• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pertimbangan Peternak...Asri Dwi Endah Lestari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor Pertimbangan Peternak...Asri Dwi Endah Lestari"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor Pertimbangan Peternak...Asri Dwi Endah Lestari ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN PETERNAK

DALAM MEMILIH CALON INDUK SAPI PERAH (Survey di Wilayah Kerja KPBS Pangalengan)

Asri Dwi Endah Lestari*, Cecep Firmansyah, dan Sri Rahayu Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 Email : asridel23@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan peternak dalam memilih calon induk sapi perah telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 di Wilayah Kerja KPBS Pangalengan. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak enam puluh satu orang yang dipilih secara Multistage Random Sampling, Proporsional Alocation Sampling dan Simple Random Sampling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang dipertimbangkan, faktor prioritas pertimbangan, dan alasan prioritas pertimbangan peternak dalam memilih calon induk sapi perah. Data dianalisis menggunakan metode Cochran Q Test dan model sikap multiatribut Fishbein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mempertimbangkan faktor harga, kesehatan (keadaan tubuh dan mata), keadaan eksterior (kaki belakang tampak belakang dan samping, sudut kuku, pertautan ambing depan, letak puting depan, panjang puting, kedalaman ambing, dan posisi puting belakang), genetik yang mengatur sifat produksi susu, dan umur calon induk. Harga adalah faktor prioritas pertimbangan responden, dengan alasan karena harga disesuaikan dengan kemampuan finansial yang dimiliki. Harga sapi perah dari peternak setempat menjadi pilihan utama, karena lebih murah dibandingkan harga sapi perah dari luar wilayah.

Kata kunci : Faktor yang Dipertimbangkan, Calon Induk Sapi Perah

ANALYSIS OF THE FACTORS WHO BE CONSIDERED BY FARMERS TO SELECTION OF REPLACEMENT HEIFERS

(Survey in the Work Area of KPBS Pangalengan) ABSTRACT

Research of the factors who be considered by farmers to selection of replacement heifers had been conducted in March 2015 in the work area of KPBS Pangalengan. The number of respondents in this research as many as sixty one person elected in Multistage Random Sampling, Proporsional Alocation Sampling and Simple Random Sampling. This research aims to know the factors who be taken into considered, priority considered factor, and the reason a priority considered to selection of replacement heifers. Data was analyzed used Cochran Q Test method and multiatribut fishbein attitude model. The result show that the respondents considered the price factor, health (the state of body and eyes), the state of the exterior (rear legs rear view and side view, foot angle, fore udder attachment, front teat location, teat length, udder depth, and rear

(2)

Faktor Pertimbangan Peternak...Asri Dwi Endah Lestari teat position), genetic who be controlled the nature of milk production and age of replacement heifers. Price is the factor priority who be considered by respondents, with reason because the price adjusted with the financial of owned. The price of dairy cattle from the locals farmer become main choice, because it is cheaper than the price of dairy cattle from outside the region.

Keywords : Factors Who be Considered, Replacement Heifers

1. PENDAHULUAN

Berjalannya usaha peternakan sapi perah tergantung dari produksi susu yang dihasilkan oleh induk sapi perah itu sendiri. Setiap induk mempunyai produksi susu dan kemampuan beranak yang berbeda-beda tergantung dari genetik pengatur produksi susu (keturunannya) dan bagaimana pemeliharaan yang dilakukan sejak pedet hingga dewasa. Semakin tua umur induk, maka produktivitasnya akan semakin menurun, sehingga bagi induk yang sudah tua dan jumlah produksinya sudah pada batas tidak menguntungkan usaha, harus diafkir.

