• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA BANK INDONESIA (BI RATE) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA BANK INDONESIA (BI RATE) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA BANK INDONESIA (BI RATE)

TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA

EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2005 – 2012

Muchajjir Syah. Mohammad

Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo

JL. Jendral Sudirman No 6.

Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh Tingkat Suku Bunga BI Rate, terhadap IHSG disamping kesenjangan yang terjadi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi sederhana yang dilakukan dengan SPSS 16. Analisis regresi sederhana adalah proses mengestimasi (menaksir) sebuah fungsi hubungan antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen (X) periode 2005 – 2012. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh nilai thitung > ttabel maka HO ditolak atau HA diterima artinya ada pengaruh

antara BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Dari 100% terdapat hubungan variabel BI Rate dengan Indeks Harga Saham Gabungan ditunjukan oleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,687 atau sebesar 68,7%. Sesuai pedoman interpretasi hubungan antara kedua variabel adalah kuat. Sementara sisanya sebesar 31,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Adapun variabel lain tersebut diantaranya tekanan inflasi, rasio - rasio keuangan lainnya, deviden yang dibagikan oleh perusahaan kepada investor dan faktor - faktor laiinnya.

Kata Kunci : BI Rate, IHSG, bursa efek, pasar modal

PENDAHULUAN

Setiap perusahaan manapun baik yang sudah terdaftar di bursa efek Indonesia maupun yang belum terdaftar, yang sudah go public ataupun yang belum go public sangat membutuhkan pasar keuangan

sebagai pendukung sumber

pendanaannya. Pasar keuangan itu sendiri terdiri dari pasar uang dan

pasar modal. Pasar uang lebih banyak dimanfaatkan oleh perbankan dan sebagian kecil perusahaan - perusahaan besar, sedangkan pasar modal lebih ke perusahaan - perusahaan untuk mencari dana dalam jumlah besar serta dimanfaatkan para investor untuk penanaman modalnya. Dengan demikian pasar modal bisa digunakan

(2)

sebagai salah satu alternatif sumber dana bagi perusahaan dan sebagai instrumen investasi bagi para investor.

Untuk melihat perkembangan pasar modal Indonesia salah satu indikator yang sering digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bursa efek Indonesia meliputi pergerakan - pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen. Indikator pasar modal ini dapat berfluktuasi seiring dengan perubahan indikator - indikator makro yang ada. Seiring dengan indikator pasar modal, indikator ekonomi makro juga bersifat fluktuatif.

Banyak teori dan penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sangat dipengaruhi oleh beberapa indikator. Secara teori tingkat suku bunga dan harga saham berpengaruh negatif, tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan dan banyak hal, sehingga kesempatan - kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi (Tandelilin,

2010). Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang akan ditanggung perusahaan dan juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat. Sedangkan menurut penelitian terdahulu oleh (Blanchard, 2006) banyak faktor yang dapat mempengaruhi indeks saham, antara lain perubahan tingkat suku bunga bank sentral, keadaan ekonomi global, tingkat harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara, dan lain lain. Selain faktor tersebut, perilaku investor sendiri juga akan memberi pengaruh terhadap pergerakan indeks saham. Berikut adalah data lengkap tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005 – 2012 :

(3)

Tabel 1.1

Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI

Rate) dan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) Tahun 2005 – 2012

Sumber:http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/D ata+BI+Rate/danhttp://finance.yahoo.com/q/hp?s=^JK SE+Historical+Prices

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa pengaruh tingkat suku bunga BI Rate terhadap IHSG sangatlah bervariasi. Pada periode tahun 2005 – 2006, 2008 – 2009, dan 2010 – 2011 BI Rate dan IHSG menunjukan pengaruh positif. Keduanya bergerak searah, ketika BI Rate naik ataupun turun IHSG juga akan mengikuti pergerakannya. Fenomena ini berbeda dengan penelitian terdahulu, sedangkan pada periode 2006 – 2007, 2007 – 2008, 2009 – 2010, 2011 – 2012 BI Rate dan IHSG menunjukan pengaruh negatif. Keduanya bergerak berlawanan, ketika BI rate naik IHSG akan turun dan sebaliknya. Fenomena ini sesuai dengan penelitian terdahulu

oleh (Tandelilin, 2010 dan Blanchard, 2006) yang mengatakan bahwa suku bunga dan harga saham berpengaruh negatif.

