UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG
TERHADAP PENGGEREK BATANG (Ostrinia furnacalis Guenee)
DAN PENGGEREK TONGKOL (Helicoverpa armigera Hubner)
DI LAPANGAN UJI TERBATAS
SKRIPSI
Oleh:
NELSON SIMAMORA 070302047
HPT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG
TERHADAP PENGGEREK BATANG (Ostrinia furnacalis Guenee)
DAN PENGGEREK TONGKOL (Helicoverpa armigera Hubner)
DI LAPANGAN UJI TERBATAS
SKRIPSI
Oleh:
NELSON SIMAMORA 070302047
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana
di Departemen Hama dan penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Prof.Dr.Ir.Darma Bakti,MS Ir. Mena Uly Tarigan,MS
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
Nelson Simamora, " Resistance Test of Some Corn Varieties Performance
Against Stem Borers (Ostrinia furnacalis Guenee) and Borers Cob (Heliothis armigera Hübner) In the Field Test Limited" supervisid by Prof. Dr.Ir.
Darma Bakti, MS and Ir. Mena Uly Tarigan, MS. This research intend to know obtain corn varieties resistant to pests O. furnacalis Guenee and H. armigera
Hübner in Field Test Limited. This research used a randomized block design (RBD) non factorial with 6 treatments and 5 replications as follows: V1 (NK 603 x MON 89034 stacked corn herbicide sprayed and infestations artificial insects), V2 (MON89034 corn control in artificial infestations), V3 (NK 603 corn control was sprayed herbicides), V4, (DK979 Corn Hybrids artificial infestations), V5 (stacked corn MON 89034 x NK 603 with no treatment), V6 (DK979 hybrid corn without treatment).
The results showed that treatment of V1, V2, and V5 are resistant to pests
O. furnacalis Guenee and H. armigera Hübner treatment while V3, V4, and V6 is not resistant to the pest with a pest attack each treatment was highest in V3 : the number of holes gerekan O. furnacalis Guenee 0.76, the length of the hole gerelan
O. furnacalis Guenee 2.76 cm, and scoring damage from the attack of
H.armigera Hübner at 3.85.
ABSTRAK
Nelson Simamora, “Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung Terhadap Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan Penggerek Tongkol
(Helicoverpa armigera Hubner) Di Lapangan Uji Terbatas” dibawah bimbingan
Prof. Dr.Ir. Darma Bakti, MS dan Ir. Mena Uly Tarigan, MS. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas jagung yang tahan terhadap hama Ostrinia furnacalis Guenee dan Helicoverpa armigera Hubner di Lapangan Uji Terbatas. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan yaitu : V1 (Jagung stacked MON 89034 x NK
603 Disemprot herbisida dan infestasi buatan serangga), V2 (Jagung kontrol
MON89034 di infestasi buatan), V3 ( Jagung kontrol NK 603 disemprot
herbisida), V4, (Jagung Hibrida DK979 diinfestasi buatan), V5 (Jagung stacked
MON 89034 x NK 603 tanpa perlakuan), V6 (Jagung Hibrida DK979 tanpa
perlakuan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan V1, V2, dan V5 tahan
terhadap hama O. furnacalis Guenee dan H. armigera Hubner sedangkan perlakuan V3, V4, dan V6 tidak tahan terhadap hama tersebut dengan serangan
masing-masing hama tertinggi pada perlakuan V3 yaitu jumlah lubang gerekan O. furnacalis Guenee 0.76, panjang lubang gerelan O. furnacalis Guenee 2.76 cm, dan skoring kerusakan akibat serangan H. Armigera Hubner sebesar 3.85.
RIWAYAT HIDUP
Nelson Simamora, lahir pada tanggal 18 April 1988 di Desa Purbatua Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah dari Ibunda Naeti Sigalingging dan Ayahanda Alm. Rami Simamora Penulis merupakan anak ke Sembilan dari sembilan bersaudara.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
- Lulus dari Sekolah Dasar Negeri 153050 purbatua, Desa Purbatua Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah pada tahun 2000.
- Lulus dari SLTP Swasta Tiga Bukit Kecamatan Barus Tapanuli Tengah pada tahun 2003.
- Lulus dari SMA N 1 Barus Tapanuli Tengah pada tahun 2006.
- Pada tahun 2007 diterima di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.
Pengalaman Kegiatan Akademis
- Anggota IMK (Ikatan Mahasiswa Katolik) tahun 2007-2012.
- Anggota IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman) Tahun 2007-2012.
- Tahun 2010 mengikuti seminar Syngenta dengan tema “How do we feed a growing population”
- Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk, Bungara Estate tahun 2011.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat dan Rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat waktu.
