• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan di Bank Perkreditan Solider Cabang Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan di Bank Perkreditan Solider Cabang Pematangsiantar"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan

Di Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1

Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Oleh:

Elyas S Pitoyo

110903105

Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Elyas S Pitoyo

Nim : 110903105

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan Di

Bank Perkreditan Solider Cabang Pematangsiantar

Medan, Juni 2015

Ketua Departemen

Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

Dra. Elita Dewi, M.Si Drs. Rasudyn Ginting, M.Si

NIP: 19600741986012002 NIP: 195908141986011002\

Dekan,

FISIP USU MEDAN

Prof. Dr. Badaruddin, M. Si

(3)

ABSTRAK

Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan Di Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar

Nama : Elyas S Pitoyo NIM : 110903105

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Elita Dewi, M.SP

Lingkungan kerja fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi karyawan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar tentu harus dapat melaksanakan kegiatannya dengan baik agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai. Agar tugas dan kewajiban tersebut dapat diselesaikan dengan baik, maka para karyawan harus memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya. Untuk menciptakan kinerja karyawan yang baik maka diperlukan penciptaan lingkungan kerja fisik yang baik.

Penelitian ini dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan di Bank Perkreditan Rakyat solider Cabang Pematangsiantar. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi SPSS versi 11,5 untuk membantu menganalisa data dan fakta yang diperoleh. Populasi dalam penelitian ini 20 orang karyawan dan diambil sampel sebesar 20 orang dari jumlah populasi.

Berdasarkan analisis regresi sederhana dapat disimpulkan bahwa semakin baik dan tinggi lingkungan kerja fisik yang dimiliki Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar, maka kinerja karyawan juga akan semakin meningkat. Tingkat koefisien korelasi adalah 0,661 (r hitung = 0,661) dan berada

pada kategori tinggi dan r tabel diperoleh sebesar 0,444 (r tabel = 0,444). Dari hasil

tersebut diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel ( 0,661 > 0,444) yang berarti ada

pengaruh positif antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan. Sedangkan koefisien determinasi adalah sebesar 43,69% yang berarti besarnya pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan sebesar 43,69% dan sisanya yaitu 56,31% dipengaruhi oleh faktor di luar penelitian ini.

Berdasarkan hasil uji diperoleh t hitung adalah 3,739 dan t tabel adalah 2,101.

Dari hasil tersebut diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel (3,739 > 2,101 ) yang

artinya terdapat pengaruh yang positif antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan di Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat yang telah diberikan sampai saat ini penulis masih diberikan

kesehatan dan semangat yang luar biasa sehingga berhasil menyelesaikan skripsi

ini, yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan

Di Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,

maka penyusunan skripsi ini tidak berjalan dengan baik. Penulis telah banyak

menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini perkenankanlah

penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku ketua Departemen ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas

Sumatera Utara

3. Kepada ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan kritik dan

saran selama penyusunan skripsi ini berlangsung sehingga dapat diselesaikan

dengan baik.

4. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

(5)

pengetahuan, arahan, dan bimbingan selama penulis menimba ilmu di

Departemen Ilmu Administrasi Negara Universitas Sematera Utara.

5. Kepada Kak Mega dan Kak Dian selaku pegawai pendidikan FISIP USU yang

selalu membantu penulis dalam urusan administrasi yang berhubungan dengan

perkuliahan maupun skripsi.

6. Kepada Bapak Hisar Sitanggang , SE selaku pimpinan cabang Bank Perkreditan

Rakyat Solider cabang Pematangsiantar yang membantu dalam pengumpulan

data.

7. Kedua Orang tua tercinta, Bapak (J.Pitoyo) dan Mamak ( N.Saragi) yang selalu

mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan kesabaran telah

memberikan dukungan yang sangat meningkatkan semangat baik dukungan

moriil maupun materiil.

8. Untuk teman-teman kelompok magang ( Manatar Sinaga, Karim, Hartoko,

Martin, Evi. Fanny, Susi, Amel, Tyas, Corie, dan Meria).

9. Kepada teman terbaik di Ilmu Administrasi Negara yaitu Manatar Sinaga,

Wandi Siagian, Utomo Purba, Sabam Manurung atas segala doa, semangat, dan

bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Untuk teman-teman AN 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terimakasih untuk bantuannya selama kuliah.

11.Untuk abang dan kakak senior Departemen Ilmu Administrasi Negara yang

tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk segala bantuannya.

Penulis telah berupaya secara maksimal dalam menyelesaikan skripsi ini,

namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun

(6)

sempurnanya skripsi ini dan kiranya skripsi ini bermanfaat bagi yang

mambacanya.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Medan, Juni 2015

Penulis

Elyas S Pitoyo

(7)

DAFTAR ISI

I.5.1.1 Pengertian Lingkungan Kerja Fisik……..………..9

I.5.1.2 Jenis Lingkungan Kerja Fisik………...10

I.5.1.3 Persyaratan Lingkungan Kerja Fisik……….11

I.5.1.4 Manfaat Lingkungan Kerja Fisik………..13

I.5.1.5 Hal–hal yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja Fisik…………13

I.5.1.6 Indikator Lingkungan Kerja Fisik……….20

I.5..1.7 Penilaian Lingkungan Kerja Fisik………...21

I.5.2 Kinerja………...……….…..22

I.5.2.1 Pengertian Kinerja……….……….…..22

I.5.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja………23

I.5.2.3 Tolok Ukur Kinerja……….……….24

I.5.2.4 Penilaian Kinerja…….……….…….25

I.5.2.5 Tujuan Penilaian Kinerja……….….26

I.5.2.6 Pelaku Penilaian Kinerja……….….28

I.5.2.7 Prinsip Dasar Penilaian Kinerja……….…..29

I.5.3 Pengaruh Lingkungan Kerja FisikTerhadap Kinerja Karyawan……..30

(8)
(9)

IV.2.1 Lingkungan Kerja……….. 63

IV.2.2 Kinerja ………88

IV.3 Pengukuran Skor……….. 99

BAB V ANALISA DATA V.1 Analisis Linear Sederhana………... 105

V.2 Koefisien Korelasi………... 107

V.3 Koefisien Determinasi………. 110

V.4 Uji Hipotesis ( Uji T )……….. 111

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI. Kesimpulan………... 113

VI. Saran………. 114

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sarana Dan Prasarana Di Bank Perkreditan Rakyat

Solider Cabang Pematangsiantar……….…....58

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….…...61

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur……….…....61

Tabel 4. Distribusi Respoden Berdasarkan Pendidikan Terakhir…………...….62

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja………..…..63

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Temperatur Ruangan

Sudah Sesuai Dengan Kebutuhan………..…....64

Tabel 7. Jawaban Responden Tentang Temperatur Udara

Mendukung Kenyamanan Dalam Bekerja……….65

Tabel 8. Jawaban Responden Tentang Fasilitas Pendingin Ruangan

(AC) Sudah Bekerja Dengan Baik……….…...65

Tabel 9. Jawaban Responden Tentang Fasilitas Pendingin

Ruangan (AC) Mendukung Kenyaman Dalam Bekerja………...….…66

Tabel 10. Jawaban Responden Tentang Kesediaan Ventilasi Sudah

Mencukupi……….………....67

Tabel 11. Jawaban Responden Tentang Penambahan Sirkulasi Udara….………68

Tabel 12. Jawaban Responden Perasaan Nyaman Dengan Sirkulasi

Udara Di Ruangan Kerja………69

Tabel 13. Jawaban Responden Tentang Kondisi Sirkulasi Udara

Mendukung Kenyaman Dalam Bekerja……….…..70

Tabel 14. Jawaban Responden Penerangan Lampu Sudah Memadai……...70

Tabel 15. Jawaban Responden Tentang Perasaan Nyaman Dengan

Penerangan……….……..71

Tabel 16. Jawaban Responden Cahaya Lampu Sangat Membantu

(11)

