• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Data, Informasi, Sistem dan Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Data

M enurut M cleod (2001, p15) data terdiri dari fakta-fakta dan angka- angka relative yang tidak berarti bagi pemakai.

M enurut Atzeni (2003, p2) data merupakan informasi yang dicatat seperti di dalam sistem komputer,merupakan konsep dari merekam dan pengkodean.

2.1.1.1 Hirarki Data

M enurut M cleod (2001, p250) Hirarki data tradisional dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Elemen Data

Elemen data adalah unit data terkecil, tidak dapat dibagi lagi menjadi unit yang berarti. Seperti dalam catatan gaji, elemen data berupa nama, nomor pegawai, nomor jaminan social, upah per jam dan jumlah tanggungan.

b. Record

Record terdiri dari semua elemen data yang berhubungan dengan suatu objek atau kegiatan tertentu, misalnya ada catatan yang menjelaskan tiap jenis persediaan dan penjualan. Record biasa disebut dengan istilah tuple.

(2)

c. File

File adalah kumpulan catatan data (data record) yang berhubungan dengan suatu subjek tertentu, misalnya file Pesanan Pembelian Terbuka menjelaskan pesanan pembelian yang telah dipesan ke pemasok namun belum diterima. 2.1.2 Pengertian Informasi

Data yang telah diproses atau data yang telah memiliki arti. Data baru memiliki arti menjadi informasi setelah diterjemahkan menjadi 5K antara lain:

- Kondensasi: meringkas data, menghilangkan kedalaman yang tidak dibutuhkan. - Kontekstualisasi: memahami kenapa data dikumpulkan.

- Kalkulasi: analisa data, mirip kondensasi. - Kategorisasi: satuan analisa diketahui. - Koreksi: kesalahan dihilangkan. 2.1.3 Pengertian Sistem

M enurut M cleod (2001, p11) sistem merupakan sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.

M enurut M ulyadi (1993, p8) system merupakan suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok elemen yang saling berhubungan secara erat satu sama lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.4 Pengertian Sistem Informasi

M enurut Nickerson (2001, p4) sistem informasi adalah koleksi dari komponen-komponen yang saling bekerja sama dalam menyediakan informasi untuk membantu di dalam operasi-operasi dan manajemen dari organisasi.

(3)

M enurut Connolly & Begg (2002, p270) sistem informasi merupakan sumber-sumber yang memungkinkan koleksi, manajemen, kontrol, dan penyebaran dari informasi yang ada di dalam organisasi

2.2 Pengertian Basis Data

M enurut Post( 2002, p2) basis data merupakan kumpulan data yang disimpan dalam sebuah format yang telah distandarisasikan, didesain atau dirancang untuk dapat digunakan oleh banyak user.

M enurut Atzeni (2003, p2) basis data merupakan koleksi dari data yang biasanya digunakan untuk mewakili informasi yang diinginkan terhadap suatu sistem informasi 2.3 Pengertian Sistem Basis Data

M enurut Date (2000,p5) sistem basis data merupakan sistem penyimpanan record yang terkomputerisasi. Dengan kata lain sistem basis data merupakan sistem penyimpanan informasi yang terkomputerisasi sehingga memudahkan pemakainya untuk mengambil kembali dan memperbaharui informasi tersebut.

2.4 Pengertian DBMS(Database Management Systems)

M enurut Post(2002, p2) DBM S merupakan sebuah software yang mendefinisikan database, menyimpan data, support query language, menghasilkan laporan, dan membuat tampilan data entri.

2.4.1 Sejarah singkat DBMS

DBM S yang pertama berdasarkan pada metode hierarki dari pengurutan data. Sistem yang pertama kali merupakan eksistensi dari struktur file COBOL. Bagaimanapun juga pendekatan hubungan database ditemukan oleh E.F. Codd yang menjadi metode dominan dari penyimpanan dan pengambilan data.

(4)

2.4.2 Fungsi DBMS

M enurut Connolly & Begg(2002,pp48-52) fungsi-fungsi DBM S adalah: a. Data Storage, Retrieval and Update

Suatu DBM S harus memiliki kemampuan untuk melakukan penyimpanan, penelusuran dan juga mengupdate data-data yang ada.

b. A User-accessible catalog

Sebuah DBM S harus dapat memiliki sebuah katalog untuk mendeskripsikan data item yang disimpan dan juga dapat diakses.

c. Transaction Support

DBM S harus menyediakan suatu mekanisme yang akan menjamin bahwa semua kegiatan update maupun tidak, sesuai dengan transaksi yang dilakukan. d. Concurrency control services

DBM S harus menyediakan mekanisme yang menjamin bahwa basis data di-update dengan benar ketika lebih dari satu pemakai meng-di-update basis data secara bersamaan.

e. Recovery services

DBM S harus menyediakan mekanisme untuk memperbaiki basis data yang dalam suatu kesempatan rusak karena suatu hal.

f. Authorization services

DBM S harus menyediakan mekanisme untuk menjamin bahwa hanya pengguna yang mempunyai hak yang dapat mengakses basis data.

g. Support for data communication

DBM S harus mampu berintegrasi dengan software komunikasi. h. Integrity services

(5)

DBM S harus menyediakan cara untuk menjamin bahwa data dalam basis data dan perubahan pada data mengikuti aturan yang telah ditetapkan sebelumnya.

i. Services to promote data independence

DBM S harus mencakup fasilitas yang mendukung independensi program dari struktur aktual basis data.

j. Utility services

(6)

2..5 Siklus Hidup Basis Data

Connolly & Begg(2002, p272) mendefinisikan siklus hidup dari sebuah analisis dan perancangan basis data sebagai berikut:

Gambar 2.1 Siklus aplikasi basis data

Database planning Sy stem defenition

Requirement collection and analy sis

Conceptual database design Logical database design Phy sical database design DBMS selection (optional)

Prototy ping (optional) Implementation Data conversion and loading Testing Operational maintenance Application design

(7)

a. Database planning

Dalam tahap ini dilakukan perencanaan sehingga tahapan-tahapan berikutnya dapat dilakukan dengan baik.

b. System defenition

Pada tahap ini akan dilakukan pembatasan terhadap aplikasi database yang akan digunakan, jangkauannya dan juga lingkungan tempat dimana sistem akan diterapkan.

c. Requirement collection and analysis

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan analisis kebutuhan pengguna dan lingkungan aplikasi.

d. Database design

Pada tahap ini dilakukan perancangan konseptual, logikal dan juga fisikal pada basis data.

e. DBM S selection (optional)

M emilih DBM S yang sesuai untuk aplikasi basis data. f. Application design

M erancang interface bagi pengguna, program aplikasi yang digunakan dan memproses basis data.

g. Prototyping (optional)

M embuat prototype dari sebuah aplikasi database yang memungkinkan pengguna untuk menvisualisasikan dan mengevaluasi bagaimana bentuk dan fungsi dari sistem akhir

(8)

h. Implementation

M embuat defenisi basis data eksternal, konseptual, dan juga internal serta program aplikasi.

i. Data conversion and Loading

Konversi data dari sistem lama ke sistem yang baru. j. Testing

Proses untuk mencari kesalahan pada aplikasi basis data. k.Operational maintenance

Pada tahap ini aplikasi basis data yang telah dibuat akan diimplementasikan sepenuhnya. Sistem diawasi dan dipelihara secara berkelanjutan.

2.6 Tahapan Perancangan Basis Data

Connolly & Begg(2002,pp417-476) mendefinisikan metodologi perancangan basis data terdiri atas tiga tahapan, yaitu

a. Perancangan konseptual

Proses membuat suatu model informasi yang digunakan di dalam perusahaan, organisasi, dan terbebas dari semua pertimbangan-pertimbangan yang bersifat fisikal.

Perancangan konseptual terdiri dari empat tahap yaitu: 1. Identifikasi entity-entity yang akan digunakan. 2. M enentukan jenis hubungan antar entity.

3. Identifikasi atribut-atribut dan juga domain yang akan digunakan.. 4. Indentifikasi kandidat dan primary key setiap entity.

Berikut ini adalah komponen-komponen yang akan digunakan dalam keempat tahapan di atas adalah :

(9)

a. Relasi (Relation)

Sebuah relasi adalah sebuah tabel dengan kolom – kolom dan baris – baris. b. Atribut (Attribute)

Atribut merupakan nama kolom dari sebuah relasi. c. Domain

Domain adalah sekumpulan dari nilai – nilai yang diperkenankan untuk satu atau lebih atribut.

d. Record (Tuple)

Tuple adalah baris dari sebuah relasi. e. Derajat (Degree)

Derajat dari sebuah relasi adalah banyaknya atribut yang ada di dalam relasi tersebut.

f. Cardinality

Cardinality dari sebuah relasi adalah banyaknya tuple yang ada di dalam relasi tersebut.

g. Relasi Basis Data(Relational Database)

Relasi basis data adalah sekumpulan dari relasi – relasi yang telah dinormalisasikan dengan nama – nama relasi yang jelas.

h. Relational Key

Penentuan kunci merupakan hal yang paling esensial pada basis data relational. Berikut ini adalah penjelasan jenis – jenis kunci yang digunakan dalam perancangan :

(10)

Superkey merupakan sebuah atribut atau sekumpulan atribut yang secara unik diidentifikasikan sebagai sebuah tuple di dalam relasi.

2. Candidate key

Candidate key merupakan superkey yang ada di dalam sebuah relasi. 3. Primary key

Primary key adalah candidate key yang telah dipilih untuk mengidentifikasi tuple – tuple yang unik di dalam sebuah relasi.

4. Foreign key

Foreign key merupakan sebuah atribut atau sekumpulan atribut yang memiliki satu relasi terhadap candidate key di dalam beberapa relasi.

5. Composite key

Candidate key yang terdiri dari dua atau lebih atribut. i. Relational Integrity

Relasi yang terintegritas terdiri dari : 1. Null

M ewakili nilai dari atribut yang tidak diketahui atau yang belum ada di dalam tuple.

2. Entity Integrity

Di dalam relasi dasar, tidak ada atribut dari primary key yang bisa bernilai null.

3. Referential Integrity

Jika foreign key ada di dalam sebuah relasi, maka isi dari foreign key harus dicocokkan dengan isi dari candidate key di dalam relasi masing – masing key atau isi dari foreign key harus dinullkan.

(11)

4. Enterprise Constraints

Aturan tambahan pada basis data yang dispesifikasi oleh pengguna (user) atau pengelola (administrator) basis data.

5. Base relation

Relasi yang berkorespondensi terhadap entity di dalam skema konseptual yang tuple – tuplenya tersimpan di dalam basis data secara fisikal.

b. Perancangan Logikal

Proses membuat suatu model informasi yang digunakan di dalam perusahaan, organisasi berdasarkan pada model data yang spesifik. Pada tahap perancangan logikal proses penyusunan model basis data berdasarkan desain konseptual, tidak menggunakan DBM S tertentu dan juga tidak menggunakan strukur fisik komputer. Pada tahap logikal perancangan lebih ke database view. Pada tahap ini hubungan yang bersifat many-to-many, kompleks, dan juga rekursif harus dihilangkan.

Tahapan perancangan pada perancangan logikal terbagi atas dua bagian yaitu :

1. M embangun dan memvalidasi model logikal data lokal untuk setiap tampilan.

Untuk membuat model logikal lokal dari model konseptual lokal yang mewakili tampilan tertentu dari perusahaan dan kemudian untuk memvalidasi model ini untuk memastikan struktur yang benar.

Tahapan ini terbagi atas enam langkah yakni :

a. M enghilangkan ciri-ciri yang tidak kompatibel pada model relasi yang ada.

(12)

b. M enentukan relasi untuk model logikal data lokal.

c. M emvalidasikan relasi-relasi yang ada menggunakan normalisasi. d. M emvalidasikan relasi-relasi yang ada terhadap transaksi

pengguna.

e. M endefenisikan batasan-batasan yang terintegritas.

f. M engevaluasi model logikal data lokal bersama-sama dengan pengguna.

2. M embuat dan memvalidasi model logikal data global

Untuk menggabungkan model logikal data lokal secara individual ke dalam sebuah model logikal data global yang mewakili perusahaan. Tahapan ini terbagi atas empat langkah yakni :

a. M enggabungkan model logikal data lokal ke dalam model logikal data global.

b. M emvalidasi model logikal data global.

c. M elakukan pengecekan untuk perkembangan yang lebih lanjut. d. M engevaluasi model logikal data global bersama dengan

pengguna. c. Perancangan Fisikal

Proses menghasilkan sebuah deskripsi dari implementasi basis data di dalam

secondary storage yang menggambarkan hubungan-hubungan dasar, organisasi

file dan indeks-indeks yang digunakan dalam mencapai akses yang efisien terhadap data dan batasan-batasan integritas yang berasosiasi serta ukuran keamanannya.

(13)

1. M enterjemahkan model logical data global disesuaikan dengan DBM S yang dipilih, antara lain meliputi rancangan base relations, gambaran rancangan dari data turunan(derived data), dan rancangan batasan-batasan dari perusahaan(enterprise constraints).

2. M erancang gambaran fisikal, antara lain meliputi analisa transaksi, memilih organisasi file, memilih indexes, memperkirakan kebutuhan disk space.

