• Tidak ada hasil yang ditemukan

NN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan evaluasi kinerja komite sekolah di

SMK Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan menggunakan model analisis CIPP,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Evaluasi Konteks (Context), terdiri dari:

a. Dukungan lingkungan dalam hal ini mendukung kinerja Komite Sekolah,

yang dibuktikan dengan Surat Keputusan Kepala Sekolah No.421.5/157/III.02/

PP/2009 Tentang Pembentukan Pengurus Komite Sekolah pada SMK Negeri 1

Kalianda Periode 2009-2012 tanggal 30 Oktober 2009. Surat Keputusan tersebut

menunjukkan bahwa pihak SMK mengakui eksistensi Komite Sekolah.

b. Analisis kebutuhan kurang mendukung kinerja Komite Sekolah, yang dibuktikan dengan hasil analisis kebutuhan yaitu SDM komite kurang memiliki pengetahuan

dan kemampuan baik di bidang pendidikan, seperti Ketua Komite yang hanya

berpendidikan menengah, unsur DUDI belum relevan dengan eksistensi SMK

Negeri 1 Kalianda sebagai satuan pendidikan kejuruan dalam kategori

satuan SMK Bisnis dan Manajemen, karena kurangnya anggota yang berlatar

belakang sebagai pelaku dunia usaha/pengusaha.

(2)

2. Evaluasi Masukan (Input), terdiri dari:

a. Biaya operasional kurang mendukung kinerja Komite Sekolah, yang dibuktikan

dengan kurang tersedianya anggaran organisasi untuk menunjang program dan

kegiatan, iuran anggota belum berjalan, kegiatan dibiayai oleh pengurus secara

pribadi

b. Sarana dan prasaran kurang mendukung kinerja Komite Sekolah, yang

dibuktikan dengan belum adanya inventaris kantor (komputer, alat tulis, lemari

arsip) dan belum adanya ruangan/sekretariat Komite Sekolah yang representatif

untuk melaksanakan program kerja.

3. Evaluasi Proses (Process), terdiri dari:

a. Pelaksanaan peran di bidang manajerial kurang mendukung kinerja

Komite Sekolah, yang dibuktikan dengan peran Komite Sekolah hanya

sebagai advisoryagency yaitu pemberi pertimbangan dalam penyusunan RAPBS,

sementara itu peran lain sebagai pendukung (supporting agency), pengontrol

(controlling agency) dan mediator (mediator agency) belum terlaksana karena

keterbatasan kualitas SDM Komite sekolah untuk melaksanakan berbagai peran

tersebut.

b. Pelaksanaan peran di bidang akademik kurang mendukung kinerja Komite

Sekolah, yang dibuktikan dengan kurangnya peran dan keterlibatan SDM

Komite sekolah dalam penyusunan Kurikulum dan pengembangan Kurikulum

karena keterbatasan kualitas SDM komite sekolah di bidang akademik.

4. Evaluasi Produk (Product), terdiri dari:

a. Peningkatan di bidang manajerial mendukung mendukung kinerja komite,

(3)

capaian sertifikat akreditasi (A); Tertib dokumentasi perangkat Renstra,

RIPS, dan PKS; Tertib dokumentasi perangkat MOU kerjasama dengan

DUDI; Tertib tata kelola kebutuhan bahan ajar, sumber belajar, dan

fasilitas belajar memenuhi SPM. Tertib tata kelola kebutuhan bahan ajar,

sumber belajar, dan fasilitas belajar memenuhi SPM; Tertib dokumentasi

perangkat Profil Sekolah lengkap dengan capaian prestasi; Tertib tata

kelola kebutuhan bahan ajar, sumber belajar, dan fasilitas belajar

memenuhi SPM; serta Capaian 75% tenaga kependidikan memiliki

sertifikasi keahlian melalui pendidikan dan pelatihan tingkat Kabupaten,

Provinsi, dan nasional.

b. Peningkatan di bidang akademik mendukung kinerja komite sekolah yang

dibuktikan dengan diselenggarakannya program keahlian dengan standar

kompetensi nasional dan internasional oleh SMK Negeri 1 Kalianda,

peningkatan capaian prestasi lulusan, minimal 4 (empat) mata diklat

menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar dan minimal 20%

siswa praktek industri di luar provinsi atau di luar negeri; capaian

kualifikasi akademik minimal sarjana (S-1), D-IV atau memiliki Akta IV.

