• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tunas Baru Lampung, Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tunas Baru Lampung, Tbk"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

23 Juni 2014 Halaman ke 1 dari 17 halaman Kontak:

Equity & Index Valuation Division Phone: (6221) 7278 2380

[email protected]

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini”

www.pefindo.com

Tunas Baru Lampung, Tbk

Laporan Utama

Equity Valuation

23 Juni 2014 Target Harga Terendah Tertinggi 830 970 Industri Agribisnis Property Kinerja Saham 350 400 450 500 550 600 650 3000 3500 4000 4500 5000 5500 TBLA IHSG JCI TBLA

Sumber: Bloomberg, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Informasi Saham Rp

Kode Saham TBLA

Harga Saham 14 Juni 2012 620

Harga Tertinggi 52 Minggu Terakhir 630

Harga Terendah 52 Minggu Terakhir 440

Kapitalisasi Pasar Tertinggi 52 Minggu

(miliar) 3.064

Kapitalisasi Pasar Terendah 52 Minggu

(miliar) 2.175

Market Value Added & Market Risk

0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 0 50 100 150 200 250 300 2011 2012 2013 Market Risk MVA

Market Value Added (Rp/share) Market Risk

Sumber: Bloomberg, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Pemegang Saham* (%)

PT Budi Delta Swakarya 30,05

PT Sungai Budi 28,63

Widarto 0,05

Santoso Winata 0,05

Publik (dibawah 5% kepemilikan) 41,22

*Catatan: Per 31 Maret 2014

Masa Depan yang Manis

PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) yang merupakan salah satu pelopor industri agribisnis di Indonesia, didirikan pada tahun 1973. Bisnis TBLA meliputi perkebunan kelapa sawit dan pembuatan produk turunannya, penghasil tebu dan gula rafinasi, serta perkebunan nanas. Saat ini, TBLA memiliki 81.793 hektar (“ha”) area perkebunan, yang digunakan untuk kelapa sawit, tebu, dan nanas. Hampir seluruh area perkebunan TBLA berlokasi di Provinsi Lampung, sementara sisanya berlokasi di Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat. TBLA memasarkan produknya ke luar negeri dan domestik. Khusus untuk pasar domestik, TBLA memasarkan minyak goreng dengan merek “Rose Brand”. Terkait dengan ekspansi di bisnis kelapa sawit, TBLA telah membangun pabrik pengolahan Crude Palm Oil (“CPO”) di Banyuasin, Sumatera Selatan – telah beroperasi sejak 1Q2013, menambah area tertanam di Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat, dan menyelesaikan pembangunan pelabuhan baru. Sejak tahun 2013, TBLA melebarkan bisnisnya ke industri gula dan membangun pabrik gula rafinasi di Way Lunik, dan perkebunan tebu pada area seluas 1,72 ha di Terbanggi dan Mirarantih, Provinsi Lampung. Sejak Juni 2013, pabrik gula rafinasi TBLA telah mulai beroperasi dan telah menghasilkan pendapatan bagi TBLA di tahun 2013. Berdasarkan ini semua, kami percaya TBLA memiliki masa depan yang manis.

(2)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini”

Diuntungkan dengan Pengalaman di Produk Turunan CPO

Terkait dengan bisnis kelapa sawitnya, kami melihat bahwa TBLA adalah perusahaan kelas menengah yang tidak hanya beropeasi di hulu, tetapi juga di hilir. Bisnis hilir TBLA antara lain menghasilkan turunan CPO, seperti olein, stearine, palm fatty acid, dll, dan TBLA memiliki pengalaman yang panjang di bisnis tersebut. Kami melihat bahwa memiliki bisnis hilir akan menguntungkan TBLA, karena saat ini Pemerintah telah memberlakukan pajak yang cukup tinggi untuk ekspor CPO, sehingga membuat transaksi turunan CPO lebih menguntungkan. Melihat kontributor pendapatan TBLA saat ini, porsi produk turunan CPO telah melampaui kontribusi pendapatan dari CPO.

Angin Segar dari Industri CPO

Kami melihat bahwa permintaan global CPO dalam jangka panjang akan semakin positif. Tingkat penetrasi CPO yang rendah saat ini di Tiongkok, India dan Indonesia sebagai pasar utama dari CPO, mengindikasikan kebutuhan akan minyak dan mentega di pasar ini di masa datang tetap signifikan. Selain itu, kami melihat bahwa harga CPO akan rebound menjadi RM2.660/ton di akhir tahun 2014, dari harga saat ini RM2.649/ton. Di dalam negeri, program Pemerintah untuk meningkatkan kandungan minyak nabati pada bahan bakar biodiesel menjadi 10% akan meningkatkan industri CPO, karena akan membuka pasar baru bagi produksen CPO seperti TBLA.

Terus Berekspansi, dengan Fokus Bisnis Gula

Di tahun 2013, TBLA mengembangkan bisnisnya dengan menyelesaikan pembangunan beberapa infrastruktur. Pabrik CPO baru di Banyuasin - Sumatera Selatan dengan kapasitas 45 ton/jam telah selesai pada Januari 2013, dan akan meningkatkan total kapasitas hingga mencapai 1.480.000 ton/tahun. Pelabuhan laut yang baru untuk mempercepat proses distribusi, berlokasi di Way Lunik, Lampung, juga telah selesai. Ekspansi ini akan mengatasi masalah kapasitas yang sebelumnya terjadi dan memberikan pendapatan lainnya untuk TBLA. Namun, kami melihat bahwa ke depan, TBLA akan fokus untuk memperluas bisnis gula. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya investasi yang ditempatkan dalam bisnis ini, atau mencapai Rp1,28 triliun selama tahun 2014-2015. Kami percaya bahwa strategi tersebut adalah tepat karena waktu budidaya tebu yang lebih pendek dari kelapa sawit, dan juga memiliki marjin yang lebih tinggi.

Prospek Usaha

Permintaan CPO akan terus meningkat di masa depan. Populasi yang besar, konsumsi per kapita rendah di beberapa pasar utama, yakni India, Cina dan Indonesia, tumbuh dengan stabilnya populasi masyarakat muda, serta meningkatnya pendapatan per kapita adalah variabel kunci dalam mendorong konsumsi CPO dan turunannya. Regulasi positif mengenai program biodiesel, menghembuskan hal yang positif bagi Industri CPO Indonesia. Ditambah dengan harga CPO yang positif di masa depan, dan TBLA yang terus berekspansi menyebabkan masa depannya tampak manis. Akibatnya, kami berharap bahwa penjualan TBLA akan tumbuh pada CAGR sebesar 17,4% selama periode 2013-2018.

Tabel 1: Ringkasan Kinerja

2011 2012 2013 2014P 2015P

Pendapatan [Rp miliar] 3.732 3.806 3.705 4.828 6.050 Laba Sebelum Pajak [Rp

miliar] 540 311 119 611 702

Laba Bersih [Rp miliar] 419 242 84 454 522

EPS [Rp] 84,8 48,9 17,1 91,9 105,6

Pertumbuhan EPS [%] 69,9 (42,3) (65,1) 438,3 14,9

P/E [x] 7,0 10,0 27,5 6,7* 4,6*

PBV [x] 1,8 1,4 1,3 1,4* 1,0*

Sumber: Tunas Baru Lampung Tbk. Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing *) Berdasarkan harga saham tanggal 20 Juni 2014,– Rp620 /saham

(3)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com

23 Juni 2014 Halaman ke 3 dari 17 halaman

Profil Usaha

Sejarah PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dimulai tahun 1973 ketika pertama kali didirikan. Pada saat itu, TBLA adalah salah satu perusahaan pelopor dalam industri perkebunan Indonesia. Dari hanya aktif pada bisnis kelapa sawit, bisnis TBLA sekarang terdiri dari perkebunan dan penghasil produk derivatif terkait kelapa sawit, tebu, dan nanas. Pada Desember 2013, TBLA memiliki total lahan 81.793 ha, 58.510 ha diantaranya sudah ditanami. Dari total lahan tersebut, sekitar 94% ditanam untuk tanaman kelapa sawit, dan sisanya untuk nanas dan tanaman tebu. Sebagian besar areal perkebunan TBLA berlokasi di Lampung, Sumatera Selatan (area Waylunik), dan Pontianak (Kalimantan Barat).

TBLA memiliki beberapa anak perusahaan, yaitu:

 PT Bumi Sentosa Abadi (“BSA”) – mengelola area perkebunan di Lampung.

 PT Bangun Nusa Indah Lampung (“BNIL”) – mengelola area perkebunan di Lampung.

 PT Budi Dwiyasa Perkasa (“BDP”) – mengelola area perkebunan di Lampung.

 PT Budi Nusa Cipta Wahana (“BNCW”) – mengelola area perkebunan di Lampung.

 PT Adi Karya Gemilang (“AKG”) – mengelola area perkebunan di Lampung.

 PT Bangun Tatalampung Asri (“BTLA”) – mengelola area perkebunan di Lampung.

 PT Bumi Perkasa Gemilang (“BPG”) – mengelola area perkebunan di Kalimantan Barat.

 PT Solusi Jaya Perkasa (“SJP”) – berlokasi di Kalimantan Barat. Tabel 2: Profil Area Perkebunan TBLA per Desember 2013

Perusahaan Lokasi Area Area Tertanam

Tanaman Menghasilkan

Tanaman Belum

Menghasilkan Tanaman

(Ha) (Ha) (Ha) (Ha)

TBLA Lampung 3,805 3,383 3,370 13Kelapa sawit TBLA Lampung 1,678 380 - 380Tebu TBLA Palembang 8,000 7,484 5,588 1,896Kelapa sawit TBLA Palembang 5,000 2,121 - 2,121Kelapa sawit TBLA - Plasma Sumatera Selatan 2,800 2,617 - 2,617Kelapa sawit BSA Lampung 970 903 903 - Kelapa sawit BNIL Lampung 6,475 5,922 5,922 - Kelapa sawit BNIL - Plasma Lampung 9,868 9,868 9,868 - Kelapa sawit BDP Lampung 7,958 7,284 6,971 313Kelapa sawit BNCW Lampung 4,001 3,194 1,805 1,389Kelapa sawit AKG Lampung 2,536 300 87 213Nanas AKG Lampung 2,360 1,356 1,183 173Tebu AKG Lampung 2,972 1,584 1,366 218Kelapa sawit BTLA Lampung 9,870 8,079 5,393 2,686Kelapa sawit BPG Pontianak 12,000 4,035 1,498 2,537Kelapa sawit SJP Pontianak 1,500 - - - Kelapa sawit Total Area 81,793 58,510 43,954 14,556 Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Dari hanya satu pabrik minyak kelapa sawit ("CPO") di tahun 1995, TBLA sekarang memiliki empat pabrik CPO dengan total kapasitas 1.480.000 ton per tahun. Pembangunan pabrik CPO yang terakhir, berlokasi di Banyuasin - Sumatera Selatan, baru saja selesai pada Januari 2013. CPO diolah menjadi produk bernilai tambah melalui kilang, sementara Palm Kernel ("PK") diproses lebih lanjut menjadi palm kernel oil (PKO) melalui mesin pemecah cangkang (kernel) dari inti dengan kapasitas produksi 250.000 ton/tahun. Selain itu, TBLA juga memperluas bisnisnya sebagai penghasil gula halus melalui anak perusahaannya PT Adi Karya Gemilang ("AKG"). TBLA juga memasarkan minyak goreng sawit ke dalam negeri dengan merek dagang "Rose Brand".

