• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI PROGRAM KARTU INDONESIA PINTAR (KIP) DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus : Kawasan Timur Indonesia) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFISIENSI PROGRAM KARTU INDONESIA PINTAR (KIP) DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus : Kawasan Timur Indonesia) SKRIPSI"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI PROGRAM KARTU INDONESIA PINTAR (KIP) DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

(Studi Kasus : Kawasan Timur Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Suci Wulandari NIM : 11160840000050

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

EFISIENSI PROGRAM KARTU INDONESIA PINTAR (KIP) DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

(Studi Kasus : Kawasan Timur Indonesia)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Suci Wulandari NIM : 11160840000050 Di Bawah Bimbingan : NIP. 196806052008011023

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Kamis 16 April 2020 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama : Suci Wulandari

2. NIM : 11160840000050 3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Efisiensi Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

(Studi Kasus : Kawasan Timur Indonesia)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 April 2020

1. Pheni Chalid, Ph.D ( ___________________ )

NIP. 195605052000121001 Penguji I

2. Arief Fitrijanto, M.Si ( ___________________ )

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Senin, 30 November 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa : 1. Nama : Suci Wulandari

2. NIM : 11160840000050 3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Efisiensi Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

(Studi Kasus : Kawasan Timur Indonesia)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 November 2020

1. Deni Pandu Nugraha, M.Sc ( ___________________ ) NIDN. 2012108503 Ketua

2. Zaenal Muttaqin, MPP

NIP. 1979050320111006

3. Dr. M. Hartana I. Putra, M.Si

NIP. 196806052008011023

4. Najwa Khairina, MA ( ___________________ )

(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Suci Wulandari NIM : 11160840000050 Jurusan : Ekonomi Pembangunan Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 30 November 2020 Yang Menyatakan

Suci Wulandari NIM 11160840000050

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas Pribadi

Nama Lengkap : Suci Wulandari Tempat, Tanggal Lahir : Pacitan, 05 April 1998

Alamat : Jalan Panjang Cidodol Gang Ikhlas RT.005/013 No. 52 C Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12220 Nomor Handphone : (+62) 81235628079

E-mail : suci.coverten@gmail.com Latar Belakang Keluarga

Nama Ayah : Kukuh Satriawan

Tempat, Tanggal Lahir : Lumajang, 11 Oktober 1965

Nama Ibu : Tumirah

Tempat, Tanggal Lahir : Pacitan, 11 Maret 1976

Alamat : Jalan Panjang Cidodol Gang Ikhlas RT.005/013 No. 52 C Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12220 Anak ke- dan dari- : 1 dari 2 bersaudara

Pendidikan Formal

1. TKA An – Nuriyah Tahun 2002 - 2004

2. SDN Grogol Selatan 09 Pagi Tahun 2004 - 2010

3. SMPN 153 Jakarta Tahun 2010 - 2013

4. SMKN 43 Jakarta Tahun 2013 - 2016

5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 - 2020 Pendidikan Non-Formal, Seminar dan Workshop

1. Seminar Nasional “Peningkatan Sumber Daya Kelautan Nasional Sebagai Pilar Pembangunan Ekonomi” oleh Dema FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 18 November 2016.

2. Workshop Entrepreneurship “Menciptakan Pengusaha Muda yang Mandiri dan Berdaya Saing Secara Global” oleh e-Print dan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Seminar Nasional Ekonomi Islam “Integrating SDG’s Through Islamic Economics, Banking, and Finance in Digital Revolution Era” oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 29 Oktober 2018.

4. Seminar Internasional “Strengthening Halal Tourism, Strategy and Projection” oleh Lisensi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 02 Desember 2019.

(7)

vii ABSTRACT

In helping to improve education for the underprivileged, the government created the Smart Indonesia Program as stipulated in the Presidential Instruction of the Republic of Indonesia Number 7 of 2014. Through the Smart Indonesia Card (KIP), it is expected to help reduce school dropout rates thereby increasing enrollment ratio.

This study aims to measure KIP fund efficiency to it’s objectives. We used Data Envelopment Analysis method of the output-oriented Variable Return to Scale model and paired two sample for means (t test). To measure public spending efficiency with output for KIP fund is net enrollment ratio, transition rate, and the average national exam score. Using data from 13 Provinces of Eastern Indonesia. The results of this study indicate the level of efficiency of the KIP program at the junior high school level varies in each province, where in 2018-2019 there are efficiency and inefficiency. And there is no significant difference between efficiency of the KIP program from 2018-2019.

(8)

viii ABSTRAK

Dalam membantu meningkatkan pendidikan bagi masyarakat tidak mampu, pemerintah membuat Program Indonesia Pintar (PIP) sebagaimana yang tertuang dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014. Melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) diharapkan dapat membantu menurunkan angka putus sekolah sehingga meningkatkan angka partisipasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi anggaran KIP terhadap indikator yang merupakan tujuan dari penganggaran tersebut. Metode dalam penelitian ini adalah Data Envelopment Analysis (DEA) model Variable Return to Scale (VRS) berorientasi output dan uji perbedaan dua rata-rata (uji t). Dengan output untuk anggaran KIP adalah angka partisipasi murni, angka melanjutkan, dan nilai rata-rata ujian nasional. Dengan menggunakan data 13 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa efisiensi program KIP jenjang SMP bervariasi di setiap provinsi, dimana pada tahun 2018-2019 ada yang efisiensi maupun inefisiensi. Dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara efisiensi program KIP pada tahun 2018-2019.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Seluruh puji bagi Allah SWT, yang sudah melimpahkan seluruh nikmat dan karunia- Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa menuntaskan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang selalu menjadi panutan serta tauladan untuk umat Islam.

Skripsi dengan judul “Efisiensi Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus : Kawasan Timur Indonesia)” ini ialah salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tentunya skripsi ini bisa selesai berkat bimbingan, sokongan serta dukungan dari orang-orang baik yang ada di sekitar penulis. Penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :

1. Keluarga tercinta, Bapak, Mamah, serta Adik yang selalu mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta yang selalu mendoakan agar penulis diberikan kemudahan dan segala bentuk dukungan yang sudah diberikan. Semoga penulis bisa selalu membahagiakan keluarga.

2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak, M.Si, CA, QIA, BKP, CRMP; selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga dapat menjadikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis lebih baik lagi.

3. Bapak Dr. Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si dan Bapak Deni Pandu Nugraha, SE., Msc; selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi II dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan atas perannya untuk selalu memberikan bimbingan kepada penulis baik dalam bentuk akademik maupun non-akademik.

4. Bapak Zaenal Muttaqin, MPP; selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah membimbing penulis dalam penulisan penelitian ini dari awal hingga akhir dengan sikap rendah hatinya bersedia menyisihkan waktu untuk memberikan ilmu dan arahannya, serta mendorong penulis untuk segera selesaikan skripsi ini.

(10)

x

5. Seluruh tim Dosen FEB yang sudah memberi ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat dan berguna untuk penulis. Serta seluruh karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberi pelayanan yang paling baik selama perkuliahan.

6. Teman terbaik yang penulis temui di kampus : Elita Kirana dan Almar’athu Sholihah. Terima kasih sudah berperan penting dalam cerita perkuliahan ini, yang selalu menemani penulis dalam berbagai situasi dan kondisi. Meski kini sudah tak sering bertemu, saya harap bisa sukses dibidang apapun.

