• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG SAINTIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN TEKNIK PICK UP CARDS GAME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG SAINTIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN TEKNIK PICK UP CARDS GAME"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG SAINTIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA

SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN TEKNIK PICK UP CARDS GAME

Oleh Lidya Fransiska

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam FakultasKeguruan dan IlmuPendidikanUniversitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG SAINTIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA

SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN TEKNIK PICK UP CARDS GAME

Oleh

LIDYA FRANSISKA

Siswa menganggap mata pelajaran fisika itu sulit, membosankan dan

konsep-konsep dalam ilmu fisika membangun konsep-konsep sains yang rumit. Sehingga sangat

jarang sekali ketika ditanyakan mengenai cita–cita, siswa menjawab ingin menjadi seorang ahli sains (saintis). Saintis digambarkan negatif dan stereotipe oleh para

siswa. Persepsi saintis ini mempengaruhi minat siswa untuk mempelajari sains

dan sikap ilmiah siswa pun kurang dalam proses pembelajaran. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap

hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E

dengan teknik pick up cards game; (2) pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil

belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan

teknik pick up cards game; (3) pengaruh hubungan persepsi siswa tentang saintis

dan sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dengan

menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards

(3)

Lidya Fransiska

iii pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil belajar Y’= 37,783+ 0,332 X1; (2) pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar Y’= 35,043+ 0,418 X2; (3) pengaruh persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa terhadap hasil

belajar Y' = 17,355 + 0,293 X1 + 0.363X2. Persamaan regresi ini menjelaskan

bahwa: (1) terdapat pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil belajar

IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik

pick up cards game; (2) terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil

belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan

teknik pick up cards game; (3) terdapat pengaruh hubungan persepsi siswa

tentang saintis dan sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa

dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick

up cards game.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kerangka Teoretis ... 8

1. Persepsi tentang Saintis ... 8

2. Sikap Ilmiah ... 12

3. Belajar dan Hasil Belajar ... 15

4. Model Pembelajaran Learning Cycle ... 19

5. Teknik Pick Up Cards Game ... 24

B.Kerangka Pikir ... 28

C.Hipotesis ... 29

III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

(8)

xi

C.Variabel Penelitian ... 30

D.Desain Penelitian ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Analisis Instrumen ... 32

1. Uji Validitas ... 32

2. Uji Reliabiitas ... 34

G.Teknik Pengumpulan Data ... 35

3. Teknik Nontest ... 35

4. Teknik Test ... 37

H.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 38

1. Teknik Analisis Data ... 38

2. Pengujian Hipotesis ... 38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 45

1. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 45

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 49

3. Data Hasil Penelitian ... 50

4. Pengujian Hipotesis ... 51

B.Pembahasan ... 67

1. Persepsi Siswa tentang Saintis dan Sikap Ilmiah Siswa terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Teknik Pick Up Cards Gam ... 67

2. Pengaruh antar Variabel ... 73

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 79

(9)

xii

LAMPIRAN 1 Pemetaan SK dan KD ... 84

2 Silabus ... 86

3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 90

4 Lembar Kerja Siswa Pertemuan I ... 100

5 Lembar Kerja Siswa Pertemuan II ... 102

6 Lembar Kerja Siswa Pertemuan III ... 103

7 Jawaban Lembar Kerja Siswa Pertemuan I ... 104

8 Jawaban Lembar Kerja Siswa Pertemuan II ... 105

9 Jawaban Lembar Kerja Siswa Pertemuan III ... 106

10 Kisi–kisi Angket Persepsi Siswa tentang Saintis ... 107

11 Angket Persepsi Siswa tentang Saintis ... 108

12 Indikator Skala Sikap Ilmiah Siswa ... 109

13 Lembar Observasi Penilaian Guru terhadap Sikap Ilmiah Siswa(LP-02) ... 110

14 Kisi–kisi Soal Posttest (LP-01) ... 111

15 Soal Posttest (LP-01) ... 113

16 Kunci Jawaban Soal Posttest (LP-01) ... 115

17 Kisi–Kisi Soal Permaianan Pick Up Cards Game ... 119

18 Penilaian Permaianan Pick Up Cards game ... 121

19 Soal Permainan Pick Up Cards Game ... 122

20 Data Persepi Siswa tentang Saintis ... 124

21 Data Sikap Ilmiah Siswa ... 126

22 Data Hasil Belajar Siswa ... 128

23 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Persepsi Siswa tentang Saintis ... 130

24 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil Belajar Siswa ... 138

25 Hasil Uji Anates Soal Permainan Pick Up Cards Game ... 145

26 Hasil Uji Normalitas antara Persepsi Siswa tentang Saintis, Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa ... 151

(10)

xiii 28. Hasil Uji Linieritas antara Sikap Ilmiah Siswa dengan Hasil

Belajar Siswa ... 154

29. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana antara Persepsi Siswa

tentang Saintis terhadap Hasil Belajar Siswa... 155

30. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana antara Sikap Ilmiah

Siswa terhadap Hasil Belajar Siswa ... 156

31. Hasil Uji Regresi Linier Berganda antara Persepsi Siswa

tentang Saintis dan Sikap Ilmiah Siswa terhadap

Hasil Belajar Siswa ... 157

32. Surat Izin Penelitian ... 158

(11)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Mengingat pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan

bangsa maka sudah seyogyanya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam

rangka peningkatan sumberdaya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu,

perlu disadari bahwa untuk menjadikan pendidikan sebagai motor penggerak

dan penopang proses pembangunan sangat di tentukan oleh relevan tidaknya

program yang sedang diupayakan.

Pendidikan sekolah merupakan amanah untuk mengembangkan sumber daya

manusia yang dilakukan secara sitematis, praktis, dan berjenjang. Dalam

pelaksanaan mengajar di sekolah, guru memilki peranan penting demi

tercapainya proses belajar yang baik. Guru merupakan ujung tombak berhasil

atau tidaknya proses pendidikkan di sekolah. Sebagai guru secara langsung

berupaya mempengaruhi, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa

agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, bermoral tinggi, dan mandiri.

Untuk mengarahkan siswa mencapai tujuan tersebut seyogianya guru harus

mampu merencanakan, menyusun dan melaksanakan proses pembelajaran yang

(12)

2 siswa. Perencanaan pembelajaran yang matang memungkinkan tercapainya

hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Fisika sebagai dasar sains merupakan ilmu pengetahuan alam yang menjadi

tulang punggung berbagai ilmu terapan seperti agroindustri dan teknologi.

Tanpa penguasaan fisika yang memadai, sumber daya manusia bangsa kita

akan kalah bersaing dengan bangsa–bangsa lain. Para siswa SMP pada

umumnya mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA fisika. Salah satu

faktor penyebabnya adalah siswa menganggap pelajaran IPA fisika sukar

dipelajari, kurang menarik, membosankan, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil observasi di SMP Gajah Mada Bandar Lampung

menunjukkan bahwa ditemukan beberapa masalah dalam kegiatan

pembelajaran, khususnya IPA fisika yaitu kurang aktifnya siswa dalam

pembelajaran, lemahnya cara berhitung siswa, dan rata–rata siswa terlalu

berpatokkan dengan LKS. Namun, masalah-masalah tersebut timbul tidak

hanya berasal dari siswa tetapi juga berasal dari metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru. Dalam menyampaikan materi pelajaran IPA fisika, guru

lebih cenderung menggunakan metode ceramah tanpa memanfaatkan media

yang interaktif sebagai alat bantu untuk memudahkan proses belajar mengajar.