INFORMASI BISNIS

TION

(4)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini”

Gambar 1: Rincian Kontribusi Pendapatan TBLA per Produk 29% 28% 17% 12% 6% 3% 2%2%1% Olein CPO PKO Stearine Palm Expeller Palm Fatty Acid Sugar Cane Soap Sugar

Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Gambaran Ekonomi Dunia: Terus Membaik

IMF memandang bahwa pertumbuhan global diperkirakan akan pulih menjadi 3,6% pada tahun 2014 yang dipimpin oleh menguatnya ekonomi AS didorong oleh kebijakan moneter yang akomodatif. Ekonomi AS mengakhiri tahun 2013 dengan landasan yang kuat, karena pertumbuhan ekonomi yang dipercepat menjadi 4,1% QoQ tahunan pada 3Q13, tertinggi dalam enam kuartal terakhir. Selain itu, tingkat pengangguran menurun dengan cepat, menjadi 7% di Nov13, terendah dalam lima tahun terakhir dan semakin dekat dengan yang ditargetkan oleh Fed yaitu 6,5%. Sektor industri menopang pertumbuhan yang lebih cepat, dengan ISM manufaktur naik ke level tertinggi dalam 31 bulan terakhir, yaitu 57,3 di Nov'13. Terakhir, sektor properti sudah mulai semakin membaik dengan harga rumah dan penjualan rumah baru terus naik.

Tiongkok terus berusaha melakukan soft landing. Berbeda dengan AS, pertumbuhan Tiongkok melambat menjadi 7,8% di 3Q13, meskipun lebih tinggi dari 2Q13 7,5% namun angka itu jauh dari pertumbuhan dua digit yang sering dicapai pada periode pra-2010. Pemerintah saat ini sedang bekerja sesuai agenda reformasi jangka panjang dengan gagasan utama pembukaan ekonomi Tiongkok menjadi lebih terdesentralisasi.

Tabel 3: Pertumbuhan Ekonomi Internasional

Pertumbuhan Dunia Realisasi

2010 2011 2012 2013F 2014F Dunia 5,1% 3,9% 3,2% 2,9% 3,6% Negara Maju 3,0% 1,7% 1,5% 1,2% 2,0% Amerika Serikat 2,4% 1,8% 2,8% 1,6% 2,6% Kawasan Eropa 2,0% 1,5% 0,6% 0,4% 1,0% Jepang 4,5% -0,6% 2,0% 2,0% 1,2% Inggris 1,8% 1,1% 0,2% 1,4% 1,9% Negara Berkembang 7,4% 6,2% 4,9% 4,5% 5,1% Rusia 4,3% 4,3% 3,4% 1,5% 3,0% Cina 10,4% 9,3% 7,7% 7,6% 7,3% India 10,8% 6,3% 3,2% 3,8% 5,1% Brazil 7,5% 2,7% 0,9% 2,5% 2,5% ASEAN-5 7,0% 4,5% 6,1% 5,0% 5,4% Indonesia 6,2% 6,5% 6,2% 5,3% 5,5% Ekspektasi

Sumber: IMF, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

(5)

23 Juni 2014 Halaman ke 5 dari 17 halaman

Ekonomi Indonesia 2014: Tahun Stabilisasi

Indonesia akan mengadakan pemilihan umum tahun ini untuk memilih presiden baru (presiden saat ini telah menjabat selama dua periode) dan anggota legislatif. Pemilihan umum tersebut akan dimulai pada 9 April 2014, dan pemilihan presiden yang dijadwalkan pada bulan Juli 2014. Kami melihat bahwa pengeluaran terkait kegiatan tersebut akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2 ppt. Pola historis selama tahun 2004 dan pemilu 2009 menunjukkan bahwa konsumsi swasta cenderung meningkat satu kuartal sebelum dimulainya pemilu parlemen.

Gambar 2: Private Consumption

Sumber: PEFINDO Divisi Riset, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Inflasi kemungkinan akan kembali normal pada tahun 2014, disebabkan oleh meredanya dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada pertengahan 2014. Namun demikian, di sisi lain, depresiasi Rupiah, kenaikan harga LPG, dan kenaikan tarif listrik akan menambah inflasi yang lebih tinggi. Kami memperkirakan inflasi akan mencapai batas atas target inflasi BI 4,5% - 5,5% pada tahun 2014, lebih rendah dibandingkan tahun lalu sebesar 8,4%

Kami percaya bahwa kebijakan yang diambil oleh Pemerintah dan bank sentral akan membantu untuk menekan permintaan impor khususnya non-minyak dan gas. Analisis sensitivitas kami menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% BI Rate akan menurunkan impor sebesar 1,5% YoY. Pelemahan mata uang juga memiliki dampak negatif pada impor. Ini akan menurunkan defisit transaksi berjalan sekitar USD10 miliar, yang diperlukan untuk membawa rasio defisit terhadap PDB turun menjadi 2,5% dari 3,6%. Jadi, kami melihat BI rate kemungkinan akan dipertahankan pada 7,5% dengan penguatan Rupiah menjadi sekitar Rp11.300/USD di tahun 2014.

Tabel 4: Ringkasan Proyeksi Makroekonomi

Indikator Makroekonomi 2012 2013P 2014P Real GDP (% yoy) IDR/USD (avg) IDR/USD (eop) BI Rate (%avg) BI Rate (% eop)

CPI Inflation (% yoy, avg) CPI Inflation (% yoy, eop)

6,2 9.384 9.622 5,8 5,8 4,3 4,3 5,8 10.452 12.189 6,5 7,5 7,0 8,4 5,7 11.745 11.300 7,5 7,5 6,3 5,0 Sumber: PEFINDO Divisi Riset, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Permintaan Kelapa Sawit Dunia Diperkirakan Tetap Tinggi Dalam Jangka Panjang

Permintaan minyak kelapa sawit diperkirakan akan tetap tinggi dalam jangka panjang, seperti yang ditunjukkan oleh konsumsi per kapita yang rendah, terutama di beberapa pasar utama dunia. Selain dari populasi yang besar, konsumsi minyak kelapa sawit per kapita di India, Indonesia, Tiongkok dan Uni Eropa juga masih rendah. Aliran urbanisasi yang kuat, jumlah populasi muda yang terus berkembang, serta peningkatan pendapatan per kapita adalah variabel kunci dalam mendorong konsumsi produk CPO dan turunannya. Kecenderungan pertumbuhan konsumsi minyak kelapa sawit di Tiongkok, India dan Indonesia merupakan yang terkuat selama beberapa tahun terakhir, berkat dukungan demografis dan konsumsi per kapita yang rendah.

