• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI UMAT BUDDHA PADA DRAMA WAISAK DI VIHARA MANGGALA RATNA DESA SUMBERSARI KECAMATAN SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI UMAT BUDDHA PADA DRAMA WAISAK DI VIHARA MANGGALA RATNA DESA SUMBERSARI KECAMATAN SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI UMAT BUDDHA PADA DRAMA WAISAK DI

VIHARA MANGGALA RATNA DESA SUMBERSARI

KECAMATAN SEKAMPUNG

KABUPATEN LAMPUNG

TIMUR

Oleh: Yunita Susilawati 0813033053

Desa Sumbersari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Umat Buddha desa ini selalu merayakan malam Tri Suci Waisak dengan melaksanakan pementasan drama waisak.

Drama waisak bertujuan untuk memperluas pangetahuan dharma untuk umat Buddha sendiri dan sebagai hiburan untuk masyaakat umum. Drama waisak selalu dilaksanakan setiap tahun sehingga umat Buddha memiliki pengalaman yang menyebabkan umat Buddha memiliki persepsi pada drama waisak.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu dan mengerti? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu dan mengerti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui angket atau kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

(2)

PERSEPSI UMAT BUDDHA PADA DRAMA WAISAK DI

VIHARA MANGGALA RATNA DESA SUMBERSARI

KECAMATAN SEKAMPUNG

KABUPATEN LAMPUNG

TIMUR

(Skripsi)

Oleh

YUNITA SUSILAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PERSEPSI UMAT BUDDHA PADA DRAMA WAISAK DI

VIHARA MANGGALA RATNA DESA SUMBERSARI

KECAMATAN SEKAMPUNG

KABUPATEN LAMPUNG

TIMUR

Oleh

YUNITA SUSILAWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian, Kegunaan dan Ruan Lingkup Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 7

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Konsep Persepsi... 9

2. Konsep Umat Buddha... 16

3. Konsep Drama Waisak ... 16

4. Konsep Vihara ... 18

B. Kerangka Pikir ... 19

C. Paradigma ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan... 23

B. Variabel Penelitian... 24

C. Populasi dan Sampel... 25

1. Populasi ... 25

2. Sampel ... 26

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data... 27

F. Teknik Analisis Data... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 36

1. Sejarah Singkat Desa Sumber Sari ... 36

2. Letak dan Batas-Batas Wilayah Desa Sumber Sari ... 39

3. Kependudukan ... 40

4. Sejarah Vihara Manggala Ratna ... 43

5. Sejarah drama waisak ... 45

(5)

7. Makna drama waisak ... 47 8. Karakteristik responden ... 48 9. Persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala

Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur ... 50 10. Analisis Data Hasil Penelitian ... 56 B. Pembahasan ... 62

1. Persepsi Umat Buddha pada Drama Waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumber Sari Kec. Sekampung Kab. Lampung

Timur ... 62 a. Persepsi Umat Buddha pada Drama Waisak di Vihara

Manggala Ratna Kec. Sekampung Kab. Lampung Timur Dilihat dari Tahu ... 62 b. Persepsi Umat Buddha Drama Waisak di Vihara

Manggala Ratna Kec. Sekampung Kab. Lampung Timur Dilihat dari Mengerti... 64

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 67 B. Saran... 68

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi).Jakarta: Rineka Cipta. 340 Halaman.

Azwar, Saifuddin.2010.Penyusunan Skala Psikologi.Pustaka Pelajar:Yogyakarta. 204Halaman.

Husani Usman dan PurnomEndraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. 234 Halaman Kayam, Umar dkk.1999.Ketika Orang Jawa Nyeni.Yogyakarta:Galang Press. 432

Halaman.

Hasyim, Mohammad. 1982.Penuntun Dasar Kearah Penelitian Masyarakat. Bina Ilmu. Surabaya. 89 Halaman

Koenjaraningrat.2002.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta:Rineka Cipta. 391 Halaman.

.1997.Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta: Gramedia. 218 Halaman.

Labovitz, Sanford.1982.Metode Riset Sosial. Jakarta: Erlangga. 150 Halaman. Sikap Manusia Perubahan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty.149 Halaman

Musa, Muhammad.1988.Metodologi Penelitian.Jakarta: Fajar agung. 123 Halaman.

Nadjib, Emha Ainun.1995.Terus Mencoba Budaya Tanding.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 290 Halaman.

Nasution, S.2004.Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta: Bumi Aksara. 156 Halaman.

Nawawi, Hadari.1983.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 250 Halaman.

Panjika.2004.Kamus Umum Buddha Dharma.Jakarta: Tri Sattva Buddhist Center. 398 Halaman.

(7)

Ranjabar, Jacobus.2006.Sistem Budaya Indonesia.Bandung: Ghalia Indonesia. 512 Halaman.

Salam, Burhanuddin.1984.Pengantar Filsafat.Bandung:Bumi Aksara. 231 Halaman.

Sayuti, Husin.1989.Pengantar Metodologi Riset.Jakarta: Fajar Agung. 150 Halaman.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. 336 Halaman

Soedarsono, R.M.1992.Pengantar Apresiasi Seni.Jakarta:Balai Pustaka. 193 Halaman.

Sudharma, Budiman.2007.Buku Pedoman Umat Buddha.Jakarta: Forum Komunikasi Umat Buddha. 286 Halaman.

Suprapto.1992.Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta. 201 Halaman.

Suratmo, Gunawan.2002.Panduan Penelitian Multidisiplin.Bogor: Institut Pertanian Bogor.127 Halaman.

Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta. 334 Halaman.

Suwarno, Wiji.2009.Psikologi Perpustakaan.Jakarta:Sagung Seto. 185 Halaman Swarnasanti.1999.Riwayat Hidup Buddha Gautama.Jakarta:Karaniya.50

Halaman.

Usman, Husani dan Purnomo Setiadi Akbar.2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:Bumi Aksara. 170 Halaman.

Virana.2008.Ensiklopedia Buddha Dhamma: Keyakinan Umat Buddha (Menjadi Buddhis Sejati).Jakarta: CV. Santusita. 163 Halaman.

Walgito, Bimo.2010.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:Andi. 268 Halaman. Widodo, Erna dan Mukhtar.2000.Konstruksi Ke Arah Penelitian Deskriptif.

Yogyakarta: Avyrouz. 210 Halaman.

Widya, K. Dharma.2002.Buku Pelajaran Agama Buddha.Jakarta:CV. Felita Nursatama Lestari. 82 Halaman.

Website :

(8)
(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Populasi Penelitian... 26

2. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin ... 40

3. Jumlah Penduduk berdasarkan kepala kelurga ... 41

4. Jumlah penduduk dilihat dari agama ... 41

5. Jumlah penduduk dilihat dari pendidikan ... 42

6. Jumlah penduduk dilihat dari mata pencaharian... 43

7. Karakteristik responden menurut usia ... 48

8. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan ... 48

9. Karakteristik responden menurut pekerjaan ... 49

10.Karakteristik responden menurut domisili di Desa Sumbersari ... 50

11. Jumlah responden yang menjawab soal pada tahu ... 51

12. Jumlah responden yang menjawab soal pada item mengerti ... 53

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama

yang tersebar dari Sabang hingga Marauke. Keanekaragaman tersebut

menghasilkan berbagai macam kebudayaan di setiap suku bangsa di negara

ini. Kebudayaan yang ada tidak terlepas dari kepercayaan dan keyakinan

masyarakat terhadap suatu agama atau suatu kepercayaan baik secara animism

maupun dinamisme.

Sansekertabuddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhiyang berarti budi atau -hal yang

san,

tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan

kebutuhan-kebutuhan biologis, kebudayaan juga merupakan hasil dan sarana

Ranjabar

(11)

lingkungan, baik

Ranjabar 2006:147).

adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Bahasa, sebagaimana jugabudaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan

perbedaan-(http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya)

Waisak adalah hari besar umat beragama Buddha yang biasa disebut dengan

hari Tri Suci Waisak yang artinya tiga peristiwa suci pada bulan Mei yang

jatuh pada bulan purnama. Hari besar ini diperingati dan dirayakan oleh

seluruh umat Buddha dari berbagai sekte yang secara nasional dipusatkan di

Candi Borobudur Magelang Jawa Tengah, namun bagi umat Buddha di

daerah-daerah memperingati hari raya waisak di vihara-vihara. Umat Buddha

juga memperingati waisak di vihara dengan kebaktian waisak diikuti dengan

prosesi mengelilingi vihara tiga kali (pradagsina) pada malam harinya serta kebaktian dengan persembahan (amisa puja) pada pagi harinya atau pada saat detik-detik waisak.

Perayaan waisak juga diwujudkan dengan berbagai perayaan, kreasi, dan

tradisi di berbagai vihara. Pada malam hari setelah pradagsina, biasanya vihara

mengadakan pertunjukan teater tradisional dan pada pagi harinya dilaksanakan

tradisi makan bersama dengan takiran.

Desa Sumbersari adalah salah satu desa di Kecamatan Sekampung Kabupaten

(12)

dengan kebaktian waisak dan setelahnya dilakukan tradisi pertunjukkan seni

drama waisak dan takiran (kendurian dengan nasi pincuk) dengan lauk

vegetarian. Drama waisak adalah budaya yang berupa teater tradisional yang

dilaksanakan di Vihara Manggala Ratna.

Drama waisak sebagai kebudayaan teater tradisional masyarakat Desa

Sumbersari dilaksanakan untuk memperingati Malam Tri Suci Waisak di

Vihara Manggala Ratna. Tradisi ini dilaksanakan bertujuan untuk menambah

pengetahuan agama untuk umat Buddha sendiri melalui kisah-kisah Buddhis

yang ditampilkan. Serta sebagai hiburan untuk masyarakat luas yang

non-Buddhis baik di Desa Sumbersari maupun desa lain. Sehingga tercipta

toleransi dan kerukunan yang kuat antara umat beragama karena dengan saling

mengenal, menghargai dan saling menghormati satu sama lain. Selain itu,

pelaksanaan kesenian ini memiliki makna kehidupan yang berdasarkan cinta

kasih, kejujuran, pikiran benar, usaha benar, serta membangun jati diri sendiri

dengan perilaku yang benar.

Dalam proses pelaksanaan drama waisak didukung oleh para orang tua agar

anak-anaknya memiliki mental kuat untuk tampil di atas panggung yang

disaksikan oleh banyak orang, dukungan dari masyarakat Buddhis khususnya

yaitu berupa dukungan dana yang dikenakan untuk tiap-tiap kepala keluarga

demi keberlangsungan drama ini, juga dukungan dari muda-mudi sehingga

pemain drama waisak menjadi bertambah. Dalam prosesnya muda-mudi

dilatih oleh pelatih yang berperan dalam memilih cerita, dialog,

(13)

Menurut Bapak Siswanto selaku pelatih drama, keistimewaan tradisi ini adalah

hanya dapat dilaksanakan satu tahun sekali sehingga ditunggu-tunggu oleh

masyarakat untuk menyaksikan drama yang ceritanya selalu berbeda dan

pemainnya juga menantikan untuk mengikuti kesenian ini karena jika tidak

menjadi tokoh utama maka kesempatan itu akan ada lagi di tahun depan. Cerita

yang digunakan untuk drama ini adalah kisah riwayat hidup Buddha Gautama

dengan jumlah pemain dan penari dalam setiap pementasan adalah sekitar 50

orang.

Daya tarik dalam tradisi ini adalah penarinya yang tidak hanya dari anak-anak

Buddhis tetapi juga banyak anak-anak yang non-Buddhis bersedia untuk ikut

pementasan drama waisak dengan suka rela serta tidak hanya umat Buddha

saja yang menyaksikan pementasan ini tetapi juga masyarakat masyarakat baik

di Desa Sumbersari maupun desa lain yang terdiri dari berbagai agama dan

suku bangsa yang berbaur untuk menyaksikan pertunjukan drama waisak.

Umat Buddha yang menyaksikan pementasan drama waisak memiliki persepsi

merupakan proses informasi dalam diri kita untuk mengenali atau membuat

kita menjadi tahu dan mengerti

hal-2009:52). Kemudian menurut Ma

berasal dari komponen kognitifnya, persepsi ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain pengalaman, faktor proses belajar, faktor cakrawala, faktor

pengetahuan dan

lain-diartikan sebagai proses informasi dalam diri untuk mengenali atau membuat

(14)

faktor proses belajar, faktor cakrawala, dan lain-lain.. Untuk itu peneliti ingin

mengetahui persepsi umat buddha yang timbul pementasan drama waisak yang

dilihat dari tahu, dan mengerti.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa

Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari

tahu, dan mengerti.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa

Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari

tahu dan mengerti

2. Persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa

Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur

dipengaruhi oleh pengalaman

3. Persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa

Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur

dipengaruhi oleh faktor proses belajar

4. Persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa

Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur

dipengaruhi oleh faktor cakrawala

(15)

Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti membatasi masalahnya pada

persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa

Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari

tahu dan mengerti

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu : apakah persepsi

umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari

Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu dan

mengerti ?

E. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi umat

Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari

Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu dan

mengerti

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna :

1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan tentang warisan

(16)

2. Bagi generasi umat Buddha, untuk tetap menjalankan tradisi drama waisak

agar tidak punah.

3. Bagi umat Buddha di Desa Sumbersari untuk tetap menerima dan menjaga

kelangsungan pementasan drama waisak agar tetap memberikan

pengetahuan dan mengerti yang baik bagi umat Buddha khususnya di Desa

Sumbersari

4. Bagi umat Buddha untuk tetap menyaksikan drama waisak agar tidak hanya

tahu dan mengerti dengan baik saja tentang drama waisak melainkan juga

dapat mencapai tingkat pemahaman yang baik juga

3. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek Penelitian : Umat Buddha di Desa Sumbersari

2. Objek Penelitian : Pelaksanaan Drama Waisak di Desa Sumbersari

3. Tempat Penelitian : Desa Sumbersari, Kecamatan Sekampung,

Kabupaten Lampung Timur

4. Waktu Penelitian : Tahun 2012

5. Disiplin Ilmu : Antropologi Budaya

(17)

Koentjaraningrat.2002.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta:Rineka Cipta. Halaman 181.

Ibid. Halaman 180.

Jacobus Ranjabar.2006.Sistem Budaya Indonesia.Bandung:Ghalia Indonesia. Halaman 147.

Wiji Suwarno.2009.Psikologi Perpustakaan.Jakarta:Sagung Seto. Halaman 52. Sikap Manusia Perubahan Pengukurannya.Yogyakarta:Liberty. Halaman 22

Website:

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Persepsi

untuk mengenali atau membuat kita menjadi tahu dan mengerti hal-hal yang

menurut Ma

adalah suatu pengamatan yang berasal dari komponen kognitifnya, persepsi ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengalaman, faktor proses belajar,

faktor cakrawala, faktor pengetahuan dan

lain-Men

proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat indera atau juga yang disebut proses sensoris (Bimo

Walgito, 2010:99). Lebih lanjut Bimo Walg

mengadakan persepsi adanya beberapa faktor yang berperan, yang merupakan

syarat agar terjadi persepsi, yaitu (1) objek atau stimulus yang dipersepsi; (2)

alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat

fisiologis; dan (3) perhatian, yang merupakan syarat psikologis (Bimo

Walgito, 2010:101). . Sedangkan menurut Wertheimer dalam Bimo Walgito

dalam buku yang berjudul Pengantar Psikologi Umum mengemukakan bahwa

leh stimulus secara objektif, tetapi juga

akan ditentukan atau dipengaruhi oleh keadaan diri orang yang mempersepsi

(19)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu

pengamatan yang didahului melalui proses menginderaan yang membuat

menjadi tahu dan mengerti hal-hal yang dihadapi dengan dipengaruhi oleh

stimulus, alat indera, perhatian, dan keadaan diri orang yang mempersepsi.

