1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, merupakan sarana untuk saling
berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dan meningkatkan
kemampuan intelektual. Karena sangat penting penggunaan dan fungsinya
Bahasa Indonesia sudah diberikan di Sekolah Dasar sejak kelas I sampai
dengan kelas VI. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan berbahasa yang baik dan benar, bahasa lisan maupun bahasa
tulis.
Kemampuan dalam menuturkan bahasa lisan dapat dilaksanakan secara
langsung dengan mengucapkan atau menirukan dari ucapan orang lain.
Kemampuan dalam bahasa tulis tidak cukup dengan menirukan ucapan
atau percakapan orang lain tetapi perlu mempelajari kaidah – kaidah bahasa tulis sehingga mengetahui maksud, tujuan dan pesan dari bahasa
tulis tersebut. Oleh karena itu kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia
perlu ditingkatkan secara terus menerus. Dalam proses pembelajaran
diharapkan memenuhi standar kompetensi.
Adapun standar kompetensi dimaksud, tercantum dalam Kurikulum
Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat mengakses berbagai
informasi dan kemajuan, untuk itu kemahiran dalam berkomunikasi
dengan Bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis harus benar – benar dimiliki dan ditingkatkan. (Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia, Depdiknas, 2004). Standar kompetensi tersebut yang perlu
ditingkatkan adalah kemampuan berbahasa lisan dan kemampuan
berbahasa tulis.
Sesuai dengan pendapat Moeliono (2003: 6 – 7) yang mengatakan bahwa : “Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam lisan atau
ujaran, dan ragam tulisan. Karena tiap masyarakat dalam berbahasa
memiliki ragam lisan, sedangkan ragam tulisan baru muncul kemudian,
maka soal yang perlu ditelaah ialah bagaimana orang menuangkan bentuk
ujarannya ke dalam bentuk tulisan”.
Bahasa tulis fungsi grametikalnya seperti subjek, predikat, objek dan
hubungannya diantara fungsi itu masing – masing harus nyata. Begitu juga dengan penggunaan huruf besar, pemakaian tanda baca, penulisan
singkatan, pemenggalan kata, dan cara menyusun kalimat perlu
memperhatikan kaidah – kaidah Bahasa Indonesia tulis yang benar.
Pada saat kita belajar, kadang – kadang kita mengalami perbedaan suasana tekanan jika dibandingkan dengan bahasa lisan yang bebas dari semua itu
dalam hal ini bukan berarti ragam lisan atau ujaran tidak perlu disusun
secara cermat, hal ini karena ada ragam lisan atau ujaran yang lebih mudah
dituangkan kedalam bahasa tulis.
Selanjutnya Moeliono (2003: 8) mengatakan : ragam tulisan juga
mempunyai suatu kelebihan. Upaya seperti huruf besar, huruf miring,
tanda kutip, paragraf atau alinia, tidak mengenal padanan yang sama
jelasnya dalam ujaran. Ragam lisan dan tulisan masih mengenal kendala
atau hambatan lain, misalnya laporan keuangan dengan tabel atau uraian
kimia yang berisi lambang dari rumus hidrolis, lebih mudah disusun dan
dibaca dalam bentuk tulisan. Demikian pula peraturan perundang – undangan yang bentuk kalimatnya sering bersusun – susun.
Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang menjadi pondasi untuk
jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu apabila anak usia SD telah
memiliki kemampuan dalam berbahasa Indonesia dengan baik (menyimak,
berbicara, membaca dan menulis) maka akan mempermudah dalam
berkomunikasi, menuangkan gagasan kedalam bentuk tulisan, memahami
maksud dan tujuan wacana atau tulisan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar mempunyai peranan penting dalam pergaulan di masyarakat
Sepengetahuan penulis anak – anak lulusan SD pada umumnya belum mempunyai kemampuan yang memadai dalam berbahasa Indonesia
terutama kemampuan menulis Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Begitu juga dengan anak – anak kelas V semester I SDN 2 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran masih belum mempunyai kemampuan menulis
Bahasa Indonesia yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes mengarang
yang penulis lakukan. Tes tersebut merupakan tes awal yang digunakan
untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan menulis (mengarang) Bahasa
Indonesia.
Berdasarkan hasil tes diketahui bahwa nilai yang diperoleh siswa kurang
memuaskan.Dari 29 siswa, 4 siswa yang memperoleh nilai memuaskan
yaitu 66-85, 6 siswa yang memperoleh cukup yaitu 56-65, 11 siswa yang
memperoleh nilai kurang memuaskan yaitu 46-55, dan 8 siswa
memperoleh nilai sangat tidak memuaskan yaitu 1-45. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai Bahasa Indonesia belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan yaitu 70. Dari data tersebut,
terlihat bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi.
Berdasarkan pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran kelas V SDN
2 Gedong Tataan adalah kurang menarik dan monoton. Sehingga hasil
menciptakan suasana yang dapat merangsang keinginan siswa untuk
belajar secara optimal dan aktif.
