• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GEMPA TERHADAP PERENCANAAN BANGUNAN KONSTRUKSI BAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH GEMPA TERHADAP PERENCANAAN BANGUNAN KONSTRUKSI BAJA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GEMPA TERHADAP PERENCANAAN

BANGUNAN KONSTRUKSI BAJA

Dewi Yustiarini1, Leni Luwina2 dan Indra Setia Permana3

1 Program D3 Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudi 229 Bandung Email: dewiyustiarini@yahoo.co.id

2 Program D3 Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudi 229 Bandung Email: leniluwina@yahoo.com

3 Program D3 Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudi 229 Bandung Email:nda_d3teil@yahoo.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko bencana perlu konstruksi bangunan tahan gempa. Perencanaan tahan gempa umumnya didasarkan pada analisa struktur elastis yang diberi faktor beban untuk simulasi kondisi ultimate (batas). Didalam merencanakan bangunan baja dibutuhkan peraturan yang menjamin kekuatan struktur terhadap beban gempa yang terjadi. Kenyataannya, perilaku runtuh bangunan saat gempa adalah inelastis. Pada perencanaan bangunan, khususnya bangunan konstruksi baja, agar dapat tahan gempa, yang perlu diperhatikan antara lain adalah metode perancangan, sifat liat, tegangan baja, tebal minimum, “lateral torsional buckling”, pengaruh P-A, sendi plastis dan kolom, faktor over strength, sambungan serta “braced dan triangulated frame”. Dengan menerapkan beberapa pertimbangan tersebut diatas, maka konstruksi baja yang direncanakan tidak mengalami kerusakan apabila terjadi gempa yang cukup besar dengan skala gempa 7-9 SR. Perencanaan yang terkini yaitu performance based seismic design, yang memanfaatkan teknik analisa non-linier berbasis komputer untuk menganalisa perilaku inelastis struktur dari berbagai macam intensitas gerakan tanah (gempa), sehingga dapat diketahui kinerjanya pada kondisi kritis. Metode tersebut mulai populer sejak diterbitkannya dokumen Vision 2000 dan NEHRP yang didefinisikan sebagai strategi dalam perencanaan, pelaksanaan dan perawatan/perkuatan. Terdiri dari: Operational dan Fully Functional Tak ada kerusakan pada struktur dan non-struktur bangunan tetap berfungsi; Immediate Occupancy dan Operational Tidak ada kerusakan pada struktur, dimana kekuatan dan kekakuannya hampir sama dengan kondisi sebelum gempa. Komponen non- struktur masih berada ditempatnya dan sebagian besar masih berfungsi jika utilitasnya tersedia. Bangunan tetap berfungsi dan tidak terganggu dengan masalah perbaikan; Life Safety dan Life Safe Terjadi kerusakan komponen struktur, kekakuan berkurang, tetapi masih mempunyai ambang yang cukup terhadap keruntuhan, komponen non-struktur masih ada tetapi tidak berfungsi, Dapat dipakai lagi jika sudah dilakukan perbaikan; Collapse Prevention dan Near Collapse Kerusakan yang berarti pada struktur dan non-struktur, Kekuatan struktur dan kekakuannya berkurang banyak, hampir runtuh. Kecelakaan akibat kejatuhan material bangunan yang rusak sangat mungkin terjadi kejatuhan material bangunan yang rusak sangat mungkin terjadi. Kata kunci: gempa, perencanaan bangunan, konstruksi baja, performance based seismic design

PENDAHULUAN

1.

Indonesia adalah negara yang rawan terhadap gempa karena berada dalam wilayah yang tingkat kegempaannya tinggi.Salah satu contoh gempa besar yang pernah terjadi di Indonesia adalah gempa bumi Padang yang terjadi pada Oktober 2009. Gempa bumi tektonik ini menyebabkan lebih ribuan korban tewas, dan beberapa gedung rusak berat. Hal tersebut disebabkan karena gempa bumi menyebabkan terjadinya pergerakan permukaan tanah di bawah struktur bangunan dengan cepat dalam arah maju-mundur sehingga menimbulkan percepatan di dasar struktur yang menyebabkan adanya gaya tambahan yang bekerja pada struktur.

