• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA KEBIJAKAN LARANGAN MUDIK : Pemerintah Mau Apa? BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HMAP 2021/2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DINAMIKA KEBIJAKAN LARANGAN MUDIK : Pemerintah Mau Apa? BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HMAP 2021/2022"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN

HMAP

BIDANG PENELITIAN

DAN

PENGEMBANGAN

HMAP 2021/2022

DINAMIKA KEBIJAKAN

LARANGAN MUDIK :

Pemerintah Mau Apa?

(2)

2

Dinamika Kebijakan Larangan Mudik: Pemerintah Mau Apa?

Telah Sekian lama Indonesia dihebohkan oleh virus corona. Virus ini berawal dari kota Wuhan, China hingga menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Tingkat penyebaran Virus corona atau lebih akrab disebut Covid-19 terbilang cepat sehingga WHO (World Health Organization) menetapkannya sebagai pandemi. Sejak Maret 2020, pandemi covid-19 tak kunjung usai. banyak sektor yang terkena dampaknya, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, dan lainnya. Tidak hanya sebatas itu, pandemi Covid-19 telah merenggut jutaan nyawa masyarakat Indonesia. Melihat problematika ini, pihak pemerintah Indonesia tidak hanya diam, membiarkan satu persatu rakyatnya mati. Berbagai cara telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 ini. Seperti membuat kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), mewajibakan pakai masker, melarang adanya kerumunan, bahkan pemerintah juga membuat kebijakan larangan mudik, menjelang lebaran.

Kompas.com menegaskan, kebijakan pemerintah tentang larangan mudik ini, termaktub dalam Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2021 dari Satgas Penanganan Covid-19 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah dan Pengendalian Penyebaran Covid-19 Selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah. Kebijakan ini mulai diterapkan pada tanggal 6 sampai 17 Mei. Namun, pada kenyataannya pelarangan mudik dilakukan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Pemerintah mempercepat pemberlakuan larangan mudik, yakni dimulai pada tanggal 22 April hingga 17 Mei. Tidak konsistennya pemerintah dalam menetapkan kebijakan larangan mudik, tentunya menuai banyak kontra dari publik. Sehingga, tidak menutup kemungkinan banyak masyarakat yang tidak mengindahkan hal tersebut. Meskipun, sejatinya perubahan yang dilakukan pihak pemerintah ini untuk kebaikan masyarakat. Tapi kenyataannya banyak masyarakat yang tidak menyadari hal tersebut.

CNN Indonesia menegaskan, meski sudah dilarang, Kementerian Perhubungan memproyeksi 27 juta penduduk masih akan nekat mudik di tengah pandemi Covid-19. Perkiraan itu berdasarkan estimasi hasil Survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhub pada Maret 2021. Tingginya minat masyarakat untuk mudik, karena banyak masyarakat tahun lalu yang tidak mudik sehingga membuat masyarakat tidak terlalu mengindahkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan realita yang kita lihat di lapangan, tak sedikit para perantau yang pulang kampung. Begitu juga dengan mahasiswa yang berkuliah di luar Pulau

(3)

3

Jawa. Fenomena ini sangat disayangkan, karena secara tidak langsung kebijakan „Larangan Mudik‟ yang ditetapkan pemerintah menjadi dinamika di tengah masyarakat, kemungkinan hal ini mendorong masyarakat untuk nekad mudik, menilik pemerintah yang tidak konsisten dalam menetapkan kebijakan tersebut. Seolah-olah negara hanya milik pemerintah. Tentu, kebijakan ini menuai pro dan kontra di tengah masyarakat. Masyarakat beranggapan pemerintah Indonesia ini mau apa sih.

Perbandingan Kebijakan Mudik 2020 Dan Kebijakan Mudik 2021

Pro dan Kontra masyarakat tentu tidak terlepas dari adanya perbandingan antara kebijakan mudik tahun 2020 dan sekarang, 2021. Dasar dari diberlakukannya kebijakan ini adalah sebagai upaya preventif meminimalisir penyebaran covid-19 karena virus ini dapat menyebar melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut melalui batuk, bersin atau berbicara oleh orang terinfeksi. Maka dari itu penting untuk melakukan jaga jarak atau physical distancing menggunakan masker, mencuci tangan dan menghindari kerumunan yang merupakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia diawal-awal masuk dan menyebarnya virus ini di Indonesia. Dengan pelaksanaan mudik yang menjadi tradisi di Indonesia otomatis akan mengumpulkan banyak orang dengan jarak yang dekat tentunya memicu penyebaran Covid-19 ini, terlebih lagi virus ini sangat rentan untuk orang tua dan lansia maka dari itu pemerintah mengeluarkan himbauan dan kebijakan untuk tidak mudik ini diberlakukan menjelang Idul Fitri 1441H. Hal ini dilakukan untuk menurunkan resiko penyebaran Covid-19, karena orang yang melakukan mudik berpotensi menjadi “carrier” yang dapat menyebarkan kepada orang-orang dikampung nantinya.

Beberapa kebijakan mengenai mudik pada tahun lalu diantaranya adalah Peraturan Menteri Perhubungan No.18 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19, Peraturan Menteri Perhubungan No.25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri 1441 H dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19. Dalam kebijakan ini dijelaskan bahwa segala jenis sarana transportasi darat, laut dan udara dilarang melakukan perjalan dalam waktu yang ditentukan. Apalagi transportasi yang membawa penumpang untuk melakukan perjalanan mudik lebaran idul fitri 1441 H/2020 seperti bus, dan travel. Kereta api, pesawat terbang, kapal laut termasuk juga penggunaan kendaraan pribadi dalam rangka mudik juga diatur dalam Permenhub ini. Selain itu dalam Permenhub tersebut juga menjelaskan terkait wilayah-wilayah yang dilarang untuk transportasi keluar masuk

(4)

4

seperti daerah yang termasuk daerah Pembatasan Sosial Berskala Besar dan daerah yang termasuk zona merah Covid-19 serta wilayah aglomerasi yang telah ditetapkan PSBB.

