• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP IKLAN RAMALAN YANG DI TAYANGKAN OLEH MEDIA ELEKTRONIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP IKLAN RAMALAN YANG DI TAYANGKAN OLEH MEDIA ELEKTRONIK"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

DI TAYANGKAN OLEH MEDIA ELEKTRONIK

(Skripsi)

Oleh

ARTANTO ADI PRATAMA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP IKLAN RAMALAN YANG DITAYANGKAN OLEH MEDIA ELEKTRONIK

Oleh

ARTANTO ADI P

Kebudayaan masyarakat di Nusantara sejak dulu terkenal sangat beragam jenis nya dan masih terjaga dengan cukup baik keberadaan nya hingga saat ini, namun seiring dengan pembentukan Negara Republik Indonesia yang merupakan Negara hukum, menimbulkan konsekuensi penghapusan atau setidaknya mempersulit ruang bergerak bagi sebuah hasil budaya peninggalan masyarakat kuno Indonesia di masa lampau, Budaya yang dimaksud adalah ramalan. Ramalan dikategorikan oleh KUHP sebagai sebuah larangan yang termuat di dalam buku ketiga atau bagian terakhir dari tiga bagian aturan yang dimiliki oleh kitab ini dan dikarenakan aturan ini telah dikodifikasikan ke dalam KUHP dan membuat nya menjadi aturan formil yang memiliki konsekuensi berupa sanksi kepada para pelanggarnya. Maka dapat dikatakan budaya meramal yang dulu sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia telah mati dan tidak boleh dilakukan sama sekali di wilayah Republik Indonesia. Dalam skripsi ini akan dibahas beberapa masalah sebagai berikut. Bagaimanakah proses penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik? Apakah faktor-faktor penghambat penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang di tayangkan oleh media elektronik?

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan yuridis normatif yaitu dengan cara mempelajari bahan-bahan pustaka yang ada hubungan dengan materi skripsi ini, serta pendekatan yuridis empirirs dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi dilapangan. Dan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data lapangan dan data kepustakaan.

(3)

upaya penanganan kasus ramalan ini apabila nanti terjadi di dalam masyarakat adalah dengan menggunakan upaya preventif atau pencegahan sebelum kasus ini terjadi dibandingkan bila menggunakan upaya represif atau penekanan pidana setelah terjadi kasus. Faktor-faktor penghambat yang dihadapi adalah dari faktor hukumnya sendiri, penegak hukum, sarana dan pra sarana penunjang, serta budaya dan kesadaran hukum masyarakat. Dikarenakan pada kenyataan dilapangan bahwa aparat penegak hukum memiliki sikap keengganan untuk memproses kasus ramalan ini maka sebuah kebijakan bernama Depenalisasi yaitu proses yang tadinya adalah penanggulangan pidana namun karena alasan tertentu, dilakukan kebijakan untuk tidak melakukan penanggulangan tindak pidana dapat diterapkan pada kasus ramalan ini.

(4)

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP IKLAN RAMALAN YANG DI TAYANGKAN OLEH

MEDIA ELEKTRONIK (Skripsi)

Oleh

ARTANTO ADI PRATAMA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : ANALISIS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP IKLAN RAMALAN YANG DITAYANGKAN OLEH

MEDIA ELEKTRONIK Nama Mahasiswa :

Artanto Adi Pratama

No. Pokok Mahasiswa : 0542011053 Program Studi : Hukum Pidana Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Tri Andrisman,S.H.M.H. GunawaJatmiko,S.H.M.H.

NIP 19611231 198903 1 023 NIP 19620406 1989003 1 003

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Tri Andrisman,S.H.M.H. ………..

Sekretaris/Anggota : Gunawan Jatmiko, S.H.M.H. ………..

Penguji

Bukan pembimbing : Eko Raharjo, S.H.M.H. ………..

2. Dekan Fakultas Hukum

H. Adius Semenguk, S.H.M.S. NIP. 19560901 198103 1003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis berdarah asli Indonesia ini dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 06 oktober 1986. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, yang merupakan buah cinta dari pasangan Bapak Ng.s.Suffendi dan Ibu Sri Aviani kushertining.

Penulis mengenyam pendidikan dimulai pada tahun 1992 di Taman kanak-Kanak Persit Kartika II Chandra Kirana B.Lampung, dan dilanjutkan di Sekolah Dasar Persit Kartika II Chandra Kirana B.Lampung pada tahun 1993, dan dilanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Persit Kartika II Chandra Kirana B.Lampung pada tahun 1999, lalu dilanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Perintis B.Lampung pada tahun 2002 B.Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005.

(8)

MOTTO

Hidup adalah perjuangan, oleh karena itu

Manusia harus mempunyai alasan yang kuat untuk tetap bertahan hidup (perjalanan hidup penulis)

Hanya orang bodoh yang bisa pintar, karena kepintaran adalah keberhasilan menaklukan

Jangan pernah merasa bahwa hidupmu telah bahagia, apabila kamu belum merasakan penderitaan. Sebab orang yang bahagia adalah orang

yang pernah merasakan penderitaan di dalam hidupnya ( K.H. Abdullah Gymnastiar)

Berterima kasihlah kepada orang yang telah menghinamu,karena dia telah melatihmu menjadi orang yang memiliki mental yang kuat.

Manusia yang paling bahagia didunia ini adalah mereka yang mampu bekerja pada apa telah yang dicita-citakannya sedari kecil dahulu

( Ruben Barichello)

(9)

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur kupanjatkan kehadirat Allah SWT

yang menjadi segalanya bagiku

.

Dengan segala kerendahan hati dan sejuta kasih

Kupersembahkan karya kecilku yang teramat sederhana ini kepada ;

Ayah dan Ibuku

tercinta yang telah membesarkan dan mendidikku dengan

penuh kesabaran dan kasih sayang, juga telah membentuk karakterku dan

menempaku untuk kuat dan tegar dalam menjalani terjalnya kehidupan,

serta selalu berdo’a disetiap waktu demi kesuksesanku,

Anakmu tersayang.

Adik-adikku

tercinta Anugrah Rizky Ramadhona, Sigit Tri Prabowo dan

Fitri Indah Nur Rakhmadhani yang selalu membuat tawa dan canda yang

senantiasa memberi warna kehidupan ini,

(10)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdullillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan Innayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul ”Analisis Penegakan Hukum Terhadap Iklan Ramalan Yang

Ditayangkan Oleh Media Elektronik”.

Penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini tidak sedikit mendapatkan hambatan, ujian dan berbagai persoalan. Namun dengan adanya keterlibatan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, bimbingan, petunjuk, kritik dan saran sehingga penulis dapat melaluinya dengan baik. Oleh karena itu sudah pada tempatnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Adius Semenguk, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana dan Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung;

(11)

memberi semangat dan bimbingan yang membantu penulis hingga terselesaikan skripsi ini;

5. Bapak Gunawan Jatmiko, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang juga telah banyak memberi masukan, saran dan bimbingan yang membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini;

6. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., selaku Pembahas I dan Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H., selaku Pembahas II dalam skripsi ini yang telah banyak memberikan saran, masukan serta kritik yang membangun untuk memperbaiki demi kesempurnaan skripsi ini;

7. Bapak Heni Siswanto S.H.M.H. serta seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat;

8. Seluruh karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

9. Ayah dan Ibu diWay Jepara Lampung Timur, anakmu selalu mengingat apa yang menjadi nasehat ayah dan ibu dan tidak lupa anakmu menghanturkan ribuan terimakasih, karena apa yang ayah dan ibu lakukan demi kemajuan dan kesuksesan anakmu, tidak akan pernah terbalas sepanjang hidup anakmu serta

do’akan selalu anakmu dalam setiap perjalanan hidupku;

10.Adik-adikku Anugrah Rizky Ramadhona, Sigit Tri Prabowo, dan Fitri Indah Nur Rakhmadani jangan pernah letih dan bosan dalam menuntut ilmu pengetahuan dan semoga kelak kalian menjadi orang yang sukses dalam hidup, Amien !