5.2Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ketua Komite Sekolah dan pihak SMK Negeri 1 Kalianda hendaknya

meningkatkan kualitas anggota komite sekolah dengan cara memfasilitasi

berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada anggota komite sekolah,

(4)

pada hasil penelitian yang menunjukkan adanya keterbatasan kompetensi

SDM Komite Sekolah dalam berperan serta di bidang akademik.

2. Ketua Komite dan Anggota Komite Sekolah di SMK Negeri 1 Kalianda

hendaknya mengupayakan berbagai sumber pendanaan organisasi dalam

rangka meningkatkan kinerja. Selain itu sarana dan prasarana kantor

hendaknya dilengkapi agar para anggota dapat melaksanakan tugas dan

pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

3. Sesegara mungkin dilakukan pembentukan kepengurusan ulang komite

sekolah di SMK Negeri 1 Kalianda, sesuai dengan Kepmendiknas

No.044/U/2002 yaitu kepengurusan ditentukan oleh orang tua/wali murid

dengan komposisi pengurus yang representatif sesuai dengan kebutuhan,

bukan dengan dasar penunjukan oleh Kepala Sekolah atau Ketua Komite

Sekolah.

4. Keanggotaan Komite Sekolah hendaknya mempertimbangkan kualifikasi

calon pengurus dari dunia usaha, hal ini sesuai dengan eksistensi SMK Negeri

1 Kalianda sebagai satuan pendidikan kejuruan dalam kategori satuan SMK

Bisnis dan Manajemen. Selain itu kualifikasi calon pengurus dari dunia usaha

tersebut diharapkan mampu menanggulangi keterbatasan finansial organisasi

(5)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belaksang Masalah

Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

yang baru, sebab sebelumnya legitimasi legal formal peran serta masyarakat

dalam pendidikan telah secara spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

39 Tahun 1992 Tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional.

Peran serta masyarakat dapat disebut sebagai reaksi kritis dan radikal atas

dominasi birokrasi dalam tata kelola penyelenggaraan pendidikan, yang

faktualnya telah mengakumulasi menjadi titik nadir keprihatinan publik atas

rendahnya mutu pendidikan. Artinya, berjalan seiring dengan laju kebijakan

regulasi kendali jaminan mutu dan perangkat standar pelayanan minimal

pendidikan, bahwa reaktualisasi peran serta masyarakat dalam pendidikan menjadi

satu pilar paradigma baru tata kelola pendidikan nasional.

Reaktualisasi peran serta masyarakat merepresentasikan bahwa kendali jaminan

mutu pendidikan dan kebijakan operasional desentralisasi pendidikan di bawah

payung Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

perlu dilaksanakan secara konsisten, dikonstruksi berdasarkan atas spirit baru

(6)

kelola sistem pendidikan nasional pada tingkat implementasinya telah diterbitkan

seperangkat kebijakan regulasi bagi operasional standar nasional pendidikan,

sebagaimana diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan.

Dapat dikatakan bahwa revitalisasi peran serta masyarakat dalam tata kelola

pendidikan, merupakan pilar alternatif bagi upaya perbaikan permasalah sistemik

pendidikan dengan segala bentuk kompleksitasnya. Sumitro (1997: 3),

menyatakan bahwa untuk menanggulangi masalah-masalah pendidikan perlu

upaya-upaya yang dilakukan secara integral antara faktor internal sekolah dan

faktor masyarakat yang berada di luar sekolah. Upaya menanggulangi masalah

pendidikan yang bersifat tambal sulam dan hanya berfokus pada sekolah saja

sudah harus ditinggalkan, karena tanggung jawab pendidikan bukan hanya pada

sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat luas.

Kaitan antara pranata pendidikan dengan pranata kehidupan, hubungan antar

orang-orang yang berperan dalam sistem pendidikan dengan orang-orang dalam

masyarakat luas harus lebih berat, dan harus berlangsung terus menerus.

Sesuai dengan visi baru desentralisasi pendidikan di era reformasi saat ini, maka fenomena reaktualisasi peran serta masyarakat dalam konteks pemberdayaan mutu

dan standar pelayanan minimal pendidikan adalah bersamaan dengan munculnya konsep dan gagasan School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Konsep dan gagasan MBS ini dikategorikan sebagai satu

(7)

selaku pemiliknya, yang diharapkan akan lebih merasa bertanggungjawab kembali sepenuhnya terhadap pendidikan yang diselenggarakan di satuan pendidikan.