Dalam kebijakan ini dijelaskan juga mengenai pengawasan yang dilakukan dalam penerapan kebijakan ini, diantaranya adalah untuk transportasi darat dibeberapa titik terdapat pos-pos koordinasi atau check point untuk mencegah pemudik melakukan perjalanan mudik. Contohnya seperti Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya yang menyiapkan 19 titik pos untuk memantau pemudik yang akan keluar atau memasuki wilayah Jakarta. Dalam kebijakan ini juga diberlakukan sanksi, namun karena kebijakan ini baru dan belum pernah ada sebelumnya maka pemberlakuan sanksi ini dilakukan secara bertahap. Pada awalnya sanksi yang diberikan berupa pemberian sanksi peringatan dan teguran secara persuasif hingga denda yang diberikan pada pemudik dengan kendaraan pribadi. Tahap pertama yang diberikan peringatan dan teguran ini berlaku mulai 24 April- 7 Mei 2020, sedangkan tahap selanjutnya diperintahkan untuk putar balik dan diberi denda berlaku pada 7- 31 Mei 2020.

Untuk penerapan sanksi dalam kebijakan ini mengacu kepada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2008 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Dalam Undang-Undang ini dijelaskan bahwa setiap yang melanggar ketentuan tersebut akan dipidana dan di denda maksimal Rp. 100.000.000,-. Penerapan sanksi ini diterapkan oleh Kementerian Perhubungan berbeda-beda pada setiap sarana transportasi, untuk kereta api mulai tanggal 24 April hingga 15 Juni 2020, untuk kapal laut akan diterapkan mulai tanggal 24 April hingga 8 Juni 2020 dan untuk Pesawat Terbang mulai 24 April hingga 1 Juni 2020. Namun secara keseluruhan khususnya untuk transportasi darat kebijakan ini berlaku mulai tanggal 24 April sampai dengan 31 Mei 2020. Disisi lain terdapat pengecualian-pengecualian dalam aturan ini, seperti kendaraan pimpinan lembaga tinggi RI, kendaraan dinas berplat dinas TNI dan Kepolisian RI, kendaraan dinas petugas jalan tol, kendaraan pemadam kebakaran, ambulans, mobil jenazah, mobil barang atau logistic tanpa penumpang. Untuk transportasi laut pengecualian berlaku kepada kapal penumpang yang membawa Tenaga Kerja Indonesia dan Anak Buah Kapal yang bekerja dikapal asing dalam penanganan pencegahan Covid-19, kapal pelayaran rute nonmudik dan pelayaran terbatas dalam aglomerasi dan tidak termasuk wilayah PSBB., kapal penumpang yang menangkut petugas TNI, Polri dan Tenagra Medis serta logistik bantuan kesehatan dan kebutuhan pokok masyarakat. Sedangkan pengecualian untuk angkutan udara berlaku untuk pesawat yang mengangkut pimpinan lembaga

(5)

5

tinggi negeri, pesawat kedutaan besar dan konsultan asing, ataupun perwakilan organisasi internasional di Indonesia, pesawat pemulangan WNI, penerbangan kepentingan penegakan hukum dan pelayanan darurat, angkutan kargo, pesawat kebutuhan keshatan dan pangan.

Dalam implementasi kebijakan ini masih menemui beberapa kendala dan hambatan sehingga tida berjalan secara efektif, seperti terdapat beberapa kasus masyarakat yang bersembunyi dalam transportasi logistik untuk pulang kampung. Selain itu juga penjaganaan dibeberapa titik pos pemantau masih kekurangan aparat untuk menjaga, sehingga masih banyak pemudik yang lolos dan sampai ke tempat tujuan mudiknya. Dalam penerapan aturan ini tentunya dibutuhkan keselarasan dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, maupun antar kementerian dan instansi lainnya. Diawal April pemerintah menyatakan tidak melarang masyarakat melakukan mudik, seperti yang dipaparkan oleh bisnis.tempo.co Presiden Jokowi mengatakan tidak ada larangan resmi untuk mudik lebaran hanya saja pemudik yang akan melakukan mudik ini berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang wajib dikarantina selama 14 hari yang nantinya akan diawasi dan dipantau oleh pemerintah daerah masing-masing. Lalu kemudian pada 24 April Pemerintah melaramg aktivitas mudik ini, tidak konsisitennya kebijakan pemerintah ini tentu saja membuat masyarakat bingung.

Hal inilah yang menyebabkan ketidakpatuhan masyarakat terhadap peraturan yang diimplementasikan. Terlebih lagi pemerintah dinilai lambat dalam menetapkan kebijakan larangan mudik yakni pada tanggal 24 April sedangkan sebelumnya sudah banyak para pemudik yang pulang ke kampung halamannya. Namun aturan ini dianggap tumpang tindih seperti yang diungkap oleh pakar kebijakan publik, Agus Pambagio dalam wawancaranya di Mata Najwa pada episode Utak Atik Mudik dalam aturan tersebut banyak pengecualian-pengecualian yang mana hal ini mengurangi esensi dan ketegasan dari kebijakan itu sendiri. Beliau mencontohkan pada Permenhub No.18 Tahun 2020 tentang pengaturan ojek online dan ketidakjelasan pebisnis yang diperbolehkan naik pesawat.

Pada dasarnya tujuan dari dikeluarkannya kebijakan larangan mudik ini adalah memutus rantai penyebaran Covid-19. Dari awal kebijakan yang diambil oleh pemerintah adalah kebijakan dua kaki yakni kesehatan dan perekonomian, maka dari itu kebijakan yang diambil pun mempertimbangkan kedua hal tersebut. Hal yang sama seperti tahun 2020 terjadi lagi dimana pada awalnya pemerintah tidak melarang masyarakat untuk melakukan aktivitas mudik

(6)

6

namunharus tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat. Namun pada 26 Maret 2021 berdasarkan hasil keputusan tingkat Menteri yang dipaparkan oleh Menteri Pemko PMK yang dikutip dari Kompas.com menyatakan mudik 2021 ditiadakan dan ini berlaku untuk seluruh lapisan masyarakat. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2021 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Idul Fitri 1441 H/2021 dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19 yang menindaklanjuti Surat Edaran No.13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Idul Fitri dan Upaya Pengendalian Covid-19 Selama Bulan Ramadhan. Larangan penggunaan dan pengoperasian ini semua sarana transportasi ini berlaku mulai tanggal 6 Mei hingga 17 Mei 2021.