Induk yang diafkir harus diganti, agar produksi susu dalam sebuah usaha peternakan dapat dipertahankan dan usahanya berkelanjutan (sustainibility). Calon induk pengganti selayaknya memiliki potensi produksi susu tinggi yang mampu menggantikan minimal sama dengan jumlah produksi susu induk yang diafkir. Namun permasalahannya, produksi susu per ekor sapi di Jawa Barat masih rendah dan kualitas susu belum memenuhi standar. Produksi susu yang rendah disebabkan karena selama ini peternak di Jawa Barat umumnya lebih memilih membeli calon induk dari luar Jawa Barat, padahal fakta di lapangan menunjukkan bahwa calon induk yang berasal dari luar Jawa Barat, produksinya hanya berkisar 4 – 10 liter/ekor/hari (Rahayu, dkk, 2014).

Pangalengan merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah di Jawa Barat, produksi susu yang dihasilkan di wilayah tersebut pun masih rendah, bahkan setiap tahunnya mengalami penurunan. Penurunan produksi ini disebabkan oleh banyaknya peternak yang menjual sapi perah produktifnya dengan alasan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi. Peternak juga banyak yang memilih menjual pedet betinanya daripada untuk membesarkannya sendiri, padahal jika calon induk didapatkan dari pedet yang dibesarkan sendiri oleh peternak, maka keturunannya sudah jelas diketahui dan kualitasnya lebih baik jika dibandingkan dengan pedet yang dibeli dari luar peternakannya.

Alasan peternak memilih menjual pedet daripada membesarkannya untuk calon induk, karena harga beli calon induk lebih murah dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan seekor calon induk. Peternak di Jawa Barat umumnya memilih membeli calon induk dari luar, karena harganya lebih murah dibandingkan harga beli calon induk dari Jawa Barat sendiri. Peternak mempertimbangkan faktor harga karena disesuaikan dengan kemampuan finansialnya, namun sebenarnya mereka mengetahui bahwa kualitas calon induk yang dibeli kurang memadai.

Peternak dalam memilih calon induk juga mempertimbangkan faktor non harga untuk melihat kualitas calon induk, namun tidak ada catatan/recording tentang calon induk yang dibelinya. Tidak adanya recording membuat peternak kesulitan untuk mengetahui silsilah atau keturunan sapi, padahal dari keturunan inilah nantinya akan diketahui kualitas dari calon induk tersebut. Salah satu cara untuk melihat kualitas calon induk selain dari keturunan, yaitu dari kesehatan, keadaan eksterior dan umurnya.

(3)

Faktor Pertimbangan Peternak...Asri Dwi Endah Lestari Calon induk yang dipilih adalah sapi yang benar-benar sehat yang dapat dilihat dari keadaan tubuh dan matanya. Selain itu, banyak kriteria calon induk yang baik jika dilihat dari keadaan eksteriornya, namun pengetahuan peternak di Pangalengan masih terbatas, sehingga mereka hanya mengandalkan pengalamannya dalam memilih calon induk berdasarkan penampilan eksteriornya. Umur juga menentukan produksi susu calon induk. Peternak, sebelum memilih calon induk tentu akan mempertimbangkan kesehatan, keadaan eksterior dan umurnya terlebih dahulu, namun tetap saja kenyataannya saat ini kebanyakan peternak lebih memprioritaskan harga calon induk yang murah tanpa memperdulikan kualitasnya, dikarenakan keuangannya yang terbatas.

Melihat fenomena yang sekarang ini terjadi pada peternak rakyat di Jawa Barat umumnya dan khususnya di Pangalengan, maka dinilai bahasan mengenai faktor-faktor yang dipertimbangkan peternak dalam memilih calon induk sapi perah ini perlu dikaji, sehingga penulis mengambil judul ini agar dapat mengetahui apakah fakta yang dihadapi peternak selama ini dalam membeli calon induk telah sesuai dengan keinginan sesungguhnya peternak atau tidak.

2. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah faktor-faktor yang dipertimbangkan peternak dalam memilih calon induk sapi perah, meliputi atribut harga dan non harga.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey. Survey adalah suatu penelitian dengan cara menghimpun informasi dari sampel yang diperoleh dari suatu populasi, dengan tujuan untuk melakukan generalisasi sejauh populasi dari mana sampel tersebut diambil. Penelitian survey adalah mempelajari sampel dari suatu populasi yang hasilnya merupakan nilai duga terhadap nilai populasi (Paturochman, 2012).

Model Analisis Data

Pengujian atribut valid dilakukan menggunakan analisis Cochran Q Test (Simamora, 2002) dengan rumus :

Keterangan :

k = Jumlah atribut

Ci = Jumlah kolom jawaban “YA” Ri = Jumlah baris jawaban “YA” n = Jumlah responden

Mengukur sikap konsumen terhadap atribut prioritas dalam pertimbangan pemilihan calon induk menggunakan model multiatribut Fishbein, dengan rumus :

Keterangan :

Attitude0 = Sikap terhadap objek, bisa produk,

merek, perusahaan, layanan b1 = Tingkat kepercayaan bahwa objek

sikap memiliki atribut tertentu (atribut ke – i)

Q = (k-1)[k ∑ik C2i – (∑ik C i)2]

k ∑in R i –∑in R i2

(4)

Faktor Pertimbangan Peternak...Asri Dwi Endah Lestari e1 = Dimensi evaluatif terhadap atribut ke–i

yang dimiliki objek sikap

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Daerah Penelitian

Pangalengan merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Penduduk Pangalengan sebagian besar berprofesi sebagai peternak sapi perah yang tergabung sebagai anggota KPBS Pangalengan. Kecamatan Pangalengan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian berada pada tiga desa yang termasuk Kecamatan Pangalengan, yaitu Desa Pangalengan, Margamukti dan Margamulya.

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini sebanyak 61 orang peternak sapi perah rakyat Pangalengan yang tergabung dalam kelompok ternak Sukamenak 02, Sukamenak 04, Cipanas II 04, Loscimaung II 02, Loscimaung II 03, Mekarmulya 01, Mekarmulya 03 dan Mekarmulya 04. Berdasarkan jenis kelamin, responden terdiri dari 46 orang peternak pria dan 15 orang peternak wanita.

Tabel 1. Karakteristik Responden

No. Kategori Umur Lama Pendidikan Formal Pengalaman Skala Usaha

...tahun... ...ekor... 1 Terendah 25,00 1,00 3,00 1,00 2 Tertinggi 73,00 12,00 39,00 17,00 3 Rata-rata 49,00 6,50 21,00 9,00 4 Simpangan Baku 4,38 1,00 3,29 1,46

Umur responden berkisar antara 25 sampai 73 tahun, dengan rata-rata umur responden adalah 49 tahun. Responden di atas umur 64 tahun sudah termasuk umur kerja tidak produktif, sehingga dalam memilih calon induk akan lebih sulit dibandingkan responden umur di bawah 64 tahun, karena daya ingat dan ketelitian mereka yang sudah berkurang memungkinkan dipilihnya calon induk yang kurang baik.

Responden rata-rata menempuh pendidikan formal selama 6,5 tahun. Saat melakukan pemilihan calon induk, responden dengan pendidikan formal yang tinggi dan pendidikan non formal yang banyak akan lebih mudah untuk mendapatkan calon induk dengan kriteria produksi susu tinggi, karena pengetahuan lebih banyak.

Rata-rata responden merupakan peternak yang sudah berpengalaman dalam bidang sapi perah selama 21 tahun. Saat memilih calon induk, responden dengan pengalaman lama telah mengetahui calon induk dengan ciri-ciri yang baik, sehingga akan lebih mudah mendapatkan calon induk unggul.

Rata-rata skala usaha responden yaitu 9 ekor, dengan populasi sapi perah terendah yang dimiliki responden yaitu 1 ekor dan populasi tertinggi yaitu 17 ekor. Responden dengan skala usaha tinggi memiliki preferensi untuk membeli calon induk lebih banyak dibandingkan dengan responden skala usaha rendah, karena modal yang dimilikinya lebih banyak.