Tabel 17. Jawaban Responden Tentang Penerangan Yang Baik

Membuat Karyawan Dapat Bekerja Dengan Baik………….…..…73

Tabel 18. Jawaban Responden Tingkat Kebisingan Yang Tinggi

Menimbulkan Ketegangan Dalam Bekerja………...74

Tabel 19. Jawaban Responden Tentang Kebisingan Mengganggu

Konsentrasi……….…..75

Tabel 20. Jawaban Responden Tentang Merasa Terganggu Dengan

Kebisingan Di Luar Ruangan Kerja……….……….…....76

Tabel 21. Jawaban Responden Tentang Terganggu Dengan Teman

Yang Berbincang-Bincang Di Dalam Ruangan Kerja….………...77

Tabel 22. Jawaban Responden Ketidaknyamanan Dengan Bau Tidak

Sedap Di Ruangan Kerja………..……....78

Tabel 23. Jawaban Responden Tentang Terciptanya Ruangan Kerja Yang Bersih Dapat Mengurangi Bau Tidak Sedap

Di Ruangan Kerja……….………79

Tabel 24. Jawaban Responden Tentang Terciptanya Ruangan Kerja Yang Wangi Dapat Menimbulkan Semangat Kerja Bagi

Karyawan………...………...80

Tabel 25. Jawaban Responden Tentang Kesediaan Pewangi Ruangan………81

Tabel 26. Jawaban Responden Tentang Pengaturan Warna Di Ruangan

Kerja Sudah Tepat………..…..81

Tabel 27. Jawaban Responden Tentang Pengecatan Kembali Di Ruangan

Kerja………..82

Tabel 28. Jawaban Responden Tentang Ketepatan Warna

Ruangan Menimbulkan Rasa Nyaman Dalam Bekerja……….…...83

Tabel 29. Jawaban Responden Tentang Penataan Warna Yang Tepat Di

Ruang Kerja Dapat Menimbulkan Rasa Percaya Diri

(12)

Tabel 30. Jawaban Responden Tentang Keamanan Di Tempat Kerja

Sudah Bekerja Dengan Baik………..……...85

Tabel 31. Jawaban Responden Tentang Tempat Kerja Harus

Memberikan Fasilitas Keamanan Untuk Pegawainya…………..…85

Tabel 32. Jawaban Responden Tentang Suasana Lingkungan Kerja yang Nyaman, Bersih, Rapi Serta Fasilitas Keamanan yang

Memadai Membuat Semangat Kerja Meningkat………...86

Tabel 33. Jawaban Responden Tentang Kenyamanan Meninggalkan

Barang Berharga di Tempat Kerja………..…..87

Tabel 34. Jawaban Responden Tentang Punya Target Kinerja yang

Harus Dicapai Dalam Suatu Periode………..…...88

Tabel 35. Jawaban Responden Tentang Dapat Memenuhi Beban Kerja

Yang Telah Ditetapkan………...89

Tabel 36. Jawaban Responden Tentang Dapat Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Jumlah Target Pekerjaan………..……90

Tabel 37. Jawaban Responden Tentang Dapat Menyelesaikan Tugas

Dengan Rapi dan Teliti………..……...91

Tabel 38. Jawaban Responden Tentang Bekerja Sesuai Prosedur…..………..91

Tabel 39. Jawaban Responden Tentang Berusaha Menyelesaikan

Pekerjaan Tanpa Pengawasan Dari Atasan………..……….92

Tabel 40. Jawaban Responden Tentang Kemampuan Bekerjasama

Dengan Teman Sekerja.………..…..93

Tabel 41. Jawaban Responden Tentang Kerjasama Antar Karyawan

Terjadi Secara Aktif dan Berjalan dengan Baik………..….94

Tabel 42. Jawaban Responden Tentang Membina Hubungan yang

Baik Dengan Atasan ………..…..95

Tabel 43. Jawaban Responden Tentang Pemanfaatan Waktu yang Ada

(13)

Tabel 44. Jawaban Responden Tentang Penyelesian Pekerjaan Dengan

Tepat Waktu………....97

Tabel 45. Jawaban Responden Tentang Sering Menunda-nunda Pekerjaan yang Diberikan Oleh Pimpinan………...…….98

Tabel 46 Tabel Pengukuran Skor Variabel Lingkungan Kerja

Fisik ( Variabel X )………..100

Tabel 47 Tabel Pengukuran Skor Variabel Kinerja ( Variabel Y )…..…..101

Tabel 48 Pengkategorian Jawaban Responden Variabel

Lingkungan Kerja Fisik………...102

(14)

ABSTRAK

Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan Di Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar

Nama : Elyas S Pitoyo NIM : 110903105

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Elita Dewi, M.SP

Lingkungan kerja fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi karyawan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar tentu harus dapat melaksanakan kegiatannya dengan baik agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai. Agar tugas dan kewajiban tersebut dapat diselesaikan dengan baik, maka para karyawan harus memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya. Untuk menciptakan kinerja karyawan yang baik maka diperlukan penciptaan lingkungan kerja fisik yang baik.

Penelitian ini dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan di Bank Perkreditan Rakyat solider Cabang Pematangsiantar. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi SPSS versi 11,5 untuk membantu menganalisa data dan fakta yang diperoleh. Populasi dalam penelitian ini 20 orang karyawan dan diambil sampel sebesar 20 orang dari jumlah populasi.

Berdasarkan analisis regresi sederhana dapat disimpulkan bahwa semakin baik dan tinggi lingkungan kerja fisik yang dimiliki Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar, maka kinerja karyawan juga akan semakin meningkat. Tingkat koefisien korelasi adalah 0,661 (r hitung = 0,661) dan berada

pada kategori tinggi dan r tabel diperoleh sebesar 0,444 (r tabel = 0,444). Dari hasil

tersebut diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel ( 0,661 > 0,444) yang berarti ada

pengaruh positif antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan. Sedangkan koefisien determinasi adalah sebesar 43,69% yang berarti besarnya pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan sebesar 43,69% dan sisanya yaitu 56,31% dipengaruhi oleh faktor di luar penelitian ini.

Berdasarkan hasil uji diperoleh t hitung adalah 3,739 dan t tabel adalah 2,101.

Dari hasil tersebut diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel (3,739 > 2,101 ) yang

artinya terdapat pengaruh yang positif antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan di Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam sebuah organisasi, manusia merupakan salah satu faktor yang

terpenting di dalamnya. Tanpa adanya peran manusia meskipun berbagai faktor

yang dibutuhkan itu telah tersedia, organisasi tidak akan bergerak. Penggerak dan

penentu jalannya suatu organisasi ditentukan oleh manusia. Oleh karena itu,

hendaknya organisasi memberikan arahan yang positif demi tercapainya suatu

tujuan organisasi. Masalah kualitas sumber daya manusia merupakan sorotan

ataupun menjadi perhatian bagi organisasi pemerintah maupun swasta. Sumber

daya manusia mempunyai peranan utama dalam setiap kegiatan organisasi.

