• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA FANATISME TERHADAP KLUB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA FANATISME TERHADAP KLUB"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA FANATISME TERHADAP KLUB DENGAN

KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA SUPORTER KLUB

SEPAK BOLA NONTON BARENG DI YOGYAKARTA

DHELLA ANGGIA DEVIANA PUTRI

09/283322/PS/05761

DI BAWAH BIMBINGAN:

FAUZAN HERU SANTHOSO, DRS., M.SI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

(2)

_________________________

Dekan Fakultas Psikologi UGM

Dra. Supra Wimbarti, M.Sc., Ph. D.

NIP: 195908071986032001

Panitia Penguji:

Tanda Tangan

1. Fauzan Heru Santhoso, Drs., M.Si.

………

2. Ratna Wulan, Dr., S.U.

………

3. Budi Andayani, Dra., M.A.

………

(3)

Dhella Anggia Deviana Putri Fauzan Heru Santhoso

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract

The aim of this research to examined the relationship between fanaticism and aggressive behavior tendencies of foreign football fans. Data were collected from 93 participants of 4 different fans club at Yogyakarta, which are Milanisti Indonesia sezione Jogja, Juventus Club Indonesia chapter Jogja, BIGREDS (Liverpool FC), and Jogja United Indonesia. Those fans klub had the largest member and the most attractive in supporting their real club. This research used purposive sampling. Instrument for data collection were The Aggressive Behaviour Tendencies Scale and Fanaticism Scale. Product Moment Correlation were used to analyze the data. Result showed that there is a relationship between Aggressive Behavior Tendencies and Fanaticism on foreign football fans around 0,212 (p<0,05).

Keywords: aggressive behavior tendencies, fanaticism, supporter

Suporter yang hanya menyaksikan pertandingan melalui siaran langsung televisi, dan proyektor sebagai media pembesar agar dapat disaksikan bersama disebut suporter klub sepak bola nonton bareng (nobar). Suporter hanya dapat mendukung dari kejauhan dan teriakan dukungan mereka pun tidak terdengar. Suporter klub sepak bola nobar dapat membawa nama baik sebuah tim, apabila tidak pernah tercatat dalam kriminalitas. Pada intinya, suporter adalah sumber solidaritas, integritas, sportivitas, dan kemeriahan dalam sepak bola. Hal yang dilakukan oleh suporter klub sepak bola nobar hampir sama dengan suporter lapangan yaitu mendukung tim favorit dengan membuat kaos, spanduk, koreo, menyanyikan lagu, bersorak sorai sambil menonton pertandingan.

(4)

Indonesia), JCI (Juventus Club Indonesia), AIS (Arsenal Indonesia Supporter). BIGREDS Indonesia sebagai pemrakarsa berdirinya fans klub di Indonesia. Berdiri pada awal tahun 2000

BIGREDS Indonesia melebarkan sayapnya di kota-kota besar Indonesia, disusul oleh fans klub lain yaitu Milanisti Indonesia pada Maret 2003, United Indonesia pada 2006 dan Juventus Club Indonesia pada tahun 2009. Munculnya fans klub mancanegara ini membuat sepak bola di Indonesia semakin marak. Fans klub selalu mengadakan acara wajib yaitu ‘nonton bareng’

(nobar). Setiap laga yang disiarkan televisi saat ini memudahkan para anggota fans klub menyaksikan pertandingan tim kesayangannya. Tak ketinggalan berita mengenai tim favorit yang selalu diulas dalam berita bola di televisi maupun aplikasi yang setia membantu menginfokan berita.

Pengaruh yang ditimbulkan berbeda dengan suporter lapangan, dukungan para suporter klub sepak bola nobar ini tidak dapat terdengar oleh para pemain atau tim secara langsung. Suporter bernyanyi, bersorak, hanya untuk mendukung tim favorit mereka. Nobar menjadi sebuah hiburan tersendiri bagi para pecinta bola. Laga besar biasa dipertandingkan antar klub besar atau penentuan lolos kompetisi semifinal atau final. Setiap tim memiliki rival dan begitu juga para suporter, rival tim adalah rival suporter.

