnya nilai ekspor di sektor-sektor non minyak.
3. Prospek pariwisata yang tetap memperhatikan kecenderungan
meningkat secara konsisten.
4. Besarnya potensi pariwisata yang kita miliki untuk pengembangan
pariwisata di Indonesia (Kodhyat, 1982).
Mengelola kepariwisataan menjadi suatu industri bagi negara Indonesia
dapat dikatakan merupakan sesuatu yang relatif baru. Apabila negara-negara
tetangganya sudah sejak tahun 1960-an mengembangkan industri
kepariwisataanya, maka Indonesia memulainya menjelang tahun 1970-an.
Bagaimanapun rintisan pengembangan Indonesia secara industrial ini telah
2.4. Rancangan Pemerintah dalam Sektor Pariwisata
Kepariwisataan Indonesia telah diupayakan sedemikian rupa sehingga
perencanaan terpadu terhadap seluruh daerah yang berpotensi untuk menjadi
daerah wisata telah dipersiapkan sehingga pemerintah banyak mengharapkan
bahwa wisata di Indonesia akan menjadi sumber devisa yang dapat diandalkan.
Dalam rancangan pemerintah dan pembangunan Provinsi Sumatera Utara
2001-2005 adalah untuk mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang mandiri,
dan pemerataan kemajuan di segala aspek. Masyarakat yang mandiri adalah suatu
masyarakat yang memiliki integritas serta kemampuan dalam menyaring
kebijakan pemerintah dan ikut berpartisipasi dengan memberikan kritikan atau
saran yang membangun pada pemerintah (Anwar, 2003).
Provinsi Sumatera Utara mempunyai potensi wisata yang berada di daerah
sekitar Danau Toba, Pulau Samosir, Kabupaten Tapanuli Tengah, Karo, Nias dan
Langkat, dimana obyek wisata tersebut terdiri dari keindahan alam dan iklim,
kebudayaan dan kesenian rakyat. Sumatera Utara merupakan salah satu daerah
tujuan wisatawan mancanegara terpenting di Indonesia setelah Provinsi Bali,
Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogjakarta (BPS, 2002).
2.5. Konsumsi
James Duesenberry dalam bukunya Income, Saving and The Theory of
Consumer Behavior mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu
masyarakat ditentukan oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah
dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi
pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang
maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu
besar. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang
pernah dicapai, tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya
telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan
bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan dilain pihak bertambahnya
saving tidak begitu cepat (Reksoprayitno, 2000).
Pengertian konsumsi secara umum diartikan sebagai
pengeluaran-pengeluaran konsumsi rumah tangga-rumah tangga keluarga. Dalam keadaan
normal, sebagai salah satu komponen dari pendapatan nasional, pengeluaran
konsumsi agregatif pada umumnya tidak pernah mempunyai angka di bawah lima
puluh persen. Di lain pihak, model-model analisis ekonomi makro, boleh
dikatakan bahwa entah secara ekplisit ataupun secara implisit, variabel
pengeluaran konsumsi agregatif tidak pernah dilupakan. (Reksoprayitno, 2000).
Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang
dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari
orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas
makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan
pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan
oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi
(Dumairy, 2004).
Beberapa fungsi konsumsi menurut Keynes dalam Reksoprayitno (2000)
antara lain :
1. Variabel nyata, yang dimaksud ialah bahwa fungsi konsumsi Keynes
pengeluaran konsumsi yang dua-duanya dinyatakan dengan
menggunakan tingkat harga konstan.
2. Pendapatan yang terjadi, dalam literatur banyak disebutkan bahwa
pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran
konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current
national income. Penekanan ini sekedar untuk menunjukkan bahwa
yang dimaksud Keynes bukannya pendapatan yang terjadi sebelumnya,
bukan pula pendapatan yang diramalkan akan terjadi di masa datang
atau konsepsi-konsepsi pendapatan nasional lain-lainnya.