Suasana batin dan psikologis seorang pegawai sebagai individu dalam masyarakat

organisasi yang menjadi lingkungan kerjanya sangat besar pengaruhnya pada

pelaksanaan pekerjaannya. Dari segi psikologis, bergairah atau bersemangat dan

sebaliknya tidak bergairah atau tidak bersemangat seorang pegawai dalam

melaksanakan pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerjanya.

Menurut Nitisemito (1984: 183), Lingkungan kerja fisik adalah segala

sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Sebagaimana lingkungan kerja fisik

dalam suatu perusahaan merupakan suatu kondisi pekerjaan untuk memberikan

suasana dan situasi kerja karyawan yang nyaman dalam pencapaian tujuan yang

diinginkan oleh suatu perusahaan. Penataan ruang adalah penentuan mengenai

(16)

faktor-faktor fisik yang dianggap perlu pelaksanaan kerja perkantoran dengan

biaya yang layak. Dengan adanya penyusunan peralatan kantor pada letak serta

pengaturan tempat yang menimbulkan kepuasan dalam bekerja, akan menghemat

waktu dan tenaga secara lebih efisien.

Lingkungan kerja fisik dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat

antara orang-orang yang ada di lingkungannya. Lingkungan kerja fisik yang baik

merupakan hal serius yang diperhatikan oleh seorang pimpinan organisasi. Hal ini

karena suatu lingkungan kerja fisik mempunyai pengaruh yang cukup besar

terhadap kenyamanan dalam bekerja karyawan. Kondisi pekerjaan ini harus

menyenangkan, enak dan mengakibatkan kebiasaan pekerjaan yang baik. Untuk

memberikan kondisi yang demikian diperlukan perencanaan. Perencanaan untuk

lingkungan fisik tidak dapat dipertimbangkan secara terpisah daripada

bidang-bidang perencanaan kantor yang penting lainnya. Semuanya harus

dikoordinasikan dengan baik.

Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah

jatuh sakit, mudah stress, sulit berkomunikasi, dan menurunnya produktivitas

kerja. Dalam mencapai kenyamanan tempat kerja antara lain dapat dilakukan

dengan jalan memelihara prasarana fisik seperti kebersihan yang selalu terjaga,

penerangan yang cukup, ventilasi udara, suara musik, dan tataruangkantor yang

nyaman. Jika karyawan tidak mampu menciptakan lingkungan kerja fisik yang

baik antara karyawan maka akan mengganggu kinerja karyawan. Lingkungan

kerja fisik dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat antara orang-orang

(17)

Permasalahan yang umum terjadi di dalam suatu organisasi, salah satunya

adalah masalah pegawai yang sebenarnya mempunyai kompetensi yang baik

untuk dapat lebih berkembang, tetapi pegawai tersebut tidak optimal dalam

bekerja. Hal ini dimungkinkan karena lingkungan kerja fisik yang tidak membawa

rasa nyaman dan betah bagi dirinya. Lingkungan kerja fisik yang buruk akan

menimbulkan banyak masalah yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi

semangat kerja karyawan untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Dalam

kaitannya dengan kinerja, lingkungan kerja fisik yang baik sangat mempengaruhi

kinerja karyawan. Penerangan, temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,

kebisingan, bau-bauan, warna, musik, dan keamanan adalah bagian dari

lingkungan kerja.

Menurut Pamungkas dalam Tjandra (2005:38), kinerja adalah penampilan

cara-cara untuk menghasilkan sesuatu hasil yang diperoleh dengan aktivitas

dicapai dengan suatu unjuk rasa.Kinerja pada umumnya menunjukkan tingkat

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, yang hendak dicapai. Kinerja

didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil serta merupakan tingkat pencapaian

tujuan organisasi secara berkesinambungan. Suatu organisasi baik pemerintah

ataupun swasta dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana

dalam bentuk organisasi yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan

aktif sebagai pelaku dalam pencapaian tujuan organisasi yang bersangkutan.

Tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya para individu

yang terdapat pada organisasi tersebut.

Pada dasarnya, organisasi bukan saja mengharapkan pegawainya yang

(18)

dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Peranan karyawan

sangat penting dalam setiap perusahaan, karena meskipun faktor-faktor ekonomi

lainnya telah tersedia serta didukung dengan teknologi modern tidak akan

mempunyai arti bagi kehidupan perusahaan tanpa kehadiran dan peranan

karyawan di dalamnya. Kinerja karyawan juga memegang peran bagi keberhasilan

dan kehancuran dari sebuah organisasi. Oleh sebab itu, perusahaan harus memiliki

motivasi berprestasi karena salah satu karakteristik yang mempengaruhi prestasi

kerja (kinerja) adalah motivasi berprestasi sehingga dapat melaksanakan

pekerjaannya dengan profesional.

Dengan kata lain, bila sekelompok sumber daya manusia dan pimpinannya

mempunyai kinerja yang baik, maka akan berdampak pada kinerja organisasi yang

baik pula. Kenyataannya, kinerja sumber daya manusia yang buruk bisa

mengakibatkan rendahnya organisasi atau perusahaan. Walaupun kadang-kadang

ada pemberi upah, tidak secara otomatis meningkatkan kinerja para karyawan.

Akibatnya seringnya membuat kelalaian dalam melaksanakan tugasnya membuat

para karyawan kadang-kadang bisa kehilangan kecakapan dan keterampilan yang

dimiliki. Oleh sebab itu, setiap organisasi perlu menyadari usaha untuk

mempertinggi kualitas sumber daya manusia, baik dalam meningkatkan

pengetahuan, kemampuan, bakat, maupun kecakapannya. Salah satu jalan yang

dapat ditempuh adalah dengan penciptaan lingkungan kerja yang mendukung.

Disamping itu, penulis menganalogikan hubungan antara lingkungan kerja

fisik dengan kinerja adalah dengan mengambil contoh fisik seperti alam ini.

Dimana tanaman akan tumbuh dengan baik bila lingkungannya mendukung.

(19)

yang diciptakan dalam organisasi, baik atas maupun bawahan dan para pengelola

organisasi lainnya, diharapkan peningkatan kinerja karyawan, khususnya

karyawan bank perkreditan rakyat pematangsiantar dapat memberikan pelayanan

yang maksimal.

Bank Perkreditan Rakyat yang biasa disingkat dengan BPR adalah salah

satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan

menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat

yang membutuhkan BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima

simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.

BPR sudah ada sejak jaman sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan

Lumbung Desa, bank Desa, Bank Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar.

Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha

mikro, kecil dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat.

Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu

Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Sasaran, karena proses kreditnya yang relatif

cepat, persyaratan lebih sederhana, dan sangat mengerti akan kebutuhan Nasabah.

Kegiatan usaha yang diperkenankan dilakukan oleh BPR sangat terbatas

dibandingkan dengan Bank Umum, yaitu hanya meliputi penghimpunan dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, memberikan kredit serta

menempatkan dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito

(20)

diperkenankan menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas

pembayaran serta melakukan kegiatan usaha selain yang diperkenankan.