Agresi verbal dan non verbal, langsung maupun tidak langsung terjadi pada suporter klub sepak bola nobar, seperti: berbicara kasar mengenai tim rival melalui sosial media, saling menyindir antar suporter fans klub melalui sosial media, menimbulkan permusuhan dengan teman, aksi melempar botol pada suporter lawan ketika nobar berlangsung, aksi pemukulan terhadap suporter lawan seusai nobar.

(5)

Kekalahan tim yang di dukung suporter sepak bola, 4) Overacting-nya petugas keamanan, 5) Saling ejek antar kedua suporter.

Sejatinya sebagai seorang suporter yang profesional, tidak seharusnya individu berperilaku agresif seperti merusak fasilitas maupun ikut dalam bentrokan antar suporter apabila tim kesayangannya mengalami kekalahan. Suporter adalah seorang pendukung sejati sebuah tim. Perilaku yang ditunjukkan seharusnya perilaku mendukung yang positif. Menjadi suporter yang dewasa salah satunya mendukung tim kesayangan dengan penuh kecintaan terhadap tim dan tidak melakukan tindakan anarkis. Individu boleh menyukai sesuatu yang diidolakannya tetapi tidak harus agresif.

Suporter telah melakukan segenap pengorbanan berupa biaya tiket, parkir dan transportasi yang dikeluarkan suporter untuk menyaksikan pertandingan tim kebanggaannya berlaga. Dengan biaya yang dikeluarkan tentu suporter berharap mendapatkan imbalan yaitu tim kebanggaannya memenangkan pertandingan. Suporter datang untuk mendukung tim, suporter fanatik menunjukkan tindakan agresifnya ketika ada yang memberi stimulus negatif. Salah satu tindakan agresif tidak menutup kemungkinan pada suporter klub sepak bola nobar, sebelum pertandingan pun saling mencela di media sosial telah terjadi, fakta ini semakin menguatkan bahwa suporter klub sepak bola nobar tidak menutup kemungkinan untuk menimbulkan perilaku agresif.

(6)

luar dan rekayasa conditioning terhadap manusia tersebut (Ridyawanti, 2011). Perilaku agresif yang menggunakan pendekatan behavioristik merupakan tindakan melukai orang lain. Bentuk tindakan tersebut misalnya, memukul, menganiaya, berkata kasar, melukai, merusak fasilitas umum, dan menjarah.

Kesukaan terhadap sebuah tim kesayangan yang berlebihan membuat seseorang menjadi fanatik. Kehidupannya tidak jauh dari kefanatikan terhadap tim kesayangan. Fanatisme memiliki cara-cara dalam menunjukkan kekagumannya terhadap sebuah tim kesayangan. Membeli baju tim bola kesayangan, aksesoris (gantungan kunci, syal, dompet, sarung bantal, jam tangan, stiker, dompet, kaos), menjadi anggota fans klub, menonton setiap pertandingan tim kesayangannya, dan menjadi pemimpin suporter. Beberapa hal tersebut termasuk tindakan fanatik terhadap sebuah tim sepak bola. Kekaguman yang ditunjukkan terhadap tim sepak bola favoritnya menjadi irasional ketika dirinya terlibat situasi emosional dalam kefanatikannya di dunia sepak bola.

Seorang suporter yang fanatik seharusnya dapat menjunjung tinggi sportivitas namun dalam kenyataannya suporter itu sendiri memilih lebih bertindak agresif pada saat menonton pertandingan dengan saling menjatuhkan, berkata kasar, dan membanting benda yang ada di dekatnya. Peneliti sangat tertarik dengan permasalahan sebab akibat ini yang terjadi pada perilaku suporter klub sepak bola nobar, perilaku yang dimaksud adalah melempar benda, memaki, mengejek tim lawan, sampai berujung anarkis.

(7)

perilaku agresi yang ditunjukkan lebih mendekati pada agresi berbentuk kekerasan, karena ditunjukkan dengan menjadikan suporter lawan sebagai sasaran agresi dan pengrusakan arena tempat nobar seperti: pagar, kursi penonton, pintu, white screen.