7. Teman-teman seperjuangan EP Angkatan 2016 khususnya konsentrasi Perencanaan Pembangunan. Terima kasih atas segalanya, semoga silaturahmi kita tetap terjalin hingga nanti bertemu kembali dengan cerita kesuksesannya masing-masing.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran serta masukan yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas seluruh kebaikan dari seluruh pihak yang terlibat. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian yang akan datang. Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 30 November 2020

(11)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Teori-Teori Terkait dengan Penelitian ... 7

1. Subsidi Pendidikan dalam Belanja Pemerintah ... 7

2. Teori Efisiensi ... 9

3. Kartu Indonesia Pintar (KIP) ... 13

4. Indikator Pendidikan ... 18

B. Penelitian Terdahulu ... 21

C. Kerangka Pemikiran ... 27

D. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 28

B. Metode Penentuan Sampel ... 28

C. Metode Pengumpulan Data ... 29

(12)

xii

1. Data Envelopment Analysis (DEA) ... 29

2. Proses Mengukur Orientasi Efisiensi ... 34

3. Gambaran Ide Constant Return to Scale serta Variable Return to Scale 35 E. Penjelasan Operasional Variabel... 37

1. Variabel Input ... 37

a. Anggaran KIP ... 37

2. Variabel Output ... 38

a. Angka Partisipasi Murni (APM) ... 38

b. Angka Melanjutkan... 39

c. Rata-Rata Nilai Ujian Nasional ... 39

BAB IVANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 40

1. Kondisi Geografis ... 40

2. Keadaan Penduduk ... 41

3. Kondisi Pendidikan ... 44

B. Temuan Hasil Penelitian ... 47

C. Pembahasan ... 58

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 21

4.1 Populasi dan Luas Wilayah KTI 2019 42

4.2 Jumlah Kecamatan dan Desa di KTI tahun 2019 43 4.3 APK dan APM jenjang SMP di KTI tahun 2019 45 4.4 Nilai Efisiensi Program KIP Tahun 2018 47 4.5 Hasil Benchmark Program KIP Tahun 2018 48 4.6 Nilai Original Value, Radial Movement, Slack Movement 50

dan Projected Value Output-Input Bagi Provinsi Inefisien Pada Tahun 2018

4.7 Nilai Efisiensi Program KIP Tahun 2019 52 4.8 Hasil Benchmark Program KIP Tahun 2019 53 4.9 Nilai Original Value, Radial Movement, Slack Movement 54

dan Projected Value Output-Input Bagi Provinsi Inefisien Pada Tahun 2019

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Hasil Olahan DEA Tahun 2018 70

2 3

Hasil Olahan DEA Tahun 2019 Hasil Olahan Microsoft Excel 2013

82 93

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi dan kualitas hidup manusia. Keadaan ini searah dengan sembilan agenda utama (nawacita) pemerintahan Presiden Joko Widodo yakni menaikkan mutu hidup warga Indonesia serta melaksanakan revolusi nasional (Dirjen Kementrian Agama Islam, 2016). Upaya tersebut bias diwujudkan melewati sektor pendidikan dengan menyerahkan keluasan untuk semua rakyat Indonesia agar memperoleh pendidikan. Hak memperoleh pendidikan untuk semua rakyat Indonesia adalah hak pokok (fundamental right) manusia yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Pasal 31 ayat (2) juga menegaskan yakni “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.

Tolak ukur yang dapat digunakan dalam melihat kualitas hidup manusia, salah satunya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM di Indonesia dari tahun 2016 sampai 2019 terus mengalami peningkatan namun demikian tidak semua daerah atau provinsi memiliki IPM dengan nilai yang tinggi. Provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) selalu berada di peringkat bawah dengan nilai IPM yang tergolong rendah. Perbedaan IPM tersebut dapat

(17)

2

disebabkan oleh perbedaan dalam ketersediaan infrastruktur baik pendidikan, kesehatan maupun transportasi. Isu lain yang menarik untuk dibahas adalah mengenai akses pendidikan yang tidak merata di Indonesia, khususnya di Provinsi Papua.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). UU Sisdiknas pasal 6 ayat (1) menyatakan “Setiap warga negara yang berusia tujuh tahun sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.” Dengan hadirnya Undang-Undang tersebut,

yang akhirnya menjadi landasan pokok kebijakan Wajib Belajar Sembilan Tahun (belum direvisi) yang saat ini diubah menjadi Wajib Belajar Dua Belas Tahun.

Untuk melaksanakan program Wajib Belajar Dua Belas Tahun hingga terwujud, persoalan biaya pendidikan selalu menjadi hal utama sejak dahulu kala. Menurut (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2015) sampai waktu ini kesenjangan partisipasi sekolah antar sekumpulan warga di Indonesia tergolong sangat tinggi. Angka Partisipasi Kasar (APK) keluarga yang tergolong kaya dan rata-rata sangat tinggi daripada APK keluarga kurang mampu. Alasan yang paling mendasar ialah besarnya biaya pendidikan baik biaya langsung ataupun tidak langsung. Biaya langsung seperti pembelian perkakas sekolah, yakni seragam, tas, sepatu, buku, alat tulis, dan kebutuhan lainnya. Sedangkan biaya tidak langsung seperti biaya transportasi, kursus, uang saku dan lain-lain.

(18)

3

Dalam menolong menaikkan pendidikan untuk warga kurang mampu, pemerintah menciptakan Program Indonesia Pintar (PIP) seperti yang tercurahkan dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014. Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan program bantuan tunai yang diberikan untuk semua anak sekolah yang bersumber dari keluarga tidak mampu atau keluarga yang memiliki Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang ditandai dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebagai tanda pengenal atau penerima bantuan tersebut dan hal ini termasuk juga kelangsungan dari program Bantuan Siswa Miskin (BSM) yang termasuk siswa dari tingkat pendidikan SD, SMP, SMA (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2015).

Penyelenggaraan PIP adalah tanggung jawab pemerintah dalam sektor pendidikan untuk menciptakan pendidikan tidak membedakan serta pendidikan bagi semua. Melewati penyaluran manfaat PIP yang dilaksanakan dua kali dalam setahun memiliki keinginan bisa meminimalkan peluang siswa yang tidak bisa melanjutkan sekolah (drop-out) disebabkan terhalang biaya, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan enrollment ratio. Disamping itu juga untuk memastikan agar siswa dari keluarga miskin dan rentan kemiskinan yang berada pada periode transisi (antar jenjang kelas dan jenjang pendidikan seperti dari SD ke SMP atau dari SMP ke SMA) dapat terus melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pada intinya, program ini memiliki tujuan utama dalam menyokong rancangan Pendidikan Menengah Universal/Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun.

(19)

4

Sejak diluncurkan pertama kali oleh Presiden Joko Widodo pada November 2014 yang lalu, Program Indonesia Pintar (PIP) telah menjadi salah satu andalan pemerintah untuk menekan angka putus sekolah. Tidak hanya untuk di daerah perkotaan, program ini juga menyasar daerah-daerah di pelosok, termasuk daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Kehadiran PIP memberikan angin sejuk, karena dapat meringankan upaya edukasi pemerintah kepada masyarakat di daerah 3T yang mayoritas termasuk daerah-daerah di Provinsi Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang jarang tersentuh oleh pemerintah pusat, karena manfaat PIP ini dapat langsung dirasakan oleh para orang tua. Namun, dalam pelaksanaannya masih saja menyisakan sebuah permasalahan yang menyebabkan program pendidikan ini belum berjalan maksimal.

Menurut Laporan (Bappenas, 2017) yang mengevaluasi paruh waktu RPJMN 2015-2019 menemukan bahwa pelaksanaan Program Indonesia Pintar (PIP) terlihat belum optimal dalam meningkatkan partisipasi pendidikan dari masyarakat kurang mampu. Pasalnya, cakupan sasaran Program Indonesia Pintar (PIP) sebenarnya lebih luas. Namun, realisasi penerima KIP kelompok ini sangat kecil dibandingkan data sasaran yang tersedia. Ketidaktepatan sasaran penerima KIP menjadi salah satu penyebab kurang signifikannya pengaruh dari penyediaan KIP. Pasalnya besarnya anggaran KIP yang diperoleh siswa di seluruh provinsi memiliki jumlah nominal yang sama berdasar oleh ketetapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penggunaannya pun tentu memiliki variasi output yang bermacam-macam

(20)

5

pada tingkat provinsi sehingga menghasilkan variasi bentuk efisiensi yang beraneka ragam.

Analisa dan pengukuran efisiensi menjadi hal yang sangat penting untuk mengevaluasi seberapa efisien penggunaan anggaran KIP yang ada di wilayah Kawasan Timur Indonesia. Dikarenakan KIP merupakan program nasional yang secara ideal bagus, namun dibutuhkan ketepatan dalam penyaluran dan pemanfaatannya oleh masyarakat. Jika hal tersebut dapat dilakukan, maka hasilnya dapat berdampak positif bagi pembangunan nasional pada masa mendatang.

Salah satu metode yang digunakan sebagai alat untuk mengukur efisiensi pada penelitian ini adalah Data Envelopment Analysis (DEA). Alasan yang mendorong peneliti untuk menggunakan metode DEA, karena DEA merupakan salah satu teknik pengukuran non parametik yang telah banyak digunakan dalam penelitian lain untuk menganalisis serta mengukur efisiensi di berbagai bidang atau industri.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat efisiensi dari program Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada tahun 2018 dan 2019 pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan uji perbedaan dua rata-rata (uji t), dengan output untuk

anggaran KIP menggunakan indikator aspek pendidikan, yaitu Angka Partisipasi Murni (APM), angka melanjutkan, dan nilai rata-rata ujian nasional.

(21)

6 B. Rumusan Masalah

Dengan pemaparan latar belakang yang sudah dijelaskan, menghasilkan rumusan masalah yang ingin dibahas adalah :

1. Bagaimana tingkat efisien pada program Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Kawasan Timur Indonesia (KTI) tahun 2018-2019?

2. Bagaimana uji perbedaan dua rata-rata (uji t) pada program Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Kawasan Timur Indonesia (KTI) tahun 2018-2019?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ditulis, oleh karena itu tujuan penelitian yang hendak diwujudkan yakni :

1. Untuk mengetahui tingkat efisien pada program Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Kawasan Timur Indonesia (KTI) tahun 2018-2019

2. Untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata (uji t) pada program Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Kawasan Timur Indonesia (KTI) tahun 2018-2019

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pemerintah, agar ada keefisienan dalam pengelolaan program Kartu Indonesia Pintar (KIP)

2. Referensi bagi penelitian sejenis dimasa yang akan datang, agar hasil penelitiannya menjadi lebih baik lagi

(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori-Teori Terkait dengan Penelitian

1. Subsidi Pendidikan dalam Belanja Pemerintah

Belanja pemerintah atau pembiayaan ruang publik adalah pembiayaan program pemerintah untuk menjalankan pelayanan publik. Menurut Kebijakan Pemerintah RI Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pengertian pelayanan publik adalah aktivitas menyusun usaha untuk memenuhi keperluan pelayanan yang cocok dengan kebijakan perundang-undangan untuk seluruh warga Indonesia serta masyarakat atas barang, jasa, dan/atau pelayanan secara administrasi yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik. Untuk melaksanakan kegiatan pembangunan nasional serta pelayanan publik tersebut, pemerintah memerlukan anggaran yang sangat besar. Dana tersebut dikeluarkan melalui subsidi pendidikan.

Subsidi merupakan sebuah profit atau laba yang diserahkan oleh pemerintah untuk pribadi ataupun golongan atau penduduk yang diserahkan secara tunai maupun seperti halnya penurunan pajak. Subsidi diserahkan dalam rangka menurunkan maupun membuang bobot yang dipegang oleh pribadi ataupun golongan yang selalu berkaitan dengan penyediaan barang publik. Contoh permasalahan dalam penelitian ialah

(23)

8

berkenaan dengan efisiensi program KIP adalah penentuan penggunaan subsidi dalam bentuk aturan pemerintah dengan menyerahkan bantuan pendidikan langsung dan tidak langsung melalui program KIP.

Bantuan pemerintah dalam sektor pendidikan didefinisikan sebagai bantuan pemerintah yang pokok dalam pembangunan SDM yaitu investasi dalam membentuk modal manusia (human capital). Berinvestasi dalam sektor SDM semacam ini sangat penting terhadap negara berkembang, karena akan mengakibatkan peningkatan dalam jumlah produksi serta peningkatan perolehan laba dari penanaman modal lainnya. Semakin meningkatnya pendidikan rata-rata suatu pekerja di dalam negara, hal ini membuat kemampuan negara menjadi semakin tinggi dalam memperoleh keuntungan dari investasi lainnya.

Peningkatan keberhasilan suatu investasi pendidikan dipengaruhi oleh efisiensi internal dan eksternal (Psacharopoulos & Woodhall, 1993). Efisiensi internal menekankan terhadap ruang lingkup mikro yakni kualitas guru, sarana - prasarana sekolah, serta buku bacaan yang dipakai dalam menghasilkan murid yang berkualitas dan bermutu. Sementara itu, efisiensi eksternal dapat terjadi jika memenuhi tiga persyaratan, antara lain: 1) Tingkatan pendidikan saat investasi berlangsung; 2) Jenjang pendidikan dasar memberikan pengaruh yang kuat daripada pendidikan khusus (berlaku terhadap negara berkembang); 3) Laba investasi pendidikan amat tinggi sehingga membuat untung siapa saja yang melakukan investasi tersebut. Namun persoalan yang kerap timbul di

(24)

9

kawasan timur ialah ketidakseimbangan tingkat pendidikan baik dalam sisi jumlah gedung sekolah ataupun kualitas pendidikan yang kurang maksimal.

Ketidakseimbangan tingkat pendidikan tidak pernah terhindar dari minimnya pembangunan serta pertumbuhan ekonomi yang tersebar sehingga pemerintah di tingkat daerah kurang sanggup membantu secara penting untuk menaikkan kualitas dan kuantitas suatu pendidikan. Tidak sedikit sesuatu yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah pusat dalam menanggulangi persoalan pendidikan yang kurang tersebar ini, salah satunya ialan dengan membuat pengeluaran pemerintah pusat dalam sektor pendidikan menjadi mandatory spending. Namun, pertanyaannya kisaran berapa efisien pengeluaran pemerintah untuk mengatasi persoalan pendidikan di Kawasan Timur Indonesia (KTI)?

2. Teori Efisiensi

Teori efisiensi selalu berkaitan dengan teori konsumsi serta produksi dalam ruang lingkup mikro. Efisiensi dari teori konsumsi yakni pelanggan mempunyai kesanggupan untuk memperoleh kepuasan sebanyak-banyaknya yang ingin dipenuhinya. Sementara teori efisiensi produksi yakni perusahaan sebagai produsen mampu memperoleh keuntungan yang paling tinggi atas produksi yang telah dilakukannya. Dari sumber bacaan umum, teori efisiensi produksi akan mendapatkan perbuatan yang dikenakan oleh perusahaan dalam memperoleh atau memiliki sesuatu serta

(25)

10

memanfaatkan masukan (input) untuk produksi dan menjual keluaran (output) berbentuk produk yang dibuat. Oleh karena itu pada teori efisiensi produksi dapat dilihat kesanggupan perusahaan untuk memperoleh keuntungan ataupun memaksimalkan efisiensinya. Efisiensi dapat maksimal jika perusahaan sanggup mengoptimalkan output dengan memanfaatkan input yang konstan atau dengan cara meminimalisir penggunaan input untuk memperoleh tingkat output yang sama (Karim, 2007). Penilaian efisiensi dapat dilihat dari tiga macam, antara lain : a. Technical Efficiency yaitu efisiensi teknis mampu terlihat serta dapat

dinilai dari sekian banyak efisien teknologi yang dimanfaatkan untuk memperoleh tingkat output konstan atas input yang dimanfaatkan. Efisiensi ini terbagi menjadi dua yakni efisiensi teknis murni serta scale efficiency.

b. Allocative Efficiency yaitu efisiensi alokasi yang dalam penggunaannya merujuk kepada seberapa banyak efisien manajemen dalam menggunakan input dengan nilai yang harus dikeluarkan. Maksudnya adalah ketika input yang ditentukan untuk mengolah output yang sukar digunakan atau diinginkan pelanggan, hal ini

mengartikan input tersebut tidak dimanfaatkan secara efisien.

c. Cost Efficiency yaitu kombinasi antara technical efficiency serta allocative efficiency. Produksi suatu perusahaan dapat dibilang efisien

dalam biayanya jika perusahaan dapat memanfaatkan input maupun biaya yang sangat kecil dalam mengeluarkan output.

(26)

11

Ada tiga jenis pendekatan pengukuran efisiensi menurut (Muharam, 2007), yakni :

a. Pendekatan Rasio

Pendekatan rasio atau deterministik yaitu dengan membandingkan output yang dihasilkan dengan input yang digunakan. Dalam

pendekatan ini, efisiensi yang tinggi apabila dapat memproduksi jumlah output yang maksimal dengan input yang seminimal mungkin. Efisiensi = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑦)

𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑥)

Namun, pendekatan rasio ini mempunyai kelemahan, yaitu apabila terdapat banyak input dan output yang dihitung, jika diperhitungkan serempak maka akan menghasilkan banyak hasil perhitungan sehingga menghasilkan asumsi yang tidak tegas. Oleh karena itu, pendekatan ini belum mampu menilai suatu efisiensi kinerja secara menyeluruh.

b. Pendekatan Regresi

Pendekatan yang memanfaatkan suatu cara dalam output tetap menjadi fungsi dari berbagai tingkatan input tetap. Rumusnya bisa ditulis sebagai berikut :

Y = f (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, 𝑋4,…,…)

Keterangan : Y = Output dan X = Input

Pendekatan ini menilai efisiensi, ketika bisa memperoleh ouput makin banyak daripada perkiraannya. Tetapi pendekatan ini sukar menilai efisiensi beserta total output dalam jumlah banyak, karena cuma satu

(27)

12

indikator output yang bisa ditampung dalam sebuah persamaan regresi.

c. Pendekatan Frontier

Pendekatan frontier (stokastik) dalam mengukur tingkat efisiensi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan frontier parametric dan non parametric. Pendekatan parametrik diukur dengan tes statistik parametrik seperti menggunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA), Distribution Free Analysis (DFA) atau Thick Frontier Analysis

(TFA). Sedangkan pendekatan frontier non parametric diukur dengan

tes statistik non parametrik yaitu dengan menggunakan metode Free Disposal Hull Analysis (FDH) atau Data Envelopment Analysis

(DEA).

Dalam penelitian ini pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan frontier non parametric yaitu dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Karena pendekatan frontier ini sudah

banyak digunakan untuk menganalisis serta mengukur efisiensi kinerja. Efisiensi berdasar kutipan (Winarno & Ismaya, 2003) adalah : “hubungan atau masukan (input) yang langka di dalam satu unit kerja, atau ketetapan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya).”

Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang mempunyai jangkauan lebih luas dibandingkan

(28)

13

dengan efisiensi teknis yang bersudut pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknis cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Akibatnya, usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal. Dalam efisiensi ekonomis, harga tidak dapat dianggap given, karena harga dapat dipengaruhi oleh kebijakan makro.

Menurut (Farrell, 1957) efisiensi dari perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis mencerminkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan output dengan sejumlah input yang tersedia. Sedangkan, efisiensi alokatif mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan input-nya, dengan struktur harga dan teknologi produksinya. Kedua ukuran ini yang kemudian dikombinasikan menjadi efisiensi ekonomi (economic efficiency). Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output tertentu dengan suatu tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar yang berlaku.

3. Kartu Indonesia Pintar (KIP)

Program Indonesia Pintar yang selanjutnya disingkat PIP adalah program bantuan berupa uang tunai dari pemerintah yang diberikan kepada peserta didik yang berasal dari keluarga miskin/rentan miskin atau orang

(29)

14

tuanya tidak atau kurang mampu membiayai pendidikan anaknya (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2018). Mereka yang menerima manfaat program ini ditandai dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Kartu Indonesia Pintar (KIP) adalah kartu yang diberikan kepada anak usia 6 (enam) tahun sampai dengan usia 21 (dua puluh satu) tahun dan/atau yang masih terdaftar sebagai peserta didik pada satuan pendidikan formal atau non formal sebagai penanda atau identitas untuk mendapatkan dana PIP. Kartu Indonesia Pintar (KIP) ini (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2015) ialah keberlanjutan dari program Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan keluarga pemegang Kartu Keluarga Sehat (KKS) yang terdiri dari siswa tingkat SD, SMP, SMA/sederajat serta siswa yang berada dalam pondok pesantren, Balai Latihan Kerja (BLK), Pusat Kegiatan Belajar (PKBM)/lembaga kursus dan pelatihan hingga anak usia sekolah seperti anak jalanan, pekerja anak, anak-anak yang berada di panti asuhan dan anak-anak difabel dari rumah tangga/keluarga dengan status ekonomi terendah secara nasional yaitu 15,5 juta rumah tangga.

PIP merupakan kerja sama tiga kementerian yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Sosial (Kemensos), dan Kementerian Agama (Kemenag). Sehingga, cakupan penerima manfaat Program Indonesia Pintar (PIP) pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan hanya diperuntukkan untuk siswa Sekolah Dasar (SD), siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa Sekolah

(30)

15

Menengah Atas (SMA), dan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hingga warga belajar/peserta yang berada di PKBM dan BLK. Secara khusus, Program Indonesia Pintar (PIP) bertujuan untuk :

a. Meningkatkan akses bagi anak usia 6 sampai dengan 21 tahun untuk mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah untuk mendukung pelaksanaan Pendidikan Menengah Universal/Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun.

b. Meringankan biaya personal pendidikan.

c. Mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan pendidikan akibat kesulitan ekonomi.

d. Menarik siswa putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan agar kembali mendapatkan layanan pendidikan di sekolah/Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)/Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)/Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP)/Balai Latihan Kerja (BLK) atau satuan pendidikan nonformal lainnya.

