• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Pendugaan Model

Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari enam persamaan struktural dan dua persamaan identitas. Model dianalisis dengan menggunakan data time series dari tahun 1990 sampai tahun 2009 yang merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber.

Pendugaan model perdagangan ikan tuna Indonesia memberikan hasil dugaan yang cukup baik secara ekonomi, statistika dan ekonometrika. Hampir semua variabel eksogen yang dimasukkan dalam persamaan struktural mempunyai parameter dugaan yang tandanya sesuai dengan teori pendukung meskipun pengaruhnya ada yang tidak signifikan pada tingkat kepercayaan antara 90 persen sampai 99 persen. Beberapa peubah penjelas yang parameter dugaannya tidak sesuai dengan harapan dapat dijelaskan secara logis dan sesuai dengan keadaan

nyata di lapangan. Nilai koefisien determinasi (R2) hasil pendugaan model

menunjukkan bahwa nilainya berkisar antara 0,80 sampai 0.99, sehingga secara umum variabel-variabel eksogennya mampu menjelaskan variabel endogen dengan baik. Oleh karena itu hasil pendugaan model cukup representatif untuk menggambarkan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional. Hasil pengolahan data faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional secara lengkap disajikan pada sub bab berikut.

5.2. Pembahasan Hasil Pendugaan Model

Model pada penelitian faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari enam persamaan struktural dan dua persamaan identitas yang terdiri dari persamaan produksi ikan tuna, persamaan permintaan domestik, persamaan ekspor ikan tuna yang merupakan selisih dari produksi ikan tuna dengan konsumsi domestik, persamaan harga domestik. Selain itu, persamaan permintaan ekspor dari Amerika Serikat,

(2)

dengan impor dari negara-negara lain yang dimasukkan sebagai Rest of the World (ROW).

5.2.1. Produksi Ikan Tuna

Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang memengaruhi produksi ikan tuna Indonesia disajikan pada Tabel 5. Hasil pendugaan parameter pada persamaan produksi ikan tuna dijelaskan oleh variabel Interest Rate, Jumlah Kapal, Tenagakerja, Produksi ikan tuna tahun lalu, dan Kebijakan yang merupakan dummy variabel dengan nilai KBJK=0 untuk tahun dimana tidak ada kebijakan pemerintah Indonesia dalam ekspor ikan tuna, dan KBJK=1 untuk tahun dimana ada kebijakan pemerintah Indonesia dalam rangka ekspor ikan tuna sebesar 99,72 persen. Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan, namun kurang respon terhadap perubahan peubah-peubah penjelasnya.

Tabel 5. Hasil Pendugaan Parameter Produksi Ikan Tuna

Persamaan/Peubah Notasi Koefisien Prob

Elastisitas Jangka Pendek Elastisitas Jangka Panjang

Produksi Ikan tuna QTt - -

Intersept - 1922343 0

Interest Rate/ Suku

Bunga Riil IRt -4313,96 0,0539* -0,017 -0,84 Jumlah Kapal JKt 54,71907 0,056 * 0,056 2,696 Tenagakerja TKt 3,053559 0,5312 3,25

Produksi Ikan tuna

tahun yang lalu QT_1t

0,005713 0,097* 0,005 0,005

Trend sebagai proxy perkembangan tekhnologi T1t 198722,8 <0,001*** - - Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam rangka mendorong perkembangan produksi ikan tuna Indonesia

KBJKt 199976,7 0,00013*** - -

Adjusted R-squared 0,997197

*** = signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen ** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen * = signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen

(3)

Variabel trend sebagai proxy perkembangan tingkat tekhnologi (T1t) dan

variabel kebijakan pemerintah (KBJKt) signifikan pada tingkat kepercayaan 99

persen, variabel Interest Rate(IRt) dan produksi tahun yang lalu (QT_1t) , jumlah

kapal (JKt) signifikan pada tingkat kepercayaan 10 persen, sementara koefisien

variabel yang lain yaitu tenagakerja (TKt) tidak signifikan.

Hasil pendugaan menunjukkan bahwa suku bunga riil berpengaruh secara negatif untuk investor untuk menanamkan investasinya pada proses penangkapan ikan tuna, Jika suku bunga naik, maka investor akan lebih memilih untuk tetap membiarkan uangnya diinvestasikan pada perbankan daripada mengambil resiko untuk menginvestasikannya pada penangkapan ikan tuna. Demikian juga suku bunga pinjaman yang tinggi akan membuat para investor yang menggunakan jasa perbankan untuk pembiayaan usaha penangkapan ikan tuna akan berpikir dua kali untuk meminjam modal dan menginvestasikannya pada penangkapan ikan tuna. Sebaliknya, jumlah kapal dan tenagakerja yang terlibat pada usaha penangkapan ikan tuna, dan produksi ikan tuna tahun lalu akan meningkatkan hasil tangkapan ikan tuna yang secara langsung akan meningkatkan produksi ikan tuna Indonesia. Meningkatnya tangkapan tahun lalu akan menjadi harapan positif bagi para investor dan pekerja penangkapan ikan tuna, sehingga mendorong mereka untuk melakukan proses penangkapan sehingga akan meningkatkan hasil tangkapan ikan tuna yang artinya akan meningkatkan produksi ikan tuna Indonesia, sedangkan sebaliknya bila produksi ikan tuna tahun lalu tidak menjanjikan, akan memengaruhi para investor dan pekerja pada penangkapan ikan tuna mencari peluang usaha lainnya daripada berharap pada penangkapan ikan tuna yang hasilnya tahun lalu tidak menjanjikan.