Salah satu upaya menciptakan keaktifan siswa saat proses pembelajaran
yaitu dengan menerapkan Pembelajaran Explicit Intruction. Pembelajaran
Explicit Intruction adalah pembelajaran secara langsung dengan pola selangkah demi selangkah. Yang menempatkan siswa untuk bekerja sama
dengan siswa lainnya secara berkelompok.Dimana siswa akan lebih mudah
dalam menemukan dan menangani konsep-kosep yang sulit jika mereka
mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Siswa yang
berkemampuan rendah mendapat kesempatan untuk dibimbing oleh
temannya yang memiliki wawasan yang lebih tinggi. Sedangkan siswa
yang lebih tinggi kemampuannya mempunyai kesempatan untuk menjadi
tutor teman sebaya sehingga pemahamannya semakin baik. Berdasarkan
uraian diatas maka agar hasil belajar Bahasa Indonesia dapat lebih baik
dari sebelumnya, perlu dilakukan penelitian mengenai meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar Bahasa Indonesia melalui pembelajaran
Explicit Intruction pada siswa kelas V SDN 2 GedongTataan Kabupaten Pesawaran.
1.2 Identifikasi Masalah
Setelah mengadakan Identifikasi Masalah yang timbul dengan melakukan
pengamatan dalam proses pembelajaran sehari – hari dan hasilnya sebagai berikut :
1. Masih banyak siswa yang belum mempunyai kemampuan menulis
Bahasa Indonesia yang baik seperti penggunaan tanda baca,
penggunaan huruf besar, penulisan singkatan, pemenggalan kata dan
penyusunan kalimat.
2. Prestasi mata pelajaran Bahasa Indonesia masih di bawah KKM.
3. Minat belajar rendah disebabkan pembelajarannya kurang menarik dan
monoton.
4. Hasil belajar masih rendah karena kurangnya aktivitas dan minat
belajar siswa.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Aktivitas belajar Bahasa Indonesia siswa selama pembelajaraan
berlangsung dengan menggunakan pembelajaran Explicit Intruction. 2. Prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa setelah pembelajaran
berlangsung menggunakan pembelajaran Explicit Intruction.
1.4 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Pada bagian ini penulis merumuskan masalah berdasarkan hasil tes yang
mendeskripsikan ruang lingkup masalah, pembatasan dimensi dan analisis
variabel. Hal ini penting agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas,
sehingga tingkat kepekaan dan kedalaman analisisnya cenderung lebih
baik.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah :
“Rendahnya kemampuan menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
siswa Kelas V SDN 2 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran”.
Adapun permasalahan penelitian yang diajukan adalah :
1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa melalui
pembelajaran Explicit Instruction pada siswa kelas V semester I SDN 2 Gedong Tataan?
2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa melalui
pembelajaran Explicit Instruction pada siswa kelas V semester I SDN 2 Gedong Tataan?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan
1. Untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas menulis Bahasa
Indonesia dengan menggunakan pembelajaran Explicit Intruction
siswa kelas V semester I SDN 2 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
2. Untuk mendeskripsikan peningkatan prestasi menulis Bahasa
Indonesia dengan menggunakan pembelajaran Explicit Intruction pada siswa kelas V semester I SDN 2 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
1.6 Manfaat atau Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan mempunyai kegunaan sebagai
berikut:
1. Bagi Sekolah, Bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan mengambil
keputusan dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis Bahasa
Indonesia.
2. Bagi Guru, Sebagai bahan masukan dan referensi yang berguna untuk
menemukan metode dan strategi pembelajaran yang tepat guna
meningkatkan kemampuan menulis Bahasa Indonesia.
3. Bagi Peneliti lainnya, Diharapkan bisa dipakai sebagai sumber
referensi untuk melakukan penelitian tindakan kelas selanjutnya pada
masalah upaya meningkatkan kemampuan menulis Bahasa Indonesia.
4. Bagi Siswa, diharapkan mampu menulis Bahasa Indonesia dengan baik
seperti penggunaan tanda baca, penggunaan huruf besar, penulisan
2.1 Prestasi Belajar Bahasa Indonesia
Menurut Moeliono (2003: 7) jika kita menggunakan sarana tulisan, kita
berpraanggapan bahwa orang yang diajak berbahasa tidak ada di hadapan
kita. Akibatnya bahasa kita perlu lebih terang dan jelas, lebih eksplisit
karena bahasa kita tidak dapat disertai oleh gerak isyarat, pandangan, atau
anggukan sebagai tanda penegasan di pihak pembicara atau pemahaman di
pihak pendengar. Itulah sebabnya, kalimat dalam ragam tulisan harus lebih
cermat sifatnya. Fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, dan objek, dan
hubungan di antara fungsi itu masing-masing harus nyata, sedangkan di
dalam ragam lisan,karena penutur bahasa berhadapan atau bersemuka,
unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan.
Sedangkan prestasi belajar menurut Sudjana (2001: 22) prestasi belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa,
seorang guru dapat menentukan kedudukannya dalam kelas, apakah siswa
tersebut termasuk ke dalam kategori siswa yang pandai, sedang, atau
Biasanya penilaian suatu prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka,
huruf atau kalimat. Dapat dipahami bahwa penilaian dalam arti komplek
mencakup segala aspek psikologis siswa, sedangkan dalam arti sempit
sebagai bentuk untuk mengukur keberhasilan siswa yang terformat dalam
bentuk evaluasi.
Menurut Syarifuddin (2008: 14) menyatakan bahwa evaluasi berarti
penilaian terhadap tingkat keberhasilan yang telah ditetapkan dalam
tingkat pembelajaran. Salah satu tujuan di dalamnya evaluasi di antaranya
adalah dapat dijadikan sebagai alat penetapan apabila siswa termasuk
dalam kategori cepat, sedang dan ataupun lambat dalam kemampuan
belajarnya.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dicapai siswa maka dapat diketahui
tingkat keberhasilan siswa. Tingkat keberhasilan ini dapat diraih melalui
proses pembelajaran yang diikuti siswa. Prestasi belajar berhubungan
dengan penguasaan kompetensi.