Sehingga, hal ini selaras dengan tujuan (Bappenas, 2017) yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 yang bertujuan antara lain :

a. Meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah. b. Meningkatkan angka keberlanjutan pendidikan yang ditandai dengan

menurunnya angka putus sekolah dan meningkatnya angka melanjutkan.

c. Menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok masyarakat, terutama antara penduduk kaya dan penduduk miskin,

(31)

16

antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, antara wilayah perkotaan dan perdesaan, dan antar daerah.

d. Meningkatkan kesiapan siswa pendidikan menengah untuk memasuki pasar kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

Kebutuhan akan pendidikan tidak hanya bagi mereka yang mampu, baik secara materi, fisik, kondisi sosial budaya, dan lainnya. Pendidikan menjadi hak setiap anak bangsa yang wajib dipenuhi oleh pemerintah. Melalui program Kartu Indonesia Pintar (KIP) ini, diharapkan semakin banyak anak usia sekolah yang memperoleh pendidikan (formal dan non formal). Dari hal itu lewat penelitian ini, dengan hadirnya program PIP melalui KIP yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, diharapkan bisa memberikan pengaruh baik demi meningkatkan kualitas output sumber daya manusia di Indonesia khususnya masyarakat di Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Program KIP dipilih dalam penelitian ini karena KIP merupakan Program Indonesia Pintar (PIP) yang menjadi bagian dari pelaksanaan nawacita sebagai program prioritas pemerintah yang diluncurkan pertama kali oleh Presiden Joko Widodo pada akhir 2014 lalu. Pelaksanaan Kartu Indonesia Pintar (KIP) adalah wujud dari pelaksanaan Wajib Belajar Dua Belas Tahun yang mampu mendorong motivasi penduduk usia sekolah untuk menempuh pendidikan paling tidak sampai dengan jenjang pendidikan menengah. Hal ini menjadi salah satu pendorong meningkatnya partisipasi pendidikan, yang juga diikuti dengan

(32)

17

meningkatnya pemerataan akses pendidikan masyarakat antar kelompok pendapatan. Data dari (Bappenas, 2017) menunjukkan bahwa tahun 2016, rasio antara APK SMP/MTs untuk penduduk dari kuintil termiskin dan APK SMP/MTs penduduk dari kuintil terkaya sudah mencapai 0,94. Rasio tersebut sedikit meningkat dari capaian tahun 2014 sebesar 0,85. Sementara itu, pada tahun 2016, rasio APK SMA/SMK/MA antara penduduk kuintil termiskin dan penduduk pada kuintil terkaya mencapai 0,66 meningkat dibandingkan capaian tahun 2014 sebesar 0,53.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2018 Pasal 2 “PIP bertujuan untuk membantu biaya personal pendidikan bagi peserta didik yang berasal dari keluarga miskin atau rentan miskin yang terdaftar sebagai peserta didik pada satuan pendidikan formal atau non formal.” Menurut Peraturan Pemerintah Tahun 2005 tentang ruang lingkup standar pembiayaan, biaya personal yang dimaksud meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Pemerintah mengalokasi anggaran untuk pendidikan di jenjang dasar sampai dengan menengah pada program KIP bersumber dari dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) yang menyasar 9,2 juta siswa yang telah dialokasikan dalam APBN-P 2014 dari dua kementerian yaitu Kemendikbud dan Kemenag dengan total anggaran Rp 6,2 Triliun.

(33)

18 4. Indikator Pendidikan

Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Menurut (Mardiasmo & MBA, 2009) pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja Pemeritah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Pendidikan merupakan salah satu indikator pelayanan publik penting suatu negara. Berhasil atau tidaknya tingkat keberhasilan suatu pemerintahan baik di negara berkembang maupun negara maju dapat dilihat dari indikator pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pasal 5 ayat 2, pendidikan merupakan salah satu ruang lingkup pelayanan publik. Pengukuran keberhasilan pelayanan pendidikan menggunakan kerangka pengukuran kinerja sektor publik yaitu dengan menggunakan konsep pengukuran value for money (Anggraini, 2014).

(34)

19

Indikator-indikator kinerja dalam bidang pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Masukan (Input). Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan, program, dan aktivitas (Mardiasmo & MBA, 2009). Dalam penelitian ini, dari sisi masukan (input) dapat dilihat dari indikator penunjang pendidikan yaitu: persentase anggaran program Kartu Indonesia Pintar (KIP) per siswa di masing-masing Provinsi Kawasan Timur Indonesia (KTI).

b. Keluaran (Output). Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan. Mengukur output lebih sulit dilakukan terutama untuk pelayanan sosial, seperti pendidikan, keamanan, atau kesehatan (Mardiasmo & MBA, 2009). Output adalah keluaran yang bisa dikendalikan dari dalam institusi, seperti dalam penelitian ini dapat dilihat dari indikator pendidikan dari mutu siswa, antara lain :

1) Angka Partisipasi Murni/APM (%)

Definisi : Persentase jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan penduduk kelompok usia sekolah tertentu (Ministry of Education and Culture, 2016)

(a) SD : Jumlah siswa SD dan sederajat kelompok usia 7-12 tahun dibandingkan dengan penduduk kelompok usia 7-12 tahun

(35)

20

(b) SMP : Jumlah siswa SMP dan sederajat kelompok usia 13- 15 tahun dibandingkan dengan penduduk kelompok usia 13-15 tahun

(c) SM : Jumlah siswa SM dan sederajat kelompok usia 16- 18 tahun dibandingkan dengan penduduk kelompok usia 16-18 tahun

2) Angka Melanjutkan (%)

Definisi : Persentase jumlah lulusan yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

(Ministry of Education and Culture, 2016)

(a) SMP : Persentase lulusan tingkat SD yang melanjutkan ke SMP

(b) SM : Persentase lulusan tingkat SMP yang melanjutkan ke SM

3) Rata-Rata Nilai Ujian Nasional (%)

Ujian Nasional menurut (Setiadi, 2012) adalah penilaian hasil belajar oleh pemerintah yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata

(36)

21

pelajaran tertentu dalam kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan, menurut (Tilaar, 2006), ujian nasional adalah upaya pemerintah untuk mengevaluasi tingkat pendidikan secara nasional dengan menetapkan standarisasi nasional pendidikan. Hasil dari ujian nasional yang diselenggarakan oleh negara adalah upaya pemetaan masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional.

Berdasarkan pendapat tersebut tentang ujian nasional maka dapat disimpulkan bahwa ujian nasional adalah sistem evaluasi atau penilaian standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dengan menetapkan standarisasi nasional pendidikan yang bertujuan sebagai pemetaan masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional.

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Judul Penulis

(Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

1. Efisiensi Dana BOS Antar Provinsi di Indonesia : Apa Yang Memengaruhi ? Abrar Aulia & Irsyan Maududy (2018) Tingkat efisiensi Pulau Jawa paling rendah

dibandingkan pulau lain dalam penggunaan dana BOS. Variabel yang mempengaruhi tingkat efisiensi Meneliti efisiensi program bantuan anggaran pendidikan dari pemerintah dengan metode DEA. Meneliti input dana KIP per siswa masing-masing provinsi di Kawasan Timur

(37)

22

No. Judul Penulis

(Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

yaitu kualitas pengajar, tingkat kemiskinan, dan IPM. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi dan cakupan sekolah tidak signifikan. Indonesia (KTI). 2. Corporate Social Responsibility And Bank Efficiency Sanaa Belasri, Mathieu Gomes, dan Guillaume Pijourlet (2019) CSR memiliki dampak positif pada efisiensi bank hanya di negara-negara maju. Meneliti efisiensi menggunaka metode DEA. Meneliti efisiensi program bantuan pendidikan dari pemerintah. 3. Relative Efficiency Of Government Expenditure On Secondary Education Beata Gavurova, Kristina Kocisova, Lubomir Belas, dan Vladimir Krajcik (2017) Efisiensi di Negara Eropa relatif tinggi, dengan hasil rata-rata nilai 0,955. Meneliti efisiensi pengeluaran pemerintah untuk pendidikan menengah di Negara Eropa tahun 2015 dengan metode DEA. Meneliti efisiensi program pemerintah untuk pendidikan jenjang SMP. 4. Efficiency Of Zakat Institutions In Malaysia : An Application Of Data Envelopment Analysis Norazlina Abdul Wahab dan Abdul Rahim Abdul Rahman (2012) Badan zakat di Malaysia memperoleh hasil efisiensi teknis rata-rata 80,6% serta inefisiensi teknis murni menguasai skala efek inefisiensi. Menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Meneliti efisiensi program bantuan pendidikan dari pemerintah. 5. Analisis Output Dan Outcome Bidang Pendidikan Dalam Era Otonomi Daerah Di Jawa Tengah Hanjar Giri Anggraini (2014) Persentase realisasi belanja pemerintah bidang pendidikan berpengaruh signifikan terhadap output Meneliti output tingkat lulusan SMP/MTs dan outcome angka melanjutkan ke SMA/SMK/ Meneliti output pendidikan (Angka Partisipasi Murni/APM SMP, angka melanjutkan

