• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengelolaan sumber daya air PDAM DKI Jakarta setelah adanya konsesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengelolaan sumber daya air PDAM DKI Jakarta setelah adanya konsesi"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

RETNO TRIASTUTI H14102035

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

Oleh

RETNO TRIASTUTI H14102035

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(3)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Retno Triastuti

Nomor Registrasi Pokok : H14102035 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skrisi : Analisis Pengelolaan Sumber Daya Air PDAM DKI Jakarta Setelah Adanya Konsesi

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc NIP. 131644945

Mengetahui

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131846872

(4)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2006

(5)

Jakarta. Penulis merupakan anak terakhir dari enam bersaudara dari pasangan Syamsudin Slamet dan U.T. Parwiasih. Penulis mengikuti sekolah dasar di SDN Bojong 1 Ciledug, Tangerang hingga kelas 4 SD dan menamatkan sekolah dasar di SDN 08 Jakarta Selatan, kemudian melanjutkan ke SLTP Putra Satria Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 63 Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 2002.

(6)

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul dari skripsi ini adalah “Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air PDAM DKI Jakarta Setelah Adanya Konsesi”. Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia untuk itu sumberdaya air harus dikelola dengan baik. Pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM DKI Jakarta ditujukan agar sumberdaya air terjamin keberlanjutannya dan tercipta pemerataan distribusi air bersih di masyarakat. Saat ini kebutuhan akan air bersih semakin meningkat tanpa diimbangi dengan adanya peningkatan produksi air bersih sehingga menyebabkan air bersih menjadi barang yang langka dan mahal untuk diperoleh, terutama sejak adanya kerjasama antara PAM Jaya dengan dua mitra swasta asing yang seharusnya dapat meningkatkan efisiensi dari PDAM. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Arief Daryanto, Ph.D yang dengan penuh kesabaran dan pengertian dalam memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih bapak telah banyak meluangkan waktu bapak yang sangat berharga untuk kami.

2. Bapak Nunung Nuryartono, Ph.D sebagai dosen penguji utama. 3. Ibu Henny Reinhardt, M.Sc sebagai komisi pendidikan.

4. Kepada Ketua Departemen dan segenap Staf Departemen Ilmu Ekonomi 5. Staf PAM Jaya Bapak Hidayat, Bapak Rio dan Bapak Katino yang telah

(7)

banyak memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.

8. Sahabat-sahabat satu perjuangan di bawah bimbingan Bapak Arief Daryanto (Agustina Widi dan Erna Agustiani).

9. Teman-teman Tim ’BCA’ MP IPB yang telah memberikan keceriaan dan pelajaran berharga tentang arti kesetiakawanan.

10. Teman-teman di Gerbong Rakyat yang turut membimbing penulis untuk menjadi orang yang kritis dan peduli.

11. Serta sahabat-sahabat penulis (saudara/i): Febri, Imas, Fitri, Okti, Diana, Hani, Arif, Iqbal, Andros, Rona, Siera, Mely, Vina, Stuti, dan seluruh sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis yakin bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran guna perbaikan skripsi ini sangatlah penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, September 2006

Retno Triastuti

(8)

PDAM DKI Jakarta Setelah Adanya Konsesi (Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO).

Air merupakan sumber kehidupan seluruh makhluk hidup, karenanya air digolongkan sebagai sumberdaya milik bersama (common property resources). Air yang diperlukan untuk manusia adalah air bersih yang telah diolah dan disalurkan (didistribusikan) melalui jaringan pipa bawah tanah sampai ke rumah-rumah penduduk sehingga dapat langsung dikonsumsi. Air yang merupakan barang publik yang memiliki nilai tinggi di mata masyarakat perlu dikelola dengan baik, untuk itu pemerintah menunjuk suatu badan usaha yang menangani masalah penyediaan air bersih, yakni dalam bentuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Khusus untuk wilayah DKI Jakarta pengelolaan air bersih ditangani oleh PDAM DKI Jakarta (PAM Jaya). Sejak tahun 1998 PAM Jaya telah melakukan kerjasama konsesi dengan dua mitra asing swasta yang membentuk TPJ dan Palyja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengidentifikasi struktur produksi PAM Jaya antara sebelum dan setelah adanya konsesi; (2) Mengestimasi fungsi biaya pengelolaan air bersih untuk melihat variabel-variabel yang berpengaruh terhadap total pengeluaran PDAM DKI Jakarta; serta (3) Menganalisis manfaat dari adanya konsesi bagi PAM Jaya.

Pada penelitian ini, metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk menduga parameter dari peubah-peubah biaya produksi (meliputi biaya ekspansi dan biaya variabel), jumlah air bersih yang diproduksi, tingkat kebocoran dan juga dimasukkan variabel Dummy untuk membedakan laju peningkatan biaya antara sebelum dan setelah adanya konsesi sehingga akan diketahui tingkat efisiensi dari adanya konsesi. Dalam hal ini model disajikan dalam bentuk persamaan regresi berganda. Uji yang dilakukan meliputi uji F, Uji t, Uji R2, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari mulai tahun 1992-2004.

(9)

cara diskriminasi harga antar antar golongan masyarakat dan konsep increasing block tariff untuk tiap tingkatan blok pemakaian air bersih. Diskriminasi harga ditujukan agar tercipta subsidi silang (cross subsidies) dari masyarakat berpendapatan tinggi ke masyarakat berpendapatan rendah, sedangkan konsep

increasing block tariff bertujuan untuk mengerem konsumsi air bersih oleh pelanggan dikarenakan harga yang semakin tinggi untuk setiap peningkatan konsumsi air bersih.

(10)

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN...v

I. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ... ... ...1

1.2. Perumusan Masalah ...5

1.3. Tujuan Penelitian ...7

1.4. Manfaat Penelitian ...7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...9

2.1. Pulp dan Kertas ...9

2.2. Tinjauan Teoritis ...10

2.3.1. Monopoli dan Diskriminasi Harga...14

2.4. Analisis Fungsi Biaya Pengelolaan Air PDAM ...19

2.5. Analisis Penerimaan PDAM ...21

2.6. Konsep Privatisasi...21

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...24

III. KERANGKA PEMIKIRAN ...30

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual...30

3.2. Alur Kerangka Pemikiran ...32

3.3. Keterbatasan Penelitian...32

IV. METODOLOGI PENELITIAN...34

4.1. Metode Analisis ...34

4.1.1. Analisis Fungsi Biaya ...35

4.1.2. Analisis Penerimaan PDAM ...37

4.1.3. Analisis Manfaat-Biaya (Rasio B/C) ...39

4.2. Pengujian Hipotesis dan Ekonometrika ...39

(11)

OLEH

RETNO TRIASTUTI H14102035

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

Oleh

RETNO TRIASTUTI H14102035

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(13)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Retno Triastuti

Nomor Registrasi Pokok : H14102035 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skrisi : Analisis Pengelolaan Sumber Daya Air PDAM DKI Jakarta Setelah Adanya Konsesi

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc NIP. 131644945

Mengetahui

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131846872

(14)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2006

(15)

Jakarta. Penulis merupakan anak terakhir dari enam bersaudara dari pasangan Syamsudin Slamet dan U.T. Parwiasih. Penulis mengikuti sekolah dasar di SDN Bojong 1 Ciledug, Tangerang hingga kelas 4 SD dan menamatkan sekolah dasar di SDN 08 Jakarta Selatan, kemudian melanjutkan ke SLTP Putra Satria Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 63 Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 2002.

(16)

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul dari skripsi ini adalah “Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air PDAM DKI Jakarta Setelah Adanya Konsesi”. Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia untuk itu sumberdaya air harus dikelola dengan baik. Pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM DKI Jakarta ditujukan agar sumberdaya air terjamin keberlanjutannya dan tercipta pemerataan distribusi air bersih di masyarakat. Saat ini kebutuhan akan air bersih semakin meningkat tanpa diimbangi dengan adanya peningkatan produksi air bersih sehingga menyebabkan air bersih menjadi barang yang langka dan mahal untuk diperoleh, terutama sejak adanya kerjasama antara PAM Jaya dengan dua mitra swasta asing yang seharusnya dapat meningkatkan efisiensi dari PDAM. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Arief Daryanto, Ph.D yang dengan penuh kesabaran dan pengertian dalam memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih bapak telah banyak meluangkan waktu bapak yang sangat berharga untuk kami.

2. Bapak Nunung Nuryartono, Ph.D sebagai dosen penguji utama. 3. Ibu Henny Reinhardt, M.Sc sebagai komisi pendidikan.

4. Kepada Ketua Departemen dan segenap Staf Departemen Ilmu Ekonomi 5. Staf PAM Jaya Bapak Hidayat, Bapak Rio dan Bapak Katino yang telah

(17)

banyak memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.