Menurut Sukmadinata (2006: 33) kompetensi adalah perilaku atau
performa yang diperlihatkan oleh seseorang dalam beraktivitas,
melaksanakan tugas, penyelesaian pekerjaan dan pemecahan masalah yang
dibagi 4 yaitu:
Kecakapan awal yang dikuasai siswa untuk menguasai kompetensi
yang lebih tinggi.
2. Kompetensi Umum
Penguasaan kecakapan yang diperlukan dalam kehidupan baik secara
sosial, kemasyarakatan dan lingkungan.
3. Kompetensi Operasional (teknis)
Penguasaan kecakapan yang berkenaan dengan penerapan atau aplikasi
dari konsep, prinsip dan pengetahuan dalam kenyataan.
2. Kompetensi profesional
Penguasaan kecakapan tingkat tinggi yang menyangkut proses analisis,
sintesis, evaluasi, pemecahan masalah, dan menciptakan hal-hal baru.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah penguasaan kompetensi seorang siswa yang merupakan perpaduan
dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Seseorang yang memiliki kompetensi
dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat
memahami, serta menghayati bidang tersebut yang dicerminkan dalam
prilaku sehari-hari.
2.2 Aktivitas Belajar
yang diamati dalam aktivitas belajar yaitu sebagai berikut:
1. Tentang cara belajar siswa bertanggung jawab.
2. Kemampuan siswa dalam menulis karangan dengan menggunakan
ejaan Bahasa Indonesia yang benar.
3. Cara siswa kerjasama antara siswa yang lain, dimana siswa akan
menjalin komunikasi, berbagi ide dan pendapat, dan saling
mendiskusikan masalah.
2.3 Pembelajaran Expicit Intruction
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2007: 32) menjelaskan
bahwa pembelajaran merupakan pedoman berupa progam atau petunjuk
strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran .
Pedoman tersebut memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
Menurut Kusnandar (2007: 54) salah satu tujuan dari penggunaan
pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama
belajar, dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik
pembelajaran yang diharapkan adanya perubahan dari menghafal kearah
Pembelajaran dengan Explicit Intruction adalah pembelajaran melalui pengajaran langsung yang dikemukakan oleh Rosenshina dan Stevens
(1986) yaitu pembelajaran langsung khusus dirancang untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi
selangkah ( Depdiknas:2010, Model-Model Pembelajaran yang Efektif dan
Menyenangkan ).
Langkah-langkah pembelajaran Explicit Intruction adalah:
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa dalam kelompok
dengan memperagakannya.
2. Siswa mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan .
3. Guru membimbing pelatihan.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan lanjutan.
2.4 Kajian Teori-Teori Belajar
Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar
dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan
kemampuan serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu
Menurut Trianto, M.Pd dalam bukunya Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif dijelaskan seperti yang dikemukakan oleh George J. Mouly dalam bukunya Psychology for Effective Teaching, bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat
adanya pengalaman. Pendapat senada disampaikan oleh Kimble dan
Garmezi yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan
Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku yang orisinal melalui pengalaman dan latihan-latihan.
Dalam bukunya Trianto, M,Pd menjelaskan beberapa teori-teori belajar :
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi komplek, mengecek informasi baku dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi
sesuai.
Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah dan menemukan
segala sesuatu untuk dirinya. Teori ini berkembang dari kerja Piaget,
Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif
yang lain, seperti teori Bruner .
2. Teori Pemrosesan Informasi
Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan
sebagai transformasi-transformasi informasi dari input (stimulus) ke output
(respon). Model pemrosesan informasi dapat digambarkan sebagai
kumpulan kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis-garis. Kotak ini
menggambarkan fungsi-fungsi atau keadaan sistem, dan garis-garis
menggambarkan transformasi yang terjadi dari suatu keadaan ke keadaan
yang lain .
3. Teori Belajar Bermakna David Ausabel
Inti dari teori Ausabel tentang belajar adalah belajar bermakna. Belajar
bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang
telah diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarkan ia demikian. Pernyataan
inilah yang menjadi inti dari teori-teori belajar Ausabel agar terjadi belajar
bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan
konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.
4. Teori Pembelajaran Perilaku
Skinner adalah salah satu tokoh yang sangat berperan dalam teori
pembelajaran perilaku yang telah mempelajari hubungan antara tingkah
laku dan konsekuensinya mengemukakan bahwa belajar merupakan
perubahan perilaku.
Dengan demikian, inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
karena adanya suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut dapat
pemahaman dan apresiasi. Adapun pengalaman dalam proses belajar ialah
bentuk interaksi antara individu dengan lingkungan.
Berlakukan kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi yang menjadi roh
bagi berlakunya Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran,
khususnya di lembaga pendidikan formal (persekolahan). Perubahan
tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pembelajaran di sekolah didalam kelas ataupun diluar
kelas.
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi
pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered), metodologis yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori dan pendekatan yang
semula lebih banyak bersifat tekstual berubah konstektual. Semua
perubahan tersebut dimaksud untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik
dari segi proses maupun hasil pendidikan.
Untuk membantu siswa memahami konsep-konsep yang telah dijelaskan
guru khususnya mengenai meningkatkan kemampua, keterampilan, serta
kefasihan menulis Bahasa Indonesia dengan baik dan benar maka
diterapkan dengan praktik belajar. Praktik belajar berarti suatu inovasi
memahami teori / konsep-konsep pengetahuan melalui pengalaman
belajar.
