1
KATA PENGANTAR
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor: 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.
Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri adalah salah satu entitas akuntansi dibawah Badan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Salah satu pelaksanaannya adalah dengan menyusun laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Penyusunan Laporan Keuangan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dalam Pemerintahan. Laporan Keuangan ini telah disusun dan disajikan dengan basis akrual sehingga akan mampu menyajikan informasi keuangan yang transparan, akurat dan akuntabel.
Laporan Keuangan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada para pengguna laporan khususnya sebagai sarana untuk meningkatkan akuntabilitas/pertanggungjawaban dan transparansi pengelolaan keuangan negara pada Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri. Disamping itu, laporan keuangan ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam pengambilan keputusan dalam usaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance).
Jakarta, 20 Januari 2016 Kepala,
Dr. Haris Munandar N., Ma, NIP. 195907131981031002
2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar 1 i Daftar Isi ii Daftar Tabel iii
Daftar Isi 3
Pernyataan Tanggung Jawab iv Ringkasan 1 2
Ringkasan 4
I. Laporan Realisasi Anggaran 4 3
II. Neraca 4 4
III. Laporan Operasional 5 5
IV. Laporan Perubahan Ekuitas 5 5
V. Catatan atas Laporan Keuangan 5 5
A. Penjelasan Umum 11
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 30
C. Penjelasan atas Per Pos Neraca 38
D. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Operasional 47
E. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas 54
F. Pengungkapan Penting Lainnya 55
VI. Lampiran dan Daftar 56
3
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
Laporan Keuangan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri yang terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015 sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggungjawab kami.
Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian internal yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Jakarta, 20 Januari 2016 Kepala,
Dr. Haris Munandar N., MA, NIP. 195907131981031002
4
RINGKASAN
Laporan Keuangan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Tahun 2015 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.
Laporan Keuangan ini meliputi :
1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur Pendapatan-LRA dan Belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2015.
Realisasi Pendapatan Negara pada Tahun Anggaran 2015 adalah berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak sebesar Rp.125.626.243,- atau mencapai 0 persen dari estimasi Pendapatan-LRA sebesar Rp.0,-
Realisasi Belanja Negara pada Tahun Anggaran 2015 adalah sebesar Rp.75.354.304.907,- atau mencapai 82,13 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp.91.752.002.000,-.
2. NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada 31 Desember 2015.
Nilai Aset per 31 Desember 2015 dicatat dan disajikan sebesar Rp. 20.424.517.871,- yang terdiri dari : Aset Lancar sebesar Rp. 832.015.475,-; Aset Tetap sebesar Rp.19.252.965.479,-; dan Aset Lainnya sebesar Rp. 339.536.917,-. Nilai Kewajiban dan Ekuitas masing-masing sebesar Rp. 762.575.117,- dan Rp.19.661.942.754,-. Jumlah Kewajiban dan Ekuitas sebesar Rp.20.424.517.871,-
3. LAPORAN OPERASIONAL
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur Pendapatan Operasional, Beban Operasional, Surplus/(Defisit) dari Kegiatan Operasional, Surplus/(Defisit) dari
5
Kegiatan Non Operasional, Surplus/(Defisit) Pos Luar Biasa, Surplus/(Defisit)-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar.
Pendapatan Operasional untuk periode sampai dengan 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp. 15.279.902,-, sedangkan jumlah Beban Operasional adalah sebesar Rp. 90.583.920.979,-, sehingga terdapat Defisit dari Kegiatan Operasional senilai (Rp. 90.568.641.077,-).
Kegiatan Non Operasional dan Pos-Pos Luar Biasa masing-masing Surplus sebesar Rp. 73.388.896,- dan Surplus (defisit) sebesar Rp.0,-, sehingga Entitas mengalami Defisit-LO sebesar (Rp. 90.495.252.181,-).
4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas Awal per tanggal 01 Januari 2015 adalah sebesar Rp. 69.229.250.173,- dikurangi Defisit-LO sebesar (Rp.90.495.252.181,-) kemudian ditambah dengan koreksi-koreksi senilai (Rp.330.251.038,-) dan ditambah Transaksi Antar Entitas sebesar Rp.41.174.332.617,-, sehingga Ekuitas Akhir Entitas pada tanggal 31 Desember 2015 adalah senilai Rp. 19.661.942.754,-.
5. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas.
6
Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk Tahun Anggaran 2015 disusun dan disajikan dengan basis akrual.
