• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN TIPE TPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN TIPE TPS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Tri Yuliani

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NHT DAN TIPE TPS

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Negerikaton Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh Tri Yuliani

Matematika mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Untuk itu guru harus meningkatkan hasil belajar matematika

siswa, diantaranya melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe

TPS. Masing-masing tipe model pembelajaran tersebut akan digunakan peneliti

untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan

kedua model pembelajaran tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Negerikaton tahun pelajaran

2010/2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara

Random Sampling(penarikan sampel acak). Sampel penelitian terdiri dari kelas

VIII A dan kelas VIII B. Pada setiap kelas diterapkan pembelajaran kooperatif

tipe NHT dan tipe TPS secara bergantian.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

(2)

Tri Yuliani

tipe NHT dan tipe TPS. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata

hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif

tipe TPS.

(3)

41

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pembelajaran kooperatif tipe NHT melibatkan siswa untuk berpikir

bersama dalam mengerjakan LKS. Siswa bisa langsung mengemukakan

ide-ide yang dimilikinya dalam kelompok dan setiap siswa memiliki

tanggung jawab dalam memahami materi baik secara individu maupun

kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa cenderung

lebih mudah putus asa ketika berpikir secara individu. Akibatnya siswa

menggantungkan tanggung jawab kepada pasangan sehingga pengetahuan

yang didapat lebih sedikit. Berdasarkan hasil analisis data, pengujian

hipotesis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TPS.

2. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dari pada rata-rata hasil

belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS.

(4)

41

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan beberapa hal

sebagai berikut :

1. Bagi guru, pembelajaran pada pokok bahasan relasi fungsi dan

persamaan garis lurus dapat memakai model pembelajaran kooperatif

tipe NHT.

2. Bagi peneliti, Pembelajaran kooperatif tipe NHT perlu dibandingkan

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, mempunyai peranan yang sangat

penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, matematika merupakan salah

satu mata pelajaran pokok di sekolah yang diajarkan pada setiap jenjang

pendidikan mulai dari sekolah dasar, sekolah lanjutan, sampai dengan

perguruan tinggi. Matematika perlu dipelajari oleh siswa karena melalui

matematika siswa dapat menumbuhkembangkan pola berfikir logis,

sistematis, obyektif, kritis dan rasional seiring dengan peningkatan mutu

pem-belajaran matematika. Oleh karena itu, matematika harus diajarkan kepada

anak mulai dari sekolah dasar dengan pengajaran dan metode yang tepat serta

guru perlu menyajikan materi pelajaran matematika dengan baik, menarik, dan

menyenangkan. Inovasi pembelajaran dapat meningkatkan intensitas interaksi

edukatif yang terjadi, sehingga membuat siswa lebih tertarik untuk belajar.

Lebih lanjut, Sardiman (2004: 8) mengatakan bahwa interaksi edukatif secara

sadar mempunyai tujuan mendidik, untuk mengantarkan siswa menuju

kedewasaannya. Interaksi tersebut biasanya terjadi pada saat proses

(6)

2

Proses pembelajaran dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap

kemajuan belajar matematika siswa. Suatu proses pembelajaran sangat

di-pengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan

menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai adalah

model pembelajaran yang dapat menarik minat dan gairah belajar siswa,

sehingga siswa aktif dalam pembelajaran, karena itu dalam proses

pembelajaran siswa dituntut untuk melakukan diskusi antar siswa (kelompok).

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengkondisikan aktivitas ini

adalah model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja sama antar

siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, dan

meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam

pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar berpusat pada siswa

dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan

saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang

efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi

berpikir tingkat tinggi serta mampu membangun hubungan interpersonal.

Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai

materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe diantaranya adalah

Number Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS). Dalam

(7)

3

heterogen yang terdiri dari 4-5 orang. Dalam tipe ini, setiap kelompok diberi

nomor, siswa kemudian bekerja sama dalam tim untuk mengerjakan

LKS/perangkat pembelajaran yang lain. Setelah itu guru akan menyebut salah

satu nomor secara acak. Siswa yang nomornya dipanggil harus

presentasikan kerja kelompoknya sebagai perwakilan kelompok atau

mem-berikan jawaban apabila guru mengajukan pertanyaan. Setelah pembelajaran

selesai, seluruh siswa dikenai tes dan dalam mengerjakan tes siswa tidak boleh

saling membantu. Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan

antara lain meningkatkan tanggung jawab individu, meningkatkan

pembelajaran kelompok sehingga setiap anggota terlatih dan melibatkan

seluruh siswa dalam usaha menyelesaikan tugas. Selain memiliki kelebihan,

pembelajaran kooperatif tipe NHT juga memiliki kelemahan, salah satunya

yaitu tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa mengerjakan

LKS/perangkat pembelajaran lain secara individu kemudian siswa

ber-pasangan dengan temannya untuk berdiskusi membahas LKS/perangkat

pem-belajaran lain. Selanjutnya guru akan meminta beberapa pasangan untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe TPS

memiliki kelemahan,antara lain Banyak kelompok yang melapor dan perlu

dimonitor, lebih sedikit ide yang muncul, jika ada perselisihan tidak ada

penengah, menggantungkan pada pasangan. Selain memiliki kelemahan,

pembelajaran kooperatif tipe TPS juga memiliki kelebihan antara lain Lebih

banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok,

(8)

4

seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan

idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas, dapat

memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk

ber-partisipasi dalam kelas.