(38)

23

No. Judul Penulis

(Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

pendidikan angka melanjutkan SMA/SMK/MA. PDRB per kapita berpengaruh signifikan terhadap angka lulusan SMP/MTs dan angka melanjutkan ke SMA/SMK/MA. Selain itu, output pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap outcome pendidikan. MA dengan masukan input (% realisasi belanja pemerintah sector pendidikan. PDRB perkapita, hubungan murid dengan guru, rasio murid per kelas). SMP ke SMA/SMK, rata-rata nilai UN SMP) dan input persentase anggaran KIP terhadap jumlah siswa penerima dana KIP jenjang SMP di masing-masing provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI). 6. Efisiensi Pengeluaran Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Tengah Lela Dina Pertiwi (2007)

Dari kurun waktu 1999 – 2002 memperoleh hasil efisiensi belanja pendidikan pada tiap Kabupaten di Jawa Tengah masih dalam keadaan belum efisien. Sementara untuk belanja kesehatan cuma Kota Salatiga yang sudah efisien (100%). Meneliti efisiensi pengeluaran pemerintah menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Meneliti efisiensi program pemerintah untuk pendidikan jenjang SMP. 7. Data Envelopment Analysis (DEA) : Pengukuran Efisiensi Kinerja Sekolah Dasar Siti Fatimah dan Umi Mahmudah Pada model CRS, terdapat 8 SDN (7,77%) yang efisien, sedangkan pada model VRS terdapat 14 SDN (13,59%) yang Mengukur efisiensi kinerja menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Meneliti efisiensi program pemerintah untuk pendidikan jenjang SMP.

(39)

24

No. Judul Penulis

(Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

efisien. Sehingga, model VRS lebih baik dibanding model CRS dalam mengukur efisiensi kinerja SD. 8. Angka Partisipasi Murni (APM) SLTA Sederajat Di Indonesia Tahun 2006 – 2012 Wahyu Pujianto dan Umi Listyaningsih Hanya 7 provinsi di Indonesia dengan pendidikan SLTA sederajat yang memiliki APM lebih dari 50%. Hal ini disebabkan akses ke sekolah mudah, tingginya pendidikan yang telah dicapai masyarakat, dan rendahnya jumlah penduduk miskin. Kedua, faktor dominan yang mempengaruhi APM SLTA sederajat di Indonesia yaitu rata-rata lama sekolah. Menggunakan salah satu variabel yaitu Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang SMP sederajat. Meneliti efisiensi program pemerintah untuk pendidikan dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Kawasan Timur Indonesia (KTI). 9. Efektifitas Dan Dampak Pelaksanaan Program Beasiswa Miskin Dan Berprestasi (Bidik Misi) Terhadap Angka Putus Sekolah Dan Angka Partisipasi Murni Di Provinsi Bali Ni Putu Primadewi Pendit, Made Kembar Sri Budhi, dan A.A.I Ngurah Marhaeni (2016) Tingkat efektifitas pelaksanaan program dari segi input, proses dan output tergolong efektif. Pelaksanaan program beasiswa miskin dan berprestasi tidak berdampak signifikan Menggunakan variabel angka partisipasi murni dalam penelitian terhadap pelaksaan program bantuan dari pemerintah. Meneliti efisiensi program pemerintah untuk pendidikan yaitu Kartu Indonesia Pintar (KIP) dengan metode Data Envelopment

(40)

25

No. Judul Penulis

(Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

terhadap angka putus sekolah, dan peningkatan angka partisipasi murni di Provinsi Bali pada tahun pertama

pelaksanaannya, sedangkan pada tahun

kedua dan ketiga pelaksanaannya berdampak positif terhadap angka partisipasi murni. Analysis (DEA) di Provinsi Kawasan Timur Indonesia (KTI). 10. Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) (Studi Pada Satuan Pendidikan Dasar di Distrik Demta Kabupaten Jayapura) Agarita Clara Womsiwor, Dr. Siti Rofingatun, SE., M.M., CBV., CGBA, dan Theo Allolayuk, SE., M.Si., Ak., CA3 (2020) Pengelolaan dana BOS pada satuan pendidikan dasar di Kabupaten Demta sangat efektif pada tahun 2017, namun pada tahun 2018 dikatakan tidak efektif. Dalam pengelolaan dana BOS secara keseluruhan dikatakan cukup efisien pada 2017 dan 2018. Meneliti efisiensi pengelolaan anggaran pendidikan dari pemerintah. Meneliti efisiensi anggaran KIP dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) pada jenjang SMP di Provinsi Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada tahun 2018-2019. 11. Evaluasi Program Indonesia Pintar (PIP) Di SMP Negeri 1 Dawarblandong Kabupaten Mojokerto Novia Muqti Yunisia Ainur Haqiqi dan Indah Prabawati, S. Sos.,M.Si Dapat dikatakan sudah efektif karena tidak pernah terdapat kasus siswa putus sekolah di SMP Negeri 1 Dawarblandong dan sudah berjalan sesuai dengan petunjuk teknis Menganalisis Program Indonesia Pintar (PIP) melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Meneliti efisiensi anggaran KIP dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) pada jenjang SMP di Provinsi Kawasan Timur

(41)

26

No. Judul Penulis

(Tahun)

Hasil Persamaan Perbedaan

yang ditetapkan. Kedua, masih kurang efisien karena proses pencairan yang tidak

tepat waktu dan pihak sekolah kesulitan untuk memantau penggunaan dana bantuan. Ketiga, masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sekolah siswa yang kurang mampu. Keempat, masih belum merata diberikan terhadap kelompok sasaran. Kelima, respon yang diberikan pihak pelaksana dan kelompok sasaran sangat baik dan positif. Terakhir, PIP masih belum tepat sasaran.

Indonesia (KTI).

(42)

27 C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

1. Dari tiga belas provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada tahun 2018 dan 2019 ada yang efisien dan tidak efisien.

2. Tidak ada perbedaan yang siginifikan antara efisiensi program Kartu Indonesia Pintar (KIP) pada tahun 2018 sampai 2019.

(43)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah tiga belas provinsi yang termasuk di dalam Kawasan Timur Indonesia (KTI), yaitu Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Papua periode 2018-2019.

Penelitian ini memanfaatkan input persentase anggaran program Kartu Indonesia Pintar (KIP) terhadap jumlah siswa penerima dana KIP pada jenjang SMP di masing-masing provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Variabel output, yaitu angka partisipasi murni jenjang SMP, angka melanjutkan jenjang

SMP ke SMA/SMK, dan rata-rata nilai UN jenjang SMP.