(12)

maupun tidak langsung, dan juga tidak lupa buat adik-adik sepupuku yang tercinta serta keluarga besar;

12.Sahabat-sahabatku: Sahabat FH ’05 ( Rama, Reza, Putu Item, Asrol, Arqi kumis,Engli,Deki,Ibenx,wawanJawa,Asri,Firman,Budi,AnggaP,Ferli,AgusKandis ,AgusKacamata,HadyAnggara,Tyo,Frisdian,Hadi,Alvin,Dayat,Yesta,Eko &, Fauzan dll).

13.Kawan-kawan Tanjung Baru Sukabumi: Gigih, Andi, Erfan, Harry, fajar, Reza Busuzima dll. Serta teman teman Sma, Muklas, Agung Angger, Dede tengsek. 14.Almamaterku tercinta

15.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, penulis masih menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis dengan terbuka mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga kiranya skripsi ini bermanfat bagi pembaca dan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 2010 Penulis

(13)

Halaman

B. Proses penegakan hukum terhadap pelaku iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik ……… 34

(14)
(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki akar budaya yang mengakar begitu kuat dari masa ke masa, ada begitu banyak jenis budaya yang ada dari yang rasional sampai yang irasional yang terus terjaga keberadaanya sampai sekarang. Banyak sekali kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia dijadikan sebagai sumber penghidupan, utamanya oleh masyarakat yang masih tradisional. Salah satu peninggalan budaya kuno yang masih ada keberadaannya adalah ramalan. Ramalan adalah warisan turun temurun yang oleh sebagian masyarakat dipergunakan untuk menentukan nasib suatu individu, kelompok individu bahkan menentukan keadaan lingkungan sebuah wilayah di suatu tempat. Ramalan yang dahulunya hanya diyakini oleh masyarakat tradisional yang berada di wilayah pedesaan kini mulai menyebar kedalam lingkup yang lebih luas lagi yaitu masyarakat perkotaan yang sejatinya adalah masyarakat dengan pola pikir modern.

(16)

perkotaan di Indonesia. Salah satu hal irasional yang paling kuat kemunculannya adalah ramalan. Kebutuhan ekonomi yang begitu besar ditengah krisis ekonomi yang melanda negeri ini, telah menghilangkan rasionalitas sebagian dari masyarakat Indonesia, metode ramalan dijadikannya sebagai pedoman untuk menentukan langkah atau kebijakan apa yang harus diambil dalam menjalani kehidupan.

(17)

ramalan dianggap sebagai hiburan dan hal menyenangkan oleh para penggunanya dalam menggunakan media-media tersebut. Namun lama kelamaan ramalan-ramalan yang bermunculan pada dua media tersebut semakin menyesatkan perkembangannya dan tidak terkontrol oleh pemerintah dan hal ini menyebabkan masyarakat menjadi resah.

Keresahan yang melanda masyarakat akibat ramalan ini sangatlah jelas alasannya, karena ramalan-ramalan yang bermunculan pada media elektronik tersebut mulai menyentuh hal yang sangat sensitif pada masyarakat seperti ramalan akan terjadinya suatu bencana pada suatu wilayah atau daerah tertentu, sehingga hal ini membuat takut masyarakat yang berada atau tinggal pada daerah tersebut atau yang berada di sekitarnya. Dan kasus seperti ini bukan terjadi sekali dua kali saja tapi sudah berkali-kali, dan jika hal seperti ini tidak secepatnya ditangani maka akan semakin membuat masyarakat resah dan menjadi takut pada sesuatu yang tidak dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya..

Kasus-kasus ramalan tersebut telah memasuki wilayah hukum di karenakan dampaknya yang begitu besar pada masyarakat seperti, membuat resah masyarakat, dan pembodohan masyarakat, karena ramalan yang beredar pada media elektronik mengajak orang yang menyaksikannya untuk percaya pada hal-hal klenik yang tidak logis dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. sebagimana yang telah diatur didalam Pasal 545 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyatakan bahwa :

”Barang siapa menjadikan sebagai pencariannya, untuk menyatakan peruntungan seseorang, untuk mengadakan peramalan atau penafsiran impian, diancam dengan kurungan paling lama enam hari atau denda paling banyak dua puluh rupiah’.

(18)

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan dan penelitian tentang : “Analisis Penegakan Hukum terhadap iklan Ramalan yang di Tayangkan oleh Media Elektronik”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan adalah : a. Bagaimanakah Penegakan Hukum Terhadap Iklan Ramalan Yang di Tayangkan oleh

Media elektronik ?

b. Apakah faktor -faktor penghambat Penegakkan Hukum Terhadap Iklan Ramalan Yang di tayangkan oleh Media Elektronik ?

2. Ruang Lingkup

(19)

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui upaya Penegakan Hukum Terhadap Iklan Ramalan Yang di tayangkan oleh media elektronik

b. Untuk mengetahui faktor -faktor penghambat Penegakkan Hukum terhadap Iklan ramalan yang di tayangkan oleh media elektronik

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum pidana yang berkaitan dengan tindak pidana Iklan Ramalan Yang di tayangkan Oleh Media Elektronik.

b. Kegunaan Praktis

1) Sebagai bahan sumbangan bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya di bidang hukum pidana materiil.

(20)

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah konsep-konsep yang sebenarnya adalah abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang ada, yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi yang dianggap tidak relevan oleh peneliti.

Penegakan hukum dalam arti luas adalah penegakan seluruh norma tatanan hidup dalam bermasyarakat sedangkan dalam arti sempit penegakan hukum adalah diartikan sebagai proses peradilan. Secara konsepsional, inti dari arti penegakkan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantap dan rangkaian tindak penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, untuk memelihara, dan mempertahankan perdamaian pergaulan hidup (Barda Nawawi Arief, 2001 : 21).

Penegakan hukum menurut Yoseph Goldstein adalah salah satu tindakan penanggulangan

pidana, yakni yang pertama “total enforcement” (penegakkan hukum sepenuhnya/total),

penegakkan hukum kedua, yaitu “full enforcement” (penegakkan hukum secara penuh)

dalam ruang lingkup dimana penegak hukum diharapkan menegakkan hukum secara maksimal. (Barda Nawawi arief, 2002:42).

Proses penegakkan hukum yang rasional melibatkan lima faktor/hal yang saling terkait. Adapun lima faktor/hal tersebut adalah :

a. Faktor hukumnya sendiri

(21)

b. Faktor penegak hukum

Adanya penegak hukum yang tangguh, terampil, dan bermoral dalam hal penegakkan hukum.

c. Faktor sarana dan prasarana yang menunjang proses penegakkan hukum. Adanya fasilitas yang mendukung kearah proses penegakkan hukum itu sendiri. d. Faktor masyarakat yaitu faktor lingkungan dimana hukum tersebut diterapkan.

e. Faktor kebudayaan sebagai hasil karya cipta rasa didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.

(Soerjono Soekanto, 1985).

Penulisan skripsi ini, perlu dibuat sebuah kerangka teoritis untuk mengidentifikasi data yang menjadi pengantar bagi penulis dalam menjawab permasalahan yang diangkat. Sebab penayangan iklan ramalan yang ditayangkan melalui media elektronik merupakan ancaman serius bagi masyarakat Indonesia sebab itu adalah sebuah bentuk pembodohan yang nyata kepada publik karena berisi tentang :

1) Ajakan untuk mempercayai sesuatu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya.

2) Pelanggaran hukum terhadap KUHP dan juga norma agama khususnya Islam.

2. Konseptual

Kerangka konseptual, merupakan kerangka yang menghubungkan atau menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang berkaitan dengan istilah (Soerjono Soekanto, 1986 : 32).