7
I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014
(Dalam Rupiah) Uraian Catatan TA 2015 TA 2014 Anggaran Realisasi % thd anggaran Realisasi A. PENDAPATAN
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak B.1 0 125.626.243 0,00 235.547.084
Jumlah Pendapatan 0 125.626.243 0,00 235.547.084 B. BELANJA B.2 1. Belanja Pegawai B.3 22.292.574.000 21.670.287.161 97,21 18.997.170.792 2. Belanja Barang B.4 63.405.292.000 47.950.404.169 75,63 42.784.434.770 3. Belanja Modal B.5 6.054.136.000 5.733.613.577 94,71 56.326.895.500 Jumlah Belanja 91.752.002.000 75.354.304.907 82,13 118.108.501.062
8
II. NERACA
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI NERACA
PER 31 DESEMBER 2015 DAN 2014
(Dalam Rupiah)
NAMA PERKIRAAN CATATAN 2015 2014
ASET
ASET LANCAR
Kas di Bendahara Pengeluaran C.1 Rp 0 Rp 0 Kas Lainnya dan Setara Kas C.2 Rp 829.809.600 Rp 595.098.840 Persediaan C.3 Rp 2.205.875 Rp 4.439.955 JUMLAH ASET LANCAR Rp 832.015.475 Rp 832.015.475
ASET TETAP
Peralatan dan Mesin C.4 Rp 41.017.878.642 Rp 91.697.580.982 Gedung dan Bangunan C.5 Rp 1.439.098.000 Rp 1.439.098.000 Jalan Irigasi dan Jaringan C.6 Rp 4.343.550.000 Rp 4.343.550.000 Aset Tetap Lainnya C.7 Rp 914.880.550 Rp 771.794.550 Akumulasi Penyusutan C.8 Rp (28.462.441.713) Rp (29.173.105.004) JUMLAH ASET TETAP Rp 19.252.965.479 Rp 69.078.918.528
ASET LAINNYA
Aset Tak Berwujud C.9 Rp 339.536.917 Rp 114.167.500 JUMLAH ASET LAINNYA Rp 339.536.917 Rp 114.167.500 JUMLAH ASET Rp 20.424.517.871 Rp 69.792.624.823
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Kepada Pihak Ketiga C.10 Rp 704.253.870 Rp 519.755.042 Pendapatan Yang Ditangguhkan C.11 Rp 0 Rp 36.957.445 Utang Jangka Pendek Lainnya C.12 Rp 58.321.247 Rp 43.619.608 JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Rp 762.575.117 Rp 600.332.095 JUMLAH KEWAJIBAN Rp 762.575.117 Rp 600.332.095
EKUITAS
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Cadangan Persediaan C.13 Rp 0 Rp 4.439.955 Dana yg harus disediakan untuk pemb. Utang Jangka Pendek C.14 Rp 0 Rp (5.233.255) JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR Rp 0 Rp (793.300)
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap C.15 Rp 0 Rp 69.078.918.528 Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya C.16 Rp 0 Rp 114.167.500 JUMLAH EKUITAS INVESTASI Rp 0 Rp 69.193.086.028 JUMLAH EKUITAS DANA Rp 0 Rp 69.192.292.728 JUMLAH EKUITAS Rp 19.661.942.754 Rp 69.229.250.173 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA Rp 20.424.517.871 Rp 69.792.624.823
9
III. LAPORAN OPERASIONAL
LAPORAN OPERASIONAL
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014
(Dalam Rupiah)
CATATAN 2015 2014
PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya D.1 15.279.902 -15.279.902
-Beban Pegawai D.2 21.598.500.507
-Beban Persediaan D.3 883.071.402 -Beban Barang dan Jasa D.4 47.229.609.709 -Beban Pemeliharaan D.5 1.115.610.314 -Beban Perjalanan Dinas D.6 16.071.781.942 -Beban Penyusutan dan Amortisasi D.7 3.685.347.105
-90.583.920.979
-(90.568.641.077)
-Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya D.8 73.388.896
-73.388.896
-73.388.896
-Beban Luar Biasa D.9 -
-(90.495.252.181)
-SURPLUS/(DEFISIT) DARI KEGIATAN NON
SURPLUS/(DEFISIT) DARI KEGIATAN OPERASIONAL URAIAN
BEBAN OPERASIONAL
JUMLAH BEBAN OPERASIONAL
KEGIATAN NON OPERASIONAL KEGIATAN OPERASIONAL
JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL
SURPLUS / (DEFISIT) - LO OPERASIONAL LAINNYA
JUMLAH SURPLUS/(DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL LAINNYA
SURPLUS/(DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL LAINNYA
POS LUAR BIASA
10
IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014
(Dalam Rupiah)
URAIAN CATATAN 2015 2014
EKUITAS AWAL E.1 69,229,250,173
SURPLUS/DEFISIT LO E.2 (90,495,252,181)
PENYESUAIAN NILAI TAHUN BERJALAN : 83,863,183 -PENYESUAIAN NILAI ASET E.3 83,863,183 -PENYESUAIAN NILAI KEWAJIBAN -
DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI / KESALAHAN MENDASAR :
KOREKSI NILAI PERSEDIAAN - -SELISIH REVALUASI ASET TETAP -KOREKSI NILAI ASET TETAP NON REVALUASI E.4 (330,251,038) -LAIN-LAIN -
TRANSAKSI ANTAR ENTITAS E.5 41,174,332,617 KENAIKAN/PENURUNAN EKUITAS E.6 (49,567,307,419) -EKUITAS AKHIR E.7 19,661,942,754
-(330,251,038)
-11
V.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A. PENJELASAN UMUM
A.1. Profil dan Kebijakan Teknis Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
Profil dan Kebijakan Teknis BPKIMI
Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI) dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Pada tahun 2015, berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tanggal 16 Maret 2015, Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri ditetapkan menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI). Namun demikian berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian terbaru tahun 2015 yang mengatur tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian belum disahkan. Sehingga, Laporan Keuangan Semester I TA 2015 tingkat Satker BPPI masih menggunakan nama Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI) sesuai dengan Surat Pengesahan (SP-DIPA) Induk Nomor SP DIPA-019.07-0/2014 tanggal 14 November 2014, sampai DIPA terbaru dengan menggunakan nama Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) disahkan.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang perindustrian dan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang teknologi industri, jasa industri, standardisasi industri, konservasi, diversifikasi energi, industry hijau, iklim usaha dan kebijakan makro industry jangka
12
menengah dan jangka panjang, serta promosi dan perlindungan hak kekayaan intelektual dan pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan;
b. Di bidang teknologi industri, jasa industri, standardisasi industri, konservasi, diversifikasi energi, industry hijau, iklim usaha dan kebijakan makro industry jangka menengah dan jangka panjang, serta promosi dan perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang industri; pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang teknologi industri, jasa industri, standardisasi industri, konservasi, diversifikasi energi, industry hijau, iklim usaha dan kebijakan makro industry jangka menengah dan jangka panjang, serta promosi dan perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang industri;
c. pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri; dan
d. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Sementara itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 105/M-IND/PER/10/2010, BPKIMI mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan makro pengembangan industri jangka menengah dan panjang, kebijakan pengembangan klaster industri prioritas serta iklim dan mutu industri. Sedangkan fungsi BPKIMI sesuai Peraturan Menteri Perindustrian tersebut di atas adalah :
a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan makro pengembangan industry jangka menengah dan panjang, kebijakan pengembangan klaster industry prioritas serta iklim dan mutu industri;
13
b. Pelaksanaan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan makro pengembangan industry jangka menengah dan panjang, kebijakan pengembangan klaster industry prioritas serta iklim dan mutu industri;
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan makro pengembangan industry jangka menengah dan panjang, kebijakan pengembangan klaster industry prioritas serta iklim dan mutu industri; dan
d. Pelaksanaan administrasi Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri.