Lingkungan kerja fisik di bank Perkreditan Rakyat Solider di

Pematangsiantar ini sudah cukup kondusif jika dilihat dari lingkungan kerja yang

berada di dalam ruangan. Namun peneliti melihat terdapat beberapa masalah

lingkungan kerja fisik yang terdapat pada ruangan Bank ini antara lain:

1. Masalah pencahayaan merupakan masalah yang terdapat di bank ini,

dimana cahaya matahari tidak dapat masuk ke dalam ruangan dan hanya

mengandalkan pada cahaya lampu saja dan penerangan pada beberapa

ruangan kerja yang tidak begitu terang. Pencahayaan yang kurang

memadai akan melelahkan mata, kelelahan mata akan menimbulkan

rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan mengoperasikan

mesin-mesin. Efek pencahayaan yang buruk menyebabkan mata tidak

nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat,

dan meyebabkan kecelakaan kerja.

2. Warna yang digunakan tidak memberikan semangat bekerja pada

karyawan, dikarenakan warna dinding ruangan kerja yang ada pada

Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar sebagian

sudah memudar. Pada kenyataannya, warna juga berpengaruh terhadap

terhadap perasaan sehingga dapat menimbulkan perasaan senang,

nyaman, dan betah di dalam ruangan.

Berdasarkan hasil uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul“ Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja

(21)

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis merasa

tertarik untuk membuat permasalahan sebagai berikut “Apakah Ada Pengaruh

Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan di Bank Perkreditan

Rakyat Solider Pematangsiantar?”

I.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai

atau apa yang menjadi tujuan penelitian jelas diketahui sebelumnya. Suatu riset

khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk

menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran ilmu pengetahuan itu

sendiri.

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana lingkungan kerja fisik di Bank Perkreditan

Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar.

2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja karyawan di Bank Perkreditan Rakyat

Solider Cabang Pematangsiantar.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja

karyawan di Bank Pekreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar .

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

(22)

1. Secara Subjektif, bermanfaat bagi penulis untuk mengembangkan kemampuan

menulis karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan di lapangan.

2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan/ sumbangan

pemikiran bagi Bank Perkreditan Rakyat Cabang Pematangsiantar.

3. Secara Akademis, sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun

bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di

bidang yang sama.

I.5 Kerangka Teori

Teori merupakan proposisi atau asumsi yang telah dibuktikan

kebenarannya. Menurut Nawawi (1992:48) dalam penelitian perlu adanya

kejelasan titik tolak atau landasan berfikir untuk memecahkan dan membahas

masalah. Menurut Rianto (2004:29), Kerangka teori merupakan kerangka berpikir

kita yang bersifat teoritis atau konsepsional mengenai masalah yang kita teliti.

Untuk itu disusun suatu kerangka teori sebagai pedoman yang menggambarkan

dari mana sudut masalah tersebut disorot.

I.5.1 Lingkungan Kerja Fisik

I.5.1.1. Pengertian Lingkungan Kerja Fisik

Menurut Nitisemito (1984: 183) lingkungan kerja fisik adalah segala

sesuatu yang ada disekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.

Definisi lingkungan kerja fisik menurut Timpe (1993: 27) adalah suasana

(23)

persersi kolektif dari orang-orang yang dapat hidup dan bekerja untuk

mempengaruhi motivasi dan perilaku mereka.

Lingkungan kerja fisik menurut Rivai (2006:165) adalah keseluruhan

sarana dan prasarana yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan

pekerjaan itu sendiri. Lingkungan kerja ini akan meliputi tempat kerja, fasilitas

dan alat bantu kerja, kebersihan, pencahayaan dan ketenangan. Definisi

lingkungan kerja fisik menurut Komarudin (2001: 87) adalah kehidupan sosial

psikologi dan fisik dalam organisasi yang berpengaruh terhadap pekerjaan

karyawan dalam melakukan tugasnya.

Cikmat (dalam Nawawi, 2003:292), menyatakan bahwa lingkungan kerja

fisik adalah serangkaian sifat kondisi kerja yang dapat diukur berdasarkan

persepsi bersama dari anggota yang hidup dan nekerjasama dalam suatu

organisasi. Sedangkan Lussier (dalam Nawawi 2003:293), menyatakan bahwa

lingkungan kerja adalah kualitas internal organisasi yang relatif berlangsung terus

menerus yang dirasakan oleh anggotanya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa

lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang

berbentuk fisik yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam bekerja.

I.5.1.2 Jenis Lingkungan Kerja Fisik

Sedarmayanti (2001:21), menyatakan bahwa secara garis besar, jenis

lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan

(24)

semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar kerja yang dapat

mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Lingkungan kerja fisik dapat dibagi atas 2 kategori, yaitu:

1. Lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan karyawan, seperti pusat

kerja, kursi, meja, dan sebagainya

2. Lingkungan kerja perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut

lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia misalnya: temperatur,

kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau

tidak sedap, warna, dan lain-lain.

Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan lingkungan fisik terhadap

karyawan, maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik

mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan

fisik yang sesuai.

I.5.1.3 Persyaratan Lingkungan Kerja Fisik

Menurut Gie(1991:210), Setiap kantor mempunyai persyaratan lingkungan

fisik yang harus pula diperhatikan dan diatur sebaik-baiknya oleh setiap manajer

perkantoran yang modern.

Persyaratan itu meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Kebersihan

Kebersihan bangunan, perlengkapan, dan perabotan harus dipelihara bersih.

(25)

Luas ruang kantor tidak boleh dijejal dengan pegawai. Ruang kantor harus

menyediakan luas lantai 40 square feet untuk setiap petugas (= 3,7 meter

persegi).

3. Suhu Udara

Temperatur yang baik untuk dipertahankan dalam ruang kerja minimum 16 °c

atau sama dengan 61°f.

4. Penerangan Cahaya

Cahaya lampu atau alam yang cocok dan cukup harus diusahakan, dan

perlengkapan penerangan perlu dirawat sepatutnya.

5. Fasilitas Cuci

Ruang cuci muka atau tangan dengan air hangat dan dingin berikut sabun dan

handuk harus disediakan seperlunya.

6. Tempat Duduk

Karyawan harus disediakan tempat duduk untuk keperluan bekerja dengan

sandaran kaki bila perlu.

7. Lantai, gang, dan Tangga

Lantai harus dijaga ketat agar orang tidak mudah tergelincir, tangga diberi

pegangan untuk tangan, dan bagian-bagian terbuak diberi pagar.

8. Pertolongan Pertama

Dalam ruangan kerja harus disediakan kotak obat-obatan sebagai pertolongan

pertama untuk pegawai apabila ada pegawai yang mengalami sakit atau luka

akibat bekerja.

(26)

Bagian mesin yang berbahaya harus diberi pelindung dan petugas yang

memakainya harus terlatih.

10.Pemberitahuan Kecelakaan

Kecelakaan dalam kantor yang menyebabkan kematian atau absen pegawai

lebih dari 1 minggu harus dilaporkan kepada pihak berwajib.