MBS merupakan langkah untuk meningkatkan otonomi (kemandirian) dan profesionalisasi tata kelola satuan pendidikan. Sisi penting MBS ini adalah untuk mendorong proses pengambilan keputusan partisipatif dengan melibatkan semua

elemen stakeholder di satuan pendidikan, sehingga tercipta rasa memiliki atau sense of belonging.

Menurut Miarso (2005: 169), justifikasi atas peran serta masyarakat terkait dengan

tuntutan pemberdayaan mutu pendidikan di era reformasi saat ini, tentu saja

menjadi menarik untuk dikaji dan ditelaah. Hal ini, paling tidak, didasarkan pada

dua argumentasi utama. Pertama, bahwa revitalisasi peran komite sekolah sebagai

representasi peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu layanan di tingkat

satuan pendidikan sungguh memiliki relevansi dengan skema konseptual keilmuan

teknologi pendidikan (pembelajaran).

Relevansi utamanya dalam konteks ini tentu saja dicerminkan lewat titik taut

konseptual peran determinan komite sekolah dan kawasan teori dan praktek

teknologi pendidikan. Apabila skema konseptual keilmuan teknologi pendidikan

pada pokoknya merepresentasikan karakteristik dan kinerja insan profesi dalam

menggunakan kemampuannya mencapai hasil secara efektif dan produktif melalui

tindakan langsung, tangkas, dan berasas manfaat, sedangkan operasional komite

sekolah sebagai institusi mandiri peran serta masyarakat di satuan pendidikan

pada pokoknya memiliki peran determinan dalam meningkatkan mutu layanan

(8)

pokoknya dicerminkan lewat fungsinya dalam wilayah akademik berupa

mengembangkan KTSP dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum

dan standar kompetensi lulusan. Selain itu, juga dicerminkan lewat fungsinya

dalam akuntabilitas penilaian hasil belajar peserta didik, dan operasional perannya

pada wilayah manajerial (non akademik) di satuan pendidikan.

Kedua, legitimasi operasional komite sekolah sebagai institusi mandiri di satuan

pendidikan telah semakin diperkuat secara legal formal melalui seperangkat

kebijakan regulasi, namun faktual eksistensinya sebagai pilar kendali jaminan

mutu pendidikan belum seutuhnya mencerminkan peran determinannya, baik

dalam wilayah manajerial (non akademik) maupun dalam wilayah akademik.

Setidaknya, secara umum bahwa revitalisasi peran determinan komite sekolah

secara legal formal belum secara sungguh-sungguh tampak dalam operasional

fungsi-fungsi manajemen pengelolaan satuan pendidikan.

Sementara itu, pada sisi lain mengenai akuntabilitas operasional komite sekolah

dalam pengelolaan satuan pendidikan juga masih merupakan sesuatu yang

problematis dan masih perlu dikaji dan ditelaah lebih lanjut. Utamanya, dalam

konteks ini terkait dengan tingkat pemahaman para eksponen internal komite

sekolah atas tugas dan tanggung jawabnya, hak dan kewajibannya dalam

menjalankan peran dan fungsi komite sekolah sebagai representasi peran serta

(9)

Kedua argumentasi di atas diperkuat dengan argumentasi bahwa peran serta masyarakat melalui komite sekolah dalam perspektif kebijakan regulasi di bawah

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, tidak hanya pada bidang manajerial, tetapi mencakup bidang akademik berupa mengembangkan KTSP dan silabusnya. Pada sisi lain, peran serta masyarakat melalui komite sekolah tidak

sekedar berupa kewajiban memberikan dukungan sumber daya, melainkan juga berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Bahkan, tidak hanya berfungsi sebagai sumber, pelaksana,

dan pengguna hasil pendidikan, tapi pada saat yang bersamaan juga turut aktif menentukan dalam penjaminan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.

Aspek lain yang berkaitan dengan kinerja komite sekolah adalah aspek proses dan prosedural pengisian komposisi keterwakilan masyarakat dalam Komite Sekolah,

dan parameter penentuan bobot keterwakilan peran serta masyarakat merupakan fakta lain yang masih perlu dikaji lebih lanjut. Tidak terkecuali di satuan

pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kalianda Kabupaten Lampung Selatan yang berjumlah 5 SMK, yaitu 2 SMK Teknologi yaitu SMK Negeri 2 dan SMK Pembangunan serta 3 SMK Bisnis dan Manajemen, yaitu SMK Negeri 1, SMK Muhammadiyah dan SMK Yapri (Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung

Selatan Tahun 2006).