(22)

a. Analisis adalah suatu proses berfikir manusia tentang sesuatu kejadian atau peristiwa untuk memberikan suatu jawaban atas kejadian atau peristiwa tersebut. (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, hal 32, 1989)

b. Penegakan hukum dalam arti luas penegakan hukum yaitu penegakan seluruh norma tatanan kehidupan bermasyarakat sedangkan dalam artian sempit penegakan hukum diartikan sebagai praktek peradilan (Barda Nawawi Arief 2001: 21). Penegakan hukum dapat ditempuh dengan cara penerapan hukum pidana (criminal law aplication), pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment), mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (Barda Nawawi Arief, 2002 : 42).

c. Iklan adalah berita yang berisi pesanan untuk membujuk, mendorong kepada khalayak ramai tentang benda atau jasa yang ditawarkan ( Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 322, 1989 ).

d. Ramalan adalah hasil dari proses meramal yang dilakukan seseorang kepada orang lain. (Pengertian ramalan, wikipedia.org, 27/1/2010)

e. Media Elektronik adalah sarana informasi media massa yang mempergunakan alat-alat elektronik seperti televisi, radio, ponsel / telpon seluler.

(Pengertian media, wikipedia.org, 28/1/2010) D. Sistematika Penulisan

(23)

I. Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan yang akan menguraikan tentang latar belakang permasalahan, ruang lingkup penelitian, tujuan, kegunaan penulisan, kerangka teori serta konseptual dan sistematika penelitian.

II. Tinjauan Pustaka

Bab ini merupakan pengantar yang berisikan tentang pengertian-pengertian umum tentang analisis, penegakkan hukum, iklan, ramalan, media elektronik kemudian dasar penuntutan bagi pelaku yang menayangkan iklan ramalan melalui media elektronik.

III. Metode Penelitian

Pada bagian ini berisi tentang penjelasan metode penelitian atau cara-cara yang dipergunakan dalam pengumpulan informasi sebelum dirangkum untuk penulisan skripsi yang meliputi pendekatan masalah, sumber, jenis data, populasi, sampel, cara pengumpulan data dan pengolahan data

IV. Hasil penelitian dan Pembahasan

(24)

V. Penutup

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri. 2007. Asas-Asas dan Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. Fakultas Hukum Unila. Bandar Lampung.

Arief, Barda Nawawi. 2001. Masalah Kebijakan Hukum dan Kebijakan Penanggulan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.

.

Soekanto, Soerjono. 1988. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Jakarta

Tim Penyusun, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Universitas Lampung. 2005. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Undang-Undang No1 Tahun 1946 tentang. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Bahan Internet

(26)
(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penegakan Hukum

Pengertian penegakan hukum dalam arti luas penegakan hukum yaitu penegakan seluruh norma tatanan kehidupan bermasyarakat sedangkan dalam artian sempit penegakkan hukum diartikan sebagai praktek peradilan (dibidang politik, sosial, ekonomi, pertahanan serta keamanan dan sebagainya) (Barda Nawawi Arief 2001: 21).

Soerjono Soekamto menyatakan bahwa penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan perdamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum merupakan sistem yang menyangkut penyerasian antara nilai dari kaidah serta perilaku manusia, kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku atau tindakan yang dianggap pantas atau seharusnya. Perilaku atau sikap tindak itu persetujuan untuk menciptakan, memelihara, dan juga untuk mempertahankan perdamaian yang telah terbentuk.

Kualitas penegakan hukum yang dituntut masyarakat saat ini bukan sekadar kualitas materiel/substansial. Oleh karena itu, strategi sasaran pembangunan dan penegakan

hukum harus ditunjukkan pada kualitas substantif seperti terungkap dalam beberapa isu sentral yang muncul di dalam masyarakat saat ini, yaitu antara lain :

1) Adanya perlindungan hukum

(28)

4) Terwujudnya kekuasaan kehakiman atau penegakkan hukum yang merdeka, dan tegaknya kode etik atau kode profesi.

5) Bersih dari prktek “favoritisme” (pilih-pilih), korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN), dan mafia peradilan.

6) Adanya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Kualitas substantif yang terungkap dalam berbagai isu sentral diatas, jelas lebih menekankan pada aspek immaterial / nonfisik dari pembangunan masyarakat / nasional.

Faktor yang mempengaruhi penegakkan hukum dapat berupa kualitas individual Sumber Daya Manusia (SDM), kualitas institusional / struktur hukum (termasuk mekanisme tata kerja dan manajemen), kualitas sarana dan prasarana, kualitas perundang-undangan (substansi hukum), dan kualitas kondisi lingkungan (sistem sosial, ekonomi, budaya, politik, termasuk budaya hukum masyarakat). Dengan demikian, upaya peningkatan kualitas penegakan hukum harus mencakup keseluruhan faktor / kondisi / kausa yang mempengaruhinya.

(Barda Nawawi Arief, 2001 : 16)

Kebijakan penanggulangan kejahatan atau penegakan hukum secara politik kriminal dapat meliputi ruang lingkup yang luas, sebagaimana teori G. Peter Hoefngels yang dituliskan dan digambarkan kembali oleh Barda Nawawi Arif mengenai criminal policy.

a. Menurut Pompe pengertian tindak pidana menjadi 2 (dua) definisi, yaitu:

1. Definisi menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.

2. Definisi menurut hukum positif adalah suatu kejadian / feit yang oleh peraturan undang-undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum (Tri Andrisman, 2006: 53).

b. Menurut Van Hamel perbuatan pidana adalah “kelakuan orang yang dirumuskan

(29)

undang-undang, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakuakn

kesalahan”. (Tri Andrisman, 2006: 53).

c. Tindak pidana adalah ”suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman

pidana” (Wirjono Prodjodikoro, 1986 : 55).

d. Menurut Moeljatno Perbuatan pidana (tindak pidana ) adalah ”perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut” (Tri Andrisman, 2006 : 53-54).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dibuatkan suatu simpulan mengenai tindak pidana, yaitu sebagai berikut:

1. Suatu perbuatan yang melawan hukum.

2. Orang yang dikenai sanksi harus mempunyai kesalahan (asas tiada pidana tanpa kesalahan). Kesalahan sendiri terdiri dari kesalahan yang disebabkan secara sengaja dan yang disebabkan karena kelalaian.

3. Subjek atau pelaku baru dapat dipidana jika ia dapat bertanggung jawab dalam artian berfikiran waras.

(30)

Isi tindak pidana, tidak hanya berbicara tentang pengertian dan istilah tindak pidana tersebut, melainkan unsur-unsur dari tindak pidana tidak dapat dipisahkan dari tindak pidana tersebut. Adapun unsur-unsur tindak pidana yang dikemukakan oleh para pakar itu pun terdapat perbedaan pandangan, baik dari Pandangan/Aliran Monistis dan Pandangan/Aliran Dualistis.

Menurut Aliran Monistis, apabila ada orang yang melakukan tindak pidana maka sudah dapat dipidana. Sedangkan Aliran Dualistis dalam memberikan pengertian tindak pidana memisahkan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Sehingga berpengaruh dalam merumuskan unsur-unsur tindak pidana. ( Tri Andrisman,2006 : 55)

Menurut pakar hukum Simon, seorang penganut Aliran Monistis dalam merumuskan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:

1. Perbuatan hukum (positif atau negatif; berbuat atau tidak berbuat atau membiarkan); 2. Diancam dengan pidana;

3. Melawan hukum;

4. Dilakukan dengan kesalahan;

5. Orang yang mampu bertanggung jawab. (Tri Andrisman, 2006 : 55).

Menurut pakar hukum Moeljatno, seorang penganut Aliran Dualistis merumuskan unsur-unsur perbuatan pidana/tindak pidana sebagai berikut:

a. Perbuatan (manusia)

b. Memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil) c. Bersifat melawan hukum (syarat materiil).

