• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

RANCANG BANGUN ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

Oleh: BUDI SETIAWAN

F14103085

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Budi Setiawan. F14103085. Rancang Bangun Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol di bawah Bimbingan: Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr dan Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc. 2007.

RINGKASAN

Pada dasarnya, antara persediaan dan permintaan terhadap susu di Indonesia terjadi kesenjangan yang cukup besar. Permintaan akan kebutuhan susu jauh lebih besar dari ketersediaan susu yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut, usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar sangat prospektif.

Cara pemerahan susu sapi di Indonesia masih banyak menggunakan cara manual yaitu langsung dengan tangan, walaupun sebenarnya sudah ada mesin pemerah susu otomatis. Faktor penyebabnya karena harga mesin otomatis sangat mahal, yang jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh peternak sapi perah tidak akan mencukupi untuk membeli mesin tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan kerjasama penelitian antara CENTRAS (Centre for Tropical Animal Studies) dengan Departemen Teknik Pertanian IPB dalam pembuatan alat pemerah susu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang dan membuat alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol. Alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol digunakan untuk menghasilkan susu yang bersih dan higienis dengan harga yang relatif terjangkau oleh para peternak sapi perah dalam usaha meningkatkan produksi susu sapi per hari.

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : 1) Identifikasi masalah, 2) Analisis perancangan, 3) Pembuatan mekanisme alat pemerah, 4) Uji fungsional mekanisme, 5) Perakitan, 6) Uji kinerja.

Secara prinsip cara pemerahan manual dan pemerahan otomatis sangat berbeda. Alat pemerah otomatis menggunakan prinsip sucking (penghisapan) yang dihasilkan oleh vakum. Keluarnya air susu dengan menggunakan perbedaan tekanan antara bagian pemerah (shells) dan liner (karet pemerah) dengan vakum pada milkcan.

Alat pemerah susu sapi semi mekanis tipe engkol ini terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu: bagian pemerah, karet pemerah, sistem transmisi, pompa engkol, pompa vakum, milkcan, dan rangka. Sementara bagian lain sebagai penghubung adalah selang dan selang silikon.

Tekanan yang diberikan oleh pompa engkol untuk karet pemerah tidak dapat mengimbangi daya hisap yang dihasilkan oleh pompa vakum. Akibat yang terjadi pada karet pemerah yaitu, karet pemerah terus-menerus tertutup atau menjepit puting susu, sehingga air susu tidak dapat terhisap dengan baik. Karena tidak sesuai dengan rancangan fungsionalnya, maka pompa engkol akan diganti oleh meaknisme lain yang dapat bekerja dengan baik.

(3)

puting atau fase istirahat maka tekanan pada ruang antara shells dan liner harus lebih tinggi dari tekanan pada milkcan, caranya dengan memberi udara masuk pada ruang tersebut. Dengan demikian karet pemerah akan menutup laju aliran susu untuk beberapa saat. Untuk mencoba kinerja dari modifikasi tersebut, maka selang yang menghubungkan bagian pemerah ke pompa vakum diberi triple joint, agar bisa dibuka tutup untuk memberi udara ke ruang antara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner). Dari hasil uji fungsional yang dilakukan, modifikasi berjalan dengan baik.

(4)

RANCANG BANGUN ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh: BUDI SETIAWAN

F14103085

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITU PERTANIAN BOGOR

RANCANG BANGUN ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh: BUDI SETIAWAN

F14103085

Dilahirkan pada tanggal 10 Januari 1985 Di Bogor

Tanggal lulus: Agustus 2007 Menyetujui,

Bogor, 22 Agustus 2007 Bogor, 22 Agustus 2007

Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

(6)

RIWAYAT HIDUP

BUDI SETIAWAN

Penulis adalah putra tunggal dari pasangan Bapak Atu dan Ibu Maryati. Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Januari 1985. Memulai pendidikan di SDN Babakan Dramaga IV pada tahun 1991, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Dramaga pada tahun 1997, dan pada tahun 2000 melanjutkan jenjang pendidikan di SMU Negeri 6 Bogor. Lulus pada tahun 2003 penulis diterima di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama masa perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam bidang olahraga dengan masuk menjadi anggota UKM. Penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan dengan menjadi panitia. Pada tahun 2005 penulis menjadi ketua panitia Olimpiade Fateta, kegiatan olahraga tahunan untuk mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian yang diselenggarakan olek BEM FATETA. Beberapa pelatihan dan seminar yang diadakan dalam ruang lingkup Institut Pertanian Bogor menjadi kegiatan lain penulis.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu senantiasa melihpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Rancang Bangun Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol. Penelitian ini merupakan dasar yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini tersusun atas bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah membantu, baik secara materi maupun nonmateri. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

3. Dr. Lenny Saulia, S.TP, M.Si selaku penguji atas kesediaannya untuk menguji dan saran yang diberikan kepada penulis.

4. Kedua orangtua yang telah memberikan doa dan dukungannya.

5. Eva Sukmawati (istriku) dan keluarga atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

6. Pak Parma dan Pak Ahmad atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Hanida Pritikasiwi selaku teman satu bimbingan atas kerjasamanya. 8. Indra Kusuma atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

9. Staf UPT Departemen TEP atas bantuan dan kerjasamanya.

10.Novan, Rian, Yandra, Ijey, Bayu, Ludi, Ojan, Deniaki, Mamet, Anaz, Gibul, Liglig, dan Ale atas semangat dan kebersamaannya.

11.Teman-teman TEP 40 atas semangat dan kebersamaannya.

(8)

ii

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komposisi Susu ... 3

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu ... 4

C. Persiapan Pemerahan ... 6

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 16

3. Pembuatan Mekanisme Alat Pemerah ... 23

4. Perakitan ... 24

(9)

Halaman

6. Modifikasi dan Penyempurnaan ... 24

7. Uji Kinerja ... 25

(10)

iv Halaman

4. Pompa Engkol ... 38

5. Pompa Vakum ... 39

6. Vacuum Chamber Head ... 40

7. Milkcan ... 40

8. Vacuum Gauge ... 41

9. Selang Udara ... 42

9. Selang Pengalir Susu ... 43

10. Rangka ... 44

B. Perakitan ... 44

C. Uji Fungsional ... 47

D. Modifikasi dan Penyempurnaan ... 48

1. Modifikasi Sistem Transmisi ... 48

2. Modifikasi Pompa Engkol ... 49

D. Uji Kinerja ... 53

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

VI. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA ... 55

(11)

SKRIPSI

RANCANG BANGUN ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

Oleh: BUDI SETIAWAN

F14103085

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Budi Setiawan. F14103085. Rancang Bangun Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol di bawah Bimbingan: Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr dan Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc. 2007.

RINGKASAN

Pada dasarnya, antara persediaan dan permintaan terhadap susu di Indonesia terjadi kesenjangan yang cukup besar. Permintaan akan kebutuhan susu jauh lebih besar dari ketersediaan susu yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut, usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar sangat prospektif.

Cara pemerahan susu sapi di Indonesia masih banyak menggunakan cara manual yaitu langsung dengan tangan, walaupun sebenarnya sudah ada mesin pemerah susu otomatis. Faktor penyebabnya karena harga mesin otomatis sangat mahal, yang jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh peternak sapi perah tidak akan mencukupi untuk membeli mesin tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan kerjasama penelitian antara CENTRAS (Centre for Tropical Animal Studies) dengan Departemen Teknik Pertanian IPB dalam pembuatan alat pemerah susu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang dan membuat alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol. Alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol digunakan untuk menghasilkan susu yang bersih dan higienis dengan harga yang relatif terjangkau oleh para peternak sapi perah dalam usaha meningkatkan produksi susu sapi per hari.

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : 1) Identifikasi masalah, 2) Analisis perancangan, 3) Pembuatan mekanisme alat pemerah, 4) Uji fungsional mekanisme, 5) Perakitan, 6) Uji kinerja.

Secara prinsip cara pemerahan manual dan pemerahan otomatis sangat berbeda. Alat pemerah otomatis menggunakan prinsip sucking (penghisapan) yang dihasilkan oleh vakum. Keluarnya air susu dengan menggunakan perbedaan tekanan antara bagian pemerah (shells) dan liner (karet pemerah) dengan vakum pada milkcan.

Alat pemerah susu sapi semi mekanis tipe engkol ini terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu: bagian pemerah, karet pemerah, sistem transmisi, pompa engkol, pompa vakum, milkcan, dan rangka. Sementara bagian lain sebagai penghubung adalah selang dan selang silikon.

Tekanan yang diberikan oleh pompa engkol untuk karet pemerah tidak dapat mengimbangi daya hisap yang dihasilkan oleh pompa vakum. Akibat yang terjadi pada karet pemerah yaitu, karet pemerah terus-menerus tertutup atau menjepit puting susu, sehingga air susu tidak dapat terhisap dengan baik. Karena tidak sesuai dengan rancangan fungsionalnya, maka pompa engkol akan diganti oleh meaknisme lain yang dapat bekerja dengan baik.