Kebijakan pemerintah Indonesia yang memperjuangkan nasib ekspor ikan tuna Indonesia juga membawa pengaruh positif pada ekspor ikan tuna Indonesia ke pasar internasional. Pemerintah Indonesia telah mulai memperhatikan sektor perikanan sebagai salah satu sektor yang mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan perekonomian Indonesia, dan melakukan penjajakan menjalin hubungan dengan negara pengimpor baik secara bilateral maupun secara kelompok. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi ceteris paribus.

(4)

5.2.2. Permintaan Domestik

Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang memengaruhi permintaan domestik disajikan pada Tabel 6. Hasil pendugaan parameter pada persamaan permintaan domestik dijelaskan oleh variabel Harga ikan tuna domestik, Harga Substitusi, Pendapatan Nasional (GNP riil Indonesia), Jumlah penduduk, Trend yang menunjukkan selera masyarakat dalam mengkonsumsi ikan tuna, dapat menjelaskan permintaan ikan tuna domestik sebesar 97,16 persen. Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan.

Tabel 6. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ikan tuna Domestik

Persamaan/Peubah Notasi Koefisien Prob Elastisitas

Permintaan Domestik QDTt - - -

Intersept - 898478.7 0.1202 -

Harga Ikan tuna

Domestik PTt -101842 0.2986 -

Harga Udang Pudangt

28.45544 0.1902 - Pendapatan Nasional GNPt 0.142498 0.0022*** 0.130 Populasi POPt 0.00218 0.045 ** 0.220 Trend yang menunjukkan

preference masyarakat domestik Indonesia

T2t 160418.5 0 -

Adjusted R-squared 0.971614

*** = signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen ** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen * = signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen

Hasil pendugaan menunjukkan bahwa harga ikan tuna domestik berpengaruh secara negatif pada permintaan ikan tuna domestik. Bila harga ikan tuna domestik naik, maka akan menurunkan permintaan domestik, sebaliknya jika harga ikan tuna turun maka akan meningkatkan permintaan ikan tuna domestik. Sebaliknya, harga udang justru mempunyai pengaruh positif pada permintaan ikan tuna domestik. Dengan mempertahankan asumsi ceteris paribus, saat harga udang naik, maka akan menurunkan harga relatif ikan tuna, dan hal ini akan meningkatkan permintaan ikan tuna domestik, dan saat harga udang turun, maka masyarakat akan lebih memilih untuk mengkonsumsi udang sebagai sumber

(5)

protein pengganti ikan tuna, dan akan menaikkan harga relatif ikan tuna terhadap barang substitusinya yaitu udang, dan menurunkan permintaan tuna domestik. Terlihat jelas bahwa pola konsumsi masyarakat Indonesia masih tergantung pada harga komoditas pangan. Pendapatan Nasional (GNP riil) dan populasi merupakan parameter yang memberikan pengaruh positif bagi permintaan ikan tuna domestik. Kenaikan pendapatan riil terbukti akan menaikkan permintaan ikan tuna domestik, dan kenaikan jumlah penduduk juga akan meningkatkan konsumsi dan meningkatkan permintaan terhadap ikan tuna domestik.

Permintaan ikan tuna domestik adalah merupakan parameter yang didahulukan pada penelitian ini, sehingga ekspor ikan tuna Indonesia merupakan sisa dari produksi ikan tuna dikurangi permintaan ikan tuna domestik. Meskipun meningkatkan ekspor ikan tuna menjadi proyek penting bagi pemerintah melalui KKP RI dan Kementerian Perdagangan RI dewasa ini, namun konsumsi ikan tuna domestik tetap menjadi prioritas utama saat ini karena kebaikan protein yang terkandung pada produk ikan segar akan meningkatkan kualitas generasi bangsa kita agar dapat bersaing dengan dunia internasional menyambut pasar bebas. Budaya makan ikan di negara kita saat ini masih berada sangat jauh di bawah konsumsi negara-negara maju dan negara berkembang lainnya meskipun telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sangat ironis bila melihat kenyataan bahwa negara penghasil ikan yang sangat besar seperti negara kita namun konsumsi ikan masyarakatnya masih tergolong rendah. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi ceteris paribus.

5.2.3. Harga Ikan tuna Domestik

Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang memengaruhi harga ikan tuna domestik disajikan pada Tabel 7. Hasil pendugaan parameter pada persamaan harga ikan tuna domestik dijelaskan oleh variabel Produksi Ikan tuna domestik, Harga Ikan tuna Internasional, dan Permintaan Ikan tuna Domestik, yang dapat menjelaskan permintaan ikan tuna domestik sebesar 84,18 persen. Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan.

(6)

Tabel 7. Hasil Pendugaan Parameter Harga Ikan tuna Domestik

Persamaan/Peubah Notasi Koefisien Prob Elastisitas

Harga Ikan tuna

Domestik PTt -

Intersept C -0.45371 0.2416

Produksi Ikan tuna QTt -6.78E-07 0.0002

***

-1.137

Harga Ikan tuna

Internasional PXt

0.633278 0.0007*** 0.524

Permintaan Ikan tuna

Domestik QDTt 5.62E-07 0.0547

*

0.465

Adjusted R-squared 0.841884

*** = signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen ** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen * = signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen

Hasil pendugaan menunjukkan bahwa produksi ikan tuna berpengaruh secara negatif pada harga ikan tuna domestik. Apabila produksi ikan tuna domestik naik, maka akan menurunkan harga ikan tuna domestik, sebaliknya jika produksi ikan tuna turun maka akan meningkatkan harga ikan tuna domestik. Sebaliknya, harga ikan tuna internasional memberikan pengaruh positif pada harga ikan tuna domestik. Harga ikan tuna domestik akan naik bila harga ikan tuna internasional mengalami kenaikan, dan harga ikan tuna domestik akan mengalami penyesuaian menurun bila harga ikan tuna internasional mengalami penurunan. Permintaan ikan tuna domestik memberikan pengaruh yang positif pada parameter harga ikan tuna domestik. Saat permintaan domestik meningkat, maka akan meningkatkan harga ikan tuna domestik sesuai hukum permintaan yang menyebutkan harga akan meningkat saat permintaan meningkat. Demikian sebaliknya penurunan permintaan domestik akan menurunkan harga ikan tuna domestik. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi ceteris paribus.