Jika melihat secara

keseluruhan, apapun yang terjadi pada BI Rate persentase IHSG terus mengalami kenaikan. Dari tahun 2005 yang persentasenya 1.089,73 poin hingga tahun 2012 mencapai 4.118,83 poin walaupun sedikitnya mengalami penurunan pada tahun – tahun sebelumnya. Terus meningkatnya IHSG ini tidak lain adalah tingkat suku bunga (BI Rate) yang secara garis besar mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kesempatan ini digunakan oleh investor untuk terus aktif dalam perdagangan dibursa efek Indonesia. Namun pada periode 2006 – 2007, 2007 – 2008, 2009 – 2010, 2011 – 2012 adalah menurunnya IHSG yang diakibatkan oleh suku bunga (BI Rate) yang mengalami kenaikan dan sebaliknya, sedangkan pada periode 2005 – 2006, 2008 – 2009, dan 2010 – 2011 terjadi peristiwa yang tidak normal yakni

menurunnya BI Rate yang

menyebabkan harga saham juga menurun dan sebaliknya.

Tahun BI Rate (%) IHSG (poin)

2005 9,18 1.089,73 2006 11,83 1.343,19 2007 8,6 2.210,98 2008 8,67 2.087,59 2009 7,15 2.014,07 2010 6,5 3.095,13 2011 6,58 3.746,07 2012 5,77 4.118,83

(4)

Pergerakan saham yang tiap harinya tidak menentu membuat semua hal bisa saja terjadi, sehingga dengan tidak konsistennya hasil ini, tentu memiliki dampak bagi perekonomian terutama untuk Indonesia dalam hal ini BEI. Maka dari permasalahan ini saya dapat mengangkat sebuah judul “Pengaruh

Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2012”.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, seberapa besar pengaruh tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2012 ?

Sedangkan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 - 2012.

Menurut Prasetiantono (2000) mengenai suku bunga, jika suku bunga tinggi otomatis orang akan lebih

suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portofolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu

indikator untuk memantau pergerakan harga seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. IHSG mulai diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983. Bahkan dewasa ini IHSG dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market)”.

Menurut Robert Ang (1997), pengertian IHSG adalah “Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan

(5)

suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat dalam suatu bursa efek. IHSG ini ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang bersangkutan secara resmi dan ada yang dikeluarkan oleh institusi swasta tertentu seperti media masa keuangan, institusi keuangan, dan lain - lain”

Hipotesis. Berdasarkan kajian

teori dan penelitian terdahulu, maka diduga terdapat pengaruh negatif tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (2005 – 2012).

Berdasarkan perencanaan penelitian maka hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :

1. Berpengaruh

Ha = jika β = 0 (ada pengaruh antara BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan), Jika t hitung ≥ t tabel : HO ditolak atau HA diterima

2. Tidak berpengaruh

Ho = jika β = 0 (tidak ada pengaruh antara BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan), Jika t hitung ≤ t tabel : HO diterima atau HA ditolak

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yakni menganalisis adanya pengaruh variabel yang satu dengan yang lain yang dalam penelitian ini yaitu variabel X (Suku Bunga Bank Indonesia) dan variabel Y (Indeks Harga Saham Gabungan).

Metode penelitian ini bersifat korelasional yang menjelaskan pengaruh tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Dengan demikian peneliti menggambarkan fakta - fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisis untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

Adapun desain penelitiannya, dapat digambarkan sebagai berikut:

X = (BI Rate) Y = (IHSG)

(6)

Teknik Analisis Data

Analisis regresi sederhana adalah

proses mengestimasi (menaksir) sebuah fungsi hubungan antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen (X). Dalam suatu persamaan regresi besarnya nilai variabel dependen adalah tergantung pada nilai variabel lainnya.

