• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Kinerja Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Kinerja Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

UJI KINERJA ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

Oleh :

HANIDA PRITIKASIWI JURNALITA

F14103077

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

UJI KINERJA ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

HANIDA PRITIKASIWI JURNALITA

F14103077

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

UJI KINERJA ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

HANIDA PRITIKASIWI JURNALITA

F14103077

Dilahirkan pada tanggal 29 Agustus 1984 di Kediri, Jawa Timur

Tanggal Lulus : ...

Menyetujui,

Bogor,22 Agustus 2007 Bogor,22 Agustus 2007

Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

(4)

Hanida Pritikasiwi Jurnalita. F14103077. Uji Kinerja Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol. Di bawah bimbingan Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr dan Dr. Ir. Asep Sudarman, MRur.Sc. 2007.

RINGKASAN

Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloid. Komponen utama susu adalah air, lemak protein (kasein dan albumin), laktosa (gula susu) dan abu. Komponen susu selain air merupakan Total Solid (TS). Total solid tanpa lemak disebut Solid non fat (SNF). Beberapa istilah lain yang biasa digunakan sehubungan dengan komponen utama susu ini ialah plasma susu atau susu skim, yaitu bagian susu yang mengandung semua komponen kecuali lemak, dan serum susu yaitu bagian susu yang mengandung semua komponen susu kecuali lemak dan kasein (Rahman, 1992).

Susu sapi adalah salah satu hasil dari produksi sapi perah yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam usaha meningkatkan kebutuhan gizi. Cara pemerahan susu sapi di Indonesia masih banyak menggunakan cara manual yaitu langsung dengan tangan, walaupun sebenarnya sudah ada mesin pemerah susu otomatis. Faktor penyebabnya karena harga mesin otomatis sangat mahal, yang jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh peternak sapi perah tidak akan mencukupi untuk membeli mesin tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan kerjasama penelitian antara Departemen Teknik Pertanian ( TEP ) IPB dengan CENTRAS ( Center For Tropical Animal Studies) LPPM IPB dalam rancangan alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol. Dengan adanya kerjasama ini diharapkan akan dihasilkan alat pemerah susu sapi yang sesuai dengan kebutuhan para peternak sapi perah di Indonesia. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji kinerja dan uji pengoperasian alat pemerah susu semi otomatis tipe engkol dengan tujuan untuk menentukan efektifitas fungsional dan produktivitas prototipe alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol dan menentukan beban kerja kualitatif operator pengguna alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2007 sampai dengan Agustus 2007 di Bengkel Departemen Teknik Pertanian dan di Ecofarm, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Persiapan peralatan uji dan pemeriksaan kondisi alat sebelum pengujian dilakukan di Bengkel Teknik Pertanian dan Pengujian kinerja di Ecofarm, Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga.

(5)

pemerahan manual. Pengujian ini dilakukan melalui pengukuran denyut jantung pemerah dengan menggunakan Heart Rate Monitor.

Alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol ini terdiri dari delapan bagian utama, yaitu rangka, bagian pemerah (shells), unit pengatur denyut hisap, selang udara, selang pengalir susu, milkcan, vacuum chamber head, pompa vakum. Kapasitas pemerahan dari alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol pada pemerahan pagi hari sebesar 826,7 ml/menit dan pada pemerahan sore hari sebesar 446,7 ml/menit. Tingkat efektifitas alat pemerah susu sapi semi otomatis mencapai 73,2 % dibandingkan dengan pemerahan manual. Tingkat efektifitas alat pemerah susu semi otomatis mencapai 292,3 % dibandingkan mesin pemerah susu otomatis.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan tanggal 29 Agustus 1984 di Kediri,

Jawa Timur. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Sugeng Priyatmoko, SE, M.Com

dan Etty Widyaningsih.Penulis memulai pendidikan formal di

TK Dharma Wanita Kediri pada tahun 1988. Memasuki usia 6

tahun penulis melanjutkan pendidikan di SD Pawyatan Dhaha II Kediri dari tahun

1990-1996. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Kediri

dari tahun 1996-1997, lalu pindah ke SLTP Negeri 4 Bogor dari tahun 1998-2000.

Pada tahun yang sama, Penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 5 Bogor

dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian

melalui jalur USMI dan program studi yang dipilih adalah Departemen Teknik

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 2005, penulis memilih

laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian.

Selama perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan

kepanitiaan. Pada tahun 2005-2006 penulis menjabat sebagai ketua tim Public

Relation, HIMATETA. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum

mata kuliah Alat dan Mesin Budidaya Pertanian pada tahun 2007.

Penulis melakukan praktek lapangan di PT. Kelola Mina Laut, Gresik, Jawa

Timur. Topik yang dipelajari adalah Aspek Keteknikan dan Ergonomika pada

Proses Pengolahan Udang di PT Kelola Mina Laut. Sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis melakukan

penelitian dengan judul ” Uji Kinerja Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis

Tipe Engkol ” di bawah bimbingan Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr dan Dr. Ir.

(7)

i KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Uji Kinerja Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini tersusun atas bimbingan dan kerjasama orang-orang yang telah

membantu penulis selama penyusunan. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M. Agr. selaku dosen pembimbing akademik I yang

selalu memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian.

2. Dr. Ir. Asep Sudarman, M. Rur.Sc. selaku dosen pembimbing akademik II

yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian.

3. Dr. Lenny Saulia, STP, M.Si selaku dosen penguji yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan koreksi dan saran terhadap skripsi penulis.

4. Bapak Parma yang telah membantu dalam hal perancangan, pembuatan dan

pengujian di Bengkel Leuwikopo.

5. Seluruh pekerja di Ecofarm Fakultas Peternakan Cikabayan yang telah banyak

membantu selama penelitian.

6. Seluruh staf UPT dan Departemen Teknik Pertanian atas bantuan dalam

administrasi kelulusan

7. Papa, Mama, dan kedua adikku yang telah banyak memberikan doa, motivasi

dan kasih sayang selama ini.

8. Budi Setiawan sebagai teman seperjuangan, senasib dan sepenanggungan

dalam penelitian.

9. Aziz Hanggumantoro atas keikhlasannya dalam memberikan waktu, tenaga

dan dukungan kepada penulis.

10.Gynaf, Dewi, Gigi, Dela, Eka, Deta, Saldo, Gia, Ale, Kaka Raning, Edonk atas

(8)

ii 11.Andra, Budi, Gigi, Sita, Bobby, Anas, Mamet, Deni, Yandra, Caca, Siska,

Gawa, Ratnasari, Ale, Tika, Mamo, Hasyim, untuk semangat dan kebersamaan

sebagai sesama warga Ergotron 40.

12.Teman- teman TEP 40 untuk empat tahun yang berharga dan tak akan pernah

terlupakan. Semangat dan sukses selalu.

13.Bapak Gatot, Ibu Nunung, Mas Sandi, Mbak Vana, Linda, Corry, Mbak Ai,

Momot, Baina, Lilis yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini,

oleh karena itu. Penulis menyampaikan permohonan maaf dan mengharapkan

saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Bogor, Agustus 2007

(9)

iii

IV. ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL 24

A. SPESIFIKASI ALAT ... 24

B. PRINSIP KERJA ALAT ... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. UJI KINERJA BERDASARKAN KAPASITAS ... 31

B. TINGKAT EFEKTIFITAS ALAT ... 37

C. UJI KINERJA MENGGUNAKAN T- DISTRIBUTION ... 41

D. UJI ERGONOMI ... 43

(10)

iv V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50 A. ... KESI

MPULAN ... 50

B. ... SAR

AN ... 50

(11)

SKRIPSI

UJI KINERJA ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

Oleh :

HANIDA PRITIKASIWI JURNALITA

F14103077

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(12)

UJI KINERJA ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

HANIDA PRITIKASIWI JURNALITA

F14103077

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(13)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

UJI KINERJA ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

HANIDA PRITIKASIWI JURNALITA

F14103077

Dilahirkan pada tanggal 29 Agustus 1984 di Kediri, Jawa Timur

Tanggal Lulus : ...

Menyetujui,

Bogor,22 Agustus 2007 Bogor,22 Agustus 2007

Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

(14)

Hanida Pritikasiwi Jurnalita. F14103077. Uji Kinerja Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol. Di bawah bimbingan Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr dan Dr. Ir. Asep Sudarman, MRur.Sc. 2007.