Larangan dalam kebijakan ini untuk transportasi darat berlaku untuk kendaraan bermotor umum yakni mobil bus dan mobil penumpang, kendaraan bermotor dan kapan angkut sungai, danau dan penyebrangan. Untuk pengecualian kendaraan sendiri hamper sama dengan kebijakan tahun lalu, pengecualian ini berlaku bagi pimpinan lembaga tinggi Negara RI, kendaraan dinas operasional, berplat dinas, TNI, Polri dan kendaraan dinas operasional petugas jalan tol, kendaraan pemadam kebakaran, ambulans dan mobil jenazah, mobil barang yang tidak membawa penumpang, kendaraan pelayanan kesehatan seperti ibu hamil dan anggota keluarga inti yang mendampingi, kendaraan yang membawa pekerja imigran Indonesia dan WNI maupun pelajar Indonesia di luar neger, pemulangan orang dengan alasan khusus sampai daerah tujuannya yang secara resmi atas izin pemerintah. Untukpengecualian masyarakat sendiri berlaku kepada ASN, Pegawai BUMN, TNI, Polri dan Pegawai Swasta yang bekerja atau melakukan perjalanan dinas yang dilengkapi dengan surat tugas dengan tanda tangan atau cap basah dari pimpinan. Selain itu juga kunjungan keluarga yang sakit, kunjungan anggota keluarga yang meninggal dunia, ibu hamil dengan satu pendamping dan pelayanan kesehatan darurat.

Hampir sama dinamika yang terjadi pada tahun sebelumnya, dimana dalam aturan-aturan ini terdapat pengecualian-pengecualian dan perubahan-perubahan yang membingungkan masyarakat. Dan juga kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, dan antar instansi yang memicu ketidakpatuhan masyarakat. Terlebih lagi pada tahun ini aturan larangan mudik bersamaan dengan dibukanya pariwisata dan ekonomi kreatif, hal ini tentunya menjadi tanda tanya bagi masyarakat, bagaimana jika masyarakat ingin berwisata ke kampong halamannya bukan mudik dibolehkan bukan? Hal ini dijelaskan oleh Menteri Pariwisata dan

(7)

7

Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno yang dipaparkan oleh CNN bahwa wisata yang diperbolehkan pada saat larangan mudik ini adalah wisata lokal, hal ini pun harus mengacu pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPMK) skala mikro dan tetap mengedepankan protokol kesehatan. Dalam pengaturan ini tentunya diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat, karena pada akhirnya yang menghadapi dilapangan adalah pemerintah daerah.

Karena akan sulit untuk aturan ini berjalan secara efektif baik dalam penerapan, pengawasan hingga pemberlakuan sanksi. Hal ini diungkapkan oleh Wahidin Hamil, Gubernur Banten yang dikutip oleh Detik.com beliau menyatakan tidak semudah itu untuk menerapkan kebijakan ini karena akan sulit untuk mengontrol antara orang yang akan mudik dan berwisata terlebih wilayah Banten cukup luas. Ia juga menyatakan “Saya juga sulit untuk membayangkan, belum tau juga apa yang harus saya lakukan. Disatu pihak menaati kebijakan pemerintah namun disisi lain realitas dilapangan dari tahun ke tahun terjadi kerumunan”. Tidak hanya itu baru-baru ini aturan larangan mudik ini direvisi secara mendadak dimana dilakukan pengetatan mulai tanggal 22 April hingga 24 Mei 2021, aturan ini diperbaharui oleh Satgas Covid-19 melalui Surat Edaran No.13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik. Ditambah dengan aturan baru dimana pelaku perjalanan antar daerah wajib menunjukkan hasil tes Rapid Test Antigen atau GeNose C1 dan menujukkan hasil negatif sehari sebelum keberangkatan serta tidak memiliki gejala apapun. Dalam masa pengetatan ini terdapat beberapa syarat sebelum peniadaan mudik pada tanggal 6-17 Mei diantaranya :

a. Pelaku perjalanan transportasi udara wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR/rapid test antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 1 x 24 jam sebelum keberangkatan, atau surat keterangan hasil negatif tes GeNose C19 di Bandar Udara sebelum keberangkatan sebagai persyaratan perjalanan dan mengisi e-HAC Indonesia.

b. Pelaku perjalanan transportasi laut wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR/rapid test antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 1 x 24 jam sebelum keberangkatan, atau surat keterangan hasil negatif tes GeNose C19 di Pelabuhan sebelum keberangkatan sebagai persyaratan perjalanan dan mengisi e-HAC Indonesia.

(8)

8

c. Pelaku perjalanan penyeberangan laut wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR/rapid test antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 1 x 24 jam sebelum keberangkatan, atau surat keterangan hasil negatif tes GeNose C19 di Pelabuhan sebelum keberangkatan sebagai persyaratan perjalanan dan mengisi e-HAC Indonesia.

d. Khusus perjalanan rutin dengan moda transportasi laut untuk pelayaran terbatas dalam wilayah satu kecamatan/kabupaten/provinsi, atau dengan transportasi darat baik pribadi maupun umum dalam satu wilayah aglomerasi perkotaan tidak diwajibkan untuk menunjukkan surat hasil tes RT-PCR/rapid test antigen/tes GeNose C19 sebagai syarat perjalanan namun akan dilakukan tes acak apabila diperlukan oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Daerah.