(5)

Faktor Pertimbangan Peternak...Asri Dwi Endah Lestari Penghasilan bersih responden dalam usaha peternakan setiap bulannya rata-rata 3.550.000,- rupiah, sudah di atas Upah Minimum Kabupaten atau Kota (UMK) Kabupaten Bandung yang hanya 2.001.195,- rupiah (SK.No.560/Kep.1581-Bangsos/2014;Perdana, 2014).

Atribut Valid Calon Induk yang Dipertimbangkan Responden

Faktor harga merupakan atribut valid yang dipertimbangkan responden dalam memilih calon induk. Harga yang dipilih responden dan sesuai dengan harapannya, yaitu harga calon induk dari peternak. Selain faktor harga, faktor non harga pun merupakan atribut valid yang dipertimbangkan responden, terdiri dari kesehatan calon induk (keadaan tubuh dan mata), keadaan eksterior (kaki belakang tampak belakang dan samping, sudut kuku, pertautan ambing depan, letak puting depan, panjang puting, kedalaman ambing, dan posisi puting belakang), genetik yang mengatur sifat produksi susu, dan umur calon induk. Atribut valid calon induk yang dipertimbangkan responden lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Atribut Valid Calon Induk yang Dipertimbangkan Responden No. Atribut yang Dipertimbangkan Jawaban "YA" Proporsi

...orang... ...%...

1 Harga Calon Induk 61 100,00

2 Kesehatan Calon Induk 61 99,18

3 Keadaan Eksterior Calon Induk 61 99,18 4 Genetik yang Mengatur Sifat Produksi Susu 61 100,00

5 Umur Calon Induk 61 100,00

Harga menjadi bahan pertimbangan, karena kemampuan finansial peternak terbatas. Seluruh responden memilih membeli calon induk dari peternak, karena harganya lebih murah dibandingkan bandar, dengan kisaran harga dara tidak bunting (siap IB) umur 15 – 18 bulan antara 8 juta – 12 juta rupiah, dan harga dara bunting 1 – 8 bulan antara 9,5 juta – 17 juta rupiah.

Kesehatan calon induk merupakan hal yang dipertimbangkan responden, karena menentukan kualitas dari calon induk tersebut. Kesehatan dilihat oleh responden berdasarkan keadaan tubuh dan mata calon induk. Calon induk yang sehat dapat dilihat dari keadaan bulunya yang lembut, tipis, dan mengkilat, kulit bebas dari kutu dan penyakit kulit, tidak rontok, dan tidak ada parasit menempel, dan ujung hidungnya basah. Mata calon induk yang sehat apabila pandangan matanya terlihat normal, cerah, tajam dan tidak sayu.

Dari 16 sifat luar yang terbukti mempunyai hubungan sangat erat dengan produksi susu yang akan dihasilkan oleh sapi perah, ternyata hanya 8 atribut valid yang dipertimbangkan responden sebelum memilih calon induk, yaitu kaki belakang tampak belakang dan samping, sudut kuku, pertautan ambing depan, letak puting depan, panjang puting, kedalaman ambing, dan posisi puting belakang. Kaki belakang tampak belakang dan samping menunjukkan kekuatan sapi menunjang berat badan dan produksi susunya. Responden sepakat memilih kaki belakang tampak belakang dan samping yang lurus, karena sapi dapat bertahan lama dan kuat menahan berat badannya, selain itu masa depan sapi lebih panjang dan pertumbuhannya baik. Sudut kuku berpengaruh terhadap struktur tulang sapi. Responden memilih calon induk yang sudut kukunya sangat curam, karena membuat pijakan sapi lebih kuat saat berdiri. Pertautan ambing depan

(6)