8. Sahabat-sahabat satu perjuangan di bawah bimbingan Bapak Arief Daryanto (Agustina Widi dan Erna Agustiani).

9. Teman-teman Tim ’BCA’ MP IPB yang telah memberikan keceriaan dan pelajaran berharga tentang arti kesetiakawanan.

10. Teman-teman di Gerbong Rakyat yang turut membimbing penulis untuk menjadi orang yang kritis dan peduli.

11. Serta sahabat-sahabat penulis (saudara/i): Febri, Imas, Fitri, Okti, Diana, Hani, Arif, Iqbal, Andros, Rona, Siera, Mely, Vina, Stuti, dan seluruh sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis yakin bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran guna perbaikan skripsi ini sangatlah penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, September 2006

Retno Triastuti

(18)

PDAM DKI Jakarta Setelah Adanya Konsesi (Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO).

Air merupakan sumber kehidupan seluruh makhluk hidup, karenanya air digolongkan sebagai sumberdaya milik bersama (common property resources). Air yang diperlukan untuk manusia adalah air bersih yang telah diolah dan disalurkan (didistribusikan) melalui jaringan pipa bawah tanah sampai ke rumah-rumah penduduk sehingga dapat langsung dikonsumsi. Air yang merupakan barang publik yang memiliki nilai tinggi di mata masyarakat perlu dikelola dengan baik, untuk itu pemerintah menunjuk suatu badan usaha yang menangani masalah penyediaan air bersih, yakni dalam bentuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Khusus untuk wilayah DKI Jakarta pengelolaan air bersih ditangani oleh PDAM DKI Jakarta (PAM Jaya). Sejak tahun 1998 PAM Jaya telah melakukan kerjasama konsesi dengan dua mitra asing swasta yang membentuk TPJ dan Palyja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengidentifikasi struktur produksi PAM Jaya antara sebelum dan setelah adanya konsesi; (2) Mengestimasi fungsi biaya pengelolaan air bersih untuk melihat variabel-variabel yang berpengaruh terhadap total pengeluaran PDAM DKI Jakarta; serta (3) Menganalisis manfaat dari adanya konsesi bagi PAM Jaya.

Pada penelitian ini, metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk menduga parameter dari peubah-peubah biaya produksi (meliputi biaya ekspansi dan biaya variabel), jumlah air bersih yang diproduksi, tingkat kebocoran dan juga dimasukkan variabel Dummy untuk membedakan laju peningkatan biaya antara sebelum dan setelah adanya konsesi sehingga akan diketahui tingkat efisiensi dari adanya konsesi. Dalam hal ini model disajikan dalam bentuk persamaan regresi berganda. Uji yang dilakukan meliputi uji F, Uji t, Uji R2, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari mulai tahun 1992-2004.

(19)

cara diskriminasi harga antar antar golongan masyarakat dan konsep increasing block tariff untuk tiap tingkatan blok pemakaian air bersih. Diskriminasi harga ditujukan agar tercipta subsidi silang (cross subsidies) dari masyarakat berpendapatan tinggi ke masyarakat berpendapatan rendah, sedangkan konsep

increasing block tariff bertujuan untuk mengerem konsumsi air bersih oleh pelanggan dikarenakan harga yang semakin tinggi untuk setiap peningkatan konsumsi air bersih.

(20)

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN...v

I. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ... ... ...1

1.2. Perumusan Masalah ...5

1.3. Tujuan Penelitian ...7

1.4. Manfaat Penelitian ...7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...9

2.1. Pulp dan Kertas ...9

2.2. Tinjauan Teoritis ...10

2.3.1. Monopoli dan Diskriminasi Harga...14

2.4. Analisis Fungsi Biaya Pengelolaan Air PDAM ...19

2.5. Analisis Penerimaan PDAM ...21

2.6. Konsep Privatisasi...21

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...24

III. KERANGKA PEMIKIRAN ...30

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual...30

3.2. Alur Kerangka Pemikiran ...32

3.3. Keterbatasan Penelitian...32

IV. METODOLOGI PENELITIAN...34

4.1. Metode Analisis ...34

4.1.1. Analisis Fungsi Biaya ...35

4.1.2. Analisis Penerimaan PDAM ...37

4.1.3. Analisis Manfaat-Biaya (Rasio B/C) ...39

4.2. Pengujian Hipotesis dan Ekonometrika ...39

(21)

4.2.2.4. Uji Autokorelasi ...42

4.2.2.5. Uji Heteroskedastisitas...42

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ...43

4.4. Jenis dan Sumber Data ...43

4.5. Definisi Operasional ...43

V. GAMBARAN UMUM PDAM DKI JAKARTA...46

5.1. Gambaran Umum Wilayah DKI Jakarta ...46

5.2. Gambaran Umum PDAM DKI Jakarta ...47

5.2.1. Sejarah dan Perkembangan PDAM DKI Jakarta ...47

5.2.2. Sarana Produksi, Kapasitas Produksi dan Distribusi Air Bersih ...50

5.2.3. Struktur Penerimaan dan Pengelolaan PAM Jaya...51

5.2.4. Karakteristik Pelanggan PDAM DKI Jakarta ...54

5.2.5. Proses Pengolahan Air ...56

5.3. Konsesi Pengelolaan PDAM DKI Jakarta ...57

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN...59

6.1. Analisis Struktur Produksi PDAM DKI Jakarta ...59

6.2. Analisis Fungsi Biaya PDAM DKI Jakarta ...65

6.2.1. Kebijakan Tarif Air Bersih PDAM DKI Jakarta...72

6.2.2. Analisis Penetapan Harga Air PDAM Berdasarkan Marginal Cost Pricing ...73

6.3. Analisis Manfaat-Biaya PDAM Setelah Adanya Konsesi ...75

6.3.1.Analisis Penerimaan PDAM DKI Jakarta...75

6.3.2.Analisis Manfaat-Biaya (Rasio B/C) ...77

6.4. Peranserta Mitra Swasta Asing (Palyja dan TPJ)...80

VII. KESIMPULAN DAN SARAN...82

(22)
(23)

1. Peningkatan Jumlah Perusahaan, Jumlah Karyawan dan Jumlah

Pelanggan PDAM DKI Jakarta Tahun 1991-2004...2 2. Perhitungan Laba/Rugi PAM Jaya Periode 1998-2004 ...5 3. Instalasi Produksi Air PDAM DKI Jakarta...51 4. Struktur Penerimaan dan Pengelolaan Air PAM Jaya Tahun 1992-2004....52 5. Susunan Tarif Air Minum PDAM DKI Jakarta ...54 6. Uraian Golongan Pelanggan PDAM DKI Jakarta Menurut Kelompok...55 7. Susunan Penyesuaian Tarif Air Minum PDAM DKI Jakarta

Tahun 2006 ...56 8. Struktur Produksi PDAM DKI Jakarta Tahun 1992-2004...60 9. Struktur Biaya PDAM DKI Jakarta Tahun 1992-2004...61 10. Hasil Estimasi Variabel Independen Biaya Total Pengelolaan Air

PDAM DKI Jakarta Tahun 1992-2004 ...66 11. Hasil Uji Multikolinearitas...68 12. Perbandingan Nilai Marginal Cost dan Average Cost...73 13. Perbandingan Jumlah Air yang Diproduksi dengan Jumlah Air

Terjual ...77 14. Struktur Penerimaan PDAM DKI Jakarta Dari Usaha Produksi

Air Bersih ...78 15. Perbandingan Penerimaan Usaha dan Penerimaan Total PDAM

(24)

2. Kurva Keseimbangan Harga Pasar Monopoli...15 3. Diskriminasi Harga Tingkat Satu...16 4. Diskriminasi Harga Tingkat Dua ...17 5. Diskriminasi Harga Tingkat Tiga ...18 6. Hubungan Antara MC dengan AVC dan AC...20 7. Alur Kerangka Pemikiran ...32 8. Proses Pengolahan Air Bersih PDAM DKI Jakarta...57 9. Perkembangan Struktur Produksi PDAM DKI Jakarta Tahun

1992 hingga semester satu 2006 ...64 10. Perkembangan Struktur Biaya PDAM DKI Jakarta Tahun 1992-2004 ...65 11. Perkembangan Jumlah Pelanggan PDAM DKI Jakarta Tahun

(25)

PDAM DKI Jakarta...87 2. Data Jumlah Penduduk DKI Jakarta ...88 3. Output Regresi Persamaan Biaya Total PDAM DKI Jakarta ...89 4. Uji Heteroskedastisitas...90 5. Uji Autokorelasi dan Indikasi Multikolinearitas...91 6. Uji Parsial Variabel Independen Biaya Ekspansi Terhadap Biaya

Variabel, Jumlah Air yang Diproduksi dan Tingkat Kebocoran...92 7. Uji Parsial Variabel Independen Biaya Variabel Terhadap Jumlah

Air yang Diproduksi dan Tingkat Kebocoran...94 8. Uji Parsial Variabel Independen Jumlah Air yang Diproduksi

(26)

Air merupakan sumber kehidupan seluruh makhluk hidup, karenanya air

digolongkan sebagai sumberdaya milik bersama (common property resources).

Penggunaan air tidak dapat dibatasi karena tidak adanya kejelasan mengenai

hak-hak atas pengelolaan dan pemanfaatannya.

Manusia menggunakan air hampir di setiap segi kehidupannya, yaitu untuk

minum, mandi, mencuci, memasak dan lain sebagainya. Air yang dikonsumsi

langsung, yaitu air yang akan masuk ke dalam tubuh manusia, adalah air yang

bersih agar terhindar dari segala penyakit yang dapat mengganggu kerja

metabolisme tubuh. Air bersih yang dimaksud di sini adalah air yang telah diolah

untuk menghilangkan kesadahannya, sehingga aman untuk dikonsumsi oleh

tubuh. Air ini disalurkan (didistribusikan) melalui jaringan pipa bawah tanah

sampai ke rumah-rumah penduduk.

Kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat perkotaan dewasa ini semakin

meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang tinggal di

wilayah perkotaan. Tetapi penyediaan air bersih tersebut terhalang akibat

banyaknya pencemaran dari berbagai jenis limbah dan semakin meluasnya daerah

yang terkena intrusi air laut (perembesan air laut yang kemudian bercampur

dengan air tanah). Masalah tersebut mengakibatkan air sebagai kebutuhan

sehari-hari semakin memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Air yang merupakan barang

(27)

untuk itu pemerintah menunjuk suatu badan usaha yang menangani masalah

penyediaan air bersih, yakni dalam bentuk Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM).

Khusus untuk wilayah DKI Jakarta, pelayanan dan penyediaan air bersih

ditangani oleh PDAM DKI Jakarta atau lebih dikenal dengan sebutan PAM Jaya.

PDAM DKI Jakarta didirikan sejak 1918 dengan nama Water Leidengen Bedrift,

yang kemudian berganti nama menjadi Perusahaan Daerah Air Minum DKI

Jakarta (PAM Jaya) pada tahun 1968 (Indocommercial, 1997) hingga saat ini telah

melayani lebih dari 700 ribu penduduk yang ada di wilayah pelayanan DKI

Jakarta (BPS, 2005). Pada tahun 2004 perusahaan yang bergerak dibidang

pelayanan jasa penyedia air bersih ini memiliki 7 perusahaan yang menyerap 5238

karyawan yang berarti bahwa terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar

kurang lebih 133 persen dari tahun 1991. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Peningkatan Jumlah Perusahaan, Jumlah Karyawan dan Jumlah Pelanggan PDAM DKI Jakarta tahun 1991-2003

Tahun Jumlah Perusahaan Jumlah Karyawan Jumlah Pelanggan

(28)

Sejak tahun 1968 hingga tahun 1997 PDAM DKI Jakarta menangani

seluruh proses produksi air bersih di wilayah DKI Jakarta, baik dari segi

pengelolaan, penyediaan maupun distribusi. Namun sejak ditandatanganinya

kontrak konsesi berjangka waktu 25 tahun pada tahun 1997 dengan 2 mitra asing

yaitu perusahaan Thames Water Overseas Ltd dari Inggris dan dengan Ondeo

Suez Lyonaise des Eaux dari Perancis membentuk PT Thames PAM Jaya (TPJ)

dan PT PAM Lyonaise Jaya (Palyja), maka PAM Jaya hanya berperan sebagai

badan pengawas dan pengendali dari pengelolaan dan penyediaan air bersih di

DKI Jakarta.

Seluruh sistem penyediaan air bersih Jakarta diberikan kepada kedua

perusahaan mitra swasta, diantaranya suplai air bersih, treatment plant, sistem

distribusi, pencatatan dan penagihan, juga bangunan-bangunan kantor milik PAM

Jaya, dengan imbalan kedua perusahaan tersebut setuju untuk membayar utang

PAM Jaya sebesar 231 juta USD. Dalam kontrak juga disebutkan bahwa baik

Thames maupun Suez harus memperbanyak sambungan saluran air menjadi

sebanyak 757.129 sambungan, hampir dua kali lipat jumlah sambungan pada saat

pertama mereka ambil alih. Selain itu, dalam kontrak juga disebutkan bahwa

mereka harus sudah melayani 70 persen dari keseluruhan populasi di DKI Jakarta,

dalam kurun waktu 5 tahun. Tingkat kebocoran juga harus dikurangi sampai 35

persen dalam 5 tahun itu (Kruha, 2005).

Kerjasama ini diperkuat dengan dikeluarkannya UU No.7 Tahun 2004

menggantikan UU No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang menandai

(29)

yang lalu. Hal ini dilakukan karena pemerintah beranggapan bahwa dengan turut

berperannya sektor swasta dalam penyediaan barang publik akan meningkatkan

efisiensi dari perusahaan penyedia barang publik tersebut, sehingga keuntungan

yang akan didapat pun semakin besar. Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa

motivasi dari perusahaan swasta berbeda dengan motivasi perusahaan publik.

Perusahaan swasta akan memproduksi pada tingkat harga dimana akan

memberikan pencapaian efisiensi yang optimal sehingga akan mendatangkan

keuntungan maksimum. Sedangkan perusahaan publik berproduksi untuk

kesejahteraan seluruh masyarakat.

Setelah lima tahun konsesi berjalan, yaitu pada tahun 2002 (Ariestis,

2004), perjanjian dalam kontrak tersebut tidak dapat dipenuhi oleh kedua

perusahaan mitra. Banyak hal yang tidak tercapai, seperti sistem saluran yang

hanya mencapai 610.806 sambungan pipa. Kemudian, data yang mereka

keluarkan menunjukkan bahwa dari tahun 1998 sampai Desember 2002, tingkat

kebocoran telah dikurangi dari 61 persen menjadi 43,3 persen untuk Palyja, dan

dari 57,6 persen menjadi 43,5 persen untuk TPJ (Kruha, 2005).

Sedangkan bagi PAM Jaya sendiri setelah adanya konsesi hingga saat ini

terus mengalami kerugian akibat adanya peningkatan biaya dan biaya yang harus

dibayarkan kepada pihak mitra (water charge) yang nilainya ditentukan

berdasarkan jumlah volume air yang diproduksi. Nilai water charge ini lebih

tinggi dari harga jual air yang disalurkan. Pada Tabel 2 dapat dilihat

perkembangan pendapatan PAM Jaya semenjak adanya konsesi tahun 1998

(30)

Tabel. 2 Penghitungan Laba/Rugi PAM Jaya periode 1998-2004

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa semenjak berlangsungnya

konsesi yaitu pada tahun 1998 PAM Jaya terus mengalami kerugian dikarenakan

tidak seimbangnya antara laju peningkatan pendapatan dengan laju peningkatan

biaya. Pendapatan terus meningkat diiringi dengan laju peningkatan biaya yang

jauh lebih besar. Sedangkan pada akhir tahun 1997 sendiri tidak ada kerugian

yang harus ditanggung pihak PAM Jaya.

Selain penerimaan PDAM yang tidak seimbang dengan biaya yang

dikeluarkan, kualitas pelayanan juga tidak membaik. Menurut YLKI (Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia), mereka mendapatkan banyak pengaduan

mengenai masalah pelayanan air PAM, dan survei yang dilakukan juga

mengindikasikan banyak masalah mengenai kualitas air bersih. Masalah tersebut

kebanyakan berhubungan dengan kekeruhan dan bau, kemudian masalah kuantitas

dan kelancaran, tekanan air, tarif air, penagihan, meteran air, manajemen, masalah

teknis, serta masalah administrasi dan informasi (Indocommercial, 1997).

1.2. Perumusan Masalah

Air yang merupakan sumberdaya milik bersama (common property

(31)

didistribusikan secara merata kepada seluruh masyarakat. Air yang merupakan

barang publik yang memiliki nilai tinggi di mata masyarakat perlu dikelola

dengan baik, untuk itu pemerintah menunjuk suatu badan usaha yang menangani

masalah penyediaan air bersih. Khusus untuk wilayah DKI Jakarta penyediaan air

bersih dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) DKI Jakarta.

PDAM yang merupakan perusahaan publik milik negara dianggap kurang

efisien dalam pengelolaan Sumber Daya Air, untuk itu perlu ada campur tangan

dari pihak swasta maka dibentuklah kerjasama dengan pihak asing dalam bentuk

kontrak konsesi berjangka waktu 25 tahun yang dimulai sejak tahun 1998 dengan

dua mitra asing yaitu, Thames Water Overseas Ltd dan Ondeo Suez Lyonaise des

Eaux membentuk TPJ dan Palyja. Kerjasama tersebut meliputi tugas menyuplai

air bersih, treatment plant, sistem distribusi, pencatatan dan penagihan, dan

pembangunan kantor-kantor yang seluruhnya diserahkan kepada pihak swasta.

Sejak ditandatanganinya kontrak maka seluruh pengelolaan air bersih

dilakukan oleh TPJ dan Palyja. Sedangkan PAM Jaya sendiri berperan sebagai

pengawas dan pengendali dari pengelolaan air bersih tersebut.

Setelah selama 9 tahun berjalannya konsesi, terdapat banyak perubahan

menyangkut produktivitas air bersih. Untuk melihat sebesar apa peningkatan

efisiensi oleh PDAM setelah adanya konsesi merupakan suatu kajian yang sangat

sulit dikarenakan berbagai kendala pengambilan data di lapangan maka dalam

penelitian ini penulis hanya membahas seberapa besar manfaat yang diperoleh

PAM Jaya dari adanya konsesi ditinjau dari peningkatan penerimaan yang

(32)

dikeluarkan setelah adanya konsesi. Perbandingan ini dapat dilihat dari beberapa

aspek, diantaranya:

1. Bagaimana struktur produksi PAM Jaya antara sebelum dan setelah

adanya konsesi?

2. Bagaimana kondisi biaya-biaya produksi yang mempengaruhi PDAM

sebagai suatu unit usaha setelah adanya konsesi?

3. Seberapa besar manfaat yang diterima oleh PAM Jaya dengan adanya

konsesi dilihat dari sisi penerimaan bersihnya?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulis melakukan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi struktur produksi PAM Jaya antara sebelum dan setelah

adanya konsesi.

2. Mengestimasi fungsi biaya pengelolaan air bersih untuk melihat

variabel-variabel yang berpengaruh terhadap total pengeluaran PDAM DKI Jakarta.

3. Menganalisis manfaat dari adanya konsesi bagi PAM Jaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh pihak yang terkait

dengan pengelolaan sumber daya air khususnya bagi PAM Jaya sebagai masukan

dan informasi dalam rangka pengembangan penyediaan air bersih dan

pengoptimalan alokasinya serta sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat

kebijakan dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah agar dapat meningkatkan

(33)

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan suatu wacana dan

informasi bagi seluruh kalangan masyarakat yang menggantungkan hidupnya

pada sumber daya air. Selanjutnya, penulis berharap dengan melakukan penelitian

ini dapat menambah wawasan penulis dalam bidang pengelolaan air bersih negara

dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah di IPB dalam

bidang kemasyarakatan. Semoga tulisan ini juga bermanfaat sebagai bahan bagi

penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas mengenai manfaat atau keuntungan yang

diperoleh PAM Jaya setelah melakukan konsesi dengan dua mitra asing dalam

pengelolaan sumber daya air. Manfaat yang dihitung dilihat dari sisi penerimaan

yang didapat PAM Jaya dengan biaya yang harus dibayarkan kepada pihak mitra

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Definisi Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang khusus

mempelajari tingkah laku manusia atau segolongan masyarakat dalam usahanya

memenuhi kebutuhan yang relatif tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang

terbatas adanya. Menurut Sukirno (2005), kegiatan ekonomi dapat didefinisikan

sebagai kegiatan seseorang atau suatu perusahaan ataupun masyarakat untuk

memproduksi barang dan jasa maupun mengkonsumsi (menggunakan) barang dan

jasa tersebut.

Menurut Prof. P.A. Samuelson, peraih penghargaan Nobel ekonomi pada

tahun 1970 (Sukirno, 2005), ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai

individu-individu dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang,

dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang terbatas tetapi dapat

digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan

jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi, sekarang dan di masa

datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat.

Analisis ekonomi dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu : ekonomi

deskriptif, teori ekonomi, dan ekonomi terapan. Ekonomi deskriptif adalah

analisis ekonomi yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya ada dalam

perekonomian. Teori ekonomi adalah pandangan-pandangan yang

menggambarkan sifat hubungan yang ada dalam kegiatan ekonomi, dan ramalan

(35)

mengalami perubahan. Sedangkan ekonomi terapan lazim disebut teori kebijakan

ekonomi, yaitu cabang ilmu ekonomi yang menelaah tentang kebijakan yang perlu

dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi.

Tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam perekonomian adalah: (1)

mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat; (2) menciptakan kestabilan

harga-harga; (3) mengatasi masalah pengangguran; (4) mewujudkan distribusi

pendapatan yang merata.

Teori ekonomi biasanya menggunakan empat alat analisis, yaitu: (i) uraian

mengenai sifat hubungan diantara dua atau beberapa variabel ekonomi, (ii) data

yang berbentuk angka-angka yang menggambarkan sifat hubungan tersebut, (iii)

gambaran secara grafik mengenai sifat hubungan tersebut, dan (iv) persamaan

matematik yang menjelaskan sifat hubungan diantara berbagai variabel.

Seterusnya analisis yang menerangkan peristiwa-peristiwa yang berlaku selalu

menggunakan data statistik mengenai berbagai kegiatan ekonomi.

2.2. Konsep Ekonomi Sumber Daya Air

Secara ekonomi sumber daya air tergolong ke dalam sumber daya milik

bersama (common property resources). Sumber daya semacam ini biasanya akan

menghadapi masalah apabila eksploitasi melebihi daya regenerasinya. Munculnya

berbagai masalah, adalah akibat sulit ditegaskan hak-hak kepemilikan terhadap

sumber daya yang bersangkutan.

Menurut Tietenberg (1984) syarat sumber daya dapat dikelola secara

efisien, yaitu jika sistem kepemilikan terhadap sumber daya itu dibangun atas

(36)

1. Universalitas (Universality) bahwa semua sumberdaya adalah dimiliki secara

pribadi (privately owned) dan seluruh hak-haknya dirinci dengan lengkap dan

jelas

2. Eksklusifitas (Exclusivity) bahwa semua keuntungan dan biaya yang

dibutuhkan sebagai akibat dari pemilikan dan pemanfaatan sumberdaya itu

harus dimiliki hanya oleh pemilik tersebut baik secara langsung maupun

secara tidak langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain.

3. Bisa dipindah-tangankan (Transferability) bahwa seluruh hak pemilikan itu

bisa dipindahtangankan dari satu pemilik ke pihak lainnya dengan transaksi

yang bebas dan jelas.

4. Bisa dipertahankan (Enforceability) bahwa hak pemilikan tersebut harus aman

dari perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain.

Menurut Anwar dalam Sudrajat (1997), karena sifat sumberdaya air yang

sebagian bersifat milik individu (private good) dan sebagian lainnya menunjuk

sifat barang milik bersama (common good) maka campur tangan pemerintah

dalam upaya menyediakan air bersih dapat diwujudkan dengan mendirikan atau

mengoperasikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Dengan adanya campur

tangan pemerintah melalui perusahaan air minum diharapkan alokasi sumberdaya

air menjadi lebih efisien, artinya manfaat-manfaat yang ditimbulkan diharapkan

lebih besar dari biaya-biayanya.

2.3. Konsep Fungsi Produksi PDAM

Output perusahaan berupa barang-barang produksi tergantung pada jumlah

(37)

matematis yang menggambarkan suatu cara dimana jumlah dari hasil produksi

tertentu tergantung pada jumlah input tertentu yang digunakan (Bishop dan

Toussaint, 1979). Menurut Lipsey, et al. (1995), fungsi produksi merupakan

hubungan antara input yang digunakan dalam proses produksi dengan kuantitas

output yang dihasilkan. Sedangkan menurut Soekartawi, et al. (1984), fungsi

produksi adalah hubungan kuantitatif atau fisik antara masukan dan produksi, dan

analisis serta pendugaan hubungan itu disebut analisis fungsi produksi. Secara

matematis hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = f(X1,X2,X3,...,Xn)

Dimana :

Y = Hasil produksi fisik

Xi = Faktor-faktor produksi (input)

Menurut Sukirno (2005), fungsi produksi adalah hubungan diantara

faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya. Faktor-faktor-faktor produksi

dikenal dengan istilah input dan jumlah produksi juga disebut output. Fungsi

produksi dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Q = f(K,L,R,T)

Dimana :

Q = Jumlah produksi yang dihasilkan

K = Jumlah stok modal

L = Jumlah tenaga kerja

R = Kekayaan alam

(38)

Dalam teori produksi dikenal dengan yang namanya Hukum Hasil Lebih

yang Semakin Berkurang (The Law of Diminishing Return) yang menyatakan

bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya terus-menerus

ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak

pertumbuhannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu, produksi

tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif.

Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Output

(Y) TP

Tahap I Tahap II Tahap III

AP

0 MP Input (X)

Gambar 1. Kurva Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Produksi Marjinal (Sukirno, 2005)

Keterangan :

Tahap pertama : Produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat

Tahap kedua : Produksi total pertambahannya semakin lambat

Tahap ketiga : Produksi total semakin lama semakin berkurang

MP =

X TP

Δ Δ

dan AP =

(39)

Dimana :

TP = Total Product (Produksi total)

AP = Average Product (Produksi rata-rata)

MP = Marginal Product (produksi marjinal, tambahan produksi yang

diakibatkan oleh pertambahan satu unit input yang digunakan).

X = Input (faktor produksi)

2.3.1. Monopoli dan Diskriminasi Harga

Sumberdaya-sumberdaya milik umum seperti air, gas alam, listrik dan

telepon, struktur pasarnya akan mengarah pada sistem monopoli alamiah

(Nicholson, 1999). Biasanya pelayanan-pelayanan atas sumberdaya ini disediakan

oleh lembaga-lembaga atau perusahaan-perusahaan publik yang mempunyai

interest yang kuat terhadap sistem penetapan harga dan pendistribusian

pelayanan-pelayanan tersebut.

Untuk perusahaan penyedia barang publik seperti Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM), apabila ingin memaksimumkan keuntungan maka jumlah

barang yang diproduksi yaitu pada titik marginal revenue sama dengan marginal

cost (MR=MC) seperti halnya perusahaan monopoli. Kemudian harga yang

ditetapkan adalah berdasarkan jumlah permintaan dipasar, sehingga perusahaan

akan memproduksi jumlah barang yang lebih sedikit dan memberlakukan harga

yang jauh lebih tinggi dari harga untuk mendapatkan normal profit.

Menurut Nicholson (1999), hal ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh

keuntungan maksimum. Konsep penetapan harga ini dapat dilihat lebih jelas dari

(40)

adalah sebesar Q*, yaitu pada titik E saat MR=MC, harga ditetapkan berdasarkan

jumlah permintaan (dimana D=AR) yaitu pada titik A yang jauh lebih tinggi di

atas kurva marginal cost. Jika perusahaan menghasilkan barang dengan jumlah

yang lebih kecil dari Q*, maka laba yang akan diperoleh perusahaan kecil, sebab

dengan memproduksi output di bawah Q* maka perusahaan akan kehilangan

penerimaan marjinalnya lebih besar daripada biaya-biaya yang terselamatkan.

Begitu juga bila menghasilkan output lebih besar dari Q* juga tidak

menguntungkan, karena biaya tambahan untuk menghasilkan 1 unit output lebih

besar daripada penerimaan marjinalnya.

Harga

Gambar 2. Kurva Keseimbangan Harga Pasar Monopoli (Nicholson, 1999)

Keterangan:

MC = Marginal Cost (biaya marjinal) D = Demand (kurva permintaan) AR = Average Cost (biaya rata-rata)

MR = Marginal Revenue (penerimaan marjinal)

Pada kenyataannya, konsep penetapan harga di atas tidak dapat diterapkan

(41)

kelangsungan hidup manusia, penetapan harga air bersih harus menyesuaikan

dengan kondisi ekonomi masyarakat. Hal ini bertujuan agar tercipta keadilan dan

pemerataan distribusi air bersih ke semua lapisan masyarakat. Untuk itu PDAM

perlu memberlakukan kebijakan diskriminasi harga. Diskriminasi harga adalah

tindakan penjual dalam menjual barang yang sama, di bawah pengawasan

produksi yang sama, dengan harga yang berbeda kepada pembeli yang berbeda.

Diskriminasi harga terjadi karena perusahaan-perusahaan bermaksud untuk

menghasilkan lebih banyak uang dengan mengisolasi pembeli dan memungut

harga yang berbeda di pasar. Untuk pembeli dengan permintaan yang inelastis

dipungut harga yang lebih tinggi, sedangkan untuk pembeli yang permintaannya

elastis dipungut harga yang lebih rendah daripada permintaan yang inelastis.

Diskriminasi harga dapat digolongkan dalam tiga kelompok sebagai

berikut:

1. Diskriminasi harga tingkat pertama (diskriminasi harga sempurna), yaitu jika

pelaku mengetahui kurva permintaan konsumen, maka ia akan menawarkan

harga yang tertinggi yang konsumen masih mau membayar untuk suatu unit

output tertentu.

Harga Keterngan:

MC = Marginal Cost

MC MR = Marginal Revenue

P* D = Demand

AR = Average Cost

MR D=AR

Q* Jumlah Barang

(42)

2. Diskriminasi harga tingkat kedua (multipart pricing), yaitu perusahaan

memberi harga per unit yang sama untuk sekelompok output yang spesifik.

Terdapat potongan harga per unit jika pembeli membeli dalam jumlah yang

banyak. Tujuannya adalah untuk merangsang pembelian yang lebih banyak

oleh konsumen.

Harga

P1

P2

P3

Q1 Q2 Q3 Jumlah Barang

Gambar 4. Diskriminasi Harga Tingkat Dua (Nicholson, 1999)

3. Diskriminasi harga tingkat tiga, yaitu perusahaan memberlakukan harga yang

berbeda untuk konsumen yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan apabila

terdapat tiga kondisi, yaitu: (i) pembeli-pembeli mempunyai elastisitas

permintaan yang berbeda-beda secara tajam; (ii) para penjual mengetahui

perbedaan ini dan dapat menggolongkan pembeli dalam kelompok-kelompok

berdasarkan elastisitas yang berbeda-beda; (iii) para penjual dapat mencegah

(43)

Harga

PA

DA

PB DB

EA EB MC

MRB

QA MRA QB Jumlah Barang

Gambar 5. Diskriminasi Harga Tingkat Tiga (Nicholson, 1999) Keterangan:

D = Demand (permintaan)

MC = Marginal Cost

MR = Marginal Revenue

Selain diskriminasi harga seperti di atas, perusahaan juga menggunakan

struktur tarif untuk penetapan harga air. Struktur tarif adalah sesusun aturan cara

mengenai syarat pelayanan tagihan bulanan kepada pemakai air dalam berbagai

kategori atau kelas (Boland, 1999). Terdapat beberapa struktur tarif yang dapat

diterapkan, diantaranya adalah Increasing Block Tariffs, Two Part Tariffs, dan

Decreasing Block Tariffs. Untuk Increasing Block Tariffs, disediakan dua atau

lebih harga untuk tiap pemakai yang berada di blok-blok yang berbeda. Harga

dalam struktur tarif ini meningkat seiring dengan perpindahan blok (Boland,

1999). Two Part Tariffs terdiri atas tagihan tetap dan tagihan berdasarkan volume

(44)

(kelompok) awal pemakaian berharga lebih tinggi dan akan semakin murah untuk

blok-blok selanjutnya (Munasinghe, 1990).

2.4. Analisis Fungsi Biaya Pengelolaan Air PDAM

Sukirno (2005) mendefinisikan biaya produksi sebagai semua pengeluaran

yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan

bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang

yang diproduksikan perusahaan tersebut. Menganalisis biaya produksi perlu

dibedakan jangka waktu, yaitu: (i) jangka pendek, yaitu jangka waktu dimana

sebagian faktor produksi tetap atau tidak dapat ditambah jumlahnya, dan (ii)

jangka panjang, yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat

mengalami perubahan.

Biaya produksi jangka pendek adalah keseluruhan jumlah biaya yang

dikeluarkan produsen yang terdiri dari biaya variabel (biaya yang selalu berubah)

dan biaya tetap. Hal ini dapat dirumuskan :

TC = TFC + TVC

Dimana :

TC = Total cost (biaya total)

TFC = Total fixed cost (biaya tetap total)

TVC = Total variable cost (biaya variabel total)

Sedangkan dalam produksi jangka panjang seluruh biaya yang digunakan

merupakan biaya yang dapat berubah (variable cost). Analisis mengenai biaya

produksi akan memperhatikan juga tentang: (1) biaya produksi rata-rata yang

(45)

produksi variabel rata-rata, dan (2) biaya produksi marjinal, yaitu tambahan biaya

produksi yang harus dikeluarkan untuk menambah satu unit produksi.