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu dengan tujuan agar data yang diperoleh nantinya lebih representatif, sehingga mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

(44)

29 C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini memanfaatkan data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang didapatkan melalui sumber lain yang sudah tersedia. Mengenai data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini, yaitu : jumlah anggaran KIP per provinsi, jumlah siswa penerima dana KIP per provinsi, rata-rata nilai UN per provinsi yang didapat dari laman website www.npd.kemdikbud.go.id, angka partisipasi murni yang didapat dari www.bps.go.id, dan angka melanjutkan yang didapat dari www.publikasi.data.kemdikbud.go.id. Data tersebut menggunakan tahun 2018-2019 pada jenjang SMP di seluruh provinsi yang berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI).

D. Metode Analisis Data

Metode yang dipakai ialah metode Data Envelopment Analisis (DEA). Dengan bantuan perangkat lunak Win4Deap2 semacam alat yang menghubungkan DEAP.exe serta asumsi VRS berorientasikan output. Dan selanjutnya penelitian ini memanfaatkan teknik analisis data yaitu uji perbedaan dua rata-rata (uji t) menggunakan Microsoft Excel 2013 untuk menentukan apakah dua sampel yang berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda.

1. Data Envelopment Analysis (DEA)

DEA adalah semacam metode matematik non parametrik yang

umumnya dimanfaatkan dalam analisis susunan efisiensi tidak mutlak berdasar DMU seperti halnya provinsi. Metode non parametrik diakui

(45)

30

sebagai alat analisis efisiensi yang lebih baik dan lebih kuat karena menggunakan data aktual dari unit yang dinilai untuk membangun efisiensi perbatasan tanpa menetapkan bentuk fungsional tertentu. Keuntungan utama dari metode ini adalah memungkinkan untuk penghitungan banyak input dan output (Belasri et al., 2020).

Metode DEA perdana ditemukan oleh (Charnes et al., 1978). Beliau menghitung susunan efisiensi dari suatu unit produksi semacam hubungan yang sebanyak-banyaknya dari output tertanggung terhadap input tertanggung dimana tiap satuan produksi mempunyai nilai antara 0 - 1. Aturan ini menganut asumsi Constant Return to Scale (CRS) dimana sukar memperoleh efek dari skala perekonomian. Selanjutnya periode 1984 mereka menjadikannya sempurna dengan mengeluarkan asumsi baru yaitu Variable Return to Scale (VRS), karena unit produksi biasanya tidak

beroperasi pada ukuran optimalnya. Kedua model DEA ini telah dibuat dalam bentuk input dan output-oriented. Tujuan dari model berorientasi input adalah untuk meminimalkan input sambil menghasilkan setidaknya

tingkat output yang diberikan. Tipe model lain, upaya berorientasi output untuk memaksimalkan output sementara menggunakan tidak lebih dari jumlah yang diamati dari setiap input.

Keunggulan asumsi VRS ialah ketika tiap satuan produksi mengeluarkan hasil yang baik pada tingkat increasing return to scale atau decreasing return to scale. Perihal yang berbeda diantara CRS dan VRS

(46)

31

yang optimal, sedangkan VRS berlangsung ketika tiap satuan produksi masih dalam keadaan ataupun telah melewati ruang optimalnya.

DEA merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur

efisiensi, antara lain untuk penelitian kesehatan (healt care), pendidikan (education), transportasi, pabrik (manufacturing), maupun perbankan. DEA memanfaatkan pemrograman linear untuk pengembangan batas

produksi dan pengukuran efisiensi relatif terhadap batas yang dikembangkan (Charnes et al., 1978). Batas produksi yang efisien untuk sampel unit pengambilan keputusan (DMU), program KIP dalam kasus penelitian ini, dibangun melalui kombinasi linear satu sama lain dari rangkaian korespondensi input-output aktual yang menyelubungi korespondensi input-output semua DMU dalam sampel (Thanassoulis, 2001). Setiap DMU diberi skor efisiensi yang berkisar antara 0 dan 100% dengan 100% menunjukkan DMU efisien sehubungan dengan DMU lain dalam sampel.

DEA merupakan metode atau sistem pemrograman matematika

untuk menilai tingkatan efisiensi dari sebuah DMU tidak mutlak kepada DMU yang sama saat seluruh DMU ini sedang ada pada ataupun dibawah ”kurva” efisien frontier-nya. DEA menilai efisiensi sebuah kelompok kerja yang menyangkut tidak sedikit input serta output. (Huri & Susilowati, 2004).

Pola DEA menentukan nilai efisiensi teknis kepada setiap unit. Hasil nilai efisiensi kepada seluruh unit ialah tidak mutlak, berhubungan erat

(47)

32

kepada tingkatan efisiensi daripada seluruh unit yang lain di dalam sampel. Tiap-tiap unit dalam sampel sudah dimaksud mempunyai tingkatan efisiensi yang tidak negatif, serta nilainya berada diantara 0 dan 1 dalam aturan 1 mempunyai maksud efisiensi sempurna. Kemudian, tiap unit yang mempunyai skor 1 ini dipakai dalam membuat envelope untuk frontier efisiensi, sementara unit yang lain memberi maksud tingkatan inefisiensi. Efisiensi tidak mutlak DMU di DEA dimaksudkan menjadi hubungan dari jumlah output tertimbang dibagi dengan jumlah input tertimbang.

DEA berproses dengan cara mengenali tiap unit yang ingin dinilai,

yaitu input dan output unit tersebut. Kemudian, menghitung angka daya produksi serta mengenali tiap unit mana yang sukar memakai input dengan efisien ataupun sukar memperoleh output dengan efektif. Daya produksi yang dihitung tampak berdasar ataupun tidak mutlak, disebabkan cuma memiliki perbandingan diantara unit penilaian dari 1 kelompok data yang serupa.

DEA mempunyai sejumlah nilai manajerial. Pertama, DEA

memperoleh efisiensi kepada tiap-tiap DMU tidak mutlak terhadap DMU lainnya dalam sampel. Kedua, DEA menghasilkan nilai DMU yang diperolehnya, dan akhirnya aturan pembuat keputusan tidak cuma mengakui ketidakefisienan, namun DMU juga tahu betapa besar input serta output yang diharuskan cocok supaya memperoleh nilai efisiensi

(48)

33

yang tinggi. Ketiga, DEA mengadakan kerangka efisiensi silang. Penyelidikan terhadap efisiensi silang akan bermanfaat untuk seorang pembuat aturan mengetahui tanda-tanda DMU yang efisien namun memanfaatkan gabungan input serta memperoleh gabungan output yang berlainan dari DMU yang lain (Suhail & Nurzaman, 2020).

a. Kelebihan DEA (Rusydiana, 2013) :

1) Dapat mengerjakan tidak sedikit input serta output, yang membentuk karakteristik pokok dalam DMU jenis pelayanan publik.

2) Tiada memerlukan asumsi rasio fungsional antara input serta output. DMU mempertimbangkan dengan langsung kepada

sejenisnya.

3) Bisa membuat garis frontier fungsi efisiensi paling baik diatas input-output dari tiap sampelnya.

4) Input serta output bisa memperoleh satuan penghitungan yang tidak sama.

b. Kelemahan DEA (Rusydiana, 2013) :

1) Memiliki ciri khusus yang sederhana, seluruh input serta output diwajibkan bersifat khusus serta bisa dihitung.

2) Termaksud extreme point technique, kekeliruan dalam menghitung akan mengakibatkan sulit untuk diperbaiki, oleh karena itu penghitungan database diharuskan bersifat khusus.

(49)

34

3) Cuma bisa menghitung produktivitas tidak mutlak dari DMU tidak untuk produktivitas yang mutlak.

