• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana strategi studi kasus dipilih dan bersifat multi metode. Strategi studi kasus ini dianggap memadai dengan tiga dasar pertimbangan: (1) pertanyaan penelitian “bagaimana” dan “mengapa”; (2) peluang peneliti untuk mengontrol gejala atau peristiwa sosial yang diteliti sangat kecil; (3) pumpunan penelitian adalah peristiwa atau gejala sosial kontemporer (masa kini) dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 1996). Pemilihan pendekatan ini adalah untuk menyingkap kondisi “harmonis” kontestasi hutan lindung oleh para pihak terutama warga Sidomulyo (petani kopi rakyat) dan Perhutani. Peneliti berinterakasi dengan warga melalui wawancara dan terlibat langsung dalam berbagai kegiatan seperti pertemuan warga, berkebun, dan kegiatan rutin sehari-hari (makan bersama, sholat berjama’ah di masjid, dan bercengkerama bersama keluarga). Interaksi peneliti dengan pihak Perhutani dilakukan melalui wawancara dan diskusi terkait peran dan tanggung jawab mereka atas pengelolaan hutan lindung dan terjadinya fenomena reklaiming. Sedangkan interaksi peneliti dengan para pihak lainnya (pemerintah desa, pemerintah kabupaten, pengurus kelompok tani, paguyuban dan LMDH, pedagang dan pemilik modal) dilakukan melalui wawancara untuk mengetahui sikap mereka atas reklaiming yang dilakukan warga Sidomulyo. Peneliti mempunyai keyakinan bahwa para pihak yang terkait dengan reklaiming baik langsung (warga dan Perhutani) maupun tidak langsung belum menyadari bahwa kondisi “harmonis” reklaiming hutan lindung merupakan realitas semu, sehingga diperlukan dialog untuk merubah ketidaktahuan dan salah pengertian di antara peneliti dan tineliti menjadi kesadaran atau sebagai bentuk transformasi intelektual.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus dengan tujuan untuk memahami dan mengidentifikasi gejala sosiologis yang berkenaan dengan reklaiming hutan lindung dan perubahan struktur agraria serta kondisi “harmonis” kontestasi para pihak. Studi kasus memungkinkan peneliti mendapat informasi

(2)

28

sebanyak mungkin dan mendalam. Unit tineliti bervariasi tingkatannya mulai dari individu, rumah tangga, dan komunitas. Sejalan dengan pendapat Newman (1997) dan Yin (2002), studi kasus menjadi pilihan strategi agar dapat memahami realitas sosial yang kompleks melalui pengumpulan data dan informasi yang lebih rinci, lebih bervariasi, lebih luas dan lebih mendalam.

Peneliti menggunakan metode sejarah sosiologis untuk melihat dinamika dari warga Sidomulyo dan Perum Perhutani dari waktu ke waktu. Pemilihan metode kasus sejarah/historis ini karena reklaiming hutan lindung bukan suatu kejadian sosial pada waktu tertentu saja melainkan merupakan proses sosial dalam rentang waktu tertentu. Selain itu proses sosial yang dikaji dibatasi dalam cakupan kontemporer yang sebagian pelakunya masih hidup.

Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dengan para informan. Informan tersebut terdiri dari para tokoh masyarakat, warga pekebun kopi rakyat, petugas perhutani, dan pemerintah desa serta petugas dinas kehutanan dan perkebunan kabupaten yang dipilih secara sengaja (purposive) dan menggunakan teknik bola salju (snow ball).

Selain wawancara mendalam, peneliti juga melakukan wawancara bebas, mengamati secara langsung fenomena sosial, dan ikut serta dalam berbagai kegiatan masyarakat seperti pengajian, pertemuan kelompok tani maupun kegiatan informan sehari-hari seperti berkebun. Wawancara bebas dilakukan untuk memperkaya informasi yang sudah didapatkan baik di luar pertanyaan penelitian maupun subyek penelitian.