Persamaan regresi linier sederhana Y terhadap X adalah :

1. Model populasi regresi linier sederhana dinyatakan dalam persamaan :

Yᵢ = α + βXᵢ + ɛᵢ ...2,3

2. Model sampel (penduga) untuk regresi linier sederhana :

Ỹᵢ = a + bXᵢ ...1,2,3 Dimana :

Xᵢ = Variabel Bebas (Independen) Yᵢ = Variabel Terikat (Dependen) a = Penduga bagi Intersep (α) b = Penduga bagi koefisien regresi (β)

i = 1,2,3,...

Nilai α dan β adalah parameter yang nilainya tidak diketahui sehingga diduga menggunakan statistik sampel. Komponen sisaan / kesalahan (ɛᵢ= galat) menunjukkan :

a. Pengaruh dari variabel yang tidak dimasukkan dalam persamaan regresi karena berbagai pertimbangan.

b. Penetapan persamaan yang tidak sempurna.

c. Kesalahan pengukuran dalam pengumpulan dan pemrosesan data.

Nilai a menunjukkan intersep (konstanta) persamaan tersebut, artinya untuknilai variable X = 0 maka besarnya Y = aparameter b menunjukkan besarnya koefisien (slope) persamaan tersebut, nilai ini menunjukkan besarnya perubahan nilai Y jika nilai X berubah sebesar satu satuan, (Sesuai dengan tujuan penelitian ini Seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga Bank Indonesia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dibursa efek Indonesia ? Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

b ( ) ( )( )

( ) ( ) dan

Kegunaan analisis korelasi

sederhana untuk mengetahui derajat

(7)

(independent) dengan variabel terikat Y (dependent).

Rumus korelasi sederhana adalah :

( )( )

√* ̵ ( ) +* ( ) +

Koefisien korelasi sederhana dilambangkan (r) adalah suatu ukuran arah dan kekuatan hubungan linier antara dua variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), dengan ketentuan nilai r berkisar dari harga (-1≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna (menyatakan arah hubungan antara X dan Y adalah negatif dan sangat kuat), r = 0 artinya tidak ada korelasi, r = 1 berarti korelasinya sangat kuat dengan arah yang positif. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tingkat Hubungan Nilai r

Interval Koefisien Tingkat hubungan 0,800 – 1,000 Sangat Kuat 0,600 – 0,799 Kuat 0,400 – 0,599 Cukup Kuat 0,200 -0,399 Rendah 0,000-0,1999 Sangat Rendah

Besar kecilnya sumbangan nilai variable X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinasi sebagai berikut :

R² = r² x 100%

Dimana :

R² = Nilai koefisien determinasi r = Nilai koefisien korelasi

Pengujian signifikansi berfungsi apabila penelitian ingin mencari makna dari hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi tersebut diuji signifikansi sebagai berikut :

Ho = Variable X tidak berhubungan secara signifikan dengan variabel Y Ha = Variabel X berhubungan secara signifikan dengan variabel Y

Dasar Pengambilan Keputusan :

1. .Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau (0,05 ≤ sig), maka diterima dan ditolak, artinya tidak signifikan.

2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau (0,05 ≥ sig), maka ditolak dan diterima, artinya signifikan.

(8)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Regresi Sederhana

Tabel berikut ini merupakan hasil pengolahan data dari variabel BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam penelitian ini :

Tabel 4.3

Data Hasil Koefisien Regresi Coefficientsa

Memperhatikan hasil analisa koefisien regresi linear pada tabel 4.3 didapatkan informasi persamaan garis regresi yakni Ŷ = 6.175,76 - 462,05 X. Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan bahwa :

1) Constant sebesar 6.175,76 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel X maka variabel Y adalah 6.175,76

2) Koefisien regresi sebesar -462,05 menyatakan bahwa setiap peningkatan satu satuan variabel X akan menurunkan atau mengurangi variabel Y sebesar -462,05 dengan anggapan variabel bebas lain besarnya konstan.

Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan pada bab sebelumnya maka peneliti menggunakan uji t. Uji t dilakukan untuk membandingkan antara t hitung dengan t tabel pada = 0,5 atau 5%, berdasarkan uji dua sisi (two tailed test) dan derajat kebebasan (n-k-1) dimana k adalah jumlah variabel independent dan n sebagai jumlah sampel yang diteliti dengan kriteria sebagai berikut :

 Ha = jika β = 0 (ada pengaruh antara BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan) Model Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficien ts T Sig. B Std. Error Beta 1 1 (Constant) 6175.768 1048.92 2 5.888 .001 BI_Rate -462.050 127.281 -.829 3.630 .011

a. Dependent Variable: IHSG

(9)

 Ho = jika β = 0 (tidak ada pengaruh antara BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan)

Selanjutya untuk menerima atau menolak hipotesis adalah dengan ketentuan :

 Jika t hitung ≤ t tabel : HO

diterima atau HA

ditolak

 Jika t hitung ≥ t tabel : HO

ditolak atau HA

diterima

Dari tabel 4.3 diperoleh nilai thitung = 3,630 sedangkan nilai ttabel

pada α = 0.5 atau 5% yakni sebesar 2,364. Hal ini berarti nilai thitung = 3,630

> nilai ttabel 2,364 atau dengan kata lain

nilai thitung > ttabel maka HO ditolak atau

HA diterima artinya ada pengaruh

antara BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

Analisis Korelasi

Besarnya pengaruh antara BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dapat diketahui dengan analisis korelasi. Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel X dan variabel Y dapat dilihat pada tabel berikut ini yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010) :

Tabel 4.4

Pedoman Interprestasi

Inter koefisien Tingkat Pengaruh 0.00 – 0.19 Sangat Rendah 0.20 - 0.39 Rendah 0.40 – 0.59 Sedang 0.60 – 0.79 Kuat 0.80 – 1.00 Sangat Kuat

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, maka dapat diketahui tingkat keeratan hubungan variabel X dan variabel Y dalam peneltiian ini. Dalam penelitian ini nilai R2 (terlampir) adalah sebesar 0,687 atau sebesar 68,7%. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh dari BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kuat dan positif yang berarti bahwa dengan menurunnya BI Rate, maka akan meningkatkan Indeks Harga Saham Gabungan seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini :

(10)

Tabel 4.5 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .829a .687 .635 659.19032

a. Predictors: (Constant), BI_Rate b. Dependent Variable: IHSG

Sumber : Data diolah

Pada tabel diatas, terlihat bahwa hubungan variable BI Rate dengan Indeks Harga Saham Gabungan ditunjukan oleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,687 atau sebesar 68,7%. Sementara sisanya sebesar 31,3% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Adapun variable lain tersebut diantaranya tekanan inflasi, rasio – rasio keuangan lainnya, deviden yang dibagikan oleh perusahaan kepada investor dan faktor – faktor laiinnya.

Pembahasan

Sesuai apa yang diperoleh dari data deskriptif penelitian tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan, didapat hasil sebagai berikut :

1. Apapun yang terjadi pada BI rate persentase IHSG terus mengalami kenaikan. Dari tahun 2005 yang persentasenya 1.089,73 poin hingga tahun 2012 mencapai 4.118,83 poin walaupun sedikitnya mengalami penurunan pada tahun – tahun

sebelumnya. Terus

meningkatnya IHSG ini tidak lain adalah tingkat suku bunga (BI Rate) yang secara garis besar mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kesempatan ini digunakan oleh investor untuk terus aktif dalam perdagangan dibursa efek Indonesia. Namun pada periode 2006 – 2007, 2007 – 2008, 2009 – 2010, 2011 – 2012 adalah menurunnya IHSG yang diakibatkan oleh suku bunga (BI Rate) yang mengalami kenaikan pada saat itu dan sebaliknya, sedangkan pada periode 2005 – 2006, 2008 – 2009, dan 2010 – 2011 terjadi peristiwa yang tidak normal yakni menurunnya BI Rate yang menyebabkan harga saham juga menurun dan sebaliknya.