RINGKASAN

Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloid. Komponen utama susu adalah air, lemak protein (kasein dan albumin), laktosa (gula susu) dan abu. Komponen susu selain air merupakan Total Solid (TS). Total solid tanpa lemak disebut Solid non fat (SNF). Beberapa istilah lain yang biasa digunakan sehubungan dengan komponen utama susu ini ialah plasma susu atau susu skim, yaitu bagian susu yang mengandung semua komponen kecuali lemak, dan serum susu yaitu bagian susu yang mengandung semua komponen susu kecuali lemak dan kasein (Rahman, 1992).

Susu sapi adalah salah satu hasil dari produksi sapi perah yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam usaha meningkatkan kebutuhan gizi. Cara pemerahan susu sapi di Indonesia masih banyak menggunakan cara manual yaitu langsung dengan tangan, walaupun sebenarnya sudah ada mesin pemerah susu otomatis. Faktor penyebabnya karena harga mesin otomatis sangat mahal, yang jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh peternak sapi perah tidak akan mencukupi untuk membeli mesin tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan kerjasama penelitian antara Departemen Teknik Pertanian ( TEP ) IPB dengan CENTRAS ( Center For Tropical Animal Studies) LPPM IPB dalam rancangan alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol. Dengan adanya kerjasama ini diharapkan akan dihasilkan alat pemerah susu sapi yang sesuai dengan kebutuhan para peternak sapi perah di Indonesia. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji kinerja dan uji pengoperasian alat pemerah susu semi otomatis tipe engkol dengan tujuan untuk menentukan efektifitas fungsional dan produktivitas prototipe alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol dan menentukan beban kerja kualitatif operator pengguna alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2007 sampai dengan Agustus 2007 di Bengkel Departemen Teknik Pertanian dan di Ecofarm, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Persiapan peralatan uji dan pemeriksaan kondisi alat sebelum pengujian dilakukan di Bengkel Teknik Pertanian dan Pengujian kinerja di Ecofarm, Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga.

(15)

pemerahan manual. Pengujian ini dilakukan melalui pengukuran denyut jantung pemerah dengan menggunakan Heart Rate Monitor.

Alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol ini terdiri dari delapan bagian utama, yaitu rangka, bagian pemerah (shells), unit pengatur denyut hisap, selang udara, selang pengalir susu, milkcan, vacuum chamber head, pompa vakum. Kapasitas pemerahan dari alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol pada pemerahan pagi hari sebesar 826,7 ml/menit dan pada pemerahan sore hari sebesar 446,7 ml/menit. Tingkat efektifitas alat pemerah susu sapi semi otomatis mencapai 73,2 % dibandingkan dengan pemerahan manual. Tingkat efektifitas alat pemerah susu semi otomatis mencapai 292,3 % dibandingkan mesin pemerah susu otomatis.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan tanggal 29 Agustus 1984 di Kediri,

Jawa Timur. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Sugeng Priyatmoko, SE, M.Com

dan Etty Widyaningsih.Penulis memulai pendidikan formal di

TK Dharma Wanita Kediri pada tahun 1988. Memasuki usia 6

tahun penulis melanjutkan pendidikan di SD Pawyatan Dhaha II Kediri dari tahun

1990-1996. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Kediri

dari tahun 1996-1997, lalu pindah ke SLTP Negeri 4 Bogor dari tahun 1998-2000.

Pada tahun yang sama, Penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 5 Bogor

dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian

melalui jalur USMI dan program studi yang dipilih adalah Departemen Teknik

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 2005, penulis memilih

laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian.

Selama perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan

kepanitiaan. Pada tahun 2005-2006 penulis menjabat sebagai ketua tim Public

Relation, HIMATETA. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum

mata kuliah Alat dan Mesin Budidaya Pertanian pada tahun 2007.

Penulis melakukan praktek lapangan di PT. Kelola Mina Laut, Gresik, Jawa

Timur. Topik yang dipelajari adalah Aspek Keteknikan dan Ergonomika pada

Proses Pengolahan Udang di PT Kelola Mina Laut. Sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis melakukan

penelitian dengan judul ” Uji Kinerja Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis

Tipe Engkol ” di bawah bimbingan Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr dan Dr. Ir.

(17)

i KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Uji Kinerja Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini tersusun atas bimbingan dan kerjasama orang-orang yang telah

membantu penulis selama penyusunan. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M. Agr. selaku dosen pembimbing akademik I yang

selalu memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian.

2. Dr. Ir. Asep Sudarman, M. Rur.Sc. selaku dosen pembimbing akademik II

yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian.

3. Dr. Lenny Saulia, STP, M.Si selaku dosen penguji yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan koreksi dan saran terhadap skripsi penulis.

4. Bapak Parma yang telah membantu dalam hal perancangan, pembuatan dan

pengujian di Bengkel Leuwikopo.

5. Seluruh pekerja di Ecofarm Fakultas Peternakan Cikabayan yang telah banyak

membantu selama penelitian.

6. Seluruh staf UPT dan Departemen Teknik Pertanian atas bantuan dalam

administrasi kelulusan

7. Papa, Mama, dan kedua adikku yang telah banyak memberikan doa, motivasi

dan kasih sayang selama ini.

8. Budi Setiawan sebagai teman seperjuangan, senasib dan sepenanggungan

dalam penelitian.

9. Aziz Hanggumantoro atas keikhlasannya dalam memberikan waktu, tenaga

dan dukungan kepada penulis.

10.Gynaf, Dewi, Gigi, Dela, Eka, Deta, Saldo, Gia, Ale, Kaka Raning, Edonk atas

(18)

ii 11.Andra, Budi, Gigi, Sita, Bobby, Anas, Mamet, Deni, Yandra, Caca, Siska,

Gawa, Ratnasari, Ale, Tika, Mamo, Hasyim, untuk semangat dan kebersamaan

sebagai sesama warga Ergotron 40.

12.Teman- teman TEP 40 untuk empat tahun yang berharga dan tak akan pernah

terlupakan. Semangat dan sukses selalu.

13.Bapak Gatot, Ibu Nunung, Mas Sandi, Mbak Vana, Linda, Corry, Mbak Ai,

Momot, Baina, Lilis yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini,

oleh karena itu. Penulis menyampaikan permohonan maaf dan mengharapkan

saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Bogor, Agustus 2007

(19)

iii

IV. ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL 24

A. SPESIFIKASI ALAT ... 24

B. PRINSIP KERJA ALAT ... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. UJI KINERJA BERDASARKAN KAPASITAS ... 31

B. TINGKAT EFEKTIFITAS ALAT ... 37

C. UJI KINERJA MENGGUNAKAN T- DISTRIBUTION ... 41

D. UJI ERGONOMI ... 43

(20)

iv V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50 A. ... KESI

MPULAN ... 50

B. ... SAR

AN ... 50

(21)

v

Gambar 5. Fase Pemijatan (Garland, 1991) ... 10

Gambar 6. Fase Pemerahan (Garland, 1991)... ... 10

Gambar 7. Alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol... ... 15

Gambar 8. Alat pemerah susu sapi otomatis ... 16

Gambar 9. Tahapan penelitian ... 17

Gambar 10. Tahapan uji kinerja alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol ... 22

Gambar 11. Tahapan uji ergonomi alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol ... 23

Gambar 12. Alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol (Setiawan, 2007) ... 24

Gambar 21. Pengujian pemerahan manual ... 31

Gambar 22. Pengujian pemerahan otomatis ... 33

Gambar 23. Pengujian pemerahan tipe engkol ... 34

Gambar 24. Sapi sedang duduk ... 37

(22)

vi Gambar 26. Grafik pemetaan laju denyut jantung pemerahan manual pagi

hari ... 44

Gambar 27. Grafik pemetaan laju denyut jantung pemerahan manual sore

hari ... 46

Gambar 28. Grafik pemetaan laju denyut jantung pemerahan menggunakan

alat pemerah susu semi otomatis tipe engkol pagi hari ... 47

Gambar 29. Grafik pemetaan laju denyut jantung pemerahan menggunakan

(23)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Kimia Susu ... 5

Tabel 2. Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR (Syuaib, 2003 dalam