4) Uji hipotesis dengan statistik dari hasil DEA susah untuk dperoleh.

2. Proses Mengukur Orientasi Efisiensi

Menghitung efisiensi menggunakan DEA dibedakan dengan dua model orientasi (Rusydiana, 2013), yakni :

a. Proses Mengukur Orientasi Input

Memberi keterangan sejumlah input bisa dikurangi dengan baik tanpa merubah total output yang diperoleh. Sudut pandang melihat efisiensi dalam pengukuran ini ialah menjadi pengurangan penggunaan input bahkan ketika menghasilkan output dalam jumlah konstan. Return to Scale (VRS).

b. Proses Mengukur Orientasi Output

Memberi keterangan ketika sejumlah output bisa dinaikkan dengan baik tanpa merubah total input yang dimanfaatkan. Sudut pandang melihat efisiensi dalam pengukuran ini ialah menjadi kenaikan tingkatan output secara baik dengan memanfaatkan tingkatan input yang serupa. Yang membedakan diantara orientasi input serta output ialah dilihat ketika hasil yang dimanfaatkan dalam menetapkan efisiensi (sudut pandang input serta output), tetapi seluruh pola (bebas orientasinya), hendak memperkirakan frontier yang serupa.

(50)

35

3. Gambaran Ide Constant Return to Scale serta Variable Return to Scale

a. Constant Return to Scale (CRS)

CRS ialah salah satu asumsi dari DEA dengan maksud

membentuk efficient set yang linear. Asumsi ini memiliki landasan berpikir ketika hubungan diantara kenaikan input sebanyak x kali, mengakibatkan output bisa naik sebanyak x kali juga. Asumsi lain ialah ketika tiap perusahaan maupun DMU berlangsung pada skala terbaik.

b. Variable Return to Scale (VRS)

Asumsi ini ialah kelanjutan dari asumsi CRS. Dimana ketika perusahaan atau suatu kelompok tidak atau belum beroperasi pada skala yang terbaik. Asumsi lain ketika hubungan diantara kenaikan input serta output tak serupa, dengan kata lain kenaikan input

sebanyak x kali tak bisa mengakibatkan output naik sebanyak x kali, tetapi akan kecil maupun akan besar dari x kali.

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini ingin memanfaatkan asumsi Variable Return to Scale (VRS). Dikarenakan model ini secara umum menghasilkan skor efisiensi yang lebih baik daripada model CRS (Banker, Charnes, dan Cooper:1984). Selain itu model VRS mengasumsikan bahwa DMU tidak atau belum beroperasi secara optimal. Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan penambahan output x kali, bisa lebih kecil atau lebih

(51)

36

besar dari x kali. Alasan lain pemilihan skala efisiensi model VRS ini adalah ingin mengetahui tingkat efisiensi sebenarnya (tanpa dibatasi oleh kendala apapun).

Penelitian ini berorientasikan kepada variabel output, yang berarti bahwa ketika sebuah DMU yang tidak efisien ingin mencapai level yang efisien, maka ia perlu menambah proporsi variabel output, sementara itu proporsi variabel input tetap konstan. Penghematan input akan susah digunakan. Dikarenakan, ketika total atau angka dari

input dilakukan penghematan pasti berlawanan kepada aturan dari

pemerintah yang dengan tekad kuat menegaskan garis paling sedikit belanja pendidikan sejumlah 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang berarti terdapat keseriusan pemerintah untuk mendorong kualitas pendidikan di Indonesia yang sejatinya harus digunakan secara optimal untuk mendorong pencapaian target pemerintah. Dengan trend anggaran pemerintah yang terus meningkat, kecil kemungkinan bahwa anggaran program KIP yang dikirimkan ke daerah pada tahun-tahun berikutnya akan berkurang. Melihat semua pertimbangan diatas, maka orientasi output dirasa lebih cocok digunakan dalam penelitian ini.

(52)

37 E. Penjelasan Operasional Variabel

1. Variabel Input

Variabel input merupakan pondasi dasar yang memiliki sifat internal, fisik serta non fisik, software maupun hadrware yang seluruhnya digunakan untuk menaikkan kualitas (Data Envelopment Analysis, 2009). Variabel input dalam pengukuran efisiensi program KIP di Kawasan Timur Indonesia (KTI), yaitu :

a. Anggaran KIP

Alokasi anggaran KIP sejatinya merupakan program pemerintah yang tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 yang mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara dan kewajiban pemerintah untuk membiayai kegiatan tersebut, sehingga dialokasikan 20 persen dari APBN dan APBD untuk melengkapi penyelenggaraan pendidikan nasional (Ubaidillah, n.d.).

Anggaran KIP ditujukan untuk anak usia sekolah yang terdaftar di Basis Data Terpadu (BDT). Penyaluran dana KIP dilaksanakan dua kali dalam satu tahun anggaran, yaitu setiap periode Januari-Juni dan periode Juli–Desember. Setiap penerima kartu memperoleh bantuan tunai yang berbeda-beda untuk setiap jenjang pendidikan. Untuk tingkat SD sebesar Rp450.000,-/tahun, tingkat SMP sebesar Rp750.000,-/tahun, dan tingkat SMA mendapatkan

(53)

Rp1.000.000,-38

/tahun. Sedangkan untuk siswa yang akan lulus (kelas 6, 9 dan 12) hanya menerima manfaat untuk 1 semester saja.

Data yang digunakan adalah besaran anggaran KIP jenjang SMP per provinsi dan jumlah siswa penerima dana KIP jenjang SMP per provinsi pada tahun 2018 dan 2019. Peneliti mengubah bentuk anggaran KIP menjadi persentase terhadap jumlah siswa penerima dana KIP untuk mempermudah perhitungan dan menyesuaikan anggaran KIP dengan melihat dampak dari total siswa yang mendapatkan anggaran KIP di wilayah tersebut serta sangat mudah melakukan perbandingan antar provinsi.

2. Variabel Output

Variabel output adalah hal yang mendefinisikan terwujudnya sesuatu yang menjadi tujuan dari keluaran sebuah proses pendidikan (Data Envelopment Analysis, 2009). Output yang dimanfaatkan berupa indikator

yang menghitung nilai kuantitas serta kualitas pendidikan, yakni : a. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni memiliki beberapa definisi, salah satunya menurut BPS yang menyatakan bahwa APM adalah proporsi dari penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah tepat di jenjang pendidikan yang seharusnya (sesuai antara umur penduduk dengan ketentuan usia bersekolah di jenjang tersebut) terhadap penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai, dan sejak

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1 Populasi dan Luas Wilayah KTI 2019
Tabel 4.2 Jumlah Kecamatan dan Desa di KTI tahun 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) (studi pada bank syariah

Dari latar belakang di atas, maka penyusun mengambil judul dalam penelitian ini “ Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi nilai efisiensi BPRS di Indonesia dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan model Variable Return to

Pemerataan dan peningkatan pembangunan di seluruh wilayah tanah air, khususnya kawasan yang kurang berkembang seperti di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan daerah terpencil,

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk mengukur efisiensi teknis perbankan konvensional di Indonesia dengan menggunakan Data Envelopment

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk mengukur efisiensi teknis perbankan konvensional di Indonesia dengan menggunakan Data Envelopment

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini akan menggambarkan karakteristik daerah di Kawasan Timur Indonesia, memprediksi status ketertinggalan

MANAJEMEN ISU PUBLIC RELATIONS PADA PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA PINTAR DI UNIVERSITAS ANDALAS Studi Kasus Pada Proses Seleksi Penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka Tahun