Selanjutnya untuk melaksanakan tugas dan fungsi di atas, maka sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M-IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, maka BPKIMI terbagi atas sekretariat dan 4 (empat) pusat-pusat, dengan mempunyai tugas sebagai berikut :
(1) Sekretariat Badan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri. (2) Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian kebijakan dan iklim usaha industri.
(3) Pusat Standardisasi mempunyai tugas melaksanakan perumusan, penyiapan penerapan, pengembangan, dan kerja sama di bidang standardisasi industri.
(4) Pusat Pengkajian Teknologi Industri dan Hak Kekayaan Intelektual mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian di bidang teknologi industry dan hak kekayaan intelektual.
14
(5) Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian di bidang industry hijau dan lingkungan hidup.
(6) BPKIMI memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu sebelas Balai Besar sektoral dan sebelas Balai Riset dan Standardisasi Industri Regional (sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 119/M-IND/PER/11/2010). UPT tersebut mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan litbang terapan dan melakukan JPT sesuai dengan pengembangan kompetensi Balai Besar dan fokus masing-masing Baristand.
VISI dan MISI
Dalam rangka mendukung terwujudnya Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) agar Indonesia menjadi Negara industry tangguh pada tahun 2035, sesuai yang diamanatkan kepada Kementerian Perindustrian, Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI) sebagai salah satu unit eselon I tahun 2015-2019 mempunyai Visi:
“Menjadi lembaga penyedia rumusan kebijakan yang visioner dan pelayanan teknis teknologis terkini yang mampu menjadi katalis peningkatan produktivitas dan saya saing sekor industri di tingkat nasional maupun global”
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut di atas, Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI) mengemban misi sebagai berikut :
Mengembangkan Perwilayahan Industri guna Penyebaran dan Pemerataan Industri;
Meningkatkan nilai tambah di dalam negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan;
15
Meningkatkan daya saing dan Produktivitas. Misi :
merupakan langkah utama sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian, oleh karena itu ada 3 (tiga) Misi atau langkah utama yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai Visi “Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh Pada Tahun 2035”.
Untuk mendukung misi tersebut di atas, tindakan nyata yang akan dilakukan BPKIMI dalam bentuk 5 (lima) misi sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai berikut :
1. Mengembangkan kebijakan dan iklim usaha industri yang kondusif; 2. Meningkatkan peran standardisasi sebagai referensi pasar;
3. Mendorong pengembangan teknologi industri yang maju dan berdaya saing termasuk di dalamnya perlindungan HKI;
4. Mendorong pengembangan industri yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (industry hijau);
5. Meningkatkan penguasaan teknologi dan penggunaan SDA local melalui kegiatan litbang dan pelayanan jasa teknis.
TUJUAN
Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi di atas, BPKIMI menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun ke depan sesuai dengan Peta Strategis Kementerian Perindustrian yaitu
Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing. Ukuran
keberhasilan pencapaian tujuan tersebut akan dijelaskan dalam bagian Sasaran Strategis BPKIMI.
Adapun, tujuan BPKIMI adalah :
1. Mewujudkan kebijakan di bidang inovasi teknologi, standardisasi, iklim usaha, industry hijau dan kelitbangan dalam rangka mendorong daya
16 saing industri nasional;
2. Mendorong peningkatan pelayanan teknis teknologis dan focus pada pemecahan masalah yang dihadapi sector industri;
3. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi maju dalam rangka meningkatkan produktivitas dan daya saing industry.
SASARAN STRATEGIS
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya sistematis yang dijabarkan kedalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi Perspektif Pemangku kepentingan, Perspektif Proses Internal, dan Perspektif Proses Internal, dan Perspektif Pembelajaran Organisasi. Sasaran strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian untuk periode tahun 2015 – 2019 adalah sebagai berikut :
A. Perspektif Pemangku Kepentingan
Kementerian Perindustrian memiliki Sasaran Strategis :
Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya Pertumbuhan Industri;
Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri;
Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya investasi di sektor industri; Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya Penyerapan Tenaga Kerja di
Sektor Industri;
Sasaran Strategis 5 : Meningkatnya Penyebaran dan Pemerataan Industri;
Sasaran Strategis 6 : Kuatnya Struktur Industri;
Dari Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian tersebut, BPKIMI memiliki Sasaran Strategis yaitu :
17
dengan indicator kinerja sasaran strategis yaitu :
Meningkatnya investasi di sektor industry. Sasaran Strategis 2 : Kuatnya Struktur Industri, dengan indicator
kinerja sasaran strategis yaitu :
Peningkatan penguasaan teknologi industri;
Laju pertumbuhan industri yang
menerapkan prinsip-prinsip industry hijau; Penurunan impor produk industri yang
SNI, ST dan/atau PTC diberlakukan secara wajib
B. Perspektif Proses Internal
Sasaran Strategis 1 : Tersusunnya Insentif dan Disinsentif bagi Industri, dengan indicator kinerja sasaran strategis yaitu :
Jenis usulan insentif dan disinsentif. Sasaran Strategis 2 : Tersusunnya rancangan Standar nasional
Indonesia (SNI), Spesifikasi teknis (ST) dan Pedoman Tata Cara (PTC) bidang industri, dengan indicator kinerja sasaran strategis yaitu :
Jumlah Rancangan SNI (RSNI), ST dan PTC
Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib Jumlah lembaga penilaian kesesuaian
18
secara wajib
Sasaran Strategis 3 : Terusunnya Arah Pembangunan Industri, dengan indicator kinerja sasaran strategis yaitu :
Jumlah rencana pembangunan industri. Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya Kualitas Layanan Publik
Kepada Pelaku Usaha Industri dan
Masyarakat dengan indicator kinerja sasaran strategis yaitu :
Indeks kepuasan pelanggan.
C. Perspektif Pembelajaran Organisasi
Sasaran Strategis 1 : Sistem Informasi yang Handal, dengan indicator kinerja sasaran strategis yaitu : Jumlah aplikasi sistem informasi yang
tersedia.
Sasaran Strategis 2 : Sistem Perencanaan dan Penganggaran yang berkualitas, dengan indicator kinerja sasaran strategis yaitu :
Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan.