Faktor Pertimbangan Peternak...Asri Dwi Endah Lestari berhubungan erat dengan produksi susu yang akan dihasilkan calon induk. Kebanyakan responden lebih memilih pertautan ambing depan yang lemah dan kurang, dengan alasan meskipun ambingnya terlihat kecil tetapi produksi susunya banyak. Responden juga memilih letak puting depan yang sejajar dan posisi puting belakang yang simetris (tengah kuartir), karena memudahkan dan mempersingkat waktu pemerahan. Panjang puting ideal sapi perah adalah sedang (± 6 cm), karena tidak terlalu panjang atau pendek (South Dakota, 2010), tetapi kebanyakan responden memilih puting yang panjang (7 – 11 cm), dengan alasan puting panjang lebih mudah memerahnya, waktu pemerahan lebih cepat, dan pegangan tangan peternak saat memerah lebih kuat. Ambing yang baik apabila kedalamannya sedang karena produksi susu sesuai dengan ambing dan jauh dari resiko mastitis.

Genetik yang mengatur sifat produksi susu merupakan faktor yang dipertimbangkan seluruh responden sebelum membeli calon induk. Faktor genetik sangat penting karena bersifat mewaris, artinya keunggulan yang diekspresikan oleh suatu individu dapat diwariskan pada keturunannya (Dudi dan Dhalika, 2006). Genetik yang mengatur sifat produksi susu dipertimbangkan seluruh responden karena menentukan kualitas sapi tersebut, menambah produksi susu yang dihasilkan dan memperbaiki keturunan.

Calon induk adalah sapi dara berumur antara 6 – 18 bulan, baik dalam keadaan bunting maupun tidak bunting dan belum pernah melahirkan (Akoso, 2012). Responden menyatakan bahwa umur calon induk berpengaruh terhadap kedewasaan sapi, fisik dan kekuatan sapi bertahan, kekuatan janin dan kandungan sapi, dan produksi susu.

Preferensi Responden terhadap Calon Induk

Preferensi adalah pilihan, kecenderungan atau kesukaan (Budiono, 2005). Preferensi responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan sikap dan perilaku responden terhadap atribut yang melekat pada calon induk. Seluruh responden memiliki preferensi terhadap calon induk yang sehat secara fisik, kakinya lurus, posisi puting sejajar dan putingnya panjang. Responden ada yang memiliki preferensi untuk membeli calon induk dengan jumlah banyak karena memang tidak membesarkan pedet sendiri dan keuangan yang dimilikinya cukup, namun sebagian besar responden memiliki preferensi untuk membesarkan pedet sendiri dan hanya sekali-kali membeli calon induk sebagai replacement stock. Seluruh responden memiliki preferensi terhadap calon induk produksi 20 liter ke atas, namun semakin tinggi produksi maka semakin tinggi pula harga belinya, maka dari itu tetap saja responden menyesuaikan pilihan calon induk yang dibelinya dengan keuangan yang dimiliki. Preferensi bersifat independen terhadap pendapatan dan harga (Besanko and Braeutigam, 2008).

Sikap Responden

Sikap responden pada penelitian ini diukur dengan menggunakan model multiatribut Fishbein.

Tabel 3. Sikap Responden terhadap Calon Induk No Sikap Responden Jumlah Responden

...orang... ...%...

1 Sangat Negatif - -

2 Negatif - -

(7)

Faktor Pertimbangan Peternak...Asri Dwi Endah Lestari

No Sikap Responden Jumlah Responden ...orang... ...%...

4 Positif 11 18,03

5 Sangat Positif - -

Tabel 3 menunjukkan sebanyak 50 orang (81,97%) responden memiliki sikap netral terhadap atribut-atribut yang melekat pada calon induk, artinya bahwa responden tidak terlalu memperhatikan atribut-atribut tersebut sebagai faktor penentu kualitas calon induk. Responden yang bersikap netral menganggap atribut-atribut tersebut sebagai hal yang biasa saja dan tidak mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pembelian calon induk.