Anderson (dalam Baron & Byrne, 2005) mengembangkan pendekatan yang dianggap penting bagi para psikolog sosial, yang dirumuskan dalam teori general affective aggression model (GAAM). Teori ini menerangkan bahwa agresi dipicu oleh banyak sekali variabel input, variabel ini tergolongkan ke dalam dua jenis yaitu aspek-aspek dari situasi itu sendiri (situasional) dan aspek-aspek kecenderungan yang dibawa individu ketika menghadapi situasi tertentu (personal). Observational learning theory atau modelling dikemukakan oleh Albert Bandura (Koeswara, 1988). Asumsi dasarnya, sebagian besar tingkah laku individu diperoleh sebagai hasil belajar observasi atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu lain yang menjadi model.

Agresi disebabkan oleh faktor lingkungan. Krahe (2005) menelaah penyebab lingkungan sebagai faktor yang mendorong dan meningkatkan agresi, seperti: crowding

(8)

Eysenck (Ancok dan Suryanto, 1997), menyatakan bahwa fanatisme adalah sikap dan pandangan yang dimiliki oleh seseorang dengan derajat emosional yang sangat kuat yang hanya tertuju pada satu hal atau figur tertentu. Fanatisme terhadap klub sepak bola contohnya suporter fanatik mampu melihat kebaikan dan keburukan dari tim favoritnya dan membenarkan semua aspek dari tim favoritnya tersebut, tidak mampu melihat tim lain secara objektif, dan menolak mengakui kelebihan dari tim lain yang bukan favoritnya.

Eysenck (dalam Yuana, 2001), ciri fanatisme ialah sikap dan pandangan tertentu yang sempit, sangat ketat dan bersifat menyerang. Wolman (dalam Yuana, 2001), fanatisme sebagai suatu antusiasme pada suatu pandangan tertentu yang diwujudkan dalam intensitas emosi dan sifatnya ekstrim. Adanya antusiasme berlebihan yang tidak berdasarkan pada akal sehat melainkan pada emosi tidak terkendali, membuat orang yang fanatik melakukan hal-hal yang tidak proporsional, sehingga akhirnya melakukan hal-hal yang kurang rasional. Suporter hanya percaya kepada klub kesayangannya apapun yang terjadi, karena cintanya kepada klub secara berlebihan ini yang meningkatkan antusiasme sehingga perilaku irasional yang tidak berdasar pada akal sehat muncul.

Hoffer (1993) menjelaskan aspek fanatisme yaitu orang-orang yang fanatik dapat menciptakan gerakan massa yang sesungguhnya jika waktunya sudah tepat. Terjadinya hal seperti ini hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang fanatik terhadap klub, yakni: keinginan untuk terus bersama, menghimpun kekuatan, dan melebur kepribadian yang berbeda-beda menjadi suatu kesatuan yang bulat dan kuat,

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan suporter sebagai kumpulan massa yang memberikan dukungan atau sokongan dalam suatu pertandingan. Suporter merupakan

(9)

Ketika terjadi suatu insiden di dalam pertandingan, maka suporter akan saling meledakkan emosi yang mungkin akumulasi dari ledakan itu bisa menjadi tindak agresi (Blumer dalam Octaviani, 2009).

D.H. Russell (dalam Krahe, 2005), “di luar peperangan, olahraga mungkin satu-satunya wahana bagi tindakan agresi antar pribadi bukan hanya toleransi, tetapi juga didukung secara antusias oleh segmen yang besar dalam masyarakat”. Arms, Russell, dan Sandilands (dalam Krahe, 2005) menemukan bahwa responden yang menyaksikan pertandingan gulat (agresi yang tidak realistis) atau pertandingan hoki es (agresi yang realistis), menunjukkan sikap bermusuhan lebih tinggi setelah menyaksikan pertandingan itu dibandingkan penonton lomba renang (kondisi kontrol nonagresif). Berdasar hasil penelitian Arms dkk di atas, pertandingan sepak bola termasuk agresi realistis yang dapat memunculkan sikap bermusuhan lebih tinggi. Fanatisme suporter klub sepak bola nobar merupakan suatu keyakinan atau kepercayaam massa terhadap klub sepak bola kesayangannya dan memiliki pengabdian kepada klub kesayangannya hingga masuk dalam aspek hidupnya. Antusiasme yang tinggi terhadap klubnya membuat massa suporter mengkondisikan tempat nobar sepeerti stadion yang sesungguhnya.