3. M erancang user views yang diidentifikasi selama tahap pengumpulan dan analisis kebutuhan pada aplikasi daur hidup relational basis data.

4. M erancang mekanisme keamanan untuk basis data yang ditentukan oleh pengguna.

5. M empertimbangkan controlled redundancy yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna sistem.

6. Sistem operasional monitor and tune untuk mengawasi system operasional dan meningkatkan daya guna sistem untuk memutuskan bahwa rancangan sesuai atau tidak dan juga menangani kebutuhan-kebutuhan yang bisa berubah.

2.7 Perhitungan Disk Space

M enurut teori SQL (Structured Query Language) pada SQL Server Book

Online(2000) software requirements-SQL Server ada empat langkah yang dapat

digunakan untuk menghitung jumlah kapasitas disk yang dibutuhkan untuk menyimpan data dan beberapa nonclustered index pada sebuah tabel yang memiliki clustered index. Langkah-langkahnya, yaitu sebagai berikut:

(14)

Berikut ini merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung

jumlah space yang dibutuhkan untuk menyimpan data pada sebuah tabel :

a. M enentukan jumlah baris yang terdapat dalam tabel

Num_Rows = jumlah baris dalam tabel

b. Jika terdapat fixed-length columns dan variable-length colums dalam definisi

tabel, maka hitung space setiap grup kolom yang dipakai dalam baris data.

Ukuran setiap kolom tergantung pada spesifikasi tipe dan panjang data.

Num_Cols = jumlah kolom dalam tabel

Fixed_Data_Size = jumlah bytes semua fixed-length columns

Num_Variable_Cols = jumlah variable-length columns

M ax_Var_Size = ukuran maksimum dari semua variable-length columns

c. Jika terdapat fixed - length columns di mana boleh berisi null dalam

tabel maka hitung Null Bitmap.

Null_Bitmap = 2 + ((Num_Cols + 7) / 8)

d. Jika terdapat variable-length columns dalam table, maka hitung total ukuran

dari variable-length columns.

Variable_Data_Size = 2 + (Num_Variable_Cols x 2) + M ax_Var_Size

Jika tidak terdapat variable-length columns maka Variable_Data_Size menjadi 0

(15)

e. Hitung row size.

Row_Size = Fixed_Data_Size + Variable_Data_Size + Null_Bitmap + 4

Nilai 4 menunjukkan data row header.

f. Hitung jumlah baris per halaman (8096 bytes per halaman).

Rows_Per_Page = ( 8096 ) / (Row_Size + 2)

g. Jika clustered index dibuat pada tabel maka hitung jumlah free row per page,

dengan berdasarkan pada fill factor yang ditentukan. Jika tidak ada clustered

index, maka Fill_Factornya menjadi 0.

Free_Rows_Per_Page = 8096 x ((100 - Fill_Factor) / 100) / (Row_Size + 2)

h. Hitung jumlah halaman yang dibutuhkan untuk menyimpan semua baris.

Num_Pages = Num_Rows / (Rows_Per_Page - Free_Rows_Per_Page)

i. Hitung jumlah space yang dibutuhkan untuk menyimpan data dalam tabel

(total byte 8192 per halaman).

Table size (bytes) = 8192 x Num_Pages

2. M enghitung space yang digunakan untuk menyimpan clustered index

Berikut ini langkah - langkah untuk mengestimasi jumlah space yang dibutuhkan untuk menyimpan clustered index :

a. Definisi clustered index dapat terdiri dari fixed - length columns dan

variable-length columns. Untuk mengestimasi ukuran dari clustered index,

(16)

index row.

Num_CKey_Cols = jumlah kolom dalam index key

Fixed_CKey_Size = jumlah byte semua fixed-length key columns

Num_Variable_CKey_Cols = jumlah variable-length columns dalam index

key

M ax_Var_CKey_Size = ukuran maksimum dari semua variable–length key

columns

b. Jika terdapat fixed-length columns dalam clustered index di mana boleh

null, maka hitung null bitmap.

CIndex_Null_Bitmap = 2 + (( Num_CKey_Cols + 7) / 8 )

c. Jika terdapat variable-length columns dalam index, maka hitung total ukuran

dari variable-length colums.

Variable_CKey_Size = 2 + ( Num_Variable_CKey_Cols x 2 ) +

M ax_Var_CKey_Size

Jika tidak ada variable-length columns maka Variable_Ckey_Size menjadi 0.

d. Hitung index row size.

CIndex_Row_Size = Fixed_CKey_Size + Variable_CKey_Size +

CIndex_Null_Bitmap + 1 + 8

(17)

CIndex_Rows_Per_Page = ( 8096 ) / (CIndex_Row_Size + 2)

f. Hitung jumlah halaman yang diperlukan untuk menyimpan semua index

row pada setiap level index.

Number or pages (level 0) (Num_Pages_CLevel_0) = ( Data_Space_Used /

8192 ) / CIndex_Rows_Per_Page

Number of pages (level 1)(Num_Pages_CLevel_1) = Num_Pages_Clevel_0

/ CIndex_Rows_Per_Page

Hitung jumlah halaman yang dibutuhkan untuk menyimpansetiap level index.

Total number of pages (Num_CIndex_Pages) = Num_Pages_CLevel_0

+ Num_Pages_CLevel_1 + Num_Pages_CLevel_2 + . . . +

Num_Pages_CLevel_n

g. Hitung ukuran clustered index (total bytes 8192 per halaman)

Clustered index size (bytes) = 8192 x Num_CIndex_Pages

3. M enghitung space yang digunakan untuk menyimpan setiap nonclustered index tambahan

Berikut ini langkah - langkah untuk mengestimasi jumlah space yang dibutuhkan untuk menyimpan nonclustered index :

a. Definisi nonclustered index dapat terdiri dari fixed - length columns dan

(18)

index, maka terlebih dahulu harus menentukan space setiap grup kolom

dalam index row.

Num_Key_Cols = jumlah kolom dalam index key

Fixed_Key_Size = jumlah byte semua fixed-length key columns

Num_Variable_Key_Cols = jumlah variable-length columns dalam index key

M ax_Var_Key_Size = ukuran maksimum dari semua variable – length key

columns

b. Jika terdapat fixed-length columns dalam nonclustered index di mana boleh

null, maka hitung null bitmap.

Index_Null_Bitmap = 2 + (( Num_Key_Cols + 7) / 8 )

c. Jika terdapat variable-length columns dalam index, maka hitung total ukuran

dari variable-length colums.

Variable_Key_Size = 2 + ( Num_Variable_Key_Cols x 2 ) +

M ax_Var_Key_Size

Jika tidak ada variable-length columns maka Variable_key_Size menjadi 0.

d. Hitung index row size.

Index_Row_Size = Fixed_Key_Size + Variable_Key_Size + Index_Null_

Bitmap + 1 + 8

(19)

Index_Rows_Per_Page = ( 8096 ) / (Index_Row_Size + 2)

f. Hitung jumlah halaman yang diperlukan untuk menyimpan semua index

row pada setiap level index.

Number or pages (level 0)(Num_Pages_Level_0) =Data_Space_Used / 8192)

/ Index_Rows_Per_Page

Number of pages (level 1)(Num_Pages_Level_1) = Num_Pages_Level_0 /

Index_Rows_Per_Page

Hitung jumlah halaman yang dibutuhkan untuk menyimpansetiap level index.

Total number of pages (Num_Index_Pages) = Num_Pages_Level_0 +

Num_Pages_Level_1 + Num_Pages_Level_2 + ...+ Num_Pages_Level_n

g. Hitung ukuran nonclustered index (total bytes 8192 per halaman)

Nonclustered index size (bytes) = 8192 x Num_Index_Pages

4. M enjumlahkan semua nilai yang diperoleh dari ketiga langkah di atas Hitung ukuran tabel:

Total table size (bytes) = Data_Space_Used + Clustered index size + Nonclustered index size + ...n

(20)

2.8 Normalisasi

2.8.1 Pengertian Normalisasi

Connolly & Begg(2002, p376) normalisasi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menghasilkan kumpulan relasi dengan property-properti yang diinginkan, yang memenuhi kebutuhan data pada suatu organisasi. Dengan kata lain normalisasi melakukan serangkaian pengujian pada suatu relasi untuk menentukan apakah relasi tersebut melanggar atau memenuhi bentuk normal. Tiga bentuk normal yang biasa digunakan adalah first(1NF), second(2NF),dan third(3NF). Kemudian terdapat bentuk normal yang lebih kuat terdefinisi yaitu Boyce-Codd Normal

Form(BCNF). Semua bentuk normal tersebut berdasarkan pada ketergantungan

fungsional diantara atribut pada suatu relasi. Bentuk normal pada tingkatan lebih tinggi adalah fourth(4NF) dan fifth(5NF).

2.8.2 Pengulangan Data dan Anomali

Tujuan utama dari desain basis data relasional adalah mengelompokkan atribut-atribut ke dalam relasi-relasi untuk menghilangkan pengulangan data dengan demikian mengurangi kapasitas penyimpanan file. Relasi-relasi yang terdapat pengulangan data yang menyebabkan data tidak konsisten atau membuat suatu data menjadi hilang saat data lain dihapus disebut sebagai anomali.

2.8.3 Ketergantungan Fungsional(Functional Dependency)

Connolly & Begg(2002, p379) ketergantungan fungsional menggambarkan hubungan antara atribut-atribut pada suatu relasi. Sebagai contoh, jika A dan B adalah atribut-atribut dari relasi R, B dikatakan bergantung fungsional pada A(dituliskan AÆB), jika setiap nilai pada A dihubungkan dengan tepat pada satu nilai B. (A dan B mungkin terdiri dari satu atau lebih atribut).

(21)

Ketergantungan fungsional dapat diartikan sebagai semantic dari atribut-atribut pada suatu relasi. Semantic menunjukkan bagaimana atribut-atribut tersebut berhubungan satu sama lain dan menentukan ketergantungan fungsional diantara atribut. Ketika terdapat ketergantungan fungsional, ketergantungan ini ditetapkan sebagai constraint antara atribut-atribut.

A B

B is functionally dependent on A

Gambar 2.2 Gambar functional dependencies

Pada relasi dengan atribut-atribut A dan B, dimana atribut B bergantung fungsional pada atribut A, maka satu nilai B pada setiap tuple bergantung dari nilai A. Ketika tuple memiliki nilai yang sama pada A, maka memiliki nilai yang sama juga pada B.Tetapi nilai B dapat berhubungan dengan beberapa nilai yang berbeda pada A. Determinant menunjukkan atribut atau kumpulan atribut pada bagian sebelah kiri dari panah pada ketergantungan fungsional. Sebagai contoh, determinant pada gambar diatas adalah A, artinya A merupakan determinant dari B.

2.8.4 Bentuk Normal

M enurut Codd(1972b) mengemukakan bahwa normalisasi merupakan teknik formal untuk menguraikan relasi berdasarkan pada primary key atau candidate key dan ketergantungan fungsional. Teknik ini meliputi rangkaian aturan-aturan yang digunakan untuk pengujian relasi sehingga basis data bisa dinormalisasi pada setiap tingkatan

(22)

sehingga memenuhi bentuk normal. Beberapa tingkatan yang biasa digunakan pada normalisasi adalah:

a. Bentuk Normal Pertama (1NF)

Sebuah relasi dikatakan dalam bentuk normal pertama jika dan hanya jika semua domain mengandung hanya nilai atomik. Dengan kata lain, suatu relasi dikatakan dalam bentuk normal pertama jika setiap atribut bernilai tunggal untuk setiap baris. Bentuk normal pertama dilakukan jika relasi belum ternormalisasi. Table yang belum ternormalisasi adalah tabel yang memiliki atribut berulang.

b. Bentuk Normal Kedua(2NF)

Bentuk normal kedua berdasarkan pada konsep ketergantungan fungsional. Bentuk normal kedua didefinisikan jika relasi berada dalam bentuk normal pertama dan setiap atribut bukan key tergantung fungsional pada primary key. Untuk menjadikan relasi dalam bentuk normal kedua maka dari bentuk normal pertama dipisah yang

functionally dependency.

c. Bentuk Normal Ketiga(3NF)

Sebuah relasi dikatakan dalam bentuk normal ketiga jika berada dalam bentuk normal kedua dan setiap atribut bukan key tidak tergantung transitif pada primary key. Yang dimaksud dengan ketergantungan transitif adalah suatu kondisi dimana A, B, dan C merupakan atribut-atribut dari suatu relasi, jika AÆB and BÆC, maka C bergantung transitif pada A melalui B.(ditetapkan bahwa A bergantung fungsional pada B atau C). d. Bentuk Normal Boyce-Codd(BCNF)

Suatu relasi dikatakan memenuhi bentuk BCNF jika dan hanya jika setiap

determinant(penentu) merupakan candidate key. BCNF merupakan bentuk normal

(23)

masih anomali sehingga perlu dinormalisasi lebih jauh. Jadi suatu relasi yang memenuhi BCNF pasti juga memenuhi 3NF, tetapi tidak berlaku sebaliknya.

e. Bentuk Normal Keempat(4NF)

Bentuk normal keempat didefinisikan sebagai suatu relasi yang telah berada pada BCNF dan tidak mengandung dua atribut atau lebih yang bernilai banyak.

f. Bentuk Normal Kelima(5NF)

Suatu relasi dikatakan dalam bentuk normal kelima jika tidak lagi memiliki join

dependency yang menggambarkan tipe ketergantungan, dimana sebagai contoh untuk

sebuah relasi R anggota atribut dari R adalah A,B,….,Z, sebuah relasi R dikatakan sebagai join dependency jika dan hanya jika setiap nilai dari R sama dengan hubungan pada projectionsnya pada A,B,…Z

Pada bentuk-bentuk normal diatas, yang umum digunakan adalah bentuk normal pertama, kedua, dan ketiga. Ketiga bentuk normal tersebut tidak dilanjutkan ke tingkat bentuk normal yang lebih tinggi apabila persoalan anomali tidak muncul lagi. Bentuk normal BCNF sebagai perbaikan terhadap bentuk normal ketiga apabila diperlukan. Sedangkan bentuk normal 4NF dan 5NF hanya dipakai pada kondisi khusus tertentu, yaitu pada relasi yang mengandung ketergantungan nilai banyak.

2.9 Entity Relationship Modeling (ER Modeling)

M odel ER merupakan pendekatan top-down pada rancangan basis data yang dimulai dengan mengindentifikasi data yang disebut entity dan hubungan antara entity tersebut.

(24)

2.10 Perancangan Software dengan Model Sekuensial Linier

Gambar 2.4 M etode sekuensial linear

M enurut Pressman(1992, pp37-38) M odel sekuensial linier mengusulkan sebuah pendekatan kepada perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial yang mulai pada tingkat dan kemajuan system pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian dan pemeliharaan. M odel ini adalah paradigma rekayasa perangkat lunak yang paling luas dipakai dan paling tua. M odel sekuensial linier melingkupi aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

a. Rekayasa dan pemodelan sistem

Pada tahap ini rekayasa dan analisis sistem menyangkut pengumpulan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat sistem dengan sejumlah kecil analisis serta desain tingkat puncak, tingkat bisnis strategis dan tingkat area bisnis. b. Analisis kebutuhan perangkat lunak

M erupakan proses pengumpulan kebutuhan yang diintensifkan dan difokuskan, khususnya pada perangkat lunak.

c. Desain

M erupakan proses multilangkah yang difokuskan pada empat atribut sebuah program yang berbeda yaitu: struktur data, arsitektur perangkat lunak,

(25)

representasi interface dan detail prosedural. Proses desain menerjemahkan kebutuhan dalam representasi perangkat lunak yang dapat diperkirakan demi kualitas sebelum dimulainya pemunculan kode.

d. Generasi kode

Desain harus dapat diterjemahkan ke dalam bentuk mesin yang dapat dibaca. e. Pengujian

Proses pengujian berfokus pada logika internal perangkat lunak dan pada eksternal fungsional.

f. Pemeliharaan

Perangkat lunak akan mengalami perubahan setelah disampaikan kapada pelanggan . perubahan akan terjadi karena kesalahan-kesalahan ditentukan, karena perangkat lunak harus disesuaikan untuk mengakomodasikan perubahan-perubahan di dalam lingkungan eksternal, atau karena pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional. Pemeliharaan perangkat lunak mengaplikasikan lagi setiap fase program sebelumnya dan tidak membuat yang baru lagi.

2.11 STD (State Transition Diagram)

STD adalah suatu diagram yang menggambarkan bagaimana suatu proses dihubungkan satu sama lain dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain STD merupakan suatu modelling tool yang menggambarkan sifat keteergantungan pada waktu dari suatu sistem.

(26)

Gambar 2.5 Simbol state dalam STD

Gambar 2.6 Simbol aliran data dalam STD 2.12 Pengertian Penjualan,Pembelian dan Persediaan

2.12.1 Penjualan

M enurut Romney (2003,p157), penjualan merupakan suatu set rekursif dari kegiatan bisnis dan operasi pemrosesan informasi terkait yang dihubungkan dengan penyediaan barang dan pelayanan pelanggan dan penerimaan pembayaran dari penjualan tersebut.

Penjualan ada 2 macam bila dilihat dari cara pembayarannya, yaitu:

a. Penjualan tunai, merupakan penjualan barang yang pembayarannya harus dilakukan secara tunai.

b. Penjualan kredit, merupakan penjualan barang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Pembayaran ini dilakukan sesuai dengan syarat-syarat pembayaran yang diberikan atau sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. 2.12.1.1 Pengertian Penjualan Tunai

M enurut M ulyadi(1997,p199), penjualan tunai adalah suatu bentuk penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pihak pembeli untuk melakukan pembayaran dengan harga barang yang dibelinya sebelum barang tersebut diserahkan perusahaan.

(27)

2.12.1.2 Pengertian Penjualan Kredit

M enurut M ulyadi (1997, pp216-217), penjualan kredit adalah suatu bentuk penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan baang sesuai order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai piutang pada pembeli tersebut. Untuk menghindari tidak tertagihnya piutang, setiap penjualan kredit yang pertama pada seorang pembeli selalu didahului dengan analisis terhadap dapat tidaknya pembeli tersebut diberi kredit.

Adapun dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem penjualan kredit antara lain adalah:

a. Faktur Penjualan

Dokumen ini digunakan sebagai dasar dari pencatatan timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit.

b. Surat Tagihan

Surat tagihan ini merupakan turn-around dokumen yang isinya dibagi menjadi 2 bagian yang terdiri dari bagian atas yang merupakan dokumen yang harus disobek dan dikembalikan bersama cek oleh pelanggan ke perusahaan. Sedangkan bagian bawah adalah faktur penjualan yang asli yang berisi rincian barang-barang yang telah dijual.

2.12.2 Pembelian

Pembelian merupakan salah satu kegiatan dari aktifitas bisnis yang meliputi penyediaan barang dari supplier dan juga bagaimana pembayaran akan dilakukan kepada pihak supplier.

Transaksi pembelian dapat digolongkan menjadi dua yaitu : pembelian lokal dan pembelian impor.

(28)

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian adalah sebagai berikut : 1. Surat permintaan pembelian

M erupakan formulir yang diisi oleh pemakai atau fungsi gudang untuk meminta dilakukannya pembelian barang dengan jenis, mutu dan jumlah yang sesuai dengan surat tersebut.

2. Surat permintaan penawaran harga

Dokumen yang digunakan untuk meminta penawaran harga bagi barang yang pengadaannya tidak bersifat repetitif, yang menyangkut jumlah rupiah pembelian yang besar.

3. Surat order pembelian

M erupakan dokumen yang digunakan untuk memesan barang kepada pemasok yang telah dipilih.

4. Laporan penerimaan barang

Dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan barang untuk menunjukkan bahwa barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi mutu dan kuantitas seperti yang telah dicantumkan dalam surat order.

5. Laporan pembayaran

M erupakan dokumen yang menunjukkan besarnya pembayaran yang dilakukan dan juga detail pembayaran yang dilakukan.

2.12.3 Persediaan

M enurut Rangkuti (1998,p2) persediaan merupakan sejumlah bahan – bahan, bagian – bagian yang disediakan dan bahan – bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi \, serta barang – barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu.

(29)

Dengan kata lain persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus – menerus diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali.

Jenis – jenis persediaan menurut fungsinya : 1. Batch Stock / Lot Size Inventory

Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan – bahan atau barang – barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu.

2. Fluctuation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

3. Anticipation Stock

Persediaan yang diadakan utnuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat.

Gambar

Gambar 2.1         Siklus aplikasi basis data
Gambar 2.4      M etode sekuensial linear

Referensi

Dokumen terkait

SEKOLAH TINGGI TINGGI ILMU KESE ILMU KESEHAT HATAN ENDERAL ACHMAD YA AN ENDERAL ACHMAD YANI NI YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2015 2015 LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN. SATUAN

Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan

Konseling Islam dengan Terapi Realitas dalam Menangani Perilaku Fiksasi pada Anak (studi kasus; anak yang selalu bergantung pada orang lain di desa sarangan kanor

Makalah ini akan fokus pada desain jaringan rantai pasok bahan baku rotan, yaitu meliputi penentuan lokasi terminal dan alokasi bahan baku rotan dari terminal untuk setiap

terlampir dalam dokumen tersebut, surat pernyataan kesediaan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang ditandatangani oleh Ketua Koperasi

Analisis petrografi bertujuan untuk penamaan batu sedimen serta memperoleh data penunjang bagi Provenance agar dapat diketahui bagaimana kandungan persentase batuan baik

Pada tahun 2010 penggunaan lahan domestik dalam sistem DAS Duriangkang diprediksi akan meningkat menjadi 1656,09 ha dan beban pencemar yang dihasilkan diprediksi sebesar 2804,45

Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk mendapatkan lokasi intake terbaik dari rambatan salinitas air asin yang masuk ke badan air Sungai Jawi agar dapat dimanfaatkan