(11)

Hal ini menunjukan penyebab naik atau turunya harga saham bukanlah tergantung pada suku bunga saja, namun ada faktor - faktor lain seperti inflasi, nilai tukar mata uang asing dan terutama krisis ekonomi yang terjadi pada tahun tersebut. Disamping itu perilaku investor yang mungkin lebih suka dengan resiko juga akan

mempengaruhi dampak

pengaruh suku bunga terhadap harga saham (Blanchard, 2006).

2. Menurunnya BI Rate dari tahun ketahun merupakan kabar baik bagi para investor, karena dengan turunnya BI Rate maka harga saham akan ikut naik. Jika harga saham naik, maka secara keseluruhan indeks harga saham gabungan pun akan ikut naik. Sebaliknya, jika BI Rate tinggi otomatis masyarakatakan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan

pengembalian yang

menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah

karena mereka sibuk

mengalokasikannya ke dalam bentuk portofolio perbankan (deposito dan tabungan).

3. Terlihat secara umum bahwa BI Rate terus mengalami penurunan, karena sebelumnya harga saham terus mengalami kenaikan, dengan pengecualian pada tahun 2005 - 2006 BI Rate mengalami kenaikan yang signifikan (2,65 %). Tingkat suku bunga BI Rate mengalami kenaikan cukup tajam pada periode tahun 2005 - 2006 disebabkan oleh tingkat inflasi yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan Bank Indonesia harus menyesuaikan tingkat

suku bunga untuk

mengendalikan inflasi. Pada tahun selanjutnya BI Rate kembali membaik walaupun sedikitnya naik sekian persen pada tahun 2007 - 2008 (0,07 %) dan 2010 – 2011 (0,08 %). Sesuai hipotesis pada bab II, terdapat pengaruh negatif antara tingkat suku bunga Bank Indonesia dengan Indeks Harga Saham Gabungan, hipotesis tersebut terbukti. Hasil tersebut membuktikan bahwa turunnya suku bunga akan mendorong harga saham untuk naik. Kebijakan

(12)

yang dikeluarkan oleh BI Rate benar – benar mendukung perekonomian di Indonesia dengan menstabilisasikan penyebab naik atau turunnya harga saham dengan melakukan berbagai pertimbangan terhadap suku bunga.

Hasil ini dapat menjadi hasil pertimbangan bagi para investor agar lebih memperhatikan tingkat suku bunga yang terbukti sangat mempengaruhi harga saham. Dan penelitian ini juga mendukung penelitian – penelitaian sebelumnya yang mengatakan suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham (Tandelilin, 2010 dan Blanchard, 2006).

Menurut (Samsul, 2006) tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik

investasi sahamnya dan

memindahkannya pada investasi yang menawarkan tingkat pengembalian yang lebih aman, seperti deposito. Menurut (Jones, 2004) suku bunga yang tidak terkendali dapat menyebabkan turunnya return saham, karena kenaikan tingkat suku bunga akan berdampak negatif terhadap harga saham.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat suku bunga Bank

Indonesia (BI Rate)

berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga Bank Indonesia berpengaruh negatif terhadap IHSG, ketika tingkat suku bunga naik maka harga saham akan turun dan sebaliknya. Sesuai apa yang telah diuraikan sebelumnya terjadi peristiwa yang tidak normal yakni menurunnya suku bunga BI Rate yang menyebabkan harga saham juga turun dan sebaliknya. Jadi, naik atau turunya harga saham bukanlah tergantung pada suku bunga saja, namun ada faktor - faktor lain seperti inflasi, nilai tukar mata uang asing dan terutama krisis ekonomi yang terjadi pada tahun tersebut. Disamping itu perilaku investor yang mungkin lebih suka dengan

resiko juga akan

(13)

pengaruh suku bunga terhadap harga saham.

2. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh nilai thitung > ttabel maka

HO ditolak atau HA diterima

artinya ada pengaruh antara BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Dari 100% terdapat hubungan variabel BI Rate dengan Indeks Harga Saham Gabungan ditunjukan oleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,687 atau sebesar 68,7%. Sesuai pedoman interpretasi hubungan antara kedua variabel adalah kuat.

3. Hasil penelitian ini memperkuat dari landasan teori mengenai tingkat suku bunga yang telah diuraikan di bab II. Selain itu, hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya bahwa suku bunga dan harga saham

berpengaruh negatif.

Sedangkan pengaruh yang tidak konsisten adalah peristiwa yang tidak normal yang diakibatkan oleh faktor – faktor lain penyebab naik atau turunnya harga saham.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti dapat memberikan beberapa saran, yakni :

1. Bagi investor yang melakukan investasi khususnya di

Indonesia sebaiknya

memperhatikan tingkat suku bunga Bank Indonesia sebelum

mengambil keputusan

berinvestasi. Hal tersebut telah terbukti berpengaruh negatif terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan di BEI, sehingga dapat digunakan

sebagai bagian dari

pertimbangan untuk

memprediksi IHSG dan

kemudian dapat mengambil keputusan dalam berinvestasi. Investor juga sebaiknya menggunakan informasi - informasi lainnya yang dapat digunakan untuk referensi dalam pengambilan keputusan berinvestasi karena tentu banyak faktor lain yang mempengaruhi pergerakan indeks harga saham selain BI Rate yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel

(14)

sebagai faktor yang

memperngaruhi IHSG

sementara faktor - faktor yang mempengaruhi IHSG tentunya lebih banyak selain yang digunakan dalam penelitian ini. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar

menggunakan kombinasi

dengan variabel - variabel independen lain yang lebih banyak, seperti inflasi, kurs mata uang asing, harga minyak dunia, harga emas dunia, dan lain sebagainya. Sisanya sebesar 31,3% adalah variabel - variabel independen tersebut yang tidak dimasukan dalam penelitian ini.

3. Periode pengamatan yakni hanya delapan tahun (2005 - 2012). Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mengambil periode yang lebih lama sehingga hasil penelitian menjadi lebih kuat dalam mencerminkan keadaan yang sebenarnya terkait faktor - faktor yang mempengaruhi IHSG.

DAFTAR PUSTAKA

Adisetiawan, 2009. “Hubungan Tingkat

Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Inflasi & IHSG periode 2006 - 2010”. Fakultas

Ekonomi Universitas Batanghari Jambi

Ahmad, Jamli. 1992. Dasar-dasar Keuangan Internasional.

BPFE-UGM. Yogyakarta

Amin, Z. Muhammad, 2012. “Pengaruh

Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar (USD/IDR), Dan Indeks Dow Jones (DJIA) Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2008-2011)”. FEB UB

Ang, Robert. 1997. “ Buku Pintar : Pasar

Modal Indonesia “. First Edition

Mediasoft Indonesia

Anwar, Khoirul. (2010). “Pengaruh inflasi,

Suku Bunga SBI, Kurs dan IHSG Terhadap Reksadana Saham”.

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas. Surabaya

Ben S. Bernanke, and Kenneth N. Kuttner. 2003. “What Explaint the Stock

Market’s Reaction to Federal

Reserve Policy” Available: www.federalreserve.gov

(15)

Bhamra, H.S. 2002. “International Stock

Market Integration : A Dynamic

General Equilibrium Approach

Blanchard, Olivier. 2006.

Macroeconomics 4th Edition.

Pearson Prentice Hall. New Jersey

Bodie Zvi, Kane Alex, Marcus Alan . 2006.

Investments. Salemba Empat.

Jakarta

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan Program SPSS BP Undip. Semarang

Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika

Dasar. Erlangga. Jakarta

Hajiji, Ajid. 2008. “Pengaruh Kurs Dolar

Amerika Serikat, Suku Bunga SBI dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta (2000–2008)”.

Institute Pertanian Bogor. Bogor Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori

Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Jones, C.P. 2004. Investment: Analysis

and Management, 9th ed. USA:

John Willey and Son

Karim, A.B. & Majid A.S.M. & Karim. A.A.S. 2009. “ Financial Integration Between Indonesia & His Major Trading Partners

University Malaysia Sarawak, International Islamic University Malaysia, University Teknologi Petronas

Nasry, Amir. 2003. Globalization Effect

on Stock Exchange Integration.

Avaliable : www.proquest.com Pieper P, & Vogel R. 1997. “The Stock

Market Integration In Latin America”,CAER II Discussion Paper No. 21, Harvard Institute for International Development

Prasetiantono, A.T. 2000. Keluar dari

Krisis. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka

Rivai, F. Anang. (2008). “Pengaruh

return IHSG, SBI, Inflasi dan

Suku Bunga Bank Terhadap

return NAB Reksadana di BEI”.

Universitas Esa Unggul. Jakarta Samsul, Mohammad. 2008. Pasar Modal

dan Manajemen Portofolio.

Erlangga. Jakarta

Sunariyah, 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.

Cetakan Keempat. UPP AMP YKPN. Yogyakarta

Sunariyah, 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi

Kelima. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

(16)

Sutrisno, 2009. Manajemen Keuangan

Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi

Ketujuh. EKONISIA. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta

Tandelilin, Eduardus. (2010). Portofolio

dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi (1).Yogyakarta: Kanisius

Witjaksono, A. Ardian. 2010. “Analisis

Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG (2000-2009)”. (Doctoral

dissertation. Universitas Diponegoro. Semarang

Sumber lain :

BI Rate : “Data BI Rate”

http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rat e/Data+BI+Rate/

Detik Finance : “Apa IHSG itu ?”

http://bursa.ariefew.com/info/apa-ihsg/

Finance Yahoo : “Data IHSG”

http://finance.yahoo.com/q/hp?s=^JKS E+Historical+Prices

www.financeyahoo.com, Indeks Harga

Saham Gabungan Tahun 2005 – 2012

www.bi.go.id, Suku Bunga Indonesia

Bank Indonesia Tahun 2005 2012

Gambar

Tabel 3.1 Tingkat Hubungan Nilai r
Tabel  berikut  ini  merupakan  hasil  pengolahan  data  dari  variabel  BI  Rate  terhadap  Indeks  Harga  Saham  Gabungan  (IHSG)  dalam  penelitian  ini  :
Tabel 4.5  Model Summary b Model  R  R Square  Adjusted  R Square  Std. Error of the Estimate  1  .829 a .687  .635 659.19032

Referensi

Dokumen terkait

Batasan operasional penelitian ini adalah di Indonesia dengan menganalisis adanya hubungan kausalitas antara Suku Bunga Deposito, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Sedangkan dari Analisis Kuantitatif dengan metode regresi linear berganda, hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel nilai tukar Rupiah /US$ dan

Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut dari masalah yang diteliti dan semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran baik kuantitatif, maupun

Hal ini sejalan dan sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nurwani (2016) yang menyatakan bahwa secara empiris variabel suku bunga memiliki pengaruh negatif

Metode yang digunakan adalah kuantitatif, metode ini digunakan untuk meramalkan pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, dalam penelitian

Berdasarkan penelitian yang meneliti pengaruh variabel makroekonomi seperti Inflasi, BI rate , Kurs USD/IDR dan indeks SHCOMP, dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks

Apakah variabel-variabel independen Tingkat Suku Bunga dan jumlah uang beredar bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Indeks

Karana probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi indeks harga saham gabungan IHSG atau dapat dikatakan bahwa semua variabel