(10)

menderita kekalahan, mengalami kecurangan oleh wasit, dan gagal melanjutkan kompetisi. Jika suporter merasa kecewa maka suporter akan memiliki prasangka terhadap penyebab kekecewaan tersebut dan bahkan tidak segan memunculkan tindakan agresi. Ketika nobar berlangsung, suporter duduk menonton layar proyektor yang menyiarkan pertandingan, ada yang menabuh drum, mengangkat tangan, bernyanyi, teriakan semangat seolah-olah mereka berada di stadion yang sebenarnya dimana dukungan mereka sedikitnya terdengar oleh tim yang sedang bermain. Ketika mulai kemasukan gol, mereka mengumpat bahkan membanting apapun yang ada di sekitar. Terlebih lagi ketika rangsangan muncul dari suporter lawan dan bukan lawan melalui media sosial, bahkan kadang permusuhan lahir di antara lingkungan terdekat.

Suporter klub sepak bola nobar yang begitu fanatik terhadap tim lebih rentan untuk melakukan tindakan agresi karena kecintaan mereka terhadap tim yang berlebihan telah membuat mereka seperti kehilangan kesadaran sehingga tidak dapat lagi berfikir secara rasional dan cenderung mengandalkan emosi saja. Maka dari itu dibutuhkan kecerdasan emosi bagi setiap individu dalam mengatasi suatu masalah (Pritasari, 2010).

Hasil penelitian Meier & Hinsz (2003) yang membandingkan agresi manusia terhadap kelompok dan individu menunjukkan bahwa interaksi antar kelompok yang signifikan lebih agresif daripada interaksi antar individu. Giulianotti (2006) menyatakan dengan rasa cinta itu manusia semakin lekat dengan sebuah kasih sayang dan semangat untuk selalu bertahan, sebaliknya dengan cinta pula manusia berubah menjadi sadis, ambisius, anarkis, dan mematikan. Hal ini yang diyakini sebagian besar suporter maupun pada umumnya dimana fanatisme merupakan sebuah cinta dan semangat hidup. Winston Churchill mengatakan bahwa

(11)

METODE

Kelompok subjek berasal dari beberapa komunitas fans klub, yaitu: Milanisti Indonesia sezione Jogja, Juventus Club Indonesia chapter Jogja, BIGREDS (Liverpool), dan

Jogja United Indonesia. Keempat kelompok subjek merupakan komunitas yang jumlahnya besar dan aktif dalam mengekspresikan sikap fanatiknya. Jumlah subjek yang diambil dalam penelitian ini ada 163 orang dengan kriteria subjek usia 18 sampai 25 tahun, dan anggota resmi dari masing-masing organisasi komunitas klub suporter tersebut. Hal ini disyaratkan agar subjek benar-benar merupakan anggota dalam organisasi komunitas suporter juga dapat memahami isi dengan baik, sehingga data yang diperoleh lebih akurat. Pengambilan data menggunakan cara purposivesampling. Analisis data menggunakan korelasi Product Moment. Skala yang digunakan adalah skala yang di adaptasi dari Santhoso (1994) yaitu Kecenderungan Perilaku Agresif. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek semakin tinggi kecenderungan perilaku agresif, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek semakin rendah kecenderungan perilaku agresif. Skala kedua, skala yang digunakan adalah skala fanatisme terhadap klub yang dibuat berdasarkan konsep kesamaan perasaan yang dimiliki orang-orang fanatik yang dikemukakan oleh Hoffer (1993) dan telah dimodifikasi oleh peneliti sebelumnya (Octaviani, 2009), yakni: keinginan untuk terus bersama, menghimpun kekuatan, dan melebur kepribadian yang berbeda-beda menjadi suatu kesatuan yang bulat dan kuat. Semakin tinggi skor yang didapat dari respon subjek, maka semakin tinggi pula fanatismenya. Demikian sebaliknya, semakin rendah skor maka semakin rendah fanatisme.