Metode pembelajaran seperti ini membuat siswa jenuh, dan menganggap

bahwa pelajaran IPA fisika adalah pelajaran yang sulit dipahami sehingga tidak

banyak disukai. Sehingga lebih dari separuh siswa belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil belajar yang belum mencapai ketuntasan

(13)

3 Pembelajaran IPA fisika yang tidak menyenangkan tersebut berpengaruh pada

hasil belajar, persepsi siswa terhadap sains, dan sikap ilmiah siswa.

Konsep-konsep dalam ilmu fisika membangun Konsep-konsep sains yang rumit. Lebih rumit

daripada ilmu lainnya. Sehingga sangat jarang sekali ketika ditanyakan

mengenai cita–cita, siswa menjawab ingin menjadi seorang ahli sains (saintis).

Saintis menghadapi masalah persepsi yang agak serius. Saintis digambarkan

negatif dan stereotipe oleh para siswa. Persepsi saintis ini mempengaruhi

minat siswa untuk mempelajari sains.

Sebagai solusinya agar persepsi tentang saintis dan sikap ilmiah siswa dapat

berubah menjadi positif guru harus mampu membangkitkan minat siswa untuk

mempelajari sains dan menciptakan situasi pembelajaran yang menarik juga

menyenangkan. Sehingga, persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa

dapat berubah serta meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik lagi.

Salah satu solusinya adalah dengan mencoba melalui penggunaan model

pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

Model pembelajaran learning cycle 5E adalah pembelajaran yang diduga dapat

menumbuhkan minat belajar siswa. Karena di dalam pembelajaran learning

cycle 5E terdiri dari 5 tahap meliputi tahap pembangkitan minat (engage),

menyelidiki (explore), menjelaskan (explain), memperluas (extend), dan

evaluasi (evaluate). Model pembelajaran ini dapat melibatkan siswa secara

aktif dalam pembelajaran, membangkitkan minat belajar siswa serta

membiarkan siswa menemukan gagasan/ide sendiri melalui penyelidikan

(14)

4 guru tetapi berpusat pada siswa. Sedangkan teknik pick up cards game itu

adalah metode yang mendorong memberikan pelatihan bagi siswa untuk lebih

berperan aktif dalam pembelajaran, mengembangkan motivasi untuk belajar

yang lebih baik, dan membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut

pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam

praktik belajar. Jadi, dalam pembelajaran yang menggunakan model

pembalajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game, tugas guru

adalah membantu agar pengkonstruksian pengetahuan siswa dapat berjalan

lancar.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti telah melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa tentang Saintis dan Sikap

Ilmiah Siswa terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa melalui Model

Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Teknik Pick Up Cards Game”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini

yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil

belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E

dengan teknik pick up cards game?

2. Apakah terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA

fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik

(15)

5 3. Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah

siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran

learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui:

1. Pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil belajar IPA fisika

siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up

cards game.

2. Pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui

model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

3. Pengaruh persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa terhadap

hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle

5E dengan teknik pick up cards game.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Menjadi model pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa

untuk mempelajari sains dan menciptakan situasi pembelajaran yang

menarik juga menyenangkan. Sehingga persepsi siswa tentang saintis dan

sikap ilmiah siswa dapat berubah, serta meningkatkan hasil belajar IPA

(16)

6 2. Guru dapat ikut menerapkan model pembelajaran learning cycle 5E

dengan teknik pick up cards game dalam proses pembelajaran IPA fisika.

3. Sebagai masukan penelitian yang dapat memajukan sekolah dan

memberikan sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka

memperbaiki proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Persepsi tentang saintis adalah suatu gambaran terhadap seorang ahli ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan alam (sains) yang terkadang

dinilai dengan indikator steoritipe. Diantaranya indikator tersebut adalah

dilihat dari penampilan (jas lab, kacamata, tataan rambut, cara berpakaian,

dll), jenis kelamin, penghasilan yang didapat, kebiasaan seorang saintis, dan

tentunya dipengaruhi oleh perasaan senang / tidak senangnya seseorang

terhadap saintis.

2. Sikap ilmiah adalah sikap-sikap yang harus dimilki oleh seorang saintis

yang terdiri dari indikator sikap yaitu memiliki rasa keterbukaan, objektif,

teliti, kedisiplinan, kerjasama, kejujuran dan tanggung jawab.

3. Hasil belajar adalah akhir atau puncak dari proses belajar yang menjadi

tolak ukur tingkat keberhasilan siswa yang dilihat dari ranah kognitif,

(17)

7 4. Model pembelajaran learning cycle 5E terdiri dari 5 tahap meliputi tahap

pembangkitan minat (engage), menyelidiki (explore), menjelaskan

(explain), memeperluas (extend), dan evaluasi (evaluate).

5. Teknik pick up cards game adalah metode yang mendorong memberikan

pelatihan bagi siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran,

mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik dan membantu

siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan

dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik belajar.

6. Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah SMP Gajah Mada

Bandar Lampung. Sampel yang dipakai adalah kelas VIIIB.

7. Materi pokok yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi usaha dan

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kerangka Teoritis

1. Persepsi tentang Saintis

Persepsi adalah suatu gambaran atau bayangan dalam hati ataupun pikiran

tentang sesuatu masalah atau situasi. Biasanya persepsi diperoleh melalui

pandangan kemudian diteruskan ke pancaindera. Dalam psikologi dan sains

kognitif, persepsi adalah suatu proses untuk mencapai kesedaran atau

kepahaman mengenai pemikiran seseorang. Menurut Lindzey dan Aronson

dalam Ayisetiabudi (2008: 1), bahwa

Persepsi juga mencangkup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenallah persepsi sosial. Persepsi sosial merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek persepsi tersebut.

Sains adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi

makhluk hidup (Life Science) dan makhluk tak hidup (Physical Science).

Life science meliputi biologi, zoologi, dan botani. Sedangkan Physical

science meliputi fisika, kimia, geologi, dan astronomi.

Sains adalah ilmu yang di pelajari. Sedangkan, Saintis adalah ilmuwan atau

(19)

9 yang ahli dalam ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan alam.

Sehingga persepsi tentang saintis adalah suatu gambaran terhadap seorang

ahli ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan alam (sains).