Peneliti juga melakukan wawancara terstruktur untuk mendapatkan data tentang struktur agraria dan perubahan yang terjadi akibat adanya reklaiming yang menurut Wiradi (2009) disebut sebagai “profil desa”. Data profil desa tersebut meliputi: peta desa dan kawasan hutan Perhutani, kondisi umum dan prasarana, kondisi agraria, struktur mata pencaharian, kelembagaan lokal, intervensi program, dan organisasi dan hubungan produksi.

Peneliti juga melakukan survei terhadap 30 rumah tangga pertaninan yang bertujuan untuk melihat secara lebih rinci atas dinamika struktur agraria akibat

(3)

reklaiming. Survei menggunakan kuesioner untuk melihat penguasaan, kepemilikan dan pemanfaatan lahan, kondisi sosial ekonomi, pendapatan dan kepemilikan aset rumah tangga sebelum dan sesudah reklaiming.

Pengamatan langsung dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi, di samping untuk melakukan cross-chek atas informasi yang diperoleh. Keikutsertaan dalam berbagai kegiatan masyarakat bertujuan untuk melihat pola relasi dan interaksi sosial masyarakat terkait dengan struktur agraria yang ada.

Peneliti menganalisis data yang terkumpul dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap sikap dan respon para pihak terhadap reklaiming. Sebagaimana dikemukakan Lewis (1988), analisis kualitatif dapat digunakan dalam mendeskripsikan pola-pola hubungan sosial, baik dimensi struktur (posisi dan peranan aktor), dimensi pengaturan (prosedur, penetapan insentif atau sanksi), serta sistem-sistem makna yang melandasi dan memberi pedoman terhadap pola-pola hubungan tersebut. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan terhadap data yang umumnya diperoleh melalui wawancara terstruktur yaitu hasil survei terhadap 30 rumah tangga petani yang melakukan reklaiming. Analisis kuantitatif ini untuk melibat perubahan penguasaan, kepemilikan dan pemanfaatan lahan, kondisi sosial ekonomi, pendapatan dan kepemilikan aset rumah tangga sebelum dan sesudah reklaiming.

Data dan informasi kualitatif hasil wawancara mendalam dan bebas yang telah ditransfer dalam bentuk catatan harian ditambah dengan sari dokumen dianalisis dengan menggunakan matriks analisis yang membandingkan ragam kategori data. Penjelasan dilakukan dalam dua tingkatan, yaitu: (1) penjelasan tentang sejarah reklaiming yang dilakukan komunitas perkebunan kopi rakyat; dan (2) penjelasan tentang pandangan subjektif para pihak mengenai sikap dan respon mereka dalam mengembangkan suatu realitas sosial melalui praktik-praktik yang mereka lakukan.

Untuk mengurangi kemungkinan salah interpretasi, peneliti menggunakan beragam prosedur yang disebut triangulasi (triangulation). Menurut Stake (dalam Denzin dan Lincoln, 2009) triangulasi merupakan proses penggunaan banyak persepsi (multiperception) dalam mengklarifikasi arti (meaning) dan dalam memverifikasi pengulangan pelaksanaan observasi dan interpretasi. Dalam penelitian

(4)

30

ini, triangulasi dilakukan dengan mengklarifikasi atau membandingkan data dan informasi yang berasal dari sumber dan cara pengumpulan data yang berbeda.

(5)

31 Tabel 1. Matriks Metode Penelitian

Pertanyaan Penelitian Strategi Metode Sumber Data Lain Data Yang Dihasilkan 1. a. Mengapa terjadi reklaiming

hutan lindung oleh komunitas petani kopi rakyat?