3. Pendapatan absolut, dalam literatur banyak pula disebut-sebut bahwa
fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu
diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat
dilawankan pula misalnya dengan pendapatan relatif, pendapatan
permanen yang sebagainya lagi.
4. Bentuk fungsi konsumsi, dalam semua model analisis yang disajikan
selalu menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus,
sedangkan Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk
lenggang (Reksoprayitno, 2000).
Beberapa faktor yang cukup besar peranannya dalam menentukan besar
kecilnya pengeluaran konsumsi suatu masyarakat antara lain :
a. Distribusi pendapatan nasional;
b. Banyaknya kekayaan masyarakat dalam bentuk alat-alat likuid;
c. Banyaknya barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat;
e. Kebijaksanaan perusahaan-perusahaan dalam pemasaran;
f. Ramalan daripada masyarakat akan adanya perubahan tingkat harga.
Proses konsumsi adalah kegiatan tukar menukar barang/jasa antara
pembeli dan penjual, dalam suatu transaksi akan sangat tergantung dari nilai
barang/jasa yang dijual; jumlah pembayaran oleh pembeli; jumlah penerimaan
pihak penjual, dengan kata lain bahwa arus barang (nilai barang, yaitu jumlah
barang dikalikan harganya) tepat sama besarnya dengan arus uang (jumlah
uang/kredit) untuk pembayaran barang tersebut, tepat sama pula dengan jumlah
penerimaan penjual/produsen (Gilarso, 1992).
Menurut Gilarso (1992) yang penting dalam hal konsumsi ini adalah
adanya kesamaan antara pengeluaran pembeli, penerimaan penjual dan nilai
barang yang dipertukarkan. Sebab kenyataan itulah yang memungkinkan kita
untuk mengukur transaksi-transaksi yang terjadi dalam masyarakat, antara lain :
1. Dengan memperhatikan nilai barang (jumlah barang/jasa atau volume
produksi dikalikan harganya)
2. Dengan memperhatikan jumlah pengeluaran dari pihak pembeli,
3. Dengan menghitung banyaknya penerimaan di pihak penjual /
produsen.
2.6. Pendapatan
Menurut Gilarso (1992), pendapatan atau sering disebut dengan
penghasilan didefinisikan sebagai bentuk balas-karya yang diperoleh sebagai
imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi.
Jenis-jenis sumber pendapatan dapat berasal dari : (a) usaha sendiri (wiraswasta,
bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai atau karyawan (baik swasta
ataupun pemerintah); (c) hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah yang
disewakan, punya rumah disewakan, punya uang dipinjamkan dengan bunga
tertentu.
Pendapatan dapat diterima berupa uang, dapat juga dalam bentuk barang
(misalnya tunjangan beras, hasil dari sawah atau pekarangan sendiri), atau
fasilitas-fasilitas (misalnya rumah dinas, pengobatan/ kesehatan gratis), selain hal
tersebut di atas masih dijumpai pendapatan yang berasal dari : uang pensiun bagi
mereka yang sudah lanjut usia dan dulu bekerja pada pemerintah atau instansi
lainnya; sumbangan atau hadiah, misalnya sokongan dari saudara/famili, warisan,
hadiah tabungan. Pinjaman atau hutang, ini memang merupakan uang masuk,
tetapi pada suatu saat akan harus dilunasi/dikembalikan.
Model pendapatan interregional merupakan perubahan pendapatan
regional dapat berasal dari beberapa sumber yang mungkin, tidak lagi
semata-mata berasal dari perubahan ekspor yang ditentukan secara eksogen.
Sumber-sumber ini meliputi (a) perubahan pengeluaran-pengeluaran otonom regional
(misalnya investasi, pengeluaran pemerintah); (b) perubahan tingkat pendapatan
suatu daerah (atau daerah-daerah) lain di dalam sistem yang bersangkutan yang
akan terlihat dalam perubahan ekspor daerah; (c) berubahnya salah satu di antara
parameter-parameter model (hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan
irregional atau tingkat pajak marginal) (Richardson, 2001).