2.5 Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah suatu alat berhubungan (komunikasi) yang
dipergunakan secara resmi di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat
terdiri dari dua bagian yang besar yaitu bentuk (arus ujaran) dan makna
(isi). Bentuk Bahasa Indonesia adalah bagian dari bahasa yang dapat
diserap panca indera entah dengan mendengar atau dengan membaca.
Menurut Moeliono (2003: 54) bentuk bahasa selanjutnya dapat dibagi atas
dua bagian yaitu unsur-unsur segmental dan unsur-unsur suprasegmental.
Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dibagi-bagi
atas bagian-bagian (segmen-segmen) yang lebih kecil.
Sedangkan unsur-unsur suprasegmental adalah bagian dari bentuk bahasa
yang kehadirannya tergantung dari unsur-unsur segmental. Unsur-unsur
segmental bahasa, secara hirarkis dari yang paling besar hingga kebagian
yang paling kecil adalah : wacana (yang dapat berwujud alinea, rangkaian
alinea yang membentuk satu kesatuan, anak bab, bab, suatu karangan
utuh), kalimat klausa, frasa, kata, morfem, suku kata dan fonim.
Urutan-urutan diatas sekaligus menyatakan bahwa sebuah wacana besar dapat
dapat atas bab-bab. Bab dibagi atas anak-anak bab, anak bab dibagi atas
rangkaian alinea-alinea, rangkaian alinea dibagi atas alinea sebagai wacana
terkecil. Selanjutnya alinea dibagi atas kalimat, kalimat-kalimat dibagi atas
klausa-klausa, klausa dibagi atas frasa, frasa dibagi atas kata, kata dibagi
atas morfem, morfem atas suku kata dan suku kata atas fonem-fonem.
Makna Bahasa Indonesia adalah isi yang terkandung dalam bentuk-bentuk
tadi, yang dapat menimbulkan reaksi tertentu. Reaksi itu dapat timbul
karena kita mendengar kata tertentu (makna kata atau makna leksikal),
mendengar atau membaca rangkaian kata-kata yang membentu frasa
klausal kalimat (makna sintaktis), atau reaksi itu timbul sesudah membaca
atau mendengar sebuah wacana (makna wacana). Semua bidang makna ini
dipelajari dalam cabang ilmu bahasa yang disebut semantik.
Departemen Pendidikan Nasional (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dijelaskan :
A. Fungsi dan Tujuan Bahasa Indonesia 1. Fungsi Bahasa Indonesia
Fungsi Bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual, produk budaya
yang berkonsekuensi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai
berikut :
b. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
pelestarian dan pengembangan budaya
c. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni
d. Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk
keperluan menyangkut berbagai masalah
e. Sarana pengembangan penalaran
f. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah
kesusastraan Indonesia
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Siswa menghargai dan mengembangkan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara
b. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi
serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan
c. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan
kematangan sosial
d. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan
e. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
f. Siswa menghargai dan menggunakan sastra Indonesia sebagai
khazanah budaya dari intelektual manusia Indonesia
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini
meliputi aspek kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra.Aspek
kemampuan berbahasa memiliki sub aspek mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis berkaitan dengan teks-teks sastra.
C. Standar Kompetensi Bahan Kajian Bahasa Indonesia 1. Kemampuan Berbahasa
a. Menyimak
Mendengarkan, memahami dan memberikan tanggapan terhadap
gagasan, pendapat, kritikan dan perasaan orang lain dalam berbahasa
bentuk wacana lisan.
b. Berbicara
Berbicara secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan gagasan,
pendapat, kritikan, perasaan dalam berbagai bentuk kepada berbagai
c. Membaca
Membaca dan memahami berbagai jenis wahana baik secara tersurat
maupun tersirat untuk berbagai tujuan.
d. Menulis
Menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam
berbagai konteks. Dalam penulisan karangan siswa diharapkan
mempunyai kemampuan-kemampuan yaitu :
a. Kemampuan menggunakan huruf besar atau huruf kapital dengan
tepat dan benar.
b. Kemampuan menggunakan tanda baca (titik, koma, titik dua, tanda
seru) dengan benar.
c. Kemampuan menuliskan singkatan dengan benar.
d. Kemampuan pemenggalan kata dengan benar.
e. Kemampuan cara menyusun kalimat dengan benar.
2. Kemampuan Bersastra
Berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
D. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD
1. Berdaya tahan dalam konsentrasi, mendengarkan sampai dengan tiga
puluh menit dan mampu menyerap gagasan pokok dan perasaan dari
cerita, berita, petunjuk pengumuman serta perintah yang didengar
2. Mengungkapkan gagasan dari perasaan, menyampaikan sambutan,
berdialog, menyampaikan perasaan, menjelaskan suatu proses,
mendeskripsikan dan bermain peran.
3. Membaca lancar berbagai teks dan mampu menjelaskan isinya serta
merespon isi dengan kata-katanya sendiri.
4. Menulis karangan naratif dan non naratif dengan tulisan rapih dan jelas
dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan
dan tanda baca, kosa kata yang tepat dengan menggunakan kalimat
tunggal dan kalimat majemuk.
5. Mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan,
menonton, membaca dan melisankan hasil sastra berupa dongeng,
puisi dan drama pendek serta menuliskan pengalaman dalam bentuk
cerita dan puisi.
Penulisan sebuah karangan perlu memperhatikan kaidah – kaidah penulisan, sehingga lebih jelas tujuan, makna, serta kesan yang
disampaikan dalam karangan.