(31)

Untuk dapat dipidana, maka orang yang melakukan tindak pidana (yang memenuhi unsur-unsur tersebut diatas) harus dapat dipertanggung jawabkan dalam hukum pidana. Menurut Moeljatno (Tri Andrisman, 2006: 56), unsur-unsur pertanggungjawaban pidana meliputi:

1. Kesalahan

2. Kemampuan bertangungjawab.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis berpendapat bahwa apapun tindakan yang dianggap melanggar aturan hukum yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat, maka setelah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang, maka secara sah pelaku tindak pidana tadi diancam dengan pidana tertentu. Penjelasan dalam rumusan Pasal-Pasal, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) jelas tercantum tindak pidana adalah semua bentuk perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Menurut teori G. Peter Hoefnagels, upaya penanggulangan kriminal dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain :

1) Penerapan hukum pidana (criminal law application);

2) Pencegahan tanpa pidana ( prevention without punishment );

3). Pengaruhi pandangan masyarakat tentang kejahatan dan pemidanaan lewat media (influencing views of society on crime and punishment / media)

(Barda Nawawi Arief,1996 : 48)

(32)

masyarakat yang sejahtera, dan perlindungan masyarakat sebagai perwujudan pembangunan masyarakat seutuhnya.

Upaya penegakkan hukum, seperti halnya pada iklan ramalan yang ada pada media elektronik, dapat ditempuh atau dilakukan dengan menggunakan sarana hukum pidana (penal) maupun dengan menggunakan sarana pendekatan preventif (non-penal).

Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan (PPK) harus dilakukan dengan pendekatan integral”, ada keseimbangan sarana penal atau represif dan non-penal atau preventif.

a. Penal/ Represif

Pencegahan dan penanggulangan kejahatan (PPK) dengan sarana “penal” merupakan “penal policy” atau “penal-law” enforcement policy” yang fungsionalisasi /

operasionalisasinya melalui beberapa tahap : 1). Formulasi (kebijakan legislatif);

2). Aplikasi (kebijakan yudikatif / yudicial); 3). Eksekusi (kebijakan eksekutif / administratif).

Dengan adanya tahap “formulasi”, maka upaya pencegahan dan penanggulangan

(33)

Politik kriminal yang dilakukan baik dengan menggunakan kebijakan hukum pidana (penal policy) maupun non-penal, haruslah memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan sosial itu dengan menunjang tujuan (goal) “social welfare” dan “social defence” (Barda Nawawi Arief, 2001 : 74).

Penegakan hukum menurut Yoseph Goldstein, yaitu salah satu upaya penanggulangan tindak pidana, yakni pertama “total enforcement” (penegakkan hukum sepenuhnya / total), khususnya penegakan hukum pidana substantif (substantive law of crime). Penegakan hukum secara total ini pun memiliki keterbatasan, sebab aparat penegak hukum dibatasi dengan ketat oleh hukum acara pidana yang antara lain meliputi aturan-aturan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan pendahuluan serta hal lainya. Adapun ruang lingkup yang dibatasi ini disebut “area of no enforcement” (area dimana penegakkan hukum pidana tidak dapat dilakukan sepenuhnya). Penegakan hukum yang kedua, yaitu “full enforcement” (penegakan hukum secara penuh) dalam ruang lingkup dimana penegak hukum diharapkan menegakkan hukum secara maksimal. Hal ini dianggap “not a realistic expectation”, sebab adanya keterbatasan-keterbatasan dalam bentuk waktu,personil, alat-alat, investigasi, dana kesemuanya mengakibatkan keharusan dilakukan “discreation” dan yang “actual enforcement” (Barda Nawawi Arief, 1996 : 12).

Inti dari upaya represif yaitu kebijakan dalam menanggulangi tindak pidana dengan menggunakan hukum pidana atau Undang-Undang, yang menitikberatkan pada penumpasan tindak pidana sesudah tindak pidana itu terjadi. Yang dimaksud dengan upaya represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sesudah terjadinya tindak pidana seperti penyidikan, penyidikan lanjutan, penuntutan dan seterusnya sampai dilaksanakan putusan pidananya (Soedarto, 1986: 118).

b. Non- Penal/Preventif

Dilihat dari sudut pandang politik kriminal, kebijakan paling strategis adalah melalui sarana “non-penal”, karena lebih bersifat preventif dan karena kebijakan “penal”, mempunyai keterbatasan / Kelemahan (yaitu bersifat fragmentaris / simplistis / tidak struktural-fungsional; simptomatik / tidak kausatif / tidak eliminatif; individualistic atau “offender-oriented / tidak victim-oriented”. lebih bersifat represif / tidak preventif; harus

(34)

Kebijakan kriminal dalam menggunakan upaya represif terdapat dua masalah sentral masalah penuntutan yang meliputi:

1. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana

2. Perbuatan apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar.

Sedangkan untuk menghadapi masalah sentral yang pertama yang sering disebut masalah kriminalisasi, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, merata antara material dan spiritual berdasarkan Pancasila.

b. Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi dengan hukum pidana harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki, yaitu perbuatan yang mendatangkan kerugian atas warga masyarakat.

c. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan priinsip biaya dan hasil (cost and benefit principle)

d. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan kapasitas atau kemampuan kerja dalam badan-badan penegakan hukum (Barda Nawawi Arief, 2002;11-12).

(35)

sosial seara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan tindak pidana. Tujuan utama dari upaya preventif adalah memperbaiki kondisi sosial tertentu.

Menurut teori ketiga dari Hoefnagels yaitu mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai tindak pidana dan pemidanaan lewat media massa (influencing view on crime and punishment with mass media) merupakan tindakan preventif, berupa pemberitahuan

terhadap masyarakat melalui media massa seperti media elektronik dan media cetak mengenai suatu larangan, pelanggaran atau mengenai suatu tindak pidana. Upaya penanggulangan yang dilakukan dengan upaya preventif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya tindak pidana yang timbul. Upaya ini meliputi peningkatan kondisi tata ekonomi, sosial, politik, dan budaya yang semakin meningkat.

Secara umum pencegahan tindak pidana dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu:

1. Moralistik, yaitu upaya pencegahan tindak pidana dengan cara menyebarluaskan dikalangan masyarakat sarana-sarana untuk memperteguh moral dan mental seseorang agar terhindar dari nafsu ingin berbuat jahat.

(36)

B. Pengertian mengenai Iklan Ramalan

1. Pengertian Iklan

Pengertian iklan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pesan untuk membujuk, mendorong kepada khalayak ramai tentang benda atau jasa yang ditawarkan untuk memilikinya dengan cara membelinya. Iklan memiliki berbagai macam jenis berdasarkan sifatnya iklan dibedakan atas iklan niaga dan non-niaga :

a. Iklan niaga dibuat untuk mempengaruhi khalayak / masyarakat untuk memiliki, membeli, dan mempergunakan barang atau produk yang ditawarkan di dalam iklan. b. Iklan non-niaga merupakan iklan layanan masyarakat yang dibuat untuk menarik

perhatian masyarakat, sehingga masyarakat memiliki rasa simpati atau memberikan sebuah dukungan terhadap sesuatu yang di iklankan.(www.wikipedia.org:2009).

Berdasarkan tujuan iklan dibedakan menjadi dua yaitu iklan penawaran / permintaan dan iklan pengumuman :

a. Iklan penawaran / permintaan dibuat dengan tujuan menginformasikan kepada khalayak umum tentang sesuatu yang sedang ditawarkan untuk dijual.

b. Iklan pengumuman dibuat dengan tujuan untuk menginformasikan kepada khalayak umum tentang sesuatu yang biasanya akan segera diadakan seperti tentang

(37)

2. Pengertian Ramalan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ramalan adalah hasil dari proses meramal yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Ramalan muncul karena rasa ingin tahu yang begitu besar pada manusia, ramalan hadir karena dianggap sebagai sebuah sarana untuk mengetahui masa depan, pada awalnya ramalan dianggap sebagai sebuah hal yang mistis seperti ilmu sihir dan pemujaan, dan hanya dilakukan oleh mereka yang memiliki kemampuan supranatural. Namun kemudian ramalan mulai mendapat sentuhan ilmu pengetahuan sejak ilmu perbintangan dan astrologi mulai dikenal dan dipergunakan secara nyata untuk membantu kehidupan sehari-hari.mulai dari hal yang sederhana seperti melihat bintang pada malam hari menandakan tidak akan terjadi hujan meski pada sore harinya awan mendung berarak, ada juga dengan melihat warna dari matahari tenggelam yang dapat menandakan bahwa esok cuaca akan cerah.