Jumlah siswa SMK di Kalianda Kabupaten Lampung Selatan adalah 2.078 orang, terdiri atas 980 orang laki-laki (47,16%) dan 1.098 orang perempuan (52,84 %) yang tersebar dalam 60 rombingan belajar. Jumlah siswa peserta Program Sistem

(10)

Industri sebanyak 52 orang, program keahlian bisnis dan manajemen sejumlah 608 orang. Sementara itu jumlah sumber daya tenaga pendidik adalah 138 orang

guru, terdiri dari 120 orang Sarjana (S-1) keguruan dan 18 orang non S-1, dengn rincian 8 orang Diploma Tiga (D-3) non keguruan, dan 8 orang Sarjana Muda keguruan dan 2 orang dengan kualifikasi akademik Sarjana (S-1) non keguruan

(Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2006).

Kondisi umum fasilitas meliputi 60 ruang kelas dengan kondisi baik sebanyak 55

dan rusak ringan 5 kelas, fasilitas lain yang tersedia berupa 3 unit perpustakaan, 5

unit lapangan olahraga, 4 unit UKS, 2 unit laboratorium, dan 4 unit ruang

keterampilan.Faktualnya, tidak satupun di antaranya memiliki ruang BP, bengkel,

dan ruang praktek pada 10 wilayah kecamatan lain. Adapun kondisi penerimaan

biaya tercatat hanya sejumlah Rp.290,280, dengan sumber penerimaan dari

pemerintah pusat sebesar Rp.165,600 (57,05%), dari orangtua sebesar Rp.124,680

(42,95%), sedangkan penerimaan dari pemerintah daerah Rp.0,- dari Yayasan dan

lainnya Rp.0,-. (Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2006).

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi kinerja komite sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kalianda

Lampung Selatan. Evaluasi peran serta masyarakat tersebut didasarkan model evaluasi CIPP yang terdiri dari empat komponen evaluasi yaitu Context, Input, Process, dan Product. Menurut Arikunto (2008: 40), Context evaluation artinya

(11)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat didentifikasi beberapa masalah

dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Komponen konteks kinerja komite sekolah masih belum optimal, terdiri dari:

a. Komite sekolah belum seutuhnya merepresentasikan peran serta

masyarakat

b. Komite sekolah belum sepenuhnya dijadikan sebagai mitra fungsional

pemberdayaan kendali jaminan mutu pendidikan;

2. Komponen input kinerja komite sekolah masih belum optimal, terdiri dari:

a. Upaya pencapaian standar mutu dan layanan minimal belum didukung

ketersediaan finansial yang memadai;

b. Sumber pembiayaan operasional pendidikan masih terkonsentrasi pada

bantuan pemerintah (pusat), belum didukung oleh APBD, dan jejaring

stakeholders lainnya

c. Biaya operasional pendidikan masih sangat membebani orang tua siswa;

d. Keterbatasan sarana prasarana dan fasilitas wajib

e. Tenaga pendidik dan kependidikan belum sepenuhnya memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi

3. Komponen proses kinerja komite sekolah masih belum optimal, yaitu:

a. Kinerja manejemen pemberdayaan mutu belum didukung ketersediaan

(12)

b. Operasional komite sekolah dalam fungsi manajemen sekolah belum

berjalan efektif dan sinergik;

c. Operasional peran komite sekolah masih parsial dan belum secara optimal

didukung partisipasi masyarakat;

d. Kinerja operasional komite sekolah belum memiliki kebijakan strategik;

4. Komponen produk kinerja komite sekolah masih belum optimal, yaitu:

a. Kebijakan operasional pendidikan belum optimal;

b. Standar mutu dan layanan minimal pendidikan belum tercapai c. Pemberdayaan mutu pendidikan belum terfokus;

a. Pengelolaan sumber daya belum memenuhi akuntabilitas publik

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka masalah

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah evaluasi konteks (context) kinerja komite sekolah di SMK

Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan?”

2. Bagaimanakah evaluasi masukan (input) kinerja komite sekolah di SMK

Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan?”

3. Bagaimanakah evaluasi proses (process) kinerja komite sekolah di SMK

Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan?”

4. Bagaimanakah evaluasi produk (product) kinerja komite sekolah di SMK

(13)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja komite sekolah di SMK Negeri

1 Kalianda Lampung Selatan, dengan menggunakan model analisis CIPP, yang

meliputi:

1. Mengevaluasi konteks (context) kinerja komite sekolah di SMK Negeri 1

Kalianda Lampung Selatan

2. Mengevaluasi masukan (input) kinerja komite sekolah di SMK Negeri 1

Kalianda Lampung Selatan

3. Mengevaluasi proses (process) kinerja komite sekolah di SMK Negeri 1

Kalianda Lampung Selatan

4. Mengevaluasi produk (product) kinerja komite sekolah di SMK Negeri 1

Kalianda Lampung Selatan

1.5Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini sebagai titik tolak bagi peneliti dalam usaha mengembangkan

perspektif kajian sebagai bagian utuh kawasan teknologi pendidikan, utamanya terkait dengan evaluasi kinerja komite sekolah dan pengelolaan sumber daya manusia komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan

(14)

Terdapat dua sisi kegunaan teoritis penelitian ini yaitu pertama, sebagai usaha mengkonstruksi kajian teoritis secara sistematis dan komprehensif guna

menjelaskan taraf relevansi dan koherensi peran serta masyarakat sebagai satu komponen dalam konstruksi operasional standar pelayanan minimal (SPM) pendidikan. Kedua, melalui penelitian ini dapat diketengahkan konstruksi

kajian kritis guna menjelaskan secara sistematis dan komprehensif mengenai daya efektivitas regulasi kebijakan atas revitalisasi peran komite sekolah sebagai representasi peran serta masyarakat di satuan pendidikan dalam

memberikan solusi atas problem dan tuntutan akan mutu kinerja layanan pendidikan di tengah kompetisi global. Hasilnya, sekaligus diharapkan dapat bermanfaat menjadi bahan informasi ilmiah bagi kalangan peneliti dan

akademisi dalam upaya perluasan segmen dan optimalisasi kajian akademik pengembangan ilmu pengetahuan dalam kawasan teknologi pendidikan.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini sebagai bagian dari banyaknya kajian dan penelitian lain yang

telah dilakukan oleh banyak pihak, tentu saja diharapkan dapat dijadikan

sebagai kontribusi pemikiran alternatif. Karena itu, hasilnya juga diharapkan

berguna sebagai informasi ilmiah bagi upaya mem-pertimbangkan urgensi

dilakukannya revitalisasi peran serta masyarakat secara komprehensif dan

fundamental. Terutama bagi kalangan praktisi pendidikan, dan elemen

masyarakat peduli pendidikan, tentu saja hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut, guna optimalisasi kinerja

(15)

menuju terwujudnya kualitas kompetitif sumber insani pembangunan di

tengah modernitas masyarakat kontemporer.

Secara lebih spesifik, penelitian ini sangat berguna bagi peneliti. Selain

sebagai pengalaman praktis dalam menunjang tugas keseharian sebagai insan

pendidikan, juga sekaligus menjadi bekal pengayaan pengetahuan dalam

meningkatkan kapasitas kelimuan dan kompetensi profesional, guna dapat

Referensi

Garis besar

NN

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran dan kualifikasi perusahaan Saudara pada paket pekerjaan Perencanaan Pembangunan Jembatan Dermaga dan Parkir Jembatan Mantikas Desa

Evaluasi dari efektifitas interaksi, didekati dengan menganalisa proporsi pengguna yang memilih func-based model , dibandingkan tech-based model , ketika mereka mencari

Lengkap Ada aspek yang belum terungkap Hanya mengenalkan sebagian komponen Tidak mengerti komponen sama sekali 20 KEBENARAN PENJELASAN Diungkapkan dengan benar, sesuai

Dari hasil pengujian hubungan inovasi terhadap keunggulan bersaing menghasilkan nilai T statistic > 1.96 yaitu 8.112 dengan arah positif sehingga dapat dikatakan

Pada penelitian ini ditemukan ketinggian lapisan inversi atau mixing height memiliki korelasi positif lemah dengan curah hujan (0,120) akibat ketinggian awan hujan

Untuk menetapkan frekuensi ini agar tidak berubah-ubah diperlukan suatu rangkaian yang disebut oscillator yang berfungsi untuk menempatkan frekuensi tersebut. Agar frekuensi yang

selain itu dibentuknya team khusus yang khusus menangani keluhan pasien, -yang dibekali ilmu mengenai handling complain,- dan dibuatnya pelaporan dalam bentuk laporan dan

Dalam penulisan karya ilmiah ini akan membahas tentang beberapa permasalahan yaitu (1) untuk mengetahui adanya hubungan yang positif antara motivasi belajar dan persepsi siswa