Dalam buku Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
Penulisan karangan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemakaian Huruf Besar atau Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat, misalnya :
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama. Unsur – unsur nama orang, misalnya :
Endah Dia Pratiwi ; Aswan Siregar
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung,
misalnya :
Bapak bertanya “ Kapan kita pergi ?” ; ibu mengatakan “Pulanglah sekarang !”
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bulan, hari,
misalnya :
Bulan Januari; Hari Selasa
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama geografi, misalnya :
Lampung ; Propinsi Lampung
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam
nama buku, majalah dan judul karangan, kecuali di, ke, dari, dan,
yang dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal, misalnya :
Saya telah membaca buku dari Ave Mariake Jalan Lain ke Roma;
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra !
7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bahasa, suku
bangsa dan bahasa.
Misalnya : Sudah lama aku ingin belajar Bahasa Belanda
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan
nama, gelar,pangkat dan sapaan.
Misalnya : - S.Hum (Sarjana Humaniora)
- Nn. Utami (Nona Utami)
- dll
b. Pemakaian Tanda Baca 1. Tanda titik ( . )
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan
atau seru. Misalnya : Ayahku tinggal di Madiun.
b) Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu
bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya :
Departemen Dalam Negeri., Direktorat Jenderal Agraria.
c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit dan
detik yang menunjukkan waktu. Misalnya : Pukul 01.35.
d) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan
kepala karangan, misalnya : Salah Asuhan
e) Tanda titik tidak dipakai dibelakang : (1) alamat pengirim dan
tanggal surat; (2) Nama dan alamat penerima surat.
Misalnya : 1. Jalan Diponegoro 82
Jakarta
1 April 1998
2. Yth Sdr. Moh Hasan
Jalan Arief 43
2. Tanda koma ( , )
a) Tanda koma dipakai diantara unsur – unsur didalam suatu penelitian atau pembilang. Misalnya : Saya membeli kertas,
penda dan tinta.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
Misalnya : Kalau hari hujan, saya tidak anak datang.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat. Misalnya :
Kata ibu, “Saya gembira sekali”.
d) Tanda koma dipakai diantara : (1) nama dan alamat (2)bagian – bagian kalimat (3) tempat dan tanggal (4) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
3. Tanda titik dua ( : )
a.) Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap jika diikuti rangkaian atau pemberian.
Misalnya : Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga
: kursi, meja dan almari.
b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemberian. Misalnya :
Tempat sidang : Ruang 105
Hari : Selasa
Waktu : 09.30.
4. Tanda tanya ( ? )
Tanda seru dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya : Kapan Ia berangkat ?
5. Tanda seru ( ! )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat, misalnya :
a) Alangkah seramnya peristiwa itu !
b) Bersihkan kamar itu sekarang juga !
c. Penulisan Singkatan
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih.
1. Singkatan nama orang, nama sapaan diikuti dengan titik.
Misalnya : a) Bpk. Dari Bapak. B) Sdr. Dari Saudara
2. Singkatan nama badan atau organisasi yang terdiri atas huruf awal
kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda
titik.
Misalnya : a) PGRI : Persatuan Guru Republik Indonesia
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu
4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya : - CO2 karbondioksida
- cm sentimeter
- kg kilogram
d. Pemenggalan kata
Kegunaan pemenggalan kata berkaitan dengan pemakaian bahasa di
dalam ragam tulis terutama untuk memisahkan bagian – bagian kata dalam pergantian baris. Antara bagian kata yang satu dan bagian yang
lain dihubungkan dengan tanda hubung dan tidak didahului dengan
spasi. Tanda hubung ditulis diujung baris, persis setelah bagian kata
yang dipenggal. Bagian kata imbuhan yang hanya terdiri dari satu
huruf hendaknya tidak dipenggal.
Contoh :
1. Jika ditengah kata terdapat dua buah vokal yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan diantara kedua vokal itu.
Kata Pemenggalan kata Tidak baku
Kain ka – in kai – n
Riang ri – ang ria - ng
2. Jika ditengan kata terdapat huruf konsonan yang diapit oleh vokal,
pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya :
Kata Pemenggalan kata Tidak baku
Supaya su – paya sup – aya
Kelas ke – las kel – as
3. Bila diapit oleh vokal yang berupa gabungan konsonan (seperti ng,
ny, kh, dan sy ) pemenggalannya tetap dilakukan sebelum
4. Gabungan vokal atau diftong unsur – unsurnya juga tidak dipanggil dalam pergantian baris.
Misalnya :
Kata Pemenggalan kata Tidak baku
Aula au – la a – ula
Gulai gu – lai gula – i
1. Pemenggalan kata ada vokal dasar dilakukan sebagai berikut :
a) Jika ditengah kata ada vokal yang berurutan. Pemenggalan
itu dilakukan diantara kedua vokal itu. Misalnya : ma – in; sa – at; bu –ah, hurung diftong ai, au, ui; tidak pernah diceraikan, misalnya :
Au – la bukan a – u – la Sau – da – ra bukan sa – u – da – ra Am – boi bukan am – bo – i
b) Jika ditengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan
huruf konsonan, diantara dua vokal, pemenggalan
dilakukan sebelum konsonan. Misalnya :
Ba – pak ba – rang, su – lit La – wan de – ngan ke – nyang
c) Jika ditengah kata ada huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan diantara kedua konsonan itu.
Gabungan konsonan tidak pernah diceraikan, misalnya :
Man – di som – bong swas – ta Makh – luk ap – hel bang – sa
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang
mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya
ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada
pergantian baris.