e. Pelaku perjalanan kereta api antarkota wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR/rapid test antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 1 x 24 jam sebelum keberangkatan, atau surat keterangan hasil negatif tes GeNose C19 di Stasiun Kereta Api sebelum keberangkatan sebagai persyaratan perjalanan.

f. Pelaku perjalanan transportasi umum darat akan dilakukan tes acak rapid test antigen/tes GeNose C19 apabila diperlukan oleh Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Daerah. g. Pelaku perjalanan transportasi darat pribadi, dihimbau melakukan tes RT-PCR atau rapid

test antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 1 x 24 jam sebelum keberangkatan, atau tes GeNose C19 di rest area sebagai persyaratan melanjutkan perjalanan dan akan dilakukan tes acak apabila diperlukan oleh Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Daerah.

h. Pengisian e-HAC Indonesia dihimbau bagi pelaku perjalanan dengan seluruh moda transportasi darat umum maupun pribadi, kecuali bagi pelaku perjalanan udara dan laut wajib melakukan pengisian e-HAC Indonesia.

i. Anak-anak di bawah usia 5 tahun tidak diwajibkan untuk melakukan tes RT-PCR/rapid test antigen/tes GeNose C19 sebagai syarat perjalanan.

j. Apabila hasil tes RT-PCR/rapid test antigen/tes GeNose C19 pelaku perjalanan negatif namun menunjukkan gejala, maka pelaku perjalanan tidak boleh melanjutkan perjalanan dan diwajibkan untuk melakukan tes diagnostik RT-PCR dan isolasi mandiri selama waktu tunggu hasil pemeriksaan; dan

(9)

9

k. Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang menyelenggarakan fungsi terkait perhubungan darat/laut/udara/perkeretaapian menindaklanjuti Addendum Surat Edaran ini dengan melakukan penerbitan instrumen hukum dengan mengacu pada Addendum Surat Edaran ini dan peraturan perundang-undangan.

Tantangan dan Halangan Kebijakan Mudik 2021

Berhubungan dengan timing, kebijakan larangan mudik dipandang dan dilihat sebagai kebijakan yang diputuskan secara mendadak, yaitu kurang dari 1 bulan pelaksanaan hari raya idul fitri. Kebijakan yang bisa dibilang mendadak ini bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sangatlah disayangkan, dimana mereka telah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari untuk pergi mudik ke kampung halamannya masing-masing. Begitu banyaknya masyarakat yang harus membatalkan rencana mudik termasuk pembatalan pemesanan akomodasi dan tiket kendaraan. Konsistensi kebijakan larangan mudik juga dipertanyakan, dimana kebijakan yang muncul pertama kali hanyalah berupa imbauan kepada masyarakat untuk lebih baik tidak mudik pada tahun ini agar rantai penyebaran Covid-19 dapat terputus. Hal ini ditafsirkan oleh masyarakat bahwasanya mudik diperbolehkan oleh pemerintah dengan syarat memperhatikan dan melaksanakan protokol keseha tan dengan ketat. Sehingga banyak dari kalangan masyarakat yang memutuskan untuk tetap melaksa nakan mudik dengan berbagai pertimbangan tentunya.

Namun, pada akhirnya himbauan yang pada awalnya disampaikan oleh pemerintah diubah menjadi kebijakan larangan mudik yang tentunya sangat disayangkan oleh masyarakat. Kebijakan ini dipandang tidak konsisten dan menimbulkan persepsi kepada masyarakat bahwa pemerintah tidak serius dalam menyikapi keadaan pandemi saat sekarang ini. Kebijakan larangan mudik akhirnya memunculkan permasalahan dalam hal praktek implementasinya di lapangan ketika memasuki waktu mudik, dimana meskipun telah dilarang, sebagian masyarakat tetap melaksanakan mudik. Problematika larangan mudik ini diperparah dengan kenyataan sedikitnya upaya penegakkan kebijakan tersebut di lapangan. Sehingga, tujuan kebijakan larangan mudik untuk memutus rantai penyebaran Covid 19 tidak tercapai. Justru sebaliknya, kebijakan ini tidak efektif dilaksanakan dan bahkan memunculkan cluster-cluster baru persebaran Covid-19 di daerah yang sebelumnya tidak tersentuh oleh Covid-19.

(10)

10

Dengan adanya Pandemi Covid-19 yang terjadi diseluruh dunia pada saat sekarang ini, mengakibatkan berbagai kegiatan dan juga aktivitas manusia terganggu, akibat adanya larangan dalam bertatap muka secara langsung. Maka dari itu, seperti yang kita ketahui pada saat sekarang ini, Sebagian besar kegiatan kita digantikan untuk bisa dilakukan dari rumah saja. Hal tersebut tentunya agar dapat meminimalisir tingkat kemungkinan dalam meningkatnya kasus dari positif Covid-19 tersebut. Hal ini berimbas kesegala macam aktfitas manusia, tidak terkecuali aktifitas mudik. Aktifitas yang mana menjadi suatu bentuk acara tahunan di Indonesia yang biasanya dilakukan saat menjelang beberapa hari sebelum lebaran tiba. Seperti yang telah dijelaskan di bab–bab sebelumnya, kita bisa tahu seberapa bahayanya dari virus Covid-19 ini. Tanpa adanya penerapan mitigasi yang tepat, tentu penyebaran dari kasus tersebut bisa semakin menjalar. Dengan adanya kebijakan mudik yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia, kita bisa melihat dari dua sisi yang berbeda. Di suatu sisi kita bisa melihat bagaimana tanggapan pemerintah terhadap permasalahan penyebaran Covid-19, yang mana mereka bertindak untuk memberantas masalah tersebut. Disisi lain, adanya kepentingan moral dari masyarakat yang ingin melakukan mudik tersebut yang telah dilakukan secara bertahun–tahun, tentu akan menjadi suatu hal yang cukup sulit dalam melarang masyarakat dari melakukan hal tersebut di saat–saat seperti sekarang ini.