Persepsi tentang saintis terkadang dinilai dengan indikator steoritipe. Hal

yang sama juga dikemukakan oleh Mason dalam Narayan (2011: 47), bahwa

To analyse the drawings, scoring sheet of 11 standard indicators was used. These indicators are lab coat, eyeglasses, facial hair, symbols of research (test-tubes, flasks, microscopes, Bunsen burners, experimental animals, other), symbols of knowledge (books, filing cabinets, other), signs of technology (solutions in glassware, machines, other), male, captions (formula, equations, taxonomy), pens/pencils in pocket, unkempt appearance, alternative images (sinister, eccentric, neutral, positive, female and science discipline). Drawings were scored based on the above criteria and analysed for any obvious presence of stereotypical indicators.

Diantaranya indikator tersebut adalah dilihat dari penampilan (jas lab,

kacamata, tataan rambut, cara berpakaian, dll), jenis kelamin, penghasilan

yang didapat, kebiasaan seorang saintis, dan tentunya dipengaruhi oleh

perasaan senang / tidak senangnya terhadap seorang saintis.

Sains diperoleh dan dikembangkan oleh saintis melalui suatu metode yang

disebut metode ilmiah. Metode ini di gunakan untuk melakukan serangkaian

penelitian dalam mencari jawaban atas pertanyaan “apa, mengapa dan

bagaimana” dari gejala-gejala alam yang meliputi life science dan physical

science dan merealisasikannya dalam bentuk teknologi serta cara

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sains dan saintis merupakan

satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika sains adalah produk, maka saintis

(20)

10 Hal ini didukung oleh Mc. Adam dalam Ghandiswari (2009: 2), bahwa

Sebarang maklumat tentang sains dan imej saintis dikumpul oleh

kanak-kanak sejak kecil lagi mempengaruhi persepsi mereka terhadap saintis.

Berdasarkan pernyataan Mc. Adam tersebut, bahwa persepsi terhadap sains

dan saintis serta minat pada masa kanak–kanak akan mempengaruhi

persepsi sains dan saintis serta minat mereka nantinya. Oleh karena itu,

pengetahuan sains dan persepsi terhadap saintis saling berkaitan antara satu

sama lain. Jika persepsi yang dibentuk oleh siswa terhadap sains dan saintis

adalah negatif maka minat mereka untuk belajar serta menimba ilmu

pengetahuan sains akan negatif juga.

Saintis menghadapi masalah persepsi yang agak serius. Di mana

persepsi-persepsi tersebut dari zaman ke zaman tidak mengalami perubahan. Persepsi

yang terbentuk adalah persepsi berbentuk negatif. Media seperti televisi,

majalah, buku cerita memainkan peranan yang sangat penting dalam

membentuk persepsi tentang sesuatu pekerjaan. Jika persepsi yang

digambarkan adalah negatif maka persepsi yang terekam dalam ingatan

siswa adalah negatif juga. Ditambah juga persepsi terhadap saintis oleh

orang dewasa adalah stereotipe.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ghandiswari (2009: 23) , bahwa

(21)

11 idea sendiri terhadap kerja seorang saintis dan keperibadian seorang saintis.

Jika dari berbagai media dan orang dewasa mempunyai persepsi yang

stereotipe terhadap saintis maka kemungkinan persepsi tentang saintis yang

berstereotipe yang terbentuk pada siswa adalah tinggi dan akan

mempengaruhi motivasi seseorang siswa untuk belajar. Ini tentunya

menyebabkan pelajar kurang mengambil jurusan sains dan perkerjaan yang

berunsur sains. Selain itu, kepahaman sains di kalangan siswa juga adalah

kurang. Mereka mempunyai pengetahuan yang kurang tentang fakta asas

sains, konsep sains dan isitilah–isitilah sains. Ini menyebabkan mereka

menghadapi masalah dalam mengikuti berita/isu yang berkaitan dengan

sains dan akan mengakibatkan ilmu pengetahuan sains di kalangan siswa

kurang diminati. Banyak siswa yang menganggap pelajaran sains sukar

dipelajari, kurang menarik, membosankan, dan sebagainya. Sama seperti

yang diungkapkan oleh Razila dalam Kamisah (2007: 42), bahwa mata

pelajaran sains bukan hanya membosankan tetapi terlalu abstrak, juga

tanggapan bahwa kerjanya sains tidak membawa kepada pekerjaan serta

pendapatan yang lumayan.

Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan di atas, bahwa persepsi yang

ditunjukkan oleh siswa terhadap sains adalah negatif atau rendah dan

pekerjaan seorang ahli sains (saintis) adalah pekerjaan yang gajinya sedikit.

Masalah ini dijadikan alasan para siswa untuk tidak mengikuti pelajaran

(22)

12 kesadaran dan minat dalam sains, seperti diadakannya berbagai lomba dan

olimpiade sains. Namun minat para siswa terhadap sains masih saja rendah.

Dan ini tentunya akan mempengaruhi persepsi siswa terhadap saintis yang

dinilai negatif juga .

Menurut Hani (2001: 43), bahwa

kajian berhubung sikap terhadap suatu perkara merupakan suatu kajian yang penting kerana melalui sikap yang ditonjolkan kita dapat membuat perkaitan dengan tingkah laku yang seterusnya dan guru sangat berpengaruh dalam perkara ini.

Jika seseorang siswa mempunyai sikap yang positif terhadap mata pelajaran

sains, kebiasaannya mereka akan menunjukkan tingkah laku yang positif

terhadap mata pelajaran tersebut seperti menunjukkan minat yang tinggi

terhadap ilmu yang disampaikan oleh gurunya. Begitu juga sebaliknya, jika

siswa mempunyai sikap yang negatif terhadap mata pelajaran sains, mereka

akan menunjukkan tingkah laku yang negatif juga terhadap mata pelajaran

itu seperti menunjukkan minat yang rendah terhadap ilmu yang disampaikan

oleh gurunya. Guru perlu berusaha dan melakukan sesuatu perubahan atau

inisiatif agar siswa yang kurang berminat dalam mata pelajaran sains dapat

memperbaiki dan meningkatkan minat untuk belajar sains. Sehingga

persepsi tentang saintis dapat berubah menjadi positif.

2. Sikap Ilmiah

Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini

disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat

(23)

13 untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bila dihadapkan dengan

suatu masalah atau objek.

Hal ini diungkapkan oleh Kartini dalam Rini (2012: 1), bahwa sikap

merupakan kecenderungan untuk memberi respon baik positif maupun

negatif terhadap orang-orang, benda-benda atau situasi tertentu.

Maka sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai bentuk sikap positif yang

biasa dikaitkan dengan keilmuan, dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku

yang bersifat keilmuan terhadap stimulus tertentu.

Menurut Ilmualam (2012: 1), bahwa

Sikap ilmiah yg harus diterapkan dalam penelitian yaitu memiliki rasa ingin tahu, tidak dapat menerima kebenaran tanpa ada buki atau fakta, jujur, tekun, terbuka, peduli, optimis, kreatif, bertanggung jawab, bekerjasama, dan teliti.

Sedangkan menurut depdiknas (2006: 27), bahwa sikap ilmiah dinilai terdiri

dari 7 indikator yaitu memiliki rasa keterbukaan, objektif, teliti,

kedisiplinan, kerjasama, kejujuran dan tanggung jawab.