(7)

5.2.4. Permintaan Ekspor dari Amerika Serikat

Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari Amerika Serikat disajikan pada Tabel 8. Hasil pendugaan parameter pada persamaan permintaan domestik dijelaskan oleh variabel harga ikan tuna Indonesia di pasar Amerika Serikat, Harga Salmon sebagai substitusi Ikan tuna, Harga ikan tuna Thailand di pasar Amerika Serikat, GNP Amerika Serikat, Populasi Amerika Serikat, Tarif yang dikenakan terhadap ikan tuna Indonesia di pasar Amerika Serikat, Konsumsi Ikan tuna perkapita di Amerika Serikat, Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap ikan tuna Indonesia, serta variabel Trend yang menggambarkan selera konsumsi ikan tuna masyarakat Amerika Serikat, dapat menjelaskan permintaan ekspor Amerika Serikat sebesar 85,82 persen. Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan.

Hasil pendugaan menunjukkan bahwa Harga Ikan tuna Indonesia di Amerika Serikat berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor ikan tuna dari Amerika Serikat. Kenaikan harga ikan tuna akan menurunkan permintaan ekspor ikan tuna Amerika Serikat. Harga salmon sebagai substitusi ikan tuna di Amerika Serikat berhubungan positif dengan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia. Kenaikan harga salmon akan menaikkan permintaan ikan tuna Indonesia, karena masyarakat Amerika Serikat akan memilih mengkonsumsi ikan tuna sebagai pengganti salmon.

Harga ikan tuna Thailand sebagai negara eksportir kompetitor membawa pengaruh positif bagi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar Amerika Serikat. Ada kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan tuna dari pemasok yang memberikan harga yang lebih bersaing.

Nilai tukar riil Rupiah terhadap dolar mempunyai hubungan positif dengan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia dari Amerika Serikat. Penguatan rupiah terhadap dolar atau apresiasi akan menurunkan permintaan ikan tuna Indonesia dari Amerika Serikat dan depresiasi Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat justru akan meningkatkan permintaan ikan tuna Indonesia dari Amerika Serikat.

(8)

Tabel 8. Hasil Pendugaan Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari AS.

Persamaan/Peubah Notasi Koefisien Prob Elastisitas

Total Permintaan

Ekspor dari

Amerika Serikat

XTASt - - -

Intersept C 305469 0

Harga Ikan tuna

Indonesia di

Amerika Serikat

PTASt -2057,92 0,000269*** -0,110

Harga ikan Salmon PSUBSTASt 13536,16 0,000226

***

0,491 Harga Ikan tuna

Thailand di pasar Amerika Serikat

PTHAIASt 11361,1 0,0076** 0,614

Nilai Tukar Riil

Amerika Serikat ERRIILASt

3,116472 0,0445** 0,131 Gross National Product Amerika Serikat GNPASt -25,6482 0,0071** -1,605 Jumlah penduduk

Amerika Serikat POPt

0,000417 0,1352 0,159

Tarif Amerika

Serikat yang

dikenakan pada ikan tuna Indonesia

TRFASt

-4673,52 0,0004*** -0,282

Konsumsi Ikan tuna

per kapita di Amerika Serikat KONSASt 3992,162 0,0987* 0,585 Kebijakan pemerintah Amerika Serikat terhadap ekspor

ikan tuna dari

Indonesia KBJKASt -2388,86 0,6609 Trend TASt 10792,24 0,0264 ** 0,735 Adjusted R-squared 0,858193

*** = signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen ** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen * = signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen

Pendapatan Domestik Amerika Serikat justru memberikan pengaruh negatif pada permintaan ekspor ikan tuna Amerika Serikat terhadap ikan tuna Indonesia, berkebalikan dengan teori, kenaikan GNP Amerika Serikat menurunkan permintaan ekspor ikan tuna asal Indonesia, dan sebaliknya penurunan GNP Amerika Serikat akan menaikkan permintaan konsumsi ikan

(9)

tuna, yang akan meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di Amerika Serikat. Elastisitas yang bernilai mutlak >1 menunjukkan bahwa permintaan ikan tuna Indonesia dari Amerika Serikat adalah inelastis terhadap GNP Amerika Serikat. Ikan salmon sebagai substitusi ikan tuna dan negara Thailand sebagai pengekspor ikan tuna kompetitor ikan tuna Indonesia ditenggarai menjadi penyebab ikan tuna Indonesia sebagai barang inferior relatif terhadap ikan salmon dan terhadap ikan tuna impor asal Thailand.

Kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat, tak terkecuali pada ekspor ikan tuna asal Indonesia memberikan hubungan yang negatif pada permintaan ekspor ikan tuna Indonesia. Kebijakan yang diterapkan menyangkut tarif dan quota untuk melindungi ikan tuna produksi dalam negeri Amerika Serikat dan negara-negara yang mempunyai hubungan dagang khusus dengan Amerika Serikat, serta kebijakan menyangkut pembatasan dari sisi persyaratan kualitas dan higinitas membutuhkan usaha yang lebih giat lagi dari pemerintah dan pelaku penangkapan serta pengekspor ikan tuna untuk lebih meningkatkan kualitas ikan tuna Indonesia agar dapat lebih bersaing di pasar ekspor Amerika Serikat. Variabel Trend yang menggambargan selera konsumen di Amerika Serikat juga menunjukkan adanya peningkatan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari tahun ke tahun. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi ceteris paribus.

