• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kesehatan Kartika 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Kesehatan Kartika 1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Kartika

1

ANALISIS FAKTOR DOMINAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT UMUM BAYU ASIH PURWAKARTA TAHUN 2009

Oleh :

Budiman, Juju Juhaeriah, dan E. Eryana Dinata

Stikes A. Yani Cimahi

ABSTRAK

Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan

bawahan khususnya (Hasibuan, 2007). Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya

dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan

tujuan yang telah ditentukan”. Motivasi yang dilakukan di RSU Bayu Asih Purwakarta belum dilaksanakan

dengan baik. Hal ini terlihat dari banyaknya keluhan pasien dalam pelayanan, lambatnya pencarian status

pasien yang dirawat ulang, tidak teraturnya penyimpanan status pasien serta dokter sering datang

terlambat sehingga pasien harus menunggu lebih lama, belum dilaksanakan sepenuhnya sistem yang

baku tentang pemberian penghargaan dan hukuman terhadap para pegawai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan motivasi kerja perawat di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Bayu Asih Purwakarta

Metode penelitian ini menggunakan disain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perawat yang terkait di dalam pelaksanaan pelayanan pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Bayu Asih. Sampel yang terlibat sebanyak 97 orang. Analisa yang dilakukan secara kuantitatif, analisa

statistic yang digunakan adalah secara univariat dan multivariat.

Hasil penelitian menunjukkan faktor yang paling dominan motivasi kerja perawat di instalasi rawat inap

Rumah Sakit Umum Bayu Asih Purwakarta tahun 2009, pada faktor 1 (faktor penghasilan dan jenjang

karier) yaitu variabel kesempatan untuk maju/promosi, karena mempunyai nilai korelasi paling besar yaitu

0,825. sedangkan pada faktor 2 (kondisi intern pekerjaan) yaitu variabel perlakuan yang wajar, karena

mempunyai nilai korelasi paling besar yaitu 0,878.

Disarankan kepada pihak rumah sakit sebaiknya memperhatika penghasilan dan jenjang karier karyawan

misalnya dengan memberikan upah yang layak serta memberikan kesempatan untuk maju/promosi

kepada semua karyawan, karyawan diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan

jangan hanya kepada orang-orang tertentu saja. Pimpinan harus memberikan perhatian kepada karyawan

karena dengan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan sehingga karyawan akan merasa

dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasinya.

Kata Kunci : Motivasi Kerja, Analisis Multivariat

A. PENDAHULUAN

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dengan demikian aspek kesehatan memerlukan

dukungan dari berbagai sektor. Tujuan pembangunan kesehatan pada dasarnya adalah untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang agar dapat terwujud

(2)

Jurnal Kesehatan Kartika

2

derajat kesehatan yang optimal. Untuk mendukung terwujudnya tujuan tersebut dilakukan berbagai

upaya. Termasuk upaya pengembangan tenaga kesehatan, manajemen, sarana pendukung dan lain

sebagainya (Depkes, 2004).

Menurut Susenas 2001, ditemukan 23,2 % masyarakat yang bertempat tinggal di Pulau Jawa

dan Bali menyatakan tidak/kurang puas terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh

rumah sakit pemerintah di kedua pulau tersebut. Mutu sumber daya manusia Kesehatan masih

memerlukan pembenahan. Hal ini tercermin dari kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

yang belum optimal. Dukungan utama pelayanan rawat inap adalah sumber daya manusia atau

produktivitas sebagai pelaksanaan pelayanan kesehatan (Depkes, 2004).

Sistem penghargaan dan sanksi, peningkatan karier, pendidikan dan pelatihan berjenjang dan

berkelanjutan, akreditasi pendidikan dan pelatihan, serta sertifikasi, regristrasi dan lisensi sumber daya

manusia kesehatan belum mantap. Sampai saat ini sistem sertifikasi regristrasi dan lisensi sumber

daya manusia di Indonesia belum mencakup aspek profesionalisme. Sistem yang digunakan pada

saat ini, karena hanya dilakukan oleh Departemen Kesehatan masih bersifat administratif. Kerja sama

lintas program, lintas sektor dan dengan organisasi profesi serta lembaga swadaya masyarakat dalam

pengembangan masih terbatas (Depkes, 2004).

Rumah sakit adalah salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang merupakan bagian

integral dari sistem pelayanan kesehatan. Tujuan dari rumah sakit adalah memberikan pelayanan

kesehatan komprehensif, mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Strategi dalam pencapaian rencana pengembangan Rumah Sakit Umum Bayu Asih adalah :

Pelayanan prima, Pengembangan dan pembangunan berbagai revenue centre, melalui pembangunan

dan pengembangan sarana fisik, alat kesehatan dan non kesehatan, pngembangan SIMRS,

pengadaan, peningkatan dan pengembangan SDM, serta Penataan dan pemantapan organisasi dan

manajemen.