Sasaran Strategis 3 : Sistem Tata Kelola Keuangan dan Barang Milik Negara (BMN) yang Transparan dan Akuntabel, dengan indicator kinerja sasaran strategis yaitu :
Tingkat penyerapan anggaran; Tingkat kualitas laporan keuangan. Sasaran Strategis 4 : Sistem Pengendalian Internal yang Efektif,
19
dengan indicator kinerja sasaran strategis yaitu :
Jumlah satuan kerja (satker) yang melaksanakan system pengendalian internal.
Sasaran Strategis 5 : Sistem Pelaporan yang Handal, dengan indicator kinerja sasaran strategis yaitu : Tingkat ketepatan waktu penyampaian
laporan Nilai SAKIP Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
A.2. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga.
SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Satuan Kerja yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan aset lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya.
20 Basis Akuntansi A.3. Basis Akuntansi
Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas serta basis kas untuk penyusunan dan penyajian Laporan Realisasi Anggaran.
Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Sedangkan basis kas adalah basis akuntansi yang yang mengakui pengaruhi transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Dasar Pengukuran
A.4. Dasar Pengukuran
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai perolehan historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi
21
terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Kebijakan Akuntansi
A.5. Kebijakan Akuntansi
Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahun 2015 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan ini adalah merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri yang merupakan entitas pelaporan dari Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Tingkat Eselon I.
Disamping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.
Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri adalah sebagai berikut :
Pendapatan-LRA
(1) Pendapatan- LRA
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada
KasUmum Negara (KUN).
Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan
22 pengeluaran).
Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
Pendapatan-LO (2) Pendapatan- LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan/atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi. Secara khusus pengakuan pendapatan-LO pada Badan Penelitian dan Pengembangan Industri adalah sebagai berikut:
o Pendapatan Jasa Pelatihan diakui setelah pelatihan selesai dilaksanakan
o Pendapatan Sewa Gedung diakui secara proporsional antara nilai dan periode waktu sewa.
Pendapatan Denda diakui pada saat dikeluarkannya surat keputusan denda atau dokumen lain yang dipersamakan. Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
Belanja (3) Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam peride tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
23
Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggung jawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Beban (4) Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi aset; terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Aset (5) Aset
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, Piutang Jangka Panjang dan Aset Lainnya :
Aset Lancar a. Aset Lancar
Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas
24
menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.
Investasi Jangka Pendek BLU dalam bentuk surat berharga disajikan sebesar nilai perolehan sedangkan investasi dalam bentuk deposito dicatat sebesar nilai nominal.
Piutang diakui apabila menenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
b) Piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila terdapat peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban secara jelas serta jumlahnya bisa diukur dengan andal
Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value). Hal ini diwujudkan dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih. Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang yang ditentukan berdasarkan jatuh tempo dan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah. Perhitungan penyisihannya adalah sebagai berikut:
Kualitas Piutang Uraian Penyisihan
Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal
jatuh tempo 0.5%
Kurang Lancar
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan
10%
Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat
Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan 50%
Macet
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan
pelunasan 100%
Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN
25
Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Perbedaharaan/Ganti Rugi (TP/TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai Bagian Lancar TP/TGR atau Bagian Lancar TPA
Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil perhitungan fisik pada tanggal neraca dikalikan dengan:
harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian;
harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya.
Aset Tetap b. Aset Tetap
Aset tetap mencakup seluruh aset berwujud yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Nilai Aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga wajar.
Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi sebagai berikut:
a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp.300.000 (tiga ratus ribu rupiah);
b. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp.10.000.000 (sepuluh juta rupiah);
c. Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai
26
biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.
Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah yang disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya.
Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari neraca pada saat ada penetapan dari entitas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN/BMD.
Penyusutan Aset Tetap
c. Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap:
a. Tanah;
b. Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP); dan
c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan.
Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu.
Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang
27
dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat.
Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut:
Penggolongan Masa anfaat Aset Tetap
Kelompok Aset Tetap Masa Manfaat
Peralatan dan Mesin 2 s.d. 20 tahun
Gedung dan Bangunan 10 s.d. 50 tahun
Jalan, Jaringan dan Irigasi 5 s.d 40 tahun Aset Tetap Lainnya (Alat Musik Modern) 4 tahun
Piutang Jangka Panjang
d. Piutang Jangka Panjang
Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang diharapkan/dijadwalkan akan diterima dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan.
Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) dinilai berdasarkan nilai nominal dan disajikan sebesar nilai yang dapat direalisasikan.
Aset Lainnya e. Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap, dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama
28
dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya.
Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat neto yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi.
Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi.
Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.
Kewajiban (6) Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
a. Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan Diterima di Muka, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, dan Utang Jangka Pendek Lainnya.
b. Kewajiban Jangka Panjang
29
jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.
Ekuitas (7) Ekuitas
Ekuitas merupakan merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.
Implementasi Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Pertama Kali
(8) Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual Pertama Kali
Mulai tahun 2015 Pemerintah mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual sesuai dengan amanat PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Implementasi tersebut memberikan pengaruh pada beberapa hal dalam penyajian laporan keuangan.
Pertama, Pos-pos ekuitas dana pada neraca per 31 Desember 2015 yang berbasis cash toward accrual direklasifikasi menjadi ekuitas sesuai dengan akuntansi berbasis akrual.
Kedua, keterbandingan penyajian akun-akun tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dalam Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas tidak dapat dipenuhi.
Hal ini diakibatkan oleh penyusunan dan penyajian akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015 adalah merupakan implementasi yang pertama.
30
B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Realisasi Pendapatan Rp. 125.626.243,-
PENDAPATAN
B.1. Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Realisasi Pendapatan untuk periode Tahun Anggaran 2015 adalah sebesar Rp. 125.626.243,- atau mencapai 0 persen dari estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp.0,-.
Pendapatan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri yang berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersifat umum, yang rinciannya terdiri dari Pendapatan Sewa Tanah, Gedung dan Bangunan; Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah; Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun Anggaran Yang Lalu; Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang Lalu dan Penerimaan Kembali Belanja Lain-lain Tahun Anggaran Yang Lalu.