Menurut Istiaqul, Nabbeh dalam LKS master ilmu pengetahuan alam X

PT.aviva (2011: 1), bahwa:

(24)

14 Sikap ilmiah mempunyai arti yang luas yaitu sikap-sikap yang harus dimilki

oleh seorang saintis yang terdiri dari berbagai macam jenisnya mulai dari

memiliki rasa ingin tahu, tidak dapat menerima kebenaran tanpa ada buki

atau fakta, jujur, tekun, terbuka, peduli, optimis, kreatif, bertanggung jawab,

bekerjasama, dan teliti. Maka dari itu sikap ilmiah tidak hanya berguna di

dalam sekolah akan tetapi juga dalam kehidupan masyarakat, dan dapat

membentuk kepribadian baik dari seseorang.

Afektif yang dikembangkan dalam IPA adalah sikap ilmiah yang lazim

disebut scientific attitude. Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak.

Glick dalam Rini (2012: 1) mengatakan, bahwa ”students’ attitudes toward

science appear to beshape by same factor: teachers, learning environment,

self-concept, peers, and parental influence”.

Dari pandangan di atas, maka sikap peserta didik terhadap sains dapat

berpengaruh pada motivasi, minat, dan keberhasilan peserta didik itu

sendiri. Sikap terhadap sains adalah kecenderungan pada rasa senang dan

tidak senang terhadap sains, misalnya menganggap sains sukar dipelajari,

kurang menarik, membosankan, dan sebagainya.

Sikap peserta didik terhadap sains dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

pendidik, lingkungan belajar, konsep diri, teman, dan orang tua.

Sikap ilmiah mengandung dua makna, menurut Harlen dalam Rismaeka

(2012: 1), bahwa

(25)

15 sikap yang kedua mengacu pada sikap yang melekat setelah

mempelajari sains.

Jika seseorang memiliki sikap tertentu, orang itu cenderung berprilaku

secara konsisten pada setiap keadaan.

Dari pandangan Harlen di atas, sikap ilmiah dikelompokkan menjadi dua

yaitu:

1. Seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu terhadap sains

sebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi

pengembangan karir di masa datang

2. Seperangkat sikap yang jika diikuti akan membantu proses pemecahan

masalah.

3. Belajar dan Hasil Belajar

Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar mengajar memegang

peranan yang sangat penting. Proses belajar mengajar akan bermakna

apabila terjadi kegiatan belajar murid. Sehingga penting sekali bagi setiap

guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat

memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan

serasi bagi murid.

Hamalik (2001: 27) mengemukakan tentang belajar, bahwa

(26)

16 Menurut Gagne dalam buku “The Conditions of Learning” yang dikutip

oleh Purwanto (2004: 84) menyatakan, bahwa

Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga

perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum mengalami situasi ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi Menurut Morgan dalam buku “Introduction to Psychology” yang dikutip

oleh Purwanto (2004: 84) mengemukakan, bahwa Belajar adalah setiap

perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai

suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, belajar dapat diartikan sebagai

suatu proses untuk mendapatkan perubahan pada diri seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya dan sesuai dengan kemampuan

masing-masing, sehingga diperoleh pengetahuan baru yaitu dalam bentuk

penguasaan, penggunaan, maupun penilaian mengenai sikap dan kecakapan

yang merupakan perubahan atau peningkatan perolehan dari berbagai

keadaan sebelumya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:

1. Faktor individual (dari dalam diri seseorang) antara lain:

kematangan/pertumbuhan, kecerdasan/intelijensi, latihan/ulangan,

motivasi, dan faktor pribadi/karakter individu.

2. Faktor sosial (dari luar individu) antara lain: faktor keluarga/keadaan

rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat- alat yang dipergunakan

dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan

(27)

17

Hakikat belajar dan mengajar yang lebih progresif berbeda dengan hakikat

belajar dan mengajar dengan pola tradisional. Pada pola tradisional,

kegiatan mengajar lebih diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa.

Pandangan ini mendorong guru untuk memerankan diri sebagai tukang ajar.

Artinya apabila guru mengajar ia lebih mempersiapkan dirinya supaya

berhasil dalam menyampaikan serta menuntaskan atau menyelesaikan

semua materi pelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan. Pada pola

progresif makna belajar diartikan sebagai pembangunan gagasan

pengetahuan oleh siswa sendiri selain peningkatan ketrampilan dan

pengembangan sikap positif. Oleh karena itu istilah mengajar yang dianggap

berkonotasi “teachers centered” diganti dengan istilah pembelajaran.

Diharapkan dengan penggunaan istilah pembelajaran guru akan selalu ingat

bahwa tugasnya adalah membelajarkan siswa dengan kata lain membuat

siswa dapat belajar untuk mencapai hasil yang optimal. Sesuai dengan

pengertian belajar yaitu bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang

mengakibatkan terjadi perubahan tingkah laku, maka pengertian

Pembelajaran menurut TIM MKDK IKIP Semarang (2000: 24), bahwa

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa secara sadar dan sengaja, agar proses belajar dapat berjalan dengan maksimal, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.

Karena pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

(28)

18 memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku

siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas.

Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan dan nilai

atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.

Tujuan-tujuan belajar diusahakan untuk dicapai dalam proses atau kegiatan

belajar pembelajaran. Menurut Arikunto (2002: 132) mengemukakan,

bahwa tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan

pengetahuan, kemampuan keterampilan dan sikap siswa akibat dari hasil

belajar yang telah dilakukan siswa.

Menurut Hamalik (2005: 31), bahwa

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan ketrampilan Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006: 121)

menyatakan, bahwa

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu

permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang

dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut

didukung oleh pendapat Hamalik (2002: 19) menyatakan, bahwa

(29)

19 menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran dapat diperoleh

dengan berusaha mengamati, melakukan percobaan, memahami

konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta mampu untuk mengaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang

diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2005: 21)

menyatakan, bahwa

Hasil belajar dapat diperoleh dari berbagai usaha, misalnya aktif dalam kegiatan pembelajaran, memahami eksperimen yang

dilakukan, dan menganalisis hasil eksperimen dan menganalisis isi suatu buku. Seseorang yang mampu menguasai suatu materi keilmuan dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut memiliki prestasi.

Hasil belajar merupakan prestasi aktual siswa yang dapat didukung dengan

berbagai aktivitas pembelajaran. Hasil belajar yang baik akan diperoleh

dengan usaha yang dilakukan oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh

pendapat Keller dalam Mulyono (2002: 45), bahwa

Hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah

indikator dari adanya aktivitas, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari interaksi kegiatan belajar

mengajar. Hasil belajar itu dapat berupa tingkah laku (psikomotor), ranah

(30)

20 4. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

Learning cycle dalam bahasa Indonesia disebut sebagai siklus belajar.

Siklus belajar adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Terdiri dari tahapan-tahapan pembelajaran yang disusun sedemikian rupa.

Hal ini sesuai dengan pendapat Dasna (2005: 1), bahwa

Learning cycle merupakan model pembelajaran yang terdiri dari fase-fase atau tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.