Dampak Kebijakan Larangan Mudik 2021

Pemerintah Indonesia telah resmi mengeluarkan kebijakan larangan mudik di tahun ini. Kebijakan ini ditetapkan dengan sebab penyebaran dan penularan Covid-19 masih di angka yang cukup tinggi. Dengan adanya larangan mudik, perpindahan atau mobilitas masyarakat akan menjadi rendah dimana pada umumnya ketika lebaran datang, tentunya mobilitas masyarakat cukup tinggi, dikarenakan kegiatan mudik tersebut. Kebijakan larangan mudik juga sebagai bentuk upaya dari pemerintah untuk meningkatkan program pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Kebijakan ini tentunya memunculkan pro kontra yang sangat tajam di tengah masyarakat di saat mudik bertepatan dengan lebaran Idul Fitri 1442 H/ 2021 M, dimana inilah momen untuk merasakan kehangatan keluarga, dengan saling berkumpul di keluarga besar di kampong halaman.

Pelaksanaan mudik ini telah tertunda sebenarnya bagi mayoritas masyarakat di Indonesia pada tahun lalu yang disebabkan kondisi Covid-19 yang dampaknya dirasakan oleh seluruh dunia dan

(11)

11

bahkan untuk kegiatan ibadah pun seperti ibadah ke masjid juga dilarang pada tahun lalu. Oleh karena itu, masyarakat sangat mengharapkan agar bisa mudik, pulang ke kampung halaman masing-masing yang telah menjadi budaya bagi sebagian besar masyarakat kita di Indonesia yang bertepatan dengan menurunnya tingkat penularan Covid-19 dan sudah dimulainya pelanggaran mobilitas masyarakat sebagai akibat dari program vaksinasi massal yang telah dilaksanakan semenjak bulan januari tahun ini.

Meskipun demikian, dengan keadaan yang seperti itu membuat pemerintah tidak gegabah dengan resiko penularan Covid-19 yang terus berlangsung dan bisa saja meningkat ketika masyarakat sudah tidak disiplin lagi mematuhi protokol kesehatan penanganan Covid-19, yaitu 5 M: Menghindari kerumunan, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun. Di tengah polemik kebijakan larangan mudik ini, pemerintah tetap teguh dengan pendiriannya dengan pertimbangan kejadian-kejadian sebelumnya, dimana setiap setelah libur panjang, angka kasus masyarakat yang terkena Covid-19 terus meningkat.

Menurut drg. Agus Suprapto, M.Kes, Deputi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), mengungkapkan bahwasanya kebijakan larangan mudik diterbitkan sebagai bentuk upaya antisipasi dan pencegahan penularan Covid-19, dimana di Indonesia kasus penularan Covid-19 masuk dalam level kasus penularan dalam komunitas, sehingga ketika mengabaikan dan lalai sedikit saja dalam upaya pencegahan penularan, maka akan sangat mudah kasus peningkatan Covid-19 terjadi. Terus, apakah dampak bagi politik, ekonomi, dan sosial dengan kebijakan larangan mudik tersebut?

Dampak Politik

Seperti yang kita ketahui bersama, kegiatan mudik telah menjadi budaya bagi mayoritas masyarakat Indonesia, maka dengan kondisi yang seperti itu, kebijakan larangan mudik ini menjadi kebijakan yang populis. Tidak heran ketika terjadi pro kontra terhadap kebijakan larangan mudik ini bahkan kebijakan ini dipandang kontroversi bagi sebagian pengamat kebijakan. Masyarakat di Indonesia sebagian besar adalah masyarakat urban, dimana mereka cenderung pergi merantau ke kota-kota besar yang jauh dari kampung halamannya untuk mencari penghidupan yang layak dengan tujuan ketika pulang nanti sudah mampu mencukupi

(12)

12

kebutuhan keluarganya di kampong halamannya. Maka dari itu, momentum lebaran ini menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu bagi mereka untuk bisa kembali bersua dengan keluarga. Ketika kebijakan mudik ini sebagai bentuk upaya untuk mengurangi mobilitas masyarakat, apakah iya? Munculnya pertanyaan itu dikarenakan pelarangan mudik di interval 6-17 Mei sebenarnya tidak berdampak secara signifikan dalam mengurangi mobilitas masyarakat. Pelaksanaan kebijakan larangan mudik ini hanya akan mengubah puncak arus mudik dan arus balik pada minus 1-2 hari sebelum dan plus 1-2 hari sesudah hari raya idul fitri. Tentunya puncak arus mudik akan terjadi sebelum deadline pelarangan mudik, yaitu pada tanggal 4-5 Mei 2021. Begitu juga dengan puncak arus balik mudik yang akan terjadi 1-2 hari setelah larangan mudik sudah tidak diberlakukan lagi, yaitu pada tanggal 18-19 Mei 2021.

Dampak Ekonomi

Menurut Bhima Yudisthira, ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef), menyatakan bahwa kebijakan larangan mudik akan berdampak hilangnya potensi arus uang di kampung sebesar 200 Triliyun. Pendapat beliau bukanlah dengan kalkulasi yang mengada-ngada, beliau memberikan contoh, ketika rata-rata pemudik berjumlah 20 juta orang dengan asumsi para pemudik menghabiskan uang sebesar 5-10 juta per orang di kampung halamannya, maka arus uang di kampung halaman tersebut berpotensi sebesar 200 Triliyun. Beliau juga menambahkan dengan analisis ekonominya bahwa akan adanya penurunan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) dan jika dilihat dari teori ekonomi makro dan mikro, mengakibatkan laju pertumbuhan ekonomi kian merosot sebagai akibat dari larangan kebijakan mudik tersebut. Hal ini juga diperparah dengan meruginya para agensi dan pengusaha armada transportasi umum, baik darat, udara, maupun laut yang mengakibatkan armada mereka tidak jalan dikarenakan kebijakan larangan mudik tersebut yang pada ujungnya akan berdampak terhadap sumber pendapatan mereka baik langsung maupun tidak langsung. Segala kemungkinan resiko kebijakan larangan mudik dapat terjadi ketika tidak diantisipasi sejak dini secara holistik dan komprehensif.