(6)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini”

Tingkat penetrasi yang rendah saat ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk minyak dan lemak di pasar-pasar tetap signifikan, sehingga memungkinkan ruang untuk permintaan berkelanjutan di negara-negara tersebut di masa depan. Dengan keunggulan dibandingkan dengan produk pengganti lainnya, minyak sawit memiliki kesempatan untuk mencapai porsi yang lebih besar di pasar-pasar tersebut.

Gambar 3: Konsumsi Domestik Gambar 4: Konsumsi Minyak dan Lemak Per Kapita di Pasar-Pasar Penting, 2012

Sumber: Oil World, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing Sumber: Oil World, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Katalis Positif di Dalam Negeri: Program Biodiesel

Baru-baru ini, Pemerintah Indonesia meluncurkan program untuk meningkatkan kandungan minyak nabati dalam bahan bakar biodiesel sampai 10%. Dengan program ini, semua bahan bakar biodiesel di Indonesia harus mengandung minyak nabati, yang berasal dari CPO. Konsumsi biodiesel ditargetkan mencapai 4 juta kilo liter ("kl") pada tahun 2014, meningkat dari 1,07 juta kl pada 2013 dan 669.000 kl pada tahun 2012. Selama 1Q14, sekitar 350.000 kl CPO telah diserap dan sudah menghemat sekitar USD237 juta devisa bagi Indonesia, dari target USD4 miliar penghematan. Persentase kandungan tersebut akan meningkat menjadi 20% pada awal 2016.

Gambar 5: Penggunaan CPO Untuk Biodiesel di Dalam Negeri

Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Merasakan Efek Kenaikan Pajak Ekspor CPO

Kami melihat bahwa besaran pajak ekspor untuk produk minyak sawit yang baru ditetapkan oleh Pemerintah adalah salah satu faktor yang merubah jumlah pengiriman produk ke luar negeri. Jumlah minyak sawit olahan, CPO olahan, serta olein, telah meningkat selama beberapa tahun terakhir, melebihi jumlah pengiriman CPO ke luar negeri.

(7)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com

23 Juni 2014 Halaman ke 7 dari 17 halaman

Gambar 6: Trend Ekspor Minyak Kelapa Sawit, 9M13

Sumber: Badan Pusat Statistik, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Hal ini juga mempengaruhi TBLA, dimana kontribusi penjualan dari CPO turun dari 38% di tahun 2012 menjadi hanya 28% pada tahun 2013. Bentuk cair olahan CPO, yang dikenal sebagai olein, menggantikan sebagai kontributor tertinggi bagi pendapatan TBLA pada periode 2013, dengan kontibusi sebesar 29%.

Gambar 7: Kontribusi bagi Pendapatan TBLA per Produk

Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Land Bank yang Cukup Untuk Area Penanaman

Pada Tahun 2013, TBLA memiliki 81.793 ha areal perkebunan, dimana 58.510 (71,5%) telah ditanami. Hal ini menjadikan land bank yang tersisa untuk TBLA adalah 23.283 ha. Kami melihat bahwa land bank ini cukup bagi aktivitas penanaman TBLA selama sedikitnya 4 tahun. Hal ini didasarkan pada aktivitas penanaman tahun 2010-2013, dimana jumlah penanaman terbanyak terjadi pada tahun 2011, yaitu 4.777 ha. PADA Tahun 2014, TBLA Berencana untuk meningkatkan area tertanam sebesar 5.000 ha, terutama di wilayah Kalimantan Barat.

Gambar 8: Jumlah Area Tertanam TBLA, 2010 - 2013

51,182 55,959 57,235 58,510 4,777 1,276 1,276 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 2010 2011 2012 2013

Jumlah area tertanam (ha) Peningkatan (ha) Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

(8)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini”

Harus Terus Menanam

Berdasarkan laporan dari Oil Palm Research Center, tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan pada tahun keempat. Setelah itu, produktivitas tanaman naik hingga mencapai puncaknya yaitu usia 9 sampai 15 tahun. Setelah periode itu, produktivitas menurun secara bertahap

Melihat profil usia tanaman sawit TBLA, kami percaya bahwa TBLA harus terus menanam untuk mengamankan pertumbuhan perusahaan di masa depan. Dari 58.510 ha areal yang ditanami kelapa sawit, sekitar 47,22% telah melewati puncaknya produktivitas (> 15 tahun), sedangkan tanaman yang dalam fase produktivitas puncaknya hanya 12,76% (9 tahun - 15 tahun), dan sisanya masih dalam fase immature dan berkembang.

Gambar 9: Profil Usia Tanaman Kelapa Sawit TBLA, Dec’13 13,436 3,854 5,195 3,834 52 3,289 21,374 5,159 23.91% 6.86% 9.24% 6.82% 0.09% 5.85% 38.04% 9.18% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000

0-4 years 5-6 years 7-8 years 9-10 years 11-12

years 13 - 14 years 15-19 years >20 years Hektar Prosentase

Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Pabrik Pengolahan CPO Siap Beroperasi

TBLA adalah satu-satunya perusahaan perkebunan berskala medium dengan bisnis yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Selain perkebunan kelapa sawit, pendapatan TBLA juga didorong oleh kegiatan manufaktur, seperti penghasil CPO, minyak goreng sawit, minyak inti sawit, stearin dan sabun. Pada 2013, TBLA telah menyelesaikan pabrik pembuatan CPO yang baru di Banyuasin, Sumatera Selatan, yang memiliki kapasitas 45 ton/jam atau sekitar 400.000 ton per tahun. Dengan selesainya pabrik CPO ke-4 ini, total kapasitas pabrik TBLA adalah 1.480.000 ton/tahun, dan akan memberikan pengaruh besar pada tahun 2014

Gambar 10: Pabrik Pembuatan CPO TBLA di Banyuasi

Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Berekspansi, dengan Fokus pada Bisnis Gula

Selain fokus pada membuat produk-produknya, TBLA juga fokus pada distribusi. Hal ini dibuktikan dengan aktivitas TBLA untuk memperbesar kapasitas dermaga

(9)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com

23 Juni 2014 Halaman ke 9 dari 17 halaman

lautnya yang terletak dekat lahan perkebunan di Way Lunik, Lampung. Dengan total belanja modal Rp50 miliar, Perseroan telah menyelesaikan pembangunan dermaga baru ini, dan mulai beroperasi sejak Januari 2013. Perluasan ini akan mengatasi masalah kapasitas pelabuhan yang sebelumnya terjadi dan memberikan pendapatan tambahan untuk TBLA.

Kami percaya bahwa saat ini TBLA sangat fokus pada ekspansi di bisnis gula. Ini ditunjukkan dengan diselesaikannya pembangunan pabrik gula rafinasi baru pada bulan Juli 2013. Pada tahun 2013, bisnis gula rafinasi telah memberikan pendapatan Rp62,8 miliar. Ke depan, TBLA akan memperluas bisnis gula tersebut, seperti dibuktikan dengan tingginya porsi belanja modal untuk bisnis tersebut.

Gambar 11: Pelabuhan Laut TBLA Gambar 12: Rencana Capex TBLA

106.1 108.2 344.3 324 50 50 80 50 50 70 570.5 570.5 115.0 170.9 0 100 200 300 400 500 600 2014F 2015F

Pemeliharaan rutin (Rp, miliar) Pemeliharan kebun (Rp, miliar) Minyak goreng - SBY (Rp, miliar)

Pabrik CPO Muko-muko (Rp, miliar) Pabrik biodiesel (Rp, miliar) Pabrik gula (Rp, miliar)

Perkebunan tebu (Rp, miliar)

Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham &

Indexing Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Memiliki Jaringan Distribusi yang Luas di Dalam dan Luar Indonesia TBLA adalah anggota dari sebuah kelompok perusahaan pertanian terpadu yaitu Sungai Budi Group ("SBG") yang didirikan sejak tahun 1974. Saat ini, jaringan kelompok ini terdiri dari 21 kantor pemasaran di seluruh Indonesia, dengan didukung oleh lebih dari 48.000 outlet dan 1.000 kendaraan. TBLA memiliki kontrak jangka panjang dengan SBG, terutama BSP untuk mendistribusikan produk TBLA dengan tarif per kg yang tetap. TBLA memasarkan dan mendistribusikan produknya ke pasar ekspor dan pasar domestik. Untuk pasar ekspor, TBLA memiliki jumlah penjualan yang signifikan kepada Cargill International Trading Pte, Ltd, - Singapura dan Inter - Amerika Enterprise Pte. Ltd, - Singapura. Sedangkan untuk pasar domestik, TBLA memasarkan produk olahan di seluruh Indonesia bagi konsumen berpenghasilan menengah ke bawah di Indonesia.

Gambar 13: Jaringan Distribusi TBLA di Indonesia

Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

(10)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini”

Penurunan Sementara dari Kinerja

Untuk pertama kalinya sejak 2009, pendapatan TBLA pada tahun 2013 tidak lebih dari periode tahun sebelumnya. Pendapatan TBLA sedikit turun menjadi Rp3,7 triliun dari Rp3,8 triliun pada tahun 2012, atau turun sebesar 2,64% YoY. Ini disebabkan oleh jatuhnya harga jual rata-rata ("ASP") produk TBLA sebesar 14,7% YoY, walaupun volume penjualan beberapa produk TBLA, seperti palm kernel oil, dan stearin naik sebesar 25% YoY dan 29% YoY. Namun, pada akhir tahun 2014 kami melihat bahwa kecenderungan penurunan harga akan berubah, karena harga CPO diproyeksikan mencapai RM2.660/ton pada harga spot dari RM2.649/ton.

Gambar 14: Proyeksi Harga CPO

(RM/ton) 2,649 2,660 2,668 2,673 2,635 2,640 2,645 2,650 2,655 2,660 2,665 2,670 2,675 Spot price (24/4/2014) 2014 2015 2016

Proyeksi harga CPO (RM/ton) Sumber:Bloomberg, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Mengalami Peningkatan Biaya Karyawan, Namun Bukan yang Tertinggi Peningkatan upah merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan perkebunan. Memberikan kontribusi sekitar 30% sampai 40% dari total biaya produksi menurut Nomura Research, kenaikan tersebut memaksa perkebunan merogoh kocek lebih dalam untuk membayar tenaga kerja. Kenaikan upah minimum pada tahun 2013 adalah yang tertinggi di lima tahun terakhir, meningkat sebesar 18,3% YoY, dibandingkan dengan kenaikan rata-rata historis selama lima tahun terakhir sebesar 10,1%. Di beberapa sentra produksi, terdapat peningkatan gaji dalam rentang yang sedang dan tinggi. Tertinggi terjadi di Kalimantan dan Bengkulu Timur, masing-masing sebesar 48,9% dan 29,0%. Karena hampir sebagian besar perkebunan TBLA terletak di di Lampung, TBLA tidak mengalami peningkatan tajam dari biaya upah. Meskipun, karena sudah beroperasinya pabrik gula rafinasi yang baru pada tahun 2013, TBLA juga mengalami kenaikan biaya upah.

Gambar 15: Upah Minimum di Daerah

Penghasil CPO Gambar 16: Biaya Karyawan TBLA

141,758 152,751 136,000 138,000 140,000 142,000 144,000 146,000 148,000 150,000 152,000 154,000 2012 2013

Total biaya karyawan (Rp, miliar)

Sumber: Badan Pusat Statistik, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

(11)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com

23 Juni 2014 Halaman ke 11 dari 17 halaman

Kerugian Selisih Kurs Mata Uang Asing yang Relatif Rendah

Bank sentral yang terus menaikkan suku bunga, hingga mencapai 7,5% pada tanggal 12 November 2013, naik 175 bps dari akhir 2012, mengakibatkan beban bunga turut meningkat. Pada saat yang sama, sejumlah perusahaan juga terbebani dengan depresiasi Rupiah, sehingga membuat pinjaman dalam mata uang asing membengkak. Pada tahun 2013, kerugian selisih kurs mata uang asing TBLA naik hingga mencapai Rp249,9 miliar, dari hanya Rp91,4 miliar pada tahun 2012.

Gambar 17: Kerugian Selisih Kurs Mata Uang Asing,

2013 249.90 12.4 86.7 1,101.4 443.8 292.3 483.6 200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00

TBLA JAWA GZCO UNSP ASII PALM SMAR Kerugian selisih kurs mata uang asing (Rp, miliar)

Sumber:Berbagai sumber, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Konsisiten Membayar Deviden Walaupun Saat Kondisi Kurang Baik Sejak tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2000, TBLA secara konsisten membayarkan deviden kepada pemegang sahamnya. Pada tahun 2013, TBLA telah mendistribusikan sekitar Rp34,6 miliar dividen interim kepada para pemegang saham. TBLA membayar Rp7/saham deviden tunai atau mewakili 2% dividend yield dari rata-rata harga saham. Konsistensi pembayaran deviden ditengah tren penurunan harga beberapa produknya, merupakan pertanda baik bagi investor jangka panjang, karena mereka menyadari bahwa TBLA akan terus membayar dividen, walaupun kondisi saat ini kurang menguntungkan.

Tabel 5: Sejarah Pembagian Deviden TBLA

Tahun (Rp juta) Deviden Deviden/saham (Rp/saham) harga saham Rata-rata (Rp) Dividend Yield (%) 2007 29.161 7,00 265 3% 2008 72.088 17,36 264 7% 2009 41.111 10,00 327 3% 2010 73.864 15,70 400 4% 2011 126.807 26,50 500 5% 2012 73.130 14,82 495 3% Interim 2013 34.552 7,00 450 2%

Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

(12)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini”

Tabel 6: Analisa SWOT

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)

 Anggota dari Grup Sungai Budi, Perusahaan agribisnis terintegrasi di Indonesia, dengan pengalaman lebih dari 30 tahun.

 Masuk ke bisnis gula rafinasi.

 Pengalaman panjang di perkebunan kelapa sawit dan pembuatan minyak goreng.

 Peningkatan kapasitas pelabuhan, yang berlokasi di dekat area perkebunan.

 Terintegrasi vertikal pada bisnis kelapa sawit dan gula.

Telah lama menjadi supplier bagi salah satu pengolah nanas terbesar di Indonesia.

 Ketergantungan yang tinggi kepada beberapa pembeli dapat mengurangi daya tawar atas harga.

 Prosentase yang cukup tinggi (23,91%) tanaman belum menghasilkan (usia < 4 tahun), dan tanaman tua (usia > 20 tahun, 9,2%).

 Efisiensi biaya dibutuhkan.

Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)

 Peningkatan permintaan sebagai akibat peningkatan penggunaan CPO untuk bahan bakar.

 Tingginya permintaan gula rafinasi nasional.

 Fluktuasi harga CPO akan mempengaruhi fluktuasi pendapatan.

 Larangan dari wilayah Eropa untuk menggunakan produk CPO Indonesia, dapat menghambat pertumbuhan industri.

 Biaya akuisisi lahan yang mahal sebagai akibat dari moratorium.

 Perubahan cuaca yang ekstrim, seperti El Nino, dapat berakibat terhadap produktivitas.

(13)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com

23 Juni 2014 Halaman ke 13 dari 17 halaman

Tabel 7: Kinerja TBLA Dibandingkan Dengan Kompetitor

31 Desember 2013

TBLA JAWA BWPT GZCO

Pendapatan (Rp, miliar) 3.705 649 1.144 428 Laba kotor (Rp, miliar) 950 220 541 87 Laba sebelum pajak (Rp,

miliar) 119 111 255 (89)

Laba bersih (Rp, miliar) 84 70 182 (92) Total Aset (Rp, miliar) 6.212 2.659 6.200 3.201 Total Liabilitas (Rp, miliar) 4.414 1.385 4.016 1.698 Total Ekuitas (Rp, miliar) 1.798 1.274 2.185 1.503 Pertumbuhan (% YoY) Pendapatan (%) (2,6%) (4,9%) 21,2% 5,5% Laba kotor (%) (7,6%) (12,7%) (5,2%) (44,4%) EBT (%) (61,7%) (44,1%) (27,5%) (176,9%) Laba bersih (%) (65,1%) (54,4%) (30,7%) (194,9%) Profitabilitas Laba kotor(%) 25,6% 34,0% 47,3% 20,5% Marjin EBT (%) 3,2% 17,1% 22,3% (20,7%) Laba bersih (%) 2,3% 10,8% 15,9% (21,5%) ROA (%) 1,4% 2,6% 2,9% (2,9%) ROE (%) 4,7% 5,5% 8,3% (6,1%) Leverage (1Q2012) DER (x) 2,46 1,09 1,84 1,13

Sumber: Bloomberg. PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

(14)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini”

PENILAIAN

Metodologi Penilaian

Kami mengaplikasikan metode Discounted Cash Flow (DCF) sebagai metode penilaian utama dengan pertimbangan bahwa pertumbuhan pendapatan adalah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi nilai (value driver) jika dibandingkan dengan pertumbuhan aset

Selanjutnya, kami juga mengaplikasikan metode Guideline Company Method (GCM) sebagai metode pembanding lainnya.

Penilaian ini didasarkan pada Nilai 100% saham per tanggal 20 Juni 2014,

menggunakan laporan keuangan TBLA per tanggal 31 Maret 2014 sebagai dasar dilakukannya analisa fundamental.

Estimasi Nilai

Kami menggunakan Cost of Capital sebesar 9,56% dan Cost of Equity sebesar

11,16% berdasarkan asumsi-asumsi berikut:

Tabel 8: Asumsi

Risk free rate [%]* 8,15

Risk premium [%]* 3,48

Beta [x]** 0,86

Cost of Equity [%] 11,16

Marginal tax rate [%] 25,0

Debt to Equity Ratio 1,72

WACC [%] 9,56

Sumber: Bloomberg, Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing Catatan: * Per tanggal 20 Juni 2014

** Berdasarkan laporan PEFINDO Beta Saham tanggal 19 Juni 2014

Target harga saham untuk 12 bulan berdasarkan posisi penilaian pada tanggal 20 Juni 2014 adalah sebagai berikut:

 Dengan menggunakan metode DCF dan asumsi tingkat diskonto 9,56%

adalah sebesar Rp938 – Rp1.095 per saham.

 Dengan menggunakan metode GCM (PBV 1,8X and P/E 21,4X) adalah

Rp571 – Rp683 per saham.

Untuk mendapatkan nilai yang mewakili kedua indikasi nilai tersebut dilakukan rekonsiliasi dengan dilakukan pembobotan terhadap kedua metode tersebut

sebesar 70% untuk DCF dan 30% untuk metode GCM.

Berdasarkan perhitungan di atas, maka Target Harga Saham TBLA untuk 12 bulan

adalah Rp830 – Rp970 per saham.

Tabel 9: Ringkasan Penilaian Metode DCF

Konservatif Moderat Agresif

PV of Free Cash Flows [Rp miliar] 935 984 1.033

PV Terminal Value [Rp miliar] 6.429 6.768 7.106

Non-Operating Assets [Rp miliar] 264 264 264

Net Debt [Rp miliar] (2.992) (2.992) (2.992)

Total Equity Value [Rp miliar] 4.636 5.024 5.411

Number of Share [juta saham] 4.942 4.942 4.942

Fair Value per Share [Rp] 938 1.017 1.095

Sumber: Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

(15)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com

23 Juni 2014 Halaman ke 15 dari 17 halaman

Tabel 10: Perbandingan GCM

TBLA JAWA BWPT Rata-rata

Penilaian, 20 Juni 2014

P/E, (x) 21,9 19,1 23,3 21,4 PBV, (x) 1,7 1,1 2,5 1,8

Sumber: Bloomberg, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Tabel 11: Ringkasan Penilaian Metode GCM Multiples

(x) Est. EPS (Rp) Est. BV/Share (Rp) Nilai

P/E, (x) 21,4 27 - 571

PBV, (x) 1,8 - 391 683

Sumber: Bloomberg, Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Tabel 12: Rekonsiliasi Nilai Wajar

Nilai Wajar per Saham (Rp)

DCF GCM Rata-rata

Batas atas 1.095 683 970

Batas bawah 938 571 830

Bobot 70% 30%

(16)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini”

Tabel 13: Laporan Laba Rugi Konsolidasian

(Rp miliar)

Laba Rugi 2011 2012 2013 2014P 2015P

Penjualan 3.732 3.806 3.705 4.828 6.050

Harga Pokok Penjualan (2.489) (2.778) (2.756) (3.280) (4.174)

Laba Kotor 1.243 1.028 950 1.549 1.876

Beban Operasi (703) (717) (831) (937) (1.174)

Laba Sebelum Pajak 540 311 119 611 702

Pajak (119) (67) (33) (153) (176)

Laba Bersih 419 242 84 454 522

Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Tabel 14: Neraca

(Rp miliar)

Neraca 2011 2012 2013 2014P 2015P

Aset Aset Lancar

Kas dan Setara Kas 555 559 658 317 315

Piutang Usaha 233 385 416 899 1.126

Persediaan 489 649 795 632 856

Aset Lancar Lainnya 606 724 673 646 821

Total Aset Lancar 1.883 2.318 2.543 2.494 3.118

Tanaman 934 1.042 1.195 1.422 1.639 Aset Tetap 1.393 1.750 2.321 2.634 2.855 Aset Lainnya 35 87 153 31 36 Total Aset 4.245 5.198 6.212 6.580 7.647 Liabilitas Hutang Usaha 190 250 183 346 441 Pinjaman Jk. Pendek 1.106 1.111 2.010 1.906 1.865 Kewajiban Jk. Pendek Lainnya 70 99 77 112 130 Pinjaman Jk. Panjang 1.089 1.804 1.961 1.907 2.506 Pinjaman Jk. Panjang Lainnya 182 174 184 189 215 Total Liabilitas 2.637 3.438 4.414 4.460 5.156 Total Ekuitas 1.607 1.759 1.798 2.120 2.492

Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Gambar 18: Return on Assets, Return on Equity dan Total

Asset Turnover 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 0 5 10 15 20 25 30 2011 2012 2013 Turnover ROA & ROE

ROA (%) ROE (%) Asset Turnover (x)

Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk. PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Gambar 19: P/E dan P/BV

1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 20.0 22.0 24.0 26.0 28.0 30.0 2011 2012 2013 P/BV P/E P/E (x) P/BV (x)

Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing

Tabel 15: Rasio Kunci

Rasio 2011 2012 2013 2014P 2015P

Pertumbuhan [%]

Pendapatan 26,5 2,0 (2,6) 30,3 25,3

Laba sebelum pajak 66,5 (42,4) (61,7) 413,3 14,9

Laba bersih 69,9 (42,3) (65,1) 438,3 14,9

Profitabilitas [%]

Marjin laba kotor 33,3 27,0 25,6 32,1 31,0

Marjin laba sebelum

pajak 14,5 8,2 3,2 12,7 11,6

Marjin laba bersih 11,2 6,3 2,3 9,4 8,6

ROA 9,9 4,6 1,4 6,9 6,8

ROE 26,1 13,7 4,7 21,4 20,9

Solvabilitas [X]

Debt to Equity 1,6 2,0 2,5 2,1 2,1

Interest Bearing Debt

to Equity 0,9 1,2 1,7 1,4 1,4

Debt to Asset 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7

Likuditas [X]

Current Ratio 1,4 1,6 1,1 1,1 1,3

Quick Ratio 0,6 0,7 0,5 0,5 0,6

(17)

“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com

23 Juni 2014 Halaman ke 17 dari 17 halaman

DISCLAIMER

Laporan ini dibuat berdasarkan sumber-sumber yang kami anggap terpercaya dan dapat diandalkan. Namun kami tidak menjamin kelengkapan, keakuratan atau kecukupannya. Dengan demikian kami tidak bertanggung jawab atas segala keputusan investasi yang diambil berdasarkan laporan ini. Adapun asumsi, opini, dan perkiraan merupakan hasil dari pertimbangan internal kami per tanggal penilaian (cut off date), dan kami dapat mengubah pertimbangan diatas sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Kami tidak bertanggung jawab atas kekeliruan atau kelalaian yang terjadi akibat penggunaan laporan ini. Kinerja dimasa lalu tidak selalu dapat dijadikan acuan hasil masa depan. Laporan ini bukan merupakan rekomendasi penawaran, pembelian atau menahan suatu saham tertentu. Laporan ini mungkin tidak sesuai untuk beberapa investor. Seluruh opini dalam laporan ini telah disampaikan dengan itikad baik, namun sewaktu-waktu dapat berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan disajikan dengan benar per tanggal diterbitkan laporan ini. Harga, nilai, atau pendapatan dari setiap saham Perseroan yang disajikan dalam laporan ini kemungkinan dapat lebih rendah dari harapan pemodal, dan pemodal juga mungkin mendapatkan pengembalian yang lebih rendah dari nilai investasi yang ditanamkan. Investasi didefinisikan sebagai pendapatan yang kemungkinan besar diterima dimasa depan, namun nilai dari pendapatan yang akan diterima tersebut kemungkinan besar juga akan berfluktuasi. Untuk saham Perseroan yang penyajian laporan keuangannya didenominasi dalam mata uang selain Rupiah, perubahan nilai tukar mata uang tersebut kemungkinan dapat menurunkan nilai, harga, atau pendapatan investasi pemodal. Informasi dalam laporan ini bukan merupakan pertimbangan pajak dalam mengambil suatu keputusan investasi. Target harga saham dalam Laporan ini merupakan nilai fundamental, bukan merupakan Nilai Pasar Wajar, dan bukan merupakan harga acuan transaksi yang diwajibkan oleh peraturan perundang -undangan yang berlaku.

Laporan target harga saham yang diterbitkan oleh Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing bukan merupakan rekomendasi untuk membeli, menjual, atau menahan suatu saham tertentu, dan tidak dapat dianggap sebagai nasehat investasi oleh Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing yang behubungan dengan cakupan Jasa Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing kepada, atau kaitannya kepada, beberapa pihak, termasuk emiten, penasehat keuangan, pialang saham, investment banks, institusi keuangan dan perantara keuangan, dalam kaitannya menerima imbalan atau keuntungan lainnya dari pihak tersebut.

Laporan ini tidak ditujukan untuk pemodal tertentu dan tidak dapat dijadikan bagian dari tujuan investasi terhadap suatu saham dan juga bukan merupakan reko mendasi investasi terhadap suatu saham tertentu atau suatu strategi investasi. Sebelum melakukan tindakan dari hasil laporan ini, pemodal disarankan untuk mempertimbangkan terlebih dahulu kesesuaian situasi dan kondisi dan, jika dibutuhkan, mintalah bantuan penasehat keuangan.

PEFINDO memisahkan kegiatan Valuasi Saham dengan kegiatan Pemeringkatan untuk menjaga independensi dan objektivitas dari proses dan produk kegiatan analitis. PEFINDO telah menetapkan kebijakan dan prosedur untuk menjaga kerahasiaan informasi non-publik tertentu yang diterima sehubungan dengan proses analitis. Keseluruhan proses, metodologi dan database yang digunakan dalam penyusunan Laporan Target Harga Referensi Saham ini secara keseluruhan adalah berbeda dengan proses, metodologi dan database yang digunakan PEFINDO dalam melakukan pemeringkatan. Laporan ini dibuat dan disiapkan Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing dengan tujuan untuk meningkatkan transparansi harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Laporan ini juga bebas dari pengaruh tekanan atau paksaan dari Bursa maupun Perseroan yang dinilai. Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing akan menerima imbalan sebesar Rp 20 juta dari Bursa Efek Indonesia dan Perseroan yang dinilai untuk 2 (dua) kali pelaporan per tahun. Keterangan lebih lanjut, dapat

mengunjungi website kami di http://www.pefindo.com

Laporan ini dibuat dan disiapkan oleh Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing. Di Indonesia Laporan ini dipublikasikan pada website kami dan juga pada website Bursa Efek Indonesia .

Gambar

Tabel 1: Ringkasan Kinerja
Tabel 2: Profil Area Perkebunan TBLA per Desember 2013
Tabel 3: Pertumbuhan Ekonomi Internasional   Pertumbuhan Dunia Realisasi
Tabel 4: Ringkasan Proyeksi Makroekonomi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabalajaya SP.2 Kabupaten Banyuasin pada Kegiatan Pembangunan dan Pengembanagan Kawasan Transmigrasi (PPKTrans) Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran 2017, perusahaan yang

Pada tahun 2009 sampai dengan 2012 masih berada dibawah rata-rata industri sejenis yaitu, 55,73 kali, 34,58 kali, 80,23 kali, 102,70 kali sehingga PT Tunas

Evaluasi Kesesuaian Lahan Pasang Surut untuk Tanaman Karet: Studi Kasus di Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.. Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian

Perbandingan pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang ada di Desa Long Nawang dan Desa Nawang Baru Kecamatan Kayan Hulu adalah pembangunan infrastruktur di Desa Long

Pabrik hidrogen dari biogas hasil pengolahan limbah cair kelapa sawit kapasitas 43.200.000 Nm 3 /tahun akan didirikan di Kabupaten Palembang Sumatera Selatan dikarenakan

• Perseroan akan membuka tujuh pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pembangunan tujuh pabrik baru tersebut merupakan bentuk kerjasama dengan Mitsubushi Jepang

Lokasi-lokasi transmigrasi di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan lebih lanjut melalui percepatan pembangunan

ANALISIS PROSPEK PENGEMBANGAN KOMODITAS UBI JALAR Ipomea batatasDAN KELAYAKAN PEMBANGUNAN PABRIK FROZEN FRENCH FRIES UBI JALAR DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Oleh