Menurut Lawson dalam Kartika (2007: 17), bahwa model siklus belajar

pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum

Improvement Study/SCIS, mengemukakan bahwa siklus belajar terdiri dari

tiga tahapan dalam siklus belajar yaitu exploration, invention, dan

discovery, tetapi hal ini terus mengalami perkembangan hingga Lawson

mengemukakan bahwa ada tiga tahapan dalam siklus belajar, yaitu

eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Pada tahap eksplorasi

siswa diberi kesempatan menyelidiki materi dan/atau ide-ide sehingga pola

keteraturan ditemukan dan pertanyaan diajukan kepada siswa. Tahap

pengenalan konsep memberikan kesempatan kepada guru memperkenalkan

konsep dan menjelaskan konsep yang baru diselidiki. Tahap ketiga, aplikasi

konsep merupakan tahap membangkitkan siswa untuk mencari pola dan

menerapkan konsep pada situasi baru.

Model pembelajaran siklus belajar selanjutnya dikembangkan dari tiga

(31)

21 engage sebelum explore dan ditambahkan pula tahap evaluate pada bagian

akhir siklus. Maka lima tahap tersebut terdiri atas tahap pembangkitan

minat/mengajak (engage), eksplorasi/menyelidiki (explore), menjelaskan

(explain), memperluas (extend), dan evaluasi (evaluate) sehingga dikenal

dengan siklus belajar 5E.

Kelima tahap dalam learning cycle 5E yang dikemukakan oleh Anthony W.

Lorsbach dalam Wena (2009: 171-172), dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap membangkitkan minat (engage). Pada tahap ini, guru berusaha

membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa pada topik yang akan

dipelajari, menimbulkan pertanyaan dan mendatangkan respon / jawaban

dari siswa yang akan memberikan gambaran apa yang telah mereka

ketahui.

b. Tahap menyelidiki (explore). Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan

untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran

langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat

pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum

dan telaah literatur.

c. Tahap menjelaskan (explain). Pada tahap ini, guru mendorong siswa

untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti

dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan

(32)

22 d. Tahap memperluas (extend). Pada tahap ini, siswa menerapkan konsep

dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks

yang berbeda.

e. Tahap evaluasi (evaluate). Evaluasi adalah tahap akhir dari siklus belajar.

Pada tahap ini, guru dapat mengamati pengetahuan dan pemahaman

siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat mengevaluasi diri

dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang

menggunakan observasi, bukti dan penjelasan yang diperoleh

sebelumnya.

Berdasarkan tahapan dalam model pembelajaran bersiklus seperti yang telah

dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan

guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali, mengevaluasi

pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari. Untuk lebih jelasnya,

model pembelajaran bersiklus ini dapat ditampilkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Siklus belajar (learning cycle) tipe 5E

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa model pembelajaran ini

dilakukan secara bersiklus, mulai dari tahap pembangkitan minat (engage)

sampai pada tahap evaluasi (evaluate). Model ini dinamakan bersiklus

Extend Explain Explore

[image:32.595.176.490.507.614.2]
(33)

23 karena pada tahap evalusi (evaluate), guru dan siswa menganalisis

kekurangan atau kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran mulai dari

menganalisis tahap pembangkitan minat (engage) sampai perluasan

(extend). Setelah menganalisis, guru kembali mengajukan permasalahan

baru yang akan diselidiki pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian,

kemampuan analisis, evaluasi dan argumentasi siswa dapat berkembang.

Dengan demikian menurut Fajaroh (2007: 1), bahwa

Proses pembelajaran dengan learning cycle 5E bukan lagi berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan proses pemerolehan pengetahuan yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Lebih lanjut menurut Fauziah (2009: 26), bahwa

proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E bukan lagi sekedar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan proses yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penerapan model pembelajaran learning cycle

5E diharapkan siswa dapat belajar secara aktif dengan mempelajari materi

secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, informasi baru dikaitkan

dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, dan siswa melakukan

penyelidikan yang merupakan pemecahan masalah. Dengan demikian

proses pembelajaran tidak lagi monoton dan terfokus pada guru, siswa tidak

hanya menerima materi yang disampaikan melainkan mereka diberikan

kebebasan untuk mengeksplore materi yang akan diajarkan. Sehingga siswa

(34)

24 lebih besar terhadap materi yang akan diajarkan. Kecenderungan untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan ini akan menumbuhkan

minat dan diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

5. Teknik Pick Up Cards Game

Menurut Arif dan Napitupulu dalam Hakim (2011: 1), bahwa

Pick up cards game atau permainan memungut kartu merupakan salah satu teknik permainan dalam pembelajaran yang menggunakan kartu sebagai media untuk pola interaksi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Ciri-ciri permainan memungut kartu antara lain sebagai berikut.

a. Permainan memungut kartu merupakan permainan yang menyenangkan

yang dapat dimainkan berulang-ulang tanpa kehilangan daya tariknya.

b. Dengan seperangkat kartu, 3 sampai 10 orang atau lebih orang dapat

bermain.

c. Permainan memungut kartu ini dapat menonjolkan pepatah atau

peribahasa atau sajak, tanya jawab (seperti masalah dan pemecahannya)

dan sebagainya.

d. Permainan memungut kartu hendaklah diproduksi sesuai dengan rencana.

e. Permainan memungut kartu dapat dilakukan secara individu maupun

kelompok.

Teknik Pick Up Cards Game dalam proses pembelajaran di kelas dapat

dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

a. Persiapan

(35)

25 - Membuat media pembelajaran;

- Membuat desain pembelajaran;

- Membuat lembar kerja siswa;

- Membuat post-test;

- Serta membagi siswa dalam kelompok kecil yang heterogen.

b. Presentasi kelas

Pada tahap ini, guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran

khusus sesuai dengan desain pembelajaran yang dapat dilakukan

dengan menggunakan variasi vokal atau perubahan intonasi nada dan

kecepatan terhadap materi-materi yang disampaikan.

c. Kegiatan kelompok

Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berkumpul sesuai dengan kelompoknya.Siswa dalam kelompok

memperhatikan demonstrasi dan penjelasan materi yang diberikan guru.

Guru kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab

oleh masing-masing kelompok. Setelah masing-masing siswa dalam

kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan, salah satu

perwakilan siswa dalam kelompok, memungut kartu pemecahan

masalah yang dianggap benar dan kemudian menempelkannya didepan

kelas. Demikian seterusnya sampai semua pertanyaan diberikan. Jika

tidak tersedia pemecahan masalah yang sesuai, maka siswa menuliskan

sendiri pemecahan masalah yang dianggap benar pada kartu kosong.

Siswa dalam masing-masing kelompok yang sudah memungut kartu,

(36)

26 masih ada yang belum memungut kartu. Perwakilan kelompok yang

[image:36.595.165.480.194.312.2]

paling cepat memungut kartu dan tepat, mendapatkan nilai tertinggi.

Tabel 2.1Kriteria Penilaian dalam Permainan Memungut Kartu

Ketepatan Kecepatan Skor

Benar I 100

Benar Benar Benar Benar II III IV V 90 80 70 60

Benar VI 50

Benar VII 4

Catatan :

 Jika pertanyaan memiliki jawaban benar lebih dari satu, maka skor

yang diperoleh dikalikan dengan jumlah jawaban benar yang ada.