(13)

puting atau fase istirahat maka tekanan pada ruang antara shells dan liner harus lebih tinggi dari tekanan pada milkcan, caranya dengan memberi udara masuk pada ruang tersebut. Dengan demikian karet pemerah akan menutup laju aliran susu untuk beberapa saat. Untuk mencoba kinerja dari modifikasi tersebut, maka selang yang menghubungkan bagian pemerah ke pompa vakum diberi triple joint, agar bisa dibuka tutup untuk memberi udara ke ruang antara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner). Dari hasil uji fungsional yang dilakukan, modifikasi berjalan dengan baik.

(14)

RANCANG BANGUN ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh: BUDI SETIAWAN

F14103085

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITU PERTANIAN BOGOR

RANCANG BANGUN ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh: BUDI SETIAWAN

F14103085

Dilahirkan pada tanggal 10 Januari 1985 Di Bogor

Tanggal lulus: Agustus 2007 Menyetujui,

Bogor, 22 Agustus 2007 Bogor, 22 Agustus 2007

Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

(16)

RIWAYAT HIDUP

BUDI SETIAWAN

Penulis adalah putra tunggal dari pasangan Bapak Atu dan Ibu Maryati. Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Januari 1985. Memulai pendidikan di SDN Babakan Dramaga IV pada tahun 1991, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Dramaga pada tahun 1997, dan pada tahun 2000 melanjutkan jenjang pendidikan di SMU Negeri 6 Bogor. Lulus pada tahun 2003 penulis diterima di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama masa perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam bidang olahraga dengan masuk menjadi anggota UKM. Penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan dengan menjadi panitia. Pada tahun 2005 penulis menjadi ketua panitia Olimpiade Fateta, kegiatan olahraga tahunan untuk mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian yang diselenggarakan olek BEM FATETA. Beberapa pelatihan dan seminar yang diadakan dalam ruang lingkup Institut Pertanian Bogor menjadi kegiatan lain penulis.

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu senantiasa melihpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Rancang Bangun Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol. Penelitian ini merupakan dasar yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini tersusun atas bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah membantu, baik secara materi maupun nonmateri. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

3. Dr. Lenny Saulia, S.TP, M.Si selaku penguji atas kesediaannya untuk menguji dan saran yang diberikan kepada penulis.

4. Kedua orangtua yang telah memberikan doa dan dukungannya.

5. Eva Sukmawati (istriku) dan keluarga atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

6. Pak Parma dan Pak Ahmad atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Hanida Pritikasiwi selaku teman satu bimbingan atas kerjasamanya. 8. Indra Kusuma atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

9. Staf UPT Departemen TEP atas bantuan dan kerjasamanya.

10.Novan, Rian, Yandra, Ijey, Bayu, Ludi, Ojan, Deniaki, Mamet, Anaz, Gibul, Liglig, dan Ale atas semangat dan kebersamaannya.

11.Teman-teman TEP 40 atas semangat dan kebersamaannya.

(18)

ii

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komposisi Susu ... 3

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu ... 4

C. Persiapan Pemerahan ... 6

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 16

3. Pembuatan Mekanisme Alat Pemerah ... 23

4. Perakitan ... 24

(19)

Halaman

6. Modifikasi dan Penyempurnaan ... 24

7. Uji Kinerja ... 25

(20)

iv Halaman

4. Pompa Engkol ... 38

5. Pompa Vakum ... 39

6. Vacuum Chamber Head ... 40

7. Milkcan ... 40

8. Vacuum Gauge ... 41

9. Selang Udara ... 42

9. Selang Pengalir Susu ... 43

10. Rangka ... 44

B. Perakitan ... 44

C. Uji Fungsional ... 47

D. Modifikasi dan Penyempurnaan ... 48

1. Modifikasi Sistem Transmisi ... 48

2. Modifikasi Pompa Engkol ... 49

D. Uji Kinerja ... 53

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

VI. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA ... 55

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Cara Pemerahan Manual (Sudono, 1999) ... 8

Gambar 2.2. Alat Pemerah Susu Sapi Otomatis (Schmidt, 1988) ... 9

Gambar 2.3. Fase Pemerahan ... 10

Gambar 2.4. Fase Pemijatan atau Fase Istirahat ... 10

Gambar 2.3. Alat Pemerah Susu Otomatis Beserta Komponennya (Holmes, 1984) ... 11

Gambar 2.4. Diagram Alir Proses Melakukan Perancangan Suatu Produk ... 15

Gambar 3.1. Tahapan Penelitian ... 17

Gambar 3.2. Pemerahan Secara Manual ... 18

Gambar 3.3. Keadaan Kandang Sebelum Dibersihkan ... 19

Gambar 3.4. Sapi Sedang Dibersihkan ... 20

Gambar 4.1. Rancangan Bagian Pemerah (Shells) ... 29

Gambar 4.2. Karet Pemerah ... 29

Gambar 4.3. Rancangan Sistem Transmisi ... 30

Gambar 4.4. Rancangan Pompa Engkol ... 31

Gambar 4.5. Pompa Vakum ... 31

Gambar 4.6. Rancangan Vacuum Chamber Head ... 32

Gambar 4.7. Milkcan ... 33

Gambar 4.8. Selang Udara ... 34

Gambar 4.9. Selang Pengalir Susu ... 34

Gambar 4.10. Rancangan Rangka ... 35

Gambar 5.1. Bagian Pemerah (Shells) ... 36

(22)

vi Halaman Gambar 5.3. Sistem Transmisi ... 38 Gambar 5.4. Rangkaian Pompa Engkol ... 39 Gambar 5.5. Pompa Vakum ... 39 Gambar 5.6. Vacuum Chamber Head ... 40 Gambar 5.7. Milkcan ... 41 Gambar 5.8. Rangkaian VCH Dengan Milkcane ... 41 Gambar 5.9. Vacuum Gauge ... 42 Gambar 5.10. Selang Udara ... 43 Gambar 5.11. Selang Pengalir Susu ... 43 Gambar 5.12. Rangka ... 44 Gambar 5.13. Diagram Alir Proses Perakitan Alat Pemerah Susu Sapi

(23)

DAFTAR TABEL

(24)

viii DAFTAR LAMPIRAN

(25)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sapi perah merupakan salah satu hewan ternak yang sangat bermanfaat bagi manusia. Hampir semua bagian dari tubuh sapi dapat dimanfaatkan bahkan sampai kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Susu sapi adalah salah satu hasil dari produksi sapi perah yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam usaha meningkatkan kebutuhan gizi. Susu sapi umumnya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Konsumennya tidak hanya terbatas di kota-kota besar, melainkan sudah meluas sampai ke kota-kota kecil dan juga pedesaan. Susu dibutuhkan oleh manusia untuk semua umur.

Pada dasarnya, antara persediaan dan permintaan terhadap susu di Indonesia terjadi kesenjangan yang cukup besar. Permintaan akan kebutuhan susu jauh lebih besar dari ketersediaan susu yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut, usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar sangat prospektif. Susu yang dikonsumsi mayarakat Indonesia pada umumnya berupa susu hasil olahan, karena sebagian besar masyarakat belum terbiasa minum susu dalam keadaan segar.

Cara pemerahan susu sapi di Indonesia masih banyak menggunakan cara manual yaitu langsung dengan tangan, walaupun sebenarnya sudah ada mesin pemerah susu otomatis. Faktor penyebabnya karena harga mesin otomatis sangat mahal, yang jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh peternak sapi perah tidak akan mencukupi untuk membeli mesin tersebut. Banyak sedikitnya produksi susu sapi perah lebih banyak dipengaruhi oleh faktor keadaan lingkungan dan sifat genetisnya. Cara memerah yang baik dan higienis akan meningkatkan kualitas susu yang selanjutnya meningkatkan pendapatan peternak sapi perah.

(26)

2 B. Tujuan

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Komposisi Susu

Sebagian susu yang diproduksi adalah susu yang berasal dari sapi, baik yang dikonsumsi dalam bentuk segar maupun yang digunakan sebagai bahan baku dalam memproduksi berbagai produk susu olahan. Istilah susu biasanya mempunyai pengertian sebagai susu yang berasal dari sapi, kecuali dia dinyatakan jenis hewan lainnya dibelakang kata susu.

Susu merupakan bahan pangan yang dihasilkan selama periode laktasi oleh hewan menyusui dengan tujuan utama sebagai sumber nutrisi dan memberikan sistem kekebalan bagi anak yang dilahirkannya. Susu sapi merupakan bahan pangan hasil laktasi yang telah bebas kolostrum, diperah dari sapi yang sehat dan setidaknya mengandung 8,25% padatan bukan lemak (solid non fat) dan 3,25% lemak susu (fat) (Jennes, 1988). Umumnya berat jenis susu adalah 1032 kg/m3 dan titik bekunya -0,351 (±0,008)ºC. Bila titik beku semakin mendekati titik beku air (0ºC) berarti susu tersebut banyak mengandung air.

Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloid. Komponen utama susu adalah air, lemak protein (kasein dan albumin), laktosa (gula susu) dan abu. Komponen susu selain air merupakan Total Solid (TS). Total solid tanpa lemak disebut solid non fat (SNF). Beberapa istilah lain yang biasa digunakan sehubungan dengan komponen utama susu ini ialah plasma susu atau susu skim, yaitu bagian susu yang mengandung semua komponen kecuali lemak, dan serum susu yaitu bagian susu yang mengandung semua komponen susu kecuali lemak dan kasein (Rahman, 1992).

(28)

4 Tabel 1. Komposisi Kimia Susu

Komponen Kandungan (%)

Air

Beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi komponen-komponen dalam susu ialah mastitis, tahapan dalam periode laktasi, musim dan keadaan makanan. Variasi komposisi susu berdasarkan musim erat kaitannya dengan kombinasi pengaruh suhu dan pemberian makanan. Suhu yang tinggi dan kualitas makanan yang buruk akan menyebabkan kandungan SNF dalam susu menjadi rendah. Sebaliknya, makanan yang berkualitas baik dan suhu rendah cenderung akan meningkatkan kandungan SNF dalam susu.

Susu yang dihasilkan pada awal periode laktasi mempunyai kandungan SNF yang tinggi, kemudian menurun pada periode laktasi 40-60 hari dan akan meningkat kembali secara gradual sampai bulan keenam periode laktasi, diikuti dengan kenaikan tajam pada akhir periode laktasi.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan produksi susu adalah varietas (rumpun sapi), lama bunting, masa laktasi, besarnya sapi, estrus (birahi), umur, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan tata laksana pemberian makanan (Sudono,1999).

(29)

adalah 9 bulan. Produksi susu akan semakin menurun terutama saat sapi bunting 7 bulan sampai beranak.

Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak dan masa kering. Produksi susu per hari mulai menurun setelah laktasi dua bulan. Demikian pula kadar lemak susunya, akan menurun setelah 1-2 bulan masa laktasi. Dari 2-3 bulan masa laktasi, kadar lemak susu mulai konstan, kemudian naik sedikit (Sudono, 1999). Sapi yang badannya besar akan menghasilkan susu yang lebih banyak daripada sapi yang berbadan kecil meskipun bangsa dan umurnya sama. Hal ini dikarenakan sapi yang badannya besar akan makan lebih banyak sehingga menghasilkan susu yang lebih banyak karena metabolisme tinggi (Sudono, dkk, 2003)

Saat sapi mengalami birahi, akan terjadi perubahan-perubahan fungsi tubuh yang mempengaruhi volume dan kualitas susu yang dihasilkan. Beberapa ekor sapi menunjukkan gejala gelisah dan mudah terkejut, sehingga tidak mau makan sehingga produksi susunya menurun. Jika susu yang dihasilkan menurun drastis, kadar lemak dan komponen susunya akan berubah (Sudono, dkk, 2003)

Menurut Sudono (1999) sapi- sapi yang beranak pada umur yang lebih tua (3 tahun) akan menghasilkan susu yang lebih banyak daripada sapi-sapi yang beranak pada umur muda. Produksi susu akan meningkat dengan bertambahnya umur sapi hingga berumur 7-8 tahun. Setelah umur tersebut, produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi berumur 11-12 tahun.

(30)

6 Meskipun demikian, dengan masa kering yang lebih lama lagi, produksi susu tidak akan bertambah (Sudono, dkk, 2003).

Jika sapi diperah dua kali sehari dengan jarak waktu antar pemerahan sama, akan terjadi sedikit sekali perubahan komponen susu tersebut. Jika sapi diperah empat kali sehari, kadar lemak akan bertambah tinggi pada besok paginya, yakni saat pemerahan pertama. Semakin sering sapi diperah, hasil susu akan naik. Umumnya, variasi dalam produksi susu dan lemak pada beberapa peternakan sapi perah disebabkan oleh perbedaan dalam tata laksana pemberian pakan. Pakan yang terlalu banyak konsentrat akan menyebabkan kadar lemak yang terkandung di dalam susu rendah. Sementara itu, pakan yang terlalu banyak berupa hijauan menyebabkan kadar lemak susu tinggi karena lemak susu tergantung dari kandungan serat kasar dalam pakan (Sudono, 1999).

C. Persiapan Pemerahan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan pemerahan adalah sebagai berikut :

1. Kandang harus dibersihkan dari segala kotoran sapi, air kencing, sisa-sisa makanan dan sampah terutama di kandang sapi yang hendak diperah. 2. Sapi yang hendak diperah bagian ambingnya, lipatan paha dan pahanya

harus dicuci atau dibersihkan dengan sikat untuk mencegah kotoran-kotoran yang menempel pada bagian-bagian tersebut jatuh dalam susu pada waktu sapi tersebut diperah.

3. Sapi yang hendak diperah diberi pakan konsentrat terlebih dahulu supaya sapi tersebut dalam keadaan tenang. Jangan diberi rumput, silase atau hijauan yang lainnya sebelum atau selama diperah guna menjamin susu yang dihasilkan tidak berbau, bersih dan mempunyai kualitas yang baik. 4. Alat-alat susu (ember susu, kantung susu) harus bersih, oleh karena itu

alat-alat susu yang dipakai untuk menampung dan menyimpan susu-susu sebelumnya harus dicuci bersih.

(31)

terdapat pada ekor sapi tersebut bisa mencemari susu dalam ember yang dipakai untuk memerah.

6. Mencuci ambing dengan air hangat perlu dilakukan untuk mengurangi pencemaran kuman dalam susu, agar susu yang dihasilkan bersih dan tidak mudah rusak. Disamping itu pencucian ambing akan memicu keluarnya susu dan memudahkan pemerahan.

7. Pemerah susu harus bersih tangannya selama melakukan pemerahan. Orang yang hendak memerah hendaknya memakai pakaian yang bersih dan sebelum memerah tangannya harus dicuci bersih dengan sabun. 8. Uji mastitis hendaknya dilakukan setiap melakukan pemerahan yaitu

dengan memerah pakai tiga jari. Puting yang mengeluarkan susu abnormal harus disisihkan lebih dulu dan diperah terakhir sesudah memerah sapi-sapi yang sehat ambingnya.

D. Cara Pemerahan Manual

Pemerahan secara manual menggunakan prinsip tekanan yang dihasilkan oleh tangan terhadap puting sapi. Sebelum melakukan pemerahan secara manual tangan pemerah dan ambing dicuci bersih, maka cara pemerahan dengan menggunakan kelima jari adalah sebagai berikut :

1. Tekankan ibu jari dan jari telunjuk melingkari pangkal puting sehingga susu tidak dapat kembali lagi ke ambing.

2. Tekan jari tengah pada puting untuk memancarkan susu keluar. Pancaran susu yang keluar pertama kali sebaiknya diuji mastitis.

3. Tekanlah jari manis pada puting dan perah dengan tekanan yang tetap, tetapi putting jangan ditarik kuat ke bawah.

4. Tekankan jari kelingking pada puting dan perahlah dengan seluruh jari tangan sampai susu keluar semua.

5. Kemudian lepaskan tekanan tangan dari puting dengan membuka semua jari, sehingga puting diisi susu kembali. Ulangi cara pemerahan tersebut di atas dengan menggunakan tangan yang lain.

(32)

8 menekan ambing dengan siku menyebabkan sisa-sisa susu masuk ke dalam putting.

7. Agar sisa-sisa susu tersebut keluar, maka perahlah puting dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.

8. Dengan menggunakan kedua jari pemerahan dilanjutkan sepanjang puting, tetapi pemerahan ini tidak boleh menarik-narik puting yang dapat mengakibatkan rusaknya puting. Memerah dengan kedua jari tersebut pada akhir pemerahan akan mengeluarkan sisa-sisa susu yang masih terdapat pada putting guna mencegah terjadinya mastitis.

9. Sebaiknya untuk mencegah mastitis, maka segera sesudah pemerahan tiap-tiap puting disterilkan dengan mencelupkannya dengan hati-hati ke dalam larutan desinfektan.

Cara pemerahan manual dengan menggunakan tangan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Cara Pemerahan Manual (Sudono, 1999)

E. Cara Pemerahan Otomatis

(33)

dengan vakum pada milkcan (wadah penampung). Diagram alat pemerah susu sapi otomatis dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Diagram Alat Pemerah Susu Sapi Otomatis (Schmidt dan Van Vleck, 1988).

Pompa vakum adalah sebuah peralatan yang dapat mengeluarkan udara dan gas-gas lain dari suatu ruangan tertutup. Sebagai hasil dari pengeluaran gas ini adalah terbentuknya ruangan yang bertekanan lebih rendah daripada tekanan atmosfer lingkungan. Terbentuknya ruang vakum dimanfaatkan untuk menghasilkan gaya hisap terhadap puting sapi. Daya hisap atau tekanan yang diijinkan terhadap puting sapi berkisar antara 40 Kpa sampai dengan 50 Kpa, jika tekanan terhadap puting sapi kurang maka air susu tidak akan keluar (Hakim, 1994). Kelebihan tekanan yang didapat oleh puting susu dapat menyebabkan sapi kesakitan dan menimbulkan mastitis.

(34)

10 Berbagai macam tipe karet pemerah antara lain alfa-laval 24803B, fullwood SL2, fullwood SL3, hosier CTI, langton, mile HI, sealed milking unit, skel lerup M.M.17 dan skel lerup M.M.106 (Lowe, 1981 dalam skripsi Nugraha, 2006).

Pulsator adalah sebuah alat yang secara bergantian membentuk vakum dan udara atmosfer diantara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner). Vakum pada ujung puting mengeluarkan susu dengan suatu perbedaan tekanan. fase ini disebut juga pase buka atau fase pemerahan. Fase pemerahan dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Fase Pemerahan

Pijatan, atau fase istirahat, dimulai ketika pulsator memberi udara atmosfir pada ruang antara bagian pemerah dan karet pemerah. Hal ini mengempiskan karet pemerah di ujung puting dan memberikan pijatan pada puting. Fase pemijatan atau istirahat dapat dilihat pada gambar 2.4.

(35)

Ada dua tipe pulsator, yaitu: pulsator elektrik dan pulsator pneumatik. Kecepatan denyutan pulsator adalah banyaknya denyutan per-menit untuk fase pemerahan dan fase pemijatan yang terjadi. Pada umumnya kecepetan denyutan pulsator adalah 44-60 denyutan permenit (Bray dan Shearer, 1994).

Claw merupakan salah satu komponen paling penting. Alat ini berfungsi menghentikan vakum untuk puting sebelum memindahkan alat pemerah dari sapi. Sangat disayangkan tipe seperti ini tidak terdapat pada semua claw, atau tidak berguna jika dipasangkan. Sebuah klem karet juga akan menyelesaikan tugas ini. Satu keuntungan dari buka-tutup otomatis adalah mampu menghentikan vakum sebelum dipindahkan (Bray dan Shearer, 1994).

Gambar 2.3. menyajikan diagram alat pemerah susu sapi otomatis yang lebih lengkap beserta komponen-komponennya.

Gambar 2.3. Diagram Alat Pemerah Susu Otomatis Beserta Komponennya (Holmes, 1984)

F. Ruang Vakum

(36)

12 Cara paling sederhana untuk mengkondisikan ruang hingga vakum dapat dilakukan oleh suatu pompa tunggal. Pompa ini harus mampu bekerja pada tekanan satu atmosfer, maka pilihan pompa terbatas pada salah satu pompa yang menghasilkan tekanan akhir yang relatif rendah, misalnya: pompa mendesak (compressor), ejektor uap, dan pompa difusi (difusser).

Berdasarkan definisi dari American Vacuum Society (1958) dalam Trott (1989), bahwa vakum menunjukan suatu ruang yang diisikan gas pada tekanan dibawah atmosfir, yang memiliki kerapatan molekul kurang dari 2.5 x 1019 molekul/cm3.

Beberapa tingkatan kevakuman menunjukan pada sebuah situasi fisik yang berbeda. Untuk mendeskripsikan situasi ini dapat digunakan konsep kerapatan molekul (molecular density), mean free path, dan waktu konstan menuju bentuk lapisan tunggal (the time constant to form monolayer), konsep yang berhubungan dengan tekanan, gas, dan suhu.

G. Pompa Vakum

Adanya pandangan umum yang salah mengenai pompa vakum sebagai alat yang dapat menyedot gas dari suatu ruangan karena sebenarnya tidak ada gaya sedotan. Apabila beberapa molekul disuatu bagian ruangan dikeluarkan, maka molekul yang tertinggal akan segera bergerak mengisi ruangan yang ditinggalkan (memiliki kepadatan yang lebih rendah). Dengan kata lain, pompa vakum tidak dapat mengeluarkan molekul gas hingga ada molekul gas yang memasuki mekanisme dari pompa vakum.

(37)

H. Stainless Steel

Stainless steel adalah deskripsi umum untuk kelompok produk baja yang memiliki unsur tambahan krom sebanyak 12% dan bahan lain seperti nikel, molybdenum, titanium, dan karbon dalam jumlah dan perbandingan yang bervariasi. Dalam perkembangannya, stainless steel dikenal dua sifatnya yaitu daya tahan terhadap korosi dan kebutuhan perawatan yang minimal.

Daya tahan stainless steel terhadap korosi sebenarnya berasal dari adanya lapisan oksida krom yang terkandung pada bahan penyusun stainless steel tersebut. Berbeda dari oksida besi, oksida krom memiliki sifat-sifat berikut ini: tipis (hampir tidak terlihat), stabil, tahan lama (durable), lembab, sangat lengket pada campurannya dan lapisan oksida dapat memperbaiki sendiri. Lapisan ini memberikan perlindungan yang sangat baik kepada baja, apabila lapisan ini mengalami pengikisan maka lapisan yang baru akan segera terbentuk secara langsung (Nugraha, 2006).

I. Aspek Ergonomika

Kata “Ergonomika” berasal dari bahasa Yunani. Berdasarkan asal katanya Ergonomika tersusun atas Ergos yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Pada mulanya ilmu ini hanya terbatas pada studi waktu dan gerak, namun kemudian di Amerika berkembang dan terkenal dengan nama Ergonomies, di Belanda Ergonamie, di Jepang Labor Science dan di Indonesia dikenal dengan nama Ergonomika (Morgan, 1989).

Penerapan ergonomika pada desain alat, sudah semakin berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi. Menurut Morgan (1989), penerapan Ergonomika pada berbagai jenis pekerjaan telah terbukti menyebabkan perbaikan efisiensi dan kenaikan produktivitas yang dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas hasil kerja sebesar 10% atau lebih.

Tujuan yang hendak dicapai dengan ergonomika adalah:

(38)

14 2. Kesehatan kerja yang merupakan pencegahan atau minimisasi

kemungkinan terjadinya penyakit sebagai akibat dari kerja yang dilakukan.

3. Keselamatan kerja, artinya perencanaan hubungan kerja sedemikian rupa sehingga terjamin suatu kemungkinan terhadap kecelakaan kerja.

4. Kenyamanan kerja, dimana terciptanya hubungan kerja untuk memperoleh kenyamanan terhadap pekerja.

Pengeluaran tenaga seseorang dapat ditinjau dari segi pengeluaran tenaga total tubuh dan laju metabolisme dan pengeluaran tenaga mekanis. Tenaga mekanis tubuh merupakan tenaga yang dapat dimanfaatkan dan disalurkan melalui kerja otot. Sedangkan tenaga total tubuh adalah seluruh tenaga yang digunakan oleh tubuh manusia untuk melakukan suatu pekerjaan.

Besarnya tenaga mekanis seseorang yang disalurkan akan berbeda jika disalurkan melalui tangan dengan tenaga yang disalurkan melalui kaki atau kombinasi keduanya. Perbedaan kapasitas kerja seseorang sangat ditentukan oleh faktor somatik, adaptasi, psikis, cara kerja, dan lingkungan fisik.

J. Perancangan (Desain)

(39)

KEBUTUHAN

Analisis masalah, spesifikasi produk, dan perencanaan proyek

Perancangan konsep produk

Perancangan produk

Evaluasi produk hasil rancangan

Dokumen untuk pembuatan produk

(40)

16 III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2007 hingga bulan Juni 2007, bertempat di Laboratorium Perbengkelan, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.

B. Bahan dan Alat 1. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut a. Pipa silinder stainless steel

b. Silinder pejal stainless steel c. Silinder pejal alumunium d. Poros besi

(41)

SESUAI

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda pendekatan rancangan secara umum yaitu berdasarkan pendekatan rancangan fungsional dan pendekatan rancangan struktural. Adapun tahapan penelitian yang dilaksanakan seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Tahapan Penelitian tidak

tidak ya

(42)

18 1. Identifikasi Masalah

Pemerahan sapi yang dilakukan oleh peternak kecil di Indonesia biasanya dilakukan secara manual. Peternak kecil tidak mampu untuk membeli mesin pemerah susu yang ada di pasaran, karena harganya yang relatif mahal. Dapat diketahui bahwa harga alat pemarah susu yang ada dipasar berkisar antara 16 juta rupiah sampai 30 juta rupiah. Peternak tentunya sangat keberatan untuk membeli alat pemerah yang ada dipasaran, karena jumlah sapi yang mereka miliki tidak banyak.

Pemerahan manual yang biasa dilakukan oleh peternak kecil tentunya masih banyak kekurangannya. Pemerahan manual menggunakan tangan dengan cara satu-persatu pada puting susu, pemerahan tidak dapat dilakukan langsung pada empat puting susu yang biasanya terdapat pada satu ambing sapi. Pemerahan secara manual dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Pemerahan Secara Manual

(43)

dijamin kebersihannya, sehingga kemungkinan besar susu dapat terkontaminasi oleh udara yang tidak bersih. Salain kondisi udara, kondisi kebersihan dari lantai kandang juga menjadi perhatian tersendiri, bisa saja kotoran masuk kedalam milkcan. Setiap kali sebelum dilakukan pemerahan, biasanya kandang dibersihkan terlebih dahulu, namun hal tersebut tidak menjamin kendang tersebut bebas dari kontaminasi bakteri atau kotoran lainnya. Pada Gambar 3.3. dapat dilihat keadaan kandang sebelum dibersihkan.

Gambar 3.3. Keadaan Kandang Sebelum Dibersihkan

(44)

20 Gambar 3.4. Sapi Sedang Dibersihkan

Setiap kali melakukan pemerahan, susu yang terdapat dalam ambing harus benar-benar habis. Susu yang tidak habis berpotensi sebagai tempat berkembangbiaknya bakteri, sehingga dapat menimbulkan penyakit pada sapi yang umumnya dikenal sebagai mastitis.

Susu mempunyai kandungan air yang tinggi, pH yang mendekati normal dan kandungan nilai nutrisinya yang tinggi. Faktor-faktor tersebut merupakan habitat yang cocok untuk pertumbuhan optimum mikroorganisme (Fatmawati, 2003). Susu juga mengandung vitamin, dimana beberapa spesies bakteri dapat memanfaatkannya untuk proses fermentasi dan berkembang. Oleh karena itu diperlukan penanganan khusus (Walstra dan Jenner, 1983; Jay, 1997).

(45)

2. Analisis Perancangan

Analisis perancangan digunakan untuk menentukan kebutuhan komponen-komponen yang digunakan untuk membuat mekanisme alat pemerah. Analisis ini terdiri dari analisis fungsional dan analisis struktural. Dalam analisis fungsional dilakukan penentuan fungsi dari semua komponen yang diperlukan dan akan digunakan dalam pembuatan alat pemerah. Analisis struktural bertujuan untuk menentukan bentuk dan kesesuaian komponen-komponen dengan alat yang akan dikerjakan, tentunya berdasarkan kebutuhan bahan yang telah dianalisis melalui pendekatan teoritis. Dasar perancangan mekanisme alat pemerah dapat dilihat pada Tabel 2.

Rancangan mekanisme alat pemerah terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu:

1. Bagian Pemerah 2. Karet Pemerah 3. Sistem Transmisi 4. Pompa Engkol 5. Pompa Vakum

6. Vacuum Head Chamber 7. Milkcan

8. Selang 9. Selang Silikon 10.Rangka

Tabel 2. Dasar Perancangan Mekanisme Alat Pemerah

No Nama Bagian Dasar Perancangan

1 Bagian pemerah

(46)

22 2 Karet Pemerah

Bahan terbuat dari karet yang fleksibel, tidak terlalu kaku dan keras. Bahan karet tersebut harus mampu menerima gaya hisap atau tekanan dan kembali pada bentuk semula.

3 Sistem Transmisi

Sistem transmisi yang dirancang menggunankan rantai dan sproket. Transmisi berfungsi untuk menyalurkan daya serta mereduksi gaya yang dibutuhkan untuk memutar pompa engkol. Pemilihan sistem transmisi rantai dan sproket dikarenakan sistem transmisi ini mudah untuk didapat dan dimodifikasi.

4 Pompa Engkol

Pompa mekanis terdiri dari 4 pompa angin biasa yang dihubungkan oleh poros engkol. Berfungsi untuk mengalirkan udara bertekanan tinggi menuju puting sapi. Dengan sudut putar sebesar 80°, dirancang agar pompa mampu memberikan tekanan secara bergantian keempat karet pemerah.

5 Pompa Vakum

Pompa vakum berfungsi memberikan gaya hisap terhadap puting sapi dan untuk membuat keadaan milkcane menjadi vakum.

6 Vacuum Head Chamber

Vacuum chamber head (VCH) merupakan suatu unit yang dipasangkan dengan milkcan. Berfungsi sebagai pengkondisi ruang vakum pada milkcan. VCH terbuat dari bahan stainless steel, karena bahan ini mudah untuk dikerjakan dan aman untuk pangan

7 Milkcan

Milkcan atau wadah penampung berfungsi untuk menampung susu yang keluar dari puting sapi. Wadah penampung harus kuat dan tahan terhadap gaya hisap yang diberikan oleh pompa vakum. Wadah penampung susu (milkcan) tebuat dari alumunium dengan kapasitas maksimal 30 liter. Milkcan didapat dengan cara membeli dari distributor alat-alat peternakan sapi perah.

(47)

8 Selang Udara

tekanan tinggi. Selang harus mampu mengalirkan tekanan yang berasal dari pompa engkol. Panjang selang harus disesuaikan dengan jarak antara pompa engkol dan putign susu, dan jarak yang aman untuk pemerah.

9 Selang Pengalir Susu

Selang silikon merupakan selang yang dibuat khusus untuk produk pangan. Selang silikon harus kuat terhadap tekanan atau gaya hisap yang diberikan oleh pompa vakum. Panjang selang silikon harus disesuaikan penggunaanya dengan kebutuhan.

10 Rangka

Rangka berfungsi sebagai dudukan pompa engkol, sebagai penyangga pompa vakum, penyangga milkcan, dan dudukan untuk sistem transmisi. Rangka ini dirancang bisa bergerak. Rangka harus kuat, agar mampu menopang semua berat yang dihasilkan oleh seluruh komponen. Bahan yang dipilih adalah plat besi dan besi siku. Bentuk dan ukuran dirancang agar se-efisien mungkin, terutama lebar dari rangka.

3. Pembuatan Mekanisme Alat Pemerah

(48)

24 4. Perakitan

Setelah semua bagian dari alat pemerah susu sapi semi mekanis tipe engkol ini sudah siap, maka selanjutnya dilakukan perakitan. Perakitan dilakukan dengan menempatkan pompa engkol, pompa vakum, milkcan, dan sistem transmisi pada rangka. Selang dan selang silikon dihubungkan dengan bagian pemerah (shells), karet pemerah (liner), milkcan, dan pompa engkol. Untuk mencegah kebocoran udara, maka setiap pangkal dan ujung penghubung selang maka digunakan klem dan sealtape.

5. Uji Fungsional

Uji fungsional dilakukan untuk menguji setiap bagian dari alat pemerah, apakah dapat bekerja sesuai dengan fungsi dari masing-masing bagian. Pengujian setiap bagian dilakukan secara terpisah, hal ini dilakukan untuk mengetahui apabila ada salah satu bagian tidak berfungsi dengan baik, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Sebelum dilakukan uji kinerja, ada kemungkinan alat dimodifikasi. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya ide baru atau sedikit permasalahn yang dapat mempengaruhi kinerja alat secara keseluruhan. Uji fungsional merupakan uji pendahuluan sebelum alat pemerah diuji secara keseluruhan untuk memerah sapi.

6. Modifikasi dan Penyempurnaan

(49)

7. Uji Kinerja

Uji kinerja dilakukan untuk menguji alat pemerah secara langsung dalam melakukan pemerahan, dengan mengukur kapasitas susu yang dihasilkan dan kebutuhan energi operator saat melakukan kerja menggunakan alat pemerah. Uji kinerja kapasitas alat pemerah dilakukan dengan mengukur volume susu yang dihasilkan selama 5 menit melakukan pemerahan.

(50)

26 IV. ANALISIS RANCANGAN

A. Kriteria Perancangan

Alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan alat pemerah susu sapi yang harganya relatif terjangkau oleh petani kecil. Alat pemerah ini dirancang mendekati alat pemerah otomatis yang beredar dipasaran. Dengan menggunakan prinsip yang sama dengan alat pemerah otomatis yaitu prinsip penghisapan (suckling).

Perbedaan alat pemerah semi otomatis ini dengan alat pemerah otomatis yaitu penggunaan tenaga manusia untuk melakukan sistem pemerahan. Pada alat pemerah otomatis, fungsi pulsator sebagai alat yang secara bergantian membentuk vakum dan udara atmosfer diantara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner) digantikan oleh pompa engkol pada alat pemerah semi otomatis ini, untuk menggerakkan pompa engkol tersebut digunakan tenaga manusia. Claw pada alat pemerah otomatis merupakan ruang vakum yang mempunyai katup buka-tutup berfungsi menghentikan vakum untuk puting sebelum memindahkan alat pemerah dari sapi. Gaya hisap atau tekanan langsung didapat dari pompa vakum yang membentuk ruang vakum pada milkcan, sehingga milkcan dapat menggantikan fungsi claw. Ruang vakum yang dibentuk pada milkcan ini akan secara langsung melakukan penghisapan pada puting sapi.

B. Rancangan Fungsional

Alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol ini terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu: bagian pemerah, karet pemerah, sistem transmisi, pompa engkol, pompa vakum, milkcan, dan rangka. Sementara bagian lain sebagai penghubung adalah selang dan selang silikon. Fungsi dari semua bagian tersebut adalah sebagia berikut:

1. Bagian Pemerah (Shells)

(51)

dapat menyebabkan sapi kesakitan, dan menimbulkan mastitis. Bagian pemerah harus kuat, agar tidak mudah rusak bila jatuh atau terinjak oleh sapi.

2. Karet Pemerah (Liner)

Karet pemerah (liner) berfungsi sebagai penggenggam puting sapi, untuk kemudian memberikan tekanan atau gaya hisap yang dihasilkan oleh pompa engkol dan vakum terhadap puting sapi. Karet pemerah terbuat dari bahan yang fleksibel dan tentunya aman untuk pangan. 3. Sistem Transmisi

Sistem transmisi berfungsi untuk menyalurkan daya atau tenaga manusia yang digunakan untuk menggerakkan pompa engkol. Sistem transmisi juga untuk mengurangi gaya yang dibutuhkan untuk memutar pompa engkol.

4. Pompa Engkol

Fungsi dari pompa engkol adalah memberikan tekanan terhadap karet pemerah. Pemberian tekanan tehadap karet pemerah ini bertujuan untuk menghentikan sementara waktu laju penghisapan yang diterima oleh puting sapi. Pompa engkol ini menggantikan fungsi pulsator pada alat pemerah otomatis.

5. Pompa vakum

Pompa vakum berfungsi untuk menciptakan kondisi ruang vakum pada milkcan, untuk selanjutnya melakukan penghisapan pada puting sapi. Gaya hisap yang dihasilkan juga berfungsi untuk menahan bagian pemerah agar mampu menempel pada puting sapi dan tidak terjatuh. Gaya hisap ini yang meupakan faktor utama yang bisa mengeluarkan air susu dari ambing sapi.

6. Vacuum Chamber Head (VCH)

(52)

28 7. Milkcan

Milkcan atau wadah penampung berfungsi untuk menampung air susu yang keluar dari puting sapi. Gaya hisap yang diperoleh puting sapi merupakan hasil dari ruang vakum pada milkcan. Ruang vakum pada milkcan tersebut dibentuk oleh pompa vakum. Milkcan harus aman digunakan untuk bahan pangan, tidak mengandung unsur logam berat dan mudah untuk dibersihkan

8. Selang Udara

Selang udara berfungsi untuk mengalirkan tekanan udara yang dihasilkan oleh pompa engkol menuju ke bagian pemerah. Selang ini harus mampu menahan tekanan hingga 50 kPa yang dihasilkan oleh pompa engkol.

9. Selang Pengalir Susu

Selang pengalir susu terbuat dari silikon, yang berfungsi untuk mengalirkan air susu hasil pemerahan menuju ke milkcan. Selang pengalir susu ini tentunya harus mampu menahan gaya hisap yang berasal dari milkcan, selain itu selang pengalir susu harus dipastikan aman untuk bahan pangan.

10.Rangka

Rangka berfungsi sebagai dudukan pompa engkol, sebagai penyangga pompa vakum, penyangga milkcan, dan dudukan untuk sistem transmisi. Rangka tersebut harus kuat menahan beban yang dihasilkan oleh seluruh komponen. Rangka harus dilengkapi roda, agar memudahkan untuk bergerak

C. Rangcangan Struktural 1. Bagian Pemerah (Shells)

(53)

shells. Soket yang terpasang digunakan untuk memasukan nepel selang. Soket tersebut memiliki ukuran diameter dalam 8 mm dan diameter luar 13 mm. Rancangan bagian pemerah dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Rancangan Bagian Pemerah (Shells)

2. Karet Pemerah (Liner)

Karet pemerah (liner) mimiliki panjang 330 mm, dengan profil yang unik. Karet pemerah dimasukkan ke dalam bagian pemerah, oleh karena itu ukuran bagian pemerah harus disesuaikan dengan ukuran karet pemerah. Tidak boleh terjadi kebocoran udara pada ruang antara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner), karena dapat mengurangi tekanan yang diberikan oleh pompa engkol. Karet pemerah dapat dilihat pada Gambar 4.2.

(54)

30 3. Sistem Transmisi

Sistem transmisi yang digunakan adalah rantai dan sproket. Sistem transmisi ini menggunakan 2 sproket, dengan masing-masing jumlah mata rantai 36 dan 18. Dengan perbandingan jumlah mata rantai tersebut, jika kecepatan putaran tangan operator sebesar 30 rpm, maka kecepatan putar untuk pompa engkol sebesar 60 rpm. Kecepatan pembagian pulsa oleh pulsator yang diijinkan berkisar antara 45-60 denyut permenit, jadi kecepatan putar dari pompa engkol masuk dalam batas toleransi yang diijinkan. Rantai yang digunakan adalah rantai rol, dengan rangkaian tunggal. Untuk poros digunakan ukuran sebesar 19 mm. Rancangan sistem transmisi dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Rancangan Sistem Transmisi

4. Pompa Engkol

(55)

Gambar 4.4. Rancangan Pompa Engkol

5. Pompa Vakum

Pompa vakum bertenaga 1/3 hp, dengan laju aliran 4 CFM (cubic feet per-minute) dan tekanan vakum hingga 10 Pa. Pompa ini memiliki berat 11 kg. Kecepatan yang dihasilkan mencapai 1440 rpm, bekerja dengan menggunakan oli. Daya listrik yang dihasilkan 250 watt. Pompa vakum dapat dilihat pada Gambar 4.5. Spesifikasi pompa vakum dapat dilihat pada Lampiran 1

Gambar 4.5. Pompa Vakum

6. Vacuum Chamber Head (VCH)

(56)

32 ruang vakum pada milkcan. VCH dilengkapi seal untuk mencegah kebocoran udara. VCH terbuat dari bahan stainless steel agar mudah dikerjakan. VCH berdiameter 194 mm, dengan tinggi 150 mm. Rancangan VCH dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Rancangan Vacuum Chamber Head

(57)

7. Milkcan

Milkcan terbuat dari bahan alumunium dengan bentuk dan volume yang sudah tersedia. Daya tampung atau volume milkcan tersebut sebesar 30 liter. Milkcan tersebut mimiliki ukuran lubang untuk tutup sebesar 196 mm. Milkcan merupakan wadah penampung susu yang lazim ada di pasaran dan digunakan oleh pemrah susu pada umumnya.

Gambar 4.7. Milkcan

8. Selang Udara

(58)

34 Gambar 4.8. Selang Udara

9. Selang Pengalir Susu

Selang pengalir susu dengan panjang 8 meter, dibagi menjadi empat untuk menyalurkan tekanan atau daya hisap vakum ke puting susu sapi dan mengalirkan air susu ke milkcan. Selang ini khusus dibuat untuk bahan pangan, karena tidak merubah unsur kimia yang terdapat pada bahan pangan yang mengalir didalam selang tersebut. Selang ini dilengkapi dengan kawat pengisi, sehingga mampu bertahan terhadap tekanan tinggi. Selang dengan diameter dalam 6 mm dan diameter luar 8,5 mm. Selang pengalir susu ini dibuat transparan, sehingga air susu yang mengalir didalam selang bisa terlihat dengan jelas. Selang pengalir susu dapat dilihat pada Gambar 4.9.

(59)

10.Rangka

Rangka terbuat dari besi siku dengan dimensi 40 x 40 mm, memiliki tebal 4 mm. Ukuran alas dari rangka 800 x 400 mm. Alas tersebut dilapisi plat besi dengan ketebalan 2 mm. Pada alas dibuatkan dudukan untuk milkcan dan pompa vakum dengan bentuk mengikuti ukuran masing-masing objek. Untuk dudukan pompa berukuran 400 x 300 mm dengan tinggi dari alas rangka 500 mm. Dudukan pompa piston dilengkapi plat besi setebal 3 mm untuk menopang pompa piston tersebut. Rangka akan menopang sistem transmisi yang menggunakan bantalan gerak sebanyak dua buah. Rangka dilengkapi roda agar mudah dipindah-pindahkan. Rancangan rangka dapat dilihat pada Gambar 4.10.

(60)

36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rancang Bangun Alat Pemerah 1. Bagian Pemerah (Shells)

Sesuai dengan rancangan sturktural, bagian pemerah (shells) terbuat dari pipa stainless steel dengan panjang 143 mm, diameter luar 38 mm, diameter dalam 36 mm. Bagian bawah shells terbuat dari pipa pejal stainless steel yang dibubut kemudian dilas dengan diameter dalam 21 mm. Bagian samping shells terdapat lubang untuk memasang soket, dengan dimeter 8 mm. Soket tersebut memiliki panjang 23 mm, terletak 30 mm dari bagian bawah shells. Soket yang terpasang digunakan untuk memasukan nepel selang. Soket tersebut memiliki ukuran diameter dalam 8 mm dan diameter luar 13 mm. Pemasangan soket dengan menggunakan las argon. Setelah bagian pemerah selesai dirakit, maka proses penyelesaian akhir dilakukan, yaitu dengan memberikan lapisan pengkilat. Berat untuk satu bagian pemerah (shells) tanpa karet pemerah (liner) sebesar 180 gram. Bagian pemerah (shells) dapat dilihat pada Gambar 4.1. Lampiran 2. menyajikan gambar teknik dari bagian pemerah (shells).

(61)

2. Karet Pemerah (Liner)

Karet pemerah yang digunakan adalah spare part dari mesin pemerah otomatis yang sudah ada. Oleh karena itu ukuran bagian pemerah (shells) harus disesuaikan dengan ukuran karet pemerah. Kebutuhan karet pemerah untuk alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol ini sebanyak empat buah. Karet pemerah didapat dengan membeli. Karet pemerah yang digunakan adalah karet pemerah yang sudah memiliki merk dagang, yang dapat menjamin karet pemerah tersebut sudah sering digunakan sebagai spare part pada alat pemerah otomatis. Karet pemerah memiliki permukaan karet yang lembut dan tidak keras, sehingga liner ini sangat baik. Karet pemerah pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2. Karet Pemerah

3. Sistem Transmisi

(62)

38 Gambar 5.3. Sistem Transmisi

4. Pompa Engkol

Pompa engkol merupakan rangkaian yang berasal dari pompa klep. Poros engkol yang digunakan ialah poros dengan diameter 190 mm dengan panjang total 450 mm. Diameter pompa 50 mm dengan panjang langkah mencapai 850 mm, pompa klep ini mampu memberikan tekanan udara hingga 40-50 kPa. Tekanan yang diijinkan untuk puting sapi berkisar antara 40-50 kPa, jadi tekanan yang dihasilkan oleh pompa klep sudah memenuhi syarat. Untuk menyalurkan tekanan pada karet pemerah (liner), pompa dihubungkan dengan selang menggunakan nepel selang dan klem. Pompa engkol diberi penahan berupa pipa besi dengan diameter 8 mm, dudukan untuk penahan berada pada bagian samping keempat pompa.

(63)

Gambar 5.4. Rangkaian Pompa Engkol

5. Pompa Vakum

(64)

40 6. Vacuum Chamber Head (VCH)

Karena bahan aluminium sulit untuk dikerjakan dengan material perbengkelan seperti dilas, maka VCH dibuat dari bahan lain yang mudah dikerjakan dan aman untuk pangan Bahan yang dipilih adalah stainless steel. Komponen claw tidak digunakan pada alat ini, karena fungsinya dapat digantikan oleh VCH dan milkcan. Pada VCH terdapat empat lubang untuk dipasangkan soket, soket tersebut berfungsi sebagai dudukan untuk nepel selang. Soket dan nepel selang juga terbuat dari bahan stainless steel yang aman untuk bahan pangan dalam hal ini air susu. Pada sisi VCH terdapat dudukan pengunci. Dudukan tersebut berfungsi untuk merekatkan bagian utama milkcan dengan VCH. Agar tercipta ruang vakum, maka VCH dilengkapi seal silikon dengan fungsi untuk menutup celah diantara tutup dan bagian utama. Vacuum chamber head dapat dilihat pada Gambar 5.6. Gambar teknik dari VCH dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 5.6. Vacuum Chamber Head

7. Milkcan

(65)

Milkcan terbuat dari alumunium. Daya tampung atau volume milkcan tersebut sebesar 30 liter. Milkcan tersebut memiliki ukuran lubang untuk tutup sebesar 196 mm. Jenis milkcan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 5.7. Lampiran 5. menyajikan gambar teknik dari milkcan.

Gambar 5.7. Milkcan

Setelah VCH selesai dibuat, selanjutnya unit VCH dipasangkan dengan tabung milkcan. Pemasangan VCH dan tabung milkcan menggunakan pengunci yang telah terpasang pada kedua unit tersebut. Rangkaian VCH dengan milkcan dapat dilihat pada Gambar 5.8.

(66)

42 8. Vacuum Gauge

VCH dilengkapi dengan vacuum gauge. Alat ini berfungsi untuk mengukur tekanan didalam milkcan, sehingga pemerah mengetahui kapan pemerahan harus dilakukan. Pada vacuum gauge satuan tekanan yang digunakan adalah cmHg dan inHg. Jadi, jika tekanan yang diijinkan untuk melakukan pemerahan 40-50 kPa, maka bila dikonversikan kedalam satuan tekanan yang terdapat pada vacuum gauge menjadi 30-37 cmHg. 1 cmHg sama dengan 1,328 kPa. Vacuum gauge dapat dilihat pada Gambar 5.9.

Gambar 5.9. Vacuum Gauge

9. Selang Udara

(67)

Gambar 5.10. Selang Udara

10.Selang Pengalir Susu

Selang pengalir susu dengan panjang 8 meter, dibagi menjadi empat untuk menyalurkan tekanan atau daya hisap ke puting susu sapi dan mengalirkan air susu ke milkcan Selang ini khusus dibuat untuk bahan pangan, karena tidak akan merubah struktur kimia yang terdapat pada bahan pangan yang mengalir didalam selang tersebut. Selang pengalir susu dilengkapi dengan kawat pengisi, sehingga mampu bertahan terhadap tekanan tinggi. Selang dengan diameter dalam 6 mm dan diameter luar 8,5 mm. Selang berbahan silikon ini dibuat transparan, sehingga air susu yang mengalir didalam selang bisa terlihat dengan jelas. Selang pengalir susu dapat dilihat pada Gambar 5.11.

(68)

44 11.Rangka

Rangka terbuat dari besi siku dengan dimensi 40 x 40 mm, memiliki tebal 4 mm. Ukuran alas dari rangka 800 x 400 mm. Alas tersebut dilapisi plat besi dengan ketebalan 2 mm. Pada alas dibuatkan dudukan untuk milkcan dan pompa vakum dengan bentuk mengikuti ukuran masing-masing objek. Untuk dudukan pompa engkol berukuran 400 x 300 mm dengan tinggi dari alas rangka 500 mm. Dudukan pompa engkol dilengkapi plat setebal 5 mm untuk menopang pompa engkol. Agar memudahkan untuk dipindah tempatkan rangka diberi roda penggerak. Rangka dapat dilihat pada Gambar 5.12.

Gambar 5.12. Rangka

B. Perakitan

Setelah semua bagian utama selesai dibuat, maka selanjutnya dilakukan proses perakitan. Pada proses ini yang pertama dilakukan adalah memasang karet pemerah (liner) pada bagian pemerah (shells). Pompa piston dipasangkan pada rangka, sekaligus dengan pemasangan sistem transmisi. Setelah pompa piston terpasang, maka selang dihubungkan dari pompa piston ke bagian pemerah (shells) dengan menggunakan klem dan nepel selang.

(69)

apabila susu masuk kedalam pompa vakum dapat terlihat. Pompa vakum ditempatkan dirangka pada dudukan yang telah dibuat sebelumnya. Untuk mempermudah dalam menyalakan pompa vakum, maka dipasang switch on-off dekat dengan dudukan pompa vakum pada rangka.

(70)

46 Uji Fungsional

Selesai

Analisis Rancangan Mulai

Rangka

Pompa Engkol

Sistem Transmisi

Bagian Pemerah

Karet Pemerah

Selang Napel Selang

Klem

Milkcan

Selang Napel Selang

Klem

Pompa Vakum

Selang Napel Selang

Klem

Y

T

Gambar 5.13. Diagram Alir Proses Perakitan Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis

(71)

C. Uji Fungsional

Metode pengujian yang dilakukan adalah metode uji fungsional dari masing-masing bagian yang telah digabungkan. Bagian-bagian dari alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol diuji apakah dapat berjalan sesuai dengan fungsinya, apabila tidak berjalan sesuai dengan fungsinya maka dilakukan perbaikan atau modifikasi.

Mekanisme pembuatan ruang vakum pada milkcan yang dijalankan oleh pompa vakum sudah baik. Penyaluran vakum ke bagian pemerah sudah sangat baik, tidak ada kebocoran yang terjadi pada bagian pemerah. Untuk bagian pompa engkol, pompa ini sangat berat jika digerakkan oleh tangan, untuk itu harus dimodifikasi agar pemutaran pompa engkol tidak berat.

Penyaluran tekanan dari pompa engkol sudah baik, tidak ada kebocoran dalam penyambungan menggunakan selang dengan klem sebagai pengencangnya. Tekanan yang diberikan oleh pompa engkol untuk karet pemerah tidak dapat mengimbangi daya hisap yang dihasilkan oleh pompa vakum. Akibat yang terjadi pada karet pemerah yaitu, karet pemerah terus-menerus tertutup atau menjepit puting susu, sehingga air susu tidak dapat terhisap dengan baik. Karena tidak sesuai dengan rancangan fungsionalnya, maka pompa engkol akan diganti, atau akan lebih banyak mengalami perubahan.

Modifikasi yang dilakukan pada sistem trasimisi dan penggunaan kaki untuk menggerakan pompa engkol lebih dahulu dilakukan sebelum modifikasi sistem pemberian tekanan pada karet pemerah oleh pompa engkol. Sehingga menyebabkan sistem yang tidak berfungsi dengan baik ini belum dilakukan modifikasi. Ketika sistem trasnmisi sudah dimodifikasi, masalah yang terjadi pada sistem pemberian tekanan oleh pompa engkol tidak mengalami perubahan. Pompa engkol tetap tidak mampu mengimbangi tekanan yang diberikan oleh vakum.

(72)

48 D. Modifikasi dan Penyempurnaan

1. Modifikasi Sistem Transmisi

Pada awal rancangan, pompa engkol digerakkan oleh tangan. Penggunaan sistem transmisi yang direncanakan menggunakan satu rangkaian rantai dan sproket dengan perbandingan 36 : 18. Setelah pompa engkol disambungkan ke bagian pemerah, tenaga yang dibutuhkan untuk memutar pompa engkol cukup besar. Sehingga penggunaan tangan untuk memutar pompa engkol tidak efisien. Untuk itu dilakukan modifikasi pada sistem transmisi yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan tangan untuk memutar pompa engkol. Modifikasi sistem transmisi dapat dilihat pada Gambar 5.14.

Gambar 5.14. Hasil Modifikasi Pada Sistem Transmisi

Sistem transmisi tetap menggunakan jenis rantai dan sproket. Susunan sistem transmisi dirubah menjadi dua rangkaian. Rangkaian pertama dengan perbandingan 42 : 18, digunakan untuk menggerakkan poros yang dihubungkan pada rangkaian kedua. Rangkaian pertama ini digerakkan oleh kaki yang umunya digunakan pada sepeda (bicycle). Rangkaian kedua dengan perbandingan 23 : 36, digunakan untuk menggerakkan pompa engkol. Jika kecepatan operator untuk mengkayuh adalah 40 rpm, maka kecepatan putar pada pompa engkol sebesar 47 rpm. Pada umumnya kecepatan denyutan pulsator adalah 44-60 denyutan permenit (Bray dan Shearer, 1994). Denyut yang dihasilkan oleh pompa engkol sudah sesuai untuk menggantikan denyutan pulsator.

(73)

Berubahnya sistem transmisi sekaligus merubah struktur rangka. Perubahan penggunaan tangan menjadi kaki sebagai penggerak pompa engkol, menjadi faktor utama dalam perubahan yang terjadi pada rangka. Rangka awal ditambah dengan rangka sepeda dengan cara dilas agar bisa mengaplikasikan sisem transmisi yang digerakkan oleh kaki. Dengan ditambahkannya rangka sepeda maka panjang keseluruhan dari rangka adalah 150 cm. Rangka hasil modifikasi dapat dilihat pada Gambar 5.15.

Gambar 5.15. Hasil Modifikasi Pada Rangka

2. Modifikasi Pompa Engkol

(74)

50 Modifikasi dilakukan dengan memberikan vakum pada ruang diantara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner), selain vakum yang ada pada milkcan untuk memberikan daya hisap pada puting susu. Ruang tersebut dibuat vakum dengan cara menyambungkannya ke pompa vakum. Untuk memberikan efek pijatan pada puting atau fase istirahat maka tekanan pada ruang antara shells dan liner harus lebih tinggi dari tekanan pada milkcan, caranya dengan memberi udara masuk pada ruang tersebut. Dengan demikian karet pemerah akan menutup laju aliran susu untuk beberapa saat. Untuk mencoba kinerja dari modifikasi tersebut, maka selang yang menghubungkan bagian pemerah ke pompa vakum diberi triple joint, agar bisa dibuka tutup untuk memberi udara ke ruang antara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner). Sketsa modifikasi pemberian vakum pada ruang antara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner) dapat dilihat pada Gambar 5.16.

Gambar 5.16. Sketsa Modifikasi Pemberian Vakum

Dari hasil uji fungsional yang dilakukan, modifikasi berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan mengalirnya air susu kedalam milkcan dalam jumlah yang banyak, dan dalam waktu yang lebih singkat jika dibandingkan uji fungsional dengan menggunakan pompa engkol. Setelah uji fungsional dilakukan, maka dimulai pengerjaan untuk

BAGIAN PEMERAH

(75)

membuat mekanisme buka-tutup untuk udara masuk ke ruang diantara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner).

Mekanisme buka-tutup dirancang menggunakan pipa besi dengan diameter luar 63,5 mm (2,5 inch), memilki ketebalan 10 mm dan panjang 150 mm untuk bagian luar. Bagian luar pipa memilki 2 lubang yang akan dihubungkan ke pompa vakum dan bagian pemerah dengan menggunakan selang. Lubang ini memiliki diameter 8 mm. Satu lubang untuk memasukkan udara dengan diameter 5 mm. Untuk bagian samping pipa, salah satunya ditutup dengan plat dengan ketebalan 10 mm, dengan cara dilas. Bagian samping lainnya ditutup dengan plat setebal 10 mm, dengan cara di tap, kemudian diberi baud pengencang. Hal ini dilakukan agar pipa bagian dalam mudah untuk dipasang dan dilepaskan.

Untuk bagian dalam digunakan pipa besi 63,5 mm (2,5 inch) dengan ketebalan 5 mm dan panjang 100 mm. Kedua pipa dibubut agar pipa bagian dalam bisa masuk dan pipa tersebut mampu berputar dengan baik serta tidak mengeluarkan udara. Pipa ini dilengkapi oleh poros yang memiliki diamater 19 mm, dan pajang 450 mm. Poros berfungsi untuk memutar pipa. Lubang pada pipa bagian dalam tentunya harus sama letaknya dengan lubang pada pipa bagian luar. Unit pengatur denyut vakum dapat dilihat pada Gambar 5.17. Gambar teknik unit pengatur denyut vakum dapat dilihat pada Lampiran 6.

(76)

52 Pemutaran unit pengatur denyut vakum tidak membutuhkan tenaga yang besar. Dalam hal ini, untuk melakukan pemutaran tidak memerlukan sistem transmisi. Dengan tidak digunakannya sistem tranmisi, maka rangka yang sudah ada tidak bisa digunakan kembali. Rangka baru terbuat dari besi siku dengan dimensi 40 x 40 mm, memiliki ketebalan 4 mm. Rangka memiliki ukuran panjang 550 mm dan lebar 350 mm. Pada bagian depan rangka berbentuk setengah lingkaran, karena disesuaikan dengan bentuk milkcan. Alas rangka mengunakan plat besi dengan ketebalan 2 mm. Untuk dudukan pipa katup udara dan porosnya, memiliki ukuran 200 x 350 mm, dengan tingi dari alas rangka 500 mm. Rangka ini dilengkapi dengan dudukan untuk bagian pemerah yang tersambung dengan pegangan (handle) untuk mendorong atau menarik alat. Rangka yang akan digunakan pada alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol dapat dilihat pada Gambar 5.18. Gambar teknik rangka dapat dilihat pada Lampiran 7.

Gambar 5.18. Rangka Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol

(77)

pada bagian rangka. Untuk memudahkan operator dalam menghidupkan pompa vakum, rangka dilengkapi dengan swicth on-off. Tampilan alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol dapat dilihat pada Gambar 5.19. Gambar teknik alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol dapat dilihat pada Lampiran 8.

Gambar 5.19. Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol

Dari pemakaian jenis bearing (bantalan gelinding) pada unit pengatur denyut vakum, dapat diketahui bahwa alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol ini memiliki umur 75359,4 jam atau kurang lebih 8,5 tahun. Perhitungan umur alat terdapat pada Lampiran 9., dengan ukuran dan spesifikasi bantalan bola pada Lampiran 10. Lampiran 11 menyajikan faktor-faktor V, X, Y, dan Xo, Yo.

E. Uji Kinerja

Gambar

Gambar 2.1. Cara Pemerahan Manual  (Sudono, 1999)
Gambar 2.2. Diagram Alat Pemerah Susu Sapi Otomatis (Schmidt dan Van Vleck, 1988).
Gambar 2.3. Fase Pemerahan
Gambar 2.4. Diagram Alir Proses Melakukan Perancangan Suatu Produk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adalah merupakan kegiatan yang berisi dan menilai serta memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu perusahaan. Apabila perusahaan ingin

Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa strategi yang di lakukan Perseroan sejak tahun 2012 hingga 2015 adalah Perseroan melakukan strategi backward

Pemberian berbagai dosis kompos isi rumen sapi pada tanaman kacang hijau berpengaruh untuk parameter tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong bernas per

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) huruf a mencakup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan

(7) Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar pada bagian belakang yang berbatasan dengan tetangga bilamana tidak ditentukan lain adalah minimal 1 meter

a) Otonomi, yaitu kemandirian seorang perawat dalam menjalankan tugasnya dan tidak perlu pengawasan yang ketat oleh atasannya. b) Mutasi atau relokasi pekerjaan, yaitu

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, antara lain: (a) memberikan pre-test kepada seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Anjongan untuk mengetahui

Puji dan syukur penulis pannjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah skripsi dengan judul “ Hospitality