11. Penjagaan Kebakaran

Di dalam kantor harus disediakan alat untuk memadamkan kebakaran baik itu

lonceng ataupun alarm.

I.5.1.4 Manfaat Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik yang aman, sehat, dan nyaman memiliki berbagai

manfaat bagi karyawan dan perusahaan. Rivai (2009:793) mengemukakan bahwa

manfaat lingkungan kerja fisik yang aman dan sehat adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari yang hilang

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen

3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan asuransi

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah

karena menurunnya pengajuan klaim

5. Fleksibilitas dan adaptasibilitas yang lebih besar sebagai akibat dari

meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan

(27)

Menurut Ishak dan Tanjung (2006:26) manfaat lingkungan kerja fisik

adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan prestasi kerja

meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan

orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Yang

artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standard yang benar dan dalam waktu yang

ditentukan. Prestasi kerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan

tidak akan menimbulkan banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.

I.5.1.5 Hal-Hal yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja Fisik

Nitisemito (1984:184) menetapkan faktor-faktor yang termasuk dalam

lingkungan kerja fisik yang harus diperhatikan antara lain: penerangan, warna,

kebersihan, pertukaran udara, musik, keamanan, dan suara.Menurut moekijat

(1995: 135) faktor-faktor penting dari kondisi kerja fisik dalam kebanyakan

kantor yaitu: penerangan, warna, musik, udara, dan suara.

Menurut Sedarmayanti (2001:21), hal-hal yang mempengaruhi lingkungan

kerja fisik adalah:

1. Penerangan atau cahaya

Berjalannya suatu perusahaan tak luput dari adanya faktor

penerangan,Begitu pula untuk menunjangkondisi kerja, penerangan memberi arti

yang sangat penting. Salah satu faktor yang penting dari lingkungan kerja yang

dapat memberikan semangat dalam bekerja adalah penerangan yang baik.

Karyawan yang terlibat dalam pekerjaan sepanjang hari rentan terhadap

(28)

gangguan fisik lainnya. Dalam hal penerangan di sini tidak hanya terbatas pada

penerangan listrik saja tetapi juga penerangan cahaya matahari.

Menurut C.L.Littlefield dan R.L. Petersonada dalam buku Moekijat

(1995:136), beberapa keuntungan penerangan yang baik:

a. Produktivitas yang bertambah (meskipun sulit untuk mengukur dengan tepat

berapabanyaknya)

b. Kualitas pekerjaan kurang baik

c. Mengurangi ketegangan mata dan kelelahan rohaniah

d. Semangat kerja pegawai yang lebih baik

e. Prestise yang lebih baik untuk perusahaan

2. Temperatur Atau Suhu Udara

Lingkungan kerja dapat dirasakan nyaman manakala ditunjang oleh

beberapa faktor, salah satu faktor yang memberikan andil adalah suhu udara. Suhu

udara dalam ruangan kerja merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan

oleh manajemen perusahaan agar karyawan dapat bekerja dengan menggunakan

seluruh kemampuan sehingga menciptakan hasil yang optimal. Dalam keadaan

normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda. Tubuh

manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu

sistem tubuh sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang

terjadi di luar tubuh.

(29)

Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasanya

dinyatakan dalam bentuk persentase. Kelembaban ini berhubungan atau

dipengaruhi oleh temperatur udara dan secara bersama-sama antara temperatur,

kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan

mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan

panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan

kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara

besar-besaran karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut

jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan

oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar

panas tubuh dan disekitarnya.

4. Sirkulasi Udara

Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila keadaan oksigen di dalam

udara tersebut telah berkurang dan bercampur denga gas-gas lainnya yang

membahayakan kesehatan tubuh. Hal ini diakibatkan oleh perputaran udara yang

tidak normal. Sirkulasi udara dengan memberikan ventilasi yang cukup dan

penggunaan Air Conditioning membantu penggantian udara kotor dengan udara

bersih.

Menurut Moekijat (1989:145), keuntungan udara yang baik adalah:

a. Produktivitas yang tinggi

b. Mutu pendidikan yang lebih baik

c. Kesenangan dan kesehatan pegawai

d. Semangat kerja lebih tinggi

(30)

5. Kebisingan

Menurut Moekijat (1989:145), Tingkat kebisingan pada kantor merupakan

faktor lingkungan yang harus dipertimbangkan untuk mengelola tingkat kinerja

pegawai yang diinginkan. Apabila tingkat kebisingan melampaui batas yang tidak

diinginkan, beberapa gangguan fisik dan psikologi terhadap mereka akan terjadi.

Kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan menimbulkan kekacauan dalam

bekerja. Oleh karena itu, setiap perusahaan hendaknya dapat menghilangkan

kebisingan tersebut, setidak-tidaknya mengurangi. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggunakan alat peredam suara bilamana mungkin mengusahakan sedemikian

rupa sehingga kebisingan menjadi berkurang.

Menurut Moekijat dalam bukunya Tata Laksana kantor (1989:145),

adapun pengaruh suara yang bising:

a. Gangguan mental dan syaraf pegawai

b. Kesulitan dalam konsentrasi, mengurangi hasil, kesalahan yang lebih

banyak

c. Kesulitan dalam menggunakan telepon, dan ketidakhadiran yang lebih

banyak

d. Kesalahan yang bertambah dan semangat kerja pegawai yang berkurang

6. Bau-Bauan

Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai

pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang

(31)

kelembaban mempengaruhi tingkat ketajaman penciuman seseorang. Oleh karena

itu, penggunaan Air Conditioning yang tepat merupakan salah satu cara yang

dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu di sekitar

tempat kerja.

7. Getaran Mekanis

Getaran mekanis diartikan debagai getaran yang ditimbulkan oleh alat

mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat

menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya

sangat mengganggu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam

intensitas maupun frekuensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam

tubuh terdapat frekuensi alam ini beresonansi dengan frekuensi dari getaran

mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal: konsentrasi kerja; b. datangnya

kelelahan; c. timbulnya beberapa penyakit diantaranya karena gangguan terhadap

mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.

8. warna

Menurut Gie dalam bukunya berjudul Administrasi Perkantoran Modern

(1991: 216), warna merupakan faktor yang penting untuk memperbesar efisiensi

kerja para pegawai. Khususnya warna akan mempengaruhi keadaan jiwa mereka.

Warna yang tepat juga akan mencegah kesilauan yang timbul karena cahaya yang

berlebih-lebihan.

Penggunaan cahaya dalam ruangan maksudnya adalah bagaimana

(32)

kerja hendaknya dipilihkan warna-warna lembut dan dingin, misalnya cokelat

muda atau krem, abu-abu, abu-abu muda, hijau muda, dan sebagainya. Untuk

warna putih dapat memberikan kesan ruang yang sempit menjadi tampak luas dan

bersaih serta membantu pekerjaan yang membutuhkan ketelitian.

9. Musik

Musik digunakan untuk membantu pekerjaan, karena penggunaan musik

dapat membentuk pola tingkah laku yang baik (Moekijat, 1989:144). Musik

menghasilkan beberapa keuntungan diantaranya membantu meningkatkan

kepuasan kerja dan kinerja pegawai dengan menghilangkan rasa bosan dan

monoton dalam melakukan pekerjaan kantor. Tipe musik yang dimainkan akan

mempengaruhi kinerja pegawai.