Dalam bentuknya yang modern ramalan mendapat bantuan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan alat-alat modern seperti satelit. Pemerintah serta perusahaan juga sering melakukan peramalan atau forecasting atas berbagai hal, mulai dari pertumbuhan ekonomi, produksi pangan bahkan sampai ramalan tantang penjualan suatu produk dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan atas dasar teori atau model, data yang sudah ada sebelumnya serta berbagai macam asumsi ( http://www.pikiran-rakyat.com 2009 : pengertian ramalan).

(38)

lain ramalan bintang atau banyak disebut dengan horoskop, dalam astrologi horoskop adalah sebuah bagan atau diagram yang menggambarkan posisi matahari, bulan, planet-planet, aspek-aspek astrologis dan sudut-sudut sensitif pada diri seorang pada saat kelahiran seorang anak, horoskop sendiri mempunyai arti mengamati, memeriksa waktu

dan juga jam. (www.wikipedia.org. Pengertian ramalan, 2009).

Metode yang digunakan pada ramalan horoskop adalah dengan menggunakan tanggal lahir atau bulan sebagai dasarnya. Lalu ramalan tentang mimpi yang menggunakan dasar dari mimpi yang telah dialami dari mimpinya pada waktu tidur dan biasanya pada malam hari. Bahkan sampai ramalan kartu atau banyak disebut dengan tarot yang merupakan jenis ramalan yang menggunakan peralatan kartu tarot sebgai dasarnya penggunan kartu tarot sendiri telah dimulai sejak abad ke 15 bagi orang yang mempercayainya ramalan kartu tarot dapat digunakan untuk membuka potensi tersembunyi yang ada pada diri orang yang mempercayainya tersebut.

Tidak ada yang dapat memberikan definisi yang tepat untuk mendapatkan pengertian tentang ramalan, karena ramalan pada setiap tempat baik itu daerah maupun negara di dunia penyebutanya selalu berbeda-beda karena hal ini memang merupakan hal yang tergolong klenik (bagian dari kepercayaan masyarakat yang berasal dari zaman kuno) yang mustahil diberikan definisi secara tepat tentang pengertiannya. (www.lautan indonesia.com 2009 : ramalan).

(39)

pada masa yang akan datang, serta memberikan petunjuk / arahan yang tepat yang dapat berguna bagi orang atau pelanggan dari pemakai jasa layanan iklan melalui ramalan yang disediakan oleh pihak perusahaan pembuat iklan ramalan pada media elektronik seperti televisi, ponsel/telpon seluler dan juga internet di masa mendatang(wikimedia.org 2007 : pengertian iklan).

3. Pengertian Media Elektronik

Media elektronik adalah sarana informasi media massa yang mempergunakan media elektronik seperti televisi, radio, dan juga (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989 : Balai Pustaka) Media elektronik sendiri merupakan inovasi dari media massa yang lain yang telah lebih dahulu ada sebelum kehadiran mesia elektronik yaitu media cetak atau surat kabar, dan kini media elektronik telah bertambah jumlahnya dengan hadirnya internet dan juga ponsel atau telpon genggam. Media elektronik merupakan media audio visual yang ditayangkan menggunakan frekuensi atau gelombang radio tertentu, sehingga dapat menghasilkan gambar serta suara dalam melakukan siaran komunikasi. sebelum pada pertengahan abad ke 19 (sembilan belas) ditemukanlah alat komunikasi bernama telegraph oleh Samuel Morse tepatnya pada tahun 1858, pada saat ditemukan telegraph awalnya bukan merupakan alat komunikasi massal, namun keberadaan telegraph adalah tonggak awal bagi berdirinya sebuah era media massa elektronik pertama di dunia yang membawa manusia beralih dari era media massa cetak menuju media massa elektronik.

(40)

sebuah alat pemutar film bernama “Sinematografi’’ selama bertahun-tahun para ilmuwan berusaha mengembangkan penemuan Augustie dan Louis Lumierre agar dapat berubah menjadi sebuah alat penyaji berita yang dapat dinikmati masyarakat secara global dan kerja keras para ilmuwan itu tidak sia-sia karena pada Tahun 1932 berdirilah stasiun televisi berita pertama di dunia bernama BBC (British Broadcasting Coorporation) di London, Inggris yang diawali dengan berdirinya stasiun radio berita BBC pada Tahun 1927.

Berawal dari berdirinya stasuin berita radio BBC london inilah media elektronik dengan beragam jenisnya lahir dan berkembang dengan begitu pesatnya dan menyebar dengan begitu luas diseluruh dunia. Dan perkembangan media elektronik semakin mutakhir sejak seorang bernama Tim Berners Lee seorang sarjana fisika dari Queen’s College, Oxford University London, Inggris, pada tahun 1989 membuat sebuah proposal untuk pembuatan

proyek hypert text yang merupakan cikal bakal dari terciptanya www (World Wide Web). Tim Berners Lee memulai proyeknya pada tahun 1990 dan dua belas bulan kemudian atau pada musim panas 1991 sudah dapat digunakan pada jaringan internet, selama rentang waktu 1991 hingga 1993 Tim terus berusaha mengembangkan web hingga dapat tampil maksimal. Tim Berners Lee juga merupakan orang pertama yang tercatat sebagai pencipta browser, server dan kunci protokol untuk internet yang sangat bermanfaat keberadaanya untuk orang banyak dan memperkuat keberadaan media elektronik sebgai yang terdepan dalam media massa (wikimedia.org 2008 : pengertian media elektronik).

(41)

a. Radio merupakan media elektronik yang hanya dapat menyiarkan gelombang suara. Masyarakat dibuat untuk mendapatkan informasi lebih mudah melalui radio, hanya dengan mendengar mereka dapat meraih informasi tanpa harus meninggalkan aktifitas yang sedang dijalaninya.

b. Televisi merupakan perkembangan lebih lanjut dari radio yang lebih lengkap, karena selain suara juga dapat memberikan gambar dalam setiap penayangannya. Visualisasi yang diberikan membuat masyarakat yang menyaksikan seolah-olah merasa berada ditempat yang ditayangkan oleh televisi.

c. Media baru atau yang sering disebut media online, menggunakan internet sebagai media penyajiannya, dengan perangkat keras (hard ware) komputer masyarakat dapat mengakses dengan lebih cepat berita dari seluruh penjuru dunia hanya dari satu tempat, media online ini telah banyak menyempurnakan kekurangan yang ada pada media massa sebelumnya, yang hanya dapat menyuguhkan layanan berita dalam kuota yang terbatas dan masyarakat tidak dapat memilih informasi berita sesuai dengan keinginan mereka.

(42)

C. Contoh Kasus Iklan Ramalan Pada Media Elektronik

Ada beberapa contoh kasus iklan yang ramalan yang marak sekali beredar di media elektronik terutama media televisi yang memang merupakan media elektronik dengan massa terbanyak dibandingkan media mssa yang lain semisal media cetak seperti koran dan majalah, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Ketik REG spasi Hoki spasi nama anda, dan kirim ke 3977 2. Ketik REG spasi MAMA spasi nama anda, dan kirim ke 9090 3. Ketik REG spasi Nama Kirim Ke 9733

4. Ketik REG spasi RAMAL spasi NAMA kirim ke 9090

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri. 2007. Asas-Asas dan Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. Fakultas Hukum Unila. Bandar Lampung.

Arief, Barda Nawawi. 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.