Dampak Sosial

Mudik telah menjadi budaya dan bagian dari kegiatan sosial kemasyarakatan bagi masyarakat Indonesia. Momen ini bukan hanya dilihat dan dipandang sebagai hari kemenangan bagi umat Islam yang telah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, namun juga sebagai ajang

(13)

13

untuk saling menyambung hubungan persaudaraan dan saling maaf-memaafkan. Sehingga, tidak asing lagi kita dengan lantunan kalimat “Minal Aidin Walfaizin” dan “Mohon Maaf Lahir dan Bathin”, serta lantunan kalimat itu tidak terasa lengkap bila hanya diucapkan melalui pesan suara, pesan teks, dan bahkan tele conference dengan zoom sekalipun. Belum lagi dengan budaya sebagian masyarakat untuk berziarah ke makam sanak keluarga yang telah berpulang yang hanya bisa dilakukan di momen ini bagi para perantau.

Seberapa jauh kebijakan ini efektif ?

Sebagian masyarakat berpendapat bahwa dengan adanya kebijakan tersebut, masyarakat tidak setuju karena disebabkan oleh beberapa alasan. Contohnya seperti dengan adanya larangan mudik, kegiatan lainnya masih bisa dilakukan dengan normal. Penerapan dari kebijakan tersebut yang tidak jelas sasarannya serta sanksi yang berlaku atas penerapan kebijakan tersebut. Dan tentunya akan ada masyarakat yang berencana untuk pulang ke kampung halaman sebelum kebijakan tersebut mulai diberlakukan di masyarakat.

Ada juga yang mengatakan bahwa; “Percuma larangan mudik diberlakukan kalau dari dalam

daerahnya tidak membatasi tempat-tempat keramaian. Menurut saya yang perlu dilakukan bukan pelarangan mudik tetapi mewajibkan membawa surat yang menyatakan orang tersebut negative covid-19. Karena pada dasarnya larangan mudik kan untuk menahan orang orang yang kemungkinan akan menularkan bukan untuk melarang orang bersilahturahmi. Begitu juga tempat wisata, yang penting ada surat yang menyatakan mereka negatif. Karena percuma ada larangan ini itu, jika tidak dibarengin dengan tes Covid dan semacamnya.” Pendapat lainnya

mengatakan; “Karena pemudik yang mencintai keluarganya pasti menjalani test swab terlebih

dahulu dan tentunya sudah mengkarantina dirinya. Karena si pemudik tidak mau membawa penyakit untuk keluarganya. Masyarakat jika ingin mudik pasti sudah berpikir panjang sebelum memutuskan untuk mudik.”

Namun ada juga masyarakat yang setuju dengan kebijakan yang dibuat pemerintah ini. Penadapat mereka; “Menurut saya kebijakan larangan mudik ini cukup efektif untuk

meminimalisir pertambahan covid 19 karena tidak akan terjadi penyebaran yang semakin luas jika mudik ditidiakan. Apalagi mudik pasti ke daerah asalnya masing masing sehingga memicu penyebarluasan virus covid 19 itu sendiri.” Karena inti dari pencegahan penyebaran covid-19

(14)

14

adalah kedisiplinan menerapkan prokes diantaranya memakai masker, menghindari kerumunan, mencuci tangan, menjaga jarak. Jika pelarangan mudik tidak disertai dengan kedisiplinan menjalankan prokes tidak akan efektif.

Beberapa responden lainnya mengatakan kebijakan ini terbilang efektif dan wajar sekali diterapkan ketika banyaknya mobilisasi manusia dari satu tempat ke tempat lainnya dalam hal ini dari kota ke desa yang akan terdapat klaster-klaster baru di desa nantinya. Alasan keamanan dan pemutusan rantai penyebaran Covid-19 menjadikan kebijakan larangan mudik sangat tepat dilakukan di kondisi sekarang ini. Terlebih lagi ketika alasannya untuk mudik untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar sekarang sudah bisa dilaksanakan silaturahmi secara online melalui virtual.

Namun beberapa responden mengatakan kebijakan larangan mudik ini tidak efektif karena kebijakan ini tidak diiringi dengan kebijakan yang lainnya, maksudnya disini adalah kebijakan yang dibuat pemerintah berat sebelah dan memberatkan rakyat kecil. Seperti dibukanya tempat wisata, pusat perbelanjaan, dan kegiatan lainnya yang mengundang keramaian. Tentunya hal yang demikian dipertanyakan kepada pemerintah kebijakan apa sebenarnya yang diambil untuk menekan laju penyebaran Covid-19. Kebijakan yang dibuat terkesan hanya formalitas saja untuk menekan laju penyebaran Covid-19, namun faktanya dengan adanya kebijakan ini banyak menimbulkan klaster-klaster baru penyebaran Covid-19. Menyimpulkan pernyataan diatas bahwasannya hasil yang diinginkan pemerintah dari kebijakan ini tidak akan tercapai apabila tidak didukung dengan kebijakan lainnya.

Meskipun demikian, kebijakan telah diputuskan, keputusan telah ditetapkan. Untuk itu, besar harapan kepada pemerintah untuk selalu konsisten dalam memprioritaskan upaya pencegahan penularan Covid-19 yang tentunya berfokus pada aspek kesehatan dibandingkan dengan aspek budaya dan aspek politik, bukan hanya pada momentum mudik lebaran tahun ini saja, melainkan juga berlanjut ketika lebaran telah usai. Disini bisa kita lihat banyak sekali dampak, penyebab, akibat dan komplikasi dari adanya penerapan kebijakan larangan mudik dalam masa lebaran di Indonesia. Bagaimana hal ini akan terus berlanjut, akan bisa dilihat hasilnya pada saat masa lebaran dan mudik di tahun 2021 ini telah berakhir.