Meskipun demikian, dalam perusahaan bila musik yang diperdengarkan

tidak menyenangkan, maka lebih baik tanpa musik sama sekali. Sebaiknya bila

musik diperdengarkan menyenangkan, maka akan menimbulkan suasana gembira

dan mengurangi kelelahan dalam bekerja. Perlu ditegaskan lagi musik yang

menyenangkan disini tergantung kesenangan karyawan.

10. Dekorasi

Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu

(33)

dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk

bekerja.

11. Keamanan

Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan

aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk

menjaga keamanan di tempat kerja dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas

Keamanan ( SATPAM). Rasa aman bagi karyawan sangat berpengaruh terhadap

semangat dan gairah kerja karyawan. Jika di tempat kerja tidak aman, karyawan

tersebut akan menjadi gelisah, tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya

serta semangat kerja karyawan akan mengalami penurunan. Keamanan disini

sebenarnya lebih luas dari semua itu, sehingga disini konstruksi gedung tempat

mereka bekerja, konstruksi gedung yang sudah tua, tanpa adanya perbaikan

sewaktu-waktu gedung itu bisa roboh dan bisa memakan korban jiwa. Suatu

perusahaan hendaknya terus berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan

suatu keadaan dan suasana aman tersebut agar karyawan tersebut tidak merasa

terganggu dalam melaksanakan pekerjaannya.

I.5.1.6 Indikator Lingkungan Kerja Fisik

Menurut Sedarmayanti (2001:26), indikator lingkungan kerja fisik sebagai

berikut:

1. Temperatur

2. Sirkulasi udara

(34)

4. Kebisingan

5. Bau tidak sedap

6. Tata warna

7. Keamanan

I.5.1.7 Penilaian Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik dapat mendorong kegairahan karyawan dalam

melaksanakan pekerjaannya. Lingkungan kerja fisik yang aman, sehat dan

nyaman merupakan syarat penting sehingga karyawan dapat mengerjakan

pekerjaanya dengan kondisi yang prima. Untuk menjamin kearah ini diperlukan

penilaian terhadap lingkungan tempat kerja.

Menurut Anies (2005:121) penilaian lingkungan kerja fisik terhadap

semua unit perusahaan bertujuan untuk:

a. Memastikan apakah lingkungan kerja (tempat kerja) tersebut telah memenuhi

persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

b. Sebagai pedoman untuk bahan perencanaan dan pengendalian terhadap bahaya

yang ditimbulkan oleh faktor-faktor yang ada di setiap tempat kerja.

c. Sebagai data pembantu untuk mengkorelasikan hubungan sebab akibat

terjadinya suatu penyakit akibat kerja maupun kecelakaan.

d. Bahan dokumen untuk mengembangkan program-program K3 selanjutnya.

Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan

(35)

1. Pengenalan lingkungan kerja, ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan

mengenal, dan ini merupakan langkah dasar yang pertama kali dilakukan

dalam upaya mewaspadai faktor bahaya.

2. Evaluasi lingkungan kerja, merupakan tahap penilaian karakteristik dan

besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk

menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan.

3. Pengendalian lingkungan kerja, dimaksudkan untuk mengurangi atau

menghilangkan keadaan berbahaya di lingkungan kerja. Kedua tahapan

sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah

lingkungan kerja yang sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi

pengendalian memadai untuk pencegahan yang dapat merugikan karyawan.

I.5.2Kinerja

I.5.2.1 Pengertian Kinerja

Menurut Keban dalam (Tangkilisan 2003: 1), kinerja adalah tingkatan

pencapaian hasil atau the degree of accompolishment dapat didefinisikan sebagai

tingkat hasil pencapaian atau dengan kata lain, kinerja merupakan tingkatan

pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Simamora (2003:1), kinerja adalah ukuran keberhasilan

organisasi dalam mencapai misinya. Pamungkas dalam Tjandra (2005:38) kinerja

adalah penampilan cara-cara untuk menghasilkan sesuatu hasil yang diperoleh

dengan aktivitas dicapai dengan suatu unjuk rasa.

Pengertian kinerja telah dirumuskan oleh beberapa ahli manajemen dalam

(36)

1. Stoner mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan,

dan persepsi peranan.

2. Bernadin dan Russel secara definitive menjelaskan kinerja merupakan catatan

outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang

dilakukan selama periode waktu tertentu. Kinerja suatu jabatan keseluruhan

sama dengan jumlah (rata-rata) dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang

dilakukan.

3. Prawiro Suntoro mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai

seseorang atau kelompok orang dalam rangka mencapai tujuan organisasi

dalam periode waktu tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seseorang yang dihasilkan oleh kemampuannya yang dilakukan berdasarkan

kecakapan, pengalaman sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

I.5.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi kinerja

Menurut Mathias (2002:78), kinerja karyawan adalah hal-hal yang

mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi,

antara lain:

1. Kualitas kerja, yaitu kerapian, ketelitian, keterkaitan hasil dengan tidak

mengabaikan volume kerja

2. Kuantitas kerja, yaitu volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi

(37)

3. Kerjasama, yaitu kemampuan pegawai dalam membina hubungan dengan

pegawai lain dan pimpinan

4. Pemanfaatan waktu, sesuai tidaknya dengan waktu yang sudah

direncanakan

I.5.2.3 Tolok Ukur Kinerja

Menurut Hasibuan (2002:56), kinerja pegawai dapat dikatakan baik dinilai

dari beberapa hal:

1. Kesetiaan

Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan dan

mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan kesadaran dan tanggungjawab. Tekad

dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dengan sikap dan perilaku pegawai

yang bersangkutan dalam kegiatannya sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas

dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

2. Prestasi Kerja

Prestai kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Pada umumnya,

prestasi kerja seorang pegawai dipengaruhi kecakapan, pengalaman, dan

kesanggupan pegawai dalam bekerja.

3. Kedisplinan

Kedisplinan adalah kesanggupan pegawai untuk mentaati segala ketetapan,

peraturan perundang-undangan dan peraturan organisasi yang diberikan oleh yang

berwenang serta kesanggupan untuk tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan

(38)

4. Kreativitas

Kreativitas adalah kesanggupan pegawai dalam mengembangkan dan

mengeluarkan potensi atau ide-ide yang ada dalam menyelesaikan suatu pekerjaan

ataupun permasalahan dalam suatu organisasi.

5. Kerjasama

Kerjasama adalah kemampuan seorang pegawai untuk bekerja

bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang

ditetapkan sehingga mencapai daya guna dan berhasil guna yang sebesar-besarnya.

6. Kecakapan

Kecakapan adalah keterampilan pegawai dalam menyelesaikan tugas

pekerjaannya dilihat dari pelaksanaan kerjanya sesaui dengan hasil yang dicapai.

7. Tanggungjawab

Tanggungjawab adalah kesanggupan seorang pegawai dalam

menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan

sebaik-baiknya dan tepat waktu maka serta berani memikul resiko atau keputusan yang

diambilnya atau tindakan yang dilakukan serta atas penanggungjawaban fasilitas

yang ada.

8. EFektivitas dan Efisiesensi

Efektivitas dan efisiensi dalam hal ini menyangkut tentang pekerjaan yang

dilakukan oleh pegawai dapat berhasil guna sesuai dengan kualita s yang

(39)

.5.2.4 Penilaian Kinerja

Evaluasi kinerja atau penilaian kinerja karyawan yang dikemukakan oleh

Mengginson dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2006:10) adalah sebagai

berikut: “penilaian kinerja adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk

menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan

tugas dan tanggungjawabnya”. Selanjutnya, pengertianevaluasi kinerja oleh Sikula

yang dikutip dalam Mangkunegara (2006:10) mengemukakan bahwa “ penilaian

kinerja merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai pegawai dan

potensi yang dapat dikembangkan” .

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja

yang dilakukan secara sistematis bertujuan untuk mengetahui hasil pekerjaan

pegawai dan kinerja organisasi. Prestasi yang dicapai itu akan menghasilkan suatu

kepuasan kerja yang nantinya berpengaruh terhadap tingkat imbalan. Dalam

penilaian kinerja melibatkan komunikasi dua arah yaitu antara pengirim pesan

dengan penerima pesan sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.

Penilaian kinerja dilakukan untuk memberitahu karyawan apa yang diharapkan

pengawas untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain.

Penilaian kinerja menitikberatkan pada penilaian sebagai suatu proses pengukuran

sejauh mana kerja dari orang dapat bermanfaat untuk mencapai tujuan yang ada.

1.5.2.5 Tujuan Penilaian Kinerja

Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan

kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja sumber daya manusia organisasi,

(40)

pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbeagi bidang

seperti kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai

dengan bidang dan tugasnya semua layak untuk dinilai.

Tujuan penilaian kinerja karyawan menurut Rivai (2011:552) pada

dasarnya meliputi:

1. Meningkatkan etos kerja

2. Meningkatkan motivasi kerja

3. Untuk mengetahui tingkat kinerja karyawan selama ini

4. Untuk mendorong pertanggungjawaban dari karyawan

5. Pemberian imabalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji

berkala, gaji pokok, kenaikan gaji istimewa dan kenaikan utang

6. Untuk pembeda antar karyawan yang satu dengan karyawan yang lain

7. Pengembangan sumber daya manusia yang masih dapat dibedakan lagike

dalam:penugasan kembali, seperti diadakannya mutasi atau transfer, rotasi

perusahaan, kenaikan jabatan, pelatihan

8. Sebagai alat untuk membantu dan mendorong karyawan untuk mengambil

inisiatif dalam rangka memperbaiki kinerja

9. Mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja menjadi

baik

10.Untuk mendorong pertanggung jawaban dari karyawan

11.Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk

memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja, dan rencana karier

selanjutnya

(41)

13.Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui diskusi

tentang kemajuan kerja mereka.

14. Sebagai penyaluran keluhan yang berkaitan dengan masalah pekerjaan

I.5.2.6 Pelaku Penilaian Kinerja

Menurut Robbins (2006:687) dalam penilaian kinerja terdapat beberapa

pilihan dalam penentuan mengenai yang sebaiknya melakukan penilaian tersebut

adalah:

1. Atasan Langsung

Semua hasil evaluasi kinerja pada tingkat bawah dan menengah pada

umumnya dilakukan oleh atasan langsung dari karyawan tersebut.

2. Rekan Sekerja

Evaluasi ini merupakan salah satu sumber paling handal dari penilaian.

Alasan rekan sekerja yang tindakan dimana interaksi sehari-hari member

pandangan menyeluruh terhadap kinerja dalam pekerjaannya

3. Pengevaluasi diri sendiri

Mengevaluasi kinerja mereka sendiri apakah sudah konsisiten dengan

nilai-nilai, dengan sukarela dan pemberian kuasa.

4. Bawahan langsung

Evaluasi bawahan langsung dapat memberikan informasi yang tepat dan

rinci mengenai perilaku seorang manajer, karena lazimnya penilaian y yang

(42)

5. Pendekatan menyeluruh

Pendekatan ini memberikan umpan balik kinerja dari lingkungan penuh

kontas sehari-hari yang mungkin dimiliki karyawan, yang disekitar personal,

ruang surat sampai kepelanggan atasan rekan sekerja.

1.5.2.7 Prinsip Dasar Penilaian Kinerja

Menurut Mangkunegara (2010:13) secara singkat dapat disimpulkan bahwa

prinsip dasar evaluasi kinerja sebagai berikut:

1. Fokusnya adalah membina kekuatan untuk menyelesaikan setiap persoalan

yang timbul dalam pelaksanaan evaluasi kinerja. Jadi bukan semata-mata

menyelesaikan persoalan itu sendiri, namun pimpinan dan karyawan mampu

menyelesaikan persoalannya dengan baik setiap saat, setiap ada persoalan baru.

Jadi yang penting adalah kemampuannya.

2. Selalu didasarkan atas suatu pertemuan pendapat, misalnya dari hasil diskusi

antar karyawan dengan penyelia langsung, suatu diskusi yang kontruktif untuk

mencari jalan yang terbaik dalam meningkatkan mutu dan baku yang tinggi.

3. Suatu proses manajemen yang alami, jangan merasa dan menimbulkan kesan

terpaksa, namun dimasukan secara sadar ke dalam corporate planning,

dilakukan secara periodik, terarah dan terprogram, bukan hanya kegiatan yang

dilakukan setahun sekali atau kegiatan yang dilakukan jika manajer ingat saja.

I.5.3 Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan

Menurut Nitisemito (1984: 183) lingkungan kerja fisik adalah segala

(43)

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja yang terdiri dari

kondisi fisik yang dapat mencakup temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,

pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, warna, dekorasi, musik, dan keamanan

di tempat kerja.

Menurut Keban dalam (Tangkilisan 2003: 1), kinerja adalah tingkatan

pencapaian hasil atau the degree of accompolishment dapat didefinisikan sebagai

tingkat hasil pencapaian atau dengan kata lain, kinerja merupakan tingkatan

pencapaian tujuan organisasi. Tolok ukur kinerja dapat dinilai dari kesetiaan,

prestasi kerja, kedisplinan, kreativitas, kerjasama, kecakapan, tanggungjawab, dan

efektivitas dan efisiensi.

Lingkungan kerja fisik merupakan suatu alat ukur yang akan berpengaruh

terhadap kinerja karyawan jika lingkungan kerja fisik yang ada di dalam sebuah

organisasi itu baik. Lingkungan kerja fisik yang menyenangkan bagi karyawan

lewat sarana dan prasarana yang mendukung dan memadai yang ada di tempat

kerja akan membawa dampak yang positif bagi karyawan, sehingga kinerja

karyawan meningkat.

Menurut Bambang (1991:122), lingkungan kerja fisik merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Seorang karyawan yang

bekerja di lingkungan kerja fisik yang mendukung dia untuk bekerja secara

optimal akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya jika seorang pegawai

bekerja dalam lingkungan kerja fisik yang tidak memadai dan tidak mendukung

untuk bekerja secara optimal akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi

(44)

I.6 Penelitian Terdahulu

Pratama (2009) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh

Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan

Bagian Produksi PT. Nyonya Meneer Semarang. Hasil penelitian menunjukkan

Kepemimpinan dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap semangat kerja

karyawan bagian produksi PT Nyonya Meneer Semarang baik secara simultan

maupun parsial. Variabel lingkungan kerja mempunyai pengaruh lebih besar

terhadap semangat kerja karyawan bagian produksi PT. Nyonya Meneer

Semarang, dengan korelasi parsial sebesar 58,7%.