Bangunan yang tidak didesain untuk mengakomodasi beban tambahan tersebut memiliki risiko keruntuhan yang besar. Oleh karena itu, bangunan-bangunan teknik sipil harus didesain secara khusus berkaitan dengan fenomena gempa. Konsep desain tahan gempa yang umum digunakan adalah konsep capacity design. Konsep ini merupakan konsep desain yang memperhitungkan distribusi momen ketika ada bagian dari struktur yang sudah mengalami leleh sehingga pada struktur akan terbentuk sendi plastis yang menyebabkan terjadinya mekanisme keruntuhan plastis. Filosofi dasar dari perencanaan struktur bangunan tahan gempa adalah terdapatnya komponen struktur yang diperbolehkan untuk mengalami kelelehan. Salah satu aspek penting dalam merekayasa bangunan tahan gempa adalah daktilitas. Daktilitas adalah sebagai kemampuan suatu material untuk berdeformasi secara plastik tanpa mengalami fraktur. Sebaliknya, kegetasan adalah kualitas bahan yang menyebabkan keretakan tanpa mengalami deformasi plastik. Dalam perspektif tersebut, baja struktur adalah material yang paling daktail yang secara luas

(2)

digunakan dalam rekayasa material. Kelebihan properti baja tersebut menyebabkannya menjadi sering digunakan oleh para professional.

Namun, dalam pendekatan perancangan struktur baja daktail, aspek daktilitas bahan saja tidaklah cukup untuk menyediakan performa ultimet. Sebagai contoh, pada hampir semua bangunan yang didesain sekarang, ketahanan dalam menghadapi gempa besar terkait langsung pada kemapuan sistem rangka untuk mendisipasikan energi histeretik selama terjadinya deformasi inelastik yang besar tanpa mengalami kehilangan kekuatan yang signifikan. Untuk mencapai respon daktail tersebut, seseorang harus mengenali dan menghindari kondisi-kondisi yang mengarah pada keruntuhan getas serta mekanisme disipasi energi yang handal.

Pada konsep perencanaan struktur bangunan tahan gempa harus diperhitungkan kemampuannya dalam memikul beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut, di antaranya adalah beban gravitasional dan beban lateral. Beban gravitasi adalah beban mati struktur dan beban hidup, sedangkan yang termasuk beban lateral adalah beban angin dan beban gempa.

Berdasarkan UBC 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga kriteria standar sebagai berikut:

1. Ketika terjadi gempa kecil, tidak terjadi kerusakan sama sekali.

2. Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural tetapi bukan merupakan kerusakan struktural.

3. Ketika terjadi gempa kuat, diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non- struktural, namun kerusakan yang terjadi tidak sampai menyebabkan bangunan runtuh.

Untuk mencapai kriteria tersebut, perencanaan bangunan struktur tahan gempa harus dapat memperhitungkan dampak dari gaya lateral yang bersifat siklis (bolak-balik) yang dialami oleh struktur selama terjadinya gempa bumi. Untuk memikul gaya lateral yang dialami oleh bangunan, struktur harus dapat memiliki daktilitas yang memadai di daerah joint atau elemen struktur tahan gempa seperti bresing, link, atau dinding geser.

Perencanaan struktur dapat direncanakan dengan mengetahui skenario keruntuhan dari struktur tersebut dalam menahan beban maksimum yang bekerja. Pelaksanaan konsep desain kapasitas struktur adalah memperkirakan urutan kejadian dari kegagalan suatu struktur berdasarkan beban maksimum yang dialami struktur. Sehingga kita merencanakan bangunan dengan elemen-elemen struktur tidak dibuat sama kuat terhadap gaya yang direncanakan, tetapi ada elemen-elemen struktur atau titik pada struktur yang dibuat lebih lemah dibandingkan dengan yang lain dengan harapan di elemen atau titik itulah kegagalan struktur terjadi pada saat beban gempa maksimum bekerja. Untuk kedepan, semua bangunan di Indonesia haruslah direncanakan terhadap beban gempa. Sehingga apabila terjadi gempa, tidak terdapat lagi korban jiwa. Di sinilah peran seorang insinyur diperlukan. Perencanaan struktur harus dilakukan secara benar. Selain itu, proses konstuksi di lapangan juga harus dilakukan dengan benar, karena selama ini praktek konstruksi di Indonesia masih sering mengabaikan peraturan-peraturan yang telah dibuat untuk menjamin kualitas struktur yang akan dibangun.