5.2.5. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor dari Uni Eropa

Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari Uni Eropa disajikan pada Tabel 9. Hasil pendugaan parameter pada persamaan permintaan domestik dijelaskan oleh variabel harga ikan tuna Indonesia di pasar Uni Eropa, Harga Salmon sebagai substitusi Ikan tuna, Harga ikan tuna Thailand di pasar Uni Eropa, GNP Uni Eropa, Populasi Uni Eropa, Tarif yang dikenakan terhadap ikan tuna Indonesia di pasar Uni Eropa, Konsumsi Ikan tuna perkapita di Uni Eropa, Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Uni Eropa terhadap ikan tuna Indonesia, serta Trend yang menggambarkan selera konsumsi ikan tuna masyarakat Uni Eropa, dapat

(10)

menjelaskan permintaan ekspor Uni Eropa sebesar 83,18 persen. Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan.

Tabel 9. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari UE.

Persamaan/Peubah Notasi Koefisien Prob Elastisitas

Total Permintaan

Ekspor dari Uni

Eropa

XTUEt - - -

Intersept C -0,0003 0

Harga Ikan tuna Indonesia di Uni Eropa PTUEt -11879,7 0,000197*** -0,412 Harga Salmon sebagai substitusi Ikan tuna PSUBSTUEt 7529,841 0,00641*** 0,221

Harga Ikan tuna Thailand di pasar Uni Eropa

PTHAIUEt 80645,93 0,0015*** 2,043

Gross National

Product Uni Eropa GNPUEt

0,083474 0,0018*** 5,859

Jumlah penduduk

Uni Eropa POPUEt

0,000219 <0,001** 0,296

Tarif Uni Eropa

yang dikenakan

pada ikan tuna

Indonesia

TRFUEt

-12937,7 0,0273** -2,778

Konsumsi Ikan tuna per kapita di Uni Eropa

KONSUEt 9042,561 0,0395** 1,816

Kebijakan

pemerintah Uni

Eropa terhadap

ekspor ikan tuna dari Indonesia KBJKUEt -37320,9 0,0154** Trend TUEt 50540,31 0 5,401 Adjusted R-squared 0,831815

*** = signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen ** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen * = signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen

Variabel harga ikan tuna Indonesia di Uni Eropa (PTUEt), Harga ikan tuna

Thailand di Uni Eropa (PTHAIUEt), Pendapatan Regional Uni Eropa (GNPUEt),

(11)

konsumsi ikan tuna Indonesia (preference) di Uni Eropa (TUEt) signifikan pada

tingkat kepercayaan 99 persen. Variabel tarif yang diterapkan di Uni Eropa

terhadap ikan tuna Indonesia (TRFUEt), Konsumsi Ikan tuna Masyarakat Uni

Eropa perkapita pertahun (KONSUEt) dan kebijakan pemerintah Uni Eropa

terhadap impor ikan tuna Indonesia(KBJKUEt)

Hasil pendugaan menunjukkan bahwa Harga Ikan tuna Indonesia di Uni Eropa berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor ikan tuna dari Uni Eropa. Kenaikan harga ikan tuna akan menurunkan permintaan ekspor ikan tuna Uni Eropa. Harga salmon sebagai substitusi ikan tuna di Uni Eropa berhubungan positif dengan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia. Kenaikan harga salmon akan menaikkan permintaan ikan tuna Indonesia, karena masyarakat Uni Eropa akan memilih mengkonsumsi ikan tuna sebagai pengganti salmon.

Harga ikan tuna Thailand sebagai negara eksportir kompetitor membawa pengaruh positif bagi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar Uni Eropa. Ada kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan tuna dari pemasok yang memberikan harga yang lebih bersaing. Pendapatan Domestik Uni Eropa justru memberikan pengaruh positif pada permintaan ekspor ikan tuna Uni Eropa terhadap ikan tuna Indonesia, kenaikan GNP Uni Eropa justru meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna asal Indonesia. Jumlah penduduk Uni Eropa yang meningkat akan menaikkan permintaan konsumsi ikan ikan tuna, yang akan meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di Uni Eropa.

Kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh pemerintah Uni Eropa, tak terkecuali pada ekspor ikan tuna asal Indonesia memberikan hubungan yang negatif pada permintaan ekspor ikan tuna Indonesia. Kebijakan yang diterapkan menyangkut tarif dan quota untuk melindungi ikan tuna produksi dalam negeri Uni Eropa dan negara-negara yang mempunyai hubungan dagang khusus dengan Uni Eropa, serta kebijakan menyangkut pembatasan dari sisi persyaratan kualitas dan higinitas membutuhkan usaha yang lebih giat lagi dari pemerintah dan pelaku penangkapan serta pengekspor ikan tuna untuk lebih meningkatkan kualitas ikan tuna Indonesia agar dapat lebih bersaing di pasar ekspor Uni Eropa. Variabel Trend yang menggambargan selera konsumen di Uni Eropa juga menunjukkan adanya peningkatan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari tahun ke tahun.

(12)

Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi ceteris paribus.

5.2.6. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor dari Jepang.

Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari Jepang disajikan pada Tabel 10. Hasil pendugaan parameter pada persamaan permintaan domestik dijelaskan oleh variabel harga ikan tuna Indonesia di pasar Jepang, Harga Salmon sebagai substitusi Ikan tuna, Harga ikan tuna Thailand di pasar Jepang, GNP Jepang, Populasi Jepang, Tarif yang dikenakan terhadap ikan tuna Indonesia di pasar Jepang, Konsumsi Ikan tuna perkapita di Jepang, Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Jepang terhadap ikan tuna Indonesia, serta Trend yang menggambarkan selera konsumsi ikan tuna masyarakat Jepang, dapat menjelaskan permintaan ekspor Jepang sebesar 83,18 persen. Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan.