Penting untuk dicatat bahwa apabila yang menjadi tujuan adalah
memaksimumkan pendapatan nasional, maka distribusi optimal dari pengeluaran
tujuan-tujuan yang hendak dicapai adalah lebih kompleks, misanya
perubahan-perubahan distribusi pendapatan yang dikehendaki bagi beberapa (atau semua),
maka nilai hasrat impor marginal pun menjadi relevan (Engerman, 1965 dalam
Richardson, 2001).
Pendapatan masyarakat yang merata, sebagai suatu sasaran merupakan
masalah yang sulit dicapai, namun berkurangnya kesenjangan adalah salah satu
tolok ukur keberhasilan pembangunan. Indikator yang cukup baik untuk
mengukur tingkat pemerataan pendapatan masyarakat adalah distribusi
pendapatan masyarakat diantara golongan penduduk (golongan pendapatan).
Pendapatan masyarakat sangat tergantung dari lapangan usaha, pangkat
dan jabatan pekerjaan, tingkat pendidikan umum, produktivitas, prospek usaha,
permodalan dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab perbedaan
tingkat pendapatan penduduk.
2.7. Pengembangan Wilayah
Menurut Sirojuzilam (2011) pengembangan wilayah adalah terjadinya
peningkatan nilai manfaat bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu
menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat
yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana-prasarana,
barang dan jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang
meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.
Pengertian wilayah (region) adalah merupakan suatu unit geografi yang
membentuk suatu kesatuan. Yang dimaksud dengan unit geografi adalah ruang
sehingga bukan merupakan aspek fisik tanah saja, tetapi lebih dari itu meliputi
Menurut Fadillah (2001) wilayah adalah suatu daerah dengan lokasi
spesifik dan dalam beberapa aspek tertentu berbeda dengan area lain. Unit area ini
adalah merupakan obyek yang konkrit dengan karakteristik yang unik. Struktur
wilayah akan mempunyai watak dari pada “mosaik”.
Maka untuk membicarakan wilayah hal-hal yang terkait di dalamnya
berupa ruang dan karakteristiknya mutlak menjadi pembahasan, sehingga
diperoleh bagaimana hubungan antara satu area dengan area lainnya, dengan kata
lain pembahasan wilayah harus secara terpadu.
Pengembangan wilayah adalah kegiatan pemanfaatan wilayah mencakup
aspek lokasi dan dimensi wilayah. Aspek lokasi dan wilayah adalah saling
berkaitan, di satu pihak dengan fungsi lindung dan di lain pihak dengan masalah
pilihan atas lokasi bagi: (a) tempat permukiman atau kegiatan usaha, yakni dalam
rangka memperoleh tingkat kemudahan yang diinginkan, atau sebaliknya; (b)
kegiatan usaha dalam rangka mempertinggi tingkat kemudahan bagi masyarakat
di wilayah tertentu, baik dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun
untuk mengembangkan kegiatan usahanya (Adisasmita, 2005).
Menurut Riyadi (2002) pengembangan wilayah (regional development)
merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi
kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu
wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial
ekonomi, budaya dan geografis yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan
wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan
Pengembangan wilayah yang berhasil memberdayakan seluruh potensi
yang ada, serta sesuai dengan keadaan masyarakatnya dan dapat menyelesaikan
permasalahan yang berkembang, sehingga pemberdayaan potensi tersebut akan
menghasilkan output yang diharapkan dengan penggunaan potensi yang seefektif
mungkin Hal ini selaras dengan pendapat Miraza (2005) yang menyebutkan
pengembangan wilayah adalah pemanfaatan potensi wilayah baik potensi alam
maupun potensi buatan, harus dilaksanakan secara fully dan efficientcy agar
pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan
masyarakat secara maksimal.