Menurut Bimo Walgito jenis-jenis persepsi berdasarkan panca indera yaitu sebagai berikut :

1. Persepsi melalui indera penglihatan

Mata hanyalah merupakan salah satu alat atau bagian yang menerima stimulus, dan stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang dilihatnya Persepsi melalui indera pendengaran. Dalam pendengaran individu dapat mendengar apa yang mengenai reseptor sebagai suatu respons terhadap stimulus tersebut. Kalau individu dapat menyadari apa yang didengar, dan terjadilah suatu pengamatan atau perepsi.

2. Persepsi melalui indera pencium

Stimulusnya berwujud benda-bendayang bersifak khemis atau gas yang menguap, dan mengenai alat-alat penerima yang ada dalam hidung, kemudian oleh syaraf sensoris ke otak, dan sebagai respon dari stimulus tersebut orang dapat menyadari apa yang diciumnya yaitu bau yang diciumnya

3. Persepsi melalui indera pencecap

Stimulusnya merupakan benda cair. Zat cair itu mengenai ujung sel penerima yang terdapat pada lidah, yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya orang dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang dicecapnya itu

4. Persepsi melalui indera kulit

Indera ini dapat merasakan rasa sakit, rabaan, tekanan, dan temepratur. Rasa-rasa tersebut di atas merupakan rasa-rasa kulit yang primer, sedangkan disamping itu masih terdapat variasi yang bermacam-macam (Bimo Walgito, 2010:135-146)

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan persepsi umat Buddha ke dalam dua

item yaitu tahu dan mengerti, serta persepsi umat Buddha pada drama waisak

adalah melalui indera penglihatan dan indera pendengaran yaitu umat Buddha

yang memiliki pengalaman menyaksikan drama waisak dengan melihat

pementasan drama waisak secara langsung dan mendengar suara dialog serta

(20)

Menurut Sidi Gazalba dalam Burhanuddin Salam dalam buku yang berjudul

diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil

daripada: kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Orang pragmatis, terutama

John Dewey tidak membedakan antara pengetahuan dan kebenaran (antara

Salam, 1984:5). Menurut Burhanuddin Salam atau dalam

filsafat dikatakan dengan istilah dan sering diartikan dengan

, karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia menerima secara

baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah,

benda itu panas karena memang dirasakan pana

(Burhanuddin Salam, 1984:6). Menurut Burhanuddin Salam mengemukakan

(Burhanuddin Salam, 1984:54). Lebih

lanjut Burhannudin Salam me (the act of knowing)subjek dan objek menjadi satu, tidaklah secara fisis (seperti halnya -fisis)

gambaran batin yang dibentuk oleh pikiran (pengertian) berdasarkan

bahan-bahan dari

penca-Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahu adalah hasil dari

(21)

menyatunya subjek dengan objek secara batiniah yang dibentuk oleh pikiran

berdasarkan bahan-bahan panca indera.

Menurut Burhanuddin Salam beberapa pengetahuan yang dimiliki manusia yaitu:

1. Pengetahuan biasa ataucommon sense

2. Pengetahuan ilmu, secara singkat orang menyebutnya yaitu ilmu sebagai terjemahan dariscience

3. Pengetahuan filsafat, atau dengan singkat saja disebut filsafat

4. Pengetahuan religi (pengetahuan agama), pengetahuan atau kebenaran yang bersumber dari agama (Burhanuddin Salam, 1984:5).

Persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa

Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur adalah berupa

pengetahuan biasa dan pengetahuan religi.

1. Pengetahuan biasa (knowledge/commom sense), tidak memandang betul-betul sebab-sebabnya, tidak mencari rumusan yang seobyetif-obyektifnya,

tidak menyelidiki obyeknya sampai habis-habisan, tak ada sintesis, tak

bermetode dan tak bersistem (Burhanuddin Salam, 1984:8). Dengan

common sense, semua orang sampai kepada keyakinan secara umum

tentang sesuatu, dimana mereka akan berpendapat sama semuanya.

Menurut Harold H. Titus dalam buku Burhanuddin Salam mengemukakan beberapa ciri khusus daripadacommon sense, sebagai berikut:

a. Common sense cenderung menjadi biasa dan tetap, atau bersifat peniruan, serta pewarisan dari masa lampau (ingat folkways pada masyarakat tradisional)

b. Common sense sering kabur atau samar dan memiliki arti ganda (ambiguous)

c. Common sense merupakan suatu kebenaran atau kepercayaan yang tidak teruji, atau tidak pernah diuji kebenarannya (Burhanuddin Salam, 1984:6)

2. Pengetahuan religi (pengetahuan agama), ciri-ciri umum dari semua agama itu adalah sebagai berikut :

(22)

diri manusia yang merupakan Causa-Prima atau Penyebab Pertama daripada segala sesuatu termasuk dunia itu dengan segala isinya. b. Agama merupakan satu sistem ritual atau peribadatan/penyembahan

dari manusia kepada sesuatu yang diberi predikat Yang Absolut atau Causa-Primaitu.

c. Agama merupakan satu sistem nilai(value)sistem atau sistem norma/ kaidah yang menjadi pola hubungan manusiawi antara sesama manusia dan pola hubungan dengan ciptaan lainnya dari Yang Absolut (Mutlak) atau Causa-Prima itu yang seirama dengan sistem tauhid dan sistem ritual tersebut (Burhanuddin Salam, 1984:181)

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan

biasa adalah pengetahuan tentang drama waisak yang secara umum apa adanya

dari hasil panca indera manusia tanpa mengetahui sebab-sebabnya, tetap, hasil

pewarisan masa lampau, ambigu dan tidak teruji secara ilmiah, sedangkan

pengetahuan religi adalah pengetahuan yang diperoleh dari pementasan drama

waisak yang bersumber dari ajaran agama Buddha. Pengetahuan biasa dan

pengetahuan religi pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa

Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur yang dapat

diambil sebagai indikator yaitu sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pementasan drama waisak melibatkan banyak orang

2. Pada pelaksanaan drama waisak juga turut ditampilkan tarian anak-anak

3. Penari adalah percampuran antara anak-anak buddhis dan non buddhis

4. Pementasan drama waisak juga menampilkan adegan silat

5. Latihan drama dan tarian dilaksanakan tiga bulan sebelum pementasan

6. Adegan drama juga diiringi dengan musik

7. Seting cerita pada pementasan drama waisak disesuaikan dengan kondisi

pada zaman kerajaan di masa Buddha Gautama

8. Untuk memperingati malam Tri Suci Waisak, pementasan drama waisak

(23)

9. Tujuan drama waisak adalah untuk memperluas pengetahuan dharma kepada umat Buddha

10. Dari lakon yang ditampilkan dapat diambil makna cinta kasih dan

perjuangan Buddha Gautama

Menurut Burhanuddin Salam, mengerti dalam arti sepenuhnya ialah:

1. Mengerti dengan kepastian(certainity)dan 2. Mengerti sebab-sebab suatu hal(causes) (Burhanuddin Salam, 1994:56)

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil indikator mengerti yaitu mengerti

mengerti sebab-sebab drama waisak. Mengerti sebab-sebab drama waisak

berarti mengerti sebab dari segala sesuatu mengenai drama waisak yang sesuai

dengan pengetahuan biasa dan pengetahuan religi. Berdasarkan pengertian

tersebut peneliti dapat mengambil indikator mengerti yaitu sebagai berikut:

1. Pelaksanaan adegan drama membutuhkan keterlibatan banyak orang agar

pementasan berjalan dengan sukses

2. Agar penonton tidak merasa bosan maka turut ditampilkan tarian anak-anak

3. Keterlibatan anak-anak non buddhis dikarenakan atas inisiatif mereka

sendiri

4. Adegan silat yang ditampilkan adalah sebagai wujud emosi manusia

5. Untuk mencapai pementasan yang baik dan tidak terjadi kesalahan, maka

latihan dilaksanakan tiga bulan sebelum pementasan

6. Agar pementasan drama tampak semakin menarik dan meriah maka dalam

(24)

7. Cerita buddhis yang ditampilkan berasal dari zaman kerajaan di India yaitu

maka situasi tempat dan kostum yang dikenakan pemain disesuaikan pada

zaman tersebut

8. Setelah upacara puja bhakti dan pradagsina, drama waisak dilaksanakan untuk memperingati tiga peristiwa penting umat Buddha yaitu lahirnya

Pengeran Siddhartha Gautama, Pertapa Gautama berhasil mencapai

penerangan sempurna atau menjadi Buddha, dan Buddha Gautama

parinnibana

9. Kisah yang ditampilkan berupa cerita-cerita buddhis yang berisi dan

bermakna tentang ajaran Buddha sehingga dapat memambah pengetahuan

agama kepada umat Buddha

10. Lakon yang ditampilkan selalu mengandung makna cinta kasih kepada

semua makhluk sehingga mengingatkan umat Buddha untuk tidak saling

menyakiti dan tidak mengganggu satu sama lain, dan perjuangan Buddha

Gautama untuk membebaskan mahkluk dari samsara dengan jalan utama berunsur delapan untuk mencapainirvana

(25)

Buddha adalah seseorang yang menyatakan berlindung kepada Buddha,

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa umat Buddha adalah

sekumpulan atau golongan besar manusia yang meyakini ajaran Buddha dan

berinteraksi yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu.

3. Konsep Drama Waisak

mewakili masa silam

dan dibawa oleh pemerintah serta oleh strategi kebudayaan makro kita untuk

upacara-upacara atau kegiatan yang menyangkut mental dan dapat pula

dikembangkan menjadi media penyalur kritik sosial terhadap

kepincangan-Menurut Budiman Sudharma mengemukakan Waisak adalah Tiga Peristiwa Agung yang terjadi pada diri kehidupan Sang Buddha Gotama lebih dari 2500 tahun lalu. Peristiwa tersebut adalah:

1. Bodhisattva (Calon Buddha) yang bernama Pangeran Siddharta Gotama dilahirkan di Taman Lumbini, Nepal pada tahun 623 SM 2. Pangeran Siddharta Gotama, yang kemudian menjadi pertapa, di

bawah Pohon Bodhi (pohon Asetha), di Buddha Gaya, India dengan kekuatan sendiri mencapai Peneranga Sempurna dan menjadi Buddha pada tahun 529 SM

3. Sesudah 45 tahun lamanya mengembara dan memberi pelantunan Dharma kepada umat manusia dan para Dewa, Sang Buddha mencapai Parinibbana di bawah pohon sala kembar, Kusinara, India pada tahun

(26)

ma

siddhi di bulan Mei Juni, untuk memperingati kejadian penting yang

Gautama, saat Petapa Gautama mencapai penerangan sempurna, dan saat

Buddha Gautamaparinirvana, pada hari suci waisak, tepat pada bulan waisaka purnamasidhi 999:48).

memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha, maka hari suci

Resolusi Kongres Persaudaraan Sangha Sedunia Keempat No. RES/5, tanggal 10 Januari 1986 menyatakan bahwa hari bulan purnama di bulan

Indonesia ditetapkan menjadi Hari Libur Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 09/1983 tanggal 19 Januari

adalah kesenian yang bisa sebagai sumber semangat kemajuan Buddha

Dharma kususnya di Desa Sumbersari, sekaligus pentas drama bisa jadi sarana

hiburan untuk masyarakat sekitar, sehingga bisa mendekatkan hubungan sosial

dengan masyarakat luat serta drama waisak memiliki makna yang bagus bisa

sebagai tambahan inspirasi orang untuk tidak menjadi jahat dan sombong serta

n

kesenian yang bagus dimana hasil dari keberagaman agama dan budaya di desa

(27)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa drama waisak

adalah kesenian teater tradisional yang dipentaskan oleh muda-mudi vihara

yang isinya diambil dari cerita-cerita Buddhis dengan tujuan untuk memajukan

Buddha Dharma di Desa Sumbersari dan melestarikan teater buddhis tersebut.

5. Konsep Vihara

1. Tempat tinggal bikhu dan bikhuni 2. Tempat pujabhakti

3. Sebagai tempat konsultasi Dharma 4. Sebagai tempat kegiatan sosial 5. Sebagai tempat pembinaan umat 6.

(http://teknologipendidikan15.wordpress.com/)

yang lengkap terdiri dari :

3. Uposathagara, yaitu gedung uposatha (pesamuan para bhikkhu). Di dalam gedung ini dilakukan penabhisan para bikkhu, pembacaan 227 peraturan kebhikkhuan, penyelesaian pelanggaran para bhikkhu, dan penentuan hak Khatina

4. Dharmasala, yaitu tempat puja bakti, pembabaran Dharma, dan sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan sosial keagamaan.

5. Kuti, yaitu tempat tinggal para bhikkhu, bhikkhuni, samanera atau samaneri

6. Perpustakaan, yaitu tempat buku-buku agama atau buku yang isinya ada hubungannya dengan pengetahuan agama dan pengetahuan

-2)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa selain untuk tempat

ibadah, tempat tinggal para bhikhu, dan perpustakaan, vihara juga berfungsi

(28)

diwujudkan dengan berbagai kreasi dan tradisi yang dilaksanakan oleh

masyarakat sesuai dengan kebudayaan masing-masing daerah.

B. Kerangka Pikir

Salah satu cara untuk memperingati Hari Waisak di Desa Sumbersari adalah

pementasan drama waisak yang dilaksanakan pada malam Tri Suci Waisak.

Malam Tri Suci Waisak diperingati untuk mengenang tiga peristiwa penting

umat Buddha yaitu lahirnya Pangeran Siddharta Gautama, Pangeran Siddharta

menjadi Buddha, dan Buddha Gautama mencapainirvana/nibanna.

Pada pementasan drama waisak ini terdapat proses pelaksanaannya mulai dari

persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Untuk itu umat Buddha memiliki

persepsi terhadap pementasan ini yang ada di Vihara Manggala Ratna Desa

Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

Persepsi umat Buddha yang ada di desa Sumbersari Kecamatan Sekampung

Kabupaten Lampung Timur yang berdasarkan hasil panca indera melalui

pengalaman terhadap drama waisak tersebut. Dengan pengalaman tersebut

maka umat Buddha menjadi tahu dan mengerti tentang pelaksanaan drama

waisak. Namun apabila dari hasil panca indera mereka menjadi tidak tahu dan

tidak mengerti tentang drama waisak maka pelaksanaan pementasan drama

tersebut tidak mencapai keberhasilan dalam hal menjadikan umat Buddha tahu

dan mengerti tentang drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa

Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur

(29)

: Garis Akibat

REFERENSI

Wiji Suwarno.2009.Psikologi Perpustakaan.Jakarta:Sagung Seto. Halaman 52. Sikap Manusia Perubahan Pengukurannya.Yogyakarta:Liberty. Halaman 22

Bimo Walgito.2010.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:Andi. Halaman 99.

Tahu Mengerti

Persepsi Umat Buddha Pada Drama Waisak Di Vihara Manggala Ratna

(30)

Ibid.Halaman 101. Ibid.Halaman 109. Ibid. Halaman 135-146

Burhanuddin Salam.1984.Pengantar Filsafat.Bandung:Bumi Aksara. Halaman 5. Ibid. halaman 6

Ibid. halaman 54 Loc. Cit

Ibid. halaman 5 Ibid. halaman 8 Ibid. halaman 6 Ibid. halaman 181 Ibid.Halaman 56

Koentjaraningrat.2002.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta:Rineka Cipta. Halaman 144.

Virana.2008.Enslikopedia Buddha Dhamma: Keyakinan Umat Buddha (Menjadi Buddhis Sejati).Jakarta:CV.Santusita. Halaman 110.

R.M Soedarsono.1992.Pengantar Apresiasi Seni.Jakarta:Balai Pustaka. Halaman 131.

Emha Ainun Nadjib. 1995.Terus Mencoba Budaya Tanding.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Halaman 251.

Umar Kayam dkk. 1999.Ketika Orang Jawa Nyeni.Yogyakarta:Galang Press. Halaman 47.

Budiman Sudharma.2007.Buku Pedoman Umat Buddha.Jakarta: Forum Komunikasi Umat Buddha. Halaman 81

Virana.Op.Cit. Halaman 101.

Swarnasanti.1999.Riwayat Hidup Buddha Gautama.Jakarta:Karaniya.Halaman 48 Budiman Sudharma.Op.Cit. Halaman 81.

(31)

Dharma K. Widya.2002.Buku Pelajaran Agama Buddha.Jakarta:CV. Felita Nursatama Lestari. Halaman 1-2.

Website

(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode yang Digunakan

Menurut Koentjaraningrat

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

disimpulkan bahwa metode adalah cara kerja untuk memperoleh data tujuan

tertentu sesuai dengan ilmu yang bersangkutan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskript

deskriptif adalah suatu metode yang memberikan gambaran yang secermat

Sayuti,1989:41).

Definisi metode deskriptif menurut Hadari Nawawi diartikan sebagai pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan/obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Ciri-ciri pokok metode deskriptif adalah memusatkan pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual, menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang

Menurut Guna

(33)

hubungan, atau suatu sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi obyek

i Nawawi dan Mimi

1. Survei(survey studies)

2. Studi hubungan(interrelationship studies) 3. Studi perkembangan(developmental studies) (Hadari Nawawi, 1993:64)

Adapaun penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah metode

penelitian yang digunakan untuk menjelaskan berupa gambaran cermat

fakta-fakta mengenai persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala

Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

B. Variabel Penelitian

(Koentjaraningrat, 1997:188). Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas

variabel penelitian merupakan semua objek penelitian yang akan diteliti dan

memiliki unsur sehingga berpengaruh pada objek penelitian di dalam suatu

penelitian.

Variabel yang digunakan pada penelitian adalah variabel tunggal. Menurut

variabel tunggal adalah himpunan sejumlah gejala yang

(34)

dalam kondisi atau masalah tanpa dihubungkan dengan yang lainny (Hadari

Nawawi, 1996:58).

Berdasarkan pendapat di atas maka variabel yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna

Desa Sumber Sari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat

dari tahu dan mengerti.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

-

orang-atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk

(Sugiyono, 2008:215). Sesuai dengan judul penelitian ini tentang persepsi

umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumber Sari

Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur maka yang akan menjadi

populasi dalam penelitian ini yaitu umat Buddha yang berusia 12-70 tahun di

Desa Sumber Sari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Hasil

[image:34.595.122.503.685.753.2]

sebaran populasi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.Populasi Penelitian

No Jenis Kelamin Jumlah populasi (jiwa)

1 Laki-laki 65 Jiwa

2 Perempuan 66 Jiwa

(35)

Sumber: Daftar Umat Buddha Vihara Manggala Ratna

2. Sampel

Sugiyono mengemukakan bahwa

sampel adalah sebagian dari populasi itu (Sugiyono, 2008:215). Dalam

menentukan sampel, berpedoman pada pendapat

menentukan jumlah sampel dalam penelitian apabila subjeknya kurang dari

100 lebih baik diambil semua, selanjutnya jika subjeknya lebih besar dari 100

maka dapat diambil sampel antara 10-15% atau

20-(Suharsimi Arikunto, 2002:112).

Berdasarkan pendapat di atas maka pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah 131 x 35% = 52. Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 orang.

D. Teknik Pengambilan Sampel

(Sugiyono, 2008:217). Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling dengan menggunakan simple random sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)

Simple Random Sampling atau sampel acak sederhana ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap

unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan

yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Sampel diambil dengan cara

(36)

satuan-(Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989:156). Berdasarkan pendapat

tersebut, cara peneliti dalam pengambilan sampel adalah dengan cara

pengundian yaitu dengan menulis nama-nama populasi pada kertas kecil yang

kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam kotak untuk selanjutnya diundi,

nama-nama yang keluar diambil dan terpilih sebagai responden. Berdasarkan

teknik pengambilan sampel tersebut maka sampel dalam penelitian ini adalah

laki-laki 27 orang dan perempuan 25 orang yang kesemuanya berjumlah 52

orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data utama

dengan menggunakan angket atau kuesioner.

ngumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

2008:142). Menuruut Hadari N

informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab

digunakan dalam membuat angket. Namun, pada bab ini dikenalkan kedelapan

(37)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa angket adalah teknik

pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis

yang akan dijawab oleh responden. Dalam penelitian ini angket yang akan

digunakan adalah angket jenis skala likert.

Sugiyono, 2008:93). Menurut Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar juga

kala ini dikembangkan oleh Rensis Likert (1932) yang

paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

responden terhadap suatu objek. (Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar,

2008:65).

kur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif .

Sangat Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5 Setuju/sering/positif diberi skor 4 Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2 Sangat Tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1 (Sugiyono, 2007:94).

(38)

yang diinginkan dengan antara jenjang-jenjang termaksud. Lagi pula,

responden tidak akan cukup peka dengan perbedaan jenjang yang lebih dari

(Syaifuddin Azwar, 2010:33).

Menurut Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pertanyaan atau pernyataan dengan skala Likert adalah sebagai berikut:

1. Bentuk standar skala Likert adalah 1 sampai 5;

2. Sebaiknya jumlah item dibuat berkisar 25-30 pernyataan atau pertanyaan

3. Buatlah item dalam bentuk positif dan negatif dengan proporsi yang seimbang serta ditempatkan secara acak (Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2008:65)

-aitem skala yang berupa pernyataan memang dapat ditulis dalam salah-satu dari kedua arah. Aitem disebut berarah favorabel bila isinya mendukung, memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur. Sebaliknya, aitem yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur disebut aitem tidak favorabel. Dalam pemberian skor, setiap respon positif (ya, setuju, selalu, dan semacamnya) terhadap aitem favorabel akan diberi bobot yang lebih tinggi daripada respon negatif (tidak, tidak setuju, tidak pernah, dan semacamnya). Sebaliknya untuk item tak favorabel, respon positif akan diberi skor yang bobotnya lebih rendah daripada respon

-27).

Berdasarkan pendapat di atas skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi terhadap fenomena sosial. Dalam persepsi umat Buddha

pada drama waisak variabel yang akan diukur adalah tahu dan mengerti yang

telah dijabarkan menjadi indikator yang terdapat pada bab sebelumnya untuk

menjadi titik tolak dalam menyusun pernyataan pada skala likert. Skala

persepsi umat Buddha pada drama waisak dibagikan kepada responden yang

berisikan pernyataan dalam bentuk mendukung (favorabel) atau positif dan tidak mendukung (tidak favorabel) atau negatif dengan proporsi seimbang yang ditempatkan secara acak serta memiliki gradasi jawaban dari sangat

(39)

setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Kelima alternatif

jawaban tersebut memiliki masing-masing skor yang berbeda, apabila

pernyataan positif maka jawaban sangat setuju skornya 5, jawaban setuju

skornya 4, jawaban ragu-ragu skornya 3, jawaban tidak setuju skornya 2, dan

sangat tidak setuju skornya 1, sebaliknya apabila pernyataan negatif jawaban

sangat tidak setuju skornya 5, jawaban tidak setuju skornya 4, jawaban

ragu-ragu skornya 3, jawaban setuju skornya 2 dan jawaban sangat setuju skornya 1.

Angket model skala likert ini akan diberikan kepada responden yang berjumlah

52 orang untuk mengetahui persepsi umat Buddha pada drama waisak di

Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten

Lampung Timur.

F. Teknik Analisis Data

paling penting dalam penelitian,

karena melakukan analisis maka data tersebut menjadi bermakna dan berguna

dalam memecahkan masalah dan dapat digunakan dalam menjawab hipotesis

Menurut

mengolah data yang telah dikumpulkan dari lapangan menjadi seperangkat

hasil baik dalam bentuk penemuan-penemuan baru maupun dalam bentuk

kebenaran hi dasarkan pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa teknik analisis data adalah rangkaian mengolah

(40)

Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah teknik analisis data

ta kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

(Sugiyono, 2008:245). Dalam penelitian ini analisis data kualitatif yaitu

analisis berdasarkan data yang diperoleh dan memberikan arti pada data hasil

analisis sesuai dengan fakta yang terdapat di lapangan.

Setelah data-data telah terkumpul selanjutnya data tersebut dianalisis sesuai

dengan permasalahan yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala

Ratna Desa Sumber Sari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

diberikan kepada responden, maka sebelum dianalisis, data dapat ditabulasikan

).

-mentah (raw score) yang dihasilkan suatu skala merupakan penjumlahan dari skor aitem-aitem dalam skala itu. Dalam kasus skor komposit, penjumlahan itu dilakukan dengan memperhitungkan bobot relatif masing-masing komponen skala. Berdiri sendiri, skor mentah belum dapat bercerita banyak mengenai individu yang di ukur. Untuk memberikan makna yang memiliki nilai diagnosis skor mentah perlu dideriv

2010:106).

psikologis yang ditentukan lewat prosedur penskalaan akan menghasilkan angka-angka pada level pengukuran interval namun dalam interpretasinya hanya dapat dihasilkan kategori-kategori atau kelompok-kelompok skor yang berada pada level ordinal. Sebagai contoh,

(41)

Berdasarkan pendapat di atas, sebelum dianalisis maka data ditabulasikan

dalam bentuk tabel dan dihitung skor akhir atau skor mentah. Setelah skor

mentah dihasilkan maka untuk interpretasinya peneliti menggunakan

kategorisasi jenjang

ini bersifat relatif, maka kita boleh menetapkan secara subjektif luasnya

interval yang mencakup setiap kategori yang kita inginkan selama penetapan

itu berada dalam batas kewajaran dan dapat diterim

ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi, dari paling jelek ke paling baik, dari

Berdasarkan pendapat di atas untuk mengetahui persepsi umat Buddha pada

drama waisak, maka peneliti membagi menjadi 3 kategori yaitu kurang baik,

cukup baik, dan baik. Kategori jenjang (ordinal) dengan rumus sebagai berikut:

Keteraangan:

X = Jumlah skor yang diperoleh

µ = Mean teoritis

= Besarnya satuan standar deviasi

( )

(42)

(µ-- = Kategori Kurang Baik

[µ- = Kategori Cukup Baik

= Kategori Baik

Berdasarkan teori di atas dapat diterjemahkan bahwa:

1. Jumlah skor yang diperoleh adalah jumlah skor akhir dari rekapitulasi nilai

responden yang telah di hitung rata-ratanya

2. Mean teoritis adalah jumlah soal dikali nilai rata-rata skor jawaban

3. Besarnya satuan deviasi adalah skor maksimal dihitung dari nilai tertinggi

tiap soal dikali jumlah soal, hasilnya dikurangi skor minimal dihitung dari

nilai terendah tiap soal dikali jumlah soal, kemudian dibagi enam

REFERENSI

Koentjaraningrat.1997.Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta: Gramedia. 218 Halaman 16.

Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta. Halaman 2

Husin Sayuti.1989.Pengantar Metodologi Riset.Jakarta: Fajar Agung.Halaman 41. Hadari Nawawi. 1983.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Halaman 63.

(43)

Hadari Nawawi.Op.Cit.Halaman 64

Muhammad Musa.1988.Metodologi Penelitian.Jakarta: Fajar agung. Halaman 20 Koenjaraningrat.Op.Cit.Halaman 188.

Hadari Nawawi.Op.Cit.Halaman 58

Suprapto.1992.Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 8.

Sanford Labovitz.1982.Metode Riset Sosial. Jakarta: Erlangga. Halaman 57. Sugiyono.Op.Cit. Halaman 215.

S. Nasution.2004.Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 86.

Sugiyono.Loc.Cit.

Suharsimi Arikunto.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi).Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 112.

Sugiyono.Op.Cit. Halaman 217. Ibid.Halaman 82

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1989.Metode Penelitian Survei.Jakarta: LP3ES. Halaman 156.

Sugiyono.Op.Cit. Halaman 142. Hadari Nawawi.Op.Cit. Halaman 117.

Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar.2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:Bumi Aksara. Halaman 60.

Sugiyono.Op.Cit. Halaman 93.

Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar.Op.Cit. Halaman 65. Sugiyono.Loc. Cit

Ibid.Halaman 94.

Saifuddin Azwar.2010.Penyusunan Skala Psikologi.Pustaka Pelajar:Yogyakarta. Halaman 33.

(44)

Saifuddin Azwar.Op.Cit. Halaman 26-27

Erna Widodo dan Mukhtar 2000. Konstruksi Kearah Penelitian Deskriptif. Avyrouz:Yogyakarta. Halaman 96.

Mohammad Hasyim. 1982.Penuntun Dasar Kearah Penelitian Masyarakat. Bina Ilmu. Surabaya. Halaman 41.

Sugiyono.Op.Cit. Halaman 245. Ibid.Halaman 99.

Suwardi Endraswara. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Halaman 81.

Sugiyono.Op.Cit. Halaman 95.

Saifuddin Azwar.Op.Cit. Halaman 106. Ibid.Halaman 105

(45)
[image:45.595.110.577.140.781.2]

57

Tabel 13. Data jawaban 52 responden tentang drama waisak

N om or R e sp on d e

n Jawaban Responden untuk item nomor

S

k

or

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0 11 12 13

sk o r 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6

1 5 5 4 4 1 5 4 4 5 1 1 5 1 45 5 4 1 5 5 5 1 1 5 5 5 3 4 50 2 4 4 4 4 2 4 5 5 3 4 2 5 5 51 4 4 2 4 1 4 2 3 4 4 2 4 5 43 3 5 4 3 4 2 4 4 5 4 2 3 4 2 46 4 2 2 4 5 4 4 3 5 4 4 2 1 44 4 4 5 4 4 2 5 1 4 5 4 1 4 1 44 3 4 2 5 5 4 1 2 5 4 4 2 1 42 5 4 4 3 1 1 4 3 5 5 1 3 5 2 41 5 2 2 4 5 5 3 2 5 5 5 3 2 48

6 5 5 4 5 1 4 4 3 4 5 3 4 5 52 4 4 1 5 3 5 2 2 5 4 5 5 5 50 7 4 5 4 4 1 5 5 4 3 4 4 4 5 52 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 51 8 4 5 4 4 1 5 5 4 3 4 4 4 5 52 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 51 9 5 5 4 4 1 5 4 4 5 2 4 5 5 53 2 4 1 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 50 10 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 1 4 1 51 5 2 4 4 4 5 4 3 5 4 4 3 4 51 11 4 4 2 2 2 5 1 4 4 1 2 4 4 39 4 2 2 4 4 5 2 2 4 4 4 2 4 43 12 4 4 3 4 3 2 4 5 4 4 4 4 4 49 3 3 2 3 4 4 4 4 5 5 5 3 1 46 13 4 5 4 4 2 5 4 4 4 5 4 5 5 55 4 4 2 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 51 14 5 4 3 2 2 5 3 5 4 4 2 5 2 46 4 2 1 4 4 4 2 1 5 4 4 4 1 40 15 4 4 4 5 1 3 1 5 5 1 2 5 5 45 4 4 3 4 4 4 5 3 5 5 5 5 5 56 16 5 4 2 4 4 4 4 3 4 2 4 4 5 49 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 5 50 17 5 5 3 4 1 5 4 5 5 4 1 5 3 50 5 3 1 5 2 5 1 1 5 5 5 1 2 41 18 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 1 5 5 57 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 53 19 5 5 1 4 1 5 5 5 5 4 3 5 5 53 4 2 1 4 4 4 4 2 5 5 4 4 5 48 20 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 5 1 49 4 2 2 4 5 5 4 3 4 4 4 4 5 50 21 5 4 4 4 2 2 4 5 5 4 2 4 4 49 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 46 22 4 5 4 4 3 5 4 4 3 1 3 4 4 48 4 2 4 4 5 5 2 4 4 4 4 4 5 51 23 4 5 3 4 2 5 1 4 5 4 2 4 1 44 4 2 1 4 4 5 2 2 5 2 5 2 1 39 24 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 2 4 4 46 3 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 47 25 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 5 52 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 50 26 5 5 4 4 2 4 4 5 5 4 2 5 1 50 5 1 1 5 5 5 1 1 5 5 5 1 1 41 27 5 5 5 4 2 4 4 4 4 2 2 4 5 50 4 4 4 3 4 4 5 2 5 4 4 4 4 51 28 4 4 4 4 1 4 4 5 4 1 2 5 5 47 5 2 2 4 4 4 4 2 5 5 4 4 1 46 29 4 4 4 4 2 4 4 5 3 4 4 5 4 51 4 2 4 5 5 5 2 4 4 4 4 4 5 52

(46)

58

Sumber: Angket

Berdasarkan hasil jawaban untuk item tahu yang memiliki skor 5 dan 4 adalah

termasuk tahu dengan baik karena responden mengetahui pengalaman dari

hasil panca inderanya, dan skor 3 adalah termasuk tahu dengan cukup baik

karena responden cukup memiliki pengalaman panca inderanya pada

pementasan drama waisak, dan skor 2, dan 1 adalah termasuk tahu dengan

kurang baik karena responden kurang memiliki pengalaman panca inderanya

pada pementasan drama waisak. Jadi jumlah jawaban yang tahu dengan baik

adalah sebanyak 369 dibagi 13 diperoleh 28 orang atau 53,9% yang menjawab

tahu dengan baik, jumlah jawaban yang tahu dengan cukup baik adalah 76

dibagi 13 diperoleh 6 orang atau 11,5% yang menjawab tahu dengan cukup

34 4 4 2 4 1 4 4 4 4 2 2 4 4 43 4 1 4 4 5 5 2 2 4 4 4 4 4 47 35 4 5 2 5 1 4 4 5 4 4 2 5 5 50 4 4 2 5 5 5 4 2 4 5 4 5 5 54 36 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 5 47 4 2 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 53 37 5 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 38 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 5 47 4 2 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 55 39 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 46 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 48 40 5 4 4 4 2 4 4 5 3 5 4 4 5 53 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 5 5 50 41 5 5 4 4 1 5 4 5 5 4 4 5 4 55 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 5 55 42 4 5 4 1 2 4 1 5 4 4 3 4 4 45 4 4 2 4 1 5 1 3 5 4 4 3 2 42 43 5 4 3 4 2 5 2 5 4 4 2 5 1 46 3 2 1 4 3 4 1 2 4 5 4 1 2 36 44 5 5 4 4 1 5 4 4 5 2 4 5 5 53 2 4 1 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 50 45 5 5 5 1 2 2 3 4 1 3 1 1 5 38 4 5 1 5 3 5 2 2 5 4 5 5 5 51 46 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 49 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 5 51 47 4 5 4 4 2 5 5 4 3 5 2 4 5 52 2 4 2 4 4 4 5 3 5 5 4 5 5 52 48 5 5 4 4 1 5 4 4 5 2 4 5 5 53 2 4 1 4 2 5 4 4 5 5 5 5 5 51 49 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 1 4 1 51 5 2 4 4 4 5 4 3 5 4 3 4 5 52 50 4 4 4 4 2 4 4 5 3 4 2 5 5 50 4 4 2 4 5 4 1 2 4 5 4 4 5 48 51 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 61 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 53 52 5 4 3 4 2 4 4 5 4 2 3 4 1 45 5 2 2 4 5 5 4 3 5 4 3 3 1 46

Jumlah

2546

Jumlah

(47)

59

baik, dan jumlah jawaban yang tahu dengan kurang baik adalah 231 dibagi 13

diperoleh sebanyak 18 orang atau 34,6% yang menjawab tahu dengan kurang

baik.

Sedangkan jawaban untuk item mengerti yang memiliki skor 5 dan 4 adalah

termasuk mengerti dengan baik karena responden mengetahui penyebab

pengalaman dari panca inderanya, sedangkan skor 3 adalah termasuk mengerti

dengan cukup baik karena responden cukup mengetahui sebab penyebab

pengalaman dari panca inderanya. Dan skor 2, dan 1 adalah termasuk mengerti

dengan kurang baik karena responden kurang mengetahui penyebab

pengalaman yang didapat dari panca inderanya pada pementasan drama

waisak. Jadi jumlah jawaban yang mengerti dengan baik adalah 316 dibagi 13

diperoleh 24 orang atau 46,1% yang menjawab mengerti dengan baik, jumlah

jawaban yang mengerti dengan cukup baik adalah 126 dibagi 13 diperoleh 10

orang atau 19,3% yang menjawab mengerti dengan cukup baik, dan jumlah

jawaban yang mengerti dengan kurang baik adalah 234 dibagi 13 diperoleh 18

orang atau 34,6% yang menjawab mengerti dengan kurang baik.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 52 responden di Desa

Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur untuk

mengetahui persepsi umat Buddha pada drama waisak dilihat dari tahu dan

mengerti diperoleh hasil analisis data angket sebagai berikut:

(48)

(µ-60

X<[µ- = Kategori Kurang Baik

[µ- = Kategori Cukup Baik

= Kategori Baik

Keteraangan:

X = Jumlah skor yang diperoleh

µ = Mean teoritis

= Besarnya satuan standar deviasi

( )

Perhitungan analisis data untuk item tahu :

X= 2.546:52= 48,9

µ = 13 x 3 = 39

( × ) ( × )

=

8,6

(µ- + 1,0 x (8,6)]

= 30

= 30

X< 30 = Kategori Kurang Baik

30 = Kategori Cukup Baik

4 = Kategori Baik

10 20 30 40 4850 60 70

X

Kurang Cukup Baik

Baik Baik

Jumlah rata-rata skor hasil pengumpulan angket dari 52 responden adalah 48,9.

(49)

61

besar dari nilai 48. Maka skor yang diperoleh dari perhitungan tersebut berada

pada ketegori baik.

Sedangkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 52 responden di

Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur untuk

mengetahui persepsi umat Buddha pada drama waisak dilihat dari mengerti

adalah dengan perhitungan analisis data sebagai berikut:

X= 2.524:52= 48,5

µ = 13 x 3 = 39

( × ) ( × )

=

8,6

(µ- 39 39+ 1,0 x (8,6)]

X< 30 = Kategori Kurang Baik

= Kategori Cukup Baik

= Kategori Baik

10 20 30 40 4850 60 70

X

Kurang Cukup Baik

Baik Baik

Jumlah rata-rata skor hasil pengumpulan angket dari 52 responden adalah 48,5.

Dengan demikian diketahui jumlah skor yang diperoleh berjumlah 48,5 lebih

besar dari nilai 48. Maka skor yang diperoleh dari perhitungan tersebut berada

pada ketegori baik.

(50)

62

B. Pembahasan

1. Persepsi Umat Buddha pada Drama Waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur a. Persepsi umat Buddha Pada Drama Waisak Di Vihara Manggala Ratna

Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diketahui bahwa umat Buddha di

Desa Seumbersari Kecamatan Sekampung tahu dengan baik pelaksanaan

drama waisak di Vihara Manggala Ratna hal ini ditunjukan dari hasil perolehan

skor rata-rata adalah 48,9 yang berada pada kategori baik dengan jumlah

responden yang menjawab tahu dengan baik sebanyak 28 orang atau 53,9 %,

responden yang menjawab tahu dengan cukup baik sebanyak 6 orang atau

11,5%, dan responden yang menjawab tahu dengan kurang baik sebanyak 18

orang atau 34,6%. Artinya sebagian besar umat Buddha di Desa Sumbersari

tahu dengan baik tentang proses pementasan drama waisak dari hasil

pengalaman panca inderanya.

Dengan pengalaman melalui panca indera berupa menyaksikan dan mendengar

pementasan drama, umat Buddha menjadi tahu tentang proses pementasan

drama waisak mulai dari latihan drama yang dilaksanakan tiga bulan sebelum

pementasan, waktu pelaksanaan pementasan yaitu pada malam Tri Suci Waisak

yang hanya dilaksanakan satu tahun sekali, adanya penampilan tarian

anak-anak buddhis dan non buddhis, dan adanya adegan sehingga mereka memiliki

pengetahuan biasa berupa apa yang dilihat dan didengarnya, dan pengetahuan

religi berupa pengetahuan agama Buddha yang dapat diambil dari pementasan

(51)

63

waisak adalah silat lakon cerita yang dipentaskan berupa rangkaian perjalanan

hidup Buddha Gautama, cerita yang dipentaskan memiliki makna cinta kasih

dan perjuangan Buddha Gautama yang berpesan yaitu agar orang menjadi

tidak sombong dan tidak berbuat jahat.

Namun di sisi lain terdapat umat Buddha yang tahu dengan cukup baik tentang

drama waisak yaitu sebanyak 6 orang atau 11,5% artinya umat Buddha cukup

memiliki pengalaman panca inderanya tentang pementasan drama waisak, dan

umat Buddha yang tahu dengan kurang baik tentang drama waisak yaitu

sebanyak 18 orang atau 34,6%. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat

umat Buddha yang kurang memiliki pengalaman panca inderanya mengenai

proses pementasan drama waisak. Karena kurang berpengalaman maka

pengetahuan yang mereka miliki masih kurang disebabkan mereka belum lama

menyaksikan pementasan drama waisak. Umat Buddha yang pengetahuan

drama waisaknya masih kurang disebabkan mereka belum lama berdomisili di

Desa Sumbersari sehingga belum banyak pengalaman yang mereka miliki

mengenai pementasan drama waisak.

b. Persepsi umat Buddha Pada Drama Waisak Di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari mengerti

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diketahui bahwa umat Buddha di

Desa Seumbersari Kecamatan Sekampung mengerti dengan baik tentang

pelaksanaan drama waisak di Vihara Manggala Ratna hal ini ditunjukan dari

hasil perolahan skor rata-rata 48,5 yang berada pada kategori baik dengan

(52)

64

atau 46,1%, responden yang menjawab mengerti dengan cukup baik sebanyak

10 orang atau 19,3% dan responden yang menjawab mengerti dengan kurang

baik sebanyak 18 orang atau 34,6%. Artinya sebagian besar umat Buddha di

Desa Sumbersari mengerti dengan baik tentang pementasan drama waisak

bahwa mereka mengerti dengan baik sebab-sebab dilaksanakannya drama

waisak yaitu untuk memperluas dan memperdalam ajaran agama Buddha

kepada umat Buddha di Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten

Lampung Timur

Dengan pengalaman melalui panca inderanya berupa menyaksikan dan

mendengar drama waisak, umat Buddha menjadi mengerti sebab

dilaksanakannya drama waisak yaitu untuk memperluas dan memperdalam

pengetahuan agama Buddha kepada umat Buddha di Desa Sumbersari. Selain

itu, umat Buddha juga mengerti sebab banyaknya orang yang terlibat pada

drama waisak yaitu membutuhkan kerja sama dari banyak orang untuk

mensukseskan pementasan mulai dari pemain, penari, dan panitia yang

mengurusi konsumsi, keamanan, peralatan, dan perlengkapan. Alasan adanya

tarian anak-anak adalah untuk selingan bagi penonton agar tidak merasa bosan.

Sebab keterkibatan anak-anak non buddhis sebagai penari adalah karena

adanya inisiatif dari diri mereka sendiri untuk ikut serta dalam pementasan

drama waisak. Sebab ditampilkannya adegan silat adalah sebagai wujud emosi

manusia yang seharusnya dapat dikendalikan agar tidak merugikan diri sendiri

maupun orang lain. Sebab diperingatinya hari Tri Suci Waisak adalah untuk

memperingati tiga peristiwa penting yaitu lahirnya Pangeran Siddhartha

Gautama, Pertapa Gautama mencapai penerangan sempurna, dan Buddha

(53)

65

buddhis dari perjalanan hidup Buddha Gautama adalah cerita buddhis memiliki

makna tentang ajaran Buddha sehingga dapat menambah pengetahuan agama

Buddha kepada umat Buddha di Desa Sumbersari. Umat Buddha juga mengerti

sebab lakon drama selalu bermakna cinta kasih karena untuk mengingatkan

umat Buddha untuk tidak saling menyakiti dan tidak mengganggu satu sama

lain, dan perjuangan Buddha Gautama untuk membebaskan semua makhluk

darisamasaradengan jalan utama berunsur delapan.

Namun di sisi lain terdapat umat Buddha yang mengerti dengan cukup baik

tentang drama waisak sebanyak 10 orang atau 19,3%, artinya umat Buddha

cukup mengerti sebab-sebab dilaksanakannya drama waisak yaitu untuk

memperluas dan memperdalam ajaran agama Buddha kepada umat Buddha di

Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur, dan

umat Buddha yang mengerti dengan kurang baik tentang drama waisak yaitu

sebanyak 18 orang atau 34,6%. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat

umat Buddha yang kurang mengerti sebab dilaksanakanya pementasan drama

waisak dan mereka kurang mengerti tujuan pementasan drama waisak. Umat

Buddha yang kurang mengerti pementasan drama dikarenakan mereka belum

banyak berpengalaman dalam menyaksikan pementasan drama sehingga

mereka hanya beranggapan pementasan drama adalah untuk acara hiburan di

malam Tri Suci Waisak tanpa mengerti sebab, tujuan, dan makna yang dapat

(54)

66

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh umat Buddha yang

tahu dengan baik sebanyak 28 orang atau 53,9 %, yang tahu dengan cukup

baik sebanyak 6 orang atau 11,5%, dan yang tahu dengan kurang baik

sebanyak 18 orang atau 34,6%. Karena sebagian besar umat Buddha tahu

(55)

67

kategori baik, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi umat Buddha pada

drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan

Sekampung Kabupaten Lampung Timur, dilihat dari tahu adalah baik, bahwa

mereka mengetahui dengan baik pelaksanaan pementasan drama waisak dari

hasil pengalaman panca inderanya mulai dari proses pementasan, waktu

pelaksanaan pementasan, dan lakon yang ditampilkan pada drama waisak.

Umat Buddha yang mengerti dengan baik sebanyak 24 orang atau 46,1%,

yang mengerti dengan cukup baik sebanyak 10 orang atau 19,3%, dan yang

mengerti dengan kurang baik sebanyak 18 orang atau 34,6%. Karena sebagian

besar umat Buddha tahu dengan baik dan perolehan skor rata-rata sebanyak

48,5 yang berada pada kategori baik, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi

umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari

Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur, dilihat dari mengerti

adalah baik, bahwa umat Buddha mengerti dengan baik sebab-sebab

dilaksanakannya drama waisak yaitu untuk memperluas dan memperdalam

ajaran agama Buddha kepada umat Buddha di Desa Sumbersari Kecamatan

Sekampung Kabupaten Lampung Timur

B. Saran

Gambar

Tabel 1.Populasi Penelitian
Tabel 13. Data jawaban 52 responden tentang drama waisak

Referensi

Dokumen terkait

Diantara beberapa model satu faktor yang mengikuti mean reverting process, model Ornstein-Uhlenbeck termodifikasi merupakan salah satu model yang dapat digunakan untuk memprediksi

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat efisiensi dari program Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Kawasan Timur Indonesia (KTI)

Masyarakat Simalungun memiliki suatu pertunjukan seni yang dikenal dengan istilah toping-toping.Toping-toping merupakan suatu seni pertunjukan yang menggunakan topeng wajah

Berdasarkan hasil, pembahasan, dan simpulan yang telah dijabarkan, adapun saran yang ingin peneliti sampaikan untuk penelitian lebih lanjut, diantaranya (a) dapat

bahwa pada saat latihan (senam) kebutuhan energi meningkat sehingga otot menjadi lebih aktif dan peka lalu membuat reseptor insulin menjadi lebih aktif dan

Tujuan penelitian dilakukan untuk memberikan masukkan kepada pihak manajemen perusahaan dalam pengendalian persediaan bahan baku agar dapat meminimalkan biaya total

selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir yang telah memberikan pengarahan, motivasi, dan bimbingannya selama proses pengerjaan Tugas Akhir.. selaku dosen pembimbing II

Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki