• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEBIH DEKAT DENGAN BARCODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEBIH DEKAT DENGAN BARCODE"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

L

EBIH

D

EKAT DENGAN

B

ARCODE

Dalam kehidupan sehari-hari, tentu Anda sering melihat kode-kode bergaris yang terdapat pada banyak barang atau produk. Kode baris tersebut seringkali dijumpai pada bungkus produk-produk makanan, cover belakang buku, dan sebagainya. Kode itulah yang dikenal dengan nama barcode.

Gambar 1.1. Kode Barcode di Cover belakang buku

Seperti pada gambar di atas, terdapat kode barcode yang menggambarkan kode ISBN (International Standard Book Number) yang merupakan kode pengindentikasi buku-buku standar internasional. Kode tersebut tentunya

Barcode ISBN.

(2)

bersifat unik untuk kemudahan identifikasi. Pada implementasinya, kode tersebut akan dapat dibaca oleh mesin yang disebut sebagai barcode reader untuk mengenali data-data buku tersebut. Penggunaannya bahkan dapat digunakan untuk mengenali informasi lengkap buku tersebut seperti judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, diskripsi buku, bahkan sampai mengenal jumlah stok buku tersebut, tentunya jika diintegrasikan dengan database sesuai dengan kebutuhan pemakaian kode tersebut.

1.1 Apa itu Barcode?

Mengutip wikipedia, Barcode atau dalam bahasa Indonesia seringkali disebut kode batang adalah an optical machine-readable representation of

data. Kode berbentuk garis dan berwarna hitam putih tersebut

mengandung satu kumpulan kombinasi yang berlainan ukuran dan disusun sedemikian rupa menurut aturan tertentu sehingga dapat diterjemahkan oleh mesin pembacanya.

(3)

Jika Anda search di Google dengan kata kunci “barcode”, maka Anda akan menjumpai berbagai jenis barcode yang berkembang. Kode di dalam barcode tersebut mengumpulkan data dalam simbologi linear 1Dimensi atau ada juga yang memiliki bentuk persegi, titik, heksagon dan bentuk geometri lainnya di dalam simbologi dua dimensi. Selanjutnya karena barcode biasanya menempel pada produk tertentu, maka sudah barang tentu merepresentasikan data yang terkait dengan produk dimana barcode tersebut berada.

1.2 Sejarah Barcode

Sejarah Barcode diawali pada tahun 1948, ketika Bernard Silver (1924-1963), salah seorang mahasiswa Drexel Institute of Technology di Philadelphia (Amerika Serikat) melakukan penelitian tentang sistem pembacaan informasi pada produk makanan lokal di kota tersebut. Ia melakukan peleitian bersama dengan sahabatnya yang bernama Norman Joseph Woodland. Pada perkembanganya, Silver dan Woodland akhirnya mengusulkan untuk menggunakan sebuah kode dengan tinta yang sensitif terhadap sinar ultraviolet. Prototype tersebut ditolak karena tidak stabil dan mahal. Selanjutnya tanggal akhir tahun 1949 Woodland dan Silver berhasil membuat prototipe kode batang yang lebih baik dan tepatnya pada tanggal 7 Oktober 1952, mereka mendapat hak paten dari hasil penelitian mereka.

Gambar 1.3. Contoh Simbologi UPC-A

Pada tahun 1970, untuk pertama kalinya kode batang temuan keduanya dipakai secara komersial yaitu pada saat Logicon Inc. membuat Universal

(4)

Grocery Products Identification Standard (UGPIC). Sedangkan perusahaan

pertama yang memproduksi perlengkapan kode batang untuk perdagangan retail adalah Monach Marking.

Selanjutnya semenjak tahun 1973, Uniform Code Council, sebuah organisasi industri membuat Uniform Product Code (UPC) yang menyediakan suatu standard bar code yang dapat digunakan oleh toko-toko ritel. Selanjutnya beberapa barcode standar telah dikembangkan selama beberapa tahun, yang biasa disebut dengan Simbologi. Simbologi yang digunakan tentunya berbeda untuk aplikasi yang berbeda. Hal itu misalnya ketika Anda menggunakan huruf miring ataupun tebal yang dimaksudkan untuk memperjelas makna tertentu pada teks yang akan dibuat sebagai barcode. Simbologi yang berbeda digunakan untuk aplikasi yang berbeda pula. Jadi ketika Anda mencetak barcode, maka Anda akan bisa membaca makna sandinya selama menggunakan sandi yang sama dan dalam spesifikasi yang diatur dalam standar barcode.

1.4 Berbagai Tipe Barcode

Seperti namanya, barcode atau kode baris digambarkan dalam bentuk baris hitam tebal dan tipis yang disusun berderet sejajar horisontal. Satu unit barcode sebenarnya terdiri dari salah satu warna hitam atau putih. Sebuah unit yang berwarna hitam ditunjukkan dengan sebuah bar, sedangkan yang berwarna putih ditunjukkan dengan sebuah space (spasi). Cara lain penulisan barcode adalah dengan bilang “1” untuk menyatakan black bar dan bilangan “0” untuk menyatakan white space. Tetapi seiring dengan perkembangannya, Barcode memiliki banyak sekali standard dan tidak terpaku pada satu model tertentu. Hal itu tentu tergantung siapa yang menggunakan barcode tersebut. Tetapi meski demikian, secara umum Barcode terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu Barcode satu dimensi dan barcode dua dimensi.

1.4.1 Barcode 1 Dimensi

Barcode ini dinamakan satu dimensi atau ada yang menyebut linear bar

codes karena kodenya hanya terdiri dari baris-baris. Beberapa jenis

(5)

Tabel 1.1. Berbagai jenis Barcode 1 dimensi

Simbologi Pengguna

U.P.C. Worldwide retail, GS1 approved

Codabar Old format used in libraries, blood banks, airbills Code 25 – Non-interleaved 2 of 5 Industrial (NO)

Code 25 – Interleaved 2 of 5 Wholesale, Libraries (NO) Code 39 Various

Code 93 Various Code 128 Various Code 11 Telephones CPC Binary Post office DUN 14 Various

EAN 2 Addon code (Magazines), GS1 approved EAN 5 Addon code (Books), GS1 approved EAN 8, EAN 13 Worldwide retail, GS1 approved

ITF-14 Non-retail packaging levels, GS1 approved Latent image barcode Color print film

Pharmacode Pharmaceutical Packaging Plessey Catalogs, store shelves, inventory PLANET United States Postal Service POSTNET United States Postal Service Intelligent Mail Barcode United States Postal Service

MSI Used for warehouse shelves and inventory PostBar Canadian Post office

RM4SCC / KIX Royal Mail / Royal TPG Post

Dari berbagai jenis Barcode tersebut beberapa tipe yang akan dibahas lebih lanjut pada bagian ini. Beberapa tipe yang cukup sering digunakan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

1. Tipe Code 39 (code 3 of 9)

Merupakan barcode alphanumerik (full ASCII) yang dapat mewakili abjad (A-Z) dan angka (0-9) serta beberapa karakter lain seperti misalnya: $, /, +, %, titik dan spasi. Jumlah digit maksimal 16. Kode seperti ini biasanya cocok digunakan untuk barcode buku maupun untuk kode barcode angota perpustakaan. Aplikasi lain misalnya untuk inventory, asset tracking dan digunakan pada

(6)

tanda pengenal identitas. Barcode tersebut memiliki panjang baris yang bervariasi.

Gambar 1.4. Contoh Barcode jenis Code 39

2. Tipe Code 128

Seperti halnya Code 39, Code 128 ini juga merupakan suatu barcode alphanumerik (full ASCII), tetapi memiliki kerapatan yang lebih tinggi dan panjang baris yang bervariasi. Barcode code 128 ini biasanya digunakan untuk aplikasi seperti pengaturan maskapai pelayaran dan pengelolaan gudang.

Gambar 1.5. Contoh Barcode tipe 128

Setiap karakter pada code 128 dikodekan oleh 3 bar dan 3 spasi (atau 6 elemen) dengan ketebalan masing-masing elemen 1 sampai 4 kali ketebalan minimum (module). Jumlah total module untuk bar selalu genap sedangkan untuk spasi selalu ganjil. Selain itu code 128 memiliki 3 start character yang berbeda sehingga code 128 memiliki 3 sub set karakter yang bersesuaian dengan start characternya.

(7)

3. Code 25 (Interleaved)

Merupakan kode barcode yang hanya untuk angka (0-9), maksimum 32 digit. Jadi barcode ini berbentuk numerik dan memiliki panjang baris yang bervariasi. Barcode yang juga disebut sebagai interleaved 2 of 5 tersebut biasa dipergunakan untuk aplikasi dalam dunia industri dan laboratorium.

Gambar 1.6. Barcode jenis Interleaved 2 of 5

4. EAN 13

Simbologi Barcode model ini dikeluarkan EAN untuk identitas suatu produk. Standardisasi EAN menggunakan 3 digit pertama adalah untuk kode negara asal produk, 4 digit berikutnya adalah

Manufacture Number, 5 digit berikutnya adalah Product Number (

kode produk atau nomor urut produk ) dan 1 digit terakhir adalah Check Digit atau angka untuk melakukan test validasi barcode.

Gambar 1.7. Contoh Barcode jenis EAN 13

Kode EAN ini juga sering digunakan di Indonesai untuk identifikasi produk nasional. Indonesia sendiri mempunyai kode 899 untuk 3 digit pertama.

(8)

5. UPC (Universal Product Code)

Bacode UPC ini hanya terdiri dari angka (0-9) namun barcode harus mempunyai panjang tepat 11 atau 12 digit. Kurang atau lebih dari angka itu, tidak bisa digunakan. Jadi barcode ini berbentuk numerik dan memiliki panjang baris yang tetap. UPC biasanya digunakan untuk pelabelan pada produk-produk kecil atau eceran

Gambar 1.8. Barcode jenis UPC

Simbol UPC tersebut dibuat untuk kemudahan pemeriksaan keaslian suatu produk dan bilangan-bilangan UPC harus diregistrasikan atau terdaftar di Uniform Code Council.

1.4.2 Barcode 2 Dimensi

Barcode jenis ini disebut sebagai barcode dua dimensi ini karena tidak hanya terbuat dari garis-garis saja tetapi lebih mendekati pada bentuk gambar tertentu. Dengan menggunakan dua dimensi, maka informasi atau data yang besar dapat disimpan di dalam suatu ruang yang lebih kecil. Barcode model ini dikembangkan lebih dari sepuluh tahun lalu.

Tabel di bawah ini menunjukkan berbagai jenis simbologi barcode 2 dimensi lengkap dengan data pengembang atau penemunya. Berikut adalah data lengkapnya.

(9)

Tabel 1.2. Berbagai jenis barcode 2 dimensi

1.4 Sistem Barcode

Jika Anda ingin mengembangkan Barcode sebagai sebuah sistem, maka terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan, karena Barcode membutuhkan mesin pembaca serta software yang melakukan pengolahan data. Berikut adalah komponen-komponen yang diperlukan di dalam sistem yang berbasis Barcode tersebut.

1. Mesin Barcode Printer

Mesin Barcode Scanner digunakan untuk mencetak barcode yang diinginkan ke dalam suatu label denagn bentuk dan ukuran sesuai kebutuhan. Mesin tersebut tentunya menggunakan tinta khusus agar barcode yang dicetak dapat dibaca oleh mesin scanner-nya.

(10)

Gambar 1.14. Contoh Printer Barcode

2. Software Designer Barcode

Software ini digunakan untuk merancang model Barcode yang akan dicetak. Menentukan ukuran label, warna label, desain label sampai tipe barcode yang akan dicetak. Beberapa aplikasi umum sbeenarnya sudah menyertakan desain Barcode dalam toolsnya seperti misalnya aplikasi CorelDraw dan sebagainya. Tetapi Anda juga dapat menggunakan software khusus untuk barcode seperti misalnya Proton Barcode Designer, Visual Barcode Designer, Barcode Generator Software dan lain sebagainya.

Gambar 1.15. Contoh Label Barcode

3. Label Barcode

Bahwa untuk dapat ditempelkan pada produk yang diinginkan, maka Barcode harus dicetak di dalam sebuah label barcode. Label tersebut bisa terbuat dari kertas khusus atau kertas biasa dengan bentuk dan ukuran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan.

(11)

4. Mesin Barcode Scanner

Barcode Scanner digunakan untuk membaca dan menerjemahkan kode-kode Barcode ke dalam teks yang sesungguhnya. Jadi kode barcode yang telah dicetak di dalam label akan dibaca oleg Barcode Scanne ini untuk diambil datanya dan digunakan untuk keperluan pengoalahan data tersebut.

Gambar 1.16. Contoh Barcode Scanner

5. Software Pengolah Data

Setelah data dibaca oleh barcode scanner, data tersebut tentunya akan ditangkap oleh suatu aplikasi yang mempu memasukkan data tersebut ke dalam database dan mengolahnya sesuai dengan kebutuhan.

Keempat komponen tersebut harus ada dalam sebuah sistem barcode sebagai satu kesatuan. Barcode Printer digunakan untuk mencetak kode barcode ke dalam label barcode. Sementara barcode yang terdapat di dalam Label Barcode akan dibaca oleh Barcode Scanner untuk diambil datanya. Data yang diambil oleh Barcode Scanner akan diproses oleh

Software Pengolah Data untuk menghasilkan informasi sesuai kebutuhan.

Penjelasan yang lebih lengkap dari masing-masing komponen tersebut akan dapat ditemui pada bab selanjutnya dari buku ini.

Gambar

Gambar 1.1. Kode Barcode di Cover belakang buku
Gambar 1.2. Berbagai jenis Barcode
Gambar 1.3. Contoh Simbologi UPC-A
Tabel 1.1. Berbagai jenis Barcode 1 dimensi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menempel gambar bentuk- bentuk geometri (persegi, persegi panjang, segi tiga, lingkaran) pada pola yang disediakan

Loker ini bekerja ketika ada perintah dari user ataupun admin yang berupa masukan kode PIC melalui keypad dan Barcode KTM melalui Barcode Reader yang mana keduanya adalah

yang dilakukan oleh barcode reader yang dirancang (data hasil pembacaan

Karena sensor menggunakan LED super bright dan photo dioda tidak dapat membaca kode barcode pada kartu identitas maka sensor pembaca diganti dengan sensor pembaca yang

Hasil kerja aplikasi Sistem Informasi Medis menggunakan Barcode berbasis desktop dan Android yaitu dapat menampilkan informasi data pasien kepada dokter melalui scan barcode

Mengumpulkan benda-benda di sekitar berdasarkan

Berdasarkan dari hasil pengujian dapat dilihat pada tampilan software visual basic yaitu hasil akses pintu boarding pass kode barcode, nama ruang dan tujuan

Create : membuat bentuk bentuk geometri gambar Rectangle : membuat bentuk persegi dengan ukuran yang disesuaikan 1 Point : menentukan ukuran geometri yang akan dibuat dengan 1