Hasil pendugaan menunjukkan bahwa Harga Ikan tuna Indonesia di Jepang berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor ikan tuna dari Jepang. Kenaikan harga ikan tuna akan menurunkan permintaan ekspor ikan tuna Jepang. Harga salmon yang dipilih sebagai ikan yang dapat mensubstitusi ikan tuna karena sama-sama dapat dikonsumsi sebagai sashimi makanan favorit di Jepang, berhubungan positif dengan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia. Kenaikan harga salmon akan menaikkan permintaan ikan tuna Indonesia, karena masyarakat Jepang akan memilih mengkonsumsi ikan tuna sebagai pengganti salmon.

Harga ikan tuna Thailand sebagai negara eksportir kompetitor membawa pengaruh positif bagi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar Jepang. Ada kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan tuna dari pemasok yang memberikan harga yang lebih bersaing. Pendapatan Domestik Jepang justru memberikan pengaruh positif pada permintaan ekspor ikan tuna Jepang terhadap ikan tuna Indonesia, kenaikan GNP Jepang meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna asal Indonesia. Jumlah penduduk Jepang yang meningkat akan menaikkan permintaan konsumsi ikan tuna, yang akan meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di Jepang.

(13)

Tabel 10. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari Jepang.

Persamaan/Peubah Notasi Koefisien Prob Elastisitas

Total Permintaan

Ekspor dari Jepang XTJt - - -

Intersept C 30372987 0.161

Harga Ikan tuna

Indonesia di Jepang PTJt -1612012 0.08763* -8.710 Harga Salmon sebagai substitusi Ikan tuna PSUBSTJt 128091.2 0.09005* 0.679

Harga Ikan tuna Thailand di pasar Jepang

PTHAIJt 169978 0.08695* 1.008

Nilai Tukar Riil

Jepang ERRIILJt 92.23755 0.0002*** 0.410 Gross National Product Jepang GNPJt 5.207955 0.186 1.940 Jumlah penduduk Jepang POPJt 0.066346 0.0653* 2.193

Tarif Jepang yang dikenakan pada ikan tuna Indonesia

TRFJt -1073.83 0.04351** -0.004

Konsumsi Ikan tuna

per kapita di Jepang KONSJt

35062.25 0.4196 1.883

Kebijakan

pemerintah Jepang terhadap ekspor ikan tuna dari Indonesia KBJKJt -186987 0.0315 Trend TJt 121433.2 0.0827* 0.956 Adjusted R-squared 0,831868

*** = signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen ** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen * = signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen

Kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh pemerintah Jepang, tidak terkecuali pada ekspor ikan tuna asal Indonesia memberikan hubungan yang negatif pada permintaan ekspor ikan tuna Indonesia. Kebijakan yang diterapkan menyangkut tarif dan quota untuk melindungi ikan tuna produksi dalam negeri Jepang dan negara-negara yang mempunyai hubungan dagang khusus dengan Jepang, serta kebijakan menyangkut pembatasan dari sisi persyaratan kualitas dan higinitas membutuhkan usaha yang lebih giat lagi dari pemerintah dan pelaku

(14)

penangkapan serta pengekspor ikan tuna untuk lebih meningkatkan kualitas ikan tuna Indonesia agar dapat lebih bersaing di pasar ekspor Jepang. Variabel Trend yang menggambarkan selera konsumen di Jepang juga menunjukkan adanya peningkatan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari tahun ke tahun. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi ceteris paribus.

5.3. Validasi Model

Validasi model merupakan tahapan yang digunakan untuk mengetahui apakah model cukup valid untuk selanjutnya dilakukan simulasi alternatif kebijakan. Validasi model dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis sejauh mana model hasil penelitian dapat mewakili dunia nyata. Kriteria statistik untuk validasi nilai pendugaan model ekonometrika menggunakan beberarapa indikator, dalam penelitian ini yang digunakan adalah Root Means Squares Percent Error (RMSPE) untuk mengukur seberapa dekat nilai masing-masing peubah endogen hasil pendugaan mengikuti nilai data aktualnya pada periode pengamatan. Selain RMSPE digunakan Theils Inequality Coefficient (U) yang idealnya mendekati nol karena jika nilainya satu maka model dapat dikatakan naif. Validasi model faktor-faktor yang memengaruhi perdagangan ikan tuna Indonesia di pasar internasional dilakukan dengan simulasi dasar (baseline) untuk periode sampel pengamatan penelitian tahun 1990-2009 terhadap nilai aktualnya.

Hasil validasi model faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional, seperti yang disajikan pada Tabel 11 memperlihatkan dari seluruh persamaan, terdapat enam persamaan ( 85,71 persen) yang memiliki nilai RMSPE di bawah 30 persen. Artinya nilai prediksi masih dapat mengikuti kecenderungan data historisnya dengan baik. Dan secara umum semua persamaan (100 persen) memiliki nilai U Theil di bawah 0,3 sehingga dapat diartikan simulasi model yang digunakan pada analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional mengikuti data aktualnya dengan baik sehingga dapat dilakukan simulasi pada tahap selanjutnya.

(15)

Hasil validasi model faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional pasar internasional secara lengkap disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Validasi Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia di Pasar Internasional.