 Jika siswa memungut dua kartu jawaban, dimana satu jawaban benar

dan satu jawaban salah, maka skor yang diperoleh dibagi dua.

 Jika siswa menjawab salah, maka memdapat nilai 0.

 Waktu yang disediakan untuk memungut kartu dan menempelkannya

di depan kelas adalah 60 detik.

 Jika lebih dari waktu yang disediakan siswa belum menempelkan

kartu di depan kelas, maka jawaban dinyatakan salah dan mendapat

nilai 0.

d. Pembahasan

Setelah semua permasalahan selesai diberikan, guru bersama siswa

melakukan diskusi kelas membahas hasil jawaban dari masing-masing

(37)

27 membahas dan mengarahkan siswa ke penyelesaian yang benar. Hasil

penilaian dari kegiatan permainan ini dijadikan sebagai tambahan nilai

tugas bagi masing-masing siswa.

e. Kegiatan Akhir Pembelajaran

Pada tahap akhir pembelajaran ini, siswa dibimbing untuk

menyimpulkan hasil pembelajaran. Guru memberikan penghargaan

kepada kelompok yang mendapat nilai tertinggi. Setelah itu, guru

memberikan pesan moral kepada siswa yang berkaitan dengan materi

yang telah dipelajari serta menghimbau untuk selalu belajar dirumah.

Metode pembelajaran dengan teknik pick up cards game itu sendiri tentunya

memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ningsih (2012: 1), bahwa

Kelebihan dari metode pick up cards game yaitu, mendorong memberikan pelatihan bagi siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran (berperan serta dalam merancang kegiatan ,

melaksanakan kegiatan, mempertanggung jawabkan hasil kerjanya), mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik, dan

membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.sedangkan kelemahan metode ini yaitu, mudah

menyimpang dari pokok permasalahan, apatis bagi siswa yang tidak terbiasa dalam forum, dan kekhawatiran guru bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.

Teknik Pick Up Cards Game ini dilakukan secara terpadu, agar tercipta

keefektifan belajar siswa dan memberi kemungkinan kepada siswa untuk

bekerja sama satu dengan yang lain, serta diharapkan dapat memecahkan

(38)

28 B.Kerangka Pikir

Pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game merupakan

suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pembelajarnnya

siswa dapat belajar secara aktif, dengan mempelajari materi secara bermakna

dengan bekerja dan berpikir, informasi baru dikaitkan dengan pengetahuan

yang telah dimiliki siswa, dan siswa melakukan penyelidikan yang merupakan

pemecahan masalah. Dengan demikian proses pembelajaran tidak lagi monoton

dan terfokus pada guru, siswa tidak hanya menerima materi yang disampaikan

melainkan mereka diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi materi yang

akan diajarkan. Sehingga siswa tidak lagi merasa jenuh dan cenderung untuk

memberikan perhatian yang lebih besar terhadap materi yang akan diajarkan

dan tujuan belajar-pun tercapai.

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat,

dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi

siswa tentang saintis (X1) dan sikap ilmiah siswa (X2), sedangkan variabel

terikatnya adalah hasil belajar IPA fisika siswa (Y), serta variabel

moderatornya adalah model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik

pick up card game (Z). Kaitan antara variabel pada penelitian ini dapat

(39)
[image:39.595.216.416.112.337.2]

29

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Pikir

Keterangan:

X1 = persepsi siswa tentang saintis X2 = sikap ilmiah siswa

Y = hasil belajar IPA fisika siswa r1 = pengaruh X1 terhadap Y r2 = pengaruh X2 terhadap Y

R12 = persepsi siswa tentang saintis (X1) dan sikap ilmiah siswa (X2) terhadap hasil belajar (Y)

Z = model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game

C.Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa berpengaruh

terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning

cycle 5E dengan teknik pick up cards game. Z R1 X1

X2

Y R12

(40)

III. METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Gajah Mada Bandar Lampung tahun

pelajaran 2012/2013.

B.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap

SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang

berjumlah 154 siswa. SMP Gajah Mada Bandar Lampung memiliki jumlah

yaitu 4 kelas yaitu kelas VIIIA sampai dengan kelas VIIID. Dari banyaknya

kelas yang ada akan diambil satu kelas sebagai sampel. Dalam penelitian ini,

pengambilan sampel dilakukan secara acak. Dari pengambilan kelas secara

acak diperoleh kelas VIIIB yang berjumlah 35 siswa.

C.Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu (X1) perspsi siswa

tentang saintis yang diukur dengan menggunakan angket persepsi dan (X2)

sikap ilmiah siswa yang diukur dengan lembar observer sikap ilmiah siswa.

Satu variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar siswa yang diukur dengan

(41)

31 mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas (X1) dan

(X2) terhadap variabel terikat (Y) yang didukung dengan variabel moderator

(Z) yaitu model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan teknik pick up cards

game.

D.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen dengan menggunakan satu

kelas sebagai sampel yaitu kelas VIIIB. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas

yaitu persepsi siswatentang saintis dan sikap ilmiah siswa, variabel terikat yaitu

hasil belajar IPA fisika siswa, dan variabel moderator yaitu model

pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game. Desain

eksperimen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case

[image:41.595.237.426.481.518.2]

Study. Berikut adalah gambar desain penelitian yang akan digunakan:

Gambar 3.1. Desain One-Shot Case Study

Keterangan:

X = Treatmen (perlakuan kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up card s game) O = Hasil perlakuan

(42)

32 E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Lembar angket persepsi tentang saintis

Lembar angket persepsi tentang saintis digunakan untuk melihat

sejauhmana persepsi siswa terhadap saintis.

b. Lembar penilaian sikap ilmiah

Lembar penilaian sikap ilmiah digunakan untuk mengukur sikap ilmiah

siswa.

c. Lembar penilaian hasil belajar

Lembar penilaian hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar

siswa.

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih

dahulu dengan menggunakan uji validitas, uji reliabilitasis dan anates. Uji

validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji instrumen persepsi siswa

tentang saintis dan hasil belajar siswa. Sedangkan,anates digunakan untuk

menguji instrumen soal permainan pick up cards game.

1. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti. Valid

berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

(43)

33 hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara

hasil tes tersebut dengan kriterium. Untuk menguji validitas instrumen

digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson

dengan rumus:

= �Ʃ − Ʃ (Ʃ )

�Ʃ 2− Ʃ 2 {�Ʃ 2 − Ʃ 2}

Keterangan:

= koefesian korelasi yang menyatakan validitass = skor butir soal

= skor total �= jumlah sampel

(Arikunto, 2008:72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih

dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika

korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka

koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta

korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai

validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap

memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188)

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program

(44)

34 besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat

(valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada

pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung

reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

r11 

              2 1 2 1 1 1   n n Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner

dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan

[image:44.595.233.436.624.726.2]

ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kuesioner Reliabel

NO Cronbach’sNilai Alpha Kategori 1 0,00 – 0,20 Kurang Reabel 2 0,21 - 0,40 Agak Reabel 3 0,41 – 0,60 Cukup Reabel 4 0,61 - 0,80 Reabel

(45)

35 Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel

yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan

skor setiap nomor soal.