Fenomenologi Mencatat/rekam “perbincangan”; menulis anekdot-anekdot dari pengalaman pribadi Literatur fenomenologi; refleksi-refleksi

Latar belakang dan makna reklaiming hutan lindung oleh masyarakat desa hutan

1. b…bagaimana implikasinya

pada struktur agraria? Wawancara (survei rumah tangga) terstruktur

Proportioned random sampling pada

responden yang terstrata berdasarkan penguasaan tanah

Perubahan struktur agraria yang meliputi: penguasaan tanah, konsentrasi pendapatan, penyerapan tenaga kerja dan rasio tanah dan tenaga kerja. 2. Mengapa terbangun sikap dan

respon para pihak yang terkait atas gejala tersebut sehingga terjadi kontestasi yang “harmonis”?

Etnografi Wawancara tak

terstruktur Observasi; catatan lapangan Perasaan dan pengetahuan informan terhadap hutan, berkebun kopi, reklaiming, dan para pihak.

3. Praktik-praktik apa saja yang dilakukan oleh para pihak yang terkait dalam kerangka konflik perebutan sumberdaya hutan dan bagaimana posisi mereka dalam kaitannya dengan reklaiming tersebut?

Analisis

wacana Wawancara mendalam Observasi berpartisipasi; penulisan memo (memoing); buku harian (diary)

Posisi dan relasi pragmatis serta strategi-strategi para pihak dalam kerangka konflik kepentingan, definisi situasi bersama dan prosesnya (tindakan komunikatif), dan komunikasi intersubjektif. (Modifikasi dari Morse, dalam Denzin dan Lincoln, 2009)

(6)

32

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur pada bulan Juli-September 2009. Desa Sidomulyo dipilih karena merupakan daerah dengan kasus reklaiming kawasan hutan lindung dan sudah berlangsung cukup lama (sejak masa reformasi). Relasi para pihak, khususnya masyarakat dan Perhutani dalam mencapai tujuan masing-masing menunjukkan adanya kontestasi “harmonis” yang berbeda dengan tempat lain dalam hal perebutan sumberdaya alam (hutan).

Organisasi Penulisan

Bagian Pendahuluan menyajikan latar belakang permasalahan tentang sejarah penguasaan hutan oleh negara, bentuk pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan, manajemen pengelolaan hutan, kondisi masyarakat desa hutan dan munculnya fenomena sosial terkait sumberdaya hutan (reklaiming). Permasalahan yang diangkat adalah mengapa terjadi reklaiming hutan lindung oleh komunitas petani kopi rakyat yang diteliti dan implikasinya pada struktur agraria; mengapa terbangun sikap dan respon para pihak yang terkait atas gejala tersebut sehingga terjadi kontestasi yang “harmonis”; dan praktik-praktik apa saja yang dilakukan oleh para pihak yang terkait dalam kerangka konflik perebutan sumberdaya hutan serta bagaimana posisi mereka dalam kaitannya dengan reklaiming tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan adanya realitas mikro secara kritis terkait kontestasi dalam pengelolaan sumberdaya agraria (hutan) terkait kebijakan baik di tingkat meso maupun makro.

Bagian selanjutnya adalah Tinjauan Pustaka, bagian ini menampilkan peran lahan dalam kegiatan pertanian dan kaitannya dengan struktur agraria dan debat agraria yang terkait dengan perubahan sosial di pedesaan Jawa. Selanjutnya juga ditampilkan tentang hutan lindung dan permasalahan tenurial, reklaiming dan teori akses, perubahan sosial dan konflik, dan kerangka teoritis penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana strategi studi kasus dipilih dan bersifat multi metode.

Bagian Metodologi Penelitian memaparkan pendekatan penelitian, yaitu pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah strategi studi kasus

(7)

dengan tujuan untuk memahami dan mengidentifikasi gejala sosiologis yang berkenaan dengan proses reklaiming lahan dan perubahan struktur agraria dengan menggali informasi sebanyak mungkin. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, wawancara bebas, pengamatan berpartisipasi dan survei. Survei digunakan untuk melihat secara rinci struktur agraria dan perubahannya melalui wawancara terstruktur (kuesioner). Analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data dan informasi tentang proses perubahan atau tentang motivasi yang melandasi tindakan sosial. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan terhadap data yang umumnya diperoleh melalui wawancara terstruktur.