No. Peubah Notasi

Durbin Watson Statistik

RMSPE U

1 Produksi Ikan tuna

Indonesia QTt 2,42 1,2991 0,011997

2 Permintaan Ikan

tuna Domestik QDTt 2,32 6,9348 0,053589

3 Total Ekspor Ikan

tuna Indonesia XTt 2,29 5,7111 0,062492

4 Harga Ikan tuna

Domestik PTt 2,48 3,4367 0,030237 5 Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari Amerika Serikat XTASt 2,68 4,7144 0,042607 6 Permintaan Ekspor Ikan tuna

Indonesia dari Uni Eropa XTUEt 1,71 9,1132 0,149749 7 Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari Jepang XTJt 2,32 45,3243 0,042607

Tingkat autokorelasi dapat dilihat dari hasil statistik Durbin-Watson yang pada penelitian ini bernilai 1,71-2,68. Hal ini menunjukkan bahwa model faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional tidak memiliki masalah autokorelasi. Masalah autokorelasi dalam suatu model ekonometrik timbul apabila nilai dari statistik Durbin-Watson berada dibawah 1,21 dan diatas 2,79. Pada interval 2,35-2,79 tidak dapat disimpulkan ada atau tidaknya autokorelasi (Makridakis et al., 1995).

5.4. Hasil dan Pembahasan Simulasi Model

Untuk melihat dampak perubahan kebijakan maupun fenomena yang ada saat ini terhadap peubah-peubah endogen dalam sistem persamaan dilakukan beberapa simulasi perubahan variabel eksogen karena perubahan tersebut dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif atau bahkan mungkin tidak

(16)

membawa dampak sama sekali terhadap masing-masing peubah endogen. Evaluasi perubahan dilakukan untuk membandingkan dampak yang ditimbulkan dalam ekspor ikan tuna Indonesia.

Simulasi kebijakan yang dilakukan pada model faktor-faktor yang mempengarui permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional adalah: (1) Dampak penambahan jumlah kapal penangkap sebesar 25 persen, (2) Dampak penurunan suku bunga sebesar 2,5 persen, (3) Dampak penghapusan tarif impor oleh pemerintah Jepang, (4) Dampak penurunan harga Ikan tuna Indonesia di negara Amerika Serikat sebesar sepuluh persen.

5.4.1. Dampak kenaikan jumlah kapal penangkap sebesar 25 persen.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah menargetkan Indonesia sebagai penghasil produk perikanan terbesar di asia pada tahun 2015. Langkah utama yang digulirkan adalah membangun minapolitan di 11 WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan). Di dalamnya ada program penambahan 1.000 kapal penangkap ikan berbobot 30 ton ke atas pada 2011 atau kenaikan sebesar 25 persen dari rata-rata jumlah kapal pada periode penelitiam 1990-2009. Kapal ini akan dimiliki oleh koperasi atau kelompok nelayan.

Kebijakan pemerintah untuk mendorong peningkatan hasil penangkapan ikan tuna Indonesia disimulasikan dengan kenaikan jumlah kapal pengangkap yang disediakan pemerintah dan disalurkan melalui koperasi nelayan sebesar sepuluh persen. Simulasi tersebut dipandang cukup relevan untuk mencerminkan usaha kuat pemerintah dalam rangka mendorong kemajuan usaha penangkapan ikan tuna sehingga dapat diketahui bagaimana dampaknya terhadap permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar Internasional. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 12.

Kenaikan jumlah kapal penangkap ikan tuna sebesar 1000 kapal atau 25 persen dari rata-rata jumlah kapal periode penelitian menyebabkan produksi ikan tuna Indonesia mengalami peningkatan sebesar 6,50 persen. Naiknya produksi ikan tuna Indonesia menyebabkan terjadinya penurunan harga tuna domestik sebesar 0,28 persen, dan penurunan harga tuna domestik tersebut akan meningkatkan permintaan ikan tuna domestik sebesar 8,03 persen, hal ini sejalan

(17)

dengan target pemerintah dalam meningkatkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah dibandingkan dengan negara lain, bahkan di Asia. Peningkatan produksi ikan tuna Indonesia juga meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia ke AS sebesar 4,19 persen, ke Jepang sebesar 3,69 persen, dan ke UE sebesar 0,19 persen.

Tabel 12. Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Kenaikan Jumlah Kapal, Tahun 1990-2009 Peubah Nilai Dasar Nilai Simulasi Kebijakan Perubahan Unit persen

PTt (Harga Ikan tuna

Domestik) 3,501 3,491 -0,00980 -0,28

QDTt (Permintaan Ikan tuna

Domestik) 1919528 2073686,76 154158,69 8,03

QTt (Produksi Ikan tuna

Indonesia) 3892975 4146018,2 253042,75 6,50

XTt (Total Ekspor Ikan tuna

Indonesia) 1973447 2072331,4 98884,00 5,01

XTASt (Total Permintaan

Ekspor Ikan tuna Indonesia dari Amerika Serikat)

154278 160744,7 6466,68 4,19

XTJt (Total Permintaan

Ekspor Ikan tuna Indonesia dari Jepang)

1333921 1383078,6 49157,50 3,69

XTUEt (Total Permintaan

Ekspor Ikan tuna Indonesia dari Uni Eropa)

98262,78 98445,28 182,50 0,19

5.4.2. Dampak Kebijakan Penurunan Tingkat Suku Bunga oleh Bank Indonesia

Suku bunga investasi yang menjadi salah satu faktor yang memengaruhi produksi ikan tuna Indonesia merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dapat dilakukan atau dikendalikan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka mendorong investasi di bidang produksi dan ekspor ikan tuna segar Indonesia.

Kebijakan pemerintah di bidang moneter yang disimulasikan dengan menurunkan suku bunga sebesar 2,5 persen dipandang cukup relevan untuk melihat bagaimana dampak penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia terhadap

(18)

permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar Internasional. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga oleh Bank Indonesia.

Peubah Nilai Dasar Nilai Simulasi Kebijakan Perubahan Unit persen

PTt (Harga Ikan tuna Domestik) 3,501 3,496 -0,005 -0,14

QDTt (Permintaan Ikan tuna

Domestik) 1919528 1953433,69 33905,615 1,77

QTt (Produksi Ikan tuna

Indonesia) 3892975 3997637,8 104662,350 2,69

XTt (Total Ekspor Ikan tuna

Indonesia) 1973447 2044204,11 70756,710 3,59

XTASt (Total Permintaan

Ekspor Ikan tuna Indonesia dari Amerika Serikat)

154278 158381,55 4103,518 2,66

XTJt (Total Permintaan Ekspor

Ikan tuna Indonesia dari Jepang) 1333921 1347477,79 13556,639 1,02

XTUEt (Total Permintaan

Ekspor Ikan tuna Indonesia dari Uni Eropa)

98262,78 99340,2 1077,420 1,10

Penurunan suku bunga investasi sebesar 2,5 persen akan berpengaruh meningkatkan produksi ikan tuna Indonesia sebesar 2,69 persen. Produksi ikan tuna yang memerlukan investasi sangat besar untuk biaya tangkap, pendaratan,

cold storage, pengepakan, dan penyimpanan stok di kapal penangkap sebelum

ikan tuna diturunkan di pelabuhan sangat bergantung pada suku bunga dalam rangka pemodalan dan keputusan investasi, sehingga terlihat bahwa penurunan suku bunga investasi memberikan dampak langsung terhadap kenaikan produksi ikan tuna Indonesia.

Kenaikan produksi ikan tuna Indonesia ternyata meningkatkan pula total ekspor ikan tuna segar Indonesia sebesar 3,59 persen. Total ekspor ikan tuna Indonesia yang merupakan agregat permintaan ekspor ikan tuna segar ke Jepang, AS, UE dan ROW meningkat 3,59 persen karena peningkatan permintaan AS

(19)

yang meningkat 2,66 persen, permintaan Jepang yang meningkat 1,02 persen, dan permintaan UE yang meningkat sebesar 1,10 persen.

5.4.3. Dampak Kebijakan Penghapusan Tarif Impor Ikan Tuna Indonesia oleh Pemerintah Jepang.

Kebijakan pemerintah Indonesia dalam membina hubungan baik dengan

pihak Jepang sebagai negara pengimpor ikan tuna Indonesia terbesar saat ini membuahkan hasil yang menggembirakan dalam hal penurunan tarif impor ikan tuna yang dibebankan pemerintah Jepang terhadap ikan tuna Indonesia. Negosiasi yang dilakukan oleh kementerian terkait yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan berkolaborasi dengan Kementerian Perdagangan terus dilanjutkan dalam rangka mempererat kerjasama perdagangan dengan Jepang dan mendapat pembebasan tarif sehingga mendapatkan tarif 0 persen. Simulasi tersebut dipandang cukup relevan untuk mencerminkan usaha pemerintah dalam rangka mendukung ekspor ikan tuna Indonesia. Sehingga dapat diketahui bagaimana dampaknya terhadap permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar Internasional. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 14.

Kerjasama yang terjalin antara Jepang dan Indonesia merupakan kerjasama yang saling menguntungkan mengingat terus meningkatnya konsumsi ikan tuna masyarakat Jepang dan pihak Jepang memerlukan pasokan ikan tuna segar berkualitas, sementara di sisi lain hasil produksi ikan tuna Indonesia yang tidak terkonsumsi di dalam negeri Indonesia memerlukan pasar internasional yang sampai saat ini masih didominasi oleh tiga negara pengimpor utama yang Jepang masih menjadi pemimpin dalam hal nilai dan volume impornya.

Pembebasan tarif yang disimulasikan diterapkan oleh negara Jepang, akan

menaikkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di negara Jepang sebesar 8,97

persen, merupakan jumlah yang sangat positif bagi perkembangan ekspor ikan tuna Indonesia. Dengan bertambahnya permintaan ekspor dari negara Jepang, karena total ekspor merupakan penjumlahan ekspor ke negara Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa, maka terlihat terjadi penurunan sebesar 1,87 persen di Uni

Eropa, dan sebesar 2,21 persen di Amerika Serikat, meskipun secara agregat total

ekspor ikan tuna Indonesia mengalami kenaikan sebesar 14,17 persen. Kenaikan

(20)

tuna, sehingga mampu menaikkan produksi ikan tuna sebesar 2,44 persen. Namun kenaikan permintaan ekspor menyebabkan kenaikan harga ikan tuna

domestik cukup tinggi yaitu sebesar 15,05 persen, sehingga menurunkan

permintaan ikan tuna domestik sebesar 9,62 persen.

Tabel 14. Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Dampak Penghapusan Tarif Impor Ikan Tuna Indonesia oleh Pemerintah Jepang.

Peubah Nilai Dasar Nilai Simulasi Kebijakan Perubahan Unit persen

PTt (Harga Ikan tuna

Domestik) 3,501 4,028 0,527 15,05

QDTt (Permintaan Ikan tuna

Domestik) 1919528 1734791,55 -184736,525 -9,62

QTt (Produksi Ikan tuna

Indonesia) 3892975 3987792,55 94817,100 2,44

XTt (Total Ekspor Ikan tuna

Indonesia) 1973447 2253001 279553,600 14,17

XTASt (Total Permintaan

Ekspor Ikan tuna Indonesia

dari Amerika Serikat) 154278 150864,7 -3413,330 -2,21

XTJt (Total Permintaan Ekspor

Ikan tuna Indonesia dari

Jepang) 1333921 1453584,15 119663 8,97

XTUEt (Total Permintaan

Ekspor Ikan tuna Indonesia

dari Uni Eropa) 98262,78 96425,78 -1837 -1,87

Dalam rangka mempertahankan agar stabilitas pangan bermutu bagi

konsumsi domestik tetap terjaga, maka perlu adanya kebijakan pembatasan oleh pemerintah Indonesia agar para eksportir ikan tuna tetap memprioritaskan untuk mencukupi kebutuhan domestik sebelum memenuhi permintaan ekspor ikan tuna dari pasar internasional, sehingga untuk tetap mampu memenuhi permintaan ekspor yang meningkat, perlu dipikirkan tekhnologi dan kebijakan lanjutan untuk meningkatkan produksi ikan tuna Indonesia secara maksimal dengan tetap menjaga kelestarian laut Indonesia, sehingga tetap dapat mencukupi kebutuhan domestik dan permintaan ekspor ikan tuna di tahun-tahun mendatang.

(21)

5.4.4. Dampak Penurunan Harga Ekspor Ikan Tuna Indonesia di Negara Amerika Serikat Sebesar 10 persen.

Krisis berkepanjangan di negara Amerika Serikat akhir-akhir ini ternyata

telah berhasil memicu terjadinya perubahan terhadap permintaan komoditas dari negara tersebut sehingga menurunkan harga komoditi di Amerika Serikat dan diprediksi akan terus turun untuk tahun depan karena krisis global belum akan membaik. Untuk itu simulasi penurunan harga ikan tuna Indonesia di Amerika Serikat perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh penurunan harga ikan tuna Indonesia di Amerika Serikat tersebut terhadap permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional. Hasil simulasinya ditampilkan pada Tabel 15.

Tabel 15. Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Dampak penurunan harga ekspor ikan tuna Indonesia di negara Amerika Serikat sebesar 10 persen.

Peubah Nilai Dasar

Nilai Simulasi Kebijakan

Perubahan

Unit persen

PTt (Harga Ikan tuna

Domestik) 3,501 3,498 -0,0031 -0,09

QDTt (Permintaan Ikan tuna

Domestik) 1919528 1945792,55 26264,47 1,37

QTt (Produksi Ikan tuna

Indonesia) 3892975 3887792,55 -5182,9 -0,13

XTt (Total Ekspor Ikan tuna

Indonesia) 1973447 1942000 -31447,4 -1,59

XTASt (Total Permintaan

Ekspor Ikan tuna Indonesia

dari Amerika Serikat) 154278 179042 24763,97 16,05

XTJt (Total Permintaan Ekspor

Ikan tuna Indonesia dari

Jepang) 1333921 1232921,15 -101000 -7,57

XTUEt (Total Permintaan

Ekspor Ikan tuna Indonesia

dari Uni Eropa) 98262,78 98147,215 -115,57 -0,12

. Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa penurunan harga ikan tuna Indonesia di negara Amerika Serikat sebesar 10 persen berpengaruh juga terhadap

(22)

penurunan harga domestik yang selalu mengikuti perkembangan harga ikan tuna dunia sebesar 0,09 persen. Turunnya harga ikan tuna domestik akan menyebabkan penurunan produksi ikan tuna sebesar 1,37 persen karena ekspektasi negatif dari para pelaku usaha penangkapan ikan tuna akibat penurunan harga.

Penurunan harga domestik menaikkan permintaan ikan tuna domestik sebesar 1,37 persen, hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang menyatakan bahwa permintaan akan meningkat saat harga komoditas turun, searah dengan meningkatnya permintaan ikan tuna Indonesia di negara Amerika Serikat. Setelah melihat hasil simulasi penurunan harga ikan tuna Indonesia di Amerika Serikat sebesar 10 persen, diharapkan para pelaku usaha tuna dalam negeri dapat lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi dampak penurunan harga ikan tuna di Amerika Serikat tersebut, sehingga dapat dijaga jangan sampai terjadi penurunan produksi hasil tangkapan yang akan menurunkan total ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional.

Gambar

Tabel 7. Hasil Pendugaan Parameter Harga Ikan tuna Domestik
Tabel 8. Hasil Pendugaan Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari AS.
Tabel 9. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari  UE.
Tabel 10. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari  Jepang
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian kinerja (performance) menurut Suntoro (1999: 12) adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai

Penulis dapat mencantumkan hal-hal yang telah Penulis pelajari dari literatur lain selama melakukan penelitian.. Studi Literatur sebaiknya menunjukkan pendekatan

Berdasarkan data wawancara dan survei awal bulan Februari 2019 para petambak ikan kerapu khususnya tambak “Kompak bersama” di Kabupaten Batu Bara dimana ketua

Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan desain bangunan warga di Desa Sugihwaras menggunakan bentuk desain bangunan yang hampir sama dengan kebanyakan rumah

 Ketatalaksanan Penyelenggaraan RPIJM di instansi pemerintah, menguraikan kebutuhan pembentukan peraturan daerah baru untuk mendukung penyelenggaraan program

LAPORAN YANG DISUSUN OLEH PERUSAHAAN (KOPERASI) UNTUK SATU PERIODE (TAHUN) TERTENTU. • Umumnya terdiri

Penelitian mengenai konservatisme akuntansi dan good corporate governance sebagai variabel moderasi telah sering dilakukan dalam penelitian terdahulu.Penelitian

Usahakan jangan membawa uang cash dengan nominal besar, selain tidak aman, transaksi belanja dan perbankan di Belanda akan lebih mudah dan praktis dilakukan dengan kartu ATM