Adapun judul dari Skripsi ini adalah“Uji Ketahanan Jagung Beberapa Varietas Terhadap Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) Di Lapangan Uji Terbatas” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr .Ir. Darma Bakti, MS dan Ir. Mena Uly Tarigan, MS komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis sehingga memberikan banyak pengetahuan dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Medan, maret 2012
DAFTAR ISI
Biologi Hama Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guenee) ... 9
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
Bahan dan Alat ... 18
Metode Penelitian ... 18
Pelaksanaan Penelitian ... 20
Persiapan Lahan ... 20
Penanaman ... 20
Pemberian Pupuk ... 21
Pemeliharaan Tanaman ... 21
Penjarangan ... 21
Penyiraman ... 21
Pemanenan ... 21
Parameter Pengamatan ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Ketahanan jagung Stacked MON 89034 x NK 603 Terhadap Ostrinia furnacalis Guenee ... 24
Ketahanan Jagung Stacked MON 89034 x NK 603 terhadap Helicoverpa armigera Hubner ... 27
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 30
Saran ... 31
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hlm
1. Beda Uji Rataan Pengaruh Varietas Jagung Terhadap Jumlah Lubang Gerekan O.furnacalis Guenee ... 24
2. Beda uji rataan Pengaruh Varietas Jagung Terhadap Panjang Lubang Gerekan O.furnacalis Guenee ... 25
3. Beda uji rataan Pengaruh Varietas Jagung Terhadap Kerusakan
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hlm
1. Telur O. furnacalis Guenee .. ... 9
2. Larva O. furnacalis Guenee ... 10
3. Pupa O. furnacalis Guenee ... 11
4. Imago O. furnacalis Guenee ... 12
5. Gejala Serangan O. furnacalis Guene ... 13
6. Larva H. armigera Hubner ... 15
7. Pupa H. armigera Hubner ... 15
8. Imago H. armigera Hubner ... 16
9. Gejala Serangan H. armigera Hubner ... 17
10. Serangan O. furnacalis Guenee pada tiap perlakuan ... 25
11. Histogram panjang lubang gerekan pada beberapa varietas jagung ... 26
12. Histogram panjang kerusakan gerekan H. armigera Hubner pada beberapa varietas jagung ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hlm
1. Rataan Jumlah lubang gerekan O. furnacalis Guenee... 35
2. Rataan Panjang gerekan O. furnacalis Guenee ... 37
3. Rataan kerusakan gerekan H. armigera Hubner ... 39
4. Foto Penelitian ... 41
ABSTRACT
Nelson Simamora, " Resistance Test of Some Corn Varieties Performance
Against Stem Borers (Ostrinia furnacalis Guenee) and Borers Cob (Heliothis armigera Hübner) In the Field Test Limited" supervisid by Prof. Dr.Ir.
Darma Bakti, MS and Ir. Mena Uly Tarigan, MS. This research intend to know obtain corn varieties resistant to pests O. furnacalis Guenee and H. armigera
Hübner in Field Test Limited. This research used a randomized block design (RBD) non factorial with 6 treatments and 5 replications as follows: V1 (NK 603 x MON 89034 stacked corn herbicide sprayed and infestations artificial insects), V2 (MON89034 corn control in artificial infestations), V3 (NK 603 corn control was sprayed herbicides), V4, (DK979 Corn Hybrids artificial infestations), V5 (stacked corn MON 89034 x NK 603 with no treatment), V6 (DK979 hybrid corn without treatment).
The results showed that treatment of V1, V2, and V5 are resistant to pests
O. furnacalis Guenee and H. armigera Hübner treatment while V3, V4, and V6 is not resistant to the pest with a pest attack each treatment was highest in V3 : the number of holes gerekan O. furnacalis Guenee 0.76, the length of the hole gerelan
O. furnacalis Guenee 2.76 cm, and scoring damage from the attack of
H.armigera Hübner at 3.85.
ABSTRAK
Nelson Simamora, “Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung Terhadap Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan Penggerek Tongkol
(Helicoverpa armigera Hubner) Di Lapangan Uji Terbatas” dibawah bimbingan
Prof. Dr.Ir. Darma Bakti, MS dan Ir. Mena Uly Tarigan, MS. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas jagung yang tahan terhadap hama Ostrinia furnacalis Guenee dan Helicoverpa armigera Hubner di Lapangan Uji Terbatas. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan yaitu : V1 (Jagung stacked MON 89034 x NK
603 Disemprot herbisida dan infestasi buatan serangga), V2 (Jagung kontrol
MON89034 di infestasi buatan), V3 ( Jagung kontrol NK 603 disemprot
herbisida), V4, (Jagung Hibrida DK979 diinfestasi buatan), V5 (Jagung stacked
MON 89034 x NK 603 tanpa perlakuan), V6 (Jagung Hibrida DK979 tanpa
perlakuan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan V1, V2, dan V5 tahan
terhadap hama O. furnacalis Guenee dan H. armigera Hubner sedangkan perlakuan V3, V4, dan V6 tidak tahan terhadap hama tersebut dengan serangan
masing-masing hama tertinggi pada perlakuan V3 yaitu jumlah lubang gerekan O. furnacalis Guenee 0.76, panjang lubang gerelan O. furnacalis Guenee 2.76 cm, dan skoring kerusakan akibat serangan H. Armigera Hubner sebesar 3.85.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia, jagung merupakan sumber bahan pangan penting setelah beras. Selain sebagai bahan pangan, jagung juga banyak digunakan sebagai bahan pakan ternak. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan jagung juga semakin meningkat, namun tidak diikuti oleh peningkatan produksi sehingga terjadi kekurangan setiap tahunnya sebesar 1,3 juta ton yang harus dipenuhi melalui impor. Untuk menutupi kekurangan pasokan jagung perlu diupayakan melalui peningkatan produksi (Bakhri, 2007).
Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesia telah ditingkatkan melalui dua program utama yakni: (1) Ekstensifikasi (perluasan areal) dan (2) intensifikasi (peningkatan produktivitas). Program peluasan areal tanaman jagung selain memanfaatkan lahan kering juga lahan sawah, baik sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan melalui pengaturan pola tanam. Usaha peningkatan produksi jagung melalui program intensifikasi adalah dengan melakukan perbaikan teknologi dan manajemen pengelolaan. Usaha-usaha tersebut nyata meningkatkan produktivitas jagung terutama dengan penerapan teknologi inovatif yang lebih berdaya saing (produktif, efisien dan berkualitas) telah dapat menghasilkan jagung 7 – 9 ton/ha seperti ditemukan varietas ungul baru dengan tingkat produktvitas tinggi dan metode manajemen pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu (Bakhri, 2007).
pabrik pakan di Jawa Timur, dan sisanya sekitar 2,0 juta ton diserap oleh pabrik pakan di Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Untuk pakan ternak monogastrik (unggas) diperlukan tambahan asam amino esensial lisin dan triptofan dari sumber lain yang sebagian besar masih diimpor. Pada tahun 2004, di Cilegon, Banten, telah beroperasi pabrik pengolahan jagung terpadu untuk menghasilkan tepung, protein, minyak, dan tetes jagung dengan kapasitas 1.000 ton biji jagung per hari atau 330.000 ton jagung per tahun, di mana 70% bahan bakunya masih diimpor (Azrai dkk, 2005).