(15)

15

Pendapat yang telah disampaikan pada penjelasan–penjelasan sebelumnya, merupakan suara rintihan dari masyarakat terhadap pemberlakuan kebijakan larangan mudik tersebut. Apakah dengan adanya pemberlakuan kebijakan tersebut, tentu hanya masyarakat yang bisa merasakan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan mereka baik dari segi aspek manapun itu nantinya. Mungkin dengan pandangan masyarakat terhadap dengan adanya pemberlakuan kebijakan tersebut yang sebagian besar menganggap tidak efektif, disini pemerintah bisa mengevaluasi dan lebih memperhatikan aspek dan poin penting lainnya dalam pembuatan kebijakan yang sama untuk tahun–tahun kedepannya. Apa yang terjadi pada tahun sekarang, tentu tidak akan dipungkiri akan menjadi nilai evaluasi bagi pemerintah itu sendiri untuk semakin menyempurnakan kebijakan tersebut kedepannya. Dan tentunya, masyarakat mengharapkan yang terbaik mengenai hal tersebut, semua hal tersebut dilakukan nantinya agar semua orang bisa kembali bersama keluarga mereka masing–masing pada hari yang dinanti– nanti selama setahun lamanya.

Kesimpulan

Dengan adanya Pandemi Covid-19 yang terjadi diseluruh dunia pada saat sekarang ini, mengakibatkan berbagai kegiatan dan juga aktivitas manusia terganggu, akibat adanya larangan dalam bertatap muka secara langsung. Maka dari itu, seperti yang kita ketahui pada saat sekarang ini, Sebagian besar kegiatan kita digantikan untuk bisa dilakukan dari rumah saja. Hal tersebut tentunya agar dapat meminimalisir tingkat kemungkinan dalam meningkatnya kasus dari positif Covid-19 tersebut. Hal ini berimbas kesegala macam aktfitas manusia, tidak terkecuali aktifitas mudik. Aktifitas yang mana menjadi suatu bentuk tradisi tahunan di Indonesia yang dilakukan saat beberapa hari menjelang lebaran tiba. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kita bisa tahu seberapa besar bahaya dari virus Covid-19 ini. Sehingga masyarakat perlu memahami bahwa tanpa adanya penerapan mitigasi yang tepat, tentu penyebaran dari kasus Covid-19 bisa semakin meningkat. Dengan adanya kebijakan mudik yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia, kita bisa melihat dari dua sisi yang berbeda. Di suatu sisi kita bisa melihat bagaimana tanggapan pemerintah terhadap permasalahan penyebaran Covid-19, yang mana mereka bertindak untuk memberantas masalah tersebut. Disisi lain, adanya kepentingan moral dari masyarakat yang ingin melakukan mudik tersebut yang telah dilakukan secara bertahun–tahun, tentu akan menjadi suatu hal yang cukup sulit dalam melarang masyarakat dari melakukan hal

(16)

16

tersebut di saat–saat seperti sekarang ini. Disini bisa kita lihat banyak sekali dampak, penyebab, akibat dan komplikasi dari adanya penerapan kebijakan larangan mudik dalam musim lebaran di Indonesia. Kebijakan ini bisa dinilai efektif atau tidak pada saat musim lebaran tahun ini telah berakhir. Jadi, pemerintah bisa mengevaluasi mengenai kebijakan mudik ini jika pandemi Covid-19 masih belum berakhir di Indonesia.

Solusi

Dengan adanya ketidaksetujuan dari masyarakat terkait kebijakan larangan mudik, tentu akan menjadi hambatan dalam proses penerapan kebijakan tersebut. Untuk itu dibutuhkan solusi yang bisa meminimalisir hambatan dan masalah yang akan terjadi akibat adanya kebijakan tersebut. Langkah yang bisa dilakuakan misalnya pemberitahuan mengenai penerapan kebijakan dilakukan jauh–jauh hari sebelumnya, sehingga masyarakat bisa mengetahui inti dari penerapan kebijakan tersebut. Dengan adanya kebijakan tersebut pada hari–hari menjelang lebaran, bisa meminimalisir atau membatasi jumlah masyarakat yang akan melakukan mudik. Dan yang terakhir yaitu memperbolehkan masyarakat yang melakukan perjalanan mudik jauh–jauh hari sebelum larangan tersebut berlaku, namun petugas di lapangan juga harus memeriksa setiap dokumen masyarakat yang menunjukkan negatif Covid-19.

Saran

Menyimpulkan dari survei yang dilakukan oleh bidang penelitian dan pengembangan, terdapat saran dan masukan terhadap pemerintah mengenai kebijakan larangan mudik ini. Disatu sisi ada yang tetap ingin diperbolehkannya mudik namun pemerintah harus mengontrol dan melakukan pengawasan secara ketat terhadap masyarakat yang melakukan mudik mulai dari surat hasil SWAB/Antigen dan menjalankan protokol kesehatan dalam perjalanan mudik. Disisi lain terdapat responden yang menyatakan setuju dengan diberlakukannya kebijakan larangan mudik ini dengan saran dan masukan yakni pemerintah harus tegas dan konsisten dalam menerapkan kebijakan larangan mudik ini, dengan pengawasan dan penindakan tegas titik posko di perbatasan daerah dan provinsi karena yang terjadi selama ini masih banyak pemudik yang lolos dan sampai ke tujuan mudiknya.

Selain itu juga kebijakan-kebijakan lain terkait harus sejalan dengan penanganan Covid-19 karena tujuan utama dari diberlakukannya kebijakan larangan mudik ini adalah untuk

(17)

17

meminimalisir penyebaran Covid-19, untuk itu kebijakan yang diberlakukan diharapkan tidak tumpang tindih. Hal ini terlihat dengan masih buka dan ramainya pusat-pusat perbelanjaan yang tidak menerapkan protokol kesehatan dan juga kebijakan dibukanya pariwisata yang tidak sinkron dengan tujuan kebijakan larangan mudik ini. Hal tersebut tentu membingungkan dan memicu ketidakpatuhan masyarakat, oleh karena itu secara umum saran dan masukan dari responden dalam hal ini adalah diharapkan suatu kesatuan komando serta koordinasi yang jelas dan tegas antara pemerintah, kementerian dan pemerintah daerah. Dengan begitu kebijakan yang dibuat ini dapat berjalan secara efektif tanpa adanya syarat dan pengecualian yang menurunkan kepercayaan masyarakat untuk mematuhi kebijakan tersebut.

Dalam hal implementasi dari kebijakan ini nantinya, diharapkan pemerintah bisa melihat hal–hal mana saja yang perlu dilakukan, yang tidak perlu dilakukan dan yang perlu ditingkatkan jika memang pada tahun berikutnya pandemi Covid-19 masih melanda dan belum mereda. Dan tentunya juga harus mempertimbangkan dari aspek masyarakat yang kemungkinan pada tahun depan sudah mendapatkan vaksin serta sudah adanya kewaspadaan masyaraat terhadap kebijakan larangan mudik yang tentu mungkin masih akan dilaksanakan pada tahun depan.

Dalam hal penerapan sanksi, bisa diterapkan bagi masyarakat yang melakukan mudik yang ketahuan memakai jalan selain dari jalan raya yang mana adanya inspeksi sedang berlangsung. Hal ini tentu memerlukan upaya yang besar dalam pelaksanaanya. Dan terlebih lagi masyarakat Indonesia yang bisa dibilang tidak patuh. Maka dari itu, pemerintah harus siap, dan bisa mengantisipasi jalan–jalan apa saja yang memungkinkan bagi para pemudik nantinya menggunakan jalan untuk berkendara ke daerah tujuan mereka. Tentunya hal ini juga harus dibarengi dengan penjagaan yang ketat dan mumpuni dalam menanggulangi kemungkinan tersebut.

(18)

18

Daftar Pustaka

Andaka, D. (2020). Dampak Pelarangan Mudik Akibat Pandemi Covid19 Terhadap Bisnis

Angkutan Udara di Indonesia. Journal of Civil Engineering and Planning, 1(2), 116-129.

Author. 2021. Larangan Mudik Kendala Penerapan dan Antusiasme Masyarakat. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210409143555-20-627929/larangan-mudik-kendala-penerapan-dan-antusiasme-masyarakat diakses pada 7 Mei 2021 Jam 15.50 Author. 2021. Sandiaga Ajak Berwisata Lokal Saat Ada Larangan Mudik Lebaran.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210421163910-20-632962/sandiaga-ajak-berwisata-lokal-saat-ada-larangan-mudik-lebaran diakses pada 7 Mei jam 14.14

Caesar Akbar. 2020. Jokowi Tak Resmi Melarang Mudik Lebaran 2020.

https://bisnis.tempo.co/read/1326975/jokowi-tak-resmi-melarang-mudik-lebaran-2020-namun diakses pada 7 Mei 2021 jam 14.00

Dr.drg. Munawir H.Usma, M.AP.2021.Dampak Kebijakan Larangan Mudik . https://metrosulawesi.id/2021/04/21/dampak-kebijakan-larangan-mudik/ diakses pada 7 Mei 2021 Jam 15.15

Elmy Tasya Khairally. 2021. Mudik Dilarang Wisata Buka, Gubernur Banten: Daerah Tak Bisa Apa-Apa.https://travel.detik.com/travel-news/d-5534198/mudik-dilarang-wisata-buka-gubernur-banten-daerah-tak-bisa-apa-apa diakses pada 7 Mei 2021 Jam 15.01

Hasil survei Litbang HMAP setelah diolah oleh penulis.

Imam Baihaqi Lukman. 2021. Larangan Mudik Lebaran 2021: Sebah Overview Kebijakan.https://birokratmenulis.org/larangan-mudik-lebaran-2021-sebuah-overview-kebijakan/ diakses pada 7 Mei 2021 Jam 15.40

(19)

19

Jawahir Gustav Rizal. 2021. Mudik Lebaran 2021 Dilarang, Apa Bedanya dengan Pulang Kampung? https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/27/152500565/mudik-lebaran-2021-dilarang-apa-bedanya-dengan-pulang-kampung-?page=all diakses 7 Mei 2021 jam 13.00

Peraturan Menteri Perhubungan No.25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri 1441 H dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2021 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Idul Fitri 1441 H/2021 dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19. Surat Edaran Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan

Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah. Yohana Artha Uly. 2021.

https://money.kompas.com/read/2021/04/08/191552126/peraturan-terbit-pemerintah-resmi-larang-mudik-lebaran-tahun-ini diakse pada 7 Mei Jam 16.00

(20)

20

Falina Alifya Reni Putri Yanti Staf Litbang (Author) Staf Litbang (Editor)

M.Reza Ardiansyah Princessa Ayudha Staf Litbang (Author) Staf Litbang (Author)

Geril Jeneri Muhammad Hanif Koordinator Litbang (Editor) Staf Litbang (Author)

KAJIAN

HMAP

The Authors

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa dengan berdasarkan bukti absensi harian yang tidak diperlihatkan aslinya di persidangan, dan dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun

Dari pembahasan dan analisis dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran role playing yang telah dilaksanakan, prestasi belajar siswa kelas II

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif komparatif (untuk kemampuan kognitif) yaitu membandingkan hasil amatan dengan

Dari uraian-uraian yang ada di atas, maka dapat diambil kesimpulan, bahwa kinerja lembaga keuangan bank syariah selama 14 tahun lamanya, terhitung sejak tahun

Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu

Sedangkan Vieille dan Zeikus (2001) menyatakan bahwa organisme tahan panas dapat tumbuh dengan optimal pada suhu 50-80ºC, tetapi enzim yang dihasilkan dari

Menurut penuturan bapak Afroh, nasi dikepal itu mirip seperti simbol yang sering digunakan dalam peribadatan Agama Hindu yaitu japa mala , untuk kemudian oleh Sultan

baik ekspor dari Indonesia ke negara ASEAN maupun Impor dari Negara ASEAN ke Indonesia selama kurun waktu 1997 – 2009 menunjukkan kecendrungan yang meningkat; (ii)