G.Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Nontes

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai persepsi siswa

tentang saintis dengan menggunakan angket persepsi siswa tentang saintis

dalam penelitian ini diperoleh dari hasil peyebaran angket persepsi. Angket

ini disusun dengan beberapa indikator yaitu jenis kelamin, penghasilan yang

didapat, kebiasaan seorang saintis, dan tentunya dipengaruhi oleh perasaan

senang / tidak senangnya seseorang terhadap saintis. Angket yang diberikan

langsung kepada siswa yang terdiri dari 15 pernyataan yang terdiri dari lima

pilihan jawaban, yaitu:

(1)Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Ragu-ragu, (4) Tidak setuju, dan (5) Sangat

tidak setuju.

Untuk pernyataan positif, urutan nilainya adalah sangat setuju = 5, setuju =

4, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1. Sedangkan

untuk pertanyaan negatif urutan nilainya adalah sangat setuju = 1, setuju =

2, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 4, dan sangat tidak setuju = 5.

Data interval tersebut dapat dianalisis dengan menghitung jumlah skor

setiap nomor dari jawaban siswa. Jika jumlah skor siswa antara 55 ≤ X ≤75,

(46)

36 maka persepsi siswa tentang saintis cukup baik, dan jika jumlah skor siswa

15 ≤ X < 35 maka persepsi siswa tentang saintis kurang baik.

Kriteria penilaian tersebut sesuai dengan kriteria penilaian menurut

Direktorat Pembinaan SMA (2010: 59):

Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Skala Likert

Rentang Skor Kriteria

Mi + SDi ≤ M ≤ Mi + 3,0 Sdi Baik

Mi – SDi ≤ M < Mi + Sdi Cukup Baik Mi –3 SDi ≤ M < Mi – Sdi Kurang Baik

Mi = ½ (skor maks + skor min)

SDi = 1/6 (skor maks – skor min)

Keterangan :

Mi : Mean ideal M : Mean

Sdi : Standar Deviasi ideal

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Angket

digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik, dan

dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia.

Sikap ilmiah siswa dinilai dengan menggunakan lembar observasi penilaian

sikap ilmiah yang dinilai dari 7 indikator sikap yaitu memiliki rasa

keterbukaan, objektif, teliti, kedisiplinan, kerjasama, kejujuran dan

(47)

37 1 sampai dengan 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai berikut:

1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup. 4= baik, dan 5 = amat baik.

skor maksimum = 5 ( skor maks setiap indikator) X 7 ( indikator) = 35

Nilai sikap ilmiah dapat diberikan dalam bentuk huruf, oleh karena itu

total skor yang telah diperoleh harus dikonversi.

[image:47.595.199.467.350.435.2]

Konversi Nilai = x 100

Tabel 3.3. Konversi Nilai Sikap Ilmiah

Skor Total NILAI KONVERSI Kategori Angka Huruf

29 – 35 21 - 28 14 - 20 7 – 13

81 - 100 61 - 80 41 - 60 20 – 40

A B C D Amat Baik Baik Cukup Kurang

(Depdiknas, 2006: 27)

2. Teknik Tes

Tes diberikan kepada siswa dalam bentuk tes tertulis untuk mendapatkan

data kognitif tentang hasil belajar fisika siswa. Dari kelompok yang

diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game. Tes

tertulis siswa diberikan diakhir pembelajaran (posttest), yang berupa tes

uraian berjumlah 10 soal, dan setiap nomor memiliki skor 20. Dengan tes

uraian ini maka akan menuntut kemampuan siswa untuk dapat

(48)

pengertian-38 pengertian yang telah dimiliki, sehingga sangat cocok untuk menguji hasil

belajar fisika siswa. Siswa akan meperoleh suatu skor yang besarnya

ditentukan dari banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar.

Untuk mempermudah dalam pengolahan data skor yang diperoleh dibuat

dalam bentuk nilai dengan rumus:

= ℎ 100

Sudjana (2005: 318)

H.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan SPSS 16.0 untuk menganalisis data.

Data yang diperoleh adalah data yang berbentuk skala interval. Adanya

probabilitas pada pengambilan sampel untuk digeneralisasikan maka untuk

menganalisis data interval tersebut digunakan statistik interferensial untuk

menguji hipotesis penelitian.

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi

normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogrov

smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis

(49)

39 Ho : data tidak terdistribusi secara normal.

H1 : data terdistribusi secara normal.

Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan

program pada komputer yaitu menggunakan program SPSS 16.0 dengan

metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau

nilai . � 2− , nilai � yang digunakan adalah 0,05 dengan

pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0

diterima dengan artian bahwa data tidak terdistribusi secara normal.

2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka H1

diterima dengan artian bahwa data terdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini

biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi

linear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0

dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0, 05. Dua

variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi

(50)

40 c. Uji Regresi Linear Sederhana

Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan

regresinya. Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat

diprediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas

diubah-ubah serta untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.

= +

Dengan:

=

2

2 − 2

= − 2 − 2

Priyatno (2010: 55)

Untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan

dengan menggunakan program SPSS 16.0. Kriteria uji yang digunakan

adalah jika thitung > dari ttabel maka H1 diterima.

d. Uji Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui efisiensi perhitungan analisis data Uji Regresi Linier

Berganda digunakan Aplikasi Program SPSS 16.0. Kriteria uji yang

digunakan adalah jika Fhitung > dari Ftabel maka terima H1. Selanjutnya

dengan adanya pertimbangan efesien perhitungan analisis data uji

(51)

41 Persamaan yang harus diselesaikan dalam regresi linear berganda, yaitu:

′= + + + � �

Keterangan :

Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X1, X2, Xn = Variabel independen

= Konstanta (nilai apabila X1, X2,….,Xn = 0)

b1, b2, bn = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

e. Analisis Korelasi

1. Analisis Korelasi Sederhana

Digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel

dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Menurut Sugiyono

(2007) pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi

sebagai berikut :

0,00 – 0,199 : sangat rendah 0,20 – 0,399 : rendah 0,40 – 0,599 : sedang 0,60 – 0,799 : kuat 0,80 – 1,000 : sangat kuat

2. Analisis Korelasi Ganda

Analisis korelasi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara

dua atau lebih independen (X1,X2,..Xn) terhadap variabel dependen (Y)

secara serentak. Koefisien ini menunjukan seberapa besar hubungan

yang terjadi antara variabel independen secara serentak terhadap

variabel dependen. Nilai R berkisar anatara 0 sampai, nilai semakin

(52)

42 nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin

lemah.