Bagi suatu perusahaan termasuk rumah sakit masalah motivasi kerja adalah masalah yang

penting dan tidak habis-habisnya untuk dibahas dan juga merupakan issue strategis bagi rumah sakit

dalam manajemen sumber daya manusia. Banyak aspek internal maupun eksternal yang mendukung

terciptanya motivasi kerja pegawai yang baik dalam suatu rumah sakit.

Salah satu indikator yang sangat mempengaruhi dalam upaya peningkatan motivasi kerja adalah

terdapat pada aspek-aspek yang meliputi 8 variabel diantaranya: Upah yang adil dan layak/pemberian

insentif, Kesempatan untuk maju/promosi, Pengakuan sebagai individu, Keamanan kerja,

Memperhatikan lingkungan tempat bekerja/tempat kerja yang baik, Menciptakan persaingan yang

sehat/penerimaan oleh kelompok, Perlakuan yang wajar/harga diri, Pengakuan atas prestasi (Clude S

dalam Hasibuan, 2007).

Aspek motivasi merupakan faktor penentu motivasi. Setiap pegawai di Rumah Sakit mempunyai

motivasi yang berbeda-beda. Maka pihak Rumah Sakit harus mengatasi aspek-aspek motivasi

tersebut dengan cara memberikan Upah yang adil dan layak/pemberian insentif, Kesempatan untuk

maju/promosi, Pengakuan sebagai individu, Keamanan kerja, Memperhatikan lingkungan tempat

bekerja/tempat kerja yang baik, Menciptakan persaingan yang sehat/penerimaan oleh kelompok,

(3)

Jurnal Kesehatan Kartika

3

Perlakuan yang wajar/harga diri, Pengakuan atas prestasi. Sehingga setiap pegawai akan termotivasi

untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik.

Menurut Hasibuan (2007) mengemukakan bahwa “Motivasi (motivation) dalam manajemen

hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi

mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja

sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan”.

Motivasi yang dilakukan di RSU Bayu Asih Purwakarta belum dilaksanakan dengan baik. Dari

pengamatan menunjukan bahwa masih kurangnya motivasi kerja perawat, hal ini terlihat dari : perawat

datang sering terlambat sebanyak 40%, Banyak yang tidak mengikuti apel pagi, kurang cepat dalam

menangani keluhan pasien, Pelaksanaan pekerjaan baik teknis administrasi maupun teknis pelayanan

medik belum berfungsi sesuai dengan tuntutan organisasi. Hal ini terlihat dari banyaknya keluhan

pasien dalam pelayanan, lambatnya pencarian status pasien yang dirawat ulang, tidak teraturnya

penyimpanan status pasien serta dokter sering datang terlambat sehingga pasien harus menunggu

lebih lama, belum dilaksanakan sepenuhnya sistem yang baku tentang pemberian penghargaan dan

hukuman terhadap para pegawai. Hal ini yang kemungkinan menjadi penyebab menurunnya motivasi

kerja perawat dalam melakukan tugasnya. Sedangkan sisanya yaitu 60% perawat motivasinya sudah

bagus, hal ini terlihat dari indeks apel pagi 6, absen harian hadir terus, nilai DP3 nya bagus, dan dalam

pelayanan kepada pasien pun sudah baik.

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Analisis Faktor

Dominan Motivasi kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bayu Asih

Purwakarta”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan motivasi kerja perawat di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bayu Asih Purwakarta. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini

adalah:

1.

Mengidentifikasi indikator motivasi kerja perawat yang mencakup : Upah yang adil dan

layak/pemberian insentif, Kesempatan untuk maju/promosi, Pengakuan sebagai individu,

Keamanan kerja, Tempat kerja yang baik, Penerimaan oleh kelompok, Perlakuan yang wajar,

Pengakuan atas prestasi.

2.

Mengidentifikasi faktor dominan (Upah yang adil dan layak/pemberian insentif, Kesempatan

untuk maju/promosi, Pengakuan sebagai individu, Keamanan kerja, Tempat kerja yang baik,

Penerimaan oleh kelompok, Perlakuan yang wajar, Pengakuan atas prestasi) motivasi kerja

perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bayu Asih Purwakarta.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Motivasi kerja sangat dipengaruhi oleh Pemberian gaji/insentif, Kesempatan untuk

maju/promosi, Pengakuan sebagai individu, Keamanan kerja, Tempat kerja yang baik/kondisi kerja,

Penerimaan oleh kelompok/ atas prestasi. kelompok kerja, Perlakuan yang wajar, Pengakuan atas

prestasi.