Septianto (2010) dalam Skripsi yang berjudul “Pengaruh Lingkungan

Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Studi Pada Pt. Pataya

RayaSemarang”. Pada skripsi tersebut didapati kesimpulan bahwa lingkungan

kerjapada PT. Pataya Raya Semarang mempunyai pengaruh positif signifikan

terhadapkinerja karyawan ditolak. Karena dari hasil penelitian diperoleh nilai

signifikanlebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,102. Stres kerja pada PT. Pataya

RayaSemarang mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja

karyawan ditolak. Karena dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikan lebih

besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,173. Berdasarkan nilai Adjusted R Square dapat

diketahui pengaruh lingkungan kerja dan stres kerja terhadap kinerja karyawan

bagian karyawan operasional pada PT. Pataya Raya Semarang sebesar 4,5%.

Juniasta (2012) melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pemberian

Indentif Dan Lingkungan Kerja Terhadap Semangat Kerja Semangat Kerja

Karyawan Pada Balai Latihan Pendidikan Tehnik Sumatera Utara.” Penelitian ini

(45)

studi pustaka. Tehnik analisis data menggunakan deskriptif dan metode regresi

linear berganda menunjukkan bahwa pemberian insentif mempunyai hubungan

yang kuat dengan semangat karyawan sebesar 64,9% dan sisanya sebesar 35,1

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar penelitian. Dengan demikian dapat

diketahui bahwa variabel insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap

semangat kerja karyawan pada Balai Latihan Pendidikan dan Teknik Provinsi

Sumatera Utara. Sedangkan secar parsial, variabel lingkungan kerja mempunyai

pengaruh yang dominan terhadap semangat kerja karyawan pada Balai Latihan

Pendidikan dan Teknik Provinsi Sumatera Utara.

Kaffatin (2012), melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara

persepsi terhadap lingkungan kerja dengan kecenderungan BURNOUT pada

perawat Rumah Sakit Umum daerah Sidoarjo”. Skripsi ini berisi dua persoalan

yang hendak dikaji dalam penelitian ini, yaitu persepsi terhadap lingkungan kerja

dengan Kecenderungan Burnout. Persepsi terhadap Lingkungan kerja adalah

pandangan atau penilaian terhadap segala situasi dan kondisi yang berada di

sekitar tempat karyawan bekerja yang dapat mempengaruhi diri karyawan dalam

menjalankan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. burnout adalah

penderitaan psikologis yang terjadi pada orang yang bekerja pada bidang

pelayanan kemanusiaan (human service) yang disebabkan kelelahan emosi dan

tingginya tuntutan pekerjaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan

antarapersepsi terhadap lingkungan kerja dengan kecenderungan burnout pada

perawat Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo. ini menggunakan pendekatan

(46)

I.7 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sugiyono, 2005:70).

Adapun hipotesis yang dirumuskan peneliti dalam penelitian ini adalah:

Hipotesa Alternatif (Ha) : Yaitu terdapat pengaruh positif antara lingkungan kerja

fisik terhadap kinerja karyawan

Hipotesa Nol (Ho) : Yaitu tidak terdapat pengaruh positif antara

lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan

I.8 Definisi Konsep

Menurut Singarimbun (1995:33), adalah abstraksi mengenai fenomena

yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian,

keadaan, kelompok, atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian.

Maka, berdasarkan judul yang dipilih peneliti, yang menjadi konsep Dari

peneliti ini adalah:

1. Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja

yang berbentuk fisik yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam bekerja.

2. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang yang dihasilkan oleh kemampuannya yang dilakukan berdasarkan

kecakapan, pengalaman sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan

(47)

I.9 Definisi Operasional

Berdasarkan pendapat Singarimbun (1995:96), definisi operasional adalah

unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu

variabel.

Adapun yang menjadi definsi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X) Lingkungan Kerja fisik diukur dengan menggunakan

indikator sebagai berikut:

a.Temperatur/ Suhu udara, yaitu pertukaran udara yang berganti melalui ventilasi

maupun AC yang terdapat pada suatu kantor

b. Sirkulasi Udara, adalah Pertukaran udara yang terjadi pada suatu ruangan untuk

menghasilkan rasa sejuk dan segar.

c. Penerangan atau cahaya, adalah sesuatu yang dapat memberikan cahaya, bisa

dari sinar matahari yang masuk maupun cahaya lampu yang terdapat di dalam

ruangan.

d. Kebisingan, adalah suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi dalam

bekerja

e. Bau-Bauan, adalah sesuatu yang terdapat di sekitar tempat kerja dan dapat

dianggap sebagai pencemaran dan dapat mengganggu konsentrasi.

f. Warna, adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi jiwa seseorang dalam bekerja

g. Keamanan, yaitu perasaan yang menimbulkan ketenangan dalam melakukan

tugasnya

2. Variabel Terikat (Y) penelitian ini adalah kinerja karyawan dapat diukur

(48)

1. Kuantitas

2. Kualitas

3. Kerjasama

(49)

I.10 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesa, definisi

konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian.

BABIII : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi

penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi dan struktur

organisasi.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan

menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan

menganalisanya berdasarkan metode yang digunakan.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang

(50)

BAB VI : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah

dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang

membutuhkannya.

(51)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksplanatif dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian eksplanatif bertujuan untuk menemukan

gambaran mengenai hubungan sebab akibat antara variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y). Pendekatan kuantitatif diterapkan dengan menggunakan

rumus statistik untuk membantu menganalisa data dan fakta yang diperoleh.

II.2 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Bank Perkreditan Rakyat

Solider, Jalan Sisingamangaraja Nomor 85 K Pematangsiantar.

II.3 Populasi dan Sampel

II.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2005:90), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

karyawan yang ada pada Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang

Gambar

Tabel 1 : Sarana Dan Prasarana Di Bank Perkreditan Rakyat Solider
Tabel 2: Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4: Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 6: Distribusi Jawaban responden Terhadap Temperatur Udara
+7

Referensi

Dokumen terkait

66 3 the teacher uses the time effectively √ 4 the teacher conveys the grab game variation clearly √ 5 the teacher gives evaluation after the lesson √ 6 the

02 RW 05 Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Malang, pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil tersebut sejalan dengan fakta yang ditemukan di lapangan, bahwa

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) materi beriman kepada Malaikat Allah merupakan pembelajaran yang mengajak siswa bukan sekedar beriman dan meyakini

Hasil analisis bivariat antara pendidikan dan kejadian preeklampsia/eklampsia didapatkan hasil bahwa ibu yang memiliki pendidikan rendah dan mengalami preeklampsis/

[r]

Promosi selain bersifat memberitahu juga bersifat untuk membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial, dengan mengatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik dari

Hadismar Anwar Lubis (2015), Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil dari Satu Daerah Ke Daerah Lain Berdasarkan Undang- Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Untuk pembuatan JIP input yang diperlukan adalah data permintaan 6 bulan sebelumnya yang diperoleh dari perusahaan, kemudian diramalkan terlebih dahulu dengan metode peramalan