Rumus korelasi ganda dengan dua variable independen adalah:

. 1 2 =

1 2+ 2 22 1 2 1 2 . 1− 1 2 2

(Priyanto,2010:65)

Dimana :

. 1 2 : korelasi variable X1 dan X2 secara bersama–sama. 1 : korelasi sederhana antara X1 dengan Y

2 : korelasi sederhana antara X2 dengan Y

Menurut sugiono(2007) pedoman untuk memberikan interprestasi

koefisien korelasi sebagai berikut:

0,00 – 0,199 : sangat rendah 0,20 – 0,399 : rendah 0,40 – 0,599 : sedang 0,60 – 0,799 : kuat 0,80 – 1,000 : sangat kuat

f. Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variable

independen secara parsial berpengaruh signitifikan terhadap variable

dependen.

Rumus hitung pada analesis regresi adalah :

t hitung =

(53)

43 Dimana:

bi : Koefisien regresi variabel independen Sbi : Standar error variabel i

Hipotesis pertama

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan persepsi

siswa tentang saintis terhadap hasil belajar IPA fisika siswa

melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick

up cards game.

H₁ : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan persepsi siswa

tntang saintis terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui

model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up

cards game.

Hipotesis kedua

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan sikap ilmiah

siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model

pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards

game.

H₁ : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan sikap ilmiah siswa

terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model

pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards

(54)

44 Kriteria pengujian:

Ho diterima jika t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel dan Ho ditolak jika t hitung

< t tabel atau t hitung > t tabel

g. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama–sama (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen

(X1,X2…Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

variable independen (Y).

Hipotesis ketiga

Ho : Tidak terdapat pengaruh hubungan yang positif dan signifikan

antara persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa

terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran

learning cycle 5e dengan teknik pick up cards game.

H₁ : Terdapat pengaruh hubungan yang positif dan signifikan antara

persepsi siswa tentang saintis pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap

hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning

cycle 5e dengan teknik pick up cards game.

Kriteria pengujian:

Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel dan Ho ditolak jika F hitung > F

(55)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu:

1. Terdapat pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil belajar IPA

fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik

pick up cards game.

2. Terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika

siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up

cards game.

3. Terdapat pengaruh persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa

terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran

learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

B.Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti

memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru IPA fisika khususnya guru IPA fisika kelas VIII di SMP Gajah

Mada, Bandar Lampung untuk dapat menumbuhkan persepsi siswa tentang

saintis dan sikap ilmiah siswa serta dapat meningkatkan minat, motivasi,

(56)

80

pembelajaran yang tepat, salah satunya yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

2. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa maka

perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang

dapat mempengaruhi hasil belajar dan aktivitas belajar selain dengan model

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Artikata. 2011. Definisi Saintis. [online]. Tersedia: http: //m.artikata.com/arti-348610-saintis.html. Diunduh pada tanggal 14 Januari 2013

Ayisetiabudi. 2008. Definisi Persepsi. [online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1837978-definisi-persepsi/. Diunduh pada tanggal 14 Januari 2013

Dasna, I. Wayan. 2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. [online].

Tersedia: http://wordpress.com/. Diunduh pada tanggal 04 februari 2012

Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas. Jakarta: Depdiknas

Djamarah dan Zain. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Fajaroh, F. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). [online].Tersedia:http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelaja ran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/. Diunduh 27 November 2011

Fauziah, Uzi. 2009. Penerapan Model Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan Prestasi Belajara dan Mengetahui Profil Kemampuan Psikomotor serta Berpikir Kritis Siswa. Skripsi. [online]. Tersedia: http:// repository. upi. edu/skripsiview.php?no_skrip. Diunduh pada tanggal 23 Agustus 2011

Ghandiswari. 2009. Persepsi Pelajar Terhadap Saintis dan Kefahaman Pelajar dalam Sains. [online]. Tersedia: http://GHANDISARIAPO50057D2009TTP-1.pdf. Diundu pada tanggal 7 Januari 2013

Hakim, Ly.2011. Learning Theory and Models. [online]. Tersedia: http://learningmodels.blogspot.com/2011/04/teknik-pick-up-cards-game.html. Diunduh pada tanggal 24 November 2012

(58)

82 Hani Ismail. 2001. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian pelajar

menengah rendah dalam mata pelajaran sains. Malaysia: Kertas Projek Sarjana, Fakulti Pendidikan. Universiti Kebangsaan.

Ilmualam. 2012. Sikap Ilmiah. [online]. Tersedia: http://Sikap ilmiah _ ilmu alam.htm. Diunduh pada tanggal 9 Januari 2013

Kamisah, Osman. 2007. Sikap terhadap Sains dan Sikap Saintifik di kalangan Pelajar Sains. [online]. Tersedia: http://Jpend32[03].pdf. Diunduh pada tanggal 7 Januari 2013

Kartika, Hajar Kirana. 2007. Pengaruh Prosedur Siklus Belajar 5E Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Fluida Statis. Skripsi. FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan. [online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/. Diunduh pada tanggal 22 Oktober 2011

Lorsbach, Anthony W. (2002). The Learning Cycle as A Tool For Planing Science Instruktion. [online]. Tersedia: http://www. coe. ilstu. edu/ scienceed/lorsbach/257/lrcy.html. Diunduh pada tanggal 15 Agustus 2011

Mabsuthoh, Ngatiatul. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Massa Jenis. Skripsi. [online]. Tersedia: http://98436-ngatiatulmabsuthoh-fitk.pdf. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2013

Mulyono. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Pustaka

Nabbeh, Istiaqul. 2011. Sikap Ilmiah. [online]. Tersedia: http://98436- makalah-laporan-ilmiah-sikap-ilmiah.html. Diunduh pada tanggal 18 November 2012

Narayan, Chhaya. 2011. Year 8 Student Perceptions of Science and Scientists. New Zealand: University of Waikato

Ngalim Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ningsih, Diah M

Gambar

Gambar  2.1 Siklus belajar (learning cycle) tipe 5E
Tabel 2.1Kriteria Penilaian dalam Permainan Memungut Kartu
Gambar 2.2 Diagram Kerangka Pikir
Gambar 3.1. Desain One-Shot Case Study
+3

Referensi

Dokumen terkait

pan buatan hasil tangk es dari 11 f ae, Haemu uraenidae, bubu tali d umpan buat n berat 6,02 centridae 14 (4,62%) de Serranida Nemipte Haemulid Holocent Monacha Siganidae

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dengan mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi timbulnya depresi pada pengasuh pasien skizofrenik maka dibutuhkan

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, maka dirumuskan suatu permasalahan yaitu pengelompokan kabupaten/ kota di Sumatera Utara

Korelasi yang sangat kecil dapat disebabkan oleh kelompok subjek yang menjadi responden bukan merupakan suporter lapangan melainkan suporter klub sepak bola nobar sehingga

Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan terhadap potongan komersial karkas ayam buras super (persilangan ayam Bangkok dengan ayam ras

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan teknologi informasi pembelajaran e-learning dengan ADDIE Model dapat memperkaya pedagogi

Karakter agronomi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang dan lebar kanopi berkorelasi positif dan nyata (taraf 5%) terhadap semua karakter hasil, kecuali tinggi

N Kompetensi Dasar Alok Januari Februari Maret April Mei juni.. Mengetahui Guru Mata Pelajaran