Fauzi, 2006) ... 13

Tabel 3. Kapasitas pemerahan manual pada pagi hari ... 32

Tabel 4. Kapasitas pemerahan manual pada sore hari ... 32

Tabel 5. Kapasitas pemerahan dengan mesin perah otomatis pada pagi

hari ... 33

Tabel 6. Kapasitas pemerahan dengan mesin perah otomatis pada sore

hari ... 34

Tabel 7. Kapasitas pemerahan dengan alat pemerah susu tipe engkol pada

pagi hari ... 35

Tabel 8. Kapasitas pemerahan dengan alat pemerah susu tipe engkol pada

sore hari ... 35

Tabel 9. Tingkat efektifitas pemerahan alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol dibandingkan dengan pemerahan manual

pagi hari ... 38

Tabel 10. Tingkat efektifitas pemerahan alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol dibandingkan dengan pemerahan manual

sore hari ... 38

Tabel 11. Nilai efektifitas total rata- rata pemerahan alat pemerah susu sapi

semi otomatis tipe engkol dibandingkan dengan pemerahan

manual ... 39

Tabel 12. Tingkat efektifitas pemerahan alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol dibandingkan dengan alat pemerah otomatis

pagi hari ... 40

Tabel 13. Tingkat efektifitas pemerahan alat pemerah susu sapi semi otomatistipe engkol dibandingkan dengan alat pemerah otomatis

(24)

viii Tabel 14. Nilai efektifitas total rata- rata pemerahan alat pemerah susu sapi

semi otomatis tipe engkol dibandingkan dengan alat pemerah

otomatis ... 40

Tabel 15. Perhitungan statistik uji T-distribution antara pemerahan manual dengan pemerahan menggunakan tipe engkol pada pagi hari ... 41

Tabel 16. Perhitungan statistik uji T-distribution antara pemerahan manual dengan pemerahan menggunakan tipe engkol pada sore hari ... 42

Tabel 17. Perhitungan IRHR pemerahan manual pagi hari ... 44

Tabel 18. Perhitungan IRHR pemerahan manual sore hari ... 45

Tabel 19. Perhitungan IRHR pemerahan dengan alat pemerah susu sapi

semi otomatis tipe engkol pagi hari ... 47

Tabel 20. Perhitungan IRHR pemerahan dengan alat pemerah susu sapi

(25)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kapasitas pemerahan susu sapi dengan cara manual ... 55

Lampiran 2. Kapasitas pemerahan susu sapi dengan mesin otomatis ... 56

Lampiran 3. Kapasitas pemerahan susu sapi dengan alat pemerah susu

semi otomatis tipe engkol ... 57

Lampiran 4. Tabel sebaran nilai t untuk T-distribution ... 58 Lampiran 5. Data HRM pemerahan manual pagi hari ... 59

Lampiran 6. Data HRM pemerahan manual sore hari ... 62

Lampiran 7. Data HRM alat pemerah susu semi otomatis tipe engkol pagi

hari ... 65

(26)

1 I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sapi merupakan salah satu hewan ternak yang sangat bermanfaat bagi

manusia. Hampir semua bagian dari tubuh sapi dapat dimanfaatkan bahkan

sampai kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Sapi

menghasilkan sekitar 45 - 55% kebutuhan daging dunia, 95% kebutuhan susu,

dan 85% kebutuhan kulit. Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa

(Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda, Italia,

Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan).

Susu sapi adalah salah satu hasil dari produksi sapi perah yang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam usaha meningkatkan kebutuhan

gizi. Susu sapi umumnya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat.

Konsumennya tidak hanya terbatas di kota-kota besar, melainkan sudah

meluas sampai ke kota-kota kecil dan juga pedesaan. Susu dibutuhkan oleh

manusia untuk semua umur.

Sapi Friesian Holstein terkenal dengan produksi susunya yang tinggi yaitu sebesar 6350 kg susu/tahun dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%.

Namun demikian sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga

mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan

yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan

menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu di

dunia mencapai 385 juta m2/ton/tahun, khususnya pada zone yang beriklim

sedang.

Pada dasarnya, antara persediaan dan permintaan terhadap susu di

Indonesia terjadi kesenjangan yang cukup besar. Permintaan akan kebutuhan

susu jauh lebih besar dari ketersediaan susu yang ada, menyebabkan harga

susu yang mahal dan tidak dapat terjangkau oleh semua kalangan.

Berdasarkan kondisi tersebut, usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar

sangat prospektif. Susu yang dikonsumsi oleh mayarakat Indonesia pada

umumnya berupa susu hasil olahan, karena sebagian besar masyarakat belum

(27)

2 Cara pemerahan susu sapi di Indonesia masih banyak menggunakan

cara manual yaitu langsung dengan tangan, walaupun sebenarnya sudah ada

mesin pemerah susu otomatis. Faktor penyebabnya karena harga mesin

otomatis sangat mahal, yang jika dibandingkan dengan keuntungan yang

diperoleh peternak sapi perah tidak akan mencukupi untuk membeli mesin

tersebut. Banyak sedikitnya produksi susu sapi perah lebih banyak

dipengaruhi oleh faktor keadaan lingkungan dan sifat genetisnya. Cara

memerah yang baik dan higienis akan meningkatkan pendapatan peternak sapi

perah.

Dari tahun ke tahun, produksi susu dalam suatu peternakan sapi perah

tidak banyak bervariasi dibandingkan dengan hasil peternakan lainnya dan

biasanya hasil produksi susunya tidak lebih dari 2%. Setiap hari, variasi

konsumsi susu tidak banyak berubah, tidak ada musiman, dengan harga susu

dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami perubahan.

Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan kerjasama penelitian

antara Departemen Teknik Pertanian ( TEP ) IPB dengan CENTRAS ( Center

For Tropical Animal Studies) LPPM IPB dalam rancangan alat pemerah susu

sapi semi otomatis tipe engkol. Dengan adanya kerjasama ini diharapkan akan

dihasilkan alat pemerah susu sapi yang sesuai dengan kebutuhan para peternak

sapi perah di Indonesia.

Penelitian alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol ini

dilakukan oleh tim Departemen Teknik Pertanian yang melibatkan 2

mahasiswa, yaitu penulis dan Budi Setiawan sebagai tugas akhir. Untuk

kepentingan penyelesaian skripsi, Budi Setiawan memfokuskan penelitiannya

pada Rancang Bangun Alat Pemerah Susu Semi Otomatis Tipe Engkol dan

penulis sendiri mengambil topik Uji Kinerja Alat Pemerah Susu Semi

Otomatis Tipe Engkol.

Penentuan alat pemerah susu semi otomatis secara tepat sesuai dengan

aspek-aspek ergonomi merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

produktifitas susu sapi. Selain dilihat dari performansi alat tersebut, perlu juga

diperhatikan kesesuaian tata letak komponen-komponen alat agar manusia

(28)

3 Penelitian tentang aspek ergonomi ditujukan kepada faktor psikologi

pekerja dan kinerja manusia yang didisain untuk mengoptimalkan kinerja dari

operator tersebut.

B. TUJUAN

Dalam penelitian ini akan dilakukan uji kinerja dan uji pengoperasian alat

pemerah susu semi otomatis tipe engkol dengan tujuan :

1. Menentukan efektifitas fungsional dan produktivitas prototipe alat

pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol

2. Menentukan tingkat beban kerja kualitatif operator pengguna alat pemerah

(29)

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KOMPOSISI SUSU

Susu dikenal sebagai bahan pangan bergizi hampir sempurna, karena

susu mengandung zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan. Kandungan

gizi susu cukup tinggi, karena susu mengandung protein dengan asam-asam

amino esensial dalam jumlah cukup dan seimbang. Susu merupakan bahan

yang mudah rusak (perishable), baik oleh mikroorganisme maupun perlakuan- perlakuan fisik dan kimia, sehingga memerlukan penanganan yang baik serta

sebelum dikonsumsi perlu diolah terlebih dahulu. Untuk meningkatkan daya

tahan susu, proses pengolahan susu ditujukan untuk meningkatkan kandungan

nutrisi, yaitu dengan penambahan vitamin, protein, dan lemak, sehingga

produk susu olahan menjadi bahan makanan bergizi tinggi (Farral, 1963).

Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung

gula, garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloid.

Komponen utama susu adalah air, lemak protein (kasein dan albumin), laktosa (gula susu) dan abu. Komponen susu selain air merupakan Total Solid (TS). Total solid tanpa lemak disebut Solid non fat (SNF). Beberapa istilah lain yang biasa digunakan sehubungan dengan komponen utama susu ini ialah

plasma susu atau susu skim, yaitu bagian susu yang mengandung semua komponen kecuali lemak, dan serum susu yaitu bagian susu yang mengandung semua komponen susu kecuali lemak dan kasein (Rahman,

1992).

Pada umumnya kandungan air dalam susu berkisar antara 82%-90%,

lemak antara 2,5%-8,0%, kasein antara 2,3%-4,0%, gula antara 3,5%-6,0%,

albumin antara 0,4%-1,0% dan abu antara 0,5%-0,9%. Komposisi pada

(30)

5 Tabel 1. Komposisi Kimia Susu

Komponen Kandungan (%) Air

Beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi komponen-komponen

dalam susu ialah mastitis, tahapan dalam periode laktasi, musim dan keadaan makanan. Variasi komposisi susu berdasarkan musim erat kaitannya dengan

kombinasi pengaruh suhu dan pemberian makanan. Suhu yang tinggi dan

kualitas makanan yang buruk akan menyebabkan kandungan SNF dalam susu

menjadi rendah. Sebaliknya, makanan yang berkualitas baik dan suhu rendah

cenderung akan meningkatkan kandungan SNF dalam susu.

Susu yang dihasilkan pada awal periode laktasi mempunyai kandungan

SNF yang tinggi, kemudian menurun pada periode laktasi 40-60 hari dan akan

meningkat kembali secara gradual sampai bulan keenam periode laktasi,

diikuti dengan kenaikan tajam pada akhir periode laktasi.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan produksi susu adalah

bangsa (rumpun sapi), lama bunting, masa laktasi, besarnya sapi, estrus

(birahi), umur, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan tata

laksana pemberian makanan (Sudono,1999).

Brody (1948) yang membahas pengaruh lingkungan pada pengelolaan

ternak menyatakan bahwa performansi ternak dipengaruhi oleh lingkungan.

Lingkungan yang buruk, peralatan dan fasilitas penanganan ternak

mengakibatkan perubahan fisiologis dan tingkah laku ternak.

Variasi dalam kemampuan sapi untuk memproduksi total produksi susu

merupakan karakteristik dari keturunan yang berbeda antar bangsa dan

(31)

6 tinggi, sehingga jika tidak mendapatkan makanan yang cukup sapi tidak akan

dapat menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuannya (Sudono, 1999).

C. PERSIAPAN PEMERAHAN

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan pemerahan adalah

sebagai berikut (Sudono, 1999) :

1. Kandang harus dibersihkan dari segala kotoran sapi, air kencing, sisa-sisa

makanan dan sampah terutama di kandang sapi yang hendak diperah.

2. Sapi yang hendak diperah ambingnya, bagian lipat pahanya dan pahanya

harus dicuci atau dibersihkan dengan sikat untuk mencegah

kotoran-kotoran yang menempel pada bagian-bagian tersebut jatuh dalam susu

pada waktu sapi tersebut diperah.

3. Sapi yang hendak diperah diberi pakan konsentrat terlebih dahulu supaya

sapi tersebut dalam keadaan tenang. Jangan diberi rumput, silase atau

hijauan yang lainnya sebelum atau selama diperah guna menjamin susu

yang dihasilkan tidak berbau, bersih dan mempunyai kualitas yang baik.

4. Alat-alat susu (ember susu, kan susu ) harus bersih, oleh karena itu

alat-alat susu yang dipakai untuk menampung dan menyimpan susu susu

sebelumnya harus dicuci bersih.

5. Mengikat ekor, terutama dilakukan pada sapi-sapi yang sering

mengibas-ngibaskan ekornya, karena dapat mengganggu pemerah dan kotoran yang

terdapat pada ekor sapi tersebut dapat mencemari susu dalam ember yang

dipakai untuk memerah.

6. Mencuci ambing perlu dilakukan untuk mengurangi pencemaran kuman

dalam susu, agar susu yang dihasilkan bersih dan tidak mudah rusak.

Disamping itu pencucian ambing akan menggertak keluarnya susu dan

memudahkan pemerahan.

7. Pemerah susu harus bersih tangannya selama melakukan pemerahan.

Orang yang hendak memerah hendaknya memakai pakaian yang bersih

dan sebelum memerah tangannya harus dicuci bersih dengan sabun.

8. Uji mastitis hendaknya dilakukan setiap melakukan pemerahan yaitu

(32)

7 harus disisihkan lebih dulu dan diperah terakhir sesudah memerah

sapi-sapi yang sehat ambingnya.

D. CARA PEMERAHAN MANUAL

Setelah tangan pemerah dan ambing dicuci bersih, maka cara pemerahan

dengan menggunakan kelima jari adalah sebagai berikut (Sudono dkk, 2003):

1. Tekankan ibu jari dan jari telunjuk melingkari pangkal puting sehingga

susu tidak dapat kembali lagi ke ambing.

2. Tekan jari tengah pada puting untuk memancarkan susu keluar. Pancaran

susu yang keluar pertama kali sebaiknya diuji mastitis.

3. Tekanlah jari manis pada puting dan perah dengan tekanan yang tetap,

tetapi puting jangan ditarik kuat ke bawah.

4. Tekankan jari kelingking pada puting dan perahlah dengan seluruh jari

tangan sampai susu keluar semua.

5. Kemudian lepaskan tekanan tangan dari puting dengan membuka semua

jari, sehingga puting diisi susu kembali. Ulangi cara pemerahan tersebut di

atas dengan menggunakan tangan yang lain.

6. Jika susu yang keluar sudah sangat sedikit, tekan ambing menggunakan

siku untuk menguji apakah susu telah keluar semua. Kadang-kadang

menekan ambing dengan siku menyebabkan sisa-sisa susu masuk ke

dalam puting.

7. Agar sisa-sisa susu tersebut keluar, maka perahlah puting dengan

menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.

8. Dengan menggunakan kedua jari pemerahan dilanjutkan sepanjang puting,

tetapi pemerahan ini tidak boleh menarik-narik puting yang dapat

mengakibatkan rusaknya puting. Memerah dengan kedua jari tersebut pada

akhir pemerahan akan mengeluarkan sisa-sisa susu yang masih terdapat

pada puting guna mencegah terjadinya mastitis.

9. Sebaiknya untuk mencegah mastitis, maka segera sesudah pemerahan tiap-tiap puting disterilkan dengan mencelupkannya dengan hati-hati ke dalam

(33)

8 Cara pemerahan manual dengan menggunakan tangan dapat dilihat pada

Gambar 1. Sapi yang siap diperah dan puting yang siap diperah dapat dilihat

pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 1. Cara pemerahan manual (Sudono, 1999)

(34)

9 Gambar 3. Puting sapi yang siap diperah

E. CARA PEMERAHAN OTOMATIS

Pemerahan secara otomatis sudah pernah ada sebelumnya yaitu dengan

menggunakan mesin pemerah susu sapi otomatis, penampang mesin pemerah

susu sapi otomatis dapat dilihat pada Gambar 4.

(35)

10 Prinsip kerja dari mesin pemerah susu sapi otomatis yaitu dengan

pemijatan puting dan penghisapan susu. Dua mekanisme tersebut dikerjakan

oleh pompa vakum dengan penggerak motor listrik. Dalam mesin pemerah

susu sapi otomatis terdapat komponen yang bernama pulsator, berfungsi

sebagai pengatur ritme pemijatan dan penghisapan yang dikerjakan per menit.

Salah satu komponen dari mesin pemerah susu sapi otomatis adalah

pada bagian pemerah yang di dalamnya terdapat karet pemerah. Prinsip kerja

pada bagian pemerah ini adalah yaitu pada saat karet melakukan penekanan

terhadap puting susu, kemudian susu akan keluar dengan sendirinya dengan

adanya gaya hisap pada pompa vakum. Fase pemijatan dan fase pemerahan

dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Gambar 5. Fase Pemijatan (Garland, 1991)

(36)

11 F. ASPEK ERGONOMI

Menurut David J. Oborne, 1982 dalam Santoso, 2004, istilah ergonomi

(ergonomics ) berasal dari bahasa Latin yaitu ergon dan nomos. Ergon adalah kerja (work ) sedangkan nomos adalah hukum-hukum alam ( natural laws ). Pengertian kerja secara sempit adalah kegiatan yang mendapatkan upah, tetapi

pengertian kerja secara luas adalah semua gerakan manusia merupakan kerja,

meski tidak mendapatkan upah. Jadi ergonomi adalah gerakan yang efektif, efisien, nyaman, aman, tidak menimbulkan kelelahan dan kecelakaan sesuai

kemampuan tubuh tetapi mendapatkan hasil kerja yang lebih optimal. Oleh

karena itu dalam pendekatan ergonomi memerlukan keseimbangan antara

kemampuan tubuh dan tugas kerja. Ergonomika adalah nama lain untuk

ergonomi, jadi arti dari ergonomika dengan ergonomi adalah sama.

Ergonomi sebagai suatu disiplin ilmu yang berkaitan dengan interaksi

antara manusia terhadap sistem dan lingkungan kerjanya, dapat mengambil

peran yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemilihan, diseminasi dan

implementasi teknologi (Syuaib, 2006). Aplikasi dari ergonomi digunakan

untuk menambah tingkat keselamatan dan kenyamanan manusia dalam

pemakaian alat dan mesin yang digunakan. Perubahan-perubahan yang terjadi

pada alat dan mesin yang digunakan manusia akan berpengaruh terhadap

pemakaian energi, resiko kecelakaan, dan efek terhadap kesehatan

(Mc.Cormick, 1987 dalam Setiawan, 2005).

Menurut Adnyana, 2000 dalam Santoso, 2004 istilah ergonomi

didefinisikan sebagai satu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi, dan seni untuk

menyerasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan

dengan kemampuan, keahlian dan keterbatasan manusia sehingga tercapai satu

kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien, dan produktif,

melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal.

Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja

pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi

kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan

bahwa tenaga kerja harus dimotivasi dan kebutuhannya terpenuhi. Dengan

(37)

12 Pendekatan ergonomi mencoba untuk mencapai kebaikan bagi pekerja dan

pimpinan institusi. Hal itu dapat tercapai dengan cara memperhatikan empat

tujuan utama ergonomi, yaitu: (1) memaksimalkan efisiensi karyawan (2)

memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja (3) menganjurkan agar bekerja

aman, nyaman, dan bersemangat, dan (4) memaksimalkan bentuk

(performance) kerja yang meyakinkan.

Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasarkan sekedar ”common sense” (dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar jika sekiranya suatu keuntungan yang besar bisa didapat hanya sekedar dengan

penerapan suatu prinsip yang sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus

dimana ergonomi belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses

desain, akan tetapi masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran

manusia. Karakteristik fungsional dari manusia seperti kemampuan

penginderaan, respon tanggapan, daya ingat dan lain-lain adalah merupakan

hal yang belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat awam.

Perlunya menganalisa konsumsi energi atau yang dipakai pada beberapa

pekerjaan tertentu masih menduduki prioritas utama yang bertujuan untuk:

a. Pemilihan frekuensi dan periode istirahat pada manajemen waktu kerja

b. Perbandingan metode, alternatif pemilihan peralatan untuk mengerjakan

suatu jenis pekerjaan.

Dengan bertambah kompleksnya aktivitas otot, maka beberapa hal yang patut

dijadikan pokok bahasan dan analisis terhadap manifestasi konsumsi energi

adalah :

a. Denyut jantung (Heart rate) b. Tekanan darah (Blood pressure)

c. Cardiac Output (Keluaran paru-paru dengan satuan liter per menit) d. Komposisi kimia darah (Kandungan asam laktat)

(38)

13 g. Pulmonary ventilation (Kecepatan membuka dan menutup ventilasi udara

dengan satuan liter per menit)

h. Konsumsi oksigen

Diantara sekian banyak kriteria tersebut, maka denyut jantung adalah

variabel yang paling mudah diukur. Metode denyut jantung mempunyai

kelemahan, yaitu sering diperolehnya hubungan yang tidak mantap antara

hasil pengukuran dengan pengeluaran energi. Pada dasarnya ada dua hal yang

mempengaruhi kemampuan kerja fisik manusia dalam setiap aktivitasnya,

yaitu faktor personal dan faktor lingkungan (Bridger, 1995, dalam Nurmianto,

2004). Faktor personal antara lain : umur, berat badan, jenis kelamin,

konsumsi tembakau atau rokok, gaya hidup, olahraga, latihan, status nutrisi

dan motivasi. Faktor lingkungan antara lain : polusi udara, kualitas udara

ringan, ventilasi, ketinggian tempat, kebisingan, dan temperatur udara yang

ekstrim.

Untuk menghindari subyektifitas nilai denyut jantung (HR) yang

umumnya sangat dipengaruhi faktor-faktor personal, psikologis dan

lingkungan, maka perhitungan nilai HR harus dinormalisasi agar diperoleh

nilai HR yang lebih objektif (Syuaib, 2003 dalam Fauzi, 2006) Normalisasi

nilai denyut jantung dilakukan dengan cara perbandingan HR relatif saat kerja

terhadap HR saat istirahat. Nilai perbandingan HR tersebut dinamakan IRHR

(Increase Ratio of Heart Rate).

Tabel 2. Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR (Syuaib, 2003 dalam

Fauzi, 2006)

Kategori Nilai IRHR

Ringan 1,00 < IRHR <1,25

Sedang 1,25 < IRHR <1,50

Berat 1,50 < IRHR <1,75

Sangat berat 1,75 < IRHR <2,00

Pengukuran denyut jantung merupakan salah satu alat untuk mengetahui

beban kerja, hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah :

(39)

14 b. Mendengarkan denyut dengan stethoscope

c. Menggunakan ECG (Electrocardiogram)

Menurut Muller (1962) dalam Nurmianto (2004) beberapa definisi

tentang denyut jantung adalah sebagai berikut:

a. Denyut jantung pada saat istirahat (resting pulse) adalah rata-rata denyut jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai

b. Denyut jantung selama bekerja (working pulse) adalah rata-rata denyut jantung pada saat seseorang bekerja

c. Denyut jantung untuk kerja (work pulse) adalah selisih antara denyut jantung saat bekerja dan saat istirahat

d. Denyut jantung selama istirahat total (total recovery) adalah jumlah aljabar denyut jantung pada saat pekerjaan selesai sampai pada saat denyut berada

pada kondisi istirahat

e. Denyut jantung total (total work pulse) adalah jumlah denyut jantung dari mulainya suatu pekerjaan selesai sampai pada saat denyut berada pada

(40)

15 III. METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2007 sampai

dengan Agustus 2007 di Bengkel Departemen Teknik Pertanian dan di

Ecofarm, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pelaksanaan penelitian ini terbagi dalam lima tahapan, yaitu :

1. Persiapan peralatan uji dan pemeriksaan kondisi alat sebelum pengujian di

Bengkel Teknik Pertanian

2. Pengujian kinerja di Ecofarm, Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga

3. Pengujian ergonomi di Ecofarm, Fakultas Peternakan, Kampus IPB

Dramaga

4. Pengolahan data

5. Pembuatan laporan

B. ALAT DAN BAHAN

Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Satu unit alat pemerah susu semi otomatis tipe engkol ( rancangan tim

TEP dan CENTRAS, Budi Setiawan, 2007), dapat dilihat pada Gambar 7.

(41)

16 2. Satu unit alat pemerah susu sapi otomatis, dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Alat pemerah susu sapi otomatis

3. Heart Rate Monitor dan interface 4. Seperangkat PC (Personal Computer) 5. Jangka Sorong

6. Stopwatch 7. Gelas ukur

8. Pulpen dan buku catatan

C. PROSEDUR PENELITIAN

Pada penelitian ini dilakukan melalui dua tahap pengujian. Tahap

pertama adalah pengujian kinerja alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe

engkol, sedangkan tahap kedua adalah uji ergonomi dari alat pemerah susu

sapi semi otomatis tipe engkol. Tahapan pengujian keseluruhan pada

(42)

17 Gambar 9. Tahapan penelitian

Mulai

Selesai

Persiapan pengujian : - Alat perah

- Operator - Sapi

- Alat / instrumen bantu

Uji kinerja alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol

Uji ergonomi pengoperasian alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol

Kapasitas Efektifitas Uji beban kerja

Pengolahan data

Analisis

(43)

18 1. Uji Kinerja Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol

Uji kinerja dilakukan untuk membandingkan produktivitas relatif

alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol terhadap pemerahan

secara manual dan terhadap pemerahan menggunakan alat pemerah susu

sapi otomatis. Tahapan uji kinerja dapat dilihat pada Gambar 10. Pada uji

ini alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol langsung diterapkan

dalam memerah susu dan melakukan pengukuran. Pengukuran yang

dilakukan pada uji kinerja meliputi :

a. Kapasitas Pemerahan

Pengukuran yang dilakukan meliputi kapasitas pemerahan manual,

kapasitas pemerahan dengan alat pemerah susu otomatis dan

pengukuran kapasitas pemerahan menggunakan alat pemerah susu

semi otomatis tipe engkol. Tiga jenis pengukuran tersebut dilakukan

dengan perlakuan yang sama, yaitu:

- Dilakukan dalam 2 periode pemerahan ( pagi pkl.06.30 dan

sore pkl.14.00 )

- Pengukuran dilakukan selama 3 hari ( 3 kali ulangan )

- Menggunakan 3 sapi yang sama untuk semua perlakuan

- Dilakukan oleh 1 orang operator yang sama, dalam hal ini

operator berprofesi sebagai pemerah

Pengukuran pada pemerahan manual dilakukan dari awal sampai

akhir pemerahan pada setiap sapi, sedangkan dengan alat pemerah

otomatis dan pemerahan dengan alat pemerah susu semi otomatis tipe

engkol dilakukan dalam rentang waktu 5 menit. Dalam rentang waktu

tersebut, akan dihasilkan susu yang kemudian akan diukur volumenya

menggunakan gelas ukur. Dari volume susu yang dihasilkan akan

dibandingkan dengan waktu pemerahan dari masing-masing perlakuan,

sehingga akan didapatkan kapasitas pemerahan dalam ml/menit.

Perhitungan untuk nilai kapasitas adalah sebagai berikut :

t V

K = ………..(1)

(44)

19 V = volume susu hasil pemerahan (ml)

t = waktu pemerahan (menit)

Untuk menguji secara signifikan kinerja alat pemerah susu sapi

semi otomatis tipe engkol dibandingkan dengan pemerahan manual,

maka dilakuka uji T-distribution. Uji T-distribution dilakukan

berdasarkan persamaan berikut (Huntsberger, 1987) :

n

d = rata-rata perbedaan kapasitas

sd = simpangan baku

n = jumlah pasangan data

Nilai t hitung pada persamaan (1) akan dibandingkan dengan nilai t

pada tabel sebaran t dengan rumus sebagai berikut (Huntsberger,

1987):

t tabel= t ( ∝/ 2 ; dbg ) ………..(3)

dimana: ∝= interval yang dipakai yaitu 0,05 (tingkat kepercayaan

95 % )

dbg = derajat bebas galat = n – 1

b. Efektifitas Pemerahan

Dari nilai rata-rata kapasitas susu yang dihasilkan antara

pemerahan manual, pemerahan dengan alat pemerah susu otomatis dan

pemerahan dengan alat pemerah susu semi otomatis tipe engkol akan

didapatkan nilai persen efektifitas dari alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol dibandingkan dengan keduanya.

Nilai efektifitas inilah yang akan menentukan tingkat kinerja dari

alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol. Nilai efektifitas ini

dibedakan untuk setiap periode pemerahan yaitu nilai efektifitas pada

pemerahan pagi hari dan pemerahan sore hari. Perhitungan untuk

(45)

20 - Efektifitas alat pemerah susu semi otomatis tipe engkol

dibandingkan dengan manual

%

dimana : ef = nilai efektifitas alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol (%)

Ka = kapasitas pemerahan dengan alat pemerah

susu semi otomatis tipe engkol (ml/menit)

Km = kapasitas pemerahan manual (ml/menit)

- Efektifitas alat pemerah susu semi otomatis tipe engkol

dibandingkan dengan alat pemerah susu otomatis

= ×100% Ko

Ka

ef ……….(5)

dimana : ef = nilai efektifitas alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol (%)

Ka = kapasitas pemerahan dengan alat pemerah

susu semi otomatis tipe engkol (ml/menit)

Ko = kapasitas pemerahan alat pemerah susu

otomatis (ml/menit)

Rumus untuk menentukan nilai efektifitas di atas berlaku untuk

pemerahan pada pagi hari dan pemerahan pada sore hari.

2. Uji Ergonomi Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol

Pengujian ergonomi ini bertujuan untuk menentukan beban kerja

pada saat menggunakan alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol.

Selain itu juga untuk melakukan perbandingan dengan beban kerja yang

dihasilkan pada pemerahan manual. Pengujian ini dilakukan melalui

pengukuran denyut jantung pemerah dengan menggunakan Heart Rate Monitor. Tahapan dalam uji ergonomi dapat dilihat pada Gambar 11.

Pengukuran denyut jantung dilakukan pada saat pemerahan manual

dan pemerahan dengan alat pemerah susu semi otomatis tipe engkol. Dua

(46)

21 - Dilakukan dalam 2 periode pemerahan ( pagi pkl.06.30 dan

sore pkl.14.00 )

- Pengukuran dilakukan selama 3 hari ( 3 kali ulangan )

- Waktu untuk setiap pengukuran dalam 1 kali ulangan adalah 10

menit dengan rincian 5 menit dalam masa istirahat kemudian 5

menit berikutnya dalam masa bekerja

- Dilakukan oleh 1 orang operator yang sama, dalam hal ini

operator berprofesi sebagai pemerah susu berusia 39 tahun,

berat badan 49 kg dan tinggi badan 161 cm

Pada pengukuran beban kerja, sapi yang digunakan tidak sama pada setiap

pengukuran, karena pengukuran ini hanya mengacu pada operator saja.

Perhitungan beban kerja dilakukan dengan cara perbandingan IRHR

(Increase Ratio of Heart Rate), yaitu peningkatan HR relatif pada saat kerja terhadap HR saat istirahat. Perbandingan tersebut dirumuskan

sebagai berikut (Syuaib, 2003 dalam Fauzi, 2006) :

IRHR = HRrest HRwork

………...(6)

dimana:

HRwork = denyut jantung saat melakukan pekerjaan (bps)

HRrest = denyut jantung saat istirahat (bps)

Setelah mendapatkan nilai IRHR pada masing-masing perlakuan tersebut

(47)

22 Gambar 10. Tahapan uji kinerja alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol

Mulai

Persiapan peralatan uji dan pemeriksaan kondisi alat - Waktu perah (menit)

Engkol 1. Engkol terhadap manual 2. Engkol terhadap otomatis

(48)

23 Gambar 11. Tahapan uji ergonomi alat pemerah susu sapi

semi otomatis tipe engkol Mulai

Selesai HR istirahat 5 menit

HR kerja pemerahan manual 5 menit

HR istirahat 5 menit

HR kerja pemerahan engkol 5 menit

Download data HRM Download data HRM

Analisis beban kerja manual (IRHR)

Analisis beban kerja engkol (IRHR)

Kategori beban kerja kualitatif manual

Kategori beban kerja kualitatif engkol

Analisis perbandingan Persiapan kerja dan

pengoperasian alat

(49)

24 IV. ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL

A. SPESIFIKASI ALAT

Alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol yang telah dirancang

bangun dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Alat pemerah susu sapi semi otomatis

tipe engkol (Setiawan, 2007)

Keterangan gambar :

1. Rangka

2. Bagian pemerah (shells) 3. Unit pengatur denyut hisap

4. Selang udara

5. Selang pengalir susu

6. Milkcan

7. Vacuum Chamber Head 8. Pompa vakum

1

2 3

4 5

6 7

(50)

25 Spesifikasi alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol:

Kapasitas pemerahan : pagi = 826,7 ml/menit

sore = 446,7 ml/menit

Sumber tenaga : - Listrik

- Manusia

Daya pompa vakum : - 250 Watt

- 0,33 hp

Volume milkcan : 30 liter Putaran engkol : 40-60 rpm

Jumlah bagian pemerah : 4 buah

Proses perancangan dan pembuatan alat pemerah susu sapi semi otomatis

tipe engkol ini dilakukan bersama-sama oleh Budi Setiawan (F 14103085) dan

penulis di bawah bimbingan dosen yang sama. Alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol ini terdiri dari delapan bagian utama, yaitu:

1. Rangka

Rangka ini berfungsi sebagai dudukan semua bagian pada alat pemerah

susu sapi semi otomatis tipe engkol. Pada rangka ini dipasang pegangan

untuk mendorong dan menarik alat yang tersambung dengan dudukan

untuk bagian pemerah. Rangka ini juga dilengkapi dengan roda yang

berfungsi untuk pergerakan alat. Rangka pada alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol dapat dilihat pada Gambar 13.

(51)

26 2. Bagian Pemerah (shells)

Bagian pemerah terbuat dari pipa stainless steel. Berfungsi sebagai dudukan karet pemerah. Bagian pemerah dapat dilihat pada Gambar 14.

Pada bagian dalam bagian pemerah terdapat karet pemerah ( liner ). Karet pemerah yang digunakan untuk pembuatan alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol ini adalah karet pemerah yang terdapat di toko yang

menjual alat – alat peternakan. Untuk pembuatan alat ini digunakan karet

pemerah dengan merk dagang yang sudah dijamin kualitasnya.

Gambar 14. Bagian pemerah

3. Unit Pengatur Denyut Hisap

Berfungsi untuk menggantikan pulsator yang terdapat pada alat

pemerah otomatis, yaitu dengan mengatur masuknya udara dan

menutupnya kembali ke dalam ruang antara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner). sehingga kedua fase yang terjadi dalam proses pemerahan dapat berlangusng secara bergantian dan terus-menerus. unit

pengatur denyut hisap ini digerakkan oleh tangan dengan menggunakan

poros engkol. putaran unit pengatur denyut hisap yang digunakan sebesar

44-60 rpm, merupakan batas putaran yang digunakan oleh pulsator. Unit

(52)

27 Gambar 15. Unit pengatur denyut hisap

4. Selang Udara

Selang dibagi menjadi empat untuk menyalurkan tekanan dari pompa

engkol menuju ke bagian pemerah. Selang ini mampu menyalurkan

tekanan udara hingga 250 kgf/cm2. Selang dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Selang Udara

5. Selang Pengalir Susu

Terbuat dari bahan silikon. Selang ini dibagi menjadi empat untuk

menyalurkan tekanan atau daya hisap yang dihasilkan oleh milkcan ke puting sapi. Selang ini khusus dibuat untuk bahan pangan, karena tidak

akan merubah struktur kimia yang terdapat pada bahan pangan yang

mengalir didalam selang tersebut. Selang ini dibuat transparan, sehingga

air susu yang mengalir didalam selang bisa terlihat dengan jelas. Selang

(53)

28 Gambar 17. Selang pengalir susu

6. Milkcan

Milkcan terbuat dari alumunium dengan bentuk dan volume yang sudah tersedia di pasaran. Berfungsi sebagai penampung susu yang dialirkan dari

selang silikon. Daya tampung atau volume milkcan tersebut sebesar 30 liter. Jenis milkcan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Milkcan

7. Vacuum Chamber Head

Bagian ini berfungsi untuk mengetahui tekanan didalam milkcan, sehingga pemerah mengetahui kapan pemerahan harus dilakukan. Pada

(54)

29 Jadi, jika tekanan yang diijikan untuk melakukan pemerahan 40-50 kPa,

maka bila dikonversikan kedalam satuan tekanan yang terdapat pada

vacuum gauge menjadi 30-37 mmHg. 1 cmHg sama dengan 1,328 kPa.

Vacuum Chamber Head dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Vacuum Chamber Head

8. Pompa Vakum

Pompa vakum bertenaga motor listrik 1/3 hp, dengan laju aliran 4

CFM dan tekanan vakum hingga 10 Pa. Berfungsi Untuk menyalurkan

daya hisap pada milkcan. Pompa vakum dapat dilihat pada Gambar 20.

(55)

30 B. PRINSIP KERJA ALAT

Alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol terdiri dari beberapa

bagian utama, yaitu: pompa vakum, milkcan, bagian pemerah, karet pemerah, dan unit pengatur denyut hisap. Secara prinsip cara pemerahan manual dan

pemerahan otomatis sangat berbeda. Alat pemerah otomatis menggunakan

prinsip penghisapan yang dihasilkan oleh vakum. Keluarnya air susu dengan

menggunakan perbedaan tekanan antara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner) dengan vakum pada milkcan. Perbedaan tekanan terjadi pada ruang antara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner) diakibatkan berubahnya kondisi vakum dengan adanya udara masuk dari unit pengatur

denyut hisap.

Vakum yang terjadi pada milkcan akan menghisap keluar air susu. Fase ini dinamakan fase buka atau pemerahan. Fase ini terjadi ketika unit

pengatur denyut hisap tertutup, sehingga ruang antara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner) vakum untuk beberapa selang waktu. Vakum pada milkcan akan tertutup oleh karet pemerah (liner), pada saat ruang antara bagian pemerah (shells) dan karet pemerah (liner) tidak vakum lagi. Hal tersebut terjadi karena adanya udara masuk yang diperoleh saat unit pengatur

denyut hisap terbuka. Fase ini dinamakan fase istirahat atau pase pemijatan.

Kedua fase terjadi secara terus menerus. Putaran untuk unit pengatur

denyut hisap sekitar 44-60 putaran per-menit. Unit pengatur denyut hisap

(56)

31 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. `UJI KINERJA BERDASARKAN KAPASITAS

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja dan

kapasitas dari alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol yang telah

dirancang dalam penelitian ini, dibandingkan dengan pemerahan secara

manual dan pemerahan menggunakan alat pemerah otomatis. Pengukuran

yang dilakukan meliputi kapasitas pemerahan manual, kapasitas pemerahan

alat pemerah otomatis dan kapasitas pemerahan alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol hasil rancangan.

1. Kapasitas Pemerahan Manual

Pemerahan manual adalah pemerahan susu sapi dengan menggunakan

tangan. Cara pemerahan dengan menekan secara perlahan puting sapi

menggunakan ibu jari dan telunjuk agar susu keluar, selanjutnya puting

dipijat dan ditarik sedikit menggunakan kelima jari dengan bergantian pada

kedua tangan. Gambar 21 menunjukkan pengujian kapasitas pemerahan

manual.

(57)

32 Pada uji kapasitas pemerahan manual ini menggunakan satu orang

pemerah, tiga ekor sapi, dua periode pemerahan yaitu pagi pkl. 06.30 dan

sore pkl. 14.00 serta dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Hasil

pengukuran kapasitas pemerahan manual dapat dilihat pada Tabel 3 dan

Tabel 4.

Tabel 3. Kapasitas pemerahan manual pada pagi hari

Tabel 4. Kapasitas pemerahan manual pada sore hari

2. Kapasitas Pemerahan Alat Pemerah Otomatis

Alat pemerah otomatis menggunakan sumber tenaga motor listrik.

Pada alat pemerah otomatis ini tidak menggunakan pompa vakum tetapi

menggunakan tabung vakum untuk menciptakan ruang vakum. Pada alat

pemerah otomatis terdapat komponen yang bernama pulsator, berfungsi

sebagai pengatur ritme pemijatan dan penghisapan yang dikerjakan per

menit. Pengujian kapasitas pada alat pemerah otomatis dapat dilihat pada

Gambar 22. Pada gambar tersebut terlihat bahwa operator harus memegang

bagian pemerah agar tidak jatuh karena pada bagian pemerah terdapat Ulangan

Kapasitas ( ml/menit )

Sapi A Sapi B Sapi C

1 1220 690 1120

2 1380 780 1190

3 1100 950 1160

Rata-rata 1233 807 1157

Ulangan

Kapasitas ( ml/menit )

Sapi A Sapi B Sapi C

1 610 520 680

2 610 470 910

3 820 630 970

(58)

33 milkclaw yang berfungsi sebagai penampung sementara susu dari bagian pemerah yang kemudian dialirkan menuju milkcan melalui selang.

Gambar 22. Pengujian pemerahan otomatis

Pada uji kapasitas pemerahan dengan menggunakan alat perah

otomatis ini menggunakan, tiga ekor sapi, dua periode pemerahan yaitu

pagi pkl. 06.30 dan sore pkl. 14.00 serta dilakukan sebanyak tiga kali

ulangan. Hasil pengukuran kapasitas pemerahan manual dapat dilihat pada

Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5. Kapasitas pemerahan dengan mesin

perah otomatis pada pagi hari

Ulangan

Kapasitas ( ml/menit )

Sapi A Sapi B Sapi C

1 372 482 146

2 173 312 119

3 160 400 200

(59)

34 Tabel 6. Kapasitas pemerahan dengan mesin

perah otomatis pada sore hari

3. Kapasitas Pemerahan Alat Pemerah Susu Semi Otomatis Tipe Engkol

Proses pemerahan dengan menggunakan alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol berbeda dengan pemerahan pada alat perah otomatis.

Fungsi pulsator digantikan oleh unit pengatur denyut hisap. Pada alat perah

ini menggunakan pompa vakum sebagai sumber tenaga dan sekaligus

untuk menciptakan ruang vakum. Uji kapasitas pada alat pemerah susu sapi

semi otomatis tipe engkol dapat dilihat pada Gambar 23. Terlihat pada

gambar tersebut, operator tidak perlu memegang bagian pemerah,

sedangkan pada alat perah otomatis, operator harus memegang bagian

pemerah agar milkclaw tidak jatuh.

Gambar 23. Pengujian pemerahan tipe engkol Ulangan

Kapasitas ( ml/menit )

Sapi A Sapi B Sapi C

1 372 482 146

2 173 312 119

3 160 400 200

(60)

35 Pada uji kapasitas pemerahan menggunakan alat pemerah susu tipe

engkol ini menggunakan satu orang pemerah, tiga ekor sapi, dua periode

pemerahan yaitu pagi pkl. 06.30 dan sore pkl. 14.00 serta dilakukan

sebanyak tiga kali ulangan. Hasil pengukuran kapasitas pemerahan manual

dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7. Kapasitas pemerahan dengan alat pemerah

susu tipe engkol pada pagi hari

Tabel 8. Kapasitas pemerahan dengan alat pemerah susu tipe engkol pada sore hari

Dari semua data yang dihasilkan dapat terlihat bahwa kapasitas

pemerahan pada sore hari lebih sedikit dibandingkan dengan pagi hari. Hal ini

disebabkan karena selang waktu yang singkat antara pemerahan pagi ke

pemerahan sore yaitu 7 jam, sehingga sapi hanya memproduksi susu lebih

sedikit dibandingkan pada pagi hari. Pada waktu pemerahan pagi hari, susu

yang dihasilkan relatif lebih banyak daripada sore hari. Hal ini disebabkan

karena rentang waktu yang panjang antara pemerahan sore ke pemerahan pagi Ulangan

Kapasitas ( ml/menit )

Sapi A Sapi B Sapi C

Kapasitas ( ml/menit )

Sapi A Sapi B Sapi C

1 340 500 500

2 320 420 580

3 380 440 540

(61)

36 yaitu 16 jam. Rentang waktu yang cukup panjang tersebut akan menyebabkan

sapi bisa memproduksi susu lebih banyak.

Produksi susu setiap sapi berbeda-beda, ini terbukti setelah melakukan

pengamatan dan pengukuran dari tiga sapi pada pemerahan secara manual.

Perbedaan ini disebabkan karena umur sapi, ukuran puting dan lamanya

laktasi. Jumlah asupan pakan juga mempengaruhi banyak sedikitnya produksi

susu. Ketika sapi tidak mendapatkan ampas tahu sebagai pakan maka produksi

susu akan turun. Faktor lingkungan juga mempengaruhi perbedaan produksi

susu setiap sapi. Faktor lingkungan meliputi suhu kandang, suhu di luar

kandang, serta kondisi dari sapi. Pengambilan data dengan hari yang berbeda

untuk tiga kali ulangan juga mempengaruhi kapasitas pemerahan susu sapi.

Kapasitas pemerahan susu sapi terbesar adalah pada pemerahan susu

sapi secara manual pada pagi hari dengan rata-rata sebesar 1066 ml/menit.

Kapasitas pemerahan manual rata-rata pada sore hari adalah sebesar 691

ml/menit. Kapasitas pemerahan susu sapi terkecil adalah pada pemerahan susu sapi dengan menggunakan alat pemerah susu otomatis pada sore hari dengan

rata-rata sebesar 259 ml/menit. Kapasitas pemerahan dengan alat pemerah

otomatis rata-rata pada pagi hari sebesar 263 ml/menit.

Kapasitas pemerahan susu menggunakan alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol berada pada posisi lebih kecil dari pemerahan manual dan

lebih besar dari pemerahan mengunakan mesin otomatis. Rata-rata kapasitas

pada pemerahan susu sapi semi otomatis tipe engkol pada pagi hari adalah

sebesar 826,7 ml/menit. Sedangkan pada sore hari sebesar 446,7 ml/menit.

Alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol menitikberatkan

pada kehigienisan proses pemerahan, karena itulah susu yang keluar dari

puting langsung mengalir menuju milkcan tanpa harus bercampur dengan udara bebas yang penuh dengan bakteri dan virus. Hinggapnya kotoran dan

bakteri pada susu sapi juga bisa dikarenakan pada saat sapi duduk di lantai

kandang dan juga dari kandang yang belum dibersihkan seperti terlihat pada

(62)

37 Gambar 24. Sapi sedang duduk

Gambar 25. Kandang yang belum dibersihkan

Dari angka hasil rata-rata kapasitas alat pemerah susu sapi semi

otomatis tipe engkol dapat dinyatakan bahwa alat ini dinilai sudah mendekati

angka kapasitas pemerahan secara manual, karena alat ini dirancang bangun

untuk akhirnya secara bertahap dapat menggantikan pemerahan secara manual

yang dinilai kurang higienis.

B. TINGKAT EFEKTIFITAS ALAT

1. Efektifitas pemerahan alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol

dibandingkan dengan pemerahan manual

Perhitungan efektifitas pada alat pemerah tipe engkol dibandingkan

(63)

38 dikarenakan produksi susu sapi hasil perahan yang berbeda antara pagi dan

sore. Perhitungan nilai tingkat efektifitas pagi dan sore dapat dilihat pada

Tabel 9 dan Tabel 10. Perhitungan nilai efektifitas pemerahan total alat

pemerah susu semi otomatis tipe engkol dibandingkan dengan pemerahan

manual dapat dilihat pada Tabel 11. Perhitungan efektifitas menggunakan

persamaan sebagai berikut:

Tabel 9. Tingkat efektifitas pemerahan alat pemerah susu sapi semi otomatis

tipe engkol dibandingkan dengan pemerahan manual pagi hari

Tabel 10. Tingkat efektifitas pemerahan alat pemerah susu sapi semi otomatis

Gambar

Gambar 1. Cara pemerahan manual  (Sudono, 1999)
Gambar 3. Puting sapi yang siap diperah
Gambar 6. Fase Pemerahan (Garland, 1991)
Gambar 7. Alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ- organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi

(7) Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar pada bagian belakang yang berbatasan dengan tetangga bilamana tidak ditentukan lain adalah minimal 1 meter

a) Otonomi, yaitu kemandirian seorang perawat dalam menjalankan tugasnya dan tidak perlu pengawasan yang ketat oleh atasannya. b) Mutasi atau relokasi pekerjaan, yaitu

Dari beberapa definisi tersebut, Kuncoro (2003) menyebutkan benang merah yang dapat ditarik tentang penelitian ilmiah adalah aplikasi secara formal dan sistematis dari metode

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, antara lain: (a) memberikan pre-test kepada seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Anjongan untuk mengetahui

Adalah merupakan kegiatan yang berisi dan menilai serta memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu perusahaan. Apabila perusahaan ingin

 Part of : Digunakan hanya untuk theme dengan feature line, feature line yang ditampilkan pada tabel hasil harus merupakan bagian (sub-set) dari line pada

Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa strategi yang di lakukan Perseroan sejak tahun 2012 hingga 2015 adalah Perseroan melakukan strategi backward