(12)

yaitu daftar pernyataan yang diberikan langsung kepada responden dan responden diminta memilih salah satu jawaban yang tersedia. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis korelasi yang sebelumnya dilakukan pemenuhan persyaratan, yaitu uji normalitas dan linearitas

sebaran data. Uji normalitas untuk melihat subjek yang diambil berasal dari distirbusi populasi,

sedangkan uji linearitas digunakan melihat apakah hubungan dua variabel membentuk garis lurus

(linear). Perhitungan statistik tersebut akan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistic Package for Social Sciences) for MS Windows Release 20.0.

HASIL

Hasil yang diperoleh dari tahapan analisis korelasi product moment pada pengujian hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara fantisme terhadap klub dengan kecenderungan perilaku agresif pada suporter sepak bola klub nobar. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien korelasi yang didapatkan sebesar 0,212 (p>0,05). Hal ini berarti bahwa fanatisme terhadap klub memiliki hubungan dengan kecenderungan perilaku agresif suporter sepak bola klub nobar di Yogyakarta. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara fanatisme terhadap klub dengan kecenderungan perilaku agresif suporter sepak bola klub nobar, terbukti. Fanatisme memberikan sumbangan efektif 4,4% terhadap kecenderungan perilaku agresif. Jika melihat hasil kategorisasi data, kecenderungan perilaku agresif menunjukkan pada tingkatan sedang sebanyak 34 orang (36,56%) dan fanatisme menduduki tingkatan tinggi 35,48% sebanyak 33 orang.

DISKUSI

(13)

yang mempengaruhi kecenderungan perilaku agresif sehingga kedua variabel ini memiliki korelasi. Korelasi yang sangat kecil dapat disebabkan oleh kelompok subjek yang menjadi responden bukan merupakan suporter lapangan melainkan suporter klub sepak bola nobar sehingga perilaku agresif yang ditimbulkan kurang tampak. Pengambilan data penelitian tidak sesuai dengan adanya musim pertandingan sehingga atmosfer saat nobar kurang dirasakan oleh subjek. Bentuk perilaku agresif juga terjadi di dalam sosial media sehingga tidak melibatkan fisik secara langsung. Penyebab lain yaitu adanya faktor lain yang lebih kuat. Selaras dengan pernyataan Brigham (dalam Suryanto & Ancok, 1997) faktor lainnya yang dimungkinkan dapat mempengaruhi perilaku agresif yaitu deindividuasi, frustrasi, dan faktor lingkungan.

Hasil penelitian ini mendukung teori yang telah ada sebelumnya. Baron & Byrne (2005) mengungkapkan adanya teori dorongan pada perilaku agresi bahwa perilaku agresi dapat timbul dari berbagai kondisi eksternal yang membangkitkan motif untuk melukai atau menyakiti orang lain.

Uji hipotesis dari penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya mengenai hubungan fanatisme terhadap tim dan perilaku agresif pada hooligans. Spaaij (2008) berpendapat bahwa terdapat enam hal penting yang tampak secara umum dalam struktur identitas hooligans yaitu perasaan suka atau tertarik, sikap maskulin yang kuat, identifikasi suatu daerah, menjaga reputasi individu dan bersama, perasaan solidaritas dan memiliki, serta representasi dari kedaulatan dan otonomi. Ultras (sebutan suporter keras Italia) menyatakan bahwa “solidaritas terhadap klub” sebagai motif utama mereka untuk berpartisipasi dalam perusakan yang terjadi di sekitar pertandingan olahraga itu (Zani & Kirchler, 1991).

(14)

bagian tubuh, dan menyalakan red flare tidak dapat didengar langsung bahkan dilihat oleh tim kesayangan yang didukung. Hampir setiap pertandingan mereka melakukan hal tersebut. Perilaku ini ditujukan semata hanya untuk mendukung sebuah tim kesayangan yang jauh hingga lintas benua tersebut. Adanya antusiasme semangat berlebihan yang tidak berdasarkan pada akal sehat melainkan pada emosi tidak terkendali. Ketiadaan akal sehat itu mudah membuat orang yang fanatik melakukan hal-hal yang tidak proporsional, sehingga akhirnya melakukan hal-hal yang kurang rasional (Pritasari, 2010).