Sejauh ini banyak peneliti yang meneliti pengaruh penggunaan model

pem-belajaran kooperatif tipe NHT dan TPS terhadap hasil belajar siswa,

diantaranya Emasari(2009) dan Darista (2006). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Emasari (2009) di SMPN 5 Bandar Lampung dengan objek

penerima tindakan merupakan siswa kelas VIII-f yang terdiri dari siswa yang

heterogen dalan hal kemampuan dan jenis kelamin, yang sebelumnya juga

masih menggunakan model pembelajaran langsung, setelah ia menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas tersebut persentase siswa

yang tuntas belajar sebelumnya hanya 19,4 % meningkat menjadi 75,32 %.

Demikian pula berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darista (2006) di

SMPN 9 Bandar Lampung dengan objek penerima tindakan merupakan siswa

kelas VIII-e yang terdiri dari siswa yang heterogen dalam hal kemampuan dan

jenis kelamin, yang sebelumnya juga masih menggunakan model

pem-belajaran langsung, setelah ia menerapkan model pempem-belajaran kooperatif tipe

TPS di kelas tersebut persentase siswa yang tuntas belajar sebelumnya hanya

52,5 % meningkat menjadi 76,32 %.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dicobakan

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada kelas VIII SMPN 2 Negeri

Katon. SMP ini memiliki siswa-siswi yang heterogen dalam hal kemampuan

(9)

5

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS, dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Oleh karena itu, untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang

memberikan hasil belajar lebih baik maka perlu diadakan penelitian tentang

perbandingan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dan TPS pada pembelajaran matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah

1. apakah ada perbedaaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan

tipe TPS ?

2. manakah yang lebih baik antara rata-rata hasil belajar siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan

tipe TPS ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil belajar dua tipe

pembelajaran kooperatif, yaitu NHT dan TPS.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah

satu bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran Matematika

(10)

6

2. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

alternatif pembelajaran dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk

meningkatkan mutu pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan dan

keterampilan peneliti mengenai model pembelajaran kooperatif

(Cooperatif Learning).

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain :

1. Perbandingan hasil belajar yang dimaksud adalah perbandingan hasil

belajar matematika siswa yang timbul akibat penerapan dua

perlakuan, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan

tipe TP

2. Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai hasil tes formatif pada

pokok bahasan fungsi dan persamaan garis lurus

3. Pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah pembelajaran Kooperatif

yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang terdiri dari 2

orang, dimana siswa berpikir secara individu terlebih dahulu tentang

pertanyaan yang diajukan guru sebelum berdiskusi dengan

kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi kelas dari

beberapa kelompok.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembeljajaran

kooperatif yang menempatkan siswa belajar dalam kelopok yang

terdiri dari 4-5 orang dimana pembelajaran dimulai dengan guru

(11)

7

penomoran sedemikian sehingga setiap siswa dalam kelompok

me-miliki nomor yang berbeda. Guru mengajukan pertanyaan kemudian

siswa berdiskusi dalam kelompoknya. Para siswa mendiskusikan

pertanyaan tersebut dalam kelompok lalu menggambarkan dan

meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok mengetahui jawaban

tersebut. Guru menyebut satu nomor dan siswa dari setiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan guru menunjuk

salah satu siswa untuk mempresentasikan jawaban bagi seluruh

Referensi

Dokumen terkait

Analisis hasil uji praktikalitas oleh guru dan peserta didik, modul bermuatan kecerdasan komprehensif yang dikembangkan dikategorikan sangat valid dengan nilai 92,36

Membuat runner turbin crossflow dengan menggunakan sudu dari pipa yang dibelah untuk pembangkit listrik agar mudah dibuat oleh masyarakat.. Mengetahui dan membandingkan

Rute ditempuh lewat jalan air yang merupakan rawa dataran rendah ditumbuhi vegetasi rawa, dengan kerapatan cukup tinggi.. Rute ini terdapat padang alang-alang

Sarannya adalah agar semua yang bekerja dan belajar di dalam dunia per-animasi-an dalam negeri, agar bersama-sama membangun dan membuat animasi menjadi lebih dikenal, lebih

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian temu ireng ( Curcuma aeruginosa Roxb) fermentasi pada ternak babi lokal lepas sapih sampai dengan

Peubah yang diamati yaitu bentuk fisik (warna, bau, tekstur), pH, suhu dan unsur hara (nitrogen, karbon, phospor, kalium dan C/N Rasio). Kesimpulan penelitian adalah penambahan

Audit Report Lag (Audit Delay) adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan

 Periode pemantauan untuk kualitas udara ambien saat ini di Indonesia belum ada aturannya, namun sebaiknya juga dilakukan 6 bulan sekali untuk melihat pengaruh kualitas udara