. Masalah Kebijakan Hukum dan Kebijakan Penanggulan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.

Soekanto, Soerjono. 1988. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Jakarta.

Sudarto. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni: Bandung.

Tim Penyusun, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Universitas Lampung. 2005. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Undang-Undang No1 Tahun 1946 tentang. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Bahan Internet

http://en.wikipedia.org/wiki/Pengertian Iklan diakses 27/1/2010 pada jam10.37 http://en.wikipedia.org/wiki/Pengertian Ramalan diakses 27/1/2010 pada jam 11.43. http://www.lautanIndonesia.com/Pengertian Ramalan diakses 27/1/2010 pada jam 13.37. http://www.pikiran-rakyat.com 2009 : Pengertian Ramalan diakses 28/1/2010 pada jam 12.30

(44)
(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pada penelitian ini penulis melakukan dua pendekatan yaitu :

1. Pendekatan yuridis normatif

Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang penulis lakukan dalam bentuk usaha untuk mencari kebenaran dengan melihat asas-asas yang terdapat dalam bernagai peraturan undang-undang, yang berkaitan denagan penegakkan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik.

2. Pendekatan yuridis empiris

Pendekatan yuridis empiris yaitu menelaah hukum sebagai pola perilaku yang ditujukan pada penerapan peraturan hukum. Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi dilapangan yang ditujukan kepada penerapan hukum, yang berkaitan dengan penegakkan hukum terhadap iklan yang di tayangkan oleh media elektronik.

(46)

B.Sumber dan Jenis data

Sumber data penelitian ini berasal dari data lapangan dan data kepustakaan. Sedangkan jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh penulis dari hasil studi dan penelitian dilapangan. Data primer ini didapat dari banyaknya pelanggaran pidana yang terjadi dalam bentuk iklan ramalan yang di tayangkan oleh media elektronik di Indonesia. Data primer ini akan diambil dari hasil wawancara yang dilakukan kepada pihak Kepolisian Reskrim Poltabes Bandar Lampung, Kejaksaan Negeri Tanjung Karang dan Pengadilan Negeri Tanjung Karang untuk mencari masukan-masukan, saran-saran, dan tanggapan atas masalah tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka (Soerjono Soekanto, 1984 : 52), terdiri dari :

a. Bahan hukum primer antara lain :

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

(2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

(47)

c. Bahan hukum tersier, seperti kamus-kamus yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

1. Penentuan Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Masri Singarimbun, 1987 : 152). Menurut (Hadari Nawawi, 1987 : 141) populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik di dalam suatu penelitian. Untuk menulis skripsi ini penulis mengambil populasi penelitian yang ada kaitanya dengan masalah-masalah yang di bahas. Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah instansi penegak hukum seperti yang disebutkan diatas.

2. Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu Hadari nawawi, 1987 : 141). Penentuan sampel dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode pengambilan sampel berupa Proportional Purposive Sampling, yaitu dalam menentukan sampel sesuai dengan wewenang atau kedudukan sampel yang dianggap telah mewakili dengan masalah yang hendak diteliti. Adapun responden dalam penelitian ini adalah :

(48)

b. Jaksa pada kejaksaan Negeri Bandar Lampung : 1 orang c. Hakim pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang : 1 orang d. Dosen Fakultas Hukum Pidana Universitas Lampung : 1 orang

Jumlah : 4 orang

D.Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan

Untuk memperoleh data sekunder penulis, penulis melakukannya dengan cara membaca, mencatat, atau mengutip dari perundang-undangan yang berlaku serta literatur-literaur dan dokumen- dokumen yang berkaitan dengan putusan tersebut. b. Studi Lapangan

(49)

2. Metode Pengolahan Data

Setelah data yang dikehendaki terkumpul baik dari studi kepustakaan maupun dari lapangan, maka data diproses melalui pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Seleksi data : Seleksi data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperlukan sudah mencakup atau belum dan data tersebut berhubungan atau tidak berhubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas.

b. Klasifikasi data

Klasifikasi data yang telah diperoleh disusun menurut klasifikasi yang telah ditentukan.

c. Penyusunan data

Penyususnan data dimaksudkan untuk mendapatkan data dalam susunan yang sistematis dan logis serta berdasarkan kerangka pikir. Dalam tiap tahap ini data dapat dimaksukkan ke dalam tabel apabila diperlukan.

E.Analisis Data

(50)

DAFTAR PUSTAKA .

Nawawi, Hadari. 1987. Metode Penelitian Bidang Sosial. Universitas Gadjah Mada. Pers. Yogyakarta

Universitas Lampung. 2005. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

.

(51)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karaktreristik Responden

Karakteristik penulis diuraikan oleh penulis dalam rangka memberikan gambaran jelas mengenai karakteristik responden yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian lapangan ( Filed Research). Penentuan responden didasari oleh pertimbangan bahwa responden berkompeten pada bidang hukum, sehingga keterangan yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan secara legal. Adapun responden yang diwawancarai dalam penelitian sebagai berikut :

1. Nama : Sofyan Asmidi, S.H. Umur : 55th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pangkat/jabatan : Briptu, Anggota Tipiter Poltabes Bandar Lampung

2. Nama : Fahrizal, S.H. Umur : 32 th

Jenis Kelamin : Laki-laki

(52)

3. Nama : Adriana Suharti, S.H. Umur : 34 th

Jenis kelamin : Perempuan Pangkat/jabatan : Jaksa Fungsional

Instansi : Kejaksaan Negeri Bandar Lampung

4. Nama : J.Purba, S.H. Umur :44 th

Jenis kelamin :Laki-laki

Pangkat/jabatan :Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang Instansi :Pengadilan Negeri Tanjung Karang

5. Nama : Erna Dewi, S.H.M.H. Umur : 49 th

NIP : 196107151985032003 Jenis kelamin : Perempuan

(53)

B.Proses Penegakan Hukum terhadap pelaku Iklan Ramalan yang ditayangkan oleh Media Elektronik

Tindak pidana ramalan yang ditayangkan melalui media elektronik ini merupakan tindak pidana yang sangat kurang mendapat perhatian dari aparat penegak hukum terlebih lagi masyarakat, dan dalam hal ini polri sebagai aparat pelaksana undang-undang dalam penegakan hukum seharusnya bisa melakukan tindakan tegas untuk menangani para pelaku yang telah dengan jelas melakukan pelanggaran hukum pidana yang terdapat pada Pasal 545 KUHP buku ketiga. Polri sebagai aparat penegak hukum terdepan diharapkan bisa melakukan berbagai macam inisiatif kepada publik untuk mengawali penegakan hukum pidana meskipun kasus ramalan ini merupakan hanya tindak pidana ringan (Tipiring) yang hukumannya sangatlah ringan, namun hukum harus tetap ditegakan sekecil atau seringan apapun hukuman yang akan diterima oleh pelakunya karena itu adalah esensi utama dari pembentukan hukum oleh manusia itu sendiri yakni menciptakan kehidupan yang imbang dan adil satu sama lain dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Satuan serse unit Tipiter melalui wawancara yang dilakukan dengan Sofyan Karmidi : menyatakan bahwa dalam penegakan hukum dilakukan termasuk untuk kasus ini dilakukan dengan dua cara yaitu secara preventif dan represif .

(54)

1. Secara Preventif atau pencegahan sebelum kasus terjadi untuk menjaga kemungkinan akan terjadinya sebuah kejahatan atau pelanggaran hukum di dalam masyarakat menggunakan cara-cara persuasif, seperti himbauan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum kepada masyarakat. Penanganan secara preventif terhadap tindak pidana ramalan melalui media elektronik adalah pilihan yang sangat tepat dikarenakan kasus ini merupakan termasuk kedalam tindak pidana ringan (tipiring), yang kalaupun nantinya pelakunya akan dihukum hukumannya sudah jelas adalah hukuman ringan karena kasus ini di dalam KUHP sendiri berada pada buku ketiga yakni pelanggaran bukan kejahatan, yang hukumannya di atas 30 hari kurungan. Kasus ini berkaitan erat dengan budaya beberapa suku ataupun ras yang ada di Indonesia yang apabila Polri lebih memilih cara represif, dikhawatirkan dapat menimbulkan gesekan pada masyarakat yang bersangkutan karena ramalan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Indonesia yang masih dijaga keberadaannya hingga sekarang. Dan penerapan hukum secara preventif dinilai lebih aman dan efektif oleh polri dibandingkan represif karena biar bagaimanapun mencegah jauh lebih baik daripada mengobati atau memperbaiki keadaan setelah terjadinya kasus.

(55)

2. Secara Represif atau penekanan dalam penerapan pidana setelah kejahatan terjadi. Kasus ramalan yang di tayangkan melalui media elektronik telah di jelaskan di dalam KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) yang terdapat di dalam pasal 545 ayat 1 yang jelas melarang siapapun untuk melakukan praktek meramal terlebih lagi di promosikan melalui media massa elektronik. Pihak kepolisian apabila menemukan kasus seperti ini dapat langsung melakukan penangkapan terhadap pelaku yang melakukan kegiatan yang terindikasi bagian dari ramalan seperti yang disebutkan di dalam KUHP untuk kemudian diproses lebih lanjut ke dalam proses :

a. Penyelidikan yaitu serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristie\wa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan pentidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. b. Penyidikan yaitu berdasarkan KUHP bab 1 butir 2 adalah dalam hal dan cara yang

diatur dalamUndang-undang ini untuk mencari suatu bukti itu menjadi terang sebagai tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Setelah melewati kedua proses hukum oleh pihak kepolisian tersebut maka orang yang diduga sebagai tersangka tersebut akan menjalani kenaikan proses hukum yang dilakukan oleh aparat dari lembaga penegak hukum lainya yaitu kejaksaan dan pengadilan untuk kemudian mendapatkan keputusan tetap untuk si pelaku.

(56)

a. Laporan yang berasal dari masyarakat.

Penyelidikan tentang kasus ramalan baik yang menggunakan media massa maupun tidak, oleh polisi diawali dengan menerima laporan dari masyarakat, informasi dari masyarakat yang mengetahui perihal tentang kasus tersebut, sebab polisi akan mulai bergerak untuk melakukan tindakan hukum apabila telah mendapat laporan dari masyarakat untuk kasus iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik ini sebab kasus ini adalah kasus langka yang jarang terjadi dan membuat lepas dari pengawasan pihak kepolisian.

b. Penunjukan

Pimpinan kepolisian dalam hal ini melakukan penunjukan kewenangan penyelidikan kasus dan pengungkapan kepada anggota Unit Tipiter.

c. Penyelidikan

Anggota polri yang ditunjuk diterjunkan untuk melakukan penyelidikan atas laporan yang masuk dari masyarakat, melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik untuk kemudian penyelidikan berlanjut dengan kerjasama dengan pihak lain terutama media massa elektronik, terutama media televisi untuk mencari tahu siapa pihak yang telah mempromosikan iklan ramalan yang jelas tertuang pada Pasal 545 KUHP buku ke tiga merupakan hal yang dilarang dan bagi pelakunya akan dikenakan sanksi kurungan selama enam hari.

d. Penangkapan

(57)

penangkapan setelah mendapat izin dari atasan/komandan para anggota tersebut pastinya.

e. Penyitaan

Kepolisian berwenang menyegel dan menyita alat dan segala keperluan yang dipergunakan oleh si pelaku untuk menyebar luaskan praktek ramalannya seperti pamflet dan program komputer untuk dipergunakan sebagai iklan di media elektronik oleh si pelaku. Setelah barang bukti penyitaan di dapat maka penyidik wajib melakukan penyegelan dan membuat berita acara penyitaan pada hari penyitaan.

(58)

membantu pihak penegak hukum yang lain seperti kepolisian untuk mencegah kasus ini terjadi di tengah masyarakat. Dan berdasarkan keterangan dari jaksa Adriana Suharti, menyatakan bahwa kasus yang tergolong atau digolongkan ke dalam tindak pidana ringan atau tipiring apabila pelakunya telah diamankan oleh pihak kepolisian dapat langsung diteruskan kepada pihak pengadilan guna mendapatkan kepastian hukum yang tetap diputus bersalah atau tidaknya si pelaku dengan kasus yang mnimpanya tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dengan pengadilan negeri Tanjung Karang melalui wawancara yang dilakukan dengan J.Purba salah satu hakim pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang, mengatakan bahwa pengadilan termasuk para hakimnya wajib menerima seluruh kasus dari berbagai macam kasus yang dilimpahkan ke Pengadilan dari lembaga penegak hukum lainnya seperti Kepolisian dan Kejaksaan, dan seragam dengan pernyataan dari Adriana Suharti jaksa pada kejaksaan negeri Bandar Lampung yang menyatakan bahwa kasus pidana yang tergolong ke dalam tindak pidana ringan atau tipiring memang tidak melalui kejaksaan penanganan perkaranya tapi dari kepolisian langsung diserahkan ke Pengadilan dalam hal ini Pengadilan Negeri.

(59)

pertanyaan seputar faktor atau hal yang menjadi penyebab penghambat di dalam penegakan hukum kasus ramalan, khususnya yang ditayangkan oleh media elektronik ini, J.Purba mengatakan tidak ada sama sekali hal atau faktor yang dapat menghambat penegakan hukum terhadap ramalan terutama yang di tayangkan oleh media elektronik, sebab bila nanti pengadilan menerima kasus seperti ini maka pengadilan harus bisa menerima dan memprosesnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia dan, J.Purba sendiri ketika ditanya apakah bersedia bila nanti ada kasus seperti ini dan beliau mendapat kesempatan bertugas untuk menyidangkan pelaku dari kasus ini beliau menjawab dengan sangat pasti bahwa beliau sangat siap karena, tidak ada alasan bagi hakim untuk menolak perkara yang diserahkan kepadanya terlebih perkara tersebut telah memiliki dasar hukum yang kuat.

(60)

dikatakan mengejutkan tetapi sangat masuk akal, salah satu di antaranya adalah mengenai bentuk penegakan hukum yang harus dilakukan oleh lembaga ataupun aparat penegak hukum berkaitan dengan masalah dari kasus ramalan terutama kasus iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik.

Ketika ketika ditanya mengenai bentuk penegakan hukum seperti apakah yang paling cocok dalam penanganan kasus ramalan termasuk iklan ramalan yang di tayangkan oleh media elektronik, beliau menjawab bahwa penegakan hukum terhadap kasus iklan ramalan yang di tayangkan oleh media elektronik sebaiknya dilakukan dalam bentuk sebagai berikut :

1. Dekriminalisasi

Yaitu proses penggolongan suatu perbuatan yang semula dinilai sebagai perbuatan melawan hukum atau pidana di dalam masyarakat, tetapi kemudian dinilai atau dijadikan sebagai perbuatan yang biasa. ( Kamus Hukum, Drs.Ilham Gunawan, M. martinus Sahrani, hal 74, 2002, Restu Agung).

2. Depenalisasi

Yaitu proses yang tadinya adalah penanggulangan pidana namun karena alasan tertentu dilakukan kebijakan untuk tidak melakukan penanggulangan tindak pidana

(61)

hukum terhadap kasus ramalan yang beredar di Indonesia termasuk promosinya atau iklannya yang ditayangkan pada media elektronik seperti televisi disebabkan aturan yang terdapat di dalam pada pasal 545 KUHP tersebut, sudah tidak jelas lagi aturanya disebabkan karena pasal yang dipergunakan di dalam KUHP tersebut sudah uzur dan tidak cocok lagi untuk dipakai di masa kini sebab pasal yang terdapat di dalam buku ke tiga KUHP tersebut diciptakan dari zaman kolonial Belanda dan belum pernah di perbaharui sama sekali hingga saat ini.