Berdasarkan kaidah – kaidah bahasa tentang pemenggalan kata seperti tersebut diatas jelaslah sekarang bahwa dalam
memenggal kata harus sesuai dengan aturan – aturan yang telah dibakukan.
E. Cara Menyusun Kalimat
Kalimat menyusun kalimat adalah bukan satu hal yang mudah terutama
bagi anak – anak ditingkat sekolah dasar. Hal yang demikian sering kita jumpai. Menurut (Moeliono, 2003 : 311) : Kalimat adalah susunan dari
kata – kata yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titi nada, disela oleh jeda
diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang
memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud
tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda tanya atau tanda seru.
Oleh karena itu dalam menyusun kalimat dalam ragam tulis kalimat itu
merupakan kesatuan bahasa terkecil yang menunjukkan pikiran secara
lengkap dan penulisan dimulai dengan huruf kapital serta diakhiri dengan
tanda titik, tanya atau tanda seru. Sebelum menyusun kalimat tentu saja
terlebih dahulu harus menggunakan kosa kata mana yang akan digunakan
yang sudah dipilih itu disusun berdasarkan acuan ejaan yang
disempurnakan.
Berdasarkan hasil tes awal yang dilakukan penulis, masih banyak siswa
yang belum menguasai cara menyusun kalimat, pemakaian tanda baca,
pemakaian huruf besar, pemilihan kosa kata sesuai dengan kaidah – kaidah penulisan Bahasa Indonesia.
2.2 Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, guru belum memanfaatkan pembelajaran Explicit Intruction sehingga aktivitas dan prestasi belajar siswa kurang atau rendah. Selanjutnya guru melakukan tindakan kelas dengan memanfaatkan
pembelajaran Explicit Intruction, yang terdiri dari 2 siklus.
Pada siklus I, guru memanfaatkan pembelajaran Explicit Intruction yang didemontrasikan, siswa melihat dan memahami. Pada siklus II dengan
memanfaatkan pembelajaran Explicit Intruction yang didemontrasikan guru, siswa mengikuti.
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut diatas diajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Melalui Pembelajaran Explicit Intruction aktifitas belajar akan meningkat
BAB III
METODOLOGI / METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat
(Wardhani, 2007: 1.4).
3.2 Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Semester I Kelas V Tahun Pelajaran
2012/213. Penelitian ini bertempat di SDN 2 Gedong Tataan, Kecamatan
Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran yang difokuskan pada Kelas V
sebagai objek penelitian dengan jumlah siswa 29 anak pada Semester I
Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.3 Subjek Penelitian
Perlu diketahui bahwa untuk menentukan objek penelitian diharapkan
adanya pertimbangan dan kebijakan yang konstruktif sehingga kelas yang
meningkatkan prestasi yang lebih baik dan mengangkat nama sekolah
dimasa yang akan datang.
Subjek penelitian adalah semua siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dengan jumlah 29 siswa terdiri atas
13 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Karena itu siswa Kelas V
diharapkan sudah mempunyai dan menguasai standar kompetensi sehingga
sudah siap menempuh pengetahuan di kelas yang lebih tinggi yaitu Kelas
VI.
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan metode penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk proses pembelajaran berdaur siklus
yang terdiri dari dua siklus dan empat tahapan dasar yang saling berkaitan
yaitu:
1. Perencanaan (planning) 2 Pelaksanaan (acting) 3. Pengamatan (observing) 4. Refleksi (reflecting)
3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data 3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan kepada siswa secara
langsung melalui tes tertulis, dengan tujuan untuk mengumpulkan
data tentang kemampuan menulis karangan.
b. Non Tes
yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan kepada siswa dengan
melakukan pengamatan dengan tujuan untuk mengumpulkan data
tentang aktivitas siswa, yaitu kemampuan menulis karangan.
3.5.2 Alat Pengumpulan Data
- Pada teknik pengumpulan data dengan tes yang dilakukan kepada
siswa secara langsung melalui tes tertulis maka alatnya adalah lembar
kerja siswa.
- Pada teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan
wawancara pada siswa, maka alatnya adalah lembar observasi atau
pedoman pengamatan.
3.6 Intrumen Penelitian
Tabel 3.1 Kisi-kisi intrumen aktivitas belajar siswa
No Aktivitas yang diamati Kode Aktivitas
1. Memperhatikan Penjelasan Guru 1
2. Siswa bertanya dan menjawab pertanyaan guru
2
3. Mengerjakan LKS atau tugas 3
4. Berdiskusi antar siswa dalam kelompok 4 5. Mempresentasikan hasil diskusi atau
menanggapi diskusi kelas
5
Tabel 3.2 Kisi-kisi Intrumen tes prestasi belajar siswa
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk Surat Pribadi, Karangan dan Dialog Tertulis.
Kompetensi Dasar : Menulis Surat Pribadi dengan tema pengalaman liburan semester menggunakan kalimat efektif dan memperhatikan penggunaan ejaan.
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk Surat Pribadi, Karangan dan Dialog Tertulis.
3.7 Teknik Analisis Data
Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang berupa
perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Untuk
menanamkan pengetahuan tentang penulisan karangan Bahasa Indonesia
yang baik penulis membuat 2 kegiatan rencana pembelajaran.
Setiap pembelajaran merupakan siklus perencanaan yang dirancang untuk
menambah pengetahuan baru tentang kemampuan menulis (mengarang)
Bahasa Indonesia, siklus tersebut adalah Menulis karangan berdasarkan
gambar seri yang diacak dengan tema pengalaman liburan semester. Dari
setiap siklus pembelajaran dilakukan tes untuk mengetahui rata-rata kelas.