Menurut Supriyadi (2005) Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi), dan hanya terjadi pada daerah-daerah tertentu. Jalur atau daerah utama gempa, terdiri dari tiga jalur utama, yaitu : jalur circum pacifik, yang persentase kegempaannya didunia sebesar 80%, jalur mediterania yang dimulai dari laut atlantik dan berakhir serta bertemu dengan jalur circum pacific didaerah Maluku, jalur ini memberikan persentase kegempaan sebesar 15%, jalur ditengah-tengah atlantik, jalur yang paling kecil ini memberikan presentase kegempaan hanya sebesar 5%.

Konsep perencanaan bangunan rumah maupun gedung perlu memperhatikan kriteria-kriteria perencanaan, agar aman dan nyaman untuk di huni maupun indah dipandang. Kriteria perencanaan konstruksi bangunan antara lain : Teknis

Dalam setiap pembangunan gedung, harus dipenuhi persyaratan teknis bahwa bangunan yang didirikan harus kuat untuk menerima beban yang dipikulnya, baik beban sendiri gedung maupun beban yang berasal dari luar seperti beban hidup, beban angin dan beban gempa. Bila persyaratan teknis tersebut tidak diperhitungkan maka akan membahayakan orang yang berada di dalam bangunan dan juga bisa merusak bangunan itu sendiri. Jadi dalam perencanaan harus berpedoman pada peraturan- peraturan yang berlaku dan harus memenuhi persyaratan teknis yang ada.

Ekonomis

Dalam setiap pembangunan, persyaratan ekonomis juga harus diperhitungkan agar tidak ada aktivitas-aktivitas yang mengakibatkan membengkaknya biaya pembangunan. Selain dicapai dengan pendimensian elemen structural dan non struktural yang efektif dan efesien persyaratan ekonomis ini bisa dicapai dengan adanya penyusunan time schedule, pemilihan bahan-bahan bangunan dan pengaturan serta pengerahan tenaga kerja profesional yang tepat.

(3)

Dengan pengaturan biaya dan waktu pekerjaan secara tepat diharapkan bisa menghasilkan bangunan yang berkualitas tanpa menimbulkan pemborosan.

Fungsional

Hal ini berkaitan dengan penggunaan ruang, yang biasanya akan mempengaruhi penggunaan bentang elemen struktur yang digunakan.

Estetika

Agar bangunan terkesan menarik dan indah maka bangunan harus direncanakan dengan memperhatikan kaidah-kaidah estetika. Namun persyaratan estetika ini harus dikoordinasikan dengan persyaratan teknis yang ada untuk menghasilkan bangunan yang kuat, indah dan menarik.

Lingkungan

Setiap proses pembangunan harus memperhatikan aspek lingkungan karena hal ini sangat berpengaruh dalam kelancaran dan kelangsungan bangunanbaik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Persyaratan aspek lingkunganini, dilakukan dengan mengadakan analisis terhadap dampak lingkungan disekitar bangunan tersebut berdiri. Diharapkan dengan terpenuhinya aspek lingkungan ini dapat ditekan seminimal mungkin dampak negatif dan kerugianbagi lingkungan dengan berdirinya Rumah Tinggal Swadaya ini.

Ketersediaan bahan di pasaran

Untuk memudahkan dalam mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan maka harus diperhatikan pula aspek ketersediaan bahan di pasaran. Dengan katalain, sedapat mungkin bahan-bahan yang direncanakan akan dipakai dalamproyek tersebut ada dan lazim di pasaran sehingga mudah didapat dengan biaya hemat.

Ketentuan standar

Perencanaan juga didasarkan pada standar perhitungan yang berlaku di Indonesia, dan jika perlu memakai standar internasional.