(62)

Namun di sisi lain masyarakat apalagi yang awam yang tidak mengenal apalagi yang mengerti hukum, banyak yang tidak mengetahui bahwa ramalan adalah sebuah perbuatan yang dilarang di dalam hukum dalam hal ini aturan KUHP jadi, sulit dibayangkan memang bila kasus ini bisa diberantas jikalau aturan dan penegak hukum nya itu sendiri menjadi penghambat di dalam proses penegakan hukum tersebut dan, sangatlah bijak memang apabila aparat penegak hukum itu mendekriminalisasikan saja penegakan hukum terhadap kasus ramalan ini.

Dekriminalisasi adalah solusi terbaik untuk memecahkan masalah ini karena dianggap sebagai pilihan bijak di tengah eksistensi Pasal 545 KUHP itu sendiri yang tidak jelas, apakah masih layak untuk digunakan ditengah kondisi sosial masyarakat Indonesia yang mengalami perubahan drastis yang membuat peraturan hukum yang ada untuk segera disesuaikan dengan keadaan sosial masyarakat untuk alasan efektivitas, dan menyelamatkan supremasi hukum itu sendiri yang mulai dilupakan oleh banyak pihak saat ini.

(63)

Saat disinggung mengenai tentang kelayakan pasal 545 ini yang sudah tidak jelas keberadaanya karena sudah tidak pernah dipakai lagi oleh aparat penegak hukum untuk melakukan penegakan hukum terhadap kasus ramalan yang beredar di masyarakat, terutama di media massa elektronik karena pada kenyatannya pelaku yang mempromosikan praktek ramalan ini lewat berbagai macam media massa tidak pernah tersentuh oleh hukum dan pasal ini menjadi hal yang sia-sia ditengah KUHP.

Tentang apakah perlu dibuat aturan khusus berupa Undang-Undang yang khusus mengatur masalah tentang larangan praktek ramalan ini, beliau menjawab bila ada ide seperti itu, itu terlalu berlebihan sebab amandemen untuk Pasal 545 adalah dianggap sebuah pilihan yang bijak dibandingkan dengan membuat aturan baru yang bersifat khusus berupa Undang-Undang khusus yang mengatur tentang larangan ramalan.

C.Faktor-faktor penghambat Penegakan Hukum terhadap Iklan Ramalan yang ditayangkan oleh Media Elektronik.

Perkembangan zaman yang semakin modern yang meliputi masyarakat global termasuk Indonesia di dalamnya ternyata tetap tidak menyurutkan animo atau keinginan masyarakat Indonesia untuk bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat klenik, yang sifatnya sangat jauh dari kesan modern. Beragam hal yang bersifat klenik atau irasional masih saja sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Indonesia satu diantaranya adalah ramalan, yang merupakan peninggalan budaya kuno masyarakat Indonesia yang masih terus saja terjaga keberadaannya sampai saat ini.

(64)

hukum di Indonesia pun sudah ikut masuk kedalamnya berbagai pelanggaran hukum pun sering diberitakan pada media massa Indonesia terjadi menggunakan media elektronik. Salah satu diantaranya adalah penyampaian atau promosi berupa iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik.

Penanganan tindak pidana iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik di dalam penangananya menemui berbagai macam kendala sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soerjono Soekamto, adalah :

1. Faktor hukumnya sendiri

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Adriana Suharti dikatakan bahwa kasus ramalan baik yang menggunakan media elektronik ataupun tidak, akan sangat sulit ditegakan dikarenakan aturan atau Pasal yang mengatur mengenai hal tersebut yakni Pasal 545 dianggap tidak akan mampu untuk membuat jera para pelakunya, karena hukuman yang akan diterima adalah sangat ringan dan ini menimbulkan keyakinan bagi para pelakunya untuk kembali mengulangi perbuatan tersebut.

2. Faktor penegak hukum

(65)

sejenisnya adalah hal yang terlarang dan akan menimbulkan konsekuensi hukum apabila tetap juga dilakukan hampir tidak ada. Hal ini mengakibatkan pelanggaran demi pelanggaran dari Pasal 545 KUHP ini masih saja banyak terjadi di dalam masyarakat seolah hal ini adalah hal yang bersifat lumrah atau biasa.

3. Faktor sarana dan prasarana yang menunjang proses penegakan hukum.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Sofyan Kasmidi dan Fahrizal sarana dan prasarana adalah salah satu faktor yang ikut berperan dalam terhambatnya penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik dan sejenisnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sarana dan prasarana tersebut adalah, manusia (human), dana (budget), metode (method). Akan tetapi pada kenyatannya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh aparat penegak hukum ini sangat terbatas, dan memungkinkan untuk menghambat proses penegakan hukum terhadap iklan yang di tayangkan oleh media elektronik tersebut.

4. Faktor masyarakat

Faktor masyarakat merupakan faktor lingkungan dimana hukum tersebut diterapkan. Menurut Fahrizal faktor keengganan masyarakat untuk memberi informasi kepada pihak kepolisian apabila menemukan kasus seperti ini adalah salah satu hal yang besar perannya untuk menghambat penegakan hukum terhadap kasus ini, masyarakat terkesan tidak perduli akan hal ini . selain daripada itu faktor ketidaktahuan masyarakat bahwa hal ini adalah hal yang terlarang di dalam hukum juga memberikan hambatan dalam penegakan hukum untuk kasus ini.

(66)

5. Faktor kebudayaan

Hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara merupakan alat yang memegang peranan sangat penting. Hubungan anatara masyarakat dengan hukum ini dapat dipahami sesuai dengan adanya hubungan hukum denagn masyarakat, sebagaimana yang dikatakan oleh Cicero, yaitu tiada masyarakat tanpa hukum dan tiada hukum tanpa masyarakat (Ubi Ius Ibis Societas).

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri. 2007. Asas-Asas dan Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. Fakultas Hukum Unila. Bandar Lampung.

Arief, Barda Nawawi.2001. Masalah Kebijakan Hukum dan Kebijakan Penanggulan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.

Soekanto, Soerjono. 1988. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Jakarta.

Tim Penyusun, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Universitas Lampung. 2005. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Undang-Undang No1 Tahun 1946 tentang. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Bahan Internet

http://en.wikipedia.org/wiki/Pengertian Iklan diakses 27/1/2010 pada jam10.37 http://en.wikipedia.org/wiki/Pengertian Ramalan diakses 27/1/2010 pada jam 11.43. http://www.lautanIndonesia.com/Pengertian Ramalan diakses 27/1/2010 pada jam 13.37. http://www.pikiran-rakyat.com 2009 : Pengertian Ramalan diakses 28/1/2010 pada jam 12.30

(68)
(69)

V. PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Kesimpulan yang didapat dalam rangka penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik adalah, penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik pilihan yang paling banyak dilakukan oleh aparat penegak hukum adalah dilakukan dengan cara preventif atau pencegahan oleh aparat penegak hukum.

Referensi

Dokumen terkait

24 Dengan demikian prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan baik dilakukan secara pribadi. maupun

Anda dapat menggunakan Malware Scanner yang free (edisi online) via URL yang tercantum pada situs web HKCERT untuk pengecekan dan membersihkan komputer anda. Apple Mac

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Penilaian keterampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik dalam mengkomunikasikan hasil analisis sistem pemerintahan demokrasi berdasarkan

merupakan blok batupasir yang telah tersementasi kuat dengan muatan inklusi berupa batuan beku andesit dan fragmen breksi. Kesimpulan ini diperoleh berdasarkan pengamatan

Strategi untuk perusanaan-perusahaan yang berusaha bergerak ke arah globalisasi dapat dikelompok berdasarkan pada tingkat kompleksitas disetiap pasar asing yang

[r]

The used media in the implementation of learning trajectory of ordering decimal numbers in this study was picture of number line, LCD projector, body scales, cards of