Bagian Panorama Lereng Selatan Gunung Raung menampilkan panorama masyarakat desa hutan Sidomulyo dan sejarahnya serta aspek demografi juga kepemimpinannya. Selanjutnya juga dipaparkan kondisi umum dan prasarana, kondisi agraria, struktur mata pencaharian, kelembagaan/organisasi, intervensi program dan organisasi dan hubungan produksi.

Bagian Hutan Lindung: Arena Perebutan Sumberdaya menampilkan hutan lindung sebagai sumberdaya sarat nilai. Aktor-aktor yang berkonflik dalam perebutan hutan lindung juga dianalisis satu per satu. Kepentingan para pihak baik yang terlibat langsung atau tidak langsung dipaparkan di bagian ini. Mekanisme akses para pihak dalam memperoleh, mengontrol dan memelihara aliran keuntungan dari hutan lindung dan distribusinya dijabarkan melalui suatu kemampuan aksesnya pada teknologi, modal, pasar, pengetahuan, wewenang, identitas sosial, dan relasi sosial.

Bagian Kontestasi Para Pihak Dan Definisi Situasi Bersama Atas Reklaiming Hutan Lindung memaparkan relasi kuasa agraria para pihak. Bab ini juga memaparkan ruang konflik pemaknaan tentang sumberdaya agraria dan ruang konflik hak dan akses terhadap sumberdaya agraria Selanjutnya juga dibahas derajat konflik kontestasi juga membangun konsensus sebagai membangun harmoni.

Bagian Perubahan Struktur Agraria dan Harmoni Semu menjelaskan distribusi manfaat reklaiming dan kondisi yang terjadi pada komunitas petani kopi rakyat di lokasi penelitian sesudah reklaiming hutan lindung dengan menganalisa unsur-unsur struktur agraria yang meliputi: (a) kepemilikan tanah; (b) konsentrasi

(8)

34

tanah dan pendapatan; (c) diferensiasi sosial; (d) persaingan usaha; dan (e) rasio tanah dan tenaga kerja serta implikasinya. Selain itu juga dipaparkan persoalan-persoalan yang belum terjawab tuntas pada perubahan unsur-unsur struktur agraria di atas yang meliputi proses dan hasil reklaiming yang menciptakan harmoni semu.

Bagian Penutup menampilkan kesimpulan-kesimpulan dari penelitian dan implikasi baik secara teoritis maupun praktis.

Referensi

Dokumen terkait

Kamus Dewan dan Kamus Oxford menyatakan bahawa ‘lawatan’ bererti melawat sesuatu tempat untuk jangka masa tertentu. ‘Tempat Bersejarah’ merupakan tapak, arkeologi, artifak,

Penelitian ini untuk mengetahui pengelolahan dana zakat produktif yang ada di Rumah zakat kota Malang dan model Pemberdayaan UMKM yang dilakukan oleh Rumah zakat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang keputihan dengan usaha preventif terjadinya keputihan pada remaja putri MA

Upaya yang dapat dilakukan untuk membekali para siswa agar mereka memiliki kompetensi sosial serta bagaimana mengembangkan kompetensi sosial siswa agar mereka memiliki

Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa

(1) Atas permohonan tertulis dari pemerintah daerah, BUMD dan/atau Badan Usaha lainnya memberi izin kepada pemerintah daerah untuk memeriksa pembukuan usaha yang

Mikrotremor di definisikan sebagai suatu getaran harmonik alami dari tanah yang dapat terjadi secara kontinyu, yang terjebak pada lapisan sedimen, kemudian

1) Keanekaragaman jenis burung diurnal di Hutan Sebadal Taman Nasional Gunung Palung ditemukan 40 jenis yang masuk ke dalam 17 family dan 4 ordo dengan total