Konstruksi bangunan tahan gempa diawali dengan filosofi desain dan struktur bangunan. BPPT mampu melakukan audit teknologi proses konstruksi baja tahan gempa dari segi keselamatan publik serta pengawasan keselamatan dalam masa konstruksi. Baja punya sifat elastis, tidak patah, dan cepat dibangun.

PEMBAHASAN

2.

Tipe gempa bumi

1. Gempa bumi vulkanik (Gunung Api) ;Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.

2. Gempa bumi tektonik ;Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.

Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa vulkanik ialah seperti yang terjadi di Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB.

Penyebab terjadinya gempa bumi

Gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi.

(4)

Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.

Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.

Struktur rangka baja tahan gempa

Perencanaan daerah yang mengalami leleh tersebut ditentukan berdasarkan jenis struktur. Dalam hal ini ada 3 jenis struktur, yaitu sistem rangka pemikul momen, struktur rangka bresing konsentrik, struktur rangka bresing eksentrik. Untuk lebih jelasnya, bagian yang mengalami kelelehan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar A: Struktur Rangka Bresing Eksentrik Gambar B: Struktur Rangka Bresing Eksentrik Gambar C: Struktur Rangka Bresing Konsentrik

Daerah-daerah yang telah kita tentukan akan terjadi leleh tersebut harus dapat dijamin dapat menyerap energi gempa secara baik dan tidak boleh terjadi keruntuhan getas ataupun fraktur pada komponen tersebut.

Konfigurasi sistem struktur

Konfigurasi Struktur Bangunan Baja Tahan Gempa yang dikenal dalam SNI 1729-2002 dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Sistem Rangka Pemikul Momen (Moment Resisting Frames)

Sistem Rangka Pemikul Momen mempunyai kemampuan menyerap energi yang baik, tetapi memerlukan terjadinya simpangan antar lantai yang cukup besar supaya timbul sendi-sendi plastis pada balok yang akan berfungsi untuk menyerap energi gempa. Simpangan yang terjadi begitu besar akan menyebabkan struktur tidak kaku sehingga mengakibatkan kerusakan non-struktural yang besar disamping akan menambah pengaruh efek P-∆ terutama pada bangunan tinggi.

2. Sistem Rangka Bresing Konsentrik (Concentrically Braced Frames)

Sistem Rangka Bresing Konsentrik merupakan pengembangan dari sistem portal tak berpengaku atau lebih dikenal dengan Moment Resisting Frames (MRF). Sistem Rangka Bresing Konsentrik dikembangkan sebagai sistem penahan gaya lateral dan memiliki tingkat kekakuan yang cukup baik. Hal ini bertolak belakang dengan sistem MRF yang hanya bisa digunakan sebagai penahan momen. Kekakuan sistem ini terjadi akibat adanya elemen pengaku yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral yang terjadi pada struktur. Sistem ini penyerapan energinya dilakukan melalui pelelehan yang dirancang terjadi pada pelat buhul. Sistem ini daktilitasnya kurang begitu baik sehingga kegagalannya ditentukan oleh tekuk bresing.

3. Sistem Rangka Bresing Eksentrik (Eccentrically Braced Frames)

Pada Sistem Rangka Bresing Eksentrik ada suatu bagian dari balok yang disebut Link dan direncanakan secara khusus. SRBE diharapkan dapat mengalami deformasi inelastis yang cukup besar pada Link saat memikul gaya-gaya akibat beban gempa rencana karena element link tersebut berfungsi sebagai pendisipasi energi ketika struktur

(5)

menerima beban gempa. Pendisipasian energi ini diwujudkan dalam bentuk plastifikasi pada elemen link tersebut. Hal tersebut yang menyebabkan Sistem SRBE mempunyai nilai daktilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan SRBK yang lebih mengutamakan pada kekuatan strukturnya. Kolom-kolom, batang bresing, dan bagian dari balok di luar Link harus direncanakan untuk tetap dalam keadaan elastis akibat gaya-gaya yang dihasilkan oleh Link pada saat mengalami pelelehan penuh hingga tahap perkerasan regangan.

Konstruksi bangunan tahan gempa

Siklus gempa 200 tahunan yang melanda Padang dan Pariaman menelan ratusan korban jiwa penyebabnya didominasi oleh runtuhnya bangunan yang ditinggali oleh warga. Di lain sisi kita menengok besarnya skala richter gempa tersebut kita juga harus memikirkan bagaimana sebuah bangunan diciptakan untuk tetap bertahan dalam kondisi gempa pada skala tersebut. Ahli konstruksi Teknik Sipil Stanford University, Greg Deierlein mengemukakan penemuannya mengenai bangunan tahan gempa.

Diagram skematik kerangka goyang yang disiapkan untuk goncangan pada tabel pengujian. Baja-frame ditampilkan dalam warna merah. Struktur putih di belakang bingkai mensimulasikan berat dari sebuah bangunan berlantai tiga. Insetnya menunjukkan baja diganti sekering kuning, di dasar frame goyang. Belakang dan di depan adalah sumbu vertikal kabel baja yang menarik bangunan kembali ke plumb setelah gempa bumi. Selama pengujian, frame terjepit di antara dua struktur putih.

Gambar 1. Diagram Seismatik

Setelah tes goncangan, sebuah baja sekering menunjukkan deformasi yang disebabkan oleh energi yang dikeluarkan selama gonjangan terjadi. Sekeringnya dirancang untuk menyerap kerusakan dan mudah diganti setelah gempa bumi. Sebuah metode baru konstruksi baja yang menggunakan tendon dan sekering yang dapat diganti sangat membantu bangunan bertahan dari gempa bumi kuat.Penelitian baru ini telah berhasil diujicobakan. Pada percobaan ini menggunakan meja goyang raksasa, sistem simulasi ini dapat menahan gempa bumi berkekuatan lebih dari 7 skala Richter. Sistem ini lebih kuat menahan goncangan yang pernah terjadi di Northridge pada tahun 1994, yang mengguncang daerah Los Angeles, dan gempa bumi Loma Prieta pada tahun 1989 yang menghancurkan bagian dari San Francisco Bay.

Kekuatan besar gempa bumi sering meninggalkan sisa bangunan yang rusak di bagian belakang dan biasanya sangat mahal untuk memperbaiki. "Sebagian besar bangunan yang kita rancang sedemikian rupa apabila terjadi gempa besar, maka bangunan tersebut dapat menyelamatkan penghuninya, " jelas Greg Deierlein, profesor teknik sipil dan lingkungan di Stanford University dan juga ketua tim peneliti.

Gambar 2. Konstruksi Tahan Gempa

Untuk mengurangi kerusakan struktural, sistem baru bergantung pada steel braced-frames, yang dibangun pada dinding eksterior bangunan. Sistem baru ini dirancang sangat elastis naik turun setiap kali terjadi gempa bumi. Sistem ini terletak di tengah-tengah bingkai tendon baja yang cukup elastis untuk mengendalikan goncangan. Tendon juga membantu mengangkat bangunan kembali ke tempatnya semula setelah gempa berhenti. "Yang menarik dari frame ini adalah terbuat dari batuan yang kuat, dan berbeda dengan sistem konvensional," lanjut Deierlein.

(6)

Baja "sekering" yang diletakkan di bagian bawah frame juga berfungsi menyimpan sisa bangunan dari kerusakan yang terjadi. Sekeringnya dibuat sangat fleksibel dan berfungsi menghilangkan energi seismik, yang membatasi kerusakan pada daerah-daerah tertentu. Seperti halnya alat listrik lainnya, sekering baja ini dapat dengan mudah diganti ketika selesai digunakan.

Menurut Deierlein gagasan system struktural adalah kerusakan dengan penggunaan sekering.. Sistem ini dapat sebagai bagian dari desain awal bangunan dan dapat dipasang ke bangunan yang sudah ada. Hal ini sangat ekonomis dan layak dilaksanakan karena terbuat dari bahan yang biasa digunakan dalam konstruksi.

Struktur bangunan tahan gempa

Prinsip bangunan tahan gempa

Bangunan yang di katakan tahan gempa adalah bangunan yang merespon gempa dengan sifat dakilitas yang mampu bertahan dari keruntuhan, dan fleksibilitas dalam meredam getaran gempa.