Kemudian hasil tes tersebut direkapitulasi sebagai berikut :
Tabel 3.3 Rekapitulasi hasil tes awal siswa
Dengan rekap inilah penulis mengetahui peningkatan kemampuan menulis
Bahasa Indonesia.
Dengan tambahan pengetahuan baru dari setiap siklus itu akan menambah
pengetahuan siswa menulis karangan. Bentuk rancangan siklus
perencanaan ulang tersebut sebagai berikut : rencana pembelajaran yang
dilakukan diharapkan siswa memiliki kemampuan sesuai dengan yang
diharapkan. Selanjutnya menarik kesimpulan setelah dilakukan proses
pembelajaran yang dilakukan pengulangan pembelajaran dengan
memperhatikan refleksi (analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil
pengamatan) untuk melakukan rencana dan tindakan selanjutnya.
3.8 Indikator Penelitian
Kriteria keberhasilan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
didasarkan pada pencapaian siswa untuk membangun pengetahuan dan
kemampuan menulis yang difasilitasi guru. Sehingga dengan mata
pelajaran Bahasa Indonesia siswa dapat menulis menggunakan ejaan yang
benar seperti penggunaan tanda baca, pemenggalan kata, penggunaan
huruf besar, penulisan singkatan, dan penyusunan kalimat.
Selain itu juga diharapkan siswa mempunyai pengalaman belajar yang
cukup yang bermanfaat untuk diri dan lingkungannya. Tolak ukur
1. Persentase jumlah siswa yang aktif mencapai sekurang-kurangnya 70%
dari 29 siswa yang ada.
2. Persentase siswa yang tuntas belajar mencapai 70 % dari 29 siswa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas V
mata pelajaran Bahasa Indonesia SDN 2 Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran dapat disimpulkan :
1. Pada tahap awal sebagian besar siswa kelas V SDN 2 Gedong Tataan
kemampuan menulisnya rendah.
2. Cara yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan menulis Bahasa
Indonesia dengan melakukan pembelajaran yang terdiri dari 2 siklus
dengan menggunakan pembelajaran Explicit Intruction.
3. Dengan menggunakan pembelajaran Explicit Intruction dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas V SDN 2 Gedong
Tataan.
5.2 Saran
1. Diharapkan dalam proses pembelajaran yang menggunakan pembelajaran
Explicit Intruction guru dan siswa melakukan pembelajaran dengan siklus berdaur yaitu melakukan pembelajaran yang dirancang untuk menambah
hasil pengamatan) untuk selanjutnya maka membuat perencanaan ulang,
tindakan observasi ulang dan memperhatikan refleksi ulang.
2. Diharapkan dalam proses pembelajaran guru menggunakan alat peraga
untuk meningkatkan kemampuan menulis Bahasa Indonesia.
3. Penelitian Tindakan Kelas diharapkan dapat dijadikan pegangan dan
pedoman bagi guru sebagai solusi dalam meningkatkan aktivitas dan
Depdiknas.2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Moeliono, Anton M, dan Dardjo Widiojo, Soejono, 2003. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Trianto, M.Pd.2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI. Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. 2010. Redaksi Trans Media
.
Sudjana. 2011. Media Pengajaran. Sinar Baru Algesindo.Jakarta Sukmadinata. 2006. Jenis-jenis Penelitian. PT. Bina Ilmu. Surabaya
Syarifuddin. Muhammad, dkk. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional, 2010. Model-Model Pembelajaran yang Efektif dan Menyenangkan. Jakarta
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MENULIS KARANGAN MELALUI PEMBELAJARAN EXPLICIT INTRUCTION PADA SISWA KELAS V
SDN 2 GEDONG TATAAN
Oleh
DYAH RIRIN KUSUMAWATI
Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan (1) peningkatan aktivitas belajar pada siswa kelas V SDN 2 Gedong Tataan pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pembelajaran Explicit Intruction, (2) Peningkatan prestasi belajar menulis karangan pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan menggunakan pembelajaran Explicit Intruction.
Penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas dengan 2 siklus dilakukan di kelas V SDN 2 Gedong Tataan. Data penelitian diperoleh melalui observasi, catatan lapangan, dan tes pada setiap siklus. Data dianalisis secara diskritif kuantitatif.
Hasil penelitian adalah (1) Aktivitas belajar dengan ketuntasan belajar pada siklus I berjumlah 5 siswa (17,24%) dan meningkat pada siklus II menjadi 29 siswa (100%) dari 29 siswa (2) Prestasi belajar siswa dengan nilai siklus I pertemuan I sebesar 57,8 dan pertemuan II sebesar 78. Pada siklus II pertemuan III sebesar 89,8 dan pertemuan IV sebesar 98,6.Kemudian nilai hasil belajar yang diperoleh siswa dari siklus I sampai siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata siklus I 61,7 dan siklus II 79,8.
KARANGAN MELALUI PEMBELAJARAN
EXPLICIT INTRUCTION
PADA SISWA KELAS V SDN 2 GEDONGTATAAN
(Skripsi)
Oleh
DYAH RIRIN KUSUMAWATI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 PGSD Dalam Jabatan
S1 PGSD DALAM JABATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
PADA SISWA KELAS V SDN 2 GEDONGTATAAN
(Skripsi)
Oleh
DYAH RIRIN KUSUMAWATI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 PGSD Dalam Jabatan
S1 PGSD DALAM JABATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Penulis bernama Dyah Ririn Kusumawati dan lahir di Magetan, Jawa
Timur pada tanggal 4 mei 1983, terlahir dari pasangan Ayahhanda
bernama Diran Wirjoatmodjo dan Ibunda Siti Sundari. Lulus SD
Negeri 2 Bendo Kabupaten Magetan Jawa Timur pada tahun 1995
melanjutkan di SMP Negeri 1 Kawedanan Kabupaten Magetan Jawa
Timur dan lulus pada tahun 1998. Kemudian melanjutkan di SMU
Negeri 1 Waru Kalimantan Timur dan lulus pada tahun 2001.
Pada tahun 2005 melanjutkan kuliah di Universitas Jambi dengan jurusan D II PGSD dan
lulus pada tahun 2008. Tahun 2009 diterima sebagai CPNS dan mengajar di SDN 2 Gedong
Tataan Kabupaten Pesawaran sampai sekarang. Tahun 2010 penulis melanjutkan kuliah pada
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2Identifikasi Masalah ………. 5
1.3Pembatasan Masalah ……… 6
1.4Rumusan Masalah dan Permasalahan ………. 6
1.5Tujuan Penelitian ………. 7
1.6Manfaat atau Kegunaan Penelitian ……….. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar Bahasa Indonesia….. ……… 9
2.2 Aktivitas Belajar.. ……….. 11
2.3 Pembelajaran Explicit Intruction ……….……….. 12
2.4 Kajian Teori-teori Belajar……… 13
2.5 Pengertian Bahasa Indonesia……… 17
2.6 Kerangka Berpikir... 31
2.7 Hipotesis Tindakan... 32
BAB III METODOLOGI / METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian… ……… 33
3.2 Setting Penelitian ………. 33
3.3 Subjek Penelitian……… 33
3.4 Prosedur penelitian... ……… 34
3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data………. 34
3.6 Intrumen Penelitian... 35
3.7 Teknik Analisis Data………. 37
3.8 Indikator Penelitian……… 38
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kisi-kisi Intrumen Aktivitas Belajar Siswa... 35
3.2 Kisi-kisi Intrumen Tes Prestasi Belajar Siswa... 36
3.3 Rekapitulasi hasil tes awal siswa... 37
4.1 Rekapitulasi Menulis Karangan Bahasa Indonesia Pada Tes Awal Siswa Kelas V SDN 2 Gedong Tataan... 42
4.2 Rekapitulasi Menulis Surat Pribadi Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V SDN 2 Gedong Tataan... 43
4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan I... 44
4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan II... 45
4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I. ... 48
4.6 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I. ... 49
4.7 Rekapitulasi Prestasi Belajar Pada Siklus I. ... 50
4.8 Rekapitulasi Menulis Wawancara Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V SDN 2 Gedong Tataan... 53
4.9 Rekapitulasi Menulis Karangan Gambar Seri Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V SDN 2 Gedong Tataan... 55
4.10 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan III... 56
4.11 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan IV... 56
4.12 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan III dan Pertemuan IV... 58
4.13 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II... 60
4.14 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II... 61
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Tugas akhir dengan judul ” Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Menulis Karangan Melalui Pembelajaran Explicit Intruction Pada Siswa Kelas V SDN 2 Gedong Tataan ”
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Studi S 1 PGSD FKIP
Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd selaku Ketua Progam Studi S 1 PGSD FKIP Universitas
Lampung.
4. Bapak Drs. Djalaludin Genap, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan telah bersedia meluangkan waktu serta mencurahkan
pikirannya dalam membimbing penulis selama menyusun tugas akhir ini.
5. Ibu Dr. Hj. Herpratiwi, M.Pd selaku dosen pembahas yang dengan sabar memberikan
masukan, arahan dan bimbingan bagi penulis selama menyusun tugas akhir ini.
6. Kepala Sekolah SDN 2 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran yang telah bersedia
memberikan waktu serta izin dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Dewan Guru SDN 2 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan motivasi
khususnya Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
GedongTataan, Agustus 2012
Penulis
” Kejarlah ilmu selagi ada kemauan ”
1. Tim Penguji
Penguji :
Drs.Djalaludin Genap, M.Si
...
Penguji
Bukan Pembimbing :
Dr. Hj. Herpratiwi, M.Pd
...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si
NIP 19600315 198503 1 003
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Mahasiswa : Dyah Ririn Kusumawati
NPM : 1013109089
Progam Studi : S-1 PGSD Dalam Jabatan
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Lokasi Penelitian : SDN 2 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir yang berjudul ” Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Menulis Karangan Melalui Pembelajaran Explicit Intruction Pada Siswa Kelas V SDN 2 Gedong Tataan ” tersebut adalah asli hasil penelitian
saya, kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di
kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup dituntut berdasarkan
Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku.
Gedong Tataan,Agustus 2012
Yang Membuat Pernyataan
Dyah Ririn Kusumawati
EXPLICIT INTRUCTION PADA SISWA KELAS V SDN 2 GEDONGTATAAN.
2. Identitas Peneliti :
- Nama : Dyah Ririn Kusumawati - NPM : 1013109089
- Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
- Program Studi : Program S1 PGSD Dalam Jabatan
Menyetujui
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Pembimbing
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini, kepada :
1. Kedua Orang Tuaku, yang selalu mendoakan dan memberi semangat,nasehat kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Suamiku yang tercinta yang selalu menyayangi dengan penuh cinta dan kasih sayang
serta selalu memberi semangat dan mendoakan demi keberhasilan penulis.
3. Kepala Sekolah SDN 2 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan rekan-rekan guru yang
telah berusaha membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, serta ;