Rincian estimasi pendapatan dan realisasinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan
Pendapatan sewa tanah, gedung & bangunan 0 330,000 0,00
Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah
Penerimaan Kembali Belanja Pegawai TAYL 0 11,846,963 0,00
Penerimaan Kembali Belanja Barang TAYL 0 86,687,278 0,00
Penerimaan Kembali Belanja Lain-lain TAYL 0 11,812,100 0,00
Jumlah 0 125,626,243 0,00 0 14,949,902 0,00
Uraian
Tahun Anggaran 2015
Anggaran Realisasi % Real Angg.
31
Realisasi Pendapatan pada Tahun Anggaran 2015 mengalami penurunan sebesar (46,67) % persen dibandingkan TA 2014. Hal ini disebabkan antara lain berkurangnya pendapatan dari pemindahtanganan BMN; penerimaan kembali belanja pegawai tahun anggaran yang lalu dan penerimaan kembali belanja lain-lain tahun anggaran yang lalu.
Perbandingan Realisasi Pendapatan 31 Desember 2015 dan 2014
Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN lainnya - 3,400,000 -100.00 Pendapatan sewa tanah, gedung & bangunan 330,000 123,750 166.67 Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian
Pekerjaan Pemerintah
Penerimaan Kembali Belanja Pegawai TAYL 11,846,963 24,065,285 -50.77 Penerimaan Kembali Belanja Barang TAYL 86,687,278 - 0,00 Penerimaan Kembali Belanja Lain-lain TAYL 11,812,100 203,093,649 -94.18
J U M L A H 125,626,243 235,547,084 -46.67 URAIAN REALISASI T.A.
2015 REALISASI T.A. 2014 NAIK (TURUN) % 14,949,902 4,864,400 207,33 Realisasi Belanja Rp. 75.354.304.907,- B. BELANJA
Realisasi Belanja pada Tahun Anggaran 2015 adalah sebesar Rp. 75.354.304.907,- atau 82,13 % dari anggaran belanja sebesar Rp. 91.752.002.000,-.
Rincian anggaran dan realisasi belanja Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut :
Belanja Pegawai 22,292,574,000 21,682,196,073 97.26 Belanja Barang 63,405,292,000 48,317,419,589 76.20 Belanja Modal 6,054,136,000 5,733,613,577 94.71 Total Belanja Kotor 91,752,002,000 75,733,229,239 82.54 Pengembalian - (378,924,332) -Jumlah 91,752,002,000 75,354,304,907 82.13
Uraian
Tahun Anggaran 2015
Anggaran Realisasi % Real Angg.
32
Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik berikut ini:
Dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2014, Realisasi Belanja pada Tahun Anggaran 2015 mengalami penurunan sebesar (36,20 %) dibandingkan realisasi belanja pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan antara lain karena penurunan yang cukup signifikan pada Belanja Modal.
Pada tahun 2014 terdapat pengadaan alat laboratorium SNI pada unit Pusat Standardisasi dengan nilai sebesar Rp. 56.044.682.500,-. Sedangkan pada tahun 2015 belanja modal untuk pembelian alat laboratorium SNI hanya sebesar Rp. 4.489.950.000,-. Belanja Modal berupa pembelian alat laboratorium SNI tersebut merupakan bantuan untuk Balai Besar dan Baristand Industri yang nantinya akan dilakukan transfer keluar, yang akan diterima Balai Besar dan Baristand Industri (merupakan transfer masuk).
Perbandingan Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2015 dan 2014
URAIAN REALISASI TA 2015 REALISASI TA 2014 NAIK (TURUN) %
Belanja Pegawai 21,670,287,161 18,997,170,792 14.07 Belanja Barang 47,950,404,169 42,784,434,770 12.07 Belanja Modal 5,733,613,577 56,326,895,500 (89.82)
33 Belanja Pegawai
Rp.
21.670.287.161,-
B.2. BELANJA PEGAWAI
Realisasi Belanja Pegawai Tahun Anggaran 2015 dan Tahun Anggaran 2014 masing-masingnya adalah sebesar Rp.21.670.287.161,- dan Rp.18.997.170.792,-. Realisasi belanja Tahun Anggaran 2015 mengalami kenaikan sebesar 14,07 persen dari Tahun Anggaran 2014. Hal ini disebabkan antara lain oleh adanya kenaikan pangkat, gaji berkala pegawai, kenaikan uang makan pegawai dan kenaikan tunjangan khusus/kegiatan pegawai Kementerian Perindustrian yang semula sebesar 47% menjadi 70% sesuai dengan Perpres No.111 Tahun 2015.
Perbandingan Belanja Pegawai Semester I TA 2015 dan 2014
URAIAN REALISASI TA 2015 REALISASI TA 2014
NAIK (TURUN)
%
Belanja Gaji Pokok PNS 8.368.212.760 7.826.045.260 6,93
Belanja Pembulatan Gaji PNS 206.460 134.583 53,41
Belanja Tunjangan Suami/Istri PNS 604.550.468 567.977.810 6,44
Belanja Tunjangan Anak PNS 156.150.392 149.546.438 4,42 Belanja Tunjangan Struktural PNS 742.750.000 789.020.000 (5,86) Belanja Tunjangan Fungsional PNS 237.575.000 230.075.000 3,26 Belanja Tunjangan PPh PNS 257.008.277 229.120.170 12,17 Belanja Tunjangan Beras PNS 440.303.780 409.903.280 7,42 Belanja Uang Makan PNS 1.026.354.000 799.915.000 28,31 Belanja Tunjangan Umum PNS 260.165.000 261.940.000 (0,68) Belanja Uang Lembur 530.074.000 504.484.000 5,07 Belanja Pegawai (Tunjangan Kegiatan) 9.058.845.936 7.234.974.152 25,21
Jumlah Belanja Kotor 21.682.196.073 19.003.135.693 14,10
Pengembalian Belanja Pegawai 11.908.912 5.964.901 99,65
Jumlah Belanja 21.670.287.161 18.997.170.792 14,07
Belanja Barang Rp.
47.950.404.169,-
B.3. BELANJA BARANG
Realisasi Belanja Barang pada Tahun Anggaran 2015 dan Tahun Anggaran 2014 adalah masing-masing sebesar Rp.47.950.404.169,-
34 dan Rp.42.784.434.770,-.
Realisasi Belanja Barang Tahun Anggaran 2015 mengalami kenaikan sebesar 12,07 % dari Realisasi Belanja Barang Tahun Anggaran 2014. Kenaikan Belanja Barang terdapat pada Belanja Barang Non Operasional; Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi; Belanja Jasa dan Belanja Perjalanan Luar Negeri.
Rincian Perbandingan Belanja Barang pada Tahun Anggaran 2015 dan 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Perbandingan Belanja Barang TA 2015 dan 2014
URAIAN REALISASI TA 2015 REALISASI TA 2014 NAIK
(TURUN) %
Belanja Barang Operasional 2,213,688,266 2,545,451,850 (13.03) Belanja Barang Non Operasional 12,352,646,076 9,724,964,702 27.02 Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi 797,335,137 0 100.00 Belanja Jasa 15,409,186,134 7,420,680,483 107.65 Belanja Pemeliharaan 1,115,249,314 1,218,016,800 (8.44) Belanja Perjalanan Dalam Negeri 14,227,898,083 19,880,633,949 (28.43) Belanja Perjalanan Luar Negeri 2,201,416,579 2,031,834,086 8.35
Jumlah Belanja Kotor 48,317,419,589 42,821,581,870 12.83
Pengembalian Belanja (367,015,420) (37,147,100) 888.01 Jumlah Belanja 47,950,404,169 42,784,434,770 12.07 Belanja Modal Rp. 5.733.613.577,- B.4. BELANJA MODAL
Realisasi Belanja Modal Tahun Anggaran 2015 dan Tahun Anggaran 2014 yang masing-masingnya adalah sebesar Rp.5.733.613.577,- dan Rp.56.326.895.500,-.
Realisasi Belanja Modal tahun anggaran 2015 mengalami penurunan sebesar (89,82%) dibandingkan realisasi Belanja Modal pada tahun 2014. Hal ini disebabkan antara lain karena penurunan pada Belanja
35
Modal Peralatan dan Mesin, dan Belanja Modal Lainnya.
Pada tahun 2014 terdapat pengadaan alat laboratorium SNI pada unit Pusat Standardisasi dengan nilai sebesar Rp. 56.044.682.500,-. Sedangkan pada tahun 2015 belanja modal untuk pembelian alat laboratorium SNI hanya sebesar Rp. 4.489.950.000,-. Belanja Modal berupa pembelian alat laboratorium SNI tersebut merupakan bantuan untuk Balai Besar dan Baristand Industri yang mana pada tahun 2015 dilakukan transfer keluar, dan diterima Balai Besar dan Baristand Industri merupakan transfer masuk.
Jumlah Belanja Modal pada Tahun Anggaran 2015 dan 2014 masing-masingnya adalah sebesar Rp.5.733.613.577,- dan Rp.56.326.895.500,-.
Rincian Perbandingan Belanja Modal pada Tahun Anggaran 2015 dan 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2015 dan 2014
URAIAN REALISASI TA 2015 REALISASI TA 2014 NAIK (TURUN) %
Peralatan dan Mesin 5,392,527,577 56,291,150,500 -90.42 Belanja Modal Lainnya 341,086,000 35,745,000 854.22
Jumlah Belanja Kotor 5,733,613,577 56,326,895,500 -89.82
Pengembalian - -
-Jumlah Belanja 5,733,613,577 56,326,895,500 -89.82
B.4.1 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp.5.392.527.577,- dan Rp.56.291.150.500,-. Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin tahun anggaran 2015 mengalami penurunan sebesar (90,42%) dibandingkan realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin pada tahun anggaran 2014. Hal ini disebabkan antara lain karena pada
36
tahun 2014 terdapat pengadaan alat laboratorium SNI pada unit Pusat Standardisasi dengan nilai sebesar Rp. 56.044.682.500,-. Sedangkan pada tahun 2015 belanja modal untuk pembelian alat laboratorium SNI hanya sebesar Rp. 4.489.950.000,-. Belanja Modal berupa pembelian alat laboratorium SNI tersebut merupakan bantuan untuk Balai Besar dan Baristand Industri.
Perbandingan Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin Tahun Anggaran 2015 dan 2014
URAIAN JENIS BELANJA REALISASI TA. 2015
REALISASI TA. 2014
Naik (Turun) Pembelian Alat Ukur 4,587,660 - 100.00 Pembelian Alat Pengolahan 51,975,000 33,000,000 57.50 Pembelian Alat Kantor 262,382,000 124,258,000 111.16 Pembelian Alat Rumah Tangga 48,256,625 - 100.00 Pembelian Alat Studio 5,298,375 - 100.00 Pembelian Alat Komunikasi 2,972,000 - 100.00 Pembelian Alat Laboratorium
Lingkungan Hidup
Pembelian Alat Khusus Kepolisian 16,550,000 21,632,150,500 -99.92 Pembelian Komputer Unit 388,454,750 79,410,000 389.18 Pembelian Peralatan Komputer 85,791,750 9,800,000 775.43 Pembelian Alat Laboratorium 4,489,950,000 18,682,532,000 -75.97 Pembelian Software Komputer 27,369,417 - 100.00 Pembelian Alat Laboratorium
Kimia Nuklir
Jumlah Belanja Kotor 5,392,527,577 56,291,150,500 -90.42
Pengembalian Belanja Modal - -
-Jumlah Belanja 5,392,527,577 56,291,150,500 -90.42 8,940,000 - 100.00
15,730,000,000 100.00
B.4.2 Belanja Modal Lainnya
Realisasi Belanja Modal Lainya Tahun Anggaran 2015 dan Tahun Anggaran 2014 adalah masing-masing sebesar Rp.341.086.000,- dan Rp.35.745.000,-. Realisasi Belanja Modal Lainnya Tahun Anggaran 2015 mengalami kenaikan sebesar 854,22 persen dibandingkan Realisasi Tahun Anggaran 2014. Hal ini disebabkan pengadaan software untuk mendukung implementasi akuntansi pendapatan berbasis akrual.
37
Perbandingan Realisasi Belanja Modal Lainnya Tahun Anggaran 2015 dan 2014
URAIAN JENIS BELANJA T.A. 2015 T.A 2014
Naik (Turun)
% Pembelian Bahan Perpustakaan tercetak 143,086,000 35,745,000 300.30 Pembelian Lisensi Software 198,000,000 - 100.00 Jumlah Belanja Kotor 341,086,000 35,745,000 854.22
Pengembalian Belanja Modal - -
38
II. PENJELASAN ATAS POS - POS NERACA C. NERACA
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp.0,-
C.1. Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp.0,- dan Rp.0,- yang merupakan kas yang dikuasai, dikelola dan di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa UP/TUP yang belum dipertanggungjawabkan atau belum disetorkan ke Kas Negara per tanggal neraca.
Rincian Kas di Bendahara Pengeluaran adalah sebagai berikut : Rincian Kas di Bendahara Pengeluaran
Keterangan TH 2015 TH 2014
PT. Bank BRI No. Rek. 126801000035305 -
-Uang Tunai -
-Jumlah -
-Kas Lainnya dan Setara Kas Rp. 829.809.600,-
C.2. Kas Lainnya dan Setara Kas
Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas per tanggal 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing sebesar Rp.829.809.600,- dan Rp.595.098.840. Kas Lainnya dan Setara Kas merupakan kas yang berada di bawah tanggung jawab bendahara pengeluaran yang bukan berasal dari UP/TUP, baik saldo rekening di bank maupun uang tunai.
Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas terdiri dari : uang tunjangan kinerja pegawai yang belum dibayarkan kepada pegawai yang bersangkutan per tanggal neraca; pajak PPh dari tunjangan kinerja pegawai yang belum disetorkan per tanggal neraca dan pengembalian kelebihan belanja tunjangan kinerja yang belum
39
disetorkan ke kas Negara per tangal neraca.
Rincian sumber Kas Lainnya dan Setara Kas pada tanggal pelaporan adalah sebagai berikut:
Rincian Kas Lainnya dan Setara Kas
Jenis TH 2015 TH 2014
Tunjangan Kinerja Pegawai yang belum dibayarkan 688,291,559 514,521,787 Pajak PPh Tunjangan Kinerja yang belum disetor 58,321,247 43,619,608 Pengembalian belanja tunkin belum disetor ke kas negara 83,196,794 36,957,445
Jumlah 829,809,600 595,098,840
Persediaan Rp.2.205.875,-
C.3. Persediaan
Nilai Persediaan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing adalah sebesar Rp. 2.205.875,- dan Rp. 4.439.955,-. Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) pada tanggal neraca yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional dan/atau untuk dijual, dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Rincian Persediaan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Saldo Persediaan per 31 Desember 2014 4.439.955
Mutasi Tambah :
- Pembelian Barang Konsumsi 797.335.137 Mutasi Kurang :
- Habis Pakai Barang Konsumsi 799.569.217
Saldo per 31 Desember 2015 2.205.875
Semua jenis persediaan pada tanggal pelaporan berada dalam kondisi baik
40 Peralatan dan
Mesin Rp. 41.017.878.642,-
C.4. Peralatan dan Mesin
Jumlah Aset Tetap berupa Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2015
dan 2014 masing-masingnya adalah sebesar Rp.41.017.878.642,- dan Rp.91.697.580.982,-.
Mutasi nilai Peralatan dan Mesin tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2014 91,697,580,982
Mutasi tambah: 39,777,512,160 - Pembelian Rp 875,030,160 - Reklasifikasi Masuk Rp 34,412,532,000 - Transfer Masuk Rp -- Penyelesaian Pembangunan KDP Rp 4,489,950,000 Mutasi kurang: 90,457,214,500 - Transfer Keluar Rp 56,044,682,500 - Reklasifikasi Keluar Rp 34,412,532,000
Saldo per 31 Desember 2015 41,017,878,642
Akumulasi Penyusutan s.d. 31 Desember 2015 27,124,717,920
Nilai Buku per 31 Desember 2015 13,893,160,722
Mutasi kurang merupakan transfer keluar alat laboratorium yang dibeli oleh Pusat Standardisasi pada tahun anggaran 2014 dan diserahkan kepada 20 Satker Balai Besar dan Baristand di lingkungan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri. Mutasi lainnya yaitu reklasifikasi ke dalam Aset Lainnya. Rincian aset tetap Peralatan dan Mesin disajikan pada Lampiran Laporan Keuangan ini.
Gedung dan dan Bangunan Rp. 1.439.098.000,-
C.5. Gedung dan Bangunan
Nilai Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masingnya adalah sebesar Rp.1.439.098.000,- dan Rp.1.439.098.000,-.
Tidak terdapat mutasi transaksi terhadap Gedung dan Bangunan pada tanggal pelaporan, rinciannya adalah sebagai berikut:
41
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2014 1,439,098,000
Mutasi tambah : Mutasi kurang : -Saldo per 31 Desember 2015 1,439,098,000
Akumulasi Penyusutan s.d. 31 Desember 2015 229,948,313 Nilai Buku per 31 Desember 2015 1,209,149,687
Rincian aset tetap Gedung dan Bangunan disajikan pada Lampiran Laporan Keuangan ini.
Jalan, Jaringan dan Irigasi Rp. 4.343.550.000,-
C.6. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Saldo Jalan, Irigasi, dan Jaringan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing adalah sebesar Rp. 4.343.550.000,- dan Rp.4.343.550.000,-. Pada tahun 2015 tidak terjadi mutasi tambah atau mutasi kurang terhadap Jalan, Irigasi, dan Jaringan. Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada tanggal pelaporan adalah sebagai berikut :
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2014 4,343,550,000
Mutasi tambah: Mutasi kurang: Saldo per 31 Desember 2015 4,343,550,000
Akumulasi Penyusutan s.d. 31 Desember 2015 1,107,775,480 Nilai Buku per 31 Desember 2015 3,235,774,520
Rincian aset tetap Jalan, Irigasi dan jaringan disajikan pada Lampiran Laporan Keuangan ini.
Aset Tetap Lainnya Rp. 914.880.550 ,-
C.7. Aset Tetap Lainnya
Aset Tetap Lainnya merupakan aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan dalam tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan.