AC = AFC + AVC

Gambar 6. Hubungan antara MC dengan AVC dan AC (Sukirno, 2005)

(46)

1. Apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti jika kurva MC di

bawah kurva AVC, maka kurva AVC sedang menurun).

2. Apabila MC > AVC, maka nilai AVC akan semakin besar (berarti jika

kurva MC di atas AVC, maka kurva AVC sedang menaik).

2.5. Analisis Penerimaan PDAM

Tujuan dari suatu perusahaan untuk berproduksi adalah agar mendapatkan

keuntungan dari hasil produksinya dengan memperhitungkan besar biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk dengan pendapatan yang diperoleh

dari hasil penjualan produk tersebut. Agar perusahaan dapat terus beroperasi maka

jumlah penerimaan yang diperoleh harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan,

atau paling tidak seimbang agar tidak mengalami kerugian.

Penerimaan bersih perusahaan dapat dilihat dari selisih antara hasil

penjualan air dengan total biaya yang dikeluarkan. Penerimaan bersih atau

keuntungan perusahaan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

=

π TR – TC

Dimana :

π = Keuntungan (Rp)

TR = Total Revenue (total penerimaan) (Rp)

TC = Total Cost (total biaya) (Rp)

2.6. Konsep Privatisasi

Barang publik (common goods) yang menyangkut kepentingan masyarakat

banyak dikelola oleh pemerintah, termasuk diantaranya sumber daya air. Hal ini

(47)

dikuasai oleh satu pihak tertentu saja (monopoli). Namun, dewasa ini kepemilikan

sumber daya air sudah diswastakan dengan alasan banyaknya terjadi kebocoran

yang menyebabkan ketidakefisienan berupa berkurangnya pemasukan uang, yang

berarti pengurangan laba, atau bahkan mengakibatkan kerugian. Atas dasar

pertimbangan tersebut pemerintah akhirnya mengeluarkan suatu kebijakan tentang

privatisasi sumber daya air. Privatisasi merupakan kebijakan publik yang

didasarkan atas asumsi bahwa penyerahan pengelolaan pelayanan publik kepada

sektor swasta ini akan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya (Bastian,

2000).

Menurut Institut for Good Corporate Governance Studies (IGCGS, 2003),

privatisasi adalah penyerahan kontrol efektif sebuah perseroan kepada manajer

dan pemilik swasta yang biasanya terjadi apabila mayoritas saham perusahaan

dialihkan kepemilikannya kepada swasta. Privatisasi dapat membantu pembiayaan

defisit anggaran yang diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan dunia

terhadap stabilitas perekonomian nasional. Pelaksanaan privatisasi memberikan

dampak terhadap negara, konsumen, maupun terhadap para pegawai unit bisnis

yang diprivatisasi. Bagi negara, dengan adanya privatisasi, maka negara akan

mendapat sejumlah dana dari hasil penjualan saham dan juga pinjaman dari IMF

untuk memperbaiki infrastruktur PDAM DKI Jakarta dengan pengajuan

persyaratan pemerintah Indonesia harus melakukan privatisasi di bidang sumber

daya air. IMF mengemukakan alasan bahwa dengan adanya privatisasi maka akan

membuat bergairahnya pasar modal dan dunia usaha dalam negeri. Bagi

(48)

profesional, efektif dan transparan, sehingga dapat memberikan pelayanan lebih

maksimal. Sedangkan bagi para pegawai unit implikasi negatif privatisasi adalah

pengurangan pegawai (PHK). Tetapi hal ini dapat dihindari dengan adanya

perjanjian penjualan perusahaan kepada pihak swasta yang menjamin tidak

adanya pengurangan pegawai dan melindungi kepentingan para pegawai (IGCGS,

2003).

Tidak semua PDAM di Indonesia mengalami privatisasi, hanya beberapa

PDAM besar yang melakukan privatisasi, diantaranya adalah PDAM DKI Jakarta

(PAM Jaya) yang melakukan kontrak kerjasama dalam bentuk konsesi (yaitu

penyerahan wewenang pengelolaan dan penyediaan air bersih untuk warga DKI

Jakarta menggunakan seluruh aset yang dimiliki oleh PAM Jaya dalam jangka

waktu 25 tahun yang kepemilikan aset masih berada ditangan PAM Jaya) dengan

Perusahaan Thames, yang sebelumnya merupakan perusahaan milik Inggris tetapi

kini menjadi RWE di bawah kepemilikan Jerman, membentuk Thames PAM Jaya

(TPJ). Kemudian dengan Perusahaan Suez Lyonnaise des Eaux (yang sekarang

bernama ONDEO-Suez) dari Perancis membentuk PAM Lyonnaise Jaya (Palyja)

yang dilaksanakan semenjak tahun 1998.

Umumnya, istilah privatisasi menjadi perdebatan karena orang berasumsi

tentang kepemilikan. Jika sudah terjadi divestasi atau penjualan aset negara secara

penuh, baru dikatakan sebagai privatisasi (Kruha, 2005). Padahal, walaupun aset

tersebut masih milik negara dan yang dialihkan hanya tugas-tugasnya atau

pengelolaannya, tetap merupakan bentuk privatisasi. Bank Dunia lebih suka

(49)

milik negara. Istilah tersebut adalah Private Sector Participation (PSP-Partisipasi

Sektor Swasta) atau Public Private Partnership (PPP-Kemitraan Publik dan

Swasta).

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Ristiani (2005) dalam skripsinya membahas tentang Analisis Harga Pokok Air Bersih PDAM dan Respon Konsumen Terhadap Kebijakan Tarif Air Minum

(Studi Kasus di PDAM Kabupaten Bogor). Permasalahan yang dibahas, yaitu : (1)

Bagaimana cara penghitungan harga pokok produksi di PDAM dan berapa harga

pokok air minum yang dikelola oleh PDAM?; (2) Bagaimana kebijakan tarif yang

diberlakukan oleh PDAM?; (3) Bagaimana respon pelanggan terhadap kebijakan

tarif yang diberlakukan oleh PDAM?; serta (4) Faktor-faktor apakah yang

mempengaruhi permintaan (konsumsi) air PDAM oleh golongan rumah tangga?

Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer adalah dengan

melakukan wawancara para pelanggan dan pengisian kuesioner, dengan kelompok

responden hanyalah golongan rumah tangga di Kabupaten Bogor. Pengambilan

contoh secara stratified proportional random sampling yaitu pengambilan contoh

secara proporsional menurut golongan tarif pelanggan rumah tangga PDAM

Kabupaten Bogor.

Analisis biaya produksi dilakukan untuk menghitung harga pokok dengan

metode pembagian, yaitu membagi seluruh biaya produksi dengan banyaknya air

PDAM yang dijual. Hasilnya yaitu besarnya harga pokok air PDAM pada tahun

(50)

hal ini berarti bahwa harga pokok air PDAM terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya dan mencapai dua kali lipat pada lima tahun terakhir.

Sedangkan respon pelanggan rumah tangga sebagai konsumen air PDAM

menunjukkan bahwa air PDAM memiliki nilai yang tinggi di mata konsumen atau

disebut overestimate. PDAM Kabupaten Bogor melakukan diskriminasi harga

terhadap konsumen dengan menerapkan konsep increasing block tariff.

Pendugaan terhadap permintaan air menggunakan analisis regresi yang

menunjukkan bahwa konsumsi air PDAM oleh pelanggan golongan rumah tangga

di Kabupaten Bogor dipengaruhi oleh harga riil air PDAM, jumlah anggota

keluarga, pendapatan rumah tangga, lama berlangganan air PDAM, penilaian

terhadap kualitas air PDAM, golongan pelanggan, dan kepemilikan sumber air

lain sebagai alternatif. Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel harga riil air

PDAM, jumlah anggota keluarga, dan lama berlangganan air PDAM mempunyai

pengaruh yang positif terhadap konsumsi air PDAM oleh golongan rumah tangga

di Kabupaten Bogor.

Sudrajat (1997) dalam tesisnya membahas tentang Analisis Ekonomi Pengelolaan Air PDAM di Kotamadya Pontianak (Suatu Kajian Pengembangan

Kebijaksanaan Ekonomi dalam Pengelolaan Sumberdaya Air). Tujuan dari

penelitiannya adalah : (1) Mengetahui kondisi biaya-biaya produksi yang

mempengaruhi PDAM sebagai suatu unit usaha; (2) Mengetahui kebijaksanaan

tarif air yang dapat membantu kearah pemerataan distribusi air pada berbagai

wilayah dan dapat mencerminkan keadilan, serta bagaimanakah respon konsumen

(51)

underestimate atau overestimate); (3) Mengetahui fungsi konsumsi (permintaan)

air PDAM dan peranan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masing-masing

wilayah kecamatan Kotamadya Pontianak; dan (4) Mengetahui dampak

keterbatasan sumberdaya air terhadap peluang pemilihan sumber air oleh rumah

tangga di Kotamadya Pontianak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkat produksi

perusahaan, biaya variabel rata-rata dan biaya marjinal semakin menurun dengan

biaya marjinal selalu di bawah biaya variabel rata-rata. Hasil regresi konsumsi

menunjukkan bahwa koefisien penduga peubah harga riil air nyata untuk seluruh

kecamatan yang ada di Kotamadya Pontianak. Setiap kenaikan konsumsi akan

menaikkan beban pembayaran bagi konsumen. Yang berarti bahwa PDAM

melakukan diskriminasi harga dengan konsep increasing block rate structure.

Hasil analisis respon terhadap konsumen terhadap tarif air (menggunakan

konsep willingness to pay dan ability to pay) menunjukkan dua hasil, yaitu : (1)

air PDAM memiliki nilai yang tinggi di mata konsumen (overestimate); dan (2)

surplus konsumen terkecil adalah kecamatan Pontianak Barat dan Kecamatan

Pontianak Utara (yang memiliki jarak yang jauh dari PDAM) dan surplus

konsumen terbesar diperoleh Kecamatan Pontianak Selatan dan Kecamatan

Pontianak Timur (yang jaraknya dekat dengan PDAM).

Sudrajat menyimpulkan, karena supply air tidak merata maka supaya

terdapat keadilan dalam pembayaran, kebijaksanaan diskriminasi tarif air yang

diterapkan saat itu selain harus memasukkan unsur cross subsidies, increasing

(52)

supply air yang diberikan. Seharusnya lokasi-lokasi yang supply airnya tidak

lancar struktur tarifnya lebih rendah dibandingkan dengan lokasi-lokasi yang

supply airnya lancar.

Ariestis (2004) dalam skripsinya membahas tentang Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dalam Kerangka Kebijakan Pra dan Pasca

Privatisasi: Studi Kasus Pengelolaan Air oleh PAM Jaya, Jakarta. Tujuan dari

penelitiannya yaitu: (1) Mengidentifikasi struktur produksi dan biaya pengelolaan

air dalam kerangka kebijakan sebelum dan sesudah privatisasi; (2) Mengestimasi

fungsi biaya pengelolan air bersih untuk melihat variabel-variabel yang

mempengaruhinya secara ekonomi; dan (3) Mengetahui penetapan harga air

PDAM untuk wilayah DKI Jakarta agar tidak memberatkan masyarakat pelanggan

serta tidak merugikan PDAM sendiri.

Analisis dilakukan dengan menggunakan model persamaan regresi linear,

dilakukan analisis fungsi biaya pengelolaan air berdasarkan fungsi Cobb-Douglas

yang ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma linear. Analisis penetapan

harga air berdasarkan marginal cost pricing dilakukan melalui penurunan fungsi

biaya pengelolaan air. Evaluasi finansial dilakukan melalui perhitungan tarif air

berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 mengenai

Petunjuk Pelaksanaan Pedoman Penetapan Tarif Air Minum Pada Perusahaan

Daerah Air Minum yang digunakan oleh PDAM. Data primer dilakukan melalui

wawancara dengan pihak terkait serta data sekuder diperoleh dari dokumen

(53)

Hasil pendugaan fungsi biaya pengelolaan air PDAM DKI Jakarta

menunjukkan bahwa biaya ekspansi, biaya variabel dan jumlah air yang

diproduksi signifikan atau berpengaruh nyata dengan arah yang positif terhadap

pembentukan total biaya pengelolaan air. Dampak penetapan harga air

berdasarkan marginal cost pricing akan mengakibatkan kerugian bagi PDAM

baik sebelum maupun setelah privatisasi. Hal ini disebabkan oleh harga air yang

terbentuk berdasarkan analisis ini terlalu rendah disamping masih tingginya

tingkat kebocoran air (lebih dari 50%).

Evaluasi finansial terhadap susunan tarif air PDAM DKI Jakarta

menunjukkan bahwa susunan tarif yang berlaku pada beberapa kelompok

pelanggan jauh lebih rendah dari pada perhitungan tarif berdasarkan Instruksi

Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 mengenai Petunjuk Pelaksanaan

Pedoman Penetapan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum yang

digunakan PDAM. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah

dalam menetapkan susunan tarif air yang berlaku dengan tujuan untuk

meringankan beban kelompok pelanggan yang tidak mampu.

Berdasarkan nilai perkembangan relatif produksi air, investasi yang

ditanamkan oleh Palyja (PAM Lyonnaise Jaya) dan TPJ (Thames PAM Jaya)

tidak seiring dengan peningkatan pengelolaan PDAM, dan juga bahwa investasi

mitra swasta untuk meningkatkan pengelolaan air PDAM belum memberikan

pengaruh yang besar dalam menanggulangi tingkat kebocoran dalam distribusi air

(54)

Dilihat dari hasil analisisnya, penetapan harga air baik secara ekonomi

maupun secara finansial, belum dapat memberikan susunan tarif yang sesuai

dengan kondisi masyarakat DKI Jakarta dan belum menutupi seluruh biaya

pengelolaan air (full cost recovery) tersebut tetapi hanya untuk menutupi biaya

variabel yang dikeluarkan.

Nilai marginal cost yang digunakan diperoleh dari perhitungan perubahan

nilai biaya total variabel dibandingkan dengan perubahan atau penambahan dari

jumlah air bersih yang diproduksi. Oleh karena itu, nilai marginal cost tidak dapat

menutupi seluruh biaya pengelolaan yang dikeluarkan karena tidak memasukkan

biaya tetap dan biaya ekspansi yang juga dikeluarkan dalam pengelolaan air

bersih.

Di dalam penetapan harga air PDAM di wilayah DKI Jakarta masih

diperlukan adanya campur tangan pemerintah, terutama dalam mempertahankan

penggolongan harga air yang berbeda-beda bagi masyarakat pelanggan. Hal ini

ditujukan agar tarif air yang berlaku tidak terlalu memberatkan bagi masyarakat

(55)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Struktur produksi dibangun atas komponen input yang digunakan untuk

menghasilkan output. Perusahaan Daerah Air Minum yang hanya memproduksi

satu jenis barang yaitu air bersih sebagai output. Sedangkan komponen input

dapat dilihat berdasarkan tingkat biaya yang dikeluarkan, karena untuk

memperoleh air baku PDAM harus membelinya dari pengelola waduk, begitu pula

untuk komponen input lainnya PDAM harus membeli dari pemasok, karena itu

input dalam hal ini dapat juga didefinisikan besar biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi air bersih serta jumlah air baku yang digunakan.

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama melaksanakan

proses produksi. Biaya input yang didefinisikan dalam buku Statistik Air Bersih

yang dikeluarkan BPS adalah pengeluaran yang digunakan untuk pembelian

bahan-bahan kimia, tenaga listrik, bahan bakar, alat-alat tulis dan kantor, onderdil,

ongkos pemeliharaan dan perbaikan kecil prasarana produksi, sewa gedung dan

mesin serta jasa-jasa lainnya. Menurut Hopkinsons dalam Suparmoko (1995)

biaya produksi air bervariasi dalam tiga dimensi, yaitu jumlah pelanggan,

kapasitas untuk menyediakan dalam arti kapasitas yang berbeda-beda untuk

melayani daerah yang berbeda-beda dan jarak pengiriman atau penyerahan air ke

tempat pemakai. Besar kecilnya biaya produksi yang dikeluarkan sangat

mempengaruhi harga pokok yang akan ditetapkan oleh suatu perusahaan. Untuk

(56)

pokok air PDAM dapat dilakukan dengan metode pembagian, yaitu membagi

seluruh biaya produksi dengan jumlah satuan air yang diproduksi pada periode

tertentu.

Setelah harga pokok didapatkan baru dapat dilakukan penetapan tarif.

Penetapan tarif yang diberlakukan oleh PDAM adalah dengan diskriminasi harga

antar golongan pelanggan berdasarkan tingkat pemakaian air dan pendapatan

masyarakat sehingga akan menciptakan subsidi silang antar kelompok

masyarakat. Tarif yang ditetapkan oleh PDAM juga tidak terlepas dari kebijakan

pemerintah pusat dan daerah.

Nilai output adalah nilai dari air bersih yang disalurkan. Output yang

dihasilkan tergantung dari kapasitas produksi perusahaan dan jumlah air baku

yang digunakan untuk menghasilkan air bersih. Total penerimaan PDAM dapat

dihitung dari hasil jumlah produksi yang dihasilkan dikurangi dengan biaya yang

dikeluarkan serta penerimaan lainnya dari jasa non industri. Semakin tinggi

tambahan jumlah produksi yang dihasilkan dengan tambahan biaya yang semakin

kecil maka penerimaan perusahaan akan meningkat semakin besar. Semakin

besarnya penerimaan mengindikasikan bahwa manfaat yang diperoleh PDAM

akan semakin besar serta tingkat keberhasilan yang memuaskan.

Setelah diketahui tingkat penerimaan PDAM antara sebelum dan setelah

adanya konsesi dapat diukur seberapa besar laju peningkatan penerimaan yang

diterima PDAM setelah 9 tahun konsesi berjalan dibandingkan dengan

peningkatan laju penerimaan sebelum adanya konsesi. Gambar alur kerangka

(57)

3.2. Alur Kerangka Pemikiran

Gambar 7. Alur Kerangka Pemikiran Keterangan :

PDAM = Perusahaan Daerah Air Minum

SDA = Sumber Daya Air

TPJ = Thames PAM Jaya

Palyja = PAM Lyonaise Jaya

3.3. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini penulis memiliki beberapa keterbatasan diantaranya

(58)

hal perincian data, sehingga analisis yang lebih mendalam tidak dapat dilakukan.

Adapun keterbatasan tersebut meliputi:

1. Tidak adanya perincian biaya variabel sehingga tidak dapat diketuhui biaya

apa saya yang paling berpengaruh dalam peningkatan biaya variabel terutama

apabila ada faktor ekonomi di luar perusahaan yang turut andil dalam

peningkatan biaya variabel, misalnya tingkat inflasi, nilai tukar dan kenaikan

BBM akibat adanya krisis ekonomi.

2. Data jumlah pelanggan, jumlah air yang terjual dan penerimaan PAM Jaya

merupakan data keseluruhan dari hasil produksi air bersih, tidak dirincikan

menurut kelompok pelanggan sehingga analisis hanya dapat dilakukan secara

menyeluruh untuk semua lapisan kelompok. Jika dibedakan untuk setiap

kelompok maka dapat dihitung nilai Marginal Revenue (MR) dari tiap-tiap

kelompok pelanggan PAM Jaya.

3. Tidak adanya data mengenai asal dana yang diperoleh PAM Jaya untuk

menutupi seluruh kerugian sehingga penulis dalam hal ini mengasumsikan

bahwa pemerintah memberikan jaminan untuk kebrelanjutan PAM Jaya.

Keterbatasan-keterbatasan ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran untuk

penelitian-penelitian selanjutnya agar dapat menciptakan suatu karya ilmiah yang

(59)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka

pemecahan suatu permasalahan. Menurut hasil akhirnya, penelitian dapat

dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: penelitian dasar (basic research) yang hasilnya

dapat bersifat abstrak dan umum; atau penelitian terapan (applied research) yang

hasilnya berupa jawaban yang sangat konkret dan spesifik.

Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang.

Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian dengan pendekatan

kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah

dengan metode statistika. Sedangkan penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih

menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta

pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dengan

menggunakan logika ilmiah.

4.1. Metode Analisis

Metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk

menduga parameter dari peubah-peubah biaya produksi (meliputi biaya ekspansi

dan biaya variabel), jumlah air bersih yang diproduksi dan tingkat kebocoran yang

dilihat dari besar jumlah air yang hilang.

Langkah selanjutnya adalah pembuatan model ekonometrika. Model

ekonometrika dibuat berdasarkan metode kuantitatif. Model merupakan

(60)

faktor-faktor atau variabel-variabel yang berperan dalam pembentukan model. Dalam hal

ini model disajikan dalam bentuk persamaan regresi. Suatu model yang baik harus

memenuhi kriteria ekonomi, statistika, dan ekonometrika. Dalam kriteria

ekonomi, suatu model dikatakan baik apabila dapat memperlihatkan pengaruh

positif atau negatif dari variabel-variabel independen terhadap variabel

dependennya. Uji statistika dapat dilakukan secara individu variabel-variabel

independen dengan uji statistik t atau secara serentak variabel-variabel

independen dengan uji statistik F. Hasil dari uji statistik t dan uji statistik F dapat

dilihat dari P-value yang memperlihatkan besar pengaruh nyata variabel-variabel

independen terhadap variabel dependen. Sedangkan uji ekonometrika dapat

dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya asumsi yang dilanggar yaitu dengan

menguji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji multikolinearitas. Jika salah

satu asumsi di atas dilanggar maka model tidak efisien untuk digunakan.

4.1.1. Analisis Fungsi Biaya

Ariestis (2004) menjelaskan bahwa analisis fungsi biaya pengelolaan

adalah analisis mengenai hubungan antara jumlah biaya pengelolaan air dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan biaya pengelolaan tersebut.

Faktor-faktor yang digunakan untuk menganalisis fungsi biaya pengelolaan ini

adalah jumlah air bersih yang diproduksi, biaya ekspansi dan biaya variabel. Pada

penelitian ini juga akan ditambahkan satu faktor yang diduga turut mempengaruhi

biaya pengelolaan air, yaitu faktor tingkat kebocoran. Kemudian akan

ditambahkan variabel Dummy untuk membedakan laju peningkatan biaya antara

(61)

adanya konsesi. Model fungsi biaya pengelolaan air berdasarkan fungsi

Cobb-Douglass adalah:

TC = a0 ECta1 VCta2 Qta3LVta4Da5 (4.1)

Model tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk logaritma

natural menjadi persamaan linear sebagai berikut:

Ln TC = ln a0 + a1 ln ECt + a2 ln VCt + a3 ln Qt + a4 ln LVt + a5 Dm (4.2)

Dimana:

TC = biaya total pengelolaan air PDAM (Rp)

ECt = biaya ekspansi (juta Rp)

VCt = biaya variabel (juta Rp)

Qt = jumlah air bersih yang diproduksi PDAM (ribu m3)

LVt = tingkat kebocoran (loss water) (ribu m3)

Dm = ”Dummy” konsesi

ƒ D = 1, setelah adanya konsesi

ƒ D = 0, sebelum adanya konsesi

t = tahun ke-t

ai = koefisien parameter dugaan (i=0,..,3); a1,a2,a3,a4>0 dan a5<0

Hipotesa-hipotesa :

Biaya ekspansi berpengaruh positif terhadap biaya total pengelolaan, artinya jika biaya ekpansi mengalami peningkatan maka biaya total juga akan

(62)

Biaya variabel berpengaruh positif terhadap biaya total pengelolaan, artinya jika biaya variabel meningkat maka biaya total juga akan meningkat, ceteris

paribus.

Jumlah air yang diproduksi berpengaruh positif terhadap biaya total pengelolaan, artinya semakin banyak jumlah air yang diproduksi akan

semakin meningkatkan biaya total pengelolaan, ceteris paribus.

Tingkat kebocoran juga berpengaruh positif terhadap biaya total pengelolaan, artinya semakin tinggi tingkat kebocoran maka akan menambah biaya total

pengelolaan, ceteris paribus.

4.1.2. Analisis Penerimaan PDAM

Penerimaan PDAM didapat dari perkalian antara jumlah air yang

disalurkan dengan harga pokok air bersih ditambah dengan penerimaan dari jasa

non industri. Setelah penerimaan total didapat maka dapat dicari besar keuntungan

yang diperoleh PDAM yaitu sebesar selisih dari jumlah penerimaan yang

diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi air bersih.

TR = Pt.Qt + Rn

Dimana:

TR = Total penerimaan PDAM (Rp)

Pt = Harga pokok air bersih (Rp)

Qt = Jumlah air bersih yang diproduksi (m3)

Gambar

Tabel 1. Peningkatan Jumlah Perusahaan, Jumlah Karyawan dan Jumlah Pelanggan PDAM DKI Jakarta tahun 1991-2003
Tabel. 2 Penghitungan Laba/Rugi PAM Jaya periode 1998-2004
Gambar 1. Kurva Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Produksi Marjinal (Sukirno, 2005)
Gambar 2. Kurva Keseimbangan Harga Pasar Monopoli
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan BJPSDA irigasi menggunakan permodelan biaya jasa dasar dengan mempertimbangkan faktor kualitas layanan dan nilai manfaat ekonomi air

air hujan dan pemanfaatan sirkulasi air limbah domestik. Sumber air lain yang sebenarnya juga potensial untuk digunakan sebagai air penyiram tanaman adalah air sungai, karena