Penelitian ini juga mengacu pada pembentukan agresi menurut Brigham (1991) yang menjelaskan bahwa fanatisme merupakan pandangan yang sempit, sangat kuat dan sifatnya menyerang. Fanatisme dipandang menjadi penyebab menguatnya perilaku kelompok yang tidak jarang juga menimbulkan agresi. Walaupun hasil penelitian menunjukkan korelasi yang kecil, setidaknya, hubungan keduanya menyebabkan hipotesis diterima. Adanya antusiasme yang berlebihan yang tidak berdasarkan pada akal sehat melainkan pada emosi tidak terkendali. Ketiadaan akal sehat itu mudah membuat orang yang fanatik melakukan hal yang tidak proporsional, sehingga akhirnya melakukan hal yang kurang rasional (Pritasari, 2010).

(15)

komunitas agar semakin erat hubungan antar komunitas. Memperkaya kegiatan-kegiatan seperti: kongres, pertemuan forum diskusi antar suporter klub sepak bola nobar, dan sebagainya. Sehingga dengan adanya organisasi seperti ini dapat berperan menengah dan tidak memihak pada komunitas suporter manapun.

Ditujukan kepada penelitian selanjutnya, berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa masih besar kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang menjadi prediktor perilaku agresi pada suporter sepak bola. Oleh karena itu, diharapkan untuk penelitian selanjutnya melakukan penelitian dengan menggali lebih dalam faktor lain yang dapat mempengaruhi agresi. Penelitian ini menggunakan variabel fanatisme. Faktor lingkungan menarik untuk digali pada penelitian selanjutnya seperti: crowding, kebisingan, polusi udara, suhu ruangan, kepribadian, faktor keluarga, dan lain-lain.

Untuk pengambilan data, sebaiknya waktu penelitian disesuaikan dengan waktu ketika musim kompetisi masih berlangsung agar saat mengisi skala subjek masih merasakan atmosfer menonton pertandingan.

KEPUSTAKAAN

Ahmadi, A. (2007). Psikologi sosial. Jakarta: Rineka cipta.

Ancok D. & Suryanto. (1997). Agresi Penonton Sepakbola. Yogyakarta: BPPS-UGM 10 (1A). Baron, R. A & Bryne D. (2005). Psikologi Sosial (terjemahan: Ratna Juwita). Jakarta:

Erlangga.

Berkowitz, L. (1995). Agresi 1 (terjemahan: Hartatni Woro Susiatni). Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

(16)

Dalpian, P.R.C., V.S. Zylbersztejn, Zeno B., Carlos Alberto V. R. (2013). Fanatical Women and Perceptation of Spectator Sports. Services Marketing Quarterly, 34:3, 215-230.

Ghazali, M. (1998). Suporter dan Fanatisme. Jakarta: Pustaka Jaya.

Gulianotti. 2006. Sepak bola Pesona Sihir Permainan Global. Yogyakarta: Appeiron Pylothes.

Hoffer, E. (1993). Gerakan Massa (terjemahan: Maris, M). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Jacobson, B. (2003). The Social Psychology of the Creation of a Sports Fan Identity: A

Theoretical Review of the Literature. Athletic Insight The Online Journal of Sport Psychology. Volume 5, Issue 2, 1-14.

Kamtomo, N. (1977). Psikologi Olahraga. Yogyakarta: Yayasan STO.

Krahe, B. (2005). Perilaku Agresif (terjemahan: Helly Prajitno dan Sri Mulyantini). Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Koeswara, E. (1988). Agresi Manusia. Bandung: PT. Eresco.

Lucky, N. & Nanik S. (2013). Fenomena Perilaku Fanatisme Suporter Sepak Bola (Studi Kasus Komunitas Suporter Persebaya Bonek di Surabaya). Kajian Moral dan Kewarganegaraan 2013, 1 (1).

Meier B.P & Hinsz V. B. (2003). A Comparison of Human Aggression Committed by Groups and Individuals: An Interindividual–Intergroup Discontinuity. Journal of Experimental Social Psychology. 40 (2004) 551–559

Melanie, R. (2012). Hubungan Fanatisme dengan Kecenderungan Perilaku Agresif pada Suporter Bola.Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Mubarok, A. (2008). Sikap Fanatisme Dalam Tinjauan Islam. Diakses dari

www.mubarok-institute-blogspot.com (diakses pada 25 April 2013).