1. Dirancang dan diperhitungkan 2. Kombinasi beban dan analisis struktur 3. Penggunaan matrial yang ringan

4. Penempatan massa struktur yang terpisah namun saling berinteraksi Bangunan tahan gempa

1. Struktur memiliki sistem penahan gaya dinakik gempa. 2. Kekuatan sistem penahan gempa

3. Konfigurasi strukturnnya memenudi syarat untuk tujuan bangunan tahan gempa

Pondasi

Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan beban ke tanah. Untuk itu pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras. Kedalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 6- – 75 cm. Pasangan batu gunung untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai dipasang.Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof. Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m. Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter 12 mm dengan panjang 20 -25 cm. Pondasi salah satu hal yang harus di perhatikan pada saat membangun, karena pondasi termausk kalah satu bagian penting dalam bangunan.

PENUTUP

3.

Judul Gempa adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi.Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi), dan hanya terjadi pada daerah-daerah tertentu. Gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Perencanaan daerah yang mengalami leleh tersebut ditentukan berdasarkan jenis struktur. Dalam hal ini ada 3 jenis struktur, yaitu sistem rangka pemikul momen, struktur rangka bresing konsentrik, struktur rangka bresing eksentrik. Konfigurasi Struktur Bangunan Baja Tahan Gempa yang dikenal dalam SNI 1729-2002 dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: Sistem Rangka Pemikul Momen (Moment Resisting Frames), Sistem Rangka Bresing Konsentrik (Concentrically Braced Frames), Sistem Rangka Bresing Eksentrik (Eccentrically Braced Frames).

DAFTAR PUSTAKA

Oktora, Andre Puja. 2009. Struktur Rangka Baja Tahan Gempa, (Online), (http://www.google.com.html, diakses Maret 2011).

Oktora, Andre Puja. 2009. Pengenalan Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa, (Online), (http://www.google.com.html, diakses 25 Maret 2011).

Dewobroto, W. (2009). “Evaluasi kinerja bangunan baja tahan gempa dengan SAP2000”. Vol.3, 7-18.

Supriyadi, B. dan Sulistyo, P. (1984). “ Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada perencanaan bangunan konstruksi baja akibat pengaruh gempa”. Vol.1 22-25.

Gambar

Gambar A: Struktur Rangka Bresing Eksentrik  Gambar B: Struktur Rangka Bresing Eksentrik  Gambar C: Struktur Rangka Bresing Konsentrik
Gambar 1. Diagram Seismatik

Referensi

Dokumen terkait

Pada tugas akhir ini direncanakan bangunan komposit tahan gempa yang mengacu pada peta gempa 2010.. Bangunan terdiri dari 10 lantai dimana dimensi bangunan 24 x 24 m 2 ,

169 Bangunan Tahan Gempa : Prilaku Tektonik pada Elemen Struktur Bangunan.. Rumah

Jika bangunan kaku (fixed) terhadap tanah (dan tidak dapat tergeser) gaya inersia yang menahan percepatan tanah akan bekerja pada tiap-tiap elemen struktur dari

Jika komponen struktur tarik tersusun dari dua elemen utama atau lebih, sambungan antar elemen harus direncanakan mampu untuk memikul gaya dalam akibat bekerjanya gaya-gaya luar

Merencanakan struktur bangunan yang tahan gempa perlu memperhitungkan struktur mampu memikul beban yang disebabkan oleh gempa.Pada struktur bangunan ditambah

Jika komponen struktur tarik tersusun dari dua elemen utama atau lebih, sambungan antar elemen harus direncanakan mampu untuk memikul gaya dalam akibat bekerjanya gaya-gaya

Jika bangunan kaku (fixed) terhadap tanah (dan tidak dapat tergeser) gaya inersia yang menahan percepatan tanah akan bekerja pada tiap-tiap elemen struktur

5.. Sloof merupakan bagian dari elemen struktur bangunan yang berfungsi sebagai pengikat elemen struktur lainnya yaitu kolom agar sistem struktur bangunan pada