Jagung di Indonesia ditanam dilahan kering dengan produktivitas rata-rata 1,3-1,8 t/ha. Rendahnya produktivitas tersebut antara lain karena serangan hama, kurang lebih 7 hama ditemukan di pertanaman jagung antara lain: lundi, rayap, kumbang tanah, ulat tanah, penggerek batang, penggerek tongkol dan lalat bibit (Sarwono dkk, 2003).
Salah satu kendala penting dalam upaya peningkatan produksi jagung adalah gangguan biotis yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu gangguan oleh makroorganisme yang dikenal dengan gangguan hama, dan gangguan oleh mikroorganisme yang disebut sebagai gangguan penyakit (Shurtleff, 1980). Bahkan pada tanaman tertentu hama merupakan kendala utama. H. armigera
Gen Bt merupakan hasil isolasi bakteri tanah Bacillus thuringiensis.
Bakteri ini telah digunakan oleh petani di negara maju sebagai insektisida hayati yang aman sejak puluhan tahun yang lalu. Dari penelitian yang ada, umumnya tanaman tahan serangga yang berhasil ditransformasikan berasal dari gen cryBt (Cristal Bt) meracuni hama serangga dari ordo lepidoptera dan coleoptera. Racun Bt akan melekat dalam usus serangga khususnya usus tengah. Keadaan tersebut akan menyebabkan bocornya usus sehingga cairan yang ada akan merembes
keluar daerah antara usus dan mengakibatkan matinya serangga (Herman, Kusumanegara, dan Diani, 2004).
Jagung Bt adalah jagung transgenik yang mengandung gen cryIA(b). Apabila ada ulat dari ordo lepidoptera yang memakan bagian-bagian jagung tersebut, ulat akan mati, karena bagian tersebut mengandung gen kristal protein Bt. Sasaran (target) utama serangga hama yang dituju dalam penggunaan jagung Bt adalah penggerek batang jagung (O. furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol jagung (H. armigera Hubner.) (Herman, Kusumanegara, dan Diani, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen Bt aman terhadap organisme non target. Menurut Sindermann (2006), Palmer dan Krueger (2000) dan Teixeira (2006a) bahwa paparan protein Cry1A.105 dan CryAb2 memiliki resiko minimal terhadap organisme tanah dan spesies decomposer seperti cacing tanah dan Collembola. Selain itu telah dilakukan beberapa studi pengaruh paparan protein Cry1A.105 dan CryAb2 terhadap serangga non target yang menunjukkan bahwa sama seperti protein Cry Bt lainnya, Cry1A.105 dan Cry2Ab tidak menghasilkan efek buruk pada level paparan di lapangan pada perwakilan spesies yang berguna sebagai lebah madu, Apis mellifera L. ;Collembola, Folsomia candida; Predator
Orius sp., Orius insidious; kepik, Coleomegilla maculata; parasitoid, Ichneumon
promissorius. (Richards, 2006a; Richards, 2006b; Maggi, 2000a; Maggi, 2000b;
Levine dan uffman, 2005; Teixeira, 2006b; Teixeira, 2006c).
Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan varietas jagung yang tahan tehadap hama O. furnacalis Guene dan H. armigera Hubner. di Lapangan Uji Terbatas.
Hipotesis Penelitian
• Varietas jagung stacked MON 89034 x NK 603 dan MON 89034 tahan terhadap serangan hama O. furnacalis Guenee dan H. armigera Hubner
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan varietas baru yang tahan terhadap hama O. furnacalis Guene dan H. armigera Hubner dan mengurangi penggunaan insektisida.
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Raven (1992) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Divisio : Anthophyta Kelas : Monocotyledonae Ordo : commelinales Family : poaceae Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar seminal, koronal dan akar udara. Akar seminal merupakan akar radikal atau akar primer ditambah dengan sejumlah akar lateral yang muncul sebagai akar adventif pada dasar dari buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji berkecambah. Pertumbuhan akar seminal pada umumnya menuju arah bawah, berjumlah 3-5 akar atau bervariasi antara 1-13 akar (Rukmana, 1997).
Daun jagung tumbuh di setiap ruas batang. Daun ini berbentuk pipa, mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm, serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang. Daun mempunyai dua jenis bunga yang berumah satu. Bunga jantan tumbuh diujung batang dan tersusun dalam malai. Bunga betina tersusun dalam tongkol dan tertutup oleh kelobot. Bunga ini muncul
dari ketiak daun yang terletak pada pertengahan batang (Najiati dan Danarti, 1999).
Biji jagung bentuknya teratur, berbaris pada tongkol sesuai dengan letak bunga. Biji dibungkus oleh pericarp yang terdiri dari embrio dan endosperm. Embrio terdiri dari plumula, radikula, dan scutallum. Pada biji yang sudah tua, pericarp merupakan kulit yang keras. Bentuk biji ada yang bulat. Gigi atau pipih sesuai dengan varietasnya. Warna biji juga bervariasi antara lain kuning, putih, merah/orange dan merah hampir hitam (Rukmana, 1997).
Syarat Tumbuh Iklim
Secara umum tanaman jagung dapat tumbuh di dataran tinggi ±1300 m dpl. Panen pada musim kemarau berpengaruh terhadap semakin cepatnya kemasakan biji dan proses pengeringan biji di bawah sinar matahari (Rukmana, 1997).
Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 14-390C, dengan curah hujan sekitar 600 mm-1200 mm per tahun yang terdistribusi merata selama musim penanaman (Kartasapoetra, 1988).
berkisar 5,5-7,7 dengan ph optimum adalah 6,5. Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung berkisar antara 24-25 0C. Untuk pembungaan sampai pemasakan adalah 300C. Jumlah daun dan distribusi hujan untuk tanaman jagung dapat tumbuh antara 2500-5000 mm/tahun. Tanaman jagung membutuhkan banyak air (Nurmala, 1997).
Tanah
Tanah andosol banyak mengandung humus, tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik asalkan pH-nya memenuhi syarat. Demikian juga tanah latosol yang mengandung bahan organik yang cukup banyak. Pada tanah berpasir pun tanaman jagung bisa tumbuh dengan baik asalkan kandungan unsur hara yang ada di dalamnya tersedia dan mencukupi. Adapun tanah yang paling baik untuk ditanami jagung hibrida adalah tanah lempung berpasir, lempung berdebu dan lempung (Warisno, 1998).
Biologi Hama Penggerek Batang Jagung ( O. furnacalis Guenee)
Menurut Van der Laan (1981), adapun klasifikasi dari hama penggerek Batang Jagung (O. furnacalis Guenee) adalah sebagai baerikut :
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda
Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Pyralidae Genus : Ostrinia
Spesies : Ostrinia furnacalis Guenee
Telur
Bentuk telur pipih agak oval mengkilap. Pada waktu baru saja diletakkan berwarna putih kekuningan dan kemudian akan menjadi hitam (Gambar 1).
Gambar 1. Telur O. furnacalis Guenee
sebanyak 10-40 butir di bawah daun. Selama hidupnya yang sekitar satu minggu mampu menghasilkan 500-1500 butir telur.Stadia telur 3-10 hari (Suharto, 2007).
Larva
Larva yang baru menetas berwarna ungu, bagian kepala berwarna coklat atau hitam, di bagian abdomen ada bintik sirkuler. Larva yang tumbuh sempurna berwarna krem atau putih kotor (Gambar 2).
Gambar 2. Larva O. furnacalis Guenee
Larva penggerek batang jagung dapat merusak daun, batang, serta bunga jantan dan betina (tongkol muda). Larva instar I-III merusak daun dan bunga
jantan, sedangkan larva instar IV-V merusak batang dan tongkol (Nafus dan Schreiner, 1987). Serangan pada tanaman jagung umur 2 dan 4 minggu
menyebabkan kerusakan pada daun, pucuk dan batang, pada tanaman umur 6 minggu menyebabkan kerusakan pada daun, batang, bunga jantan dan bunga betina (tongkol muda), sedangkan serangan pada tanaman umur 8 minggu
menyebabkan kerusakan pada daun dan batang. Pada tanaman yang berumur 6 minggu, mortalitas larva lebih rendah dibanding pada tanaman yang berumur
Pupa
Pupanya menyerupai gelondong dan meruncing pada bagian posterior. Warnanya coklat cerah sampai coklat gelap. Pupa terbentuk di dalam batang dengan lama stadium bervariasi 7-9 hari atau rata-rata 8,50 hari. Pupa yang baru
terbentuk berwarna krem, kemudian berubah menjadi kuning kecokelatan dan menjelang ngengat keluar berwarna cokelat tua. Menurut Valdez dan Adalla
(1983), ukuran pupa betina lebih besar dari pupa jantan. Pupa jantan dapat dibedakan dari pupa betina, yaitu pada ruas terakhir abdomen pupa betina terdapat celah yang berasal dari satu titik, sedangkan pada pupa jantan terdapat celah yang
bentuknya agak bulat (Gambar 3) (Nonci, dan Nurniana, 2004).
Gambar 3.Pupa O. furnacalis Guenee Imago
Ngengat berwarna coklat kekuningan, panjang tubuh 12-14 mm dan rentangan sayap mencapai mencapai 30 mm. Bagian ujung sayap berwarna coklat gelap dan pada bagian yang lain terdapat garis-garis mengkilap. Ngengat betina lebih gemuk (Suharto, 2007).
aktif pada malam hari dan segera berkopulasi. Seekor ngengat betina
menghasilkan telur rata-rata 81,10; 133,30; 122,60 butir/hari masing-masing dari ngengat yang larvanya diberi makan bagian tanaman jagung umur 4, 6,dan 8 minggu (Nonci dan Baco 1991). Lama hidup ngengat antara 2-7 hari. Ngengat
jantan dapat dibedakan dengan ngengat betina dari ukurannya. Ruas terakhir abdomen ngengat betina juga berbeda dengan ruas terakhir abdomen ngengat
jantan. Ngengat betina lebih besar dari pada ngengat jantan dan warna sayap jantan lebih terang dari pada betina (Gambar 4)
Gambar 4. Imago O. furnacalis Guenee
Gejala Serangga
Pada stadium lanjut dari tanaman jagung, larva instar I dan II berada pada bunga jantan. Sebagian besar larva instar III berada pada bunga jantan, meskipun sudah ada yang berada pada bagian tanaman lain. Instar IV dan V mulai member pada bagian buku, masuk ke dalam batang dan member ke bagian atas (Gambar 5) (Herman, Kusumanegara, dan Diani, 2004).
Gambar 5. Gejala Serangan O. furnacalis Guenee
Pengendalian
1. Hayati, Platytelemonus sp. telah tercatat sebagai parasitoid telur S. inferens di Sulawesi Selatan, sedangkan Braconidae dan Tetrastichus Israeli merupakan parasitoid larva dan pupa. Larva juga dapat diinfeksi oleh cendawan B.bassiana dan nematoda Neoplectana carpocapsae
(Kalshoven 1981).
2. Pola Tanam, Penanaman serempak dan pergiliran tanaman dengan bukan jagung, padi,dan tebu dapat mengurangi serangan hama ini.
3. Mekanik, Pengambilan langsung dengan tangan dapat dilakukan jika biaya tenaga kerja cukup murah.
menjelang berbunga. Insektisida yang dapat digunakan antara lain adalah yang berbahan aktif monokrotofos (Pabbage et all., 2007).
Biologi Hama Penggerek Tongkol (H. armigera Hubner)
Menurut Kalshoven (1981), adapun klasifikasi dari Hama penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera Hubner) adalah sebagai baerikut :
Kingdom : Animalia
Spesies : Helicoverpa armigera Hubner
Telur
Telur berbentuk bola dengan garis tengah kira-kira 0,5 mm. Pada waktu diletakkan berwarna kuning dan kemudian berubah menjadi coklat selama perkembangannya. Stadia telur 2–4 hari. Telur diletakkan secara satu diatas rambut jagung, setelah menetas berpindah kebagian tongkol jagung yang masih muda dan memakan langsung biji-biji jagung (Kalshoven, 1981).
Larva
Setelah menetas larva memakan rambut tongkol dan masuk ke tongkol dan
memakan biji-biji tongkol mulai dari ujung. Meskipun banyak larva yang menetas umumnya hanya satu larva yang tetap hidup sedangkan yang lain mati karena kanibalisme. Tubuhnya ditandai oleh garis-garis memanjang dengan warna
panjangnya kira-kira 40 mm. Larvanya kuat, warnanya bervariasi tergantung
inangnya, tetapi seringkali kehijau-hijauan atau kecoklat-coklatan (Gambar 6).
a b Gambar 6. Larva H. armigera Hubner.
Keterangan : a. Larva warna coklat b. Larva warna coklat
Pupa
Menjelang pupa larva keluar dari ujung tonggol atau lubang yang telah dipersiapkan menuju tanah dan membentuk pupa di dalam tanah. Selama masa larva dapat merusak buah muda, larva berpupa di dalam tanah. Stadium pupa berkisar antara 12-14 hari. Warna pupa coklat cerah, panjangnya kira-kira 16 mm (Gambar 7).
Imago
Ngengat jantan berwarna cerah sampai suram sementara yang betina berwarna coklat cerah. Lebar bentangan sayapnya kira-kira 40 mm. Ngengat betina meletakkan telur pada bulu-bulu tongkol. Biasanya pada bulu tongkol
ditemukan banyak telur. Ngengat meletakkan telur pada waktu senja, kira-kira empar hari sesudah ngengat muncul pada pupa (Gambar 8).
Gambar 8.Imago H. armigera Hubner.
Gejala Serangan
Gejala serangan ulat penggerek tongkol dimulai pada saat pembentukan kuncup bunga, bunga dan buah muda. Larva masuk ke dalam buah muda, memakan biji-biji jagung, karena larva hidup di dalam buah, biasanya serangan serangga ini sulit diketahui dan sulit dikendalikan dengan insektisida (Sarwono,dkk, 2001).
tua hanya akan mengakibatkan kerusakan pada biji-biji di ujung tongkol (Gambar 9).
Gambar 9. Gejala Serangan H. armigera Hubner
Pengendalian
1. Rotasi dengan tanaman bukan inang.
2. Penggunaan varietas yang tahan, yaitu yang pelepah buahnya panjang dan kuat.
3. Pada daerah endemi dapat digunakan perangkap. Saat sekarang sudah tersedia perangkap feromoid untuk memantau sekaligus mengendalikan hama penggerek tongkol.
4. Penggunaan parasitoid telur Trichogamma spp., tabuhan eriborus argenteopilosa, parasitoid tachinids.
5. Aplikasi insektisida setelah hama mencapai ambang ekonomi pada tanaman
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Palawija, Kelurahan Tanjung Selamat, Medan dengan ketinggian tempat ±25 m dpl, yang dilaksanakan pada bulan Februari 2012 hingga bulan Juli 2012.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung stacked MON 89034 x NK 603, jagung Kontrol MON 89034, jagung Kontrol NK 603, Jagung Hibrida DK979, Jagung manis, Telur Ostrinia furnacalis Guenee, dan Larva
Helicoverpa armigera Hubner.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, timbangan analitik, tugal, pacak sampel, alat tulis, kalkulator, alat semprot punggung (knapsack sprayer), ember, tali plastik, traktor, mesin rumput, parang, paranet, paku, martil, kawat dan martil.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Berkelompok (RAK) non faktorial terdiri dari 6 pelakuan dan 5 ulangan :
V1 = Jagung stacked MON 89034 x NK 603 Disemprot herbisida dan
diinfestasi buatan serangga
V2 = Jagung kontrol MON89034 di infestasi buatan
V3 = Jagung kontrol NK 603 disemprot herbisida
V5 = Jagung stacked MON 89034 x NK 603 tanpa perlakuan
V6 = Jagung Hibrida DK979 tanpa perlakuan
Jumlah ulangan : 5 Jumlah tanaman /plot : 100 tanaman/plot
Jumlah tanaman seluruhnya : 100 x 30= 3000 tanaman Luas lahan : 60 x 40 m2
: 2400 m2 Jumlah ulangan diperoleh dengan rumus : (t -1) (r-1) ≥ 15 Model linear adalah debagai berikut : Yij = µ + ρi + �j + ε ij
Yij = Data pengamatan
µ = Efek nilai tengah
ρi = Efek blok dari taraf ke-i
αj = Pengaruh perlakuan dari taraf ke-j
ε ijk = Efek error dari ulangan pada taraf ke-i,perlakuan pada tarar ke-j
Data yang didapatkan dari studi lapangan uji terbatas ini akan di analisa dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial. Tergantung data yang didapatkan, transformasi dapat dilakukan untuk data sebelum analisis. Perbedaan rata-rata antara perlakuan akan dilakukan analisis DMRT pada taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan
Diukur areal penelitian, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 300 cm x 500 cm, dibuat jarak antar plot 1 m. Ini dilakukan sebelum penanaman border.
Penanaman
Dibuat lubang tanam dengan menggunakan tugal dengan kedalaman 2-3 cm, lalu dimasukkan 2 benih pada setiap lubang tanam dengan jarak tanam 75 x 20 cm, kemudian ditutup dengan menggunakan tanah yang gembur. Sebelum menanam tanaman contoh, tanaman border ( jagung manis) sudah ditanam 1 bulan untuk menambah perkembangan hama O. furnacalis Guenee dan H. armigera
Pemberian Pupuk
Pemberian pupuk dasar diberikan sesuai perlakuan pada masing-masing tanaman. Pupuk urea diberikan 2 kali yaitu 1/3 pada saat tanam dan 2/3 pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (4 MST) dengan dosis 300 kg/ha, pupuk KCL dan TSP diberikan pada saat tanam dengan dosis masing-masing 100 kg/ha.
Pemelihaaan Tanaman Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 1 MST. Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman sehingga setiap lubang tanam terdapat 1 tanaman.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pemanenan
Panen dilakukan dengan mengambil tongkol jagung dengan menggunakan tangan. Adapun kriteria panennya adalah rambut tongkol telah berwarna hitam.
Infestasi Serangga
Infestasi buatan dari O. furnacalis Guenee dan H.armigera Hubner Pada tahap pertumbuhan tertentu jagung dilakukan dengan meletakkan kelompok telur
O. furnacalis Guenee dan H. Armigera Hubner Pada tanaman border pada sore
dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam. Apabila pada tanaman di dalam plot tidak ada serangan hama O. furnacalis Guenee dan H. armigera Hubnermaka dilakukan infestasi buatan :
- Infestasi buatan O. Furnacalis Guenee
Infestasi buatan O. furnacalis Guenee dilakukan pada 20 tanaman contoh berumur 45 HST yang dipilih secara acak setiap plot. Infestasi buatan dilakukan pada sore hari dengan meletakkan sebanyak 3 kelompok telur
O. furnacalis Guenee per tanaman pada ketiak daun ketiga yang sudah
terbuka sempurna.
- Infestasi Buatan H. armegera Hubner
Infestasi buatan H. armigera Hubner dilakukan pada 20 tanaman contoh berumur 70 HST (sesudah keluar tongkol) yang dipilih secara acak setiap plot. Infestasi buatan dilakukan sore hari dengan menginfestasi larva yang baru menetas sebanyak 5 ekor larva per tanaman pada rambut tongkol jagung.
Parameter Pengamatan
Ketahanan jagung Stacked MON 89034 x NK 603 Terhadap O. furnacalis
Guenee
a. Jumlah lubang gerekan di batang b. Panjang lubang gerekan.
Ketahanan Jagung Stacked MON 89034 x NK 603 terhadap H. armigera
Hubner
Kerusakan tongkol jagung ditentukan dengan mengamati 20 tongkol jagung tanaman sampel yang diambil secara acak 3 minggu setelah infestasi larva
H. armigera Hubner.
Skoring kerusakan tongkol diukur menggunakan skala sentimeter menurut Widstrom (1967) sebagai berikut :
Kategori Nilai kerusakan
Deskripsi
Tahan (0-2) 0 Tidak ada kerusakan tongkol jagung 1 Kerusakan hanya pada rambut tongkol
jagung
2 Panjang kerusakan 1 cm dari tongkol Agak Tahan
(3)
3 Panjang tongkol kerusakan 2 cm dari ujung tongkol jagung
Peka (4,…..dst)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Ketahanan jagung Stacked MON 89034 x NK 603 Terhadap O. furnacalisGuenee
a. Jumlah lubang gerekan di batang
Data pengamatan jumlah lubang gerekan O. furnacalis Guenee dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa jenis varietas jagung berpengaruh nyata terhadap jumlah lubang gerekan di batang. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Beda Uji Rataan Pengaruh Varietas Jagung Terhadap Jumlah Lubang Gerekan O.furnacalis Guenee
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan jumlah gerekan terbesar terdapat pada perlakuan V3 yaitu sebesar 0.76 dan terendah pada perlakuan V1, V2, dan V5 sebesar 0.00 (tidak ada lubang gerekan). Hal ini terjadi karena perlakuan V1, V2, dan V5 merupakan jagung transgenik yang memiliki gen ketahanan terhadap serangga hama sedangkan perlakuan V3 merupakan varietas yang hanya tahan terhadap herbisida dan perlakuan V4 dan V6
merupakan jagung hibrida yang tidak tahan terhadap serangga hama. Herman, Kusumanegara, dan Diani, (2004) mengatakan bawa Jagung Bt adalah
jagung transgenik yang mengandung gen cryIA(b) yang bertanggung jawab dengan ketahanan terhadap serangga hama penggerek jagung seperti Gambar 10, pada perlakuan V1, V2 dan V5 tidak terdapat serangan penggerek batang jagung. Jumlah lubang gerekan tiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Serangan O. furnacalis Guenee pada tiap perlakuan
b. Panjang Lubang Gerekan
Data pengamatan panjang lubang gerekan O. furnacalis Guenee dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas jagung berpengaruh nyata terhadap panjang lubang gerekan. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Beda uji rataan Pengaruh Varietas Jagung Terhadap Panjang Lubang Gerekan O. furnacalis Guenee
PERLAKUAN RATAAN(cm)
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%.
Dari tabel 2 diketahui bahwa pada pengamatan panjang lubang gerekan
perlakuan V3, V4, dan V6, sedangkan pada perlakuan V1, V2, dan V5 tidak terdapat lubang gerekan, ini disebabkan karena perlakuan V1, V2, dan V5 merupakan jagung transgenik yang memiliki gen Bt sehingga tahan terhadap serangga khususnya 0.furnacalis Guenee dan H. armigera Hubner. Hal ini sesuai dengan literatur Herman, Kusumanegara, dan Diani, (2004) yang mengatakan bahwa jagung Bt adalah jagung transgenik yang mengandung gen cryIA(b). Apabila ada ulat dari ordo lepidoptera yang memakan bagian-bagian jagung tersebut, ulat akan mati, karena bagian tersebut mengandung gen kristal protein Bt. Sasaran (target) utama serangga hama yang dituju dalam penggunaan jagung Bt adalah penggerek batang jagung dan penggerek tongkol jagung.
Beda rataan panjang lubang gerekan pada beberapa perlakuan dapat dilihat pada histogram (Gambar 10).
Gambar 11. Histogram panjang Lubang Gerekan pada Beberapa Varietas Jagung
2. Ketahanan Jagung Stacked MON 89034 x NK 603 terhadap H. armigera Hubner
a. Skoring kerusakan tongkol diukur menggunakan skala sentimeter.
Data pengamatan skoring kerusakan tongkol dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas jagung sangat berpengaruh nyata terhadap kerusakan tongkol. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda sangat nyata dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Beda uji rataan Pengaruh Varietas Jagung Terhadap Kerusakan Tongkol Jagung Akibat Serangan H. armigera Hubner
PERLAKUAN NILAI KERUSAKAN RATAAN (cm)
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%.
dan Cry2Ab2, dan bertanggung jawab dengan ketahanan terhadap serangga hama penggerek jagung.
Panjang kerusakan 3 cm dari ujung tongkol jagung dikategorikan peka terhadap hama H. armigera Hubner sedangkan jagung yang tidak terdapat serangan atau tidak ada kerusakan tongkol jagung dikategorikan tahan terhadap
H. armigera Hubner. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan V3, V4, dan V6
(NK 603, DK979 diinfestasi buatan, DK979 tanpa perlakuan) merupakan varietas yang peka terhadap hama H.armigera Hubner dengan serangan masing-masing diatas 3 cm sedangkan pada perlakuan V1, V2 dan V5 (MON 89034 X NK 603 diinfestasi, MON 89034, dan MON 89034 X NK 603 kontrol) merupakan varietas yang
Beda rataan serangan kerusakan tongkol jagung akibat serangan
H. armigera Hubner pada beberapa varietas jagung dapat dilihat pada histogram (Gambar 12).
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Jumlah lubang gerekan O. furnacalis Guenee tertinggi terdapat pada perlakuan V3 (Varietas NK 603), yaitu sebesar 0.76 dan terendah pada perlakuan V1, V2, dan V5 (Jagung stacked MON 89034 x NK 603 Disemprot herbisida dan diinfestasi buatan serangga, Jagung kontrol MON89034 di infestasi buatan dan Jagung stacked MON 89034 x NK 603 tanpa perlakuan) , yaitu sebesar 0.00 (Tahan).
2. Panjang lubang gerekan O. furnacalis Guenee dan H. armigera Hubner tertinggi terdapat pada perakuan V3 (NK 603), yaitu sebesar 2.76 cm dan 3.85 cm sedangkan terendah pada perlakuan V1, V2, dan V5 (Jagung stacked MON 89034 x NK 603 Disemprot herbisida dan diinfestasi buatan serangga, Jagung kontrol MON89034 di infestasi buatan dan Jagung stacked MON 89034 x NK 603 tanpa perlakuan) , yaitu sebesar 0.00 (Tahan).
3. Perlakuan V1, V2, dan V5 (Jagung stacked MON 89034 x NK 603 Disemprot herbisida dan diinfestasi buatan serangga, Jagung kontrol MON89034 di infestasi buatan dan Jagung stacked MON 89034 x NK 603 tanpa perlakuan) merupakan jagung Bt yang tahan terhadap penggerek batang (O. furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol jagung (H. armigera Hubner).
rentan terhadap penggerek batang (O. furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol jagung (H. armigera Hubner).
Saran
1. Varietas MON 89034 x NK 603 dan MON 89034 dapat diandalkan untuk menahan serangan hama penggerek batang (O. furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol jagung (H. armigera Hubner) dan mengurangi penggunaan insektisida.
2. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut terhadap hama penggerek batang
(O. furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol jagung (H. armigera
DAFTAR PUSTAKA
Azrai, Muhammad., Made J. Mejaya, dan M.Yasin H.G., 2005. Pemuliaan Jagung Khusus. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Hal 96.
Bakhri, S, 2007. Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BTTP), Sulawesi TengaH.
Herman, M., Kusumanegara, K., Damayanti, D., 2004. Perakitan dan Bioasi Tanaman Transgenik Tahan Serangga Hama. Balai besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.701 p.
Kartasapoetra, A. G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Angkasa, Jakarta.
Levine, S. and J. Uffman. 2005. Evaluation of the functional equivalence of the Cry2Ab2 protein produced in E. Coli and Bt against a susceptible lepidopteran species. Monsanto Technical Report Number MSL-20132. St. Louis, MO.
Maggi, M. 2000a. Evaluation of Dietary effect(s) of purified Bacillus thrungiensis Cry2Ab2 Protein on honey bee Larvae. Monsanto Technical Report Number MSL-16961. St. Louis, MO.
Maggi, M. 2000b. Evaluation of Dietary effect(s) insect protection protein 2 on adult honey bees (Apis mellifera L.). Monsanto Technical Report Number MSL-16176. St. Louis, MO.
Monsanto, Philippines. 2009. Field Verification of the Agronomic performance of Transgenic corn (Zea mays L.) Line MON 89034 and Hybrid Stacked (NK 603 x MON 89034) expressing the Bacillus thrungiensis Cry 1A.105 and Cry2Ab2 Proteins for efficacy against lapidopterous pest of corn and CP4-EPSPS for Tolerance to the Roundup Herbicide.
Najiyati, S dan Danarti, 1999. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nonci, N., J. Tandi Abang, Masmawati dan A.Muis, 2000. Inventarisasi Musuh Alami Penggerek Batang Jagung di Sentra Produksi Jagung Sulawesi Selatan. Penelitian Pertanian 19(3):38-49.
Nonci, dan Nurniana. 2004. Biologi dan Musuh Alami Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis Guenee) (Lepidoptera : Piralidae) pada Tanaman Jagung. Jurnal Litbang Pertanian. 23(1):8-14
Nurmala, T., 1997. Serelia Sumber Karbohidrat Utama Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Pabbage et al, 2007. Pengelolaan Hama Prapanen Jagung. Balai Penelitian Serealia. Maros.
Palmer, S. and H Krueger, 2000. Insect Protection Protein 2: An acute toxicity Study with the Earthworm in an Artificial Soil Substrate. Monsanto Technical Report Number MSL-16177. St. Louis, MO.
Raven, P. H, 1992. Biology of Plants Fifth edition. Worth publishers, New York. Richards, K. 2006a. Evaluation of Dietary effect(s) insect protection protein 2 on
adult honey bees (Apis mellifera L.). Monsanto Technical Report Number MSL-20354. St. Louis, MO.
,2006b. Evaluation of Dietary effect(s) insect protection protein 2 on adult honey bees (Apis mellifera L.). Monsanto Technical Report Number MSL-20249. St. Louis, MO.
Rukmana, R. 1997. Bercocok Tanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono, dkk., 2003. Serangan Ulat Penggerek Tongkol Helicoverpa armigera Pada Beberapa Galur Jagung. Agrosains Volume 5 No 2.
Sindermann, A, J. Porch, and H. Krueger, 2006. Evaluation of potential effects of exposure to Cry1A. 105 Protein in acute Study with the Earthworm in an Artificial Soil Substrate. Monsanto Technical Report Number MSL-20147. St. Louis, MO.
Shurtleff, M.C. 1980. Compendium of Corn Disease. Second Ed. The American Phytopathological Society. Page 105.
Suharto, 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Teixera, D. 2006a. Evaluation of potential diatery effects of exposure to Cry2Ab2 Protein on minute pirate bugs Orius insidious (Hemiptera : Anthocoridae). diatery Teixera, D. 2006c. Evaluation of diatery effects of lyophilized leaf tissue from corn MON 89034 in a chronic exposure study with Collembola (Folsomia candida). Monsanto Technical Report Number MSL-20169. St. Louis, MO.
Van der Laan, P.A. 1981. Pest of Crops in Indonesia. English Translation and Revision Published of De Plagen van de Culturgewassen in Indonesia. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.
Lampiran 1. Rataan Jumlah Lubang Gerekan O. furnacalis Guenee
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN I II III IV V Transformasi Data dalam Tabel Menggunakan Trasnformasi Akar-Kuadrat (X + 0.5)1/2
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN
Uji Jarak Duncan SY 0.21
0.62 0.65 0.66 0.27 0.16 -0.06 I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 SSR 0.05 2.95 3.10 3.18 3.25 3.30 3.34 LSR 0.05 0.62 0.65 0.66 0.68 0.69 0.70 Perlakuan V1 V2 V5 V6 V4 V3 Rataan 0.00 0.00 0.00 0.41 0.53 0.76
a
Lampiran 2. Rataan Panjang Gerekan O. furnacalis Guenee
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN I II III IV V Transformasi Data dalam Tabel Menggunakan Trasnformasi Akar-Kuadrat (X + 0.5)1/2s
Uji Jarak Duncan SY 0.73
2.16 2.27 2.33 1.97 0.72 -0.31 I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 SSR 0.01 2.95 3.10 3.18 3.25 3.30 3.34 LSR 0.01 2.16 2.27 2.33 2.38 2.42 2.45 Perlakuan V1 V2 V5 V6 V4 V3 Rataan 0.00 0.00 0.00 0.41 1.70 2.76
a
Lampiran 3. Rataan Kerusakan Gerekan H. armigera Hubner
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN I II III IV V
Transformasi Data dalam Tabel Menggunakan Tansformasi Akar-Kuadrat (X + 0.5)1/2
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN
Uji Jarak Duncan SY 1.23
3.64 3.83 3.93 0.67 0.61 0.27 I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 SSR 0.01 2.95 3.10 3.18 3.25 3.30 3.34 LSR 0.01 3.64 3.83 3.93 4.01 4.07 4.12 Perlakuan V1 V2 V5 V6 V4 V3 Rataan 0.00 0.00 0.00 3.34 3.46 3.85
a
4. Foto Penelitian
Gambar 13. Foto Lahan Penelitian
Gambar 14. Gejala serangan Helicoverpa armigera