(17)

Oktavianus, A. (2012). Fanatisme Suporter Persatuan Sepak Bola Makassar Ditinjau dari Kematangan Emosional dan Konformitas. Tesis (tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.

Octaviani, H. (2009). Perilaku Agresi pada Suporter Sepak Bola Ditinjau dari Fanatisme Terhadap Tim dan Kecerdasan Emosi. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Pritasari, A. (2010). Fanatisme Suporter Sepakbola Arema Indonesia (Kajian Fenomenologi Perilaku Fanatik Aremania Malang). Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Ridyawanti. (2011). Hubungan Identitas Sosial dan Konformitas Kelompok dengan Agresivitas Pada Suporter Sepak Bola Persija. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Gunadhama.

Riyadi, A. C. R. (2011). Studi Deskriptif Mengenai Fanatisme Bobotoh Persib Bandung di Viking United. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia.

Santhoso F. H. (1994). Hubungan Antara Minat Terhadap Film Kekerasan Di Televisi Dan Intensitas Komunikasi Remaja-Orangtua Dengan Kecenderungan Perilaku Agresif Remaja Di Kotamadya Yogyakarta. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Sarwono, S. W. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Spaaij, R. (2008). Men Like Us Boy Like Them. Violence, Masculinity, and Collective Identity in Football Hooliganism. Journal of Sport & Social Issues. 32 (4), 369-392.

Suroso & Pramana. (2010). Ikatan Emosional Terhadap Tim Sepakbola dan Fanatisme suporter Sepakbola. Jurnal Penelitian Psikologi. 01, (01) 23-37. Fakultas Psikologi Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Surabaya.

Suryanto. (1996). Agresi Penonton Sepak Bola. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Taylor .J. & Nash .S. (1999). The Sociology of English Football in the 1990s: Fandom, Business and Future Research. London: Macmillan.

Yuana, P. (2001). Hubungan antara Fanatisme Berpolitik dengan Agresifitas pada Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Skripsi. Tidak diterbitkan. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

(18)

Kbbi.web.id (diakses pada 6 Januari 2014)

www.Olahraga.Kompasiana.com (diakses pada 3 Maret 2013).

http://bola.viva.co.id/news/read/401406-fans-inter-dan-juventus-terlibat-bentrok-di-manado

(diakses pada 31 Maret 2013).

http://bola.viva.co.id/news/read/397619-bentrok-pendukung-madrid-barca-di-irak-memakan-korban (diakses pada 15 Maret 2013).

http://sidomi.com/jadwal-siaran-langsung-sepakbola-di-televisi/ (diakses pada 7 Desember 2013).

http://www.tempo.co/read/news/2013/03/06/090465467/Acara-TV-Ini-Paling-Digemari-Penonton-Indonesia (diakses pada 7 Desember 2013).

Playstore.com (diakses pada 7 Desember 2013).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor seperti biaya sewa, kedekatan infrastruktur, lingkungan bisnis, kedekatan konsumen dan

Kuartalan.………...………...84 LAMPIRAN D Koefisien Korelasi Saat Tanggal Publikasi Laporan Keuangan Kuartalan.………...………...85 LAMPIRAN E Hasil SPSS Sembilan

Integrity (Integritas), tingkat kemampuan pengawasan akses terhadap data atau software oleh orang-orang tertentu. Usability, usaha yang diperlukan untuk mempelajari,

Melakukan analisis deskriptif terhadap nilai pasar yang diukur dengan Price Earning Ratio (PER) pada sub sektor rokok yang terdaftar di BEI 2004-2012. Melakukan analisis

Gambaran Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen Setelah Mengikuti Program Bimbingan Belajar.... Gambaran Motivasi Belajar Siswa Kelas

Android merupakan sistem operasi yang tertanam pada smartphone. Pengguna smartphone dengan sistem operasi android sangat tinggi, rata- rata setiap orang

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas eksperimen 1 dan di kelas eksperimen 2, (2)

Jumlah kebutuhan kapasitas yang diperlukan diperoleh dengan mengkalikan waktu tiap komponen yang tercantum pada daftar tenaga kerja dengan jumlah produk dari MPS. 16 Kebutuhan