Pengertian yang melibatkan aspek ruang dan pemanfaatan wilayah jelas
menampilkan sumber dorongan bagi pengembangan kegiatan usaha masyarakat.
Sumber dorongan itu berada pada lokasi yang pasti dan memberikan pengaruh
sentral, yakni yang dapat dirasakan sebagai kemudahan, kemudian dalam
memenuhi berbagai kebutuhan hidup meliputi ke tempat kerja, perbelanjaan,
pendidikan, kesehatan, rekreasi, peribadatan dan lainnya.
Upaya pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan pengembangan
wilayah, memerlukan suatu keteraturan dan rambu-rambu yang dalam melanggar
koridor yang telah ditentukan, pembangunan wilayah dapat dilihat dari
pembangunan masyarakat yang berdiam pada wilayah tersebut.
Pembangunan masyarakat sangat terkait langsung dengan besarnya
pendapatan masyarakat yang ditinjau, di mana tingkat pendapatan masyarakat
tersebut dapat diuukur dengan total pendapatan wilayah maupun pendapatan
Menurut Adisasmita (2005) pengembangan wilayah dilancarkan melalui
pusat-pusat pertumbuhan masing-masing. Pusat-pusat pertumbuhan umumnya
merupakan kota-kota besar. Para investor tertarik untuk menanamkan investasinya
di sektor industri, perbankan dan keuangan, properti dan lainnya, karena daerah
perkotaan besar tersebut telah memiliki infrastruktur dan utilitas perkotaan yang
telah tersedia secara cukup, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, pelabuhan
dan daya lainnya.
Menurut Tarigan (2004) bahwa pembangunan wilayah dapat diukur dari
beberapa parameter antara lain, meningkatnya pendapatan masyarakat,
peningkatan lapangan kerja, pemerataan pendapatan.
Pembangunan dimaksud harus sesuai dengan perencanaan ruang wilayah
yang telah ditetapkan, sehingga tidak akan ditemui lagi tumpang tindih program
pengembangan wilayah. Menurut Tarigan (2004) Perencanaan Ruang Wilayah
dalam hal ini adalah perencanaan penggunaan/pemanfaatan ruang wilayah, yang
intinya adalah perencanaan penggunaan lahan (land use planning) dan
perencanaan pergerakan pada ruang tersebut.
Selanjutnya Tarigan (2004) menyebutkan perencanaan ruang wilayah pada
dasarnya adalah menetapkan ada bagian-bagian wilayah (zone) yang dengan tegas
diatur penggunaannya (jelas peruntukannya) dan ada bagian-bagian wilayah yang
kurang/tidak diatur penggunaannya.
Selanjutnya Glasson dalam Sirojuzilam (2005) mengatakan bahwa
perkembangan (pertumbuhan) wilayah dapat terjadi sebagai akibat dari penentu
endogen atau eksogen yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam wilayah yang
Pendapatan dan pertumbuhan regional sangat dipengaruhi oleh konsep/arti
nilai tambah. Dalam menghitung nilai tambah suatu sektor, biaya antara harus
dikeluarkan atau dikurangkan dari nilai jual produksi pada lokasi tempat produksi
(at the farm gate). Nilai tambah inilah yang menggambarkan tingkat kemampuan
menghasilkan pendapatan di wilayah (Tarigan, 2004). Keberadaan pembangunan
sering sekali dipandang menjadi suatu proses multi dimensional yang meliputi
aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek ekonomi dan aspek non ekonomi.
2.8. Penelitian Terdahulu
Berikut disajikan beberapa penelitian yang juga mengangkat tentang
permasalahan pariwisata yaitu:
1. Syahrir Hakim Nasution (2009) melakukan penelitian dengan judul
Peranan Wisata Pemancingan dalam Pengembangan wilayah
Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan kesimpulan
penelitian yaitu keberadaan usaha wisata secara nyata dapat
memberikan manfaat kepada masyarakat terutama masyarakat lokal
yang ada di sekitar lokasi wisata.
2. Aripin (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kegiatan
Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kawasan Bukit
Cinta Rawa Pening Kabupaten Semarang dengan kesimpulan adanya
aktivitas pariwisata berpengaruh positif terhadap kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat setempat dan dapat menangkap peluang –
2.9. Kerangka Konseptual Penelitian
Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir Pantai Barat Pulau
Sumatera dengan panjang garis pantai ±200 km dan wilayahnya sebagian besar
berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil
dengan luas wilayah 6.194,98 km². Letak wilayah yang strategis,
keanekaragaman obyek pariwisata dan budaya, potensi sumber daya alam yang
besar dan harmonisnya multietnik masyarakat menyebabkan Tapanuli Tengah
sebagai Negeri Wisata Sejuta Pesona. Kegiatan pariwisata di Kabupaten Tapanuli
Tengah dibedakan menjadi wisata sejarah/cagar budaya, wisata bahari-pantai,
wisata alam pegunungan serta wisata kuliner dan hotel. Penelitian ini akan
membahas tentang wisata bahari-pantai di Kecamatan Pandan. Keadaan alam
yang indah khususnya alam pantai menjadi daya tarik tersendiri yang dimiliki oleh
kecamatan ini, sehingga jumlah wisatawan baik lokal maupun internasional
banyak yang berkunjung ke daerah tersebut, sehingga tidak sedikit masyarakat
yang berusaha dalam industri kepariwisataan, yang mengandalkan usaha
perhotelan (penginapan), usaha non formal, cendera mata daerah, transportasi
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Konseptual Penelitian
2.10. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, dapat dirumuskan
hipotesis penelitian :
Pendapatan Masyarakat KABUPATEN
TAPANULI TENGAH
KEGIATAN PARIWISATA
Wisata Sejarah/ Cagar Budaya
Wisata Bahari- Pantai
Wisata Alam Pegunungan
Pengembangan Wilayah
Wisata Kuliner Dan Hotel
Kunjungan Wisatawan
PAD Jumlah Pengunjung
1. Kunjungan wisatawan di Pandan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah
pengunjung fasilitas wisata di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli
Tengah.
2. Kunjungan Wisatawan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Tapanuli Tengah.
3. Kunjungan wisatawan di Pandan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli
Tengah, dengan pertimbangan bahwa kegiatan pariwisata di kecamatan ini telah
berkembang, yaitu dengan tersedianya hotel/penginapan, sarana transportasi yang
ramai, hasil kerajinan tangan, panorama yang indah dan banyaknya benda-benda
purbakala peninggalan sejarah.
Penelitan dan penulisan tesis ini direncanakan selama tiga bulan, dimulai
dari bulan Maret 2012 dan akan berakhir bulan Juni 2012.
Posisi Kabupaten Tapanuli Tengah dalam peta Propinsi Sumatera Utara
terlihat pada gambar di bawah ini.
Berikut disajikan gambar peta administratif Kabupaten Tapanuli Tengah
Gambar 3.2. Peta Administratif Kabupaten Tapanuli Tengah
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat, dalam penelitian ini yang
dimaksud dengan masyarakat adalah masyarakat yang sekaligus merupakan
wirausaha yang memiliki usaha disekitar objek wisata berjumlah 30 orang. Teknik
pengambilan sampel yang dilakukan adalah Purposive Sampling dengan Sampel
Jenuh. Purposive sampling maksudnya bahwa penentuan sampel
mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu sehingga layak dijadikan sampel.
Dalam hal ini penelitian dilakukan di Kecamatan Pandan maka seluruh sampel
harus merupakan warga kecamatan tersebut serta mengetahui dengan jelas
permasalahan seputar penelitian. Sampling jenuh, yaitu teknik pengumpulan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering