Kontak:
Equity & Index Valuation Division Phone: (6221) 7278 2380
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Tunas Baru Lampung, Tbk
Laporan Kedua
Equity Valuation
20 Maret 2013 Target Harga Terendah Tertinggi 620 750 Industri Agribisnis Property Kinerja SahamSumber : Bloomberg, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Informasi Saham Rp
Kode Saham TBLA
Harga Saham 19 Maret 2013 485 Harga Tertinggi 52 Minggu Terakhir 650 Harga Terendah 52 Minggu Terakhir 470 Kapitalisasi Pasar Tertinggi 52 Minggu (miliar) 3.212 Kapitalisasi Pasar Terendah 52 Minggu (miliar) 2.323
Market Value Added & Market Risk
Sumber : Bloomberg, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Stock Valuation Last Current
High 790 750
Low 690 620
Pemegang Saham* (%)
PT Budi Delta Swakarya 30,05
PT Sungai Budi 28,63
Publik (masing-masing dibawah 5%) 41,32 *Per 31 Desember 2012
Menanti Kontribusi Bisnis Gula Rafinasi
Didirikan pada tahun 1973, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) adalah salah satu pelopor dalam industri pertanian Indonesia. Perusahaan memiliki perkebunan kelapa sawit dan perkebunan tebu dan memproduksi produk turunannya. TBLA saat ini mengelola 99,5 ribu hektar perkebunan kelapa sawit serta memproduksi dan mengekspor minyak kelapa sawit (CPO), minyak inti sawit (PKO) dan produk sampingan minyak sawit ke negara-negara Eropa, Asia dan Afrika. TBLA juga memproduksi dan mendistribusikan minyak goreng sawit untuk pasar domestik dengan merek dagang "Rose Brand", serta mengelola perkebunan nanas. Pada 2011, TBLA memperluas bisnisnya dan membangun sebuah pabrik gula di Way Lunik, Lampung, dan perkebunan tebu seluas 1.305 ha.
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
Penyesuaian Target Harga
Kami telah melakukan beberapa penyesuaian terhadap proyeksi kami sebelumnya dan menyesuaikan Target Harga kami turun ke kisaran Rp620-Rp750 per saham, berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
Krisis ekonomi global belum berakhir. Meskipun ada sentimen positif bahwa yang terburuk telah berlalu, pemulihan ekonomi tetap rapuh dan lambat. Namun sejalan dengan pemulihan pasar global, kami berharap berkurangnya defisit neraca transaksi berjalan dan meningkatnya neraca modal akan membantu apresiasi Rupiah.
Melonjaknya tingkat persediaan kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan permintaan; menyebabkan rata-rata harga CPO di tahun 2012 menurun sekitar 11% YoY. Melihat ke depan, prospek harga CPO tidak begitu positif. Tahun ini, Cina mulai memberlakukan persyaratan kualitas yang ketat pada impor minyak olahan kelapa sawit dan India menerapkan bea masuk 10% pada CPO dan 20% pada minyak olahan kelapa sawit, menciptakan tantangan lebih besar bagi pasar minyak kelapa sawit.
Ekspansi perkebunan. Di tahun 2012, TBLA memperluas perkebunannya ke Banyuasin, Sumatera Selatan, dan Pontianak, Kalimantan Barat, dengan total luas 49,6 ribu ha, membuat kepemilikan total lahan menjadi 99,5 ribu ha. Hal ini menciptakan land bank yang luas untuk pertumbuhan di masa depan, dan mencapai 40% dari total perkebunan yang dikelola. Sebelum ekspansi ini, lebih dari 85% dari total lahan TBLA telah tertanami, dengan lahan yang belum menghasilkan hanya terhitung sekitar 10%.
Selesainya dermaga baru. Dermaga baru TBLA di Waylunik, Lampung, akan memainkan peran penting dalam mendukung kegiatan ekspor perusahaan, terutama dalam hal logistik.
Penurunan pendapatan. Dalam sembilan bulan pertama tahun 2012 (9M12), TBLA membukukan penurunan pendapatan 3,5% YoY, disebabkan oleh penurunan rata-rata harga jual (RHJ), khususnya minyak inti sawit dan bungkil sawit. Untuk setahun penuh, kami memperkirakan pertumbuhan pendapatan TBLA tetap datar menjadi Rp3,81 triliun, dibandingkan dengan Rp3,73 triliun pada tahun 2011. Melihat ke tahun 2013, kami percaya perusahaan dapat menghasilkan pendapatan Rp4,41 triliun (tumbuh 15,6% YoY), sebab gula rafinasi mulai menghasilkan pendapatan di semester pertama tahun ini.
Proyeksi laba yang melemah. Laba TBLA tahun ini akan tetap tertekan oleh rendahnya harga CPO, fluktuasi nilai tukar, pembayaran bunga yang lebih tinggi dan meningkatnya beban tenaga kerja dan biaya. Walaupun demikian, untuk periode 2011-2016, kami memperkirakan tingkat pertumbuhan laba bersih sebesar 12% per tahun (CAGR), mewakili pandangan positif kami terhadap industri perkebunan dan kemampuan perusahaan untuk tumbuh di tahun-tahun mendatang.
Asumsi risk free rate, risk premium, and beta adalah berturut-turut sebesar 5,5%, 7,6%, dan 1,1x.
Prospek Usaha
Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan tumbuh sebesar 3,5% YoY di 2013 dan 4,1% pada tahun 2014. Walau ekonomi global sedang dalam proses menuju kestabilan, efek positifnya masih terbatas pada pasar keuangan dan belum dirasakan pada ekonomi riil. Meskipun dalam ketidakpastian, permintaan minyak kelapa sawit global tumbuh stabil sebesar 5% pada tahun 2012. Di dalam negeri, permintaan minyak sawit diperkirakan mencapai 7 juta ton tahun ini, dengan Indonesia siap untuk menyalip India sebagai konsumen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Kami percaya semua ini pertanda baik bagi TBLA, yang mendistribusikan produknya baik di dalam maupun luar negeri. Dengan pengoperasian dermaga baru, dimulainya kegiatan usaha perusahaan gula rafinasi dan ekspansi perkebunan, kami meramalkan jalan positif di depan bagi TBLA. Pendapatan perusahaan diperkirakan tumbuh 13% CAGR untuk periode 2011-2016.
Tabel 1: Ringkasan Kinerja
2010 2011 2012P 2013P 2014P
Pendapatan [Rp miliar] 2.951 3.732 3.811 4.407 5.564 Laba Sebelum Pajak [Rp miliar] 324 540 357 479 711 Laba Bersih [Rp miliar] 247 419 265 356 528
EPS [Rp] 49,9 84,8 53,6 72,0 106,9
Pertumbuhan EPS [%] (1,7) 69,9 (36,8) 34,2 48,5
P/E [x] 8,2 7,0 9,1 6,7* 4,5*
PBV [x] 1,6 1,7 1,3 1,2* 1,0*
Sumber: Tunas Baru Lampung Tbk. Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing *) Berdasarkan harga per 19 Maret 2013– Rp485 per saham
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
Growth-Value Map di bawah memberikan gambaran akan ekspektasi pasar terhadap
perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metrik Current
Performance (CP), terletak di sumbu horisontal, adalah bagian dari nilai pasar saham
saat ini yang dapat dihubungkan kepada nilai perpetuitas dari kinerja profitabilitas perusahaan. Metrik Growth Expectations (GE), diletakkan pada sumbu vertikal, merupakan perbedaan antara nilai pasar saham saat ini dengan nilai current
performance. Kedua metrik tersebut dinormalisasikan dengan nilai buku perusahaan. Growth-Value Map membagi perusahaan-perusahaan ke dalam empat klaster, yaitu:
Excellent value managers (Q-1)
Pasar memiliki ekspektasi terhadap perusahaan-perusahaan di Q-1 melebihi
benchmark mereka dalam hal profitabilitas dan pertumbuhan.
Expectation builders (Q-2)
Pasar memiliki ekspektasi yang relatif rendah terhadap profitabilitas perusahaan-perusahaan di Q-2 dalam jangka pendek, tetapi memiliki ekspektasi pertumbuhan yang melebihi benchmark.
Traditionalists (Q-3)
Pasar memiliki ekspektasi yang rendah terhadap pertumbuhan perusahaan-perusahaan di Q-3, walaupun mereka menunjukkan profitabilitas yang baik dalam jangka pendek.
Asset-loaded value managers (Q-4)
Pasar memiliki ekspektasi yang rendah terhadap profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan-perusahaan di Q-4.
Gambar 1: Growth-Value Map (TBLA dan Industri Perkebunan)
Sumber: Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Kami mengklasifikasikan TBLA sebagai perusahaan asset-loaded value manager
(Q4). Ekspektasi pasar terhadap profitabilitas dan peluang pertumbuhan masa depan
TBLA lebih rendah dibandingkan benchmark pasar. Walaupun demikian, dengan pengoperasian dermaga baru, dioperasikannya pabrik gula rafinasi baru serta land
bank yang luas, kami melihat prospek TBLA yang cerah di masa depan.
Harga CPO akan Tetap Tertekan Tahun ini
Permintaan minyak sawit global meningkat 5% pada tahun 2012, namun permintaan masih melemah, dengan tingkat persediaan minyak kelapa sawit lebih tinggi daripada permintaan, terutama di paruh kedua tahun 2012 dari produsen Malaysia. Akibatnya, rata-rata harga CPO pada tahun 2012 menurun sekitar 11%, dan pada akhir Desember harga CPO jatuh menjadi USD800/ton. Memasuki tahun 2013, pasar minyak sawit menghadapi tantangan lain. Cina telah mulai menerapkan persyaratan kualitas yang ketat pada impor minyak olahan kelapa sawit. India juga memberlakukan bea masuk 10% untuk CPO dan 20% untuk olahan minyak kelapa sawit. Meskipun demikian, terdapat beberapa kondisi positif yang dapat mendukung harga CPO, seperti defisit pasokan minyak kedelai global di 1H13, produksi kelapa sawit musiman yang rendah di 1H13, pajak ekspor Malaysia yang baru yang akan mengurangi persediaan, dan penggunaan biofuel dari minyak kelapa sawit yang lebih tinggi didorong oleh tingginya harga minyak mentah. Oleh karena itu, kami memperkirakan bahwa harga CPO secara rata-rata berada di kisaran USD900-USD950 di tahun 2013, mewakili pandangan kami bahwa prospek positif terhadap harga CPO sedikit melemah.
Gambar 2: Harga CPO Internasional dan Volume Produksi dan Ekspor CPO Indonesia
Harga CPO Internasional (CIF Rotterdam) Volume Produksi dan Ekspor CPO Indonesia
Sumber: Bloomberg, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Perkembangan Positif di Industri Pengolahan Kelapa Sawit Domestik
Dengan konsumsi minyak sawit dalam negeri sebesar 6,5 juta ton pada tahun 2012 dan diperkirakan mencapai 7 juta ton pada tahun ini, Indonesia siap untuk menyalip India sebagai konsumen minyak kelapa sawit terbesar dunia. Kebijakan pajak ekspor menguntungkan industri pengolahan kelapa sawit dan kapasitas produksi diperkirakan mencapai 30 juta ton pada tahun 2013. Volume ekspor produk kelapa sawit olahan diperkirakan tumbuh sekitar 15% pada tahun 2013 mencapai 12 juta ton, mencapai 60% dari ekspor minyak sawit total. Sementara itu, ekspor biofuel diproyeksikan tumbuh 21% tahun ini menjadi 1,7 juta kiloliter, dibandingkan dengan 1,4 juta kiloliter tahun sebelumnya. Di dalam negeri, penyerapan biofuel diperkirakan mencapai lebih dari 900.000 kiloliter. Kami percaya bahwa perkembangan dalam negeri yang positif akan menguntungkan TBLA, walaupun ketidakpastian pasar global tetap tinggi.
Ekspektasi Ekonomi Global dan Nilai Tukar yang Stabil
Ekonomi global sedang dalam proses menuju kestabilan, tetapi efek positif ini masih terbatas pada pasar keuangan dan belum dirasakan dalam ekonomi riil. Namun, terdapat tanda-tanda bahwa yang terburuk telah berlalu. Bank-bank di zona Euro telah berhasil mengembalikan pinjaman pada tingkat yang lebih baik dari yang diharapkan, perlambatan ekonomi China tidak seburuk seperti pada tahun sebelumnya, ekonomi AS berhasil menghindari kesenjangan fiskal, dan mata uang Euro relatif stabil. Tetapi pemulihan ekonomi tetap rapuh dan lambat. Pada tahun 2013, perekonomian global diperkirakan akan tumbuh 3,5%, dari 3,2% tahun sebelumnya, dan pengangguran global diproyeksikan menurun 0,1% menjadi 11,7%. Di sisi lain, defisit transaksi berjalan Indonesia telah menyeret rupiah ke tingkat yang mungkin tidak mencerminkan nilai fundamentalnya. Tetapi dengan pasar global pulih, kami berharap defisit neraca transaksi berjalan akan berkurang dan neraca modal meningkat, sehingga nilai tukar rupiah terapresiasi.
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
Gambar 3: Pertumbuhan Ekonomi Global dan Pergerakan Rupiah terhadap USD
Pertumbuhan Ekonomi Global Pergerakan Rupiah terhadap USD
Sumber: IMF, Bank Indonesia, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Tantangan dan Peluang di Industri Gula Rafinasi
Program revitalisasi industri gula bergerak lebih lambat dari yang direncanakan karena masalah dalam ekspansi perkebunan serta revitalisasi pabrik. Oleh karena itu, produksi gula nasional tahun ini diperkirakan akan tetap datar sekitar 2,2 juta-2,3 juta ton. Tapi Indonesia membutuhkan 2,8 juta ton gula rafinasi pada tahun 2013, meningkat dari sekitar 700.000 ton di tahun lalu, sebagai akibat dari berkembangnya industri pariwisata dan makanan & minuman. Pada saat yang sama, Indonesia menghadapi masalah dalam memperluas perkebunan tebu. Oleh karena itu, produsen gula rafinasi masih akan bergantung pada gula mentah impor. Meskipun TBLA menghadapi kendala yang sulit dalam mengembangkan perkebunan tebu, pabrik baru yang telah dibangun akan meningkatkan keunggulan kompetitif TBLA dalam hal produktivitas.
Dermaga Baru akan Berperan Penting bagi TBLA
Dermaga TBLA yang baru saja selesai di Waylunik, Lampung, akan memainkan peran penting dalam mendukung kegiatan ekspor perusahaan, terutama dalam hal logistik. Peningkatan akses ini diharapkan dapat menaikkan harga produk TBLA. Dermaga dan tangki penyimpanan yang terletak di sana dibangun dan akan dioperasikan oleh Pelindo II selama 25 tahun di bawah skema Build-Operate-Transfer.
Gambar 4: Dermaga Waylunik, Lampung
Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit Menciptakan Ruang yang Luas untuk Pertumbuhan di Masa Depan
Pada tahun 2012, TBLA memperluas perkebunannya ke Banyuasin, Sumatera Selatan, (30 ribu ha) dan Pontianak, Kalimantan Barat, (19,6 ribu ha). Perkebunan Banyuasin memiliki 12,3 ribu ha lahan tertanam, 17%-nya merupakan tanaman menghasilkan, sedangkan perkebunan Pontianak memiliki 3,8 ribu ha lahan tertanam, 3%-nya telah menghasilkan. Dengan ekspansi tersebut, total lahan perkebunan TBLA saat ini mencapai 99,5 ribu ha. Hal ini juga memberikan land bank yang luas untuk pertumbuhan di masa depan, mencapai 40% dari total perkebunan yang dikelola. Sebelum ekspansi ini, lebih dari 85% total lahan TBLA telah ditanami, dengan lahan belum menghasilkan hanya terhitung sekitar 10%.
Meningkatkan Kapasitas Pengolahan CPO
Selain ekspansi perkebunan, TBLA berencana untuk membangun pabrik CPO yang kelima dengan kapasitas produksi sebesar 45 ton/jam, yang akan meningkatkan total kapasitas pengolahan menjadi 315 ton/jam pada tahun 2014. Diperkirakan menelan biaya sekitar Rp70 miliar, pabrik tersebut akan berlokasi di Desa Sukadana, Lampung.
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
Pendapatan Minyak Goreng Melonjak di Tahun 2012
Di tengah penurunan penjualan produk pada tahun 2012, penjualan minyak goreng sawit melonjak 76% YoY mencatatkan Rp873 miliar pada 9M12, penjualan terbesar kedua setelah CPO. Per 9M12, produksi minyak goreng sawit TBLA 14% YoY lebih tinggi mencapai 70.200 ton. Saat ini, perusahaan memiliki tiga penyulingan minyak sawit dengan total kapasitas produksi sebesar 1.000 ton/hari. Penerimaan pasar domestik yang baik terhadap minyak sawit TBLA telah mendorong perusahaan untuk meningkatkan kapasitas penyulingan kelapa sawit sebesar 50% melalui kilang di Palembang. Dengan basis pasar domestik yang kuat, kami percaya rencana TBLA untuk meningkatkan kapasitas penyulingan kelapa sawit dapat mengimbangi risiko dari ketidakpastian pasar global.
Gambar 5: Pendapatan CPO dan Minyak Goreng (Sebelum Eliminasi)
Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Beroperasinya Pabrik Gula Rafinasi di 1H13
TBLA hampir menyelesaikan pembangunan pabrik gula di Waylunik, Lampung. Dengan kapasitas produksi 600 ton/hari, kilang ini diharapkan mulai beroperasi pada 1H13. Mengingat permintaan gula rafinasi domestik yang tinggi, kami memperkirakan TBLA dapat mencetak sekitar Rp130 miliar dalam hal pendapatan gula rafinasi pada tahun 2013, dan menyumbang 15% dari total pendapatan pada tahun 2015.
Gambar 6: Progres Pembangunan Pabrik dan Proyeksi Pendapatan Gula Rafinasi
Progres Pembangungan Pabrik Gula Rafinasi Proyeksi Pendapatan Gula Rafinasi
Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Penurunan Pendapatan dan Meningkatnya Penjualan Domestik di tahun 2012
Selama 9M12, TBLA membukukan penurunan pendapatan 3,5% YoY yang disebabkan oleh penurunan rata-rata harga jual (RHJ), khususnya minyak inti sawit dan bungkil inti sawit. Secara rata-rata, TBLA mengalami penurunan RHJ sebesar 17,6% YoY di semua jenis produk meskipun terjadi peningkatan volume penjualan sebanyak 17,2% YoY. Peningkatan volume penjualan terutama berasal dari minyak goreng sawit, tumbuh 76% YoY, dan Tandan Buah Segar (TBS), tumbuh 35% YoY. Selanjutnya, karena pasar ekspor melemah, TBLA mengalihkan pasarnya ke domestik. Perlu dicatat bahwa TBLA memiliki kapasitas untuk menyeimbangkan penjualan, dan beralih ke pasar domestik selama menyusutnya pasar ekspor. Kami memperkirakan bahwa TBLA akan mencatat pertumbuhan pendapatan yang datar pada tahun 2012 sebesar Rp3,81 triliun dibanding Rp3,73 triliun pada tahun 2011.
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
Ekspektasi Pertumbuhan Pendapatan yang Lebih Tinggi pada Tahun ini
Melihat tahun depan, kami memprediksi perusahaan dapat mencetak pendapatan sebesar Rp4,41 triliun (tumbuh 15,6% YoY), seperti gula tebu pendapatan diharapkan mulai datang pada semester pertama tahun ini. Kami memperkirakan pendapatan dari produk tebu untuk awalnya memberikan kontribusi sekitar 3% dari total, bergerak naik menjadi sekitar 15% pada tahun 2015. Kami juga memproyeksikan pendapatan dari produk sawit dan turunannya tumbuh 11,7% tahun ini, jauh lebih baik dibandingkan pertumbuhan 1,1% di tahun 2012. Demikian pula, seiring dengan prospek pasar ekspor yang lebih baik, kami memperkirakan komposisi penjualan ekspor akan meningkat menjadi 56% total penjualan, dibandingkan dengan 51% di 9M12. Tetapi komposisi tersebut masih di bawah 70% yang terjadi pada penjualan di tahun 2011, karena pasar diperkirakan belum sepenuhnya pulih pada tahun ini.
Dibayangi oleh Biaya Tinggi pada tahun 2013 namun Prospek yang Positif dalam Jangka Menengah
Dengan turunnya pendapatan sebesar 3,5% YoY dan naiknya beban pokok pendapatan sebesar 5,2% YoY, laba kotor TBLA di 9M12 turun sebesar 19,5% YoY. Kenaikan beban pokok pendapatan ini terutama disebabkan oleh biaya depresiasi dan pembelian barang jadi dari pihak ketiga yang lebih tinggi. Sementara itu, meningkatnya kerugian kurs yang belum dan telah direalisasi serta beban bunga, menyebabkan laba bersih TBLA turun 41,7% YoY. Kami memperkirakan risiko kurs dan pembayaran bunga yang lebih tinggi sebagai akibat dari naiknya hutang akan tetap mempengaruhi beban biaya TBLA di tahun 2013. Selain itu, biaya tenaga kerja dan listrik diperkirakan akan meningkat tahun ini. Walaupun demikian, sepanjang periode 2011-2016, kami memperkirakan pertumbuhan laba bersih TBLA mencapai sekitar CAGR 12%, mewakili pandangan positif kami terhadap industri perkebunan dan kapasitas pertumbuhan perusahaan di tahun-tahun mendatang.
Gambar 7: Laba dan Profil Hutang TBLA
Laba TBLA Rasio Net-Debt to Equity dan Interest Coverage
Sumber: Bloomberg, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Tingkat Hutang yang Lebih Tinggi namun Masih Terkendali
Untuk melanjutkan ekspansinya, TBLA merencanakan capex sebesar Rp900 miliar pada tahun 2013. Capex tersebut akan digunakan untuk pembangunan pabrik CPO kelima (Rp60-Rp70 miliar), memperluas perkebunan kelapa sawit (sekitar Rp300 miliar), penanaman tebu (sekitar Rp80 miliar-Rp100 miliar) dan penyelesaian pabrik rafinasi gula. Sekitar Rp 100 miliar akan digunakan untuk belanja modal rutin. Sejalan dengan upaya ekspansi bisnis, hutang TBLA juga meningkat. Pada 9M12, hutang berbeban bunga perusahaan sebesar Rp1,97 triliun, meningkat 45% YoY, terutama karena penerbitan obligasi pada Juli 2012. Walaupun demikian, kami berpendapat hutang TBLA masih terkendali dengan rasio net-debt-to-equity dan rasio interest
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
Table 2: Perbandingan Kinerja per 30 September 2012
TBLA GZCO JAWA SGRO
Penjualan [Rp miliar] 2.861 295 517 2.153 Laba Kotor [Rp miliar] 836 107 200 615 Laba Sebelum Pajak [Rp miliar] 282 91 156 334 Laba Bersih [Rp miliar] 215 82 118 227 Total Aset [Rp miliar] 5.072 2.971 2124 3.893 Total Liabilitas [Rp miliar] 3.279 1.386 905 1.329 Total Ekuitas [Rp miliar] 1.793 1.585 1219 2.564
Pertumbuhan [YoY]
Penjualan [%] (3,5) (17,2) 3,0 (14,5)
Laba Kotor [%] (19,5) (15,7) (15,4) (32,7) Laba Sebelum Pajak [%] (41,6) (39,0) (20,0) (47,3) Laba Bersih [%] (41,7) (37,0) (22,8) (50,9)
Profitabilitas
Marjin Laba Kotor [%] 29,2 36,3 38,6 28,6 Marjin Laba Sebelum Pajak [%] 9,8 30,9 30,3 15,5 Marjin Laba Bersih [%] 7,5 27,8 22,7 10,5
ROA [%] 4,2 2,8 5,5 5,8
ROE [%] 12,0 5,2 9,6 8,9
Leverage
DER [x] 1,83 0,87 0,74 0,52
Sumber: BEI, Pefindo Divsisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
PENILAIAN
Metodologi Penilaian
Kami menggunakan metode Discounted Cash Flows (DCF) sebagai pendekatan penilaian utama dengan pertimbangan bahwa pertumbuhan pendapatan merupakan value driver TBLA dibandingkan pertumbuhan aset.
Selain itu, kami menggunakan Guideline Company Method (GCM) sebagai metode pembanding.
Penilaian ini didasarkan pada Nilai 100% saham per tanggal 19 Maret 2013, menggunakan laporan keuangan TBLA per tanggal 30 September 2012, untuk analisa fundamental kami.
Estimasi Nilai
Kami menggunakan Cost of Capital 11,3% dan Cost of Equity 13,6% berdasarkan asumsi-asumsi berikut:
Table 3: Asumsi
Risk free rate (%)* 5,5
Risk premium (%)* 7,6
Beta (x)* 1,1
Cost of Equity (%) 13,6
Marginal tax rate (%) 25,0
WACC (%) 11,3
Sumber: Bloomberg, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing * Per 19 Maret 2013
Target harga saham untuk 12 bulan berdasarkan penilaian pada tanggal 19 Maret 2013 adalah sebagai berikut:
Menggunakan metode DCF dan asumsi tingkat diskonto 11,3%, adalah sebesar Rp668 – Rp770 per saham.
Menggunakan metode GCM (PBV 1,2x and P/E 9,7x) adalah sebesar Rp512 – Rp696 per saham.
Untuk mendapatkan nilai yang mewakili kedua indikasi nilai tersebut, kami melakukan pembobotan terhadap kedua metode DCF dan GCM sebesar 70%:30%.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, target harga saham TBLA untuk 12 bulan adalah Rp620 – Rp750 per saham.
Table 4: Ringkasan Penilaian dengan Metode DCF
Konservatif Moderat Optimis
PV of Free Cash Flows – [Rp, miliar] 554 584 613 PV Terminal Value – [Rp miliar] 4.242 4.466 4.689 Non-Operating Assets – [Rp, miliar] 480 480 480 Net Debt – [Rp, miliar] (1.975) (1.975) (1.975) Total Equity Value – [Rp miliar] 3.302 3.555 3.807 Number of Share – [juta saham] 4.942 4.942 4.942
Fair Value per Share – [Rp] 668 719 770
Sumber: Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
Table 5: Pembanding GCM
TBLA GZCO JAWA SGRO Average
P/E, (x) 8,9 9,1 7,2 13,5 9,7
PBV, (x) 1,3 0,7 1,3 1,6 1,2
Sumber: Bloomberg, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Table 6: Ringkasan Penilaian Metode GCM
Multiples
(x) Est. EPS (Rp) Est. BV/Share (Rp) Value (Rp)
P/E 9.7 72 - 696
PBV 1.2 - 415 512
Sumber: Bloomberg, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Table 7: Rekonsiliasi Nilai Wajar
Nilai Wajar per Saham [Rp]
DCF GCM Rata-rata
Upper Limit 770 696 750
Bottom Limit 668 512 620
Weight 70% 30%
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
Tabel 8: Laporan Laba Rugi (Rp miliar)
Laporan Laba Rugi 2010 2011 2012P 2013P 2014P
Penjualan 2.951 3.732 3.811 4.407 5.564
Harga Pokok Penjualan (2.310) (2.489) (2.717) (3.028) (3.816 )
Laba Kotor 641 1.243 1.094 1.379 1.747
Beban Operasi (317) (703) (737) (900) (1.037 )
Laba Sebelum Pajak 324 540 357 479 711
Pajak (76) (119) (89) (120) (178)
Laba Bersih 247 419 265 356 528 Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Tabel 9: Neraca (Rp miliar)
Neraca 2010 2011 2012P 2013P 2014P
Aset Aset Lancar
Kas dan Setara Kas 253 555 208 263 332 Piutang Usaha 224 233 445 514 649 Persediaan 478 489 787 942 1.374 Aset Lancar Lainnya 677 606 697 779 980
Total Aset Lancar 1.631 1.883 2.137 2.498 3.336
Tanaman 1.157 1.393 2.045 2.640 2.444 Aset Tetap 821 934 1.153 1.366 1.575 Aset Lainnya 41 35 45 48 52 Total Aset 3.651 4.245 5.380 6.553 7.407 Liabilitas Hutang Usaha 177 190 287 320 403 Pinjaman Jk. Pendek 1.144 1.106 1.101 1.346 1.469 Kewajiban Jk. Pendek Lainnya 148 70 112 130 150 Pinjaman Jk. Panjang 739 1.089 1.891 2.490 2.714 Pinjaman Jk. Panjang Lainnya 202 182 189 215 244 Total Liabilitas 2.410 2.637 3.581 4.500 4.978 Total Ekuitas 1.242 1.607 1.799 2.052 2.429
Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Gambar 8: P/E dan P/BV
Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing Gambar 9: ROA, ROE, dan Total Assets Turnover
Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing Tabel 10: Rasio-Rasio Kunci
2010 2011 2012P 2013P 2014P
Pertumbuhan [%]
Penjualan 6,0 26,5 2,1 15,6 26,3 Laba Sebelum Pajak 1,0 66,5 (34,0) 34,2 48,46 EBITDA 2,6 43,8 0,0 30,1 23,63 Laba Bersih (1,7) 69,9 (36,8) 34,2 48,46
Profitabilitas [%]
Marjin Laba Kotor 21,7 33,3 28,7 31,3 31,4 Marjin Laba
Sebelum Pajak 11,0 14,5 9,4 10,9 12,8 Marjin EBITDA 17,9 20,3 19,9 22,4 21,9 Marjin Laba Bersih 8,4 11,2 7,0 8,1 9,5
ROA 6,8 9,9 4,9 5,4 7,13 ROE 19,9 26,1 14,7 17,3 21,75 Solvabilitas [X] Debt to Equity 1,9 1,6 2,0 2,2 2,05 Interest Bearing Debt to Equity 1,1 0,9 1,2 1,4 1,32 Debt to Asset 0,7 0,6 0,7 0,7 0,67 Likuiditas [X] Rasio Lancar 1,1 1,4 1,4 1,4 1,7 Rasio Cepat 0,3 0,6 0,4 0,4 0,5
Sumber: PT Tunas Baru Lampung Tbk, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
DISCLAIMER
Laporan ini dibuat berdasarkan sumber-sumber yang kami anggap terpercaya dan dapat diandalkan. Namun kami tidak menjamin kelengkapan, keakuratan atau kecukupannya. Dengan demikian kami tidak bertanggung jawab atas segala keputusan investasi yang diambil berdasarkan laporan ini. Adapun asumsi, opini, dan perkiraan merupakan hasil dari pertimbangan internal kami per tanggal penilaian (cut off date), dan kami dapat mengubah pertimbangan diatas sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Kami tidak bertanggung jawab atas kekeliruan atau kelalaian yang terjadi akibat penggunaan laporan ini. Kinerja dimasa lalu tidak selalu dapat dijadikan acuan hasil masa depan. Laporan ini bukan merupakan rekomendasi penawaran, pembelian atau menahan suatu saham tertentu. Laporan ini mungkin tidak sesuai untuk beberapa investor. Seluruh opini dalam laporan ini telah disampaikan dengan itikad baik, namun sewaktu-waktu dapat berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan disajikan dengan benar per tanggal diterbitkan laporan ini. Harga, nilai, atau pendapatan dari setiap saham Perseroan yang disajikan dalam laporan ini kemungkinan dapat lebih rendah dari harapan pemodal, dan pemodal juga mungkin mendapatkan pengembalian yang lebih rendah dari nilai investasi yang ditanamkan. Investasi didefinisikan sebagai pendapatan yang kemungkinan besar diterima dimasa depan, namun nilai dari pendapatan yang akan diterima tersebut kemungkinan besar juga akan berfluktuasi. Untuk saham Perseroan yang penyajian laporan keuangannya didenominasi dalam mata uang selain Rupiah, perubahan nilai tukar mata uang tersebut kemungkinan dapat menurunkan nilai, harga, atau pendapatan investasi pemodal. Informasi dalam laporan ini bukan merupakan pertimbangan pajak dalam mengambil suatu keputusan investasi. Target harga saham dalam Laporan ini merupakan nilai fundamental, bukan merupakan Nilai Pasar Wajar, dan bukan merupakan harga acuan transaksi yang diwajibkan oleh p eraturan perundang-undangan yang berlaku.
Laporan target harga saham yang diterbitkan oleh Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing bukan merupakan rekomendasi untuk membeli, menjual, atau menahan suatu saham tertentu, dan tidak dapat dianggap sebagai nasehat investasi oleh Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing yang behubungan dengan cakupan Jasa Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing kepada, atau kaitannya kepada, beberapa pihak, termasuk emiten, penasehat keuangan, pialang saham, investment banks, institusi keuangan dan perantara keuangan, dalam kaitannya menerima imbalan atau keuntungan lainnya dari pihak tersebut.
Laporan ini tidak ditujukan untuk pemodal tertentu dan tidak dapat dijadikan bagian dari tujuan investasi terhadap suatu saham dan juga bukan merupakan rekomendasi investasi terhadap suatu saham tertentu atau suatu strategi investasi. Sebelum melakukan tindakan dari hasil laporan ini, pemodal disarankan untuk mempertimbangkan terlebih dahulu kesesuaian situasi dan kondisi dan, jika dibutuhkan, mintalah bantuan penasehat keuangan.
PEFINDO memisahkan kegiatan Valuasi Saham dengan kegiatan Pemeringkatan untuk menjaga independensi dan objektivitas dari proses dan produk kegiatan analitis. PEFINDO telah menetapkan kebijakan dan prosedur untuk menjaga kerahasiaan informasi non-publik tertentu yang diterima sehubungan dengan proses analitis. Keseluruhan proses, metodologi dan database yang digunakan dalam penyusunan Laporan Target Harga Referensi Saham ini secara keseluruhan adalah berbeda dengan proses, metodologi dan database yang digunakan PEFINDO dalam melakukan pemeringkatan. Laporan ini dibuat dan disiapkan Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing dengan tujuan untuk meningkatkan transparansi harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Laporan ini juga bebas dari pengaruh tekanan atau paksaan dari Bursa maupun Perseroan yang dinilai. Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing akan menerima imbalan sebesar Rp 20.000.000, - dari Bursa Efek Indonesia dan Perseroan yang dinilai untuk 2 (dua) kali pelaporan per tahun. Keterangan lebih lanjut, dapat mengunjungi website kami di http://www.pefindo.com
Laporan ini dibuat dan disiapkan oleh Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing. Di Indonesia Laporan ini dipublikasikan pada website kami dan juga pada website Bursa Efek Indonesia .