(4)

Jurnal Kesehatan Kartika

4

Gambar 1 : Kerangka Konsep Penelitian

Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dirancang dengan menggunakan survey

analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional (Potong Lintang). Sifat dari penelitian ini

adalah bersifat penjelasan (Explanatory) yaitu menjelaskan faktor dominan yang berhubungan

dengan motivasi kerja perawat yang tinggi. Analisa yang dilakukan secara kuantitatif, analisa statistic

yang digunakan adalah secara univariat dan multivariate (Notoatmodjo S, 2005).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang terkait di dalam pelaksanaan

pelayanan pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bayu Asih sebanyak 162 orang. Dengan

demikian responden yang diberi angket untuk menjawab pertanyaan kuesioner sebanyak 97

responden.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Tidak ada faktor dominan (Upah yang adil dan layak/pemberian insentif, Kesempatan untuk

maju/promosi, Pengakuan sebagai individu, Keamanan kerja, Tempat kerja yang baik,

MOTIVASI KERJA

TINGGI

2. Kesempatan untuk maju /

promosi

8. Pengakuan atas prestasi 3. Pengakuan sebagai individu

4. Keamanan kerja

5. Tempat kerja yang baik / kondisi kerja

6. Penerimaan oleh kelompok/kelompok kerja

7. Perlakuan yang wajar 1. Pemberian gaji / insentif

(5)

Jurnal Kesehatan Kartika

5

Penerimaan oleh kelompok, Perlakuan yang wajar, Pengakuan atas prestasi) yang berhubungan

dengan motivasi kerja perawat yang tinggi di Instalasi Rawat Inap RSU Bayu Asih Purwakarta.

2. Ada faktor dominan (Upah yang adil dan layak/pemberian insentif, Kesempatan untuk

maju/promosi, Pengakuan sebagai individu, Keamanan kerja, Tempat kerja yang baik,

Penerimaan oleh kelompok, Perlakuan yang wajar, Pengakuan atas prestasi) yang berhubungan

dengan motivasi kerja perawat yang tinggi di Instalasi Rawat Inap RSU Bayu Asih Purwakarta.

Analisis datayang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dan analisis

multivariat dengan menggunakan analisis faktor dengan tahap sebagai berikut

1. KMO and Barlett's Test (Uji Correlation Matrix)

Kaiser MeyerOlkinMeasure of Sampling Adequency, yaitu indeks yang membandingkan

besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Angka yang

dihasilkan oleh KMO Measure Sampling Adequacy harus lebih besar dari 0,500 Supaya analisis

faktor dapat diproses lebih lanjut. Barlett's Test ofSphericity yaitu tes yang digunakan untuk

menguji interdependensi antara variabel-variabel yang menjadi indikator suatu faktor. Analisis ini

bermaksud untuk menyatakan bahwa variabel-variabel yang dimaksud tidak berkorelasi satu

dengan lainnya dalam populasi. Angka p value dalam test ini harus menunjukkan angka < 0,5

supaya analisis faktor dapat dilakukan.

2. Anti Image Matrices

Tabel yang menunjukkan sejumlah angka yang membentuk diagonal, yang bertanda “a”, yang

menandakan angka MSA (Measures of Sampling Adequency) sebuah variabel. Apabila angka

MSA sebuah variabel di bawah 0,5 maka variabel tersebut harus dikeluarkan dan dilakukan

pengulangan pemilihan variabel.

3. Total Variance Explained

Tabel ini digunakan untuk menunjukkan jumlah varian yang berasosiasi dengan masing-masing

faktor. Faktor yang mempunyai eigenvalue 1 yang dimasukkan dalam model, sedangkan yang

nilainya kurang dari 1 merupakan faktor yang tidak dimasukkan ke dalam model.

4. Component Matrix dan Rotated Component Matrix

Kedua tabel ini berguna untuk menjelaskan distribusi variabel-variabel ke dalam faktor - faktor

yang terbentuk. Component Matrix memuat koefisien yang digunakan untuk menyatakan variabel

standar yang disebut faktor. Koefisien faktor loading menerangkan korelasi antara variabel asal

dengan faktornya. Nilai korelasi yang besar menyatakan hubungan yang erat antara faktor dan

variabel asal sehingga variabel dapat digunakan untuk membentuk faktor.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Responden berdasarkan Komponen Motivasi Kerja di Rumah Sakit Umum Bayu

Asih Purwakarta Tahun 2009

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Komponen Motivasi di Rumah Sakit

Umum Bayu Asih Purwakarta Tahun 2009

Variabel

Jumlah

Persentase (%)

1. Pemberian Gaji/Insentif

Baik

26

26,8

(6)

Jurnal Kesehatan Kartika

6

Variabel

Jumlah

Persentase (%)

2. Kesempatan untuk maju/promosi

Baik

54

55,7

Kurang Baik

43

44,3

3. Pengakuan sebagai individu

Baik

43

44,3

Kurang Baik

54

55,7

4. Keamanan Bekerja

Baik

59

60,8

Kurang Baik

38

39,2

5. Lingkungan tempat kerja

Baik

30

30,9

Kurang Baik

67

69,1

6. Kelompok kerja

Baik

94

96,9

Kurang Baik

3

3,1

7. Perlakuan Yang Wajar

Baik

78

80,4

Kurang Baik

19

19,6

8. Pengakuan atas prestasi

Baik

35

36,1

Kurang Baik

62

63,9

Total

97

100

Distribusi pemberian gaji/insentif di Rumah Sakit Umum Bayu Asih Purwakarta dapat

dilihat pada tabel 1. Hasil penelitian dilaporkan bahwa responden berpendapat bahwa pemberian

gaji/insentif sebagian besar kurang baik yaitu 71 orang (73,2%). Dari segi kesempatan untuk

maju/promosi responden berpendapat bahwa kesempatan untuk maju/promosi hampir

setengahnya menyatakan baik yaitu 54 orang (55,7%). Responden pun berpendapat bahwa

pengakuan sebagai individu di Rumah Sakit Umum Bayu Asih Purwakarta hampir setengahnya

menyatakan kurang baik, yaitu 54 orang (44,3%).

Distribusi keamanan kerja di Rumah Sakit Umum Bayu Asih Purwakarta dapat dilihat

pada tabel 4.4. Hasil penelitian dilaporkan bahwa responden berpendapat bahwa keamanan

kerja di RSU Bayu Asih Purwakarta sebagian besar menyatakan sudah baik yaitu 59 orang

(60,8%). Berdasarkan lingkungan tempat kerja/Kondisi kerja di RSU Bayu Asih Purwakarta

sebagian besar menyatakan kurang baik yaitu sebanyak 67 orang (69,1%). Sedangkan

berdasarkan kelompok kerja, sebagian besar responden menyatakan baik, yaitu sebesar 94

orang (96,9%).

Distribusi perlakuan yang wajar di Rumah Sakit Umum Bayu Asih Purwakarta dapat dilihat

pada tabel 7. Hasil penelitian dilaporkan bahwa responden berpendapat bahwa perlakuan yang

wajar di RSU Bayu Asih Purwakarta sebagian besar menyatakan baik, yaitu 78 orang (80,4%).

Sedangkan berdasarkan pengakuan atas prestasi di Rumah Sakit Umum Bayu Asih Purwakarta

(7)

Jurnal Kesehatan Kartika

7

dapat dilihat pada tabel 8. Hasil penelitian dilaporkan bahwa responden berpendapat, bahwa

pengakuan atas prestasi di Rumah Sakit Umum Bayu Asih Purwakarta sebagian besar kurang

baik, yaitu 62 orang (63,9%).

2. Analisis Faktor Komponen Variabel Motivasi Kerja

Langkah pertama dari analisis ini yaitu dengan melihat besaran KMO and Bartlett’s test

dan Anti-Image Matrices, bila angka KMO and Bartlett’s test diatas 0,5 dan p value kurang dari

0,5 maka variabel dan sampel yang ada bisa di analisis lebih lanjut.

Tabel 2. Angka KMO and Bartlett's dari delapan variabel motivasi kerja tinggi perawat di Instalasi

Rawat Inap RSU Bayu Asih Purwakarta Tahun 2009

KMO

p-Value

0.815

0.001

Pada tabel 2 nilai KMO-Measure of Sampling Adequacy (MSA) menunjukkan nilai 0,815

atau diatas 0,5 dan Barlett’s test of Spherricity memiliki angka p value 0,0001 < a (0,05), maka

variable dan sampel yang ada secara keseluruhan bisa dianalisis lebih lanjut.

Tabel 3. Angka MSA dari delapan variabel motivasi kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSU

Bayu Asih Purwakarta Tahun 2009

Variabel

Angka MSA

Pemberian gajih/insentif

0,891

Kesempatan untuk maju/promosi

0,855

Pengakuan sebagai individu

0,890

Keamanan kerja

0,874

Kondisi kerja

0,679

Kelompok kerja

0,699

Perlakuan yang wajar

0,735

Pengakuan atas prestasi

0,849

Hasil menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai MSA diatas 0,5, Seperti angka

MSA untuk variabel pemberian gajih/insentif (0,891), untuk variabel kesempatan untuk

maju/promosi (0,855), untuk variabel pengakuan sebagai individu (0,890), untuk variabel

keamanan kerja (0,874), untuk variabel kondisi kerja (0,679), untuk variabel kelompok kerja

(0,699), untuk variabel perlakuan yang wajar (0,735), dan untuk variabel pengakuan atas prestasi

(0,849). Dengan demikian ke delapan variabel seperti pemberian gajih/insentif, kesempatan

untuk maju/promosi, pengakuan sebagai individu, keamanan kerja, kondisi kerja, kelompok kerja,

perlakuan yang wajar dan pengakuan atas prestasi bisa dianalisis lebih lanjut.

(8)

Jurnal Kesehatan Kartika

8

Table 4. Jumlah varian sutau variabel mula-mula yang bisa dijelaskan oleh faktor yang ada dari

delapan variabel motivasi kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Bayu Asih

Purwakarta Tahun 2009

Tabel 4 untuk variabel pemberian gajih/insentif menunjukan angka 0,613 yang berarti

61,3% varian variabel pemberian gajih/insentif dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk

variabel kesempatan untuk maju/promosi adalah 0,685 yang berarti 68,5% varian variabel

kesempatan untuk maju/promosi dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel

pengakuan sebagai individu adalah 0,689 yang berarti 68,9% varian varibel pengakuan sebagai

individu dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel keamanan kerja adalah 0,725

yang berarti 72,5% varian variabel keamanan kerja dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.

Untuk variabel kondisi kerja adalah 0,474 yang berarti 47,4% varian variabel kondisi kerja dapat

dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel kelompok kerja adalah 0,659 yang berarti

65,9% varian variabel kelompok kerja dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel

perlakuan yang wajar adalah 0,845 yang berarti 84,5% varian variabel perlakuan yang wajar

dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Dan untuk variabel pengakuan atas prestasi adalah

0,738 yang berarti 73,8% varian variabel pengakuan atas prestasi dapat dijelaskan oleh faktor

yang terbentuk.

Tabel 5. Total Variance Explained dari delapan variabel motivasi kerja perawat di Instalasi Rawat

Inap RSU Bayu Asih Purwakarta Tahun 2009

Komponen

Initial Eigenvalues

Total

Varian %

Kumulativ %

1

4,359

54,483

54,483

2

1,070

13,378

67,861

3

.821

10,263

78,125

4

.534

6,671

84,795

5

.486

6,076

90,871

Variabel

Extraction

Pemberian gajih/insentif

0,613

Kesempatan untuk maju/promosi

0,685

Pengakuan sebagai individu

0,689

Keamanan kerja

0,725

Kondisi kerja

0,474

Kelompok kerja

0,659

Perlakuan yang wajar

0,845

(9)

Jurnal Kesehatan Kartika

9

Komponen

Initial Eigenvalues

Total

Varian %

Kumulativ %

6

.286

3,576

94,447

7

.252

3,147

97,594

8

.192

2,406

100.000

Dari variabel-variabel yang ada, terbentuk dua faktor, dengan nilai eighnvalues diatas 1

yaitu komponen 1 dan 2. Dengan demikian dua faktor adalah hasil reduksi kedelapan variabel

yang optimal. Ada delapan variabel yang dimasukan dalam analisis faktor. Kedelapan variabel

tersebut diringkas menjadi dua faktor, maka varians yang dapat dijelaskan oleh dua faktor adalah

varians faktor pertama adalah 4,359/8 X 100% = 54,483%. Varians faktor kedua adalah 1,070/8

X 100% = 13,378%. Total kedua faktor akan bisa menjelaskan 54,483% + 13,378% atau

67,861% dari variabilitas kedelapan variabel asli tersebut.

Tabel 6. Rotated Component Matrix dari delapan variabel motivasi kerja perawat di Instalasi

Rawat Inap RSU Bayu Asih Purwakarta Tahun 2009

Faktor 1

Nilai

Korelasi

Faktor 2

Nilai

Korelasi

Pemberian Gaji/insentif

Kesempatan untuk

maju/Promosi

Pengakuan sebagai individu

Keamanan kerja

Pengakuan atas

Prestasi

0,742

0,825

0,768

0,692

0,804

Lingkungan tempat

kerja/Kondisi kerja

Kelompok kerja

Perlakuan yang wajar

0,665

0,782

0,878

Tabel 6 memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Dari tabel Rotated

Component Matrix dapat dijelaskan variabel-variabel sebagai berikut : Variabel Pemberian

gajih/insentif, variabel ini masuk faktor 1, karena faktor loading dengan faktor 1 paling besar

(0,742). Variabel Kesempatan untuk maju/promosi, variabel ini masuk faktor 1, karena faktor

loading dengan faktor 1 paling besar (0,825). Variabel Pengakuan sebagai individu, varibel ini

masuk faktor 1, karena faktor loading dengan faktor 1 paling besar (0,768). Variabel Keamanan

kerja, variabel ini masuk faktor 1, karena faktor loading dengan faktor 1 paling besar (0,692).

Variabel Kondisi kerja, variabel ini masuk faktor 2, karena faktor loading dengan faktor 2 paling

besar (0,665). Variabel kelompok kerja, vaktor ini masuk faktor 2, karena faktor loading dengan

faktor 2 paling besar (0,782). Variabel perlakuan yang wajar, variabel ini masuk faktor 2, karena

(10)

Jurnal Kesehatan Kartika

10

faktor loading dengan faktor 2 paling besar (0,878). Variabel pengakuan atas prestasi, variabel ini

masuk faktor 1, karena faktor loading dengan faktor 1 paling besar (0,804).

Dari analisis diatas dapat disimpulkan, dari 8 variabel yang diteliti, dengan proses

factoring bisadireduksi menjadi hanya 2 faktor, yaitu:

a. Faktor 1 terdiri dari variabel Pemberian gaji/insentif, Kesempatan untuk maju/promosi,

Pengakuan sebagai individu, Keamanan kerja, dan Pengakuan atas prestasi. Faktor ini

dinamakan faktor Penghasilan dan jenjang karier. Pada faktor ini yang menjadi faktor

dominan yaitu variabel kesempatan untuk maju/promosi dengan nilai korelasi 0,825.

b. Faktor 2 terdiri dari variabel Kondisi kerja, Kelompok kerja, dan Perlakuan yang wajar. Faktor

ini dinamakan faktor Kondisi intern pekerjaan. Pada faktor ini yang menjadi faktor dominan

yaitu variabel perlakuan yang wajar dengan nilai korelasi 0,878.

Hasil penelitian pemberian gaji/insentif di RSU Bayu Asih mempunyai nilai korelasi

dengan faktor 1 cukup kuat (0,742), semakin besar pemberian gaji/insentif semakin tinggi

motivasi kerja. Pemberian gaji/insentif mempengaruhi motivasi kerja karena dengan

upah yang tinggi dapat memotivasi untuk bekerja lebih baik. Dalam teori motivasi Claude

S. George menyatakan Seorang menjadi pegawai karena mereka ini menginginkan

upah/gaji untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Oleh karena itu setiap

perusahaan/instansi hendaknya dapat mengusahakan upah/gaji yang dapat memenuhi

harapan (layak) dan juga kebutuhan diluar kebutuhan pokok.

Hasil penelitian kesempatan untuk maju/promosi di Rumah Sakit Bayu Asih

Purwakarta menggambarkan korelasi cukup kuat dengan faktor 1 yaitu (0,825) semakin

diberi kesempatan untuk maju/mengembangkan karier dan sering di promosikan dalam

kariernya, maka akan semakin memotivasi pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Di

RS. Bayu Asih kesempatan untuk maju/promosi belum berjalan dengan baik dan hanya

diberikan kepada orang tertentu saja, ijin untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi juga sangat sulit dan terlihat orang yang memegang kedudukan/jabatan

hanya orang terdekat pimpinan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Herzberg bahwa

pengembangan karier akan menjadikan motivasi bagi karyawan yang pada akhirnya

akan meningkatkan motivasi kerja.

Hasil penelitian pengakuan sebagai individu menggambarkan korelasi cukup kuat

dengan faktor 1 yaitu (0,768). Menurut Claude S. George pegawai yang dihargai dan

diperhatikan dapat meningkatkan semangat dan kegairahan kerja dari para pegawai.

Menu. Hubungan karyawan dengan pimpinan sangat penting artinya dalam

meningkatkan motivasi kerja.

Dari segi keamanan kerja sudah baik lebih banyak yaitu sebesar 60,8%

dibandingkan dengan keamanan kerja kurang baik yaitu 39,2%. Keamanan kerja

mempunyai korelasi cukup kuat (0,692) dengan faktor 1 terhadap motivasi kerja, hal ini

berarti semakin dijamin keamanan pada saat bekerja akan semakin tinggi motivasi

kerjanya. Menurut Claude S George (dalam Hasibuan, 2007) timbulnya semangat dan

kegairahan pegawai dalam bekerja apabila mereka merasa cukup aman dan terjamin

masa depannya. Cara-cara yang dapat dilaksanakan dalam menimbulkan rasa aman di

(11)

Jurnal Kesehatan Kartika

11

masa depan ini, misalnya dengan melaksanakan pemeriksaan kesehatan kepada

seluruh karyawan, dengan cara ini selain dapat merasa aman juga dapat meningkatkan

loyalitas pada tempat kerja.

Persentase responden ditinjau dari segi lingkungan tempat kerja/kondisi kerja

masih kurang baik lebih banyak yaitu sebesar 69,1% dibandingkan dengan lingkungan

tempat kerja sudah baik yaitu 30,9%. Dari hasil penelitian semakin nyaman

lingkungan/kodisi tempat bekerja semakin tinggi motivasi kerja para pegawai, hal ini

terlihat korelasi variabel kondisi kerja dengan faktor 2 ini cukup kuat yaitu (0,665).

Hasil penelitian variabel kelompok kerja di Rumah Sakit Bayu Asih Purwakarta

menggambarkan nilai korelasi yang cukup kuat dengan faktor 2 yaitu (0,782), Semakin

baik hubungan dalam kelompok kerja maka akan memberikan motivasi bagi para

pegawai. Menurut Herzberg dalam Siagian (2004), faktor yang mempengaruhi suatu

motivasi kerja seseorang yaitu kelompok kerja yang mempunyai arti tentang kerjasama

dan keeratan hubungan antara teman sekerja dalam kelompok. Tetapi pada

kenyataannya masih banyak kesenjangan yang terjadi dalam suatu kelompok kerja.

Hasil analisis pengamatan diketahui bahwa sebagian besar responden ditinjau

dari segi perlakuan yang wajar sudah baik lebih banyak yaitu sebesar 80,4%

dibandingkan dengan perlakuan yang wajar kurang baik yaitu 19,6%. Dari hasil

penelitian didapatkan korelasi variabel perlakuan yang wajar dengan faktor 2 cukup kuat

yaitu (0,878), hal ini menunjukan semakin mendapatkan perlakuan yang wajar baik oleh

atasan maupun oleh teman kerjanya maka semakin memberikan motivasi kerja yang

tinggi terhadap pegawai. Hasil wawancara dengan responden dan pengamatan peneliti,

di RSU Bayu Asih sangat terasa jarak antara atasan dan bawahan, tidak adanya

penghargaan terhadap bawahan yang berprestasi sehingga bawahan merasa tidak

diperlakukan dengan wajar, sehingga tidak terjalin hubungan yang harmonis antara

atasan dan bawajan.

Menurut Claude S. George dalam Hasibuan (2007) setiap pimpinan harus

menyadari betapa pentingnya rasa harga diri pada karyawannya/pegawai, untuk itu

sebagai pimpinan harus berusaha agar dapat menimbulkan suasana yang baik dalam

perusahaannya agar terhindar dari tindakan-tindakan yang dapat merendahkan harga

diri para pegawai/karyawan. Dalam meningkatkan harga diri pegawai dapat dilakukan

dengan jalan memberikan penghargaan bagi yang berprestasi atau berjasa bagi

perusahaan, sedikitnya perhatian dari pimpinan misalnya dengan sekali-kali mengajak

berunding, memberi pakaian seragam dan lain-lain.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Sebagian besar responden berpendapat yaitu 71 (73,2%) menganggap Pemberian

gajih/insentif di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Bayu Asih Purwakarta masih kurang

baik, Kesempatan untuk maju/promosi sudah baik yaitu sebanyak 54 (55,7%), untuk

Pengakuan sebagai individu masih kurang baik sebannyak 54 (55,7%), untuk Keamanan

kerja sudah baik sebanyak 59 (60,8%), untuk Lingkungan tempat kerja/kondisi kerja masih

(12)

Jurnal Kesehatan Kartika

12

kurang baik sebanyak 67 (69,1%), untuk Kelompok kerja sudah baik sebanyak 94 (96,9%),

untuk Perlakuan yang wajar sudah baik sebanyak 78 (80,4%), dan untuk Pengakuan atas

prestasi masih kurang baik sebanyak 62 (63,9%).

b. Analisis faktor mengungkapkan dua faktor pembentuk motivasi kerja tinggi yaitu:

Faktor1"penghasilan dan jenjang karier“ terdiri dari variabel Pemberian gajih/insentif,

Kesempatan untuk maju/promosi, Pengakuan sebagai individu, Keamanan kerja, dan

Pengakuan atas prestasi. Faktor2 “kondisi intern pekerjaan" terdiri dari variabel Kondisi

kerja, Kelompok kerja, dan Perlakuan yang wajar.

c. Faktor yang paling dominan motivasi kerja perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum

Bayu Asih Purwakarta tahun 2009, pada faktor 1 (faktor penghasilan dan jenjang karier) yaitu

variabel kesempatan untuk maju/promosi, karena mempunyai nilai korelasi paling besar yaitu

0,825. sedangkan pada faktor 2 (kondisi intern pekerjaan) yaitu variabel perlakuan yang

wajar, karena mempunyai nilai korelasi paling besar yaitu 0,878.

2. Saran

a. Untuk meningkatkan motivasi kerja, diharapkan pihak rumah sakit sebaiknya memperhatika

penghasilan dan jenjang karier karyawan misalnya dengan memberikan upah yang layak

serta memberikan kesempatan untuk maju/promosi kepada semua karyawan, karyawan

diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan jangan hanya kepada

orang-orang tertentu saja. Pimpinan harus memberikan perhatian kepada karyawan karena dengan

hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan sehingga karyawan akan merasa

dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasinya. Selain itu pimpinan harus

menjamin keamanan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya misalnya dengan

melaksanakan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh karyawan karena dengan cara ini

selain dapat merasa aman juga dapat meningkatkan loyalitas pada tempat kerja serta

memberikan hadiah atau reward kepada karyawan yang berprestasi.

b. Untuk lebih meningkatkan motivasi sebaiknya pimpinan perlu memperhatikan kondisi intern

pekerjaan misalnya dengan cara memonitor dan berkomunikasi baik langsung maupun tidak

langsung sehingga terjalin suatu hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, serta

memberikan suatu kepercayaan dalam melakukan tindakan yang berhubungan dengan

pekerjaan dan penempatan karyawan harus sesuai dengan bidang keahliannya.

KEPUSTAKAAN

Hasibuan malayu S.P., 2007. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Penerbit Bumi

Aksara. Bandung

Moekijat, 2001. Pengembangan Manajemen dan Motivasi. Penerbit Pionir Jaya Bandung

Moekijat, 2002. Dasar-Dasar Motivasi. Penerbit Pionir. Jaya Bandung

(13)

Jurnal Kesehatan Kartika

13

Notoatmodjo S, 2005. Metodologi Penelitin Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Riduwan, 2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung

Sondang, p. Siagian. 2002. Kiat meningkatkan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta. Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Angka KMO and Bartlett's dari delapan variabel motivasi kerja tinggi perawat di Instalasi  Rawat Inap RSU Bayu Asih Purwakarta Tahun 2009
Tabel  4  untuk  variabel  pemberian  gajih/insentif  menunjukan  angka  0,613  yang  berarti   61,3% varian variabel pemberian gajih/insentif dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk
Tabel 6 memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Dari tabel Rotated  Component  Matrix  dapat  dijelaskan  variabel-variabel  sebagai  berikut  :  Variabel  Pemberian  gajih/insentif,  variabel  ini  masuk  faktor  1,  karena  faktor

Referensi

Dokumen terkait

Nama Laboratorium : Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).. Alanat :

Sedangkan daging kambing adalah bagian otot sekelet dari karkas kambing yang aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh manusia, dapat berupa daging segar, daging segar dingin,

Pola asuh yang indulgent yaitu bila orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, namun hanya memberikan kontrol dan tuntutan yang sangat minim (selalu

Mengapa harus berbuat shaleh , sedangkan keshalehan tersebut hanya membawa kerugian ( loss ) bagi aktifitas ekonomi. Sebuah logika berfikir yang salah dan perlu

Apa yang hilang, dengan kata lain, ialah konseptualisasi world society yang melihat sistem global sebagai sebuah keseluruhan tanpa menurunkan derajat proses-proses yang

Penelitian ini bertujuan memberikan rekomendasi metode perkuatan yang paling efektif dan ekonomis pada struktur beton bertulang dengan melakukan analisis perhitungan dan

Tampilan dosen yang alamatnya bukan dari Jakarta dengan perintah select mahasiswa.nim, mahasiswa.nama, mahasiswa.jenis_kelamin, ambil_mk.kode_mk from mahasiswa, ambil_mk

Adapun tujuan tugas akhir ini adalah menghasilkan suatu sistem informasi pengelolaan pemesangan reklame yang diharapkan akan mampu membantu pemerintah daerah Kabupaten