Sikap positif ditunjukkan oleh 11 orang (18,03%) responden, sikap positif ini mengandung arti bahwa responden memiliki pandangan yang baik terhadap atribut yang melekat pada calon induk. Hal ini menunjukkan bahwa responden percaya atribut-atribut tersebut memiliki peranan penting untuk dipertimbangkan dalam melakukan proses pembelian calon induk, karena responden menganggap atribut tersebut dapat mempengaruhi kualitas calon induk.

Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku (Sumarwan, 2002). Perilaku responden inilah yang akan mendorong tindakan sebelum membeli, ketika membeli, memelihara calon induk sampai kegiatan mengevaluasi calon induk yang dibeli. Perilaku responden dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis. Perilaku responden menentukan keputusan-keputusan pembelian calon induk. Konsumen dalam melakukan keputusan pembelian akan melalui beberapa tahap, yaitu pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian (Setiadi, 2003).

Faktor Prioritas Pertimbangan Responden

Responden memilih harga, kesehatan, keadaan eksterior, keturunan, dan umur calon induk sebagai faktor valid yang dipertimbangkan dalam memilih calon induk. Akan tetapi terdapat faktor yang diprioritaskan responden dalam memilih calon induk, yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penentuan Faktor Prioritas Berdasarkan Kepercayaan dan Evaluasi Responden

No. Atribut Skor

1. Genetik yang Mengatur Sifat Produksi Susu 19,52

2. Harga Calon Induk 16,07

3. Kesehatan Calon Induk 16,00

4. Umur Calon Induk 15,74

5. Keadaan Eksterior Calon Induk 13,40

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor prioritas yang dipertimbangkan responden dengan skor 19,52 yaitu genetik yang mengatur sifat produksi susu. Namun, sebenarnya responden pun kurang mengerti apa yang dimaksud dengan genetik, karena

(8)

Faktor Pertimbangan Peternak...Asri Dwi Endah Lestari pengetahuan mereka yang masih terbatas. Responden hanya mempercayai bahwa turunan dari induk berpengaruh penting terhadap produksi susu calon induk. Induk yang memiliki sifat produksi susu tinggi akan menurunkan sifat baiknya itu kepada anaknya, begitupun sebaliknya. Sedangkan, selama ini peternak rakyat tidak mempunyai catatan khusus (recording) mengenai keturunan sapinya, sehingga sulit untuk diketahui silsilah calon induk yang jelas, apalagi jika responden membeli calon induk tersebut dari luar daerah, maka sudah jelas tidak akan diketahui keturunannya. Melihat hal itu dengan berbagai pertimbangan yang ada, maka kurang rasional jika genetik dijadikan sebagai faktor prioritas pertimbangan responden, karena pengetahuan responden yang masih rendah tentang genetik itu sendiri dan sulitnya mengetahui keturunan calon induk yang jelas, sehingga genetik calon induk pun tidak akan dapat diprediksi

Saat akan membeli calon induk, hal yang pertama dipertimbangkan responden adalah keuangan yang dimilikinya saat itu. Responden tidak mungkin membeli calon induk di luar batas kemampuan finansialnya. Harga menjadi respon yang mempengaruhi pilihan konsumen dalam membeli suatu barang dan konsumen tidak akan membeli barang yang tidak sesuai dengan pendapatannya (Miller and Meiners, 2000). Sebelum membeli calon induk, responden membandingkan berbagai harga pembelian di berbagai sumber calon induk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga termurah calon induk didapatkan dari peternak, karena peternak merupakan produsen utama dan tangan pertama penghasil calon induk, sehingga tidak banyak pihak-pihak lain yang ikut terlibat untuk mengambil keuntungan. Maka dari itu, faktor prioritas yang dipertimbangkan responden dengan skor 16,07 yaitu harga di peternak, dengan alasan bahwa harga merupakan faktor utama yang pasti dipertimbangkan seluruh konsumen saat akan membeli suatu produk, begitupun responden saat akan membeli calon induk, karena disesuaikan dengan kemampuan finansial yang dimiliki responden masing-masing. Selain itu, harga di peternak diprioritaskan karena lebih murah dibandingkan bandar, maupun harga dari sumber calon induk lainnya.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam memilih calon induk sapi perah, peternak mempertimbangkan faktor harga, kesehatan, keadaan eksterior, genetik yang mengatur sifat produksi susu, dan umur calon induk. Harga calon induk merupakan faktor prioritas peternak dalam memilih calon induk sapi perah. Alasan peternak mempertimbangkan faktor harga sebagai prioritas utama dalam memilih calon induk, yaitu karena pembelian calon induk disesuaikan dengan kemampuan finansial peternak masing-masing. Harga sapi dari peternak setempat menjadi pilihan utama, karena lebih murah dibandingkan harga sapi dari luar wilayah.

5. DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T. 2012. Budidaya Sapi Perah Jilid 2. Airlangga University Press. Surabaya. Besanko, B. and R. R. Braeutigam. 2008. Microeconomics. John Wiley & Sons. Asia. Budiono, M. A. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Karya Agung. Surabaya.

(9)

Faktor Pertimbangan Peternak...Asri Dwi Endah Lestari Dudi, D. Rahmat dan T. Dhalika. 2006. Evaluasi Potensi Genetik Sapi Perah Fries

Holland (FH) di Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari Kabupaten Sumedang. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang.

Miller, R. L.and R. E. Meiners. 2000. Teori Mikroekonomi Intermediate Cet.4. Diterjemahkan oleh Haris Munandar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Paturochman, M. 2012. Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel (Untuk Penelitian Sosial Ekonomi). Unpad Press. Bandung.

Perdana, P. Prima. 2014. Surat Keputusan Gubernur mengenai Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Kompas. Bandung

Rahayu, S, C. Firmansyah, D. Suryadi, dan S. Kuswaryan. 2014. Model Rekayasa Zooteknis dan Sosial-Ekonomi Pemeliharaan Pedet Betina sebagai “Replacement Stock” Induk di Wilayah Non Sentra Budidaya Sapi Perah, Tahun ke-2. Universitas Padjadjaran. Sumedang.

Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana. Jakarta.

Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

South Dakota. 2010. South Dakota Dairy Judging Guide. Livestock Judging Manual. South Dakota State University.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai yang telah didapat dikelaskan dengan kalsifikasi usaha pengembangan objek wisata alam, maka kawasan air Riam Asam Telogah memiliki daya tarik areal yang bernila Baik (A)

Mengingat pentingnya kegiatan seminar internasional di perguruan tinggi dan juga merupakan salah satu point penunjang dalam akreditasi, oleh karna itu kami

Terakhir, dalam aspek kesetaraan gender, maka yang dapat dilakukanadalah mengubah mindset masyarakat tentang kesetaraan gender menjadi keadilan gender melalui seminar –

Setelah itu didapatkan larutan standar 10 ppm, untuk diketahui alat yang kami gunakan yakni pada spektrofotometer uv vis dapat menyerap cahaya apabila senyawa

Berdasarkan pendapat diatas, analisis kesalahan sangat bermanfaat bagi para pengajar untuk membuat suatu kesimpulan tentang kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para

Adi Pancoro dari SITH ITB yang telah memberikan dan merekomendasikan data basa nukleotida spesies Homo Sapiens sehingga penulis dapat menyelesaikan studi kasus dalam tugas akhir

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta sebaran Mangrove pada kawasan TWA Teluk Youtefa Berdasarkan Peta Jog tahun 1967, Peta Tutupan Lahan Sekitar Kawasan TWA

Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) ada empat faktor (tipe sistem lahan, tipe  tutupan  lahan,  tipe  tanah  dan  fungsi  kawasan)  utama  yang