42
Saldo Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing adalah sebesar Rp.914.880.550,- dan Rp.771.794.550,-.
Pada Aset Tetap Lainnya terdapat mutasi tambah sebesar Rp.143.086.000,-, sedangkan mutasi kurang tidak terdapat atas aset tetap ini, rinciannya adalah sebagai berikut :
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2014 771,794,550
Mutasi tambah : 143,086,000 Pembelian Bahan Perpustakaan Tercetak 143,086,000 Mutasi kurang : -Saldo per 31 Desember 2015 914,880,550
Akumulasi Penyusutan s.d. 31 Desember 2015 -Nilai Buku per 31 Desember 2015 914,880,550
Rincian Aset Tetap Lainnya disajikan pada Lampiran Laporan Keuangan ini. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Rp. (28.462.441.713, -)
C.8. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Saldo Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing (Rp.28.462.441.713,-) dan (Rp. 29.173.105.004,-).
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap merupakan kontra akun Aset Tetap yang disajikan berdasarkan pengakumulasian atas penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat Aset Tetap pada Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan, Irigasi dan Jaringan.
Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut :
43
Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
No Aset Tetap Nilai Perolehan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku
1 Peralatan dan Mesin 41,017,878,642 27,124,717,920 13,893,160,722 2 Gedung dan Bangunan 1,439,098,000 229,948,313 1,209,149,687 3 Jalan, Irigasi dan Jaringan 4,343,550,000 1,107,775,480 3,235,774,520
46,800,526,642 28,462,441,713 18,338,084,929 Akumulasi Penyusutan
Aset Lainnya Rp.
339.536.917,-
C.9. Aset Tak Berwujud
Aset Tak Berwujud (ATB) merupakan bagian dari Aset Lainnya yang nilainya per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah Rp.339.536.917,- dan Rp.114.167.500,-.
Aset Tak Berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan dimiliki, tetapi tidak mempunyai wujud fisik. Aset Tak Berwujud pada Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri berupa software
dan Aset Tak Berwujud Lainnya yang digunakan untuk menunjang
operasional kantor.
Mutasi transaksi terhadap Aset Tak Berwujud pada tanggal pelaporan adalah sebagai berikut :
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2014 114.167.500
Mutasi tambah: 225.369.417 Reklasifikasi dari aset tetap 27.369.417 Pembelian Lisensi 198.000.000 Mutasi kurang: Saldo per 31 Desember 2015 339.536.917 Akumulasi Penyusutan s.d. 31 Desember 2015 Nilai Buku per 31 Desember 2015 339.536.917
44
Rincian Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut : Rincian Aset Tak berwujud
Uraian Nilai
Software 45,169,417
Lisensi 198,000,000
Aset Tak Berwujud Lainnya 96,367,500
Jumlah 339,536,917
Utang Kepada Pihak Ketiga Rp.704.253.870, -
C.10. Utang kepada Pihak Ketiga
Nilai Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing sebesar Rp.704.253.870,- dan Rp.519.755.042,-. Utang kepada Pihak Ketiga merupakan belanja yang masih harus dibayar dan merupakan kewajiban yang harus segera diselesaikan kepada pihak ketiga lainnya dalam waktu kurang dari 12 (dua belas bulan).
Adapun rincian Utang kepada Pihak Ketiga pada Badan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri per tanggal pelaporan adalah sebagai berikut:
Rincian Utang kepada Pihak Ketiga
URAIAN JUMLAH PENJELASAN
Belanja Pegawai yang masih harus dibayar 11,410,140 Belanja Pegawai untuk Gaji Susulan bln Okt. s/d Des. 2015 Belanja Pegawai (Tunjangan Khusus/Kegiatan) 688,291,559 Tunjangan Kinerja Pegawai Bulan Desember 2015 Belanja langganan telepon yg masih hrs dibayar 4,552,171 Penggunaan langganan daya dan jasa yang belum dibayar
Total 704,253,870
UTANG KEPADA PIHAK KETIGA PER 31 DESEMBER 2015
Pendapatan Yang Ditangguhkan Rp. 0,-
C.11. Pendapatan Yang Ditangguhkan
Saldo Pendapatan Yang Ditangguhkan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing sebesar Rp. 0,- dan Rp.36.957.445,-. Pada Tahun Anggaran 2015 tidak ada lagi akun
45
pendapatan yang ditangguhkan. Utang Jangka
Pendek Lainnya Rp. 58.321.247,-
C.12. Utang Jangka Pendek Lainnya
Nilai Utang Jangka Pendek Lainnya per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing sebesar Rp.58.321.247,- dan Rp.43.619.608,-. Utang Jangka pendek Lainnya merupakan Utang Pajak Tunjangan Kinerja Pegawai yang belum disetorkan ke Kas Negara per tanggal pelaporan.
Rincian Utang Jangka Pendek Lainnya disajikan sebagai berikut:
Rincian Utang kepada Pihak Ketiga
Uraian Jumlah
Pajak Tunjangan Kinerja Pegawai yang belum disetor 58,321,247
Total 58,321,247
Cadangan Persediaan Rp.0,-
C.13. Cadangan Persediaan
Cadangan Persediaan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp.0,- dan Rp.4.439.955,-. Pada Tahun Anggaran 2015 tidak ada lagi Cadangan Persediaan.
Dana yg hrs disediakan utk pemb. Utang Jangka Pendek Rp.0,-
C.14. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing adalah sebesar Rp.0,- dan Rp.(5.233.255),-.
Pada Tahun Anggaran 2015 tidak ada lagi Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek.
46 Diinvestasikan
Dalam Aset Tetap Rp.0,-
C.15. Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
Ekuitas Dana Diinvestasikan Dalam Aset Tetap per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing adalah sebesar Rp.0,- dan Rp.69.078.918.528,-.
Pada Tahun Anggaran 2015 tidak ada lagi Ekuitas Dana Diinvestasikan Dalam Aset Tetap.
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Rp.0,-
C.16. Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
Ekuitas Dana Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing adalah sebesar Rp.0,- dan Rp.114.167.500,-.
Pada Tahun Anggaran 2015 tidak ada lagi Ekuitas Dana Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya.