• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

Jepang sebagaimana yang disebutkan pada bab pendahuluan, melakukan pendudukan di Indonesia bersamaan dengan keterlibatannya dalam Perang Dunia II. Karena keterlibatannya dalam Perang Dunia II itulah Jepang memerlukan Indonesia dalam hal sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Sumber daya Indonesia tersebut diperlukan untuk kepentingan Jepang dalam perangnya. Selain itu, Jepang mempunyai mitos sebagai pemimpin Asia, sehingga Jepang melakukan serangkaian penaklukan terhadap negara-negara di Asia Tenggara salah satunya adalah Indonesia.

A. Awal Pemikiran Jepang ke Indonesia

Awal mula Jepang memutuskan untuk memasuki Indonesia, dipicu oleh sikap Amerika yang selalu menentang kebijakan agresi Jepang. Kemudian pada 19 September 1940, pemerintahan Jepang menyampaikan sebuah rencana bagi pembentukan suatu “Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya” dengan Jepang, Cina, Manchuria sebagai wilayah intinya dan meliputi seluruh Asia Tenggara, India, pulau-pulau di sebelah Barat Pasifik, Australia dan Selandia Baru. Amerika tidak senang dengan usaha Jepang untuk mendominasi wilayah Asia Pasifik. Oleh karena itu Amerika berupaya keras untuk memaksa Jepang agar meninggalkan sikap agresifnya, baik melalui bujukan maupun ancaman embargo.

Ketika Jepang mengalami embargo minyak dari Amerika, Jepang mengharapkan minyak dapat diperoleh dari Indonesia. Kemudian untuk mendapatkan supply minyak di Hindia Belanda (Indonesia) yang saat itu dijajah Belanda, Angkatan Laut Jepang mengambil inisiatif untuk melakukan penelitian tentang Indonesia dengan menempatkan intelijen di Indonesia. Intelejen tersebut menyamar sebagai tenaga-tenaga ahli, nelayan, dan pedagang. Tentang hal ini diatur oleh Angkatan Laut Jepang dalam suatu badan pemeriksaan yang resmi yaitu Komite Penelitian Kebijakan ke Selatan yang disebut Tai Nanpo Hosaku Kenkyu Iinkai (Abdul Irsan, 2005: 127). Jepang menempuh segala cara untuk mencapai tujuannya tersebut, baik melalui diplomasi maupun kekerasan. Dalam rencana tersebut, Hindia Belanda (Indonesia) merupakan sasaran utama karena kekayaan alamnya, terutama minyak bumi.

(2)

B. Upaya Belanda Mencegah Jepang ke Indonesia

Mengetahui rencana kedatangan Jepang ke Indonesia membuat Belanda yang sedang menduduki Indonesia merasa cemas. Belanda merasa khawatir akan terancam kedudukannya di Indonesia. Oleh karena itu, pada 1937 Belanda membuat satu badan khusus untuk mengantisipasi gerakan mendadak yang akan dilakukan oleh Jepang. Badan tersebut diberi nama Politieke Inlichtingen Dienst (PID). Badan ini bertugas mengumpulkan informasi tentang semua penduduk Jepang yang tinggal di Indonesia.

Politieke Inlichtingen Dienst (PID) menyadari oraganisasi dagang dan organisasi lainnya yang dibuat Jepang, hanya sekedar alibi untuk menutupi gerakan ekspansinya. Terlebih lagi ketika Jerman menang perang di Eropa pada tahun 1940, membuat Jepang semakin bertindak cepat untuk segera menguasai Indonesia. Alasannya, karena Jepang khawatir wilayah Indonesia akan dikuasai oleh Amerika Serikat dan Inggris. Pihak Belanda pun menjadi semakin khawatir dan lebih peka terhadap isu ekspansi Jepang ke wilayah jajahannya.

C. Strategi Jepang Mengekspansi Indonesia

Dalam tujuannya mengekspansi Indonesia, strategi Jepang sangat matang. Hal ini dibuktikan dengan adanya konsep mengenai wilayah “Persemakmuran Asia Timur Raya yang dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri Matsuoko pada Juli 1940. Daftar wilayah persemakmuran Asia Timur Raya termasuk wilayah jajahan Belanda (Indonesia). Tentu saja kekhawatiran Belanda akan hal itu tidak terelakan lagi.

Sebenarnya usaha Jepang untuk ke Hindia Belanda telah berlangsung lama. Sejak tahun 1930-an, beberapa perusahaan semi pemerintah di Jepang, seperti Nanjo Kohatsu, dengan dorongan dari pihak Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang, mendorong penanaman modal di Hindia Belanda secara lebih agresif dan insentif. Orang Jepang mulai membeli berbagai macam konsesi, dari penebangan kayu dan pertambangan hingga tak menangkap ikan. Para pengusaha Jepang juga membanjiri Hindia Belanda dengan barang-barang murah.

Untuk ekspansi ke wilayah Selatan, awalnya Jepang memilih menggunakan jalur diplomasi dengan Belanda, di mana Jepang mengadakan perundingan perdagangan dengan Belanda di Batavia (Jakarta) pada September 1940 untuk membahas supply minyak, namun perundingan tersebut mengalami kendala, karena Jepang terlalu banyak meminta supply minyak. Kendala ini menimbulkan gejolak di kalangan Angkatan Darat Jepang yang kemudian mengancam Belanda,

(3)

jika Belanda tetap tidak mau memenuhi permintaannya, maka Jepang akan menggunakan jalan militer. Kemudian pada 6 September 1941 terjadi Rapat Kekaisaran. Rapat tersebut mengahasilkan suatu kebijakan politik yang menegaskan bahwa demi mengantisipasi negaranya dari kehancuran, Jepang bertekad berperang melawan Amerika Serikat, Inggris dan Belanda.

Pihak Belanda mengantisipasi serangan yang akan dilakukan Jepang dengan cara menyingkirkan orang-orang yang berpotensi menimbulkan konflik. Mereka di antaranya adalah Muhammad Husni Thamrin dan Douwes Dekker yang kala itu menjabat sebagai sekretaris Kamar Dagang Jepang. Belanda juga melakukan pengusiran kepada dua orang wartawan harian Nichi-Nichi Shinbun dan Osaka Mainichi Tokyo, karena majalah ini sering membuat liputan setelah perundingan dagang Jepang dan Belanda usai. Dua orang wartawan ini dipulangkan dengan paksa karena tulisannya dianggap mampu memberi semangat masyarakat Jepang yang berada di Indonesia agar tidak mudah menyerah dalam mendirikan wilayah Asia Timur Raya.

Strategi Jepang lainnya untuk menuju Indonesia yaitu dengan cara menyerang Pearl Harbour. Penyerangan Pearl Harbour ini juga dikarenakan kemarahan Jepang terhadap Amerika. Oleh karena itu pada 7 Desember 1941 Jepang melakukan serangan ke Pearl Harbour Hawaii di Amerika Serikat dan berhasil meluluhlantahkan pangkalan militer tersebut.

Setelah menggempur Pearl Harbour, Jepang terus bergerak menuju Indonesia. Pada 11 Januari 1942, pasukan Jepang mendarat di Tarakan. Jepang terus bergerak dengan menguasai Balikpapan pada 24 Januari 1942, Pontianak pada 29 Januari 1942, Samarinda pada 3 Februari 1942. Selanjutnya Banjarmasin pada 10 Februari 1942.

Di sisi lain, untuk menghadapi serangan Jepang, Belanda dan Sekutunya membentuk komando ABDACOM (American, British, Dutch, Australian Command) yaitu gabungan dari pasukan Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Australia yang dipimpin oleh Jenderal Sir Archibald Wavell (Inggris). ABDACOM bermarkas di Lembang (dekat Bandung) dan mulai beroperasi pada 15 Januari 1942. Di samping itu juga membentuk Front ABCD (American, British, Cina, Dutch) yaitu gabungan pasukan Amerika Serikat, Inggris, Cina dan Belanda.

Selanjutnya untuk dapat menguasai Indonesia sepenuhnya dan agar kebijakan-kebijakan politik dan ekonominya terlaksana, Jepang melakukan pendekatan terhadap tokoh yang sudah dikenal dikalangan masyarakat Indonesia. Pertama, Jepang melakukan pendekatan terhadap tokoh nasionalis seperti Soekarno, Mr. Subardjo, Gatot Mangkupraja, Drs. Moh. Hatta, dr Sutomo, J.S.G.Ratulangi dan lain-lain. Pendekatan yang dilakukan oleh Jepang adalah dengan memberi

(4)

janji bahwa kedatangan Jepang adalah untuk membantu mencapai Indonesia merdeka. Faktor-faktor yang mendorong para tokoh nasionalis Indonesia ada yang bekerja sama dengan Jepang – walaupun sebelumnya mereka bersikap nonkooperatif terhadap pihak Jepang adalah karena menganggap bahwa bangsa Jepang tidak akan lama berada di bumi Indonesia (mengingat adanya ramalan Joyoboyo hanya selama seumur jagung saja).

Selain melakukan pendekatan terhadap para tokoh nasionalis yang berpandangan sekuler, penguasa Jepang di Indonesia juga melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh nasionalis Islam seperti K.H. Mas Mansur, dr Sukiman dan K.H. Taufiqurrachman. Kelompok ini mendapat perhatian khusus penguasa Jepang, bahkan lebih banyak memperoleh “kelonggaran” dibandingkan dengan kelompok nasionalis sekuler. Kelompok nasionalis Islam dinilai Jepang memiliki dasar pemikiran agama yang bersifat anti Barat, sehinggga mereka lebih diandalkan oleh Jepang, mengingat para tokoh nasionalis sekuler hampir semuanya mendapatkan pendidikan Belanda bahkan ada yang belajar di Belanda.

D. Belanda Menyerah

Lima jam setelah Jepang menyerang Pearl Harbour, Gubernur Jenderal Hindia Belanda

Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyatakan perang terhadap Jepang. Selanjutnya pada

pertengahan Februari 1942, pusat pertahanan dan pemerintahan Belanda di Pulau Jawa telah dikepung oleh Jepang. Kemudian Jepang berhasil menduduki bagian Selatan Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali.

Pada 1 Maret 1942, di bawah pimpinan Kolonel Toshinori Shoji, pasukan Jepang mendarat di Eretan (Cirebon), Teluk Banten dan di Kragan (Jawa Tengah). Pada 5 Maret 1942, Jepang dapat menguasai Batavia, selanjutnya menduduki Buitenzorg (Bogor). Pasukan Belanda kewalahan menahan dan membendung gerak maju pasukan Jepang ini. Dia tidak mampu mempertahankan kota Jakarta (Batavia) dan mundur ke kota Bandung.

Pada 6 Maret 1942, Jenderal Ter Poorten mengeluarkan perintah agar menghindari pertempuran di kota Bandung karena banyaknya pengungsi di kota tersebut, sehingga dikhawatirkan akan mencederai penduduk sipil. Jepang mengancam Belanda akan menyerang dan mengebom kota Bandung kalau tidak mau menyerahkan secara total seluruh kekuasaan wilayah Hindia Belanda. Pihak Belanda semula berusaha mengulur waktu, tetapi karena tekanan dan ultimatum dari Jepang, akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 8 Maret 1942 (Abdul

(5)

Irsan, 2005: 137). Dalam penyerahan kekuasaannya, pihak Belanda diwakili oleh Letjen Teer Porten yang disaksikan Gubernur Jenderal Belanda Tjorda Van Stackenbourg kepada panglima perang Jepang Jenderal Hitosyi Imamura. Sejak adanya perjanjian Kalijati pada 8 Maret 1942 tersebut, maka kekuasaan Belanda di Indonesia telah berakhir dan dimulailah kekuasaan Jepang di Indonesia.

E. Pendudukan Jepang di Indonesia

Setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda ke Jepang, hal itu secara otomatis Indonesia mulai dijajah oleh Jepang. Jepang kemudian membentuk pemerintahan sementara yang terdiri dari atas tiga pemerintahan militer pendudukan yaitu:

a.) Pemerintahan militer Angkatan Darat (dari pasukan XXV) untuk wilayah Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi.

b.) Pemerintahan militer Angkatan Darat (dari pasukan XVI) untuk wilayah Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta (dahulu Batavia)

c.) Pemerintahan militer Angkatan Laut (dari Armada Selatan II) untuk daerah yang meliputi Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku yang berpusat di Makassar.

Kekuasaan Jepang di Indonesia diatur sedemikian rupa, di mana sesuai dengan rencana semula bahwa antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang membagi wewenang kekuasaan administrasi pendudukan antara mereka. Demikian juga dalam pembagian wilayah yang kaya akan minyak, Angkatan Darat menguasai wilayah Sumatera, sedangkan Angkatan Laut menguasai Kalimantan sesuai dengan hasil penelitian mereka sendiri (Abdul Irsan, 2005: 137-138).

Selain membagi wilayah kekuasaan, Jepang juga memberlakukan kebijakan-kebijakannya terhadap rakyat Indonesia. Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya diprioritaskan pada dua hal yaitu: 1) Menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, 2) Memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya

Referensi

Dokumen terkait

Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan intimotorik batang otak, dan

9 Hasil yang dicapai Mempermudah guru untuk memberi tanda masuk kelas ,.. 27 istirahat, dan pulang kepada anak. Dengan pemasangan bel ini guru tidak perlu mengeluarkan

Tujuan premedikasi pada pasien dengan defek septum tidak berbeda dengan prosedur premedikasi pada pasien yang menjalani operasi lain baik operasi umum ataupun operasi jantung,

keterangan atau bukti yang tidak benar, yang seharusnya tidak memenuhi syarat untuk diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, apabila telah memperoleh NIP dan diangkat

mengetahui aktivitas enzim papain terhadap substrat dan tahap ketiga bertujuan untuk mencari waktu dan pH optimum reaksi enzim papain dalam proses hidrolisis protein ikan selar

Hasil dari pemberdayaan adalah dengan terbentunya koperasi nelayan, hal ini dapat membantu para nelayan jika pada saat paceklik bisa membeli di koperasi nelayan sendiri

Faktur dan laporan dapat didesain sesuai dengan keinginan dan kebutuhan perusahaan serta